Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Jurusan Tadris IPA Konsentrasi Fisika
Oleh:
IMAM BUDIMAN 412.294
JURUSAN TADRIS IPA-FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
Sesungguhnya Setelah kesulitan itu ada kemudahan (Alm Nasrah:5) NO gain without pain. Dilegent is the mother of succes (tiada bahagia tanpa derita, kerajinan adalah pangkal keberhasilan ) Tidak mudah untuk mengecap kesuksesan
Kesulitan itu tidak bisa datang sendiri Tapi...
Butuh Usaha doa, dan niat yang ikhlas Demi yang dicita-citakan
Tahapan awal telah kerusakan Hari demi hari telah aku lewati Pahit getirnya telah aku rasakan
Tangis dan tawa, dan canda, semuanya jadi satu Mengeringiku untuk mengejar impian dan cita cita Demi keberhasilan yang hakiki
Ya Rabbi dengan ridho-Mu aku melangkah Dengan izin- Mu aku berlari
Berlari untuk meraih, mengejar segudang impian Hari ini...
Engkau perlihatan kebesaran dan kuasa Mu... Sujud Syukur ku persembahkan pada Mu....
Ibu. Bapakku sang inspirator.
Karena Engkaulah aku bisa mengecap pendidikan dan menjadi orang yang berilmu
Terimakasih atas cinta tulis yang engakau berikan untuk kami
Begitu besar pengerbananmu untuk keberasilan anak-anakmu derai titik peluhmu terpaaan panas dan teriknya matahari tak engkau hiraukan Siang malam mencari nafkah tanpa kenal lelah dan letih demi anak-anakmu.
Hati yang tak pernah lelah untuk selalu berdoa demi kesusesan kami Demi sebuah harapan dan keinginan agar kami bisa menuntut ilmu
Terima kasih Ya Allah Engkau memberikan orang tua yang terbaik untuk hamba...
sehingga aku bisa menyelesaikan semua ini. Doa dan pengorbanan kalian membuat aku terus bangkit dari kemalasan dan keletihan. Buat adikku tersayang Rembulan Mentari, Indah Mentari dan kakaku, Dadang Budiman, Supaya kalian lebih tinggi pendidikannya dari pada saya.
Buat teman-teman Fisika. Juniorku yang senasib dan seperjuangan denganku.. Semoga kita sama-sama mengecap kesuksesan Keluarga besar belimbing (ibu, apak (ALM). Rizka, Rizki (ALM) Hari, Aldo. Dan buat teman-temanku Haqiqi, abang trisno, Rio, Anggia Murni yang selalu memberikan semangat kepadaku dalam penyelesain semua ini
Thank For you all
Wassalam
i
Budiman, BP. 412.294. Skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang tahun 2017.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep fisika yang berdampak kepada rendahnya hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Sungai Beramas. Diantara faktor penyebabnya adalah metode yang digunakan guru kurang bervariasi, Sehingga siswa tidak berminat melibatkan diri secara aktif dalam pembelajaran fisika dan sifat pembelajaran yang tidak menunjang kreatifitas siswa, akibatnya pemahaman konsep Peseta didik menjadi rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan Pemahaman Konsep fisika siswa adalah dengan penerapan Pembelajaran Mind Mapping Dalam Metode Quantum Learning terhadap pemehaman konsep fisika peserta didik . Tujuan penelitian ini berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan untuk melihat penguasaan konsep fisika peserta didik yang belajar dengan menggunakan penerapan Mind Mipping dalam metode Quantum Learning. Hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini adalah pemahaman konsep fisika peserta didik dengan menerapkan pembelajaran Mind Mapping dalam metode Quantum learning lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dikelas VIII SMP N 1 Sungai Beremas.
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksprimen dan rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Only Design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP 1 Negeri Sungai Beremas tahun ajaran 2016/2017. Sampel penelitian adalah kelas VIII.2 sebagai kelas kontrol. kelas VIII.1 sebagai kelas eksprimen. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t. Karena data terdistribusi normal dan kelompok data mempunyai varians yang homogen.
ii
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan Nya. Atas nikmat, rahmat dan karunia-Nya itulah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Pembelajaran Mind Mapping Dalam Metode Quantum Learning Terhadap pemahaman Konsep Fisika Siswa di Kelas VIII SMP 1 Negeri Sungai Beremas Pasaman Barat ”. Salawat dan salam semoga disampaikan Allah SWT buat Rasulullah SAW, yang merupakan suri tauladan bagi kita. Semoga kita selalu berada dalam dua pusaka yang ditinggalkannya, Amin Ya Robbal’alamin.
Skripsi ini ditulis sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program studi strata satu (SI) pada Program Studi Tadris IPA Konsentrasi Fisika Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Olah karena itu, penulis mengucapakan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Duski Samad, M. Ag selaku Dosen Pembimbing I
Ibu Media Roza, M.Si Si selaku Pembimbing II dan Penasehat Akademik (PA).
2. Bapak Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang.
iii
4. Ibu Nensi Prima, S.Pd selaku Pendidik IPA Kelas VIII SMP N 1 Sungai Beremas.
5. Rekan-rekan Program Studi Tadris IPA Konsentrasi Fisika Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang, Khususnya Angkatan 2012.
