• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi SDMI Pada Gugus Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T2 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi SDMI Pada Gugus Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T2 BAB IV"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Profil Gugus Jenderal Sudirman

(2)

Tabel 4.1

Daftar Alamat SD/MI Gugus Jenderal Sudirman

NO. Nama Sekolah Alamat 7 MI Miftakhul Islamiah Dsn. Gumuk, Desa Regunung

8 MI Gading Dsn. Gading, Desa Duren

9 MI Miftahul Ulum Dsn. Miri, Desa Duren Sumber: data sekolah

Visi yang dicanangkan Gugus Jenderal Sudirman adalah “Terwujudnya kompetensi guru yang bermutu, memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan sikap dan keterampilan”, sedangkan Misi yang diemban untuk merealisasikan dari visi tersebut adalah :

1) Meningkatkan kompetensi guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam meng-gunakan berbagai metode mengajar; 2) Me-ningkatan kompetensi guru yang memiliki kecerdasan religius, sosial dan keterampilan untuk diimplementasikan dalam kehidupan

sehari-hari; 3) Meningkatkan kompetensi

personal guru yang memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani.

(3)

melalui pemberdayaan kapasiatas KKG”, dan tujuan khusus seperti berikut :

1) Memberi kesempatan kepada angggota KKG

untuk saling asah, asih, asuh (3A); 2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang lebih efektif dan efisien; 3) Memberdayakan dan membantu anggota KKG dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah; 4) Meningkatkan kompetensi dan kinerja anggota KKG dalam mengembangkan profesionalisme guru ; 5) Mendorong guru untuk memiliki kemampuan menggunakan metode pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif , Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM); 6) Mendorong dan membantu guru untuk selalu berupaya mening-katkan karier.

4.1.1. Data Siswa

(4)

Tabel 4.2.

Jumlah Siswa 3 Tahun Terakhir

2012/2013 2013/2014 2014/2015

No. Nama Sekolah Kelas Kelas Kelas

I II III IV V VI Jml I II III IV V VI Jml I II III IV V VI Jml 1 SDN Cukil 01 38 48 45 45 49 53 278 44 43 42 44 43 46 262 39 40 35 36 38 41 229 2 SDN Regunung 01 26 28 20 24 29 25 152 29 28 26 20 25 29 157 36 31 27 26 20 25 165 3 SDN Regunung 03 13 14 12 12 8 14 73 15 13 14 10 13 8 73 14 15 12 14 10 13 78 4 SDN Duren 01 35 22 31 36 30 45 199 33 22 20 31 36 30 172 29 35 22 19 31 36 172 5 SDN Duren 03 12 16 16 21 13 16 94 19 12 16 16 23 16 99 15 19 12 16 16 23 101 6 MI Miftakul Huda 4 8 4 7 5 6 34 15 2 8 5 11 7 48 22 10 2 10 4 11 60 7 MI Miftakul Islamiah 15 10 12 10 13 11 71 8 14 10 13 9 11 65 16 6 14 9 11 9 65 8 MI Gading 10 10 10 15 8 12 65 8 8 9 8 17 9 59 8 8 9 13 7 18 63 9 MI Miftakul Ulum 11 13 9 13 7 11 64 24 11 14 13 11 7 80 13 23 10 15 11 11 83 Jumlah 164 169 159 183 162 193 1030 195 153 159 160 188 160 1015 192 187 143 158 149 187 1016

(5)

4.1.2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tabel 4.3.

Kualifikasi Akademik Pendidik dan Tenaga Pendidikan Gugus Jenderal Sudirman

Sumber: Data Sekolah, diolah

Kualifikasi akademik pendidik dan tenaga kependidikan pada Tabel 4.3. tersebut Jumlah Pendidik PNS yang mengajar di Gugus Jenderal Sudirman sebanyak 42 orang (46,66 %), pendidik tidak tetap atau GTT sebanyak 48 orang (53,33 %), dan PTT sebanyak 4 orang. Jumlah pendidik yang memiliki kualifikasi pendidikan S1 sebanyak 80 orang (88,88%), S2 sebanyak 1 orang (1,1 %), dan DII/DIII sebanyak 9 orang (10 %).

PNS GTT/PTT

NO NAMA SEKOLAH

SLA DII/DIII S1/S2 SLA DII/DIII S1

1 SDN Cukil 01 8 1 5

2 SDN Regunung 01 8 1 2

3 SDN Regunung 03 1 7 1 2

4 SDN Duren 01 7/1 1 5

5 SDN Duren 03 3 5 3

6 MI Miftahul Huda 1 1 3 3

7 MI Mif. Islamiyah 9

8 MI Gading 10

9 MI Miftahul Ulum 1 1 7

(6)

Tabel: 4.4.

Sertifikasi Pendidik PNS dan GTY Gugus Jenderal Sudirman yang telah sertifikasi sebanyak 34 orang atau sebesar 80% dari jumlah PNS sebanyak 42 orang, 4 Guru telah lulus PLPG, sedangkan yang belum sertifikasi sebanyak 4 Pendidik. Sertifikasi pendidik pada sekolah swasta sebanyak 18 atau sebesar 58,06 % dari jumlah Guru Tetap Yayasan 31 Guru yang bertugas di MI dan GTT di SD Negeri 19 orang.

4.1.3. Sarana dan Prasarana 1. Sarana

(7)

jumlah siswa yang ada. Alat peraga yang ada cukup seperti peta/atlas, globe, torso, kit IPA, Kit Bahasa Indonesia, dan alat peraga IPS. Media pembelajaran berbasis TIK masih sangat minim, di SD yang diteliti tiap SD memiliki hanya LCD 1 unit, komputer ada yang1 dan 2 unit, laptop 1 unit, TV 21 1 unit, VCD 1 unit, tape rekorder 1 unit dan sound sistem ada 1 dan 2 unit. Sarana kegiatan ekstrakurikuler ada tetapi belum lengkap, yaitu alat drumband 3 SD yang memiliki, alat rebana 2 SD yang memiliki dan alat-alat olah raga yang ada diantaranya bola sepak, matras, alat senam, bola plastik, serta bola kasti.

2. Prasarana

Keadaan prasarana pendidikan yang ada, secara umum prasarana terpenuhi, perpustakaan belum memenuhi syarat, karena hanya menyekat dengan ruangan yang lain. Ruang Guru ada yang memenuhi syarat dan ruang ketrampilan belum ada untuk semua anggota Gugus ini. Adapun keadaan prasarana yang ada secara rinci terdapat pada Tabel 4.5

(8)

dari pemerintah daerah. Lahan sekolah ada yang wakaf dari masyarakat setempat tapi belum di sertifikatkan. Guna kelangsungan sekolah dalam jangka panjang maka diperlukan kepemilikan atau hak guna dari lahan tersebut.

Tabel 4.5

Keadaan Prasarana Pendidikan Gugus Jenderal Sudirman

No. Jenis Ruang Keadaan Jumlah Keterangan 1 Kelas Baik 60 Terpenuhi

Kurang 1 Belum memenuhi syarat 6 sekolah belum ada 13 Tempat bermain/ berolah

raga

Kurang Parkir di halaman.

18 Ruang KKG Baik Ada di SD Inti 19 Ruang Rapat Baik Ada di SD Inti

(9)

4.2. Analisis Hasil Penelitian

4.2.1. Hasil Wawancara, Observasi dan Studi Dokumen

Hasil penelitian yang telah diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi kemu-dian kemu-dianalisis sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui potensi yang dimiliki sekolah secara internal sebagai kekuatan sekolah dan secara eksternal peluang bagi sekolah untuk mengembangkannya. Masalah-masalah sekolah secara internal adalah men-jadi kelemahan yang dihadapi sekolah dan masalah eksternal yang menjadi ancaman dalam meningkatkan mutu melalui akreditasi sekolah. Adapun hasil wawan-cara dengan 4 Kepala Sekolah, perwakilan guru dari 4 SD, perwakilan dari komite sekolah di Gugus Jenderal Sudirman tentang program yang dilaksanakan dalam peningkatan mutu rangka pemenuhan delapan Stan-dar Nasional Pendidikan. Kegiatan wawancara, obser-vasi dan studi dokumen terhadap pemenuhan 8 SNP Adapun hasil yang dicapai secara rinci dalam seperti pada lampiran 05.

