BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Profil Gugus Jenderal Sudirman
Tabel 4.1
Daftar Alamat SD/MI Gugus Jenderal Sudirman
NO. Nama Sekolah Alamat 7 MI Miftakhul Islamiah Dsn. Gumuk, Desa Regunung
8 MI Gading Dsn. Gading, Desa Duren
9 MI Miftahul Ulum Dsn. Miri, Desa Duren Sumber: data sekolah
Visi yang dicanangkan Gugus Jenderal Sudirman adalah “Terwujudnya kompetensi guru yang bermutu, memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan sikap dan keterampilan”, sedangkan Misi yang diemban untuk merealisasikan dari visi tersebut adalah :
1) Meningkatkan kompetensi guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam meng-gunakan berbagai metode mengajar; 2) Me-ningkatan kompetensi guru yang memiliki kecerdasan religius, sosial dan keterampilan untuk diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari; 3) Meningkatkan kompetensi
personal guru yang memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani.
melalui pemberdayaan kapasiatas KKG”, dan tujuan khusus seperti berikut :
1) Memberi kesempatan kepada angggota KKG
untuk saling asah, asih, asuh (3A); 2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang lebih efektif dan efisien; 3) Memberdayakan dan membantu anggota KKG dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah; 4) Meningkatkan kompetensi dan kinerja anggota KKG dalam mengembangkan profesionalisme guru ; 5) Mendorong guru untuk memiliki kemampuan menggunakan metode pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif , Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM); 6) Mendorong dan membantu guru untuk selalu berupaya mening-katkan karier.
4.1.1. Data Siswa
Tabel 4.2.
Jumlah Siswa 3 Tahun Terakhir
2012/2013 2013/2014 2014/2015
No. Nama Sekolah Kelas Kelas Kelas
I II III IV V VI Jml I II III IV V VI Jml I II III IV V VI Jml 1 SDN Cukil 01 38 48 45 45 49 53 278 44 43 42 44 43 46 262 39 40 35 36 38 41 229 2 SDN Regunung 01 26 28 20 24 29 25 152 29 28 26 20 25 29 157 36 31 27 26 20 25 165 3 SDN Regunung 03 13 14 12 12 8 14 73 15 13 14 10 13 8 73 14 15 12 14 10 13 78 4 SDN Duren 01 35 22 31 36 30 45 199 33 22 20 31 36 30 172 29 35 22 19 31 36 172 5 SDN Duren 03 12 16 16 21 13 16 94 19 12 16 16 23 16 99 15 19 12 16 16 23 101 6 MI Miftakul Huda 4 8 4 7 5 6 34 15 2 8 5 11 7 48 22 10 2 10 4 11 60 7 MI Miftakul Islamiah 15 10 12 10 13 11 71 8 14 10 13 9 11 65 16 6 14 9 11 9 65 8 MI Gading 10 10 10 15 8 12 65 8 8 9 8 17 9 59 8 8 9 13 7 18 63 9 MI Miftakul Ulum 11 13 9 13 7 11 64 24 11 14 13 11 7 80 13 23 10 15 11 11 83 Jumlah 164 169 159 183 162 193 1030 195 153 159 160 188 160 1015 192 187 143 158 149 187 1016
4.1.2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tabel 4.3.
Kualifikasi Akademik Pendidik dan Tenaga Pendidikan Gugus Jenderal Sudirman
Sumber: Data Sekolah, diolah
Kualifikasi akademik pendidik dan tenaga kependidikan pada Tabel 4.3. tersebut Jumlah Pendidik PNS yang mengajar di Gugus Jenderal Sudirman sebanyak 42 orang (46,66 %), pendidik tidak tetap atau GTT sebanyak 48 orang (53,33 %), dan PTT sebanyak 4 orang. Jumlah pendidik yang memiliki kualifikasi pendidikan S1 sebanyak 80 orang (88,88%), S2 sebanyak 1 orang (1,1 %), dan DII/DIII sebanyak 9 orang (10 %).
PNS GTT/PTT
NO NAMA SEKOLAH
SLA DII/DIII S1/S2 SLA DII/DIII S1
1 SDN Cukil 01 8 1 5
2 SDN Regunung 01 8 1 2
3 SDN Regunung 03 1 7 1 2
4 SDN Duren 01 7/1 1 5
5 SDN Duren 03 3 5 3
6 MI Miftahul Huda 1 1 3 3
7 MI Mif. Islamiyah 9
8 MI Gading 10
9 MI Miftahul Ulum 1 1 7
Tabel: 4.4.
Sertifikasi Pendidik PNS dan GTY Gugus Jenderal Sudirman yang telah sertifikasi sebanyak 34 orang atau sebesar 80% dari jumlah PNS sebanyak 42 orang, 4 Guru telah lulus PLPG, sedangkan yang belum sertifikasi sebanyak 4 Pendidik. Sertifikasi pendidik pada sekolah swasta sebanyak 18 atau sebesar 58,06 % dari jumlah Guru Tetap Yayasan 31 Guru yang bertugas di MI dan GTT di SD Negeri 19 orang.
4.1.3. Sarana dan Prasarana 1. Sarana
jumlah siswa yang ada. Alat peraga yang ada cukup seperti peta/atlas, globe, torso, kit IPA, Kit Bahasa Indonesia, dan alat peraga IPS. Media pembelajaran berbasis TIK masih sangat minim, di SD yang diteliti tiap SD memiliki hanya LCD 1 unit, komputer ada yang1 dan 2 unit, laptop 1 unit, TV 21 1 unit, VCD 1 unit, tape rekorder 1 unit dan sound sistem ada 1 dan 2 unit. Sarana kegiatan ekstrakurikuler ada tetapi belum lengkap, yaitu alat drumband 3 SD yang memiliki, alat rebana 2 SD yang memiliki dan alat-alat olah raga yang ada diantaranya bola sepak, matras, alat senam, bola plastik, serta bola kasti.
2. Prasarana
Keadaan prasarana pendidikan yang ada, secara umum prasarana terpenuhi, perpustakaan belum memenuhi syarat, karena hanya menyekat dengan ruangan yang lain. Ruang Guru ada yang memenuhi syarat dan ruang ketrampilan belum ada untuk semua anggota Gugus ini. Adapun keadaan prasarana yang ada secara rinci terdapat pada Tabel 4.5
dari pemerintah daerah. Lahan sekolah ada yang wakaf dari masyarakat setempat tapi belum di sertifikatkan. Guna kelangsungan sekolah dalam jangka panjang maka diperlukan kepemilikan atau hak guna dari lahan tersebut.
Tabel 4.5
Keadaan Prasarana Pendidikan Gugus Jenderal Sudirman
No. Jenis Ruang Keadaan Jumlah Keterangan 1 Kelas Baik 60 Terpenuhi
Kurang 1 Belum memenuhi syarat 6 sekolah belum ada 13 Tempat bermain/ berolah
raga
Kurang Parkir di halaman.
18 Ruang KKG Baik Ada di SD Inti 19 Ruang Rapat Baik Ada di SD Inti
4.2. Analisis Hasil Penelitian
4.2.1. Hasil Wawancara, Observasi dan Studi Dokumen
Hasil penelitian yang telah diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi kemu-dian kemu-dianalisis sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui potensi yang dimiliki sekolah secara internal sebagai kekuatan sekolah dan secara eksternal peluang bagi sekolah untuk mengembangkannya. Masalah-masalah sekolah secara internal adalah men-jadi kelemahan yang dihadapi sekolah dan masalah eksternal yang menjadi ancaman dalam meningkatkan mutu melalui akreditasi sekolah. Adapun hasil wawan-cara dengan 4 Kepala Sekolah, perwakilan guru dari 4 SD, perwakilan dari komite sekolah di Gugus Jenderal Sudirman tentang program yang dilaksanakan dalam peningkatan mutu rangka pemenuhan delapan Stan-dar Nasional Pendidikan. Kegiatan wawancara, obser-vasi dan studi dokumen terhadap pemenuhan 8 SNP Adapun hasil yang dicapai secara rinci dalam seperti pada lampiran 05.