Teristimewa buat ibunda dan ayahanda tercinta yang telah menjadi motivasi penulis dalam segala hal. Buat kakanda-kakanda tercinta yang telah memberikan segala daya dan upaya baik itu moril maupun materil dalam proses studi penulis dari kecil sampai menyelesaikan perkuliahan ini. Semoga segala bantuan dan bimbingan yang Bapak/ Ibu berikan kepada penulis, menjadi amal ibadah disisi-Nya, Amin
Padang, 05 September 2017
Imam Budiman
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah... 7
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori ... 9
1. Belajar dan Pembelajaran ... 9
2. Pembelajaran Fisika dalam Perspektif Islam ... 13
3. Hakikat IPA Fisika ... 15
4. Quantum Learning ... 21
5. Pembelajaran Mind Mapping ... 24
6. Pemahaman Konsep Fisika ... 29
B. Penelitian Relevan ... 31
C. Kerangka Berfikir... 33
D. Perumusan Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 36
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37
C. Variabel dan Data ... 42
v
A. Deskripsi Data ... 63
1. Pembeljaran di Kelas Eksperimen ... 67
2. Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 70
B. Analisis Data ... 71
C. Pembahasan ... 73
D. Keterbatasan Penelitian ... 78
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79
vi
VIII SMP Negeri 1 Sungai Beremas Tahun Ajaran 2016/ 2017 ... 4
3.1Rancangan Penelitian ... 36
3.2Jumlah Siswa Kelas VIII SMP N 1 Sungai Beremas Pasaman Barat .... 37
3.3Hasil Perhitungan Uji Normalitas Populasi Dengan Menggunakan Uji Lilliefors ... 39
3.4Skenario Pembelajaran Pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 44
3.5Klasifikasi Ideks Realibitas Soal ... 55
3.6Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ... 56
3.7Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal ... 58
3.8Data Hasil Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ... 67
3.9 Data Hasil Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... .70
I. Nilai MID Semester 1 Fisika Kelas VIII SMP Negeri Sungai Beremas
... 81
II. Uji Normalitas Populasi ... 82
III. Uji Homogenitas Populasi... 91
IV. Uji Kesamaan Rata- Rata ... 94
V. Silabus SMP N 1 Sungai Beremas ... 96
VI. RPP ... 99
VII. Kisi-Kisi Soal Uji Coba Tes ... 149
VIII. Soal uji Coba ... 151
IX. Kunci Jawaban Uji Coba ... 156
X. Analisi Item Soal ... XI. Analisis P Dan DP Soal Uji coba Tes Akhir ... 157
XII. Realibitas Uji Coba Tes Akhir Belajar... 158
XIII. Kisi-Kisi soal Tes Akhir... 160
XIV. Soal uji Coba Tes Akhir ... 162
XV. Kisi-Kisi Tes Akhir ... 160
XVI. Kunci Jawaban Tes Akhir ... 166
XVII. Uji Normalita Kelas Eksperimen ... 168
XVIII. Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 170
XIX. Uji Homogenitas ... 172
XX. Uji Hipotesis Sampel... 173
XXI. Tabel Kurva Normal ... 175
XXII. Tabel Uji Lilliefors ... 176
XXIII. Tabel Sebaran F... 177
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkanya dalam kehidupan sehari–hari. Proses pembelajarannya menekankaan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjalajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan sebagai inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu sehingga dapat membantu untuk memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang alam sekitar. (Depniknas, 2003:55)
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari–hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Ditingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan teknologi, masyarakat) secara terpadu yang diarahkan secara pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Mata pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir analitis, induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menggunakan matematika, seta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri (Depniknas, 2003: 56). Tujuan pembelajaran fisika adalah agar peserta didik dapat Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan kepada tuhan yang maha esa, memupuk sikap ilmiah, memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan mennguji hipotesis melalui percobaan, mengembangkan kemampuan berfikir secara analitis, menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan menyadari keindahan dan ketaraturan prilaku alam.
Mengacu dari pendapat, fungsi dan tujuan di atas, diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya mata pelajaran fisika membuat proses yang konteniu untuk menjadikan seorang peserta didik menjadi insan kamil dan terampil dalam menterjemahkan alam agar bernilai positif untuk kemandirian dirinya. Hal ini diupayakan agar diwujudkan peserta didik dengan melakukan pengamatan dan beriteraksi dengan dunia luar melalui kerja ilmiah dengan melakukan langkah–langakah metode ilmiah dengan memadukan anatara keterampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi dalam pembelajaran.
Pencapain SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh pendidik.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di kelas VIII SMP Negeri 1 Sungai Beremas saat pembelajaran IPA bersama Nensi Prima, S.Pd, tanggal 6 Januari 2017, diperoleh informasi bahwa pembelajaran masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), Pembelajaran masih didominasi oleh pendidik atau bersifat “teacher center” . yaitu dengan metode ceramah dan pemberian latihan. Pendidik menjelaskan materi pembelajaran, memberi contoh soal, selanjutnya memberikan latihan pada peserta didik, pendidik sudah mengadakan pembelajaran secara kelompok, adapun pembagian kelompok diatur berdasarkan tempat duduk yang berdekatan.
Proses pembelajaran yang berjalan tidak sesuai yang diharapkan pendidik, Peserta didik cendrung pasif dan kurang berkosentrasi dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dari aktifitas peserta didik, mendengar dan sedikit bertanya. Interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar pada umumnya berlangsung satu arah, yaitu dari pendidik ke peserta didik.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada tangal 6 Januari 2017 dengan beberapa peserta didik di kelas VIII, diperoleh informasi bahwa pembelajaran fisika kurang menarik dan sulit dipahami. kalau konsep tidak dipahami, peserta didik akan kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh pendidik. Apalagi jika soal yang diberikan berbeda dengan contoh soal yang diterangkan pendidik.
Penguasaan konsep yang rendah menyebabkan hasil belajar fisika peserta didik menjadi rendah, hal ini ditandai dengan nilai peserta didik banyak yang belum mencapai (KKM) ditetapkan di SMP Negeri 1 Sungai Beremas yaitu 78
Tabel 1.1 Nilai Ketuntasan Ujian Tengah Semester 1 IPA Peserta didik Kelas VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI BEREMAS PASAMAN BARAT
Tahun Ajaran 2016/2017
Kelas Jumlah Peserta didik
Persentase Peserta didik Peserta didik yang
Tuntas Peserta didik yang tidak tuntas
Jumlah % Jumlah %
VIII1 35 2 5,71 33 94.28
VIII2 35 14 40 21 60
VIII3 36 9 25 27 75
VIII4 37 16 43,24 21 56.75
(Sumber: Pendidik bidang studi IPA SMP NegeriI 1 Sungai Beremas) Berdasarkan Table 1.1 terlihat bahwa masih banyak peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Sungai Beremas yang belum tuntas, bahkan ada salah satu kelas yang hanya dua orang saja yang tuntas pada pada ujian tengah semester ganjil.
D.Rumusan Masalah
Dari latar belakang, identifikasi dan batasan masalah maka penelitian ini dirumuskan “ Apakah dengan menerapkan pembelajaran Mind Mapping dalam metode Quantum Learning memberikan pemahaman konsep fisika yang lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dikelas VIII SMP Nagari 1 Sungai Beremas?
E.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas adalah untuk melihat penguasaan konsep fisika peserta didik yang belajar dengan menggunakan penerapan Mind Mipping dalam motode Quantum Learning lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
F.Kegunaan Penelitian
1. Sebagai pengembangan ilmu dan pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan atau pembelajaran.
2. Sebgai bahan masukan dalam menjalankan kebijakan dan pengambilan keputusan, terutama dalam pengadaan kualitas yang dibutuhkan dalam peningkatan mutu pendidikan atau pembelajaran.
3. Sebagai dasar untuk memunculkan suatu masalah atau ide baru dalam penilitian relevan.
9 1. Belajar dan Pembelajaran Fisika
a. Belajar
Belajar merupakan perpaduan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru melalui disain pembelajaran sehingga peserta didik melakukan kegiatan belajar sesuai dengan kurikulum. Kurikulum yang digunakan pendidikan saat ini merupakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran berbasis KTSP dapat didefenisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Pembelajaran berbasis KTSP sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut:
1)Karakteristik KTSP; yang mencakup ruang lingkup KTSP dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.
2)Strategi pembelajaran; yaitu strategi yang digunakan dalam pembelajaran, seperti diskusi, pengamatan, dan tanya jawab, serta kegiatan lain yang dapat mendorong pembentukan kompetensi peserta didik.