(10)

Dalam kaitannya dalam program tersebut, salah satunya dalam pencapaian KKM di sekolah seperti dalam Tabel 4.6 tentang hubungan antara standar KKM di sekolah, standar KKM dalam akreditasi.

Tabel 4.6

Daftar KKM Sekolah dan KKM Standar Akreditasi

KKM Mapel IPTEK SD KKM Dalam Akreditasi No Sekolah

BI MAT IPA IPS A B C D E 1 SDN Cukil 70 70 70 70 >75 7-7,49 65-6,99 606,49 <60 2 SDN Regunung 01 70 70 70 70 >75 7-7,49 65-6,99 606,49 <60 3 SDN Regunung 03 71 65 65 65 >75 7-7,49 65-6,99 606,49 <60 4 SDN Duren 01 71 71 71 71 >75 7-7,49 65-6,99 606,49 <60

Sumber: data SD, diolah

Standar KKM di sekolah untuk kelompok mata pelajaran IPTEK yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS. Acuan dari standar akreditasi SKL masing-masing sekolah masuk dalam peringkat B dan C. Dari hasil wawancara penentuan KKM ditentukan oleh karakteristik siswa, mata pelajaran dan kondisi satuan pendidikan, dan pencapaian KKM sebesar 97 % pada tiap tingkat.

(11)

Tabel 4.7

Analisa SKL Minimum Mapel dalam akreditasi, SKL Mapel di SD, SKL Rerata dalam akreditasi dan Nilai dalam Akreditasi

Standar Kelulusan Min Standar Kelulusan Nilai Standar Kelulusan Min Akreditasi

No. Nama Sekolah Mapel Dalam Akreditasi Mapel di Sekolah Re Rata UASBN/Akreditasi Sekolah

A B C D BI MAT IPA A B C D E

1 SDN Cukil 01 >5 4,01-5 3,01-4 2,01-3 2,90 2,90 2,90 2,90 >6 5,01-6 4,01-5 3,01-4 <3,01 A 88

2 SDN Regunung 01 >5 4,01-5 3,01-4 2,01-3 3,00 2,50 3,00 2,83 >6 5,01-6 4,01-5 3,01-4 <3,01 B 83

3 SDN Regunung 03 >5 4,01-5 3,01-4 2,01-3 2,35 2,35 2,35 2,35 >6 5,01-6 4,01-5 3,01-4 <3,01 B 83

4 SDN Duren 01 >5 4,01-5 3,01-4 2,01-3 3,50 2,50 3,00 3,00 >6 5,01-6 4,01-5 3,01-4 <3,01 A 89

(12)
(13)

Tabel 4.8

Analisa nilai kelulusan siswa UN, nilai standar prestasi UASBN dalam akreditasi dan nilai akreditasi sekolah

Nilai Kelulusan Siswa (UN) Hasil UASBN dalam Akreditasi Nilai Standar Prestasi Akreditasi Sekolah No. Nama Sekolah

(14)

4.2.2. Tahapan Analisis Perencanaan Strategis

Proses penyusunan perencanaan strategis ini melalui tiga tahap analisis, tahap analisis yang pertama tahap pengumpulan data, data yang diperoleh dari FGD masing-masing SD, kemudian diklasi-fikasikan sebagai bahan untuk melakukan FGD di tingkat Gugus. Data dibedakan menjadi data internal

terdiri dari kekuatan dan kelemahan dan eksternal

terdiri dari peluang dan ancaman. Data primer dari tahap pertama 2 matrik, yaitu matriks IFAS (Internal

Factors Analysis Summary), matriks EFAS (External

Factors Analysis Summary). Kemudian tahap kedua

dengan tahap analisis dengan Matrik SWOT (Strength,

Weaknesses, Opportunities, Threats), Matrik Internal

External (IE), matrik SPACE (Strategic Position and

Action Evaluation), matrik Grand Strategy dan tahap

ketiga, tahap pengambilan keputusan dengan matrik perencanaan strategis kuantitatif (Quatitative Strategic

Planning Matrix - QSPM).

Adapun tahapan perencanaan strategis ini dengan analisis tahap pertama berupa Matrik IFAS dan EFAS, analisis tahap kedua Matrik SWOT, Matrik IE, Matrik

SPACE, dan Matrik Grand Strategy. Selanjutnya untuk

pengambilan keputusan berdasarkan Matrik

Pe-rencanaan Strategi Quantitatif (QSPM), dan dapat

(15)

1) Matrik IFAS (Internal Factors Analysis

Summary)

Hasil dari analisis faktor-faktor dominan kekuatan dan kelemahan dalam pelaksanaan delapan SNP yang mengacu pada akreditasi serta pembobotan dan penskoran yang diperoleh seperti pada Tabel 4.9 Faktor-faktor kekuatan yang paling berpngaruh adalah pembelajaran PAIKEM dan pembelajaran dengan

metode CTL (Contextual Teaching and Learning)

khususnya metode problem Solving dan Kooperatif

Learning dengan bobot 0,18 dengan skor 4. Guru

mempunyai peran penting dalam PBM, karena tugas utama mengajar sehingga guru mempunyai peran dalam peningkatan mutu.

(16)

guru dalam melakukan penilaian sehingga memudah-kan dalam pelaksanaan program remidi dan pengayaan dengan bobot 0,10 dan skor 4. Kualifikasi guru telah memenuhi syarat yaitu S1 sebesar 97 % untuk tingkat gugus yang memiliki bobot 0,11 dengan skor 3, serta didukung pula oleh guru yang sesuai dengan bidang studi sebesar 97 % yang memiliki bobot 0,08 dan skor 3. Dukungan gaji guru dan GTT yang lancar, sertifikasi tingkat gugus sebesar 77 % serta tupoksi masing-masing sekolah yang jelas masing-masing-masing-masing dengan bobot 0,04 dan skor 3 akan mendukung dalam kinerja guru dalam peningkatan mutu sekolah.

(17)

namun sampai saat ini belum ada bukti yang kuat untuk hak atas lahan sekolah. Ada juga desa yang sudah mengadministrasikan dengan baik hak atas lahan dari pemerintah daerah, adapun bobot hak atas lahan ini sebesar 0,18 dan skor 4. Sarana penunjang yang ada di sekolah kurang memadai seperti perpustakaan, kantin, Mushola Olah Raga dan Seni dengan bobot 0,16 dan skor 4. Dalam mengelola untuk mencapai tujuan sekolah dalam rangka pemenuhan 8 SNP, diperlukan program-program untuk mencapainya yang masing-masing standar minimum 4 program, namun program yang ada pelaksanaannya belum optimal dikarenakan belum adanya tim evaluasi program yang diperoleh dengan bobot 0,14 dan skor 3.

(18)

optimal dengan bobot 0,05 dan skor 3 karena pengembangan bahan ajar berdasarkan keunggulan lokal guna meningkatkan pendidikan kecakapan hidup yang di sesuaikan dengan keunggulan lokal diperlukan, namun belum optimalnya pengembangan bahan ajar berbasis keunggulan lokal menjadi tantangan sendiri bagi sekolah untuk mengembangkannya adapun bobotnya 0,07 dan skor 2. Lemahnya dukungan administrasi yang mendukung untuk pelaksanaan 8 standar akan mempengaruhi mutu pendidikan, karena tugas Guru juga melakukan pekerjaan administrasi dengan bobot 0,04 dan skor 3. Oleh karena itu bahwa tugas guru dalam membantu administrasi diperlukan penguasaan ICT baik untuk administrasi maupun PBM dengan bobot 0.05 dan skor 2.