Dalam kaitannya dalam program tersebut, salah satunya dalam pencapaian KKM di sekolah seperti dalam Tabel 4.6 tentang hubungan antara standar KKM di sekolah, standar KKM dalam akreditasi.
Tabel 4.6
Daftar KKM Sekolah dan KKM Standar Akreditasi
KKM Mapel IPTEK SD KKM Dalam Akreditasi No Sekolah
BI MAT IPA IPS A B C D E 1 SDN Cukil 70 70 70 70 >75 7-7,49 65-6,99 606,49 <60 2 SDN Regunung 01 70 70 70 70 >75 7-7,49 65-6,99 606,49 <60 3 SDN Regunung 03 71 65 65 65 >75 7-7,49 65-6,99 606,49 <60 4 SDN Duren 01 71 71 71 71 >75 7-7,49 65-6,99 606,49 <60
Sumber: data SD, diolah
Standar KKM di sekolah untuk kelompok mata pelajaran IPTEK yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS. Acuan dari standar akreditasi SKL masing-masing sekolah masuk dalam peringkat B dan C. Dari hasil wawancara penentuan KKM ditentukan oleh karakteristik siswa, mata pelajaran dan kondisi satuan pendidikan, dan pencapaian KKM sebesar 97 % pada tiap tingkat.
Tabel 4.7
Analisa SKL Minimum Mapel dalam akreditasi, SKL Mapel di SD, SKL Rerata dalam akreditasi dan Nilai dalam Akreditasi
Standar Kelulusan Min Standar Kelulusan Nilai Standar Kelulusan Min Akreditasi
No. Nama Sekolah Mapel Dalam Akreditasi Mapel di Sekolah Re Rata UASBN/Akreditasi Sekolah
A B C D BI MAT IPA A B C D E
1 SDN Cukil 01 >5 4,01-5 3,01-4 2,01-3 2,90 2,90 2,90 2,90 >6 5,01-6 4,01-5 3,01-4 <3,01 A 88
2 SDN Regunung 01 >5 4,01-5 3,01-4 2,01-3 3,00 2,50 3,00 2,83 >6 5,01-6 4,01-5 3,01-4 <3,01 B 83
3 SDN Regunung 03 >5 4,01-5 3,01-4 2,01-3 2,35 2,35 2,35 2,35 >6 5,01-6 4,01-5 3,01-4 <3,01 B 83
4 SDN Duren 01 >5 4,01-5 3,01-4 2,01-3 3,50 2,50 3,00 3,00 >6 5,01-6 4,01-5 3,01-4 <3,01 A 89
Tabel 4.8
Analisa nilai kelulusan siswa UN, nilai standar prestasi UASBN dalam akreditasi dan nilai akreditasi sekolah
Nilai Kelulusan Siswa (UN) Hasil UASBN dalam Akreditasi Nilai Standar Prestasi Akreditasi Sekolah No. Nama Sekolah
4.2.2. Tahapan Analisis Perencanaan Strategis
Proses penyusunan perencanaan strategis ini melalui tiga tahap analisis, tahap analisis yang pertama tahap pengumpulan data, data yang diperoleh dari FGD masing-masing SD, kemudian diklasi-fikasikan sebagai bahan untuk melakukan FGD di tingkat Gugus. Data dibedakan menjadi data internal
terdiri dari kekuatan dan kelemahan dan eksternal
terdiri dari peluang dan ancaman. Data primer dari tahap pertama 2 matrik, yaitu matriks IFAS (Internal
Factors Analysis Summary), matriks EFAS (External
Factors Analysis Summary). Kemudian tahap kedua
dengan tahap analisis dengan Matrik SWOT (Strength,
Weaknesses, Opportunities, Threats), Matrik Internal
External (IE), matrik SPACE (Strategic Position and
Action Evaluation), matrik Grand Strategy dan tahap
ketiga, tahap pengambilan keputusan dengan matrik perencanaan strategis kuantitatif (Quatitative Strategic
Planning Matrix - QSPM).
Adapun tahapan perencanaan strategis ini dengan analisis tahap pertama berupa Matrik IFAS dan EFAS, analisis tahap kedua Matrik SWOT, Matrik IE, Matrik
SPACE, dan Matrik Grand Strategy. Selanjutnya untuk
pengambilan keputusan berdasarkan Matrik
Pe-rencanaan Strategi Quantitatif (QSPM), dan dapat
1) Matrik IFAS (Internal Factors Analysis
Summary)
Hasil dari analisis faktor-faktor dominan kekuatan dan kelemahan dalam pelaksanaan delapan SNP yang mengacu pada akreditasi serta pembobotan dan penskoran yang diperoleh seperti pada Tabel 4.9 Faktor-faktor kekuatan yang paling berpngaruh adalah pembelajaran PAIKEM dan pembelajaran dengan
metode CTL (Contextual Teaching and Learning)
khususnya metode problem Solving dan Kooperatif
Learning dengan bobot 0,18 dengan skor 4. Guru
mempunyai peran penting dalam PBM, karena tugas utama mengajar sehingga guru mempunyai peran dalam peningkatan mutu.
guru dalam melakukan penilaian sehingga memudah-kan dalam pelaksanaan program remidi dan pengayaan dengan bobot 0,10 dan skor 4. Kualifikasi guru telah memenuhi syarat yaitu S1 sebesar 97 % untuk tingkat gugus yang memiliki bobot 0,11 dengan skor 3, serta didukung pula oleh guru yang sesuai dengan bidang studi sebesar 97 % yang memiliki bobot 0,08 dan skor 3. Dukungan gaji guru dan GTT yang lancar, sertifikasi tingkat gugus sebesar 77 % serta tupoksi masing-masing sekolah yang jelas masing-masing-masing-masing dengan bobot 0,04 dan skor 3 akan mendukung dalam kinerja guru dalam peningkatan mutu sekolah.
namun sampai saat ini belum ada bukti yang kuat untuk hak atas lahan sekolah. Ada juga desa yang sudah mengadministrasikan dengan baik hak atas lahan dari pemerintah daerah, adapun bobot hak atas lahan ini sebesar 0,18 dan skor 4. Sarana penunjang yang ada di sekolah kurang memadai seperti perpustakaan, kantin, Mushola Olah Raga dan Seni dengan bobot 0,16 dan skor 4. Dalam mengelola untuk mencapai tujuan sekolah dalam rangka pemenuhan 8 SNP, diperlukan program-program untuk mencapainya yang masing-masing standar minimum 4 program, namun program yang ada pelaksanaannya belum optimal dikarenakan belum adanya tim evaluasi program yang diperoleh dengan bobot 0,14 dan skor 3.
optimal dengan bobot 0,05 dan skor 3 karena pengembangan bahan ajar berdasarkan keunggulan lokal guna meningkatkan pendidikan kecakapan hidup yang di sesuaikan dengan keunggulan lokal diperlukan, namun belum optimalnya pengembangan bahan ajar berbasis keunggulan lokal menjadi tantangan sendiri bagi sekolah untuk mengembangkannya adapun bobotnya 0,07 dan skor 2. Lemahnya dukungan administrasi yang mendukung untuk pelaksanaan 8 standar akan mempengaruhi mutu pendidikan, karena tugas Guru juga melakukan pekerjaan administrasi dengan bobot 0,04 dan skor 3. Oleh karena itu bahwa tugas guru dalam membantu administrasi diperlukan penguasaan ICT baik untuk administrasi maupun PBM dengan bobot 0.05 dan skor 2.