3)Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap guru terhadap KTSP, serta kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum (curriculum planning) dalam pembelajaran (Mulyasa, 2007: 247).
aktivitas antara guru dan peserta didik. Gredler menjelaskan pendapat Gagne bahwa belajar merupakan faktor yang luas dibentuk oleh pertumbuhan, perkembangan tingkah laku. Menurut Skinner, belajar adalah perilaku pada saat orang belajar dengan memberikan respon lebih baik yaitu:
1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar
2) Respons si pembelajar, dan
3) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi stimulus yang menggunakan konsekuensi tersebut. Orang yang belajar baik diberi hadiah, yang malas ditegur atau diberi hukuman (Syafaruddin, 2005:60).
Sedangkan menurut Slameto (1995:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
1) Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku peserta didik yang positif dan negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.
2) Membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh peserta didik, perilaku yang kena hukuman dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.
3) Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya
4) Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi modofikasi selanjutnya (Syafaruddin, 2005:61).
Di dalam proses pembelajaran adanya proses stimulus dan respon antara guru dan peserta didik yang bermuara pada peserta didik itu sendiri dengan rancangan yang dilakukan oleh guru. Tujuan pembelajaran digunakan untuk membantu seorang guru dalam perencanaan urutan pengajarannya. Dalam pelaksanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
Menurut Sardiman (1992:162) guru harus memiliki sepuluh kompetensi dasar, antara lain :
a) Menguasai bahan
b) Mengelola program belajar-mengajar c) Mengelola kelas
d) Menggunakan media/ sumber
e) Menguasai landasan-landasan kependidikan f)Mengelola interaksi belajar-mengajar
g)Menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran
h)Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah. i) Mengenal dan menyelenggarakan admistrasi sekolah
j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Apabila kompetensi tersebut telah dimiliki oleh semua guru maka akan memudahkan peserta didik dalam belajar aktif. Karena tanpa kemampuan yang dimiliki guru pembelajaran menjadi tidak bermakna. Dengan meningkatnya aktivitas peserta didik dalam belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, sikap dan keterampila b. Pembelajaran Fisika
Fisika dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efesien yaitu salah satunya melalui kegiatan praktik. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan praktik, peserta didik melakukan olah pikir dan juga olah tangan.Kegiatan praktik dalam pembelajaran fisika mempunyai peran motivasi dalam belajar, memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan sejumlah keterampilan, dan meningkatkan kualitas belajar peserta didik.
Strategi atau teknik, metode dan pendekatan merupakan tiga hal yang berbeda meskipun penggunaannya sering bersama-sama dijumpai dalam pembelajaran.Pendekatan merupakan teori atau asumsi.Metode adalah pengembangan yang lebih konkret dari teori tersebut, berupa prosedur-prosedur berdasarkan teori tersebut di dalam berbagai bentuk kegiatan kelas.
2. Pembelajaran fisika dalam perspektif islam
Pelajaran fisika merupakan salah satu pembelajaran yang ada disekolah – sekolah,Hal ini merupakan bagian dari kajian ilmu fisika yang dipelajri didalam pendidikan formal (Abdushshamad, 2003:32). Matahri adalah sumber kehidupan dengan sinarnya dengan memancar panas menghidupi bumi yang berisi macam – macam Makluk. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Nuh ayat 16 sebagai berikut:
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa matahari memiliki bagian yang disebut dengan sember panas.Sumber panas ini merupakan zona paling inti dari matahari yang panasnya selalu menyebur.Semburan panas ini kerana adanya areal-areal magnetis yang mengahasilkan partikel-partikel panas yang bergerak sangat cepat menghantam materi udara matahari yang mengakibatkan bagaian inti tertarik kesumber panasnya (Abdush shamad 2003: 33). Dengan demekian penulis menyempulakan bahwa Cahaya matahari sampai kebulan tanpa memerlukan medium, oleh karena itu cahaya matahari disebut gelombang elektromagnetik.
Al-Qur’an menyatakan bahwa konsep cahaya yang dipelajari dalam ilmu fisika itu ditemukan oleh para ahli fisika yang ada. Suara adalah energi yang dimiliki oleh benda yang bergetar. Jadi semua benda yang bergetarakan menghasilkan bunyi. Hal ini sesuaidengan firman Allah dalam surat Al – Hujurat ayat 2 sebagai berikut:
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara nabi, dan jangan kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagai mana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari .
berkata kepada Nabi dengan suara yang keras. Walaupun berbicara dengan keras, pelan, maupun sedang, tetap saja akan menghasilkan energ. Tetapi yang berbeda adalah besarnya energi yang dihasilkan, karena semakin keras bunyi maka semakin beser pula energi yang dihasilkan.
Jadi dalam disimpulakan bahwa kandungan Al-qur’an sudah mencakup semua fenomena yang ada dijagad raya ini baik yang nyata maupun yang gaib.
3. Hakikat IPA Fisika
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya (Trianto, 2010: 137).Pada hakekatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur.
mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).
Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika dan kimia.Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan serta penemuan teori dan konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2010:138).
Mata Pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir analitis, induktif dan dedukatif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri (Depdiknas, 2003: 56). Selain itu dijelaskan secara rinci fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika sebagai berikut:
a. Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Memupuk sikap ilmiah yang mencakup: a) Jujur dan objektif terhadap data.
d) Kritis terhadap pernyataan ilmiah yang tidak mudah percaya tanpa ada. dukungan hasil observasi empiris.
e) Dapat bekerja sama dengan orang lain.
c. Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang, merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah, menafsirkan data, menyusun laporan, mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
d. Mengembangkan kemampuan berpikir secara analisis, induktif dan dedukatif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam serta menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
e. menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
f. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan menyadari keindahan dan keteraturan perilaku alam serta dapat menjelaskan berbagai peristiwa alam serta keluasan penerapan fisika dalam teknologi.
dalam pembelajaran. Dengan demikian semakin jelas bahwa hakikat IPA khususnya Fisika semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan (keilmuan), tetapi lebih dari itu, Fisika lebih menekankan pada dimensi nilai ukhrawi, dimana dengan memperhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang maha dahsyat yang tidak dapat dibantah lagi, yaitu Allah SWT.
IPA khususnya Fisika hakikatnya mentautkan antara aspek logika– materil dengan aspek jiwa-spiritual, yang sementara ini dianggap cakrawala kosong, karena suatu anggapan antara IPA-Fisika dengan agama merupakan dua sisi yang berbeda dan tidak mungkin dipersatukan satu sama lain dalam satu bidang kajian. Padahal senyatanya terdapat benang merah ketertautan diantara keduanya.
