• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan perkembangan baru tentang konstutusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan perkembangan baru tentang konstutusi "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Mega Puspa Kusumojati NBI : 1311700072

Fakultas : Hukum

Dalam buku ini, sangat menarik karena buku ini mengidentifikasi konstitusi termasuk sebagai kesepakatan tertinggi atau bahkan suatu kontrak sosial dari seluruh rakyat untuk dan dalam perjanjian bernegara ataupun berorganisasi dalam pengertian yang lebih luas. Konstitusi itu mengandung muatan nilai – nilai fundamental dan norma – norma yang dituangkan secara tertulis dan/atau dilakukan secara nyata dalam praktik penyelenggaran kekuasaan negara. Dalam penyelenggaraan kekuasaan dapat berupa berbagai macam bentuk organisasi, mulai dari organisasi kenegaraan atau pemerintahan sampai bentuk- bentuk usaha dan organisasi kemasyarakatan.

Akan tetapi dalam praktiknya, lazim dinisbatkan dengan istilah konstitusi itu adalah dalam pengertian konstitusi organisasi negara. Jika susunan negara itu berbentuk negara kesatuan, maka konstitusi hanya ada satu sebagai cermin adanya kesatuan badan hukum negara kesatuan itu. Akan tetapi jika susunan negara itu berbentuk federal yang terdiri atas beberapa negara bagian, maka setiap negara bagian itu merupakan badan hukum secara sendiri – sendiri sehingga dalam sistem hukumnya terdapat konstitusi sendiri – sendiri disamping konstitusi negara federal yang berlaku menyeluruh.

Undang – undang secara khusus mengatur mengenai perinsip – perinsip sistem dan mekanisme pemerintahan daerah yang berlaku di seluruh Indonesia yang berfungsi sebagai konstitusi bagi pemerintahan daerah di seluruh Indonesia. dapat dikatakan bahwa konstitusi itu sendiri sebenarnya mempunyai cakupan pengertian yang luas. Konstitusi kenegaraan itu tentu juga akan berkaitan dengan kandungan materi yang berhubungan dengan persoalan – persoalan kemasyarakatan dan bahkan kegiatan dunia usaha pada umumnya. Konstitusi juga mencakup pengertian konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis yang mengatur mengenai organisasi kekuasaan negara pada umumnya.

Yang dimaksud dengan konstitusi sosial atau social constitutions dalam kaitannya dengan rancangan constitutional treaty Uni Eropah tersebut adalah suatu naskah perjanjian puncak atau kesepakatan tertinggi bangsa – bangsa Eropah yang memuat cita – cita sosial dan nilai – nilai sosial Eropah untuk membangun kehidupan sosial bersama dalam wadah Uni Eropah bersatu. Dimensi sosial kandungan norma yang dituangkan dalam rancangan konstitusi Uni Eropah tersebut jelas menggambarkan cita – cita sosial dan nilai – nilai sosial Eropah itu tepat disebut sebagai konstitusi sosial atau social constitutio.

(2)

dalam satu dokumen yang disebut undang - undang dasar sebagai naskah konstitusi tertulis. Semua negara yang lahir selama abad ke – 20, menyusun dan memberlakukan naskah konstitusi tertulis yang tidak lain berisi Pasal – pasal yang hanya mengatur mengenai kebijakan di bidang – bidang lain seperti perekonomian tidak di rumuskan dalam konstitusi, karena dianggap dibiarkan tumbuh sendiri dalam dinamika ekonomi pasar (market) sesuai dengan perinsip – perinsip pandangan kapitalisme.

Cara pandang tentang konstitusi yang semata – mata bersifat politik ini menjadi paradigma berpikir yang luas di dunia, kecuali di lingkungan negara – negara yang menganut paham sosialisme dan komunisme. Negara sosialis pertama yang menyusun konstitusi tertulis dengan menuangkan ketentuan pasal – pasal kebijakan ekonomi di dalamnya adalah Jerman yaitu dalam konstitusi Weimar tahun 1918. Sesudah Jerman, ide pemuatan Pasal – pasal kebijakan ekonomi dalam naskah undang – undang dasar ini terjadi dengan konstitusi Uni soviet tahun 1919.