Tabel 4.9
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFAS)
No Faktor-Faktor Internal Dominan Bobot Skor
Kekuatan :
4 Standar kelulusan minimum jelas dan angka kelulusan
100%. 0,12 4 0,48 10 Tupoksi masing-masing sekolah jelas. 0,04 3 0,12
Total kekuatan : 1 3,69
Kelemahan :
1 Administrasi sekolah belum optimal. 0,04 3 0,12 2 Pendidikan kecakapan hidup belum optimal 0,05 3 0,15 3 Penguasaan ICT dalam PBM masih kurang 0,05 2 0,10 4 Pembinaan prestasi akademik dan non akademik belum
optimal. 0,10 2 0,20
5 Sarana penunjang, perpustakaan, kantin, Mushola, OR
dan seni dll kurang memadahi. 0,16 3 0,48 6 Hak atas lahan sekolah 0,18 4 0,72 7 Area sekolah kurang hijau dan kebersihan sekolah
kurang. 0,09 2 0,18
8 Belum adanya tim evaluasi program, maka program 8
standar belum optimal. 0,14 3 0,42 9 Belum optimal SIM (Sistem Informasi Manajemen) 0,12 2 0,24 10 Pengembangan bahan ajar berbasis keunggulan lokal
belum optimal. 0,07 2 0,14
Total kelemahan 1 2,75
Total IFAS 0,94
2) Matriks EFAS (Matriks External Factor
Analysis Summary )
Hasil analisis faktor peluang dan ancaman dapat dilihat pada Tabel 4.10. Perhitungan yang diperoleh hasil pembobotan dan penskoran. Ada beberapa hal yang menjadi peluang dalam peningkatan mutu yang mengacu pada akreditasi. Menurut hasil FGD tingkat gugus yang memiliki bobot peluang paling tinggi masa transisi kurikulum yaitu dari KTSP ke kurikulum 2013, dengan bobot 0,20 dan skor 4. Untuk menangkap peluang berkaitan dengan kurikulum sangat dibutuh-kan untuk meningkatdibutuh-kan mutu sekolah yaitu pemahaman terhadap implementasi kurikulum 2013. Dukungan dalam pelaksanaan tugas seperti gaji guru, honor GTT dan usulan kenaikan pangkat yang lancar
memotivasi untuk meningkatkan kompetensi
profesional guru dengan bobot 0,20 dan skor 4.
tua siswa melalui komite memperoleh bobot 0.10 dan skor 3.
Harapan orang tua terhadap peluang yang mana orang tua memiliki harapan dalam meningkatkan mutu baik akademik maupun non akademik dan dalam mendidik untuk taat beribadah dengan bobot 0.06 dan skor 4. Berkat perkembangan IPTEK memudahkan dalam pengembangan, sehingga memudahkan dalam mencari bahan ajar yang kontektual, dengan bobot 0,05 dan skor 4. Potensi daerah sebagai wilayah pertanian atau hutan rakyat gugus Jenderal Sudirman peluang ini ditangkap sebagai pengembangan bahan ajar yang kontektual, adapun bobot yang diperoleh 0,05 dan skor 3. Pelaksanaan akreditasi sekolah menjadi peluang yang tidak hanya sesaat, namun sebagai pedoman dalam melaksanakan kinerja sekolah yang bermutu dengan bobot 0,05 dan skor 3. Dalam rangka meningkatkan kecakapan hidup dukungan dari kebijakan pemerintah bahwa wilayah kecamatan Tengaran sebagai kawasan industri, dengan bobot 0.02 skor 3.
dengan bobot 0,15 dan skor 2 dan anak dititpkan kepada kakek dan neneknya atau hanya ayahnya yang merawat. Kondisi ekonomi menengah kebawah ini tepat sasaran dalam kebijakan biaya pendidikan gratis dengan bobot 0,15 dan skor 2. Pemahaman orangtua siswa terhadap hasil belajar belum menekankan pada penilaian proses, hal ini bagi sekolah perlu mensosialisasikan kepada orangtua siswa, adapun bobot sebesar 0,11 dan skor 2. Dampak negatif dari internet dengan bobot 0,10 dan skor 2 karena rendahnya kepedulian orang tua terhadap belajar dan sekolah dengan bobot 0,16 dan skor 1.
Tabel 4.10
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS)
No Faktor-Faktor Enternal Dominan Bobot Skor Peluang :
Bobot x Skor
1 Masa transisi KTSP ke kurikulum 2013 0,20 4 0,80 2 Kebijakan Pemerintah Daerah, Kecamatan Tengaran
sebagai kawasan Industri 0,02 3 0,06 3 Potensi daerah pertanian, Desa Regunung memperoleh
kejuaraan Tingkat Nasional I dan II bidang Kehutanan Rakyat.
0,05 3 0,15
4 Buku teks untuk siswa dan guru 0,15 3 0,45 5 Perkembangan IPTEKS semakin mudah untuk bahan
pelajaran. 0,05 4 0,20
6 Harapan orangtua untuk meningkatkan mutu sekolah dengan akademik, non akademik dan dalam mendidik untuk taat beribadah.
0,06 4 0,24
7 Dana operasional dari pemerintah lancer 0,12 4 0,48 8 Gaji guru, honor GTT dan usulan kenaikan pangkat guru
lancar 0,20 4 0,80
9 Pelaksanaan akreditasi sekolah 0,05 3 0,15 10 Membangun kemitraan dengan alumni, masyarakat, tokoh
masyarakat, orangtua siswa melalui komite. 0,10 3 0,30
Total Peluang : 1 3,63
Ancaman :
1 Persaingan dengan sekolah lain. 0,02 2 0,04 2 Kepedulian orangtua terhadap belajar dan sekolah rendah 0,16 1 0,16 3 Orang tua siswa bekerja sebagai TKW 40 % 0,15 2 0,30 4 Dampak negatif internet 0,10 2 0,20 5 Guru yang berpotensi untuk promosi sebagai Kepala
Sekolah, sehingga sekolah merasa kehilangan. 0,02 3 0,06 6 Kebijakan pemerintah biaya pendidikan gratis 0,15 2 0,30 7 Keadaan ekonomi orangtua siswa 0,16 2 0,32 8 Pemahaman penilaian orangtua hanya dari hasil belajar
belum menekankan penilaian proses belajar 0,11 2 0,22 9 Keamanan dan lingkungan masyarakat kurang mendukung
dalam belajar. 0,08 1 0,08
10 Peran masyarakat terhadap sekolah 0,05 2 0,10
Total Ancaman 1 1,78
Total EFAS 1,85
Sumber: hasil FGD 2014
3,63 dan ancaman 1,78 dan selisih peluang dengan ancaman sebesar 1,85. Dari jumlah ini diketahui bahwa SD/MI di Gugus Jenderal Sudirman mempunyai banyak peluang yang bisa dimanfaatkan, guna mengantisipasi ancaman yang timbul.