(19)

Tabel 4.9

Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFAS)

No Faktor-Faktor Internal Dominan Bobot Skor

Kekuatan :

4 Standar kelulusan minimum jelas dan angka kelulusan

100%. 0,12 4 0,48 10 Tupoksi masing-masing sekolah jelas. 0,04 3 0,12

Total kekuatan : 1 3,69

Kelemahan :

1 Administrasi sekolah belum optimal. 0,04 3 0,12 2 Pendidikan kecakapan hidup belum optimal 0,05 3 0,15 3 Penguasaan ICT dalam PBM masih kurang 0,05 2 0,10 4 Pembinaan prestasi akademik dan non akademik belum

optimal. 0,10 2 0,20

5 Sarana penunjang, perpustakaan, kantin, Mushola, OR

dan seni dll kurang memadahi. 0,16 3 0,48 6 Hak atas lahan sekolah 0,18 4 0,72 7 Area sekolah kurang hijau dan kebersihan sekolah

kurang. 0,09 2 0,18

8 Belum adanya tim evaluasi program, maka program 8

standar belum optimal. 0,14 3 0,42 9 Belum optimal SIM (Sistem Informasi Manajemen) 0,12 2 0,24 10 Pengembangan bahan ajar berbasis keunggulan lokal

belum optimal. 0,07 2 0,14

Total kelemahan 1 2,75

Total IFAS 0,94

(20)

2) Matriks EFAS (Matriks External Factor

Analysis Summary )

Hasil analisis faktor peluang dan ancaman dapat dilihat pada Tabel 4.10. Perhitungan yang diperoleh hasil pembobotan dan penskoran. Ada beberapa hal yang menjadi peluang dalam peningkatan mutu yang mengacu pada akreditasi. Menurut hasil FGD tingkat gugus yang memiliki bobot peluang paling tinggi masa transisi kurikulum yaitu dari KTSP ke kurikulum 2013, dengan bobot 0,20 dan skor 4. Untuk menangkap peluang berkaitan dengan kurikulum sangat dibutuh-kan untuk meningkatdibutuh-kan mutu sekolah yaitu pemahaman terhadap implementasi kurikulum 2013. Dukungan dalam pelaksanaan tugas seperti gaji guru, honor GTT dan usulan kenaikan pangkat yang lancar

memotivasi untuk meningkatkan kompetensi

profesional guru dengan bobot 0,20 dan skor 4.

(21)

tua siswa melalui komite memperoleh bobot 0.10 dan skor 3.

Harapan orang tua terhadap peluang yang mana orang tua memiliki harapan dalam meningkatkan mutu baik akademik maupun non akademik dan dalam mendidik untuk taat beribadah dengan bobot 0.06 dan skor 4. Berkat perkembangan IPTEK memudahkan dalam pengembangan, sehingga memudahkan dalam mencari bahan ajar yang kontektual, dengan bobot 0,05 dan skor 4. Potensi daerah sebagai wilayah pertanian atau hutan rakyat gugus Jenderal Sudirman peluang ini ditangkap sebagai pengembangan bahan ajar yang kontektual, adapun bobot yang diperoleh 0,05 dan skor 3. Pelaksanaan akreditasi sekolah menjadi peluang yang tidak hanya sesaat, namun sebagai pedoman dalam melaksanakan kinerja sekolah yang bermutu dengan bobot 0,05 dan skor 3. Dalam rangka meningkatkan kecakapan hidup dukungan dari kebijakan pemerintah bahwa wilayah kecamatan Tengaran sebagai kawasan industri, dengan bobot 0.02 skor 3.

(22)

dengan bobot 0,15 dan skor 2 dan anak dititpkan kepada kakek dan neneknya atau hanya ayahnya yang merawat. Kondisi ekonomi menengah kebawah ini tepat sasaran dalam kebijakan biaya pendidikan gratis dengan bobot 0,15 dan skor 2. Pemahaman orangtua siswa terhadap hasil belajar belum menekankan pada penilaian proses, hal ini bagi sekolah perlu mensosialisasikan kepada orangtua siswa, adapun bobot sebesar 0,11 dan skor 2. Dampak negatif dari internet dengan bobot 0,10 dan skor 2 karena rendahnya kepedulian orang tua terhadap belajar dan sekolah dengan bobot 0,16 dan skor 1.

(23)

Tabel 4.10

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS)

No Faktor-Faktor Enternal Dominan Bobot Skor Peluang :

Bobot x Skor

1 Masa transisi KTSP ke kurikulum 2013 0,20 4 0,80 2 Kebijakan Pemerintah Daerah, Kecamatan Tengaran

sebagai kawasan Industri 0,02 3 0,06 3 Potensi daerah pertanian, Desa Regunung memperoleh

kejuaraan Tingkat Nasional I dan II bidang Kehutanan Rakyat.

0,05 3 0,15

4 Buku teks untuk siswa dan guru 0,15 3 0,45 5 Perkembangan IPTEKS semakin mudah untuk bahan

pelajaran. 0,05 4 0,20

6 Harapan orangtua untuk meningkatkan mutu sekolah dengan akademik, non akademik dan dalam mendidik untuk taat beribadah.

0,06 4 0,24

7 Dana operasional dari pemerintah lancer 0,12 4 0,48 8 Gaji guru, honor GTT dan usulan kenaikan pangkat guru

lancar 0,20 4 0,80

9 Pelaksanaan akreditasi sekolah 0,05 3 0,15 10 Membangun kemitraan dengan alumni, masyarakat, tokoh

masyarakat, orangtua siswa melalui komite. 0,10 3 0,30

Total Peluang : 1 3,63

Ancaman :

1 Persaingan dengan sekolah lain. 0,02 2 0,04 2 Kepedulian orangtua terhadap belajar dan sekolah rendah 0,16 1 0,16 3 Orang tua siswa bekerja sebagai TKW 40 % 0,15 2 0,30 4 Dampak negatif internet 0,10 2 0,20 5 Guru yang berpotensi untuk promosi sebagai Kepala

Sekolah, sehingga sekolah merasa kehilangan. 0,02 3 0,06 6 Kebijakan pemerintah biaya pendidikan gratis 0,15 2 0,30 7 Keadaan ekonomi orangtua siswa 0,16 2 0,32 8 Pemahaman penilaian orangtua hanya dari hasil belajar

belum menekankan penilaian proses belajar 0,11 2 0,22 9 Keamanan dan lingkungan masyarakat kurang mendukung

dalam belajar. 0,08 1 0,08

10 Peran masyarakat terhadap sekolah 0,05 2 0,10

Total Ancaman 1 1,78

Total EFAS 1,85

Sumber: hasil FGD 2014

(24)

3,63 dan ancaman 1,78 dan selisih peluang dengan ancaman sebesar 1,85. Dari jumlah ini diketahui bahwa SD/MI di Gugus Jenderal Sudirman mempunyai banyak peluang yang bisa dimanfaatkan, guna mengantisipasi ancaman yang timbul.

3) Diagram Analisis Strategi SWOT

(25)

1,85

0,94 1 2

-1 -2

Gambar 4.1

Diagram Analisa Strategi SWOT

(0,94; 1,85)

4) Matriks Internal Eksternal ( IE)

Pada matriks IE menggunakan parameter kekuatan internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi, yang tujuannya untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail, pada matrik ini terdiri dari 9 sel. Adapun hasil yang diperoleh jumlah IFAS dan EFAS sebagai berikut :

Peluang (O)

1. Mendukung Strategi Agresif(SO)

Kekuatan (S)

Ancaman ( T ) Kelemahan (W)

Mendukung Strategi Diversifikasi

4. Mendukung Strategi Devensive 3. Mendukung Strategi

(26)

Tabel : 4.11

Skor Akhir IFAS dan EFAS

IFAS EFAS

Kategori Total Skor Kategori Total Skor Kekuatan (S) 3,69 Peluang (O) 3,63 Kelemahan(W) 2,75 Ancaman (T) 1,78

Total ( S+W) 6,44 5,41

(S+W) : 2 3,22 2,70

Sumber : hasil FGD, 2014

Tabel 4.12

Matriks Internal Eksternal (IE) Total Skor Faktor Internal (IFAS )

4,0 Kuat 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0

I. Pertumbuhan II. Pertumbuhan III. Penciutan

IV. Stabilitas V. Pertumbuhan

Stabilitas VI. Penciutan

VII. Pertumbuhan VIII. Pertumbuhan IX. Likuiditas

Hasil analisis matriks IE ini diperoleh posisi SD Gugus Jenderal Sudirman pada sel 1 strategi per-tumbuhan (Growth strategy) dan sel 4 Stability

strategy. Pada sel 1 ini pertumbuhan dengan

konsentrasi melalui integrasi vertikal yaitu dengan

backward integration dan forward integration. Dan sel ke 4 untuk mencapai pertumbuhan yang baik perlu

3,0

2,0

(27)

dengan hati-hati, dengan meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada pada sekolah.