Trianto (2010: 138) Sekalipun sebagian besar ilmuan mengatakan bahwa IPA tidak menjangkau nilai-nilai moral dan etika, juga tidak membahas nilai keindahan (estetika), tetapi IPA mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Yang dimaksud nilai-nilai disini adalah sesuatu yang dianggap beharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Nilai-nilai dimaksud bukanlah nilai-nilai non kebendaan. Nilai-nilai non kebendaan yang terkandung didalam IPA antara lain sebagai berikut:
a. Nilai Praktis
Kemudian dengan teknologi tersebut membantu pula mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi kehidupan.Dengan demikian, Sains mempunyai nilai praktis, yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: penemuan listrik oleh Faraday diterapkan dalam teknologi hingga melahirkan alat-alat listrik yang bermanfaat bagi kehidupan. b. Nilai Intelektual
Metode Ilmiah yang digunakan dalam IPA-Fisika banyak dimanfaatkan manusia untuk memecahkan masalah.Tidak saja masalah-masalah sosial, ekonomi dan sebagainya.Metode ilmiah telah melatih keterampilan, ketekunan, dan melatih mengambil keputusan dengan pertimbangan yang rasional dan menuntut sikap-sikap ilmiah bagi penggunanya. Keberhasilan memecahkan masalah tersebut akan memberikan kepuasan intelektual, inilah yang dimaksud dengan nilai intelektual.
c. Nilai sosial-budaya-ekonomi dan politik
d. Nilai Kependidikan
Berkembangnya IPA-Fisika dan Teknologi serta diterapkannya psikologi belajar pada pelajaran IPA-Fisika, maka IPA-Fisika diakui bukan hanya sebagai suatu pelajaran melainkan juga sebagai alat pendidikan. Artinya, pelajaran IPA-Fisika dan pelajaran lainnya merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai tersebut antara lain sebagai berikut:
a) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut metode ilmiah.
b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, dan mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah.
c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah. Dengan demikian, jelas bahwa IPA khususnya Fisika memiliki nilai-nilai pendidikan karenadapat menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
e. Nilai Keagamaan
Seorang ilmuan yang beragama akan lebih tebal keimannya, karena selain didukung oleh dogma-dogma agama juga ditunjang oleh alam pikiran dari pengamatan terhadap fenomena-fenomena alam, sebagai manifestasi kebesaran Tuhan. Townes (dalam Sila, 1998) yang dikutip oleh Trianto (2010: 140) mengatakan bahwa banyak orang yang merasakan bahwa pastilah ada sesuatu yang Maha pintar dibalik kehebatan hukum alam. Dengan demikian, jelaslah bahwa IPA-Fisika mempunyai nilai keagamaan yang sejalan dengan pandangan agama sehingga Albert Einstein menggambarkan ungkapan tersebut sebagai berikut: “Sains tanpa agama adalah buta dan agama tanpa sains adalah lumpuh”. Penanaman nilai-nilai agama yang penulis maksud disini adalah suatu tindakan atau cara untuk menanamkan pengetahuan yang berharga berupa nilai keimanan, ibadah dan akhlak yang berlandasan pada wahyu Allah dengan tujuan anak mampu mengamalkan pengetahuanya dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar dengan kesadaran tanpa paksaan. Cara sederhana bisa penulis lakukan mengajak siswa senang tiasa bersukur kepada Allah kerena telah menciptakan bunyidan gelombang yang sesuai dengan pendengaran kita tentu akan merusak fungsi telinga kita.
4. Quantum Learning
a. Pengertian Quntum Learning
ingat, dan membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum Learning adalah obat penawar yang menghidupkan dan memperkuat kembali kegembiraan dan kecintaan belajar. QuantumLearning adalah pengalaman belajar yang menakjubkan untuk segala usia.
Quantum learning ini berakar dari upaya Dr. George Lizanov, pendidik yang berkebangsaan Bulgaria, seorang psikolog yang berupa mengembangkan prinsip yang disebut “suggestology” Menurutnya sugesti dapat dan pasti mempengaruh hasil belajar dan setiap detil keadaan apapun memberi atau negative.
a) Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur.
a. Lingkungan.
Positif, aman mendukung, santai, penjelahan, menggembirakan, b. Fisik
Gerakan, terbobosan keadaan, permainan-permainan fiologi, estafet, partisipasi
c. Suasana
Nyaman, cukup penerangan, enak dipandang, ada musiknya d. Interaksi
Pengetahuan, pengalaman, hubungan, inspirasi, e. Motode
Mencontoh, permainan, simulasi, symbol, f. Belajar untuk mempelajari keterampilan.
Menghafal, membaca, menulis, mencatat, kreativitas, cara belajar, komunikasi, hubungan.
b. Langkah-langkah Quantum Learning 1) Tumbuhkan
2) Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti sumua belajar sumua pelajar.
3) Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”
4) Demonstrasikan
Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukan bahwa mereka tau”
5) Ulangi
Tujukkan pealajar cara- cara mengulang materidan menegaskan,”Aku tahu bahwa aku tahu ini”.
6) Rayakan
Lingkungan belajar yang menyenangkan serta munculnya emosi sebagai keteribatan otak dapat menciptakan sebuah interaksi yang baik dalam sebuah proses belajar yang akhirnya dapat menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar.
Tokoh utama dibalik Quantum Learning adalah Babbi Deporter. Dia perintis, pencetus dan pegembang utama Quantum Learning sejak tahun 1982 mematangkan dan mengembangkan gagasan Quantum Leraning disuper camp.
c. Tujuan dari Quantum learning adalah :
1) Untuk menciptakan lingkungan belajar lebih efektif 2) Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan.
3) Untuk menyesuain kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak.
4) Untuk membantu untuk meningkatkan keberhasilan hidup dan karir 5) Untuk membantu mempercepat dalam proses pembelajaran.
5. Pembelajaran Mind Mapping a. Defenisi Mind Mapping
b. Kiat – kiat untuk membuat peta pikiran
1. Di tengah kertas, buatlah lingkaran dari gagasan utamanya.
2. Tamabahkan sebuah cabang dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci gunakan pulpen warna-warni.
3. Tulisalah kata kunci/frase pada tiap-tiap cabang, kembangkan untuk menambahkan detail-detail
4. Tamabahkan syimbol dan ilustrasi 5. Gunakan huruf-huruf KAPITAL
6. Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih 7. hidupkanlah peta pikiran anda
8. Garis bawahikata – kata itu dan gunakan huruf – huruf tebal 9. Bersikaplah kreatif dan berani
10.Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan poin-poin atau gagasan-gagasan
11.Buatlah peta pikiran secara horizontal
Mind Map (peta pikiran) yakni membuat materi/bahan pelajaran menjadi suatu peta pikiran (memetakan pikiran kita).Mind Mapingg merupakan suatu pendekatan yang lebih efektif, membantu otak untuk berfikir secara teratur, memasukan informasi dalam otak dan mengambil informasi kedalam otak, ini merupakan cara yang paling kreatif dan inofatif dalam membuat catatan.