3) Diagram Analisis Strategi SWOT
1,85
0,94 1 2
-1 -2
Gambar 4.1
Diagram Analisa Strategi SWOT
(0,94; 1,85)
4) Matriks Internal Eksternal ( IE)
Pada matriks IE menggunakan parameter kekuatan internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi, yang tujuannya untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail, pada matrik ini terdiri dari 9 sel. Adapun hasil yang diperoleh jumlah IFAS dan EFAS sebagai berikut :
Peluang (O)
1. Mendukung Strategi Agresif(SO)
Kekuatan (S)
Ancaman ( T ) Kelemahan (W)
Mendukung Strategi Diversifikasi
4. Mendukung Strategi Devensive 3. Mendukung Strategi
Tabel : 4.11
Skor Akhir IFAS dan EFAS
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor Kekuatan (S) 3,69 Peluang (O) 3,63 Kelemahan(W) 2,75 Ancaman (T) 1,78
Total ( S+W) 6,44 5,41
(S+W) : 2 3,22 2,70
Sumber : hasil FGD, 2014
Tabel 4.12
Matriks Internal Eksternal (IE) Total Skor Faktor Internal (IFAS )
4,0 Kuat 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0
I. Pertumbuhan II. Pertumbuhan III. Penciutan
IV. Stabilitas V. Pertumbuhan
Stabilitas VI. Penciutan
VII. Pertumbuhan VIII. Pertumbuhan IX. Likuiditas
Hasil analisis matriks IE ini diperoleh posisi SD Gugus Jenderal Sudirman pada sel 1 strategi per-tumbuhan (Growth strategy) dan sel 4 Stability
strategy. Pada sel 1 ini pertumbuhan dengan
konsentrasi melalui integrasi vertikal yaitu dengan
backward integration dan forward integration. Dan sel ke 4 untuk mencapai pertumbuhan yang baik perlu
3,0
2,0
dengan hati-hati, dengan meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada pada sekolah.
5) Matriks SPACE
Untuk mempertajam dari posisi dalam matriks internal eksternal tersebut maka peneliti mengguna-kan matriks SPACE pada Tabel 4.13 agar dapat melihat posisi sekolah dan arah perkembangan sekolah tersebut. Posisi keuangan yang kuat, karena dana operasional dari pemerintah dan lancar. Untuk Sekolah Dasar Negeri dana operasional lancar, dengan mengintensifkan dana yang ada, pengelolaan keuangan sesuai dengan standar pembiayaan, dan pertanggung-jawaban kepada warga sekolah. Gaji Pendidik dan Tenaga Pendidikan yang lancar, karena sebagai PNS lancar. Keadaan ekonomi orangtua siswa tidak berpengaruh karena biaya pendidikan gratis, sesuai anjuran pemerintah.
Tabel 4.13
Matriks Strategi dan Evaluasi Tindakan (SPACE)
Posisi Strategis Internal Skor Posisi Strategis Eksternal Skor Financial Strength (FS) Environmental Stability (ES)
1.Dana operasional dari
Pemerintah lancar. 4 1.Tingkat persaingan sekolah semakin tinggi. -3 2.Gaji pendidik dan tenaga
pendidik lancar 4 2.Perkembangan teknologi -2 3.Keadaan ekonomi
orangtua 2 3. Motivasi belajar siswa -2
4. Kebijakan Pemerintah
daerah -1
Total FS 10 Total ES -8
Competitive Advantage (CA) Industry Strength (IS) 1.Standar kompetensi
kelulusan -3 1. Standar sarana dan prasarana 3 2.Fasilitas sekolah -2 2. Standar tenaga pendidik
dan kependidikan 4
3.Buku paket untuk guru
dan siswa -3 3. Standar pembiayaan 4
Sumber : hasil FGD, 2014
FS = 10/3 = 3,33 ES = -8/4 = -2
CA = -10/5 = -2 IS = 11/3 = 3,66
1,33
1,66
Gambar 4.2 Diagram SPACE
Berdasarkan Gambar 4.2 tersebut terlihat garis vektor bersifat positif, sehingga keuangan pada pada SD Negeri Gugus Jenderal Sudirman relatif kuat, fasilitas sekolah, buku paket untuk guru dan siswa, akreditasi sekolah dan program-program yang ada sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan kompetitif dengan cara melaksanakan tindakan internal yang lebih agresif, sebagai contoh dengan mengintensifkan
metode problem solving kepada siswa atau dengan
tambahan jam berupa les, mengintensifkan program-program yang dilaksanakan.
FS
Aggresive
IS
ES CA
Competitive Defensive
6) Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix )
Perhitungan Matriks Strategi Besar, sebagai tehnik untuk merumuskan strategi alternatif yang terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi posisi per-saingan seperti pada atribut standar kompetensi lulusan dengan bobot kali skor tertinggi yaitu 0,50, selanjutnya program-program yang dilaksanakan di sekolah dengan hasil 0,40, fasilitas sekolah sebesar 0.30, buku panduan guru dan siswa dengan hasil 0,25 dan pelaksanaan akreditasi sekolah sebesar 0,15.
Dimensi pertumbuhan pasar seperti pada atribut dana dari Pemerintah dengan perolehan bobot kali skor 0,60, pertumbuhan standar isi atau kurikulum 0,60, standar proses, pertumbuhan untuk peningkatan Proses Belajar Mengajar dengan perolehan 0,60, selanjutnya pengelolaan sekolah dengan hasil 0,50 dan pendidik dan tenaga kependidikan 0,45, yang di-jabarkan sebagai berikut :
Tabel 4.14
Competitive Position Grand Strategy Matrix
No Atribut Bobot Skor Bobot x Skor
1 Standar kompetensi
lulusan 0,25 2 0,50
2 Buku panduan untuk guru
dan siswa 0,25 1 0,25
3 Pelaksanaan akreditasi
sekolah 0,15 1 0,15
4 Fasilitas sekolah lain/
sarana 0,15 2 0,30
5 Program-program sekolah 0,20 2 0,40
Total 1 1,60
Sumber, hasil FGD, 2014
Tabel 4.15
Market Growth Grand Strategy Matrix
No Atribut Bobot Skor Bobot x Skor
1 Dana operasional dari
Pemerintah 0,20 3 0,60
2 Pendidik dan tenaga
kependidikan 0,15 3 0,45
3 Pengelolaan sekolah 0,25 2 0,50
4 Standar isi 0,20 3 0,60
5 Standar proses 0,20 3 0,60
Total 1 2,75
2,75
1,60
Gambar 4.3
Diagram Grand Strategy Matrik
Dari Gambar diagram tersebut Grand Strategy
Matrix posisi sekolah Jenderal Sudirman berada pada
kuadran I yaitu posisi strategi sempurna, pada sekolah yang memiliki sumber daya yang lebih, dan diper-hadapkan dengan tingginya kompetitif, maka strategi integrasi menjadi pilihan utama, yaitu dengan strategi
backward, forward, atau horizontal integration. Pada kuadran ini sekolah berpeluang untuk sukses dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
Pertumbuhan yang cepat
Persaingan kuat
Pertumbuhan lambat Persaingan lemah
Kuadran II Kuadran I
7) Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning- QSPM)
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif
(Quantitative Strategic Planning - QSPM) merupakan
tahapan ketiga yaitu tahapan pengambilan keputusan. Matriks analisis keputusan ini di dalam mengevaluasi berbagai strategi alternatif yang secara objektif menjadi rekomendasi dalam pengambilan keputusan. Kepu-tusan strategi yang diperoleh dari Matriks SWOT diperoleh strategi SO, Matriks SPACE diperoleh strategi Agresif, dan Matriks Grand Strategy diperoleh
strategi integrasi yaitu backward, forward dan
horizontal integration, Selanjutnya akan dianalisis
Tabel 4.16
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)
Strategi 3. Potensi daerah pertanian, Desa
Regunung memperoleh kejuaraan Tingkat Nasional I dan II bidang Kehutanan Rakyat.