Sejak itu, setiap negara komunis lahir atau setiap pemerintahan komunis terbentuk, naskah konstitusinya pasti memuat ketentuan mengenai kebijakan – kebijakan perekonomian negara. Model konstitusi yang demikianlah inilah yang saya namakan konstitusi ekonomi, yang pada mulanya berkembang fenomena sosialisme, tetapi kemudian diterapkan secara luas oleh semua negara komunis. Diantara para ekonom, tentu pusat perhatian tertuju kepada ekonominya, bukan konstitusinya. Karena itu, di kalangan para ahli ilmu sosial dan politik juga berkembang diskusi yang berusaha membedakan antara konsep political constitution atau konstitusi politik dengan legal constitution atau konstitusi hukum.

Mulai muncul kesadaran baru mengenai pentingnya memahami aspek – aspek perekonomian dan sistem norma yang terkandung dalam rumusan konstitusi pengertian demikian inilah yang saya namakan konstitusi ekonomi yang di dunia akademik memerlukan dukungan riset dan penulisan – penulisan ilmiah yang lebih luas dan mendalam lagi, sehingga dapat dikembangkan menjadi satu anak cabang ilmu pengetahuan tersendiri yang mengintegraQQsikan pendekatan studi ilmu politik, hukum dan ekonomi.

Teori – teori konstitusi yang dilihat secara terbatas hanya dari segi hukum tatanegara itu dipersempit lagi hanya dalam pengertian hukum tatanegara positif yang sering terjebak pada perdebatan – perdebatan tekstual ysng kering dan terlalu praktis. Teori – teori konstitusi di masa mendatang haruslah lebih luas, mencakup tidak hanya hukum positif tetapi juga hukum sebagai ilmu pengetahuan universal, mencakup tidak hanya constitusional law tetapi juga constitutional ethisn dan mencakup tidak saja berkenaan dengan studi ilmu hukum tetapi juga studi politik dan ekonomi.

(3)

political constitution yang menepatkan faktor akuntabilitas politik sebagai metode yang paling diutamakan dalam mengawasi jalannya pemerintahan.

Disamping berbagai istilah dan konsepsi- konsepsi tentang konstitusi politik, konstitusi ekonomi, dan konstitusi hukum tersebut diatas, muncul pula kebutuhan untuk pengembangan dimensi – dimensi sosial dan konstitusi. Inilah yang saya namakan dengan konstitusi sosial (social constitution ) yang perlu difungsikan dalam konteks hubungan – hubungan sosial dalam masyarakat. Sekarang, konsep konstitusi sosial justru sangat penting, dan dibutuhkan oleh zaman. Terutama untuk menjawab berbagai tantangan perkembangan masa kini. Pertama, hubungan – hubungan antar kekuasaan (power relational perspectives) yang ada selama ini hanya terpusat pada hubungan antara penguasa negara (the ruler) dengan rakyat yang dikuasai (the ruled ). Semua teori politik hukum kenegaraan yang selama ini di kembangkan dapat dikatakan hanya memusatkan perhatian pada hubungan kekuasaan ( power relationship ) antara negara dan rakyat dalam perspektif yang bersifat vertikal ini. Cara pandang demikian tercemin dalam berbagai teori politik dan ketatanegaraan seperti dalam memahami konsepsi hak asasi manusia (HAM). HAM hanya dilihat dengan perspektif vertikal, sehingga pengertian aktor atau pelaku pelanggaran diindentifikasikan selalu harus terkait dengan negara melalui aparat – aparatnya. Bahkan, jika penjabat yang terkait benar – benar terbukti tidak terlibat dalam peristiwa pelanggaran hak asasi manusia yang bersangkutan, pengetahuannya tentang peristiwa pelanggaran diidentifikasikan selalu harus terkait benar-benar terbukti tidak terlibat dalam peristiwa pelanggaran hak asasi manusia.

negara harus dan dapat diminta bertanggungjawab atas segala peristiwa pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi dimana saja dalam wilayah tanggungjawabnya sebagai aparatur negara melalui aparat, petugas, atau pejabat yang memegang kendali tanggungjawab menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku. Semua ini menunjukkan fenomena aktor- aktor baru dalam sistem kehidupan bersama, sehingga pengertian konstitusi sebagai sistem rujukan tertinggi tidak saja harus dipatuhi oleh aktor negara, tetapi juga aktor dalam ranah civil society dan korporasi yang bekerja didalam dinamika pasar (market).