Manfaat dari Metode Mind Mapping adalah sebagai berikut: a. Mempercepat pembelajaran, kerana mampu memahami konsep yang
sama dengan kerja otak ketika menerima pelajaran.
b. Melihat keneksi antar yang satu dengan yang lain yang memiliki keterkaitan
c. Membantu brainstorming, mengesah kemampuan otak untuk berkerja
d. Membantu serta gagasanyang mengalir karenatidak selalu ide dan gagasan dapat mudah direkam
e. Melihat gagasan secara secara luas dan besar, sehingga membantu otak bekerja secara maksimal dan berpikir besar terhadap suatu gagasan.
f. Menyederhanakan stuktur ide gagasan tersebut.
g. Memudahkan untuk mengingat ide dan gagasan tersebut. h. Meningkat daya kreatifitas dan inovatif
Dengan digunakannya Mind Mapping maka akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan Tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan dengan nama Radiant Thinking. Sebuah Mind Map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut.
tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan infomasi yang dimiliki.Mind Mapping merupakan cara untuk menepatkan informasi kedalam otak dan mengambilkan kembali keluar otak.
Bentuk Mind Mapping seperti peta sebuah jalan dikota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok maslah dalam satu area yang sanagat luas.Mind Mapping juga dapat disebut dengan peta pikiran. Metode mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman.Mind mapping menggunakan pengingat – pengingat Visual dan sensori dalam suatu pola dan ide – ide yang berkaitan.Mind Mapping pada dasarnya menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainya into membentuk kesan pada otak. b. Langkah – Langkah pembelajaran Mind Mapping dengan metode
Quantum Learning sebagai berikut:
Menurut Bobbi deporter dan Henarcki (2008:15-159) Pelajaran yang memadukan anatara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan serta munculnya emosi serta sebagai keteribatan otak dapat menciptakan sebuah interaksi yang baik dalam proses belajar yang akhirnya dapat menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri sesseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Venty Indriatna, Universitas Pendidikan
Genesha Tahun 2012. Penelitian ini dilakukan terhadap peserta didik SMP
Negeri 3 Singaraja kelas VII J, dengan menggunakan materi Tik. Penelitian
yang dilakukan masih menggunakan Mind Mapping dalam Metode
Quantum Learning diberikan pada kelas eksprimen sedangkan kelas control
haya pelajaran biasa. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil
kesimpulan. Penerapan Mind Mapping dalam metode Quantum Leraning
dapat meningkatkan hasil belajar kelas VII J SMP Negeri 3 Singaraja Tahun
ajaran 2012/2013.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yustina, Rosmaini S dan Yessi Wulandari
Universitas Riu Tahun 2009. Penelitian ini dilakukan terhadap peserta didik
SMA Nurul Farah kelas XI IPA Pekanbaru tahun ajaran 2009/2010, dengan
menggunakan Materi Biologi. Penelitian yang dilakukan masih penerapan
Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning iberikan pada kelas
ekprimen sedangkan kelas kontrolnya diberi pembelajaran biasa.
Berdasarkan hasil penelitian, Maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut pelakasanaan pembelajaran Teknik Mind Mapping dalam Strategi
Quantum Learning dapat meningkatkan motifasi dan hasil belajar biologi
Peserta didik kelas IPA SMA Nurul Falah pekanbaru pekanbaru Tahun
Ajaran 2009/2010.
Penulis melakukan penelitian ini masih menggunakan penerapan
pembelajaran mid mapping dalam Metode Quantum Learning terhadap
sebelumnya yang menggunakan kelas eksperimen dan kelas control.
Perbedaan penelitaian ini dengan sebelumya yaitu pada penelitian
sebelumnya hanya untuk meningkatakan motifasi, dan hasil belajar,
sementara peneliti pemahaman konsep.Kemudian terletak perbedaannya
lingkungan sekolah.
Penelitaian sebelumnya dilaksankan pada SMP Negeri 3 Singaraja
tahun ajaran 2012/2013 kelas VII, SMA Nurul pekaranbaru tahun ajaran
2009/2010, Sedangkan penulis ingin melakukan penelitian SMP Negeri 1
Sungai Beremas kelas VIII semester dua. Dengan demikaian keadaan fisik
dan psokologis peserta didik tentunya juga berbeda. perbedaan juga terdapat
dari penilian, penilain yang diberikan tidak hanya pada aspek kognnitif
tetapi juga aspek efektif.
C.Kerangka Berfikir
Konsep fisika merupakan suatu konsep memerlukan penalaran dan proses mental yang kuat pada diri seorang peserta didik. Proses mental peserta didik dalam mempelajari fisika merupakan kemampuan mengintegrasikan pengetahuan atau skema kognitif peserta didik yang tersusun dari atribut-atribut dalam bentuk keterampilan dan nilai untuk mempelajari fenomena-fenomena alam.
menyempitkan pola pikir peserta didik tentang suatu konsep yang dipelajarinya.Komunikasi multi-arah baik antar peserta didik dengan peserta didik maupun guru dengan peserta didik menjadi terhambat, dengan sendirinya pula hasil belajar peserta didik belum mencapai hasil yang maksimal.
Untuk mengetahui apakah proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan mampu meningkatkan belajar peserta didik maka dilakukan penilaian hasil belajar berupa soal pilihan ganda. Melaluipenerapan Mind Mapping dalam Metode Quantum Leraning terhadap pemahaman konsep fisika diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka konseptual berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Pembelajaran pada kelas konterol
Menggunakan pembelajaran konvensiol Pembelajaran pada
kelas eksperimen
Menggunakan Mind Mapping dalam Metode Quantum
Learning
Proses
pembelajaran Guru
Tes akhir Tes akhir
Peserta didik
Tujuan Pembalajaran
Pemahaman Konsep Pemahaman Konsep
D.Perumusan Hipotesis Penelitian
H0: Pemahaman konsep fisika peserta didik dengan menerapkan pembelajaran Mind Mappig dalam metode Quantum Learning tidak lebih baik dari pada pembelajaran konvensional di VIII SMP NEGERI 1 Sungai Beremas 2016-2017.
36 BAB III
METODE PENELITIAN A.Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian Quasi eksperimen. Pada penelitian ini diberikan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas sampel.Kelas pertama diberikan perlakuan berupa penerapan Map Mapping dalam Metode Quantum Leraning dan kelas ini disebut dengan kelas eksperimen.Kelas kedua adalah kelas kontrol, kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi tes untuk melihat hasil belajar. Perbedaan hasil belajar kedua kelas ditentukan dengan metode statistika.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Only Design, yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Table 3.1.rancangan penelitian Kelas Treatment Posttest
Kelas eksperimen X T
Kelas control - T
(Suryabrata, 2012: 104) keterangan :
B.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Menurut Arikunto (2006:130) bahwa ”Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Irawan dalam Hanafi (2006: 46) juga memberikan pengertian populasi bahwa “ populasi itu adalah keseluruhan elemen yang dijelaskan oleh peneliti dalam penelitiannya”. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI BEREMAS yang terdaftar tahun ajaran 2016 / 2017 terdiri dari kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 143 orang. Terlihat pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jumlah Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Sungai Beremas
NO Kelas Banyak Kelas
1 VIII.1 35 Orang
2 VIII.2 35 Orang
3 VIII.3 36 Orang
4 VIII.4 37 Orang
Jumlah 143
(Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 1 Sungai Beremas) 2. Sampel
karakteristik dari suatu populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Cluster Random Sampling, dengan mengambil secara acak setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.Sehingga diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Peneliti melakukan langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data nilai ujian tengah semester 1 seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Sungai Beremas
b. Melakukan uji normalitas
Uji normalitas populasi bertujuan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors (Sudjana, 2005:466) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Data X1, X2, X3,…, Xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga yang terbesar.