5) Matriks SPACE

Untuk mempertajam dari posisi dalam matriks internal eksternal tersebut maka peneliti mengguna-kan matriks SPACE pada Tabel 4.13 agar dapat melihat posisi sekolah dan arah perkembangan sekolah tersebut. Posisi keuangan yang kuat, karena dana operasional dari pemerintah dan lancar. Untuk Sekolah Dasar Negeri dana operasional lancar, dengan mengintensifkan dana yang ada, pengelolaan keuangan sesuai dengan standar pembiayaan, dan pertanggung-jawaban kepada warga sekolah. Gaji Pendidik dan Tenaga Pendidikan yang lancar, karena sebagai PNS lancar. Keadaan ekonomi orangtua siswa tidak berpengaruh karena biaya pendidikan gratis, sesuai anjuran pemerintah.

(28)

Tabel 4.13

Matriks Strategi dan Evaluasi Tindakan (SPACE)

Posisi Strategis Internal Skor Posisi Strategis Eksternal Skor Financial Strength (FS) Environmental Stability (ES)

1.Dana operasional dari

Pemerintah lancar. 4 1.Tingkat persaingan sekolah semakin tinggi. -3 2.Gaji pendidik dan tenaga

pendidik lancar 4 2.Perkembangan teknologi -2 3.Keadaan ekonomi

orangtua 2 3. Motivasi belajar siswa -2

4. Kebijakan Pemerintah

daerah -1

Total FS 10 Total ES -8

Competitive Advantage (CA) Industry Strength (IS) 1.Standar kompetensi

kelulusan -3 1. Standar sarana dan prasarana 3 2.Fasilitas sekolah -2 2. Standar tenaga pendidik

dan kependidikan 4

3.Buku paket untuk guru

dan siswa -3 3. Standar pembiayaan 4

Sumber : hasil FGD, 2014

FS = 10/3 = 3,33 ES = -8/4 = -2

CA = -10/5 = -2 IS = 11/3 = 3,66

(29)

1,33

1,66

Gambar 4.2 Diagram SPACE

Berdasarkan Gambar 4.2 tersebut terlihat garis vektor bersifat positif, sehingga keuangan pada pada SD Negeri Gugus Jenderal Sudirman relatif kuat, fasilitas sekolah, buku paket untuk guru dan siswa, akreditasi sekolah dan program-program yang ada sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan kompetitif dengan cara melaksanakan tindakan internal yang lebih agresif, sebagai contoh dengan mengintensifkan

metode problem solving kepada siswa atau dengan

tambahan jam berupa les, mengintensifkan program-program yang dilaksanakan.

FS

Aggresive

IS

ES CA

Competitive Defensive

(30)

6) Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix )

Perhitungan Matriks Strategi Besar, sebagai tehnik untuk merumuskan strategi alternatif yang terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi posisi per-saingan seperti pada atribut standar kompetensi lulusan dengan bobot kali skor tertinggi yaitu 0,50, selanjutnya program-program yang dilaksanakan di sekolah dengan hasil 0,40, fasilitas sekolah sebesar 0.30, buku panduan guru dan siswa dengan hasil 0,25 dan pelaksanaan akreditasi sekolah sebesar 0,15.

Dimensi pertumbuhan pasar seperti pada atribut dana dari Pemerintah dengan perolehan bobot kali skor 0,60, pertumbuhan standar isi atau kurikulum 0,60, standar proses, pertumbuhan untuk peningkatan Proses Belajar Mengajar dengan perolehan 0,60, selanjutnya pengelolaan sekolah dengan hasil 0,50 dan pendidik dan tenaga kependidikan 0,45, yang di-jabarkan sebagai berikut :

(31)

Tabel 4.14

Competitive Position Grand Strategy Matrix

No Atribut Bobot Skor Bobot x Skor

1 Standar kompetensi

lulusan 0,25 2 0,50

2 Buku panduan untuk guru

dan siswa 0,25 1 0,25

3 Pelaksanaan akreditasi

sekolah 0,15 1 0,15

4 Fasilitas sekolah lain/

sarana 0,15 2 0,30

5 Program-program sekolah 0,20 2 0,40

Total 1 1,60

Sumber, hasil FGD, 2014

Tabel 4.15

Market Growth Grand Strategy Matrix

No Atribut Bobot Skor Bobot x Skor

1 Dana operasional dari

Pemerintah 0,20 3 0,60

2 Pendidik dan tenaga

kependidikan 0,15 3 0,45

3 Pengelolaan sekolah 0,25 2 0,50

4 Standar isi 0,20 3 0,60

5 Standar proses 0,20 3 0,60

Total 1 2,75

(32)

2,75

1,60

Gambar 4.3

Diagram Grand Strategy Matrik

Dari Gambar diagram tersebut Grand Strategy

Matrix posisi sekolah Jenderal Sudirman berada pada

kuadran I yaitu posisi strategi sempurna, pada sekolah yang memiliki sumber daya yang lebih, dan diper-hadapkan dengan tingginya kompetitif, maka strategi integrasi menjadi pilihan utama, yaitu dengan strategi

backward, forward, atau horizontal integration. Pada kuadran ini sekolah berpeluang untuk sukses dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada.

Pertumbuhan yang cepat

Persaingan kuat

Pertumbuhan lambat Persaingan lemah

Kuadran II Kuadran I

(33)

7) Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning- QSPM)

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif

(Quantitative Strategic Planning - QSPM) merupakan

tahapan ketiga yaitu tahapan pengambilan keputusan. Matriks analisis keputusan ini di dalam mengevaluasi berbagai strategi alternatif yang secara objektif menjadi rekomendasi dalam pengambilan keputusan. Kepu-tusan strategi yang diperoleh dari Matriks SWOT diperoleh strategi SO, Matriks SPACE diperoleh strategi Agresif, dan Matriks Grand Strategy diperoleh

strategi integrasi yaitu backward, forward dan

horizontal integration, Selanjutnya akan dianalisis

(34)

Tabel 4.16

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)

Strategi 3. Potensi daerah pertanian, Desa

Regunung memperoleh kejuaraan Tingkat Nasional I dan II bidang Kehutanan Rakyat.