Sistem rujukan normatif harus bersumber dari konstitusi baik sebagai sumber norma hukum (contitusional law) maupun sumber norma etika (contitusional ethic) bermasyarakat. Dinamika persaingan dan kerjasama antar kekuatan – kekuatan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat harus mengacu kepada kesepakatan normatif yang tertinggi, yaitu yang tertuang dalam pancasila dan UUD 1945 karena pancasila dan UUD 1945 itu harus dipandang, tidak saja sebagai konstitusi sosial yaitu konstitusi yang memuat dasar – dasar kebijakan negara di bidang sosial kemasyarakatan, dan sekaligus memuat sistem rujukan normatif yang harus dijadikan tuntutan dan pegangan oleh semua aktor dalam kehidupan bersama dalam masyarakat.

(4)

pengertian tentang hukum tertinggi ini terkait erat dengan perkembangan pemikiran tentang ide kedaulatan (souvereingnty) dalam filsafat hukum dan politik di sepanjang sejarah. Mulai dari awal munculnya gagasan nomokrasi dan demokrasi. Nomokrasi berasal dari kata nomas (norma ) dan kraton atau kratos (Kekuasaan ) yang berarti kekuasaan oleh nilai atau norma versus demokrasi dari kata demos dan kratein atau kratos yang berarti kekuasaan oleh rakyat.

Sekarang ini dapat dipahami sebagai subjek kekuasaan tertinggi atau kedaulatan juga. Inilah yang dinamakan sebagai gagasan ekokrasi (ecocracy) yang mengimbangi ide demokrasi yang diidealkan selama ini, yang justru ternyata berdampak buruk kepada lingkungan hidup yang terus menerus terkuras untuk memenuhi hasrat dan kebutuhan ekonomi jangka pendek manusia. Gagasan kedaulatan hukum atau Nomokrasi, yang di pahami sebagai sistem kekuasaan tertinggi terletak pada sistem aturan, bukan pada subjek orang atau benda. Dalam doktrin Negara hukum itu yang memimpin dalam suatu sistem kekuasaan negara yang sesungguhnya bukanlah orang per orang yang kebetualan menduduki jabatan kepemimpinan negara dan pemerintahan.

Sistem aturan yang mengikat dan ditaati oleh semua orang yang disebut sebagai pemimpin dalam pemerintahan itu. Mereka juga diakui juga adalah pemimpin tetapi dengan persyaratan bahwa mereka itu harus bekerja dan memimpin berdasarkan apa yang ditentukan oleh hukum. Karena itu, yang memimpin sesungguhnya adalah sistem hukum itu sendiri, bukan orang perorangan. Orang yang harus tunduk dan taat kepada atasan. Karena itu atasan menjalankan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan mengikat untuk dijalankan sebagaimana mestinya. Bahkan hukum juga menyediakan perlindungan bagi setiap bawahan yang tidak tunduk kepada perintah atasan yang melawan hukum.

Yang dimaksud dengan perinsip the rule of law, not of man, yang juga terkandung dalam pengertian nomokrasi atau kekuasaan oleh nilai dan norma aturan. Ini pula yang disebut dengan perinsip supremasi hukum (supremacy of law ) yang menjadi persyaratan utama suatu negara yang hendak dinilai sebagai negara hukum. Yang tertinggi bukanlah tokoh pemimpin tetapi sistem aturan hukum. Dalam perkembangan sejarah, struktur dari sistem norma hukum yang bersifat supreme itu sendiri telah mengalami proses diffrensiasi struktural sedemikian rupa dengan mengambil berbagai macam bentuk dan ragam penuangan kedalam peraturan perundang – undangan (regelingen), keputusan – keputusan pejabat tata usaha negara (beschikking, administrative decisions), dan putusan – putusan pengadilan (vonnis).