2) Data X1, X2, X3,…, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,…, Zt dengan rumus:
S X X Z 1 t
Keterangan:
X1= Skor yang diperoleh peserta didik ke-1 Xt = Skor rata-rata
3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z ≤ Zt)
4) Dengan menggunakan proporsi Z1, Z2, Z3,…, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1, jika proporsi dinyatakan dengan S (Z1)maka:
n
5) Menghitung selisih F(Z1)-S(Z1) yang kemudian tentukan harga mutlaknya.
6) Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih, disebut Lo.
7) Membandingkan nilai Lo dengan nilai kritis L yang terdapat pada α= 0,05. criteria yaitu hipotesis tersebut normal jika Lo lebih kecil dari pada Ltabel.
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Populasi Dengan Menggunakan Uji Lilliefors.
NO Kelas L0 Lt Kesimpulan Keterangan
1 VIII.1 0,1457 0,1499 L0 < Lt Data Normal
2 VIII.2 0,1212 0,1497 L0 < Lt Data Normal
3 VIII.3 0,1461 0,1476 L0 < Lt Data Normal
4 VIII.4 0,1387 0,1456 L0 < Lt Data Normal
Data lengkap dapat dilihat pada lampiran II
c. Uji Homogenitas variansi ini dilakukan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak.
1) Menghitung variansi gabungan dari semua populasi dengan
2) Menentukan harga satuan Bartlett (B) dengan rumus:
3) Untuk uji Bartlett digunakan statistik uji chi kuadrat dengan rumus:
2
2 ln10 B n 1Logs
X
Kemudian bandingkan harga 2
hitung
X dengan harga 2
tabel
X yang diperoleh dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk =k-1.
Kriteria pengujian: Jika 2
hitung
X < 2
tabel
X maka populasi mempunyai variansi yang homogen.
Berdasarkan pengujian diperoleh2hitung21,K1, (1,63<
2,35) maka H0 diterima, Sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi mempunyai variansi yang homogen pada taraf kepercayaan 95% (data lengkap dapat dilihat pada lampiran III).
d. Melakukan Uji Kesamaan Rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata untuk menentukan apakah seluruh kelas populasi memiliki kemampuan yang setara atau tidak.Uji ini dilakukan dengan uji variansi satu arah. Teknik anava Dengan langkah-lagkah sebagai berikut :
Sumber Variansi Dk K KT F
Rata-rata 1 Y
Antar Kelompok k – 1 Ay
Dalam Kelompok ∑(ni-1) Dy
Total ∑ni ∑Y2
2) Mencari nilai Ry dengan rumus:
……….……….(3.6)
3) Mencari nilai Ay dengan rumus:
………...(3.7)
4) Mencari nilai ∑y2 dengan rumus:
∑Y2 = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) dari semua nilai pengamat. 5) Mencari nilai Dy dengan rumus:
………(3.8)
6) Mencari nilai R dengan rumus:
………...(3.9)
………...(3.10) 8) Mencari nilai D dengan rumus:
………(3.11)
9) Mencari nilai Fhitung dengan rumus:
……….(3.12)
Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada taraf nyata α = 0,05, jika Fhitung < Ftabel (0,50<8,53) maka populasi mempunyai rata-rata yang sama, dan begitu sebaliknya. (Data lengkap dapat lihat pada lampiran IV).
C.Variabel dan Data 1. Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian, terdiri atas tiga variabel :
a. Variabel bebas yaitu perlakuan pada kelas ekperimen dengan menggunakan Pembelajaran Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning dan pembelajaran biasa..
b. Variabel terikat yaitu pemahaman konsep peserta didik setelah diberi perlakuan.
c. Variabel kontrol mencangkup guru, materi pelajaran, alokasi waktu, dan buku sumber.
2. Data
a. Data primer yaitu data yang langsung diambil dari sampel yang diteliti. Dalam hal ini data primer yaitu data pemahaman konsep fisika peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari orang lain. Dalam hal ini data sekundernya adalah data hasil ujian mid semeser 1 peserta didik yang diperoleh dari guru mata pelajaran.
D.Prosedur/ Tahapan Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, perlu disusun prosedur yang sistematis.Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini menetapkan jadwal penelitian, mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian antara lain mempersiapkan dan memahami perangkat pembelajaran mulai dari silabus, rencana pembelajaran, bahan ajar, format penilaian, menentukan populasi dan sampel, menetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Tahap pelaksanaan a. Persiapan pembelajaran
1) Menetapakan tempat penelitian 2) Menentukan jadwal penelitian 3) Mempersiapkan materi pembelajaran
5) Mempersiapkan hal-hal yang mendukung pembelajaran Membuat kisi-kisi tes hasil belajar.
6) Membuat instrumen penelitian berupa soal tes akhir yang diberikan pada akhir pokok bahasan soal
7) Mempersiapkan observer. Observer dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran fisika SMP Negeri 1 Sungai Beremas.
b. Perlakuan yang diberikan
Perlakuan yang diberikan pada kelas sampel berbeda antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. Perlakuan yang diberikan pada kelas sampel adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4 : Skenario Pembelajaran pada kelas ekperimen dan kelas kontrol Tahap
pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswa Alokasi waktu Kegiatan
penduhualuan 1.Guru Mengucapkan salam
1. Menjawab salam guru
2. Siswa menyiapkan diri secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
c. Siswa menyebutkan nama temannya yang tidak hadir
3. Siswa secara antusias mendengarkan dan
Apersepsi dan
4. Siswa mencatat dan mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
Kegiatan Inti
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
gagasan konseptual
kepada siswa.
berlangsung atau Kelas Kontrol : Model Pembelajaran Konvensional
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi waktu
Pendahuluan
1.Menjawab salam guru
2.Siswa menyiapkan diri secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran
a. Siswa duduk dengan rapi untuk memulai
pembelajaran
b. Siswa membaca do’a sebelum memulai pembelajaran yang dipimpin oleh ketua kelas c. Siswa menyebutkan nama
temannya yang tidak hadir 3.Siswa secara antusias
mendengarkan dan menjawab apersepsi yang disampaikan oleh guru
4.Siswa secara antusias
mendengarkan dan menjawab motivasi yang disampaikan oleh guru
5.Siswa mencatat dan mendengarkan tujuan
pembelajaran yang disampaikan oleh guru
Kegiatan inti
2. Siswa duduk berkelompok yang telah dite-tapkan oleh guru berdasarkan kemampuan akademik
3. siswa mempelajari materi yang dipelajari Setiap kelompok membahas materi yang sama
2. Guru menghampiri tiap kelompok
3. Setelah diskusi guru menyuruh siswa menam-pilkan hasil
B. Elaborasi
1. Siswa berdiskusi saling bertukar pikiran dalam kelompoknya 2. Siswa mendengarkan arahan
dari guru
3. siswa menampilkan hasil diskusinya kedepan kelas dengan salah seorang perwakilan.