0,05 3 0,15 3 0,15 4 0,20

4. Buku teks untuk siswa dan guru 0,15 3 0,45 3 0,45 4 0,60 5. Perkembangan IPTEKS semakin mudah

untuk bahan pelajaran. 0,05 4 0,20 4 0,20 4 0,20 6. Harapan orangtua untuk meningkatkan

mutu sekolah dalam akademik, non akademik dan dalam mendidik untuk taat beribadah

0,06 4 0,24 4 0,24 4 0,24

7. Dana operasional dari Pemerintah lancar. 0,12 4 0,48 4 0,48 4 0,48 8. Gaji guru, honor GTT dan usulan

kenaikan pangkat guru lancar. 0,20 4 0,80 4 0,80 3 0,60 9. Pelaksanaan akreditasi sekolah. 0,05 3 0,15 1 0,05 3 0,15 10. Membangun kemitraan dengan alumni,

masyarakat, tokoh masyarakat, orang-2. Kepedulian orangtua terhadap belajar dan

sekolah rendah 0,16 2 0,32 2 0,32 2 0,32 3. Peran Instansi lain terhadap pendidikan 0,15 2 0,30 1 0,15 1 0,15 4. Dampak negatif Internet 0,10 2 0,20 4 0,40 4 0,40 5. Guru yang berpotensi untuk promosi

sebagai Kepala Sekolah, sehingga sekolah merasa kehilangan

0,02 3 0,06 2 0,06 2 0,06

6. Kebijakan pemerintah biaya pendidikan

gratis 0,15 2 0,30 2 0,30 3 0,45

7. Keadaan ekonomi orangtua siswa 0,16 2 0,32 1 0,16 1 0,16 8. Pemahaman penilaian orangtua hanya

dari hasil belajar belum menekankan penilaian proses belajar

0,11 2 0,22 2 0,22 3 0,33

9. Keamanan dan lingkungan masyarakat

kurang mendukung dalam belajar 0,08 4 0,32 4 0,32 3 0,24 10. Partisipasi masyarakat terhadap sekolah 0,05 3 0,15 4 0,20 3 0,15

(35)

Strategi 4. Standar kelulusan minimum jelas dan

angka kelulusan 100% 0,12 4 0,48 4 0,48 4 0,48 2. Pendidikan kecakapan hidup belum

optimal 0,05 2 0,10 2 0,10 2 0,10 3. Penguasaan ICT dalam PBM belum

optimal 0,05 3 0,15 3 0,15 4 0,20 4. Pembinaan prestasi akademik dan non

akademik belum optimal 0,10 3 0,30 3 0,30 4 0,40 5. Sarana penunjang, perpustakaan,

kantin, mushola, OR dan seni dll kurang memadahi.

0,16 2 0,32 3 0,48 3 0,48

6. Hak atas lahan sekolah 0,18 4 0,72 3 0,54 4 0,54 7. Area sekolah kurang hijau dan

kebersihan sekolah kurang 0,09 3 0,27 3 0,27 3 0,27 8. Belum adanya tim evaluasi program

maka 8 SNP belum optimal 0,14 4 0,56 4 0,56 4 0,56 9. Belum optimal SIM (sistem informasi

manajemen) 0,12 3 0,36 3 0,36 3 0,36 10. Pengembangan bahan ajar berbasis

keunggulan lokal belum optimal. 0,07 3 0,21 3 0,21 3 0,21 Total Kelemahan 1 3,07 3,09 3,20

Total QSPM 12.62 12,13 12,87

Sumber : hasil FGD 2014.

(36)

Dari hasil strategi alternatif matriks QSPM, dihasilkan nilai TAS tertinggi yaitu 12,87 adalah pada strategi integrasi, sehingga strategi yang sesuai dengan dengan kondisi sekolah gugus Jenderal Sudirman adalah Strategi Integrasi atau strategi integrasi vertikal, yang terdiri dari tiga strategi utama yaitu

strategi integrasi ke depan (Forward Integration

Strategy), Strategi integrasi ke belakang (Backward

Integration Strategy), dan strategi integrasi horisontal (Horizontal Integration Strategy).

8) Matriks SWOT (Strength, Weaknesses,

Opportunities, Threats)

(37)

mengembangkan pendidikan karakter (9) Membentuk

1. Dokumen kurikulum lengkap 1. Pemahaman kurikulum berdasarkan SNP dan Pelatihan

untuk implementasi kurikulum 2013 2. Pembelajaran PAIKEM dan

metode CTL 2. Mengintensifkan dan mengembangkan pembelajaran PAIKEM dan metode CTL

3. KKM setiap mapel jelas. 3. Meningkatkan Gain Skor UN + 0,4

4. Standar kelulusan minimum jelas dan angka kelulusan 100%.

4. Meningkatkan SKL Minimum 3-4 dan standar KKM menjadi 75 untuk mapel Iptek

5. Kualifikasi guru tingkat gugus

S1 97% 5. Meningkatkan klub-klub belajar siswa

6. Setifikasi guru tingkat gugus

77% 6. Mengintensifkan profesionalisme guru

7. Guru mengajar sesuai bidang

studi 97% 7. Menggalang partisipasi masyarakat

8. Gaji guru dan GTT lancer 8. Mengembangkan pendidikan karakter

9. Visi, misi dan tujuan sekolah

jelas 9. Membentuk tim evaluasi program

10.Tupoksi masing-masing

(38)

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1. Tahapan Analisis Perencanaan Strategis

Pada bagian ini pembahasan mengenai hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumen yang telah dipaparkan sebelumnya dan FGD. Pembahasan ini sebagai upaya untuk menjelaskan hasil analisis dan jawaban terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai dasar untuk jawaban faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam meningkatkan mutu kinerja sekolah melalui akreditasi SD/MI Gugus Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dan bagaimana rencana strategis SD/MI Gugus Jenderal Sudirman dalam peningkatan mutu kinerja sekolah melalui akreditasi.

Dalam pembahasan tahap analisis perencanaan strategi melalui tiga tahap analisis, tahap pertama dengan IFAS dan EFAS. Dalam tahap ini berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap sektor lingkungan

internal, diperoleh jumlah kekuatan sebesar 3,69 dan

(39)

meminimal-kan kelemahan yang dihadapi sekolah dalam rangka meningkatkan mutu melalui akreditasi.

Dari hasil analisis faktor eksternal (EFAS), faktor-faktor yang dominan dari peluang sebesar 3,63 dan ancaman 1,78, dengan skor akhir (peluang-ancaman) adalah sebesar 1,85. Peluang yang dominan bagi SD/MI di Gugus Jenderal Sudirman dapat dimanfaat-kan dalam mengantisipasi ancaman yang timbul.

Pembahasan tahap kedua, berdasarkan hasil

analisis lingkungan internal (IFAS) dan eksternal (EFAS), dari hasil dapat disimpulkan posisi SD Gugus Jenderal Sudirman pada diagram analisis SWOT berada pada titik (0,94 : 1,85), adalah strategi SO

(Strength – Oppotunities) , hasil ini menunjukkan bahwa

kekuatan 0.94 lebih kecil dari peluang 1,85 yang ada di SD Gugus Jenderal Sudirman. Dengan strategi SO ini kekuatan-kekuatan internal sekolah digunakan untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar sekolah. Oleh karena itu sekolah berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan agar menjadi lebih kuat, dan berusaha untuk menghindari ancaman dengan berkonsentrasi pada peluang yang ada.

(40)

pertum-buhan kekuatan internal yang kuat sebesar 3,22 dan pengaruh eksternal yang medium sebesar 2,70 diperoleh posisi SD Gugus Jenderal Sudirman sebagai

Grow dan Build, dan pada sel 1 yaitu strategi pertumbuhan (Growth Strategy) dan sel 4 strategi stabilitas (Stability Strategy). Pertumbuhan dapat dicapai melalui integrasi vertikal dengan cara backward

integration atau dengan forward integration. Dan

untuk mencapai pertumbuhan strategi stabilitas yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi tapi harus dengan hati-hati, yaitu dengan meminimalkan faktor-faktor kelemahan yang ada di sekolah.

Untuk mempertajam dari posisi dalam matriks internal eksternal tersebut maka selanjutnya dengan menggunakan matriks SPACE. Berdasarkan Diagram SPACE , terlihat garis vektor bersifat positif.(1,66 : 1,33)

menunjukkan strategi aggresive sehingga keuangan

pada pada SD Negeri Gugus Jenderal Sudirman relatif kuat dan mendominasi untuk aktivitas pengelolaan sekolah, fasilitas sekolah, buku paket untuk guru dan siswa, akreditasi sekolah dan program-program yang ada sehingga dapat mengoptimalkan keunggulan bersaing dengan cara melaksanakan tindakan internal

yang lebih agresif, sebagai contoh dengan

(41)

dengan tambahan jam berupa les, mengintensifkan program-program yang dilaksanakan.