0,05 3 0,15 3 0,15 4 0,20
4. Buku teks untuk siswa dan guru 0,15 3 0,45 3 0,45 4 0,60 5. Perkembangan IPTEKS semakin mudah
untuk bahan pelajaran. 0,05 4 0,20 4 0,20 4 0,20 6. Harapan orangtua untuk meningkatkan
mutu sekolah dalam akademik, non akademik dan dalam mendidik untuk taat beribadah
0,06 4 0,24 4 0,24 4 0,24
7. Dana operasional dari Pemerintah lancar. 0,12 4 0,48 4 0,48 4 0,48 8. Gaji guru, honor GTT dan usulan
kenaikan pangkat guru lancar. 0,20 4 0,80 4 0,80 3 0,60 9. Pelaksanaan akreditasi sekolah. 0,05 3 0,15 1 0,05 3 0,15 10. Membangun kemitraan dengan alumni,
masyarakat, tokoh masyarakat, orang-2. Kepedulian orangtua terhadap belajar dan
sekolah rendah 0,16 2 0,32 2 0,32 2 0,32 3. Peran Instansi lain terhadap pendidikan 0,15 2 0,30 1 0,15 1 0,15 4. Dampak negatif Internet 0,10 2 0,20 4 0,40 4 0,40 5. Guru yang berpotensi untuk promosi
sebagai Kepala Sekolah, sehingga sekolah merasa kehilangan
0,02 3 0,06 2 0,06 2 0,06
6. Kebijakan pemerintah biaya pendidikan
gratis 0,15 2 0,30 2 0,30 3 0,45
7. Keadaan ekonomi orangtua siswa 0,16 2 0,32 1 0,16 1 0,16 8. Pemahaman penilaian orangtua hanya
dari hasil belajar belum menekankan penilaian proses belajar
0,11 2 0,22 2 0,22 3 0,33
9. Keamanan dan lingkungan masyarakat
kurang mendukung dalam belajar 0,08 4 0,32 4 0,32 3 0,24 10. Partisipasi masyarakat terhadap sekolah 0,05 3 0,15 4 0,20 3 0,15
Strategi 4. Standar kelulusan minimum jelas dan
angka kelulusan 100% 0,12 4 0,48 4 0,48 4 0,48 2. Pendidikan kecakapan hidup belum
optimal 0,05 2 0,10 2 0,10 2 0,10 3. Penguasaan ICT dalam PBM belum
optimal 0,05 3 0,15 3 0,15 4 0,20 4. Pembinaan prestasi akademik dan non
akademik belum optimal 0,10 3 0,30 3 0,30 4 0,40 5. Sarana penunjang, perpustakaan,
kantin, mushola, OR dan seni dll kurang memadahi.
0,16 2 0,32 3 0,48 3 0,48
6. Hak atas lahan sekolah 0,18 4 0,72 3 0,54 4 0,54 7. Area sekolah kurang hijau dan
kebersihan sekolah kurang 0,09 3 0,27 3 0,27 3 0,27 8. Belum adanya tim evaluasi program
maka 8 SNP belum optimal 0,14 4 0,56 4 0,56 4 0,56 9. Belum optimal SIM (sistem informasi
manajemen) 0,12 3 0,36 3 0,36 3 0,36 10. Pengembangan bahan ajar berbasis
keunggulan lokal belum optimal. 0,07 3 0,21 3 0,21 3 0,21 Total Kelemahan 1 3,07 3,09 3,20
Total QSPM 12.62 12,13 12,87
Sumber : hasil FGD 2014.
Dari hasil strategi alternatif matriks QSPM, dihasilkan nilai TAS tertinggi yaitu 12,87 adalah pada strategi integrasi, sehingga strategi yang sesuai dengan dengan kondisi sekolah gugus Jenderal Sudirman adalah Strategi Integrasi atau strategi integrasi vertikal, yang terdiri dari tiga strategi utama yaitu
strategi integrasi ke depan (Forward Integration
Strategy), Strategi integrasi ke belakang (Backward
Integration Strategy), dan strategi integrasi horisontal (Horizontal Integration Strategy).
8) Matriks SWOT (Strength, Weaknesses,
Opportunities, Threats)
mengembangkan pendidikan karakter (9) Membentuk
1. Dokumen kurikulum lengkap 1. Pemahaman kurikulum berdasarkan SNP dan Pelatihan
untuk implementasi kurikulum 2013 2. Pembelajaran PAIKEM dan
metode CTL 2. Mengintensifkan dan mengembangkan pembelajaran PAIKEM dan metode CTL
3. KKM setiap mapel jelas. 3. Meningkatkan Gain Skor UN + 0,4
4. Standar kelulusan minimum jelas dan angka kelulusan 100%.
4. Meningkatkan SKL Minimum 3-4 dan standar KKM menjadi 75 untuk mapel Iptek
5. Kualifikasi guru tingkat gugus
S1 97% 5. Meningkatkan klub-klub belajar siswa
6. Setifikasi guru tingkat gugus
77% 6. Mengintensifkan profesionalisme guru
7. Guru mengajar sesuai bidang
studi 97% 7. Menggalang partisipasi masyarakat
8. Gaji guru dan GTT lancer 8. Mengembangkan pendidikan karakter
9. Visi, misi dan tujuan sekolah
jelas 9. Membentuk tim evaluasi program
10.Tupoksi masing-masing
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1. Tahapan Analisis Perencanaan Strategis
Pada bagian ini pembahasan mengenai hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumen yang telah dipaparkan sebelumnya dan FGD. Pembahasan ini sebagai upaya untuk menjelaskan hasil analisis dan jawaban terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai dasar untuk jawaban faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam meningkatkan mutu kinerja sekolah melalui akreditasi SD/MI Gugus Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dan bagaimana rencana strategis SD/MI Gugus Jenderal Sudirman dalam peningkatan mutu kinerja sekolah melalui akreditasi.
Dalam pembahasan tahap analisis perencanaan strategi melalui tiga tahap analisis, tahap pertama dengan IFAS dan EFAS. Dalam tahap ini berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap sektor lingkungan
internal, diperoleh jumlah kekuatan sebesar 3,69 dan
meminimal-kan kelemahan yang dihadapi sekolah dalam rangka meningkatkan mutu melalui akreditasi.
Dari hasil analisis faktor eksternal (EFAS), faktor-faktor yang dominan dari peluang sebesar 3,63 dan ancaman 1,78, dengan skor akhir (peluang-ancaman) adalah sebesar 1,85. Peluang yang dominan bagi SD/MI di Gugus Jenderal Sudirman dapat dimanfaat-kan dalam mengantisipasi ancaman yang timbul.
Pembahasan tahap kedua, berdasarkan hasil
analisis lingkungan internal (IFAS) dan eksternal (EFAS), dari hasil dapat disimpulkan posisi SD Gugus Jenderal Sudirman pada diagram analisis SWOT berada pada titik (0,94 : 1,85), adalah strategi SO
(Strength – Oppotunities) , hasil ini menunjukkan bahwa
kekuatan 0.94 lebih kecil dari peluang 1,85 yang ada di SD Gugus Jenderal Sudirman. Dengan strategi SO ini kekuatan-kekuatan internal sekolah digunakan untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar sekolah. Oleh karena itu sekolah berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan agar menjadi lebih kuat, dan berusaha untuk menghindari ancaman dengan berkonsentrasi pada peluang yang ada.
pertum-buhan kekuatan internal yang kuat sebesar 3,22 dan pengaruh eksternal yang medium sebesar 2,70 diperoleh posisi SD Gugus Jenderal Sudirman sebagai
Grow dan Build, dan pada sel 1 yaitu strategi pertumbuhan (Growth Strategy) dan sel 4 strategi stabilitas (Stability Strategy). Pertumbuhan dapat dicapai melalui integrasi vertikal dengan cara backward
integration atau dengan forward integration. Dan
untuk mencapai pertumbuhan strategi stabilitas yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi tapi harus dengan hati-hati, yaitu dengan meminimalkan faktor-faktor kelemahan yang ada di sekolah.