4. Siswa mengerjakan Soal yang diberikan oleh guru
5. Siswa menuliskan hasil jawabannya kepapan tulis
diskusinya
4. Setelah selesai presentasi, guru penjelasan dari guru tentang hasil jawaban yang telah ditulis didepan
Penutup
2. Siswa mencatat tugas rumah yang diberikan guru
3. Siswa menjawab salam guru
10 Menit
3. Tahap Penyelesaian
Setelah pokok bahasan selesai dipelajari kedua kelas sama-sama diberi evaluasi.Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang diharapkan tercapai.Tes pemahaman konsep fisika kelas sampel disusun dalam bentuk objektif serta dilaksanakan di akhir penelitian.
E.Instrumen Penelitian 1. Penilaian Aspek Kognitif
diperoleh kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan”.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa suatu soal perlu dianalisis yang bertujuan untuk mengetahui kualitas soal.Penelitian ini digunakan instrumen berbentuk tes pemehaman konsep fisika peserta didik yang dilaksanakan setelah eksperimen berlangsung.Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis soal adalah:
a. Menyusun Tes
1) Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk mendapatkan nilai pemhaman konsep peserta didik.
2) Membuat pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan kepada peserta didik berdasarkan kompetensi dasar.
3) Membuat kisi-kisi soal tes.
Kisi-kisi tes pemahaman konsep merupakan rencana konkrit yang dipersiapkan sebagai petunjuk arah pengembangn tes sesuai dengan tujuan penelitian. Kisi-kisi soal tes ini dapat memberikan pedoman dalam artian memberikan informasi tentang pokok-pokok bahasan materi ajar atau tingkat kemampuan atau keterampilan yang akan diteskan. Sehingga pilihan contoh butir soal dapat mewakili keseluruhan materi ajar.
5) Validitas tes
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, dimana soal tes diberikan kepada beberapa ahli yaitu dosen IPA (fisika) dan guru mata pelajaran fisika kelas VIII SMP Negeri 1 Sungai Beremas Pasaman Barat.
b. Uji coba tes
Hasil penelitian dapat dipercaya jika alat pengumpul data yang digunakan betul-betul akurat.Sehubungan dengan hal itu maka soal yang dibuat perlu di ujicobakan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada kelas sampel. Uji coba tes dilakukan dikelas VIII MTsN Air Bangis c. Analisis item soal
1) Validitas
Suatu soal dikatakan valid apabila soal itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi.Suatu tes dikatakan memiliki validitas isi apabila tes tersebut dapat mengukur tujuan khusus tertentu sesuai dengan materi dan perlakuan yang diberikan.Oleh sebab itu, dalam penyusunan tes ini harus berpedoman pada kurikulum dan indikator yang sesuai dengan materi pelajaran.
2) Reliabilitas
Tinggi rendahnya validitas menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas tes. Arikunto (2008) mengatakan bahwa: "suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap". dengan demikian reliabilitas berhubungan dengan ketetapan hasil tes. Untuk menentukan indeks reliabilitas tes dipakai rumus kuder-Richardson (K-R 21) yang dikemukankan oleh Arikunto (2008: 103):
r = reabilitas secara keseluruhan n = jumlah butir soal
M = rata-rata skor tes N = jumlah pengikut tes S = Standar deviasi dari tes xi = data ke-i
Tabel. 3.5 Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal Indeks Reliabilitas Klasifikasi
0,40-0,60
Dari analisis yang dilakukan, reabilitas soal pada klafikasi yang dilakukan dengan 0,77 termasuk klasifikasi tinggi ( Data lengkap dapat dilihat pada lampiran XII)
3) Tingkat kesukaran soal (P)
Tingkat kesukaran soal merupakan bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Rumus yang digunakan seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006: 212) yaitu:
...(3.9)
Keterangan :
P = tingkat kesukaran
B = jumlah peserta didik yang menjawab pertanyaan benar JS = jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Tabel. 3.6 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal No Indeks kesukaran Klasifikasi
Klasifikasi indeks kesukaran soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks kesukaran soal antara 0,31-0,70 yang merupakan soal dengan klasifikasi sedang.
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-21) didapat nilai tingkat kesukaran soal penelitian ini 0,77 yaitu antara 0,70-0,90 yang termasuk pada klasifikasi mudah. (Perhitungan lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran XII)
4) Daya beda (D)
Daya pembeda soal merupakan suatu indikator untuk membedakan antara peserta didik yang pandai dengan peserta didik kurang pandai. Dalam menentukan daya beda dapat menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Arikunto (2006: 218):
...(3.10)
Keterangan : D = daya pembeda
Ba = jumlah kelompok atas yang menjawab benar Bb = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar Ja = jumlah kelompok atas
Jb = jumlah kelompok bawah
b b a a
J B J B
Tabel. 3.7 Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal No Indeks daya beda Klasifikasi
1 2 3 4
0,00-0,20 0,21-0,40 0,41-0,70 0,71-1,00
Jelek sedang Baik Baik sekali
Sumber: Arikunto (2006: 223)
Indeks daya beda dalam peneltian ini mulai dari 0,21 sampai dengan 1,00 dengan kategori cukup, baik dan baik sekali yang diterima. Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran dan daya beda soal dengan rumus diatas diperoleh soal yang dapat dipakai sebanyak dua puluh delapan soal. Soal yang digunakan baik sekali. Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran XI.