Berdasarkan hasil perhitungan Grand Strategy

Matrix posisi sekolah Gugus Jenderal Sudirman pada

(1,60 : 2,75) menunjukkan pada kuadran I yaitu posisi strategi sempurna, pada sekolah yang memiiki sumber daya yang lebih, dan diperhadapkan dengan tingginya kompetitif, maka strategi integrasi menjadi pilihan utama, yaitu dengan strategi backward, forward, atau

horizontal integration. Pada kuadran ini sekolah ber-peluang untuk sukses dengan memanfaatkan ber- peluang-peluang yang ada.

Pada pembahasan analisis tahap ketiga, dari hasil kerja pada tahap kedua (matching Stage) yang menggunakan matriks tersebut dan beberapa alternatif strategi yang direkomendasikan :

Tabel : 4.18 Alternatif Strategi

Jenis Matriks Strategi Rekomendasi Matriks TOWS/SWOT Strategi SO (Strength-Opportunities)

Matriks IE Grow and Build

Matriks SPACE Strategi Agresif Matriks Grand

Strategy Strategi Integrasi Vertikal Matriks QSPM Strategi Integrasi Vertikal :

(42)

Hasil strategi alternatif yang dipilih dari strategi SO, Strategi Agresif dan Strategi Integrasi dalam matriks QSPM, dihasilkan nilai TAS tertinggi yaitu 12,87 adalah pada strategi integrasi. Strategi integrasi ini adalah strategi utama atau grand strategy, yang sesuai dengan dengan kondisi sekolah gugus Jenderal Sudirman. Strategi Integrasi atau strategi integrasi vertikal yang terdiri dari strategi integrasi ke depan

(Forward Integration Strategy), Strategi integrasi ke

belakang (Backward Integration Strategy), dan strategi integrasi horisontal (Horizontal Integration Strategy). Strategi ini menghendaki agar sekolah melakukan pengawasan yang lebih terhadap kinerja sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah yang mengacu pada akreditasi sekolah.

Sekolah dengan Strategi Integrasi ke depan, sebagai sekolah potensial berusaha untuk memenuhi delapan Standar Nasional Pendidikan, dengan kekuatan internal yang dimiliki sebagai pedoman dalam pengelolaan sekolah. Dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan akreditasi sekolah, sekolah berusaha memenuhi standar baik secara kualitatif maupun kuantitatif seperti apa yang tercantum dalam standar akreditasi sekolah.

(43)

kelemahan-kelemahan yang dihadapi dengan menggunakan potensi yang dimiliki untuk menangkap peluang-peluang yang ada. Sekolah melakukan kerja sama dengan orang tua karena sebagai pemasok yaitu siswa. Sekolah mengambil alih peran pemasok dengan pengawasan terhadap siswa yang dibarengi dengan meningkatnya modal dan sumber daya sekolah. Guna meningkatkan kualitas siswa baik akademik maupun non akademik dengan mengintensifkan pengawasan atas program-program yang jalan dan berusaha untuk mengembangkannya.

Pada Strategi Horisontal merupakan salah satu strategi pertumbuhan untuk meningkatkan kualitas siswa dengan melakukan pengembangan program-program 8 SNP dan sekolah berusaha memfasilitasi pelayanan yang baik dalam pendidikan. Sekolah juga

melakukan pengawasan-pengawasan baik yang

dilakukan oleh Kepala Sekolah ataupun Penilik Sekolah terhadap kinerja sekolah.

4.3.2. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi Sekolah

Berdasarkan hasil analisis SWOT dengan matriks QSPM, strategi alternatif yang direkomendasi-kan adalah strategi integrasi vertikal yang terdiri dari

strategi integrasi ke depan (Forward Integration

(44)

Integration Strategy), dan strategi integrasi horisontal

(Horizontal Integration Strategy). Berikut ini adalah

rencana strategis SD/MI Gugus Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dalam meningkatkan mutu kinerja sekolah melalui akreditasi berdasarkan analisis SWOT .

Renstra pertama, pemahaman kurikulum

berdasarkan SNP dan pelatihan implementasi

kuri-kulum 2013. Renstra ini merupakan rencana induk dari standar isi. Masa transisi dari KTSP ke kurikulum 2013 membutuhkan pelatihan, tahun 2014 ini mulai

diterapkan kurikulum 2013, dan sekolah

mempersiapkan pelatihan dan pendampingan untuk kurikulum 2013. Setelah pelatihan dan pendampingan untuk kurikulum 2013 setiap sekolah diberi batas waktu untuk implementasi sampai tahun 2019/2020.

Pilihan menggunakan kurikulum 2006 dan

mempersiapkan implementasi Kurikulum 2013.

(45)

standar” dan teori kurikulum berbasis kompetensi (Widyastono,2013:134).

Kurikulum pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, sebagai kualitas minimum yang harus dipenuhi pada masing-masing 8 SNP. Kurikulum berbasis kompetensi akan memberikan pengalaman belajar yang seluas-luasnya bagi siswa untuk mengembangkan kompetensi. Kompetensi pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara holistik (seimbang), ketiga kompetensi ini ditagih dalam rapor sebagai penentu kenaikan kelas, seperti dalam standar penilaian dalam hal ini penilaian outentik; penilaian yang bersumber dari proses dan hasil. Kurikulum ini dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip pengelo-laan yaitu berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan IPTEKS, relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan.

(46)

lebih dikonkritkan yaitu dengan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/ mengolah informasi/menalar dan mengkomunikasikan, ini yang disebut dengan pendekatan saintifik. Jadi dalam pelatihan ini dari RPP, Pelaksanaaan RPP dan evaluasi pelaksanan RPP sangat dibutuhkan, untuk melakukan tindak lanjut dalam pemahaman kurikulum 2013.

Renstra kedua, mengintensifkan dan me-ngembangkan PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dan metode CTL

(Contextual Teaching and Learning). Renstra ini

merupakan strategi utama dari standar proses pendidikan. Dengan implementasi kurikulum 2013

secara otomatis dalam pelaksanaan proses

pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran tematik yang merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dan berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Seperti dijelaskan dalam implementasi kurikulum tersebut dalam kegiatan inti pembelajaran dalam standar proses dengan pendekatan saintifik.

(47)

berjalan secara maksimal. Potensi yang dimiliki yang menjadi kekuatan dapat digunakan untuk meng-intensifkan pembelajaran. Banyak inovasi yang dapat dilakukan agar PBM berjalan efektif., inovasi tidak hanya pembelajaran di dalam kelas, kegiatan kesis-waan dapat dilakukan diluar kelas. Kegiatan pembelajaran di luar kelas harus tetap bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa, dengan pembelajaran ini sebagai salah satu wahana dalam pembelajaran pendekatan CTL .

Pendekatan CTL ini merupakan standar yang digunakan dalam pemenuhan terhadap standar proses. Program pembelajaran CTL ini, mempunyai tujuh prinsip dasar yaitu belajar berbasis masalah, pengajaran outentik, belajar berbasis inquiri, belajar berbasis proyek/terstruktur, belajar berbasis kerja, belajar jasa layanan dan belajar kooperatif. Dalam standar akreditasi dengan metode pemecahan masalah, pembelajaran kooperatif dan tugas ter-sruktur, oleh karena itu sekolah perlu mengembangkan dalam rangka menghadapi kurikulum 2013.

(48)

model pembelajaran, agar siswa senang belajar, dengan senang belajar akan memberikan motivasi untuk mempelajari kompetensi yang bermakna bagi siswa pada saat ini dan perkembangannya.