Untuk mempertajam dari posisi dalam matriks internal eksternal tersebut maka selanjutnya dengan menggunakan matriks SPACE. Berdasarkan Diagram SPACE , terlihat garis vektor bersifat positif.(1,66 : 1,33)
menunjukkan strategi aggresive sehingga keuangan
pada pada SD Negeri Gugus Jenderal Sudirman relatif kuat dan mendominasi untuk aktivitas pengelolaan sekolah, fasilitas sekolah, buku paket untuk guru dan siswa, akreditasi sekolah dan program-program yang ada sehingga dapat mengoptimalkan keunggulan bersaing dengan cara melaksanakan tindakan internal
yang lebih agresif, sebagai contoh dengan
dengan tambahan jam berupa les, mengintensifkan program-program yang dilaksanakan.
Berdasarkan hasil perhitungan Grand Strategy
Matrix posisi sekolah Gugus Jenderal Sudirman pada
(1,60 : 2,75) menunjukkan pada kuadran I yaitu posisi strategi sempurna, pada sekolah yang memiiki sumber daya yang lebih, dan diperhadapkan dengan tingginya kompetitif, maka strategi integrasi menjadi pilihan utama, yaitu dengan strategi backward, forward, atau
horizontal integration. Pada kuadran ini sekolah ber-peluang untuk sukses dengan memanfaatkan ber- peluang-peluang yang ada.
Pada pembahasan analisis tahap ketiga, dari hasil kerja pada tahap kedua (matching Stage) yang menggunakan matriks tersebut dan beberapa alternatif strategi yang direkomendasikan :
Tabel : 4.18 Alternatif Strategi
Jenis Matriks Strategi Rekomendasi Matriks TOWS/SWOT Strategi SO (Strength-Opportunities)
Matriks IE Grow and Build
Matriks SPACE Strategi Agresif Matriks Grand
Strategy Strategi Integrasi Vertikal Matriks QSPM Strategi Integrasi Vertikal :
Hasil strategi alternatif yang dipilih dari strategi SO, Strategi Agresif dan Strategi Integrasi dalam matriks QSPM, dihasilkan nilai TAS tertinggi yaitu 12,87 adalah pada strategi integrasi. Strategi integrasi ini adalah strategi utama atau grand strategy, yang sesuai dengan dengan kondisi sekolah gugus Jenderal Sudirman. Strategi Integrasi atau strategi integrasi vertikal yang terdiri dari strategi integrasi ke depan
(Forward Integration Strategy), Strategi integrasi ke
belakang (Backward Integration Strategy), dan strategi integrasi horisontal (Horizontal Integration Strategy). Strategi ini menghendaki agar sekolah melakukan pengawasan yang lebih terhadap kinerja sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah yang mengacu pada akreditasi sekolah.
Sekolah dengan Strategi Integrasi ke depan, sebagai sekolah potensial berusaha untuk memenuhi delapan Standar Nasional Pendidikan, dengan kekuatan internal yang dimiliki sebagai pedoman dalam pengelolaan sekolah. Dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan akreditasi sekolah, sekolah berusaha memenuhi standar baik secara kualitatif maupun kuantitatif seperti apa yang tercantum dalam standar akreditasi sekolah.
kelemahan-kelemahan yang dihadapi dengan menggunakan potensi yang dimiliki untuk menangkap peluang-peluang yang ada. Sekolah melakukan kerja sama dengan orang tua karena sebagai pemasok yaitu siswa. Sekolah mengambil alih peran pemasok dengan pengawasan terhadap siswa yang dibarengi dengan meningkatnya modal dan sumber daya sekolah. Guna meningkatkan kualitas siswa baik akademik maupun non akademik dengan mengintensifkan pengawasan atas program-program yang jalan dan berusaha untuk mengembangkannya.
Pada Strategi Horisontal merupakan salah satu strategi pertumbuhan untuk meningkatkan kualitas siswa dengan melakukan pengembangan program-program 8 SNP dan sekolah berusaha memfasilitasi pelayanan yang baik dalam pendidikan. Sekolah juga
melakukan pengawasan-pengawasan baik yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah ataupun Penilik Sekolah terhadap kinerja sekolah.
4.3.2. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi Sekolah
Berdasarkan hasil analisis SWOT dengan matriks QSPM, strategi alternatif yang direkomendasi-kan adalah strategi integrasi vertikal yang terdiri dari
strategi integrasi ke depan (Forward Integration
Integration Strategy), dan strategi integrasi horisontal
(Horizontal Integration Strategy). Berikut ini adalah
rencana strategis SD/MI Gugus Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dalam meningkatkan mutu kinerja sekolah melalui akreditasi berdasarkan analisis SWOT .
Renstra pertama, pemahaman kurikulum
berdasarkan SNP dan pelatihan implementasi
kuri-kulum 2013. Renstra ini merupakan rencana induk dari standar isi. Masa transisi dari KTSP ke kurikulum 2013 membutuhkan pelatihan, tahun 2014 ini mulai
diterapkan kurikulum 2013, dan sekolah
mempersiapkan pelatihan dan pendampingan untuk kurikulum 2013. Setelah pelatihan dan pendampingan untuk kurikulum 2013 setiap sekolah diberi batas waktu untuk implementasi sampai tahun 2019/2020.
Pilihan menggunakan kurikulum 2006 dan
mempersiapkan implementasi Kurikulum 2013.
standar” dan teori kurikulum berbasis kompetensi (Widyastono,2013:134).
Kurikulum pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, sebagai kualitas minimum yang harus dipenuhi pada masing-masing 8 SNP. Kurikulum berbasis kompetensi akan memberikan pengalaman belajar yang seluas-luasnya bagi siswa untuk mengembangkan kompetensi. Kompetensi pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara holistik (seimbang), ketiga kompetensi ini ditagih dalam rapor sebagai penentu kenaikan kelas, seperti dalam standar penilaian dalam hal ini penilaian outentik; penilaian yang bersumber dari proses dan hasil. Kurikulum ini dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip pengelo-laan yaitu berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan IPTEKS, relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan.
lebih dikonkritkan yaitu dengan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/ mengolah informasi/menalar dan mengkomunikasikan, ini yang disebut dengan pendekatan saintifik. Jadi dalam pelatihan ini dari RPP, Pelaksanaaan RPP dan evaluasi pelaksanan RPP sangat dibutuhkan, untuk melakukan tindak lanjut dalam pemahaman kurikulum 2013.
Renstra kedua, mengintensifkan dan me-ngembangkan PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dan metode CTL
(Contextual Teaching and Learning). Renstra ini
merupakan strategi utama dari standar proses pendidikan. Dengan implementasi kurikulum 2013
secara otomatis dalam pelaksanaan proses
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran tematik yang merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dan berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Seperti dijelaskan dalam implementasi kurikulum tersebut dalam kegiatan inti pembelajaran dalam standar proses dengan pendekatan saintifik.
berjalan secara maksimal. Potensi yang dimiliki yang menjadi kekuatan dapat digunakan untuk meng-intensifkan pembelajaran. Banyak inovasi yang dapat dilakukan agar PBM berjalan efektif., inovasi tidak hanya pembelajaran di dalam kelas, kegiatan kesis-waan dapat dilakukan diluar kelas. Kegiatan pembelajaran di luar kelas harus tetap bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa, dengan pembelajaran ini sebagai salah satu wahana dalam pembelajaran pendekatan CTL .