F.Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak dala penentuan uji hipotesis mana yang digunakan.Menentukan sampel berdistribusi normal atau tidaknya dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors (Sudjana, 2005: 466). Langkah-langkah uji Liliefors adalah sebagai berikut :
a. Data x1, x2,…, xn dijadikan bilangan baku z1, z2, …, zn dengan menggunakan rumus:
zi = s
x xi
Keterangan: xi = Skor yang diperoleh peserta didik ke-i = Skor rata-rata
s = Simpangan baku sampel
b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z ≤ zi)
c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, …,zn yang lebih kecil atau sama dengan zi, jika proporsi dinyatakan dengan S (zi) maka:
n
z yang z z z banyaknyaz z
s( ) 1, 2, 3,..., n t
1
d. Hitung selisih F(zi) - S(zi) yang kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut,
Kemudian membandingkan nilai Lo dengan nilai Ltabel yang terdapat pada α = 0,05. Kriteria yaitu data terdistribusi normal jika Lo lebih kecil dari Ltabel (Sudjana, 2005: 466).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas variansi dilakukan dengan menggunakan uji F . Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah pada sampel mempunyai varian yang homogen atau tidak dengan langkah-langkah:
a. Mencari varian masing-masing data dan kemudian dihitung harga
)
Keterangan: F = varians kelompok data S1 = varians terbesar
b. Jika harga sudah dapat maka dibandingkan dengan F tersebut dengan
dilakukan dengan uji t dengan rumus yang dikemukan oleh sudjana (2005: 239) yaitu:
a) Jika data berdistribusi normal dan homogen atau 1 2 dan
diketahui, maka digunakan rumus: Ho : 1=2 diketahui, maka digunakan uji t dengan rumus:
2
x Nilai rata-ratakelompok eksperimen
2
x Nilai rata-rata kelompok kontrol
2 1
S Simpangan baku kelas eksperimen
2 2
S Simpangan baku kelas kontrol
1
n Banyak peserta didik kelas eksperimen
2
Sebagaimana yang dikemukakan Sudjana (2005:231) “tolak H0 dan terima H 1 jika t ≥ t1-α, dimana
t
1 didapat dari daftar distribusi tdengan derajat bebas dk = (n-1) dan peluang (1-α) .Setelah dilakukan uji kesamaan dua rata-rata diperoleh nilai t hitung dan t tabel, kemudian dilakukan uji hipotesis penelitian tentang “ Pemahaman Konsep dengan menggunakan Mind Mapping dalam Metode Quantum Learninglebih tinggi dari hasil belajar fisika peserta didik tanpa menggunakan Penerapan Mind Mapping dalam Metode Quantum Leraning Jika thitng>
tabel
63
pembelajaran Mind Mapping dalam metode Quantum Learning Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Peserta didik Dikelas VIII SMP Negeri 1 Sungai Beremas. Hasil penelitian ini akan menjadi dasar dalam pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Untuk mempermudah dalam menginterprestasikan hasil penelitian. Maka bab ini dibagi dalam berbagai sub bagian yaitu deskripsi data. Analisis data. Dan pembahasan hasil penelitian. Adapun data penelitian ini meliputi, deskripsi data, analisis data, pembahasan dan keterbatasan penelitian. A.Deskripsi Data
Penelitian yang telah dilakukan bertempat di SMP Negeri 1 Sungai Beremas Pasaman Barat melalui dua kelas sampel, yakni kelas eksperimen (Kelas VIII1) dengan jumlah peserta didik 35 orang dan kelas kontrol (Kelas VIII2) dengan jumlah peserta didik 35 orang. Hasil penelitian yang ditinjau adalah dari segi pemahaman konsep
1. Pembelajaran di Kelas Eksperimen
Pelajaran yang memadukan anatara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan serta munculnya emosi serta sebagai keteribatan otak dapat menciptakan sebuah interaksi yang baik dalam proses belajar yang akhirnya dapat menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri sesseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar.
a. Tahap Orientasi;Guru memusatkan perhatian peserta didik dengan menyebutkan beberapa fenomena yang ada dikehidupan nyata yang terkait dengan materi yang akan dipelajari. Peserta didik mengaitkan fenomena yang disebutkan oleh guru dengan materi yang akan dipelajari.
b. Tahap pengungkapan gagasan peserta didik; Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan gagasan konseptual kemudian mengungkapkannya dalam bentuk Mind Mipping. Guru menjelaskan mengenai materi kepada siswa dan menyeluruh siswa mengungkapkanya
dalam bentuk Mind Mapping. Siswa mendengarkan penjelasan guru kemudian
mengungkapkanya apa yang sudah diterima dari guru dalam bentuk Mind
Mapping
c. Tahap mengungkapkan permasalahan; Guru memberikan permasahalahan yang
terkait dengan materi dengan menggunakan pertanayaan kunci. siswa menjawab
pertanyaan yang diberikan guru dengan berpedoman pada Mind Mapping yang
mereka. siswa melakukan diskusi mengenai jawaban mereka. Guru
mendikusikan jawaban siswa yang salah siswa mendengarkan penjelasan guru
yang mengenai jawaban yang salah.
Pada pertemuan pertama materi geteran Guru memusatkan perhatian peserta didik dengan menyebutkan beberap fenomena yang ada dikehidupan nyata. Guru memberikan contoh tentang jam dinding yang memakai bandul, peserta didik mengaikan fenomena yang disebutkan guru, peserta didik menjawab pertanyaan guru ada yang salah dan ada yang benar, guru menanggapi jawanban peserta didik secara menyeluruh. Peserta didik mengaitkan fenomena yang disebut oleh guru dengan materi yang akakan dipelajari.
Guru memberikan ksempatan kepada peserta didik untuk menemukan gagasan konseptual. Kemudian mengungkapkanya dalam bentuk Mind Mapping. Guru menjelasakan materi getaran pada peserta didik dan menyeluruh peserta didik menggungkapkanya dalam bentuk Mind Mapping. Peserta didik menjelaskan penjelasan dari guru kemudian mengungkapkanya apa yang sudah diterima dari guru dalam bentuk Mind Mapping.
jawaban mereka. Peserta didik melakukan diskusi mengenai jawaban mereka. Guru mendikusikan jawaban peserta didik yang salah peserta didik yang mendengarkan penjelasan guru yang mengenai jawaban yang salah.
a. Pemahaman Konsep
Tabel 3.7 Data Analisis indikator pemahaman konsep
No Indikator Pemahaman Konsep No Soal
1 Mampu menerangkan secara keseluruhan
mengenai apa yang telah dicapainya 2,3,4,5,6,31,32,33,36 2 Mampu menyajikan situasi fisika kedalam
berbagai cara serta mengetahui perbedaanya 11,12,,15, 3 Mampu mengklasifikasikan objek-objek
berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep
tersebut
19,22,23,35, 37,40
4 Mampu menerapkan hubungan antara
konsep dan prosedur 7,8,9,10,24,25,27,28, 5 Mampu memberikan contoh dan kontra dari
konsep yang dipelajari 18,21 (data lebih jelasnya terdapat pada lampiran XIV)
Kelas Eksperimen
No Nilai Jumlah Peserta didik
1 45-55 1
2 51-60 1
3 61-65 1
4 66-70 1
5 71-75 1
6 76-80 3
7 81-85 8
8 86-90 6
9 91-95 4
10 96-90 2
11 91-100 1
jumlah peserta didik 35
Tuntas 28
0,8%
Tidak tuntas 7
0,2%
KKM 78
S 9,735
S2 94.77022
b. Grafik Ketuntasan Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen
Gambar 3.9 Grafik Ketuntasan Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen
Tabel 4.1 data diatas merupakan daftar nilai kelas VIII1 pada kelas eksperimen dan terlihat bahwa, peserta didik yang memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk kelas eksperimen ialah sebanyak 7 orang (0,2% dari total peserta didik), sedangkan peserta didik yang memperoleh nilai
79.77%
ketuntasan kelas eksperimen tuntas