Rentra ketiga, meningkatkan GAIN (Goals are

Improvement Number) Skor UN rata-rata + 0,4, ini

merupakan strategi utama dari standar Kompetensi Lulusan. Dengan strategi ini untuk mencapai tujuan sekolah, yang dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai kinerja sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa dalam jangka waktu 4 tahun yang dapat mengarahkan kinerja harian sekolah. Output yang berkualitas, yang utama adalah siswa yang berprestasi inilah produk sekolah sehingga dapat menghasilkan image positif bagi masyarakat. Nilai UN merupakan Penilaian Hasil Belajar dari Pemerintah, yang digunakan untuk mengukur kinerja sekolah yang dilihat dari prestasi

siswa yang merupakan output sekolah

(49)

Standar Kompetensi Lulusan minimum yang ada memang hanya untuk meningkatkan kuantitas siswa, yaitu bagaimana cara agar siswa lulus. Dengan menaikkan SKL minimum akan memberikan dorongan atau semangat dalam meningkatkan kinerja sekolah sesuai akreditasi sekolah.

(50)

Renstra kelima, meningkatkan klub-klub belajar siswa, Siswa adalah produk utama sekolah, dalam meningkatkan prestasi baik akademik maupun non akademik perlu dibuat program–program untuk kesiswaan sehingga dapat dijadikan daya saing sekolah dalam meningkatkan jumlah siswa dan yang utama prestasi siswa. Dalam menyalurkan bakat dan minat siswa dengan ekstra kurikuler seperti klub Sains, klub sepak bola, klub seni, klub rebana dan lain-lain. Klub ini dengan bimbingan guru atau dengan mengambil pelatih yang mempunyai kemampuan di bidangnya. Renstra ini sebagai strategi untuk SKL dalam rangka meningkatkan prestasi output sekolah.

Renstra keenam, meningkatkan profesionalisme guru. Renstra ini sebagai strategi utama untuk standar pendidik dan kependidikan. Guru yang mempunyai profesionalisme yang tinggi akan diwujudkan dalam rasa percaya diri terhadap profesinya. Rasa percaya diri

ini diwujudkan dalam profesionalitas dan

(51)

belajar. Peningkatan profesional guru tidak hanya mentranfer pengetahuan tetapi belajar bagaimana metode belajar sehingga menghasilkan prestasi yang optimal. Peningkatan profesional kinerja guru ini akan terlihat pada hasil belajar siswa. Pembinaan

profesional guru SD dapat melalui tiga jalur, pertama

jalur sekolah atau pembinaan teman sejawat. Guru SD sebagai guru kelas bukanlah guru bidang studi, namun ada sejumlah sekolah yang telah menerapkan guru bidang studi di SD. Sebagai guru kelas guru harus mengajar semua mata pelajaran kecuali pendidikan agama dan pendidikan jasmani. Bagi kepala sekolah yang jeli, tanggap dan bijaksana dapat memanfaatkan guru-guru yang berpotensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan membina teman-teman lainnya. Misalnya untuk pelajaran yang sulit matematika. Kedua pembinaan oleh kepala sekolah, tugas yang melekat pada kepala sekolah adalah melakukan pembinaan kepada guru-guru terutama berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Dan

ketiga pembinaan oleh penilik sekolah, penilik diangkat

(52)

Kegiatan pembinaan profesi guru melalui jalur kelompok kerja, ini dapat dilakukan Kelompok kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja Penilik Sekolah (KKPS) dan Pusat Kegiatan Guru (PKG). Pembinaan ini dapat dilakukan di tingkat gugus, apabila permasalahan yang dihadapi guru tidak bisa diselesaikan di tingkat KKG, akan dibahas di KKKS. Begitu pula apabila permasalahan tidak bisa di KKKS akan di bahas di KKPS dan selanjutnya pada tingkat PKG.

Pembinaan melalui jalur profesi, melalui Persatuan Guru Republik Indonesia, guru setelah me-menuhi sebagai tenaga profesional dapat membentuk kelompok jalur profesi seperti Ikatan Guru Sekolah Dasar (IGSD), Asosiasi Guru Sekolah Dasar (AGSD) dan lain-lain

Renstra ketujuh, menggalang partisipasi

masyarakat. Renstra ini sebagai strategi utama untuk standar pengelolaan sekolah hubungannya dengan

peranserta masyarakat. Penggalangan potensi

(53)

akan berperan dalam kebijakan dan program-program yang dilaksanakan di sekolah. Komite menjadi mediator dengan masyarakat, tokoh masyarakat, pemerintah desa, orang tua siswa dan lain-lain. Dalam menggalang partisipasi masyarakat ini, misalnya dalam program paguyuban kelas 6, dan ada sekolah yang mempunyai paguyuban dari kelas 1 sampai kelas 6. Kegiatan komite dalam menjalin kerjasama dengan masyarakat, yang dilakukan dalam pengurusan tanah wakaf untuk sekolah SD Regunung 01 dan SD Cukil 01 sebagai syarat akreditasi dalam kepemilikan lahan sekolah. Untuk SD Regunung 01 kegiatan pengurusan wakaf untuk sertifikat sudah berjalan.

Renstra kedelapan, mengembangkan pendidikan karakter. Renstra ini sebagai strategi utama dari standar isi, standar proses dan SKL. Pendidikan karakter merupakan pengembangan standar isi sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberi keputusan baik atau buruk, untuk memelihara apa yang baik untuk diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan ini menanamkan kebiasaan-kebiasaan tentang hal yang baik baik dari kompetensi

pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Untuk

(54)

bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yaitu Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Pendidikan karakter ini ditanamkan kepada siswa sejak dini dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Renstra kesembilan, membentuk tim evaluasi

program. Dalam standar pengelolaan satuan

pendidikan ada program pengawasan, setiap sekolah menyusun program pengawasan berdasarkan SNP. Pengawasan pengelolaan sekolah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut terhadap hasil pengawasan. Pemantauan program sekolah dilakukan oleh komite atau lembaga lain yang berkepentingan secara teratur dan berkelanjutan untuk menilai efesiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan. Dalam penjaminan mutu secara internal dilakukan oleh sekolah dengan evaluasi diri. Evaluasi diri dalam MBS ini untuk menilai kinerja dan melakukan perbaikan dalam pelaksanaan SNP, evaluasi proses pembelajaran serta evaluasi program yang

dilaksanakan sekolah. Sekolah harus

(55)

dan pelaporan serta catatan tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja sekolah baik dalam pengelolaan pembelajaran maupun pengelolaan sekolah secara keseluruhan.

Renstra kesepuluh, Renstra pertama sampai kesembilan sebagai pedoman dalam mengembangkan renstra kesepuluh ini, yaitu mengintensifkan dan mengembangkan program 8 SNP. Renstra ini sebagai strategi utama untuk standar pengelolaan sekolah dalam implementasi program. Akreditasi adalah penilaian terhadap kelayakan program yang dilaksana-kan oleh sekolah. Dalam pemenuhan sesuai dengan akreditasi sekolah terhadap program dari 8 SNP yang masing-masing standar dengan 4 program, untuk akreditasi A. Program-program yang ada di sekolah belum optimal. Sekolah untuk mengintensifkan pe-laksanaan program sehingga hasilnya bisa dilihat dalam prestasi siswa baik akademik maupun non akademik.

(56)

pe-nyusunan kalender akademik, pemetaan materi bahan ajar sesuai tema, pengembangan sistem penilaian, pengembangan RPP, penyusunan beban mengajar.

Dalam implementasi kurikulum 2013, satuan pendidikan diwajibkan menyusun KTSP dan RPP sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah masing-masing serta sesuai kemampuan dan karakteristik siswa. Dokumen 1 berisi visi, misi, tujuan satuan pendidikan, muatan kurikulum pada tingkat nasional, daerah, dan kekhasan satuan pendidikan; pengaturan beban belajar dan kalender akademik. Dokumen 2, yaitu silabus telah dibuat oleh pemerintah; Dokumen 3, RPP yang dijabarkan dari silabus dari dokumen 2 yang disusun oleh setiap guru yang berisi: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian.

Program standar proses, program antara lain: pengembangan dan inovasi-inovasi metode pembelajar-an, khususnya penerapan CTL (Contextual Teaching

and Learning) untuk semua mapel ; pengembangan dan

inovasi bahan pembelajaran baik kualitas maupun kuantitas; pengembangan dan inovasi sumber pem-belajaran; pengembangan model-model pengelolaan kelas, pelatihan pendekatan saintifik.