Bersamaan dengan semakin meluasnya pengaruh pahyam sekularisme dan kemudian

(5)

Hubungan antara hukum dan etika di zaman sekarang sudah mengalami transformasi yang sangat berbeda dari zaman- zaman dahulu jika dulu sistem norma agama, norma etika dan norma hukum cenderung terpisah dan dipisahkan, sekarang kebutuhan praktik di seluruh dunia menunjukkan gejala yang sebaliknya, ketiga mulai saling bergantungan dan membutuhkan hubungan komplementer yang bersifat sinergis antara satu dengan yang lain.

Jika kehidupan sosial tidak beretika, mana mungkin kita menegakkan hukum yang berkeadilan. Artinya, ada hubungan sinergi antara hukum dan etika itu. Rtika lingkupnya lebih luas daripada hukum. Karena itu, sesuatu yang melanggar etika belum tentu melanggar hukum dapat dikatakan juga melanggar etika belum tentu melanggar hukum, meskipun sesuatu yang melanggar hukum dapat dikatakan juga melanggar etika. Kita tidak dapat lagi mengatakan bahwa hukum itu lebih tinggi daripada etika. Bahkan etika juga tidak perlu atau tidak dapat dikatakan lebih tinggi daripada hukum. Hubungan antara keduanya di samping bersifat luas – sempit seperti tersebut, adalah juga bersifat luar- dalam bukan atas – bawah secara vertikal.

Dalam UUD terkandung pengertian tentang norma hukum konstitusi (contitusional law). Dan dekaligus norma etika konstitusi (contitutional ethics). Pancasila disamping merupakan sumber hukum ( source of law ) juga merupakan sumber etika (source of ethics) dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara. UUD 1945 di samping merupakan sumber hukum konstitusi (contitutional law ), juga merupakan sumber etika konstitusi (constitutional ethics). Studi konstitusi harus dikembangkan tidak hanya mempelajari soal – soal yang berkenaan dengan hukum, tetapi juga etika konstitusi yang berkaitan erat dengan pemahaman mengenai roh atau the spirit of the contitution.

Praktik kehidupan bernegara pada perinsip – perinsip fundamental dalam nilai – nilai pancasila tercermin dari adanya suatu pemahaman dan penalaran intelektual setiap pejabat negara untuk menerapkan perinsip- perinsip pancasila tercermin dari adanya suatu pemahaman dan penalaran intelektual setiap pejabat negara untuk menerapkannya. Perinsip – perinsip pancasila tercermin dalam lima dasar pancasila itu sendiri yang kemudian dikembangkan secara nalar intelektual pada tataran praktik. Perinsip – perinsip kehidupan bernegara sebagaimana di uraikan diatas mencerminkan etika politik dan pemerintah etika pemerintahan atau etika penyelenggaraan kekuasaan negara dalam arti luas. Bahkan etika berbangsa dalam pengertian yang lebih luas lagi memuat semua dimensi perilaku ideal dalam peri kehidupan berbangsa dan bernegara.

(6)

sehingga diperlukan upaya kuat untuk mengembalikan spirit tersebut dengan menghidupkan perinsip – perinsip diatas salah satu jalan melalui pemberdayaan potensi sumber daya negara yang ada secara efektif dan efesien.

Bahwa upaya menggali nilai – nilai kemanusiaan yang terkandung dalam pancasila untuk menjadi manifestasi sosial dalam kehidupan bernegara, haruslah terus dilakukan oleh para ahli dan para pemimpin bangsa dan bernegara telah terpatri dengan kokoh dalam pembukaan UUD 1945 sebagai hasil kesepakatan pertama para pendiri bangsa dan negara.

(7)
(8)

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan Perancangan Proyek Akhir

- Breaking capacity circuit breaker yang terpasang pada saat ini sebesar 31.5 kA, masih mampu mengatasi arus gangguan hubung terbesar yang mungkin terjadi pada bus

Dari ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata tersebut di atas dapat dilihat bahwa semua persetujuan, baik persetujuan yang bernama maupun yang tak bernama yang dibuat sesuai dengan

Diajukan kepada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains.. PROGRAM

 Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan atau pada waktu hamil lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau lahir mati, tetapi jarang

PERANAN MUHAMMAD JUSUF DALAM POLITIK ORDE BARU 1966-1993 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Hanya ada sedikit Muslim non-Melayu, sebagian besar adalah orang India, Arab atau kelompok-kelompok dari kepulauan Indonesia yang diasimilasikan ke dalam komunitas

[r]