Pendekatan CTL ini merupakan standar yang digunakan dalam pemenuhan terhadap standar proses. Program pembelajaran CTL ini, mempunyai tujuh prinsip dasar yaitu belajar berbasis masalah, pengajaran outentik, belajar berbasis inquiri, belajar berbasis proyek/terstruktur, belajar berbasis kerja, belajar jasa layanan dan belajar kooperatif. Dalam standar akreditasi dengan metode pemecahan masalah, pembelajaran kooperatif dan tugas ter-sruktur, oleh karena itu sekolah perlu mengembangkan dalam rangka menghadapi kurikulum 2013.
model pembelajaran, agar siswa senang belajar, dengan senang belajar akan memberikan motivasi untuk mempelajari kompetensi yang bermakna bagi siswa pada saat ini dan perkembangannya.
Rentra ketiga, meningkatkan GAIN (Goals are
Improvement Number) Skor UN rata-rata + 0,4, ini
merupakan strategi utama dari standar Kompetensi Lulusan. Dengan strategi ini untuk mencapai tujuan sekolah, yang dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai kinerja sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa dalam jangka waktu 4 tahun yang dapat mengarahkan kinerja harian sekolah. Output yang berkualitas, yang utama adalah siswa yang berprestasi inilah produk sekolah sehingga dapat menghasilkan image positif bagi masyarakat. Nilai UN merupakan Penilaian Hasil Belajar dari Pemerintah, yang digunakan untuk mengukur kinerja sekolah yang dilihat dari prestasi
siswa yang merupakan output sekolah
Standar Kompetensi Lulusan minimum yang ada memang hanya untuk meningkatkan kuantitas siswa, yaitu bagaimana cara agar siswa lulus. Dengan menaikkan SKL minimum akan memberikan dorongan atau semangat dalam meningkatkan kinerja sekolah sesuai akreditasi sekolah.
Renstra kelima, meningkatkan klub-klub belajar siswa, Siswa adalah produk utama sekolah, dalam meningkatkan prestasi baik akademik maupun non akademik perlu dibuat program–program untuk kesiswaan sehingga dapat dijadikan daya saing sekolah dalam meningkatkan jumlah siswa dan yang utama prestasi siswa. Dalam menyalurkan bakat dan minat siswa dengan ekstra kurikuler seperti klub Sains, klub sepak bola, klub seni, klub rebana dan lain-lain. Klub ini dengan bimbingan guru atau dengan mengambil pelatih yang mempunyai kemampuan di bidangnya. Renstra ini sebagai strategi untuk SKL dalam rangka meningkatkan prestasi output sekolah.
Renstra keenam, meningkatkan profesionalisme guru. Renstra ini sebagai strategi utama untuk standar pendidik dan kependidikan. Guru yang mempunyai profesionalisme yang tinggi akan diwujudkan dalam rasa percaya diri terhadap profesinya. Rasa percaya diri
ini diwujudkan dalam profesionalitas dan
belajar. Peningkatan profesional guru tidak hanya mentranfer pengetahuan tetapi belajar bagaimana metode belajar sehingga menghasilkan prestasi yang optimal. Peningkatan profesional kinerja guru ini akan terlihat pada hasil belajar siswa. Pembinaan
profesional guru SD dapat melalui tiga jalur, pertama
jalur sekolah atau pembinaan teman sejawat. Guru SD sebagai guru kelas bukanlah guru bidang studi, namun ada sejumlah sekolah yang telah menerapkan guru bidang studi di SD. Sebagai guru kelas guru harus mengajar semua mata pelajaran kecuali pendidikan agama dan pendidikan jasmani. Bagi kepala sekolah yang jeli, tanggap dan bijaksana dapat memanfaatkan guru-guru yang berpotensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan membina teman-teman lainnya. Misalnya untuk pelajaran yang sulit matematika. Kedua pembinaan oleh kepala sekolah, tugas yang melekat pada kepala sekolah adalah melakukan pembinaan kepada guru-guru terutama berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Dan
ketiga pembinaan oleh penilik sekolah, penilik diangkat
Kegiatan pembinaan profesi guru melalui jalur kelompok kerja, ini dapat dilakukan Kelompok kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja Penilik Sekolah (KKPS) dan Pusat Kegiatan Guru (PKG). Pembinaan ini dapat dilakukan di tingkat gugus, apabila permasalahan yang dihadapi guru tidak bisa diselesaikan di tingkat KKG, akan dibahas di KKKS. Begitu pula apabila permasalahan tidak bisa di KKKS akan di bahas di KKPS dan selanjutnya pada tingkat PKG.
Pembinaan melalui jalur profesi, melalui Persatuan Guru Republik Indonesia, guru setelah me-menuhi sebagai tenaga profesional dapat membentuk kelompok jalur profesi seperti Ikatan Guru Sekolah Dasar (IGSD), Asosiasi Guru Sekolah Dasar (AGSD) dan lain-lain
Renstra ketujuh, menggalang partisipasi
masyarakat. Renstra ini sebagai strategi utama untuk standar pengelolaan sekolah hubungannya dengan
peranserta masyarakat. Penggalangan potensi
akan berperan dalam kebijakan dan program-program yang dilaksanakan di sekolah. Komite menjadi mediator dengan masyarakat, tokoh masyarakat, pemerintah desa, orang tua siswa dan lain-lain. Dalam menggalang partisipasi masyarakat ini, misalnya dalam program paguyuban kelas 6, dan ada sekolah yang mempunyai paguyuban dari kelas 1 sampai kelas 6. Kegiatan komite dalam menjalin kerjasama dengan masyarakat, yang dilakukan dalam pengurusan tanah wakaf untuk sekolah SD Regunung 01 dan SD Cukil 01 sebagai syarat akreditasi dalam kepemilikan lahan sekolah. Untuk SD Regunung 01 kegiatan pengurusan wakaf untuk sertifikat sudah berjalan.
Renstra kedelapan, mengembangkan pendidikan karakter. Renstra ini sebagai strategi utama dari standar isi, standar proses dan SKL. Pendidikan karakter merupakan pengembangan standar isi sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberi keputusan baik atau buruk, untuk memelihara apa yang baik untuk diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan ini menanamkan kebiasaan-kebiasaan tentang hal yang baik baik dari kompetensi
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Untuk
bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yaitu Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Pendidikan karakter ini ditanamkan kepada siswa sejak dini dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Renstra kesembilan, membentuk tim evaluasi
program. Dalam standar pengelolaan satuan
pendidikan ada program pengawasan, setiap sekolah menyusun program pengawasan berdasarkan SNP. Pengawasan pengelolaan sekolah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut terhadap hasil pengawasan. Pemantauan program sekolah dilakukan oleh komite atau lembaga lain yang berkepentingan secara teratur dan berkelanjutan untuk menilai efesiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan. Dalam penjaminan mutu secara internal dilakukan oleh sekolah dengan evaluasi diri. Evaluasi diri dalam MBS ini untuk menilai kinerja dan melakukan perbaikan dalam pelaksanaan SNP, evaluasi proses pembelajaran serta evaluasi program yang
dilaksanakan sekolah. Sekolah harus
dan pelaporan serta catatan tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja sekolah baik dalam pengelolaan pembelajaran maupun pengelolaan sekolah secara keseluruhan.