Program standar kompetensi lulusan antara lain:

(57)

Achievement (GSA) pada setiap tahunnya;

Pengembangan standar pencapaian ketuntasan

kompetensi pada tiap tahun atau smester; Pengem-bangan kejuaraan/lomba-lomba bidang akademik; Pengembangan lomba-lomba di bidang non akademik, melalui pembinaan ekstrakurikuler.

Program standar pendidik dan tenaga

ke-pendidikan, antara lain: Pengembangan/peningkatan

kompetensi pendidik aspek profesionalitas, Pe-ngembangan peningkatan kompetensi pendidik aspek

pedagogik, sosial, kepribadian, Pengembangan/

peningkatan kompetensi TU

Pengembangan/pe-ningkatan kompetensi Kepala Sekolah, Pelaksanaan ME oleh kepala sekolah terhadap kinerja pendidik dan tenaga TU dll.

Program standar sarana dan prasarana sekolah, antara lain: Pengembangan dan peningkatan inovasi media pembelajaran untuk semua Mapel (khususnya CTL); Pengembangan prasaran pendidikan dan pem-belajaran; Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif; Pengembangan/peningkatan peralatan

labo-ratorium; Pengembangan jaringan internet;

(58)

Program standar pengelolaan pendidikan antara lain: Pengembangan atau pembuatan RPS tiap tahun, baik jangka pendek, menengah atau panjang; Pengembangan pendayagunaan SDM sekolah dengan pembagian tugas yang jelas; Pengembangan struktur organisasi sekolah sesuai kebutuhan; Melaksanakan

pembelajaran efektif dan efesien; Mendukung

pengembangan perangkat penilaian; Pengembangan dan melengkapi administrasi sekolah; Implementasi

MBS mengenai kemandirian/otonomi sekolah,

transparansi, akuntabilitas, kerja sama/partisipasi, fleksibelitas dan berkelanjutan baik keuangan atau yang lain; Pelaksanaan ME terhadap kinerja sekolah; Pelaksanaan supervisi klinis oleh kepala sekolah; Penggalangan partisipasi masyarakat (pemberdayaan komite sekolah); Membuat jaringan informasi akademik atau Sistem Informasi Manajemen (SIM); Membuat jaringan kerja yang efektif dan efesien baik vertikal

maupun horisontal; Implementasi model-model

manajemen, untuk pengembangan standar pendidikan; Mengembangkan Income Generating Activites (IGA) atau unit usaha sekolah dengan menggalang partisipasi masyarakat; Dokumen laporan yang relevan baik akademik/non akademik .

(59)

dengan kebijakan biaya pendidikan gratis. Namun perlu pengembangan bahwa biaya pendidikan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, diperlukan antara lain: Pengembangan jalinan kerja dengan penyandang dana, baik donatur tetap atau tidak tetap; Penggalangan dana dari sponsor; Penciptaan

usaha-usaha di sekolah atau luar sekolah sebagai IGA (income

generating activities) misalnya koperasi, kantin, toko

buku, foto copy dll; Pendayagunaan potensi sekolah dan lingkungan yang menghasilkan keuntungan ekonomi; Menjalin kerjasama dengan alumni.

(60)

pedoman-pedoman evaluasi sesuai pedoman-pedoman pemerintah; Adanya Tim pembuat soal-soal,dll

4.4 Validasi Produk Rencana Strategis Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi Sekolah

Produk yang dihasilkan dari rangkaian penelitian ini adalah menghasilkan rencana strategis peningkatan mutu melalui akreditasi sekolah pada Gugus Jenderal Sudirman.(Lampiran 6) Rencana strategis ini akan memberikan arah dan pedoman dalam pengelolaan sekolah.

Dalam melakukan uji materi terhadap serang-kaian isi dalam rencana strategis ini membutuhkan pakar untuk melakukan validasi terhadap desain produk. Berdasarkan hasil uji materi dalam rencana strategis ini menurut :

1 Dr. Bambang Ismanto, Msi., bahwa dalam

penyusunan Rencana Strategis ini menggunakan susunan produk penelitian seperti berikut :

(61)

Lingkungan Eksternal dan Analisis SWOT; Bab IV Isu-Isu Strategis Dan Penetapan Program Jangka Panjang, 4.1 Isu-Isu Strategis, 4.2 Visi Misi dan Tujuan Gugus Jenderal Sudirman,4.3 Program Jangka Panjang; dan Bab V Penutup.

2 Drs. Tedjo Supriyanto,MM., Uji materi dari Dinas

Pendidikan, Pemuda Dan Olahraga Kota Salatiga merupakan validasi dari praktisi pendidikan sebagai berikut :

Dalam hal Rencana Strategis berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (PP No.19 Tahun 2005) dan Standar Akreditasi Sekolah/Madrasah (Akreditasi merupakan bentuk akuntabilitas

publik dilakukan secara obyektif, adil,

transparan, dan komprehensif dengan

menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, pada Pasal 86 ayat 3)

Kaitannya dengan Renstra Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi Sekolah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 dan Peraturan bersama Dirjen DikDas dan DikMen Nomor : 5496/C/KR/2014 , dan Nomor 7915/D/KP 2014 tentang Juknis Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan

Kurikulum 2013 pada Sekolah Jenjang

(62)

kuri-kulum 2013 kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Ayat (3) Dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/ kota sesuai kewenangnnya menjamin kesiapan sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 sesuai format tercantum dalam lampiran 1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini. Dan ayat (4) Dirjen DikDas dan DikMen berkerjasama dengan BAN S/M melakukan verifikasi kesiapan sekolah sebagai mana dimaksud pada ayat 2 tersebut.

4.5 Hasil Perbaikan Desain Rencana Strategis

Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi Sekolah Proses selanjutnya adalah melakukan perbaikan dari hasil validasi tersebut terhadap desain

produk Renstra ini. Produk penelitian

selanjutnya diberikan kepada Sekolah Dasar dan Madrasah di wilayah Gugus Jenderal Surdirman kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Produk penelitian ini pada lampiran 6.

Gambar

Tabel  4.1 Daftar  Alamat SD/MI Gugus Jenderal Sudirman
Tabel  4.6 Daftar KKM Sekolah dan KKM Standar Akreditasi
Analisa  nilai kelulusan siswa UN, nilai standar prestasi UASBN dalam akreditasi dan nilai Tabel  4.8 akreditasi sekolah
Tabel 4.9 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFAS)
+7

Referensi

Dokumen terkait

sаhаm Indonesiа &amp; Singаpurа yаng membentuk portofolio

Ratna : kalo misalnya muti pengen sesuatu nih atau pengen pergi kemana minta ditemenin tapi temen muti ga bisa nemenin atau ga bisa mengabulkan keinginan muti, trus sikap muti

Efektifitas Coverage, Distribusi, Merchandising Dan Promosi (CDMP) merupakan salah satu strategi yang terintegrasi dalam pemasaran agar memiliki positioning yang kuat

Konflik yang terjadi dalam hubungan persahabatan merupakan faktor yang paling memberikan pengaruh pada kualitas persahabatan yang dimiliki remaja akhir di UPI.. Konflik

Adanya pengaruh daya tarik iklan rasional secara signifikan terhadap keputusan pembelian dikarenakan pembuat iklan menekankan pada nilai inti yang dimiliki produk

Sumber daya manusia merupakan tokoh sentral dalam organisasi maupun perusahaan.Agar aktivitas manajemen berjalan dengan baik, perusahaan harus memiliki karyawan yang

Balanced scorecard is developed into four perspectives: financial perspective, customer perspective, internal business perspective and learning and growth perspective.. The method

pokdarwis bahwa salah satu wisata unggulan di Desa Tulungrejo yaitu wisata petik apel merupakan ide dari pemuda karang taruna yang menginginkan supaya potensi utama di