Renstra kesepuluh, Renstra pertama sampai kesembilan sebagai pedoman dalam mengembangkan renstra kesepuluh ini, yaitu mengintensifkan dan mengembangkan program 8 SNP. Renstra ini sebagai strategi utama untuk standar pengelolaan sekolah dalam implementasi program. Akreditasi adalah penilaian terhadap kelayakan program yang dilaksana-kan oleh sekolah. Dalam pemenuhan sesuai dengan akreditasi sekolah terhadap program dari 8 SNP yang masing-masing standar dengan 4 program, untuk akreditasi A. Program-program yang ada di sekolah belum optimal. Sekolah untuk mengintensifkan pe-laksanaan program sehingga hasilnya bisa dilihat dalam prestasi siswa baik akademik maupun non akademik.
pe-nyusunan kalender akademik, pemetaan materi bahan ajar sesuai tema, pengembangan sistem penilaian, pengembangan RPP, penyusunan beban mengajar.
Dalam implementasi kurikulum 2013, satuan pendidikan diwajibkan menyusun KTSP dan RPP sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah masing-masing serta sesuai kemampuan dan karakteristik siswa. Dokumen 1 berisi visi, misi, tujuan satuan pendidikan, muatan kurikulum pada tingkat nasional, daerah, dan kekhasan satuan pendidikan; pengaturan beban belajar dan kalender akademik. Dokumen 2, yaitu silabus telah dibuat oleh pemerintah; Dokumen 3, RPP yang dijabarkan dari silabus dari dokumen 2 yang disusun oleh setiap guru yang berisi: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian.
Program standar proses, program antara lain: pengembangan dan inovasi-inovasi metode pembelajar-an, khususnya penerapan CTL (Contextual Teaching
and Learning) untuk semua mapel ; pengembangan dan
inovasi bahan pembelajaran baik kualitas maupun kuantitas; pengembangan dan inovasi sumber pem-belajaran; pengembangan model-model pengelolaan kelas, pelatihan pendekatan saintifik.
Program standar kompetensi lulusan antara lain:
Achievement (GSA) pada setiap tahunnya;
Pengembangan standar pencapaian ketuntasan
kompetensi pada tiap tahun atau smester; Pengem-bangan kejuaraan/lomba-lomba bidang akademik; Pengembangan lomba-lomba di bidang non akademik, melalui pembinaan ekstrakurikuler.
Program standar pendidik dan tenaga
ke-pendidikan, antara lain: Pengembangan/peningkatan
kompetensi pendidik aspek profesionalitas, Pe-ngembangan peningkatan kompetensi pendidik aspek
pedagogik, sosial, kepribadian, Pengembangan/
peningkatan kompetensi TU
Pengembangan/pe-ningkatan kompetensi Kepala Sekolah, Pelaksanaan ME oleh kepala sekolah terhadap kinerja pendidik dan tenaga TU dll.
Program standar sarana dan prasarana sekolah, antara lain: Pengembangan dan peningkatan inovasi media pembelajaran untuk semua Mapel (khususnya CTL); Pengembangan prasaran pendidikan dan pem-belajaran; Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif; Pengembangan/peningkatan peralatan
labo-ratorium; Pengembangan jaringan internet;
Program standar pengelolaan pendidikan antara lain: Pengembangan atau pembuatan RPS tiap tahun, baik jangka pendek, menengah atau panjang; Pengembangan pendayagunaan SDM sekolah dengan pembagian tugas yang jelas; Pengembangan struktur organisasi sekolah sesuai kebutuhan; Melaksanakan
pembelajaran efektif dan efesien; Mendukung
pengembangan perangkat penilaian; Pengembangan dan melengkapi administrasi sekolah; Implementasi
MBS mengenai kemandirian/otonomi sekolah,
transparansi, akuntabilitas, kerja sama/partisipasi, fleksibelitas dan berkelanjutan baik keuangan atau yang lain; Pelaksanaan ME terhadap kinerja sekolah; Pelaksanaan supervisi klinis oleh kepala sekolah; Penggalangan partisipasi masyarakat (pemberdayaan komite sekolah); Membuat jaringan informasi akademik atau Sistem Informasi Manajemen (SIM); Membuat jaringan kerja yang efektif dan efesien baik vertikal
maupun horisontal; Implementasi model-model
manajemen, untuk pengembangan standar pendidikan; Mengembangkan Income Generating Activites (IGA) atau unit usaha sekolah dengan menggalang partisipasi masyarakat; Dokumen laporan yang relevan baik akademik/non akademik .
dengan kebijakan biaya pendidikan gratis. Namun perlu pengembangan bahwa biaya pendidikan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, diperlukan antara lain: Pengembangan jalinan kerja dengan penyandang dana, baik donatur tetap atau tidak tetap; Penggalangan dana dari sponsor; Penciptaan
usaha-usaha di sekolah atau luar sekolah sebagai IGA (income
generating activities) misalnya koperasi, kantin, toko
buku, foto copy dll; Pendayagunaan potensi sekolah dan lingkungan yang menghasilkan keuntungan ekonomi; Menjalin kerjasama dengan alumni.
pedoman-pedoman evaluasi sesuai pedoman-pedoman pemerintah; Adanya Tim pembuat soal-soal,dll
4.4 Validasi Produk Rencana Strategis Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi Sekolah
Produk yang dihasilkan dari rangkaian penelitian ini adalah menghasilkan rencana strategis peningkatan mutu melalui akreditasi sekolah pada Gugus Jenderal Sudirman.(Lampiran 6) Rencana strategis ini akan memberikan arah dan pedoman dalam pengelolaan sekolah.
Dalam melakukan uji materi terhadap serang-kaian isi dalam rencana strategis ini membutuhkan pakar untuk melakukan validasi terhadap desain produk. Berdasarkan hasil uji materi dalam rencana strategis ini menurut :
1 Dr. Bambang Ismanto, Msi., bahwa dalam
penyusunan Rencana Strategis ini menggunakan susunan produk penelitian seperti berikut :
Lingkungan Eksternal dan Analisis SWOT; Bab IV Isu-Isu Strategis Dan Penetapan Program Jangka Panjang, 4.1 Isu-Isu Strategis, 4.2 Visi Misi dan Tujuan Gugus Jenderal Sudirman,4.3 Program Jangka Panjang; dan Bab V Penutup.
2 Drs. Tedjo Supriyanto,MM., Uji materi dari Dinas
Pendidikan, Pemuda Dan Olahraga Kota Salatiga merupakan validasi dari praktisi pendidikan sebagai berikut :
Dalam hal Rencana Strategis berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (PP No.19 Tahun 2005) dan Standar Akreditasi Sekolah/Madrasah (Akreditasi merupakan bentuk akuntabilitas
publik dilakukan secara obyektif, adil,
transparan, dan komprehensif dengan
menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, pada Pasal 86 ayat 3)
Kaitannya dengan Renstra Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi Sekolah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 dan Peraturan bersama Dirjen DikDas dan DikMen Nomor : 5496/C/KR/2014 , dan Nomor 7915/D/KP 2014 tentang Juknis Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan
Kurikulum 2013 pada Sekolah Jenjang
kuri-kulum 2013 kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Ayat (3) Dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/ kota sesuai kewenangnnya menjamin kesiapan sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 sesuai format tercantum dalam lampiran 1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini. Dan ayat (4) Dirjen DikDas dan DikMen berkerjasama dengan BAN S/M melakukan verifikasi kesiapan sekolah sebagai mana dimaksud pada ayat 2 tersebut.
4.5 Hasil Perbaikan Desain Rencana Strategis
Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi Sekolah Proses selanjutnya adalah melakukan perbaikan dari hasil validasi tersebut terhadap desain
produk Renstra ini. Produk penelitian
selanjutnya diberikan kepada Sekolah Dasar dan Madrasah di wilayah Gugus Jenderal Surdirman kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Produk penelitian ini pada lampiran 6.