• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berb Id

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berb Id"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 | Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Konsep Ekoregion di Indonesia

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Konsep

Ekoregion di Indonesia

Mahendra Aulya D. (15414058) dan Indira Dwesy Ariyani (15414080)

ABSTRAK

Dewasa ini dalam pembangunan jangka panjang diharapkan prinsip yang cenderung manfaatkan lahan secara eksploitatif hendaknya ditinggalkandan mulai beralih menggunakan prinsip yang mengutamakan keseimbangan dan keselarasan dalam pembangunan ekoregion sehingga terwujud pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan berkeadilan sosial

Pembangunan berbasis ekoregion merupakan pembangunan dengan pendekatan terpadu dalam suatu wilayah yang mengintegrasikan kepentingan ekonomi, sosial dan ekologi. Paper berjudul “Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Ekoregion di Indonesia” ini disusun dengan tujuan untuk (1) mengetahui apa itu ekoregion dan apa itu konsep ekoregion; (2) memaparkan penetapan ekoregion yang ada di Indonesia; (3) mengetahui bagaimana ekoregion dalam membangun pertanian berkelanjutan dan (4) membandingkan bagaimana pertanian yang dikembangkan dengan prinsip ekoregion dengan non-ekoregion dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian berkelanjutan.

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki beragam macam sumber daya yang terpencar di seluruh pulau dan laut di dalamnya. Keragaman tersebut meliputi banyak hal seperti keragaman flora, fauna, bentuk lahan, iklim, dan lainnya. Dari keragaman tersebut, akan menghasilkan karakteristik yang berbeda tiap wilayahnya, dan memiliki kegunaan yang berbeda tiap wilayahnya. Hal ini akan berpengaruh besar terhadap produktifitas sektor pertanian yang menjadikan kondisi lingkungan sebagai acuan dalam upaya peningkatan produksi pangan nasional. Maka dari itu dibutuhkan suatu konsep yang dapat mengklasifikasikan keragaman tersebut sebagai dasar pembangunan untuk kedepannya, salah satu konsep tersebut adalah ekoregion. Dengan konsep tersebut diharapkan dapat menjadi acuan dalam pembangunan terutama pembangunan pertanian berkelanjutan.

Hal itu dikarenakan dalam pembangunan pertanian berkelanjutan memiliki salah satu tujuan untuk menciptakan keseimbangan dan keselarasan dalam pembangunan ekoregion sehingga terwujud pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan berkeadilan sosial. Pada tulisan ini akan dijelaskan definisi dari ekoregion itu sendiri, konsep ekoregion, bagaimana ekoregion dalam pembangunan pertanian berkelanjutan, dan keuntungan serta kekurangan wilayah yang menggunakan konsep tersebut.

(2)

2 | Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Konsep Ekoregion di Indonesia DEFINISI EKOREGION

Berdasarkan UU no. 32 Tahun 2009, ekoregion didefinisikan sebagai wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup. Penetapan ekoregion secara fungsional dapat ditujukan sebagai dasar dalam pemberian arah penetapan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemantauan dan evaluasi antar sektor dan daerah yang saling bergantung, serta untuk mewujudkan penguatan kapasitas dan kapabilitas lembaga yang disesuaikan dengan karakteristik dan daya dukung sumber daya alam yang sedang atau akan dimanfaatkan. Dalam penetapannya, wilayah geografis tersebut akan menghasilkan sebuah batasan dengan mempertimbangkan kesamaan (a) karakteristik bentang alam, (b) daerah aliran sungai, (c) iklim, (d) flora dan fauna, (e) sosial budaya, (f) ekonomi, (g) kelembagaan masyarakat, dan (h) hasil investasi lingkungan hidup. Dengan kesamaan karakteristik tersebut akan terlihat hubungan antar komponen dengan hasil potensi ekologi untuk dioptimalkan. Hasil dari penetapan wilayah tersebut akan menjadi dasar untuk menentukan strategi pemanfaatan sumber daya yang selanjutnya akan mempengaruhi dinamika pengolahan sumber daya yang tersedia. Kegiatan pembangunan tersebut akan melibatkan berbagai upaya tepat guna secara teknis seperti konversi lahan, air, sumber daya genetik tanaman maupun hewan, dan tidak merusak lingkungan, serta layak secara ekonomi dan diterima secara sosial.

KONSEP EKOREGION

Ekoregion adalah sebuah konsep pembangunan berbasis pengelolaan secara lestari sumber daya alam dan kenekaragaman hayati. Konsep ini mengedepankan aspek konservasi dalam mengelola sumber daya alam dan keanekaragaman hayati (biodiversity). Ekoregion tidak melarang pemanfaatan sumber daya alam, tetapi bagaimana memanfaatkannya secara proporsional, sesuai potensi yang tersedia, daya dukung dan daya tampung ekologis. Pengelolaan ekoregion harus terintegrasi antara sumber laut dan pesisir serta sumber daya di darat.

Konsep ekoregion sebenarnya hampir sama dengan pengelolaan kawasan yang telah diterapkan pada beberapa wilayah di Indonesia. Bedanya, ekoregion lebih terintegasi secara luas, tidak dibatasi aspek geografis, administrasi pemerintahan, wilayah otorita, maupun wilayah adat. Konsep ekoregion berbasis ketersediaan sumber alam dan keanekaragaman hayati, yang secara geografis berdasarkan bentangan alam, daerah aliran sungai dan iklim. Wilayah ekoregion juga tidak hanya mencukup sumber daya fisik, tetapi kehidupan masyarakat secara komprehensif.

PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DALAM KONTEKS EKOREGION

Ekoregion pada implementasinya digunakan untuk berbagai hal, salah satunya adalah untuk pembangunan pertanian berkelanjutan. Dalam konteks ekoregion, pertanian dikembangkan dengan mengintegrasikan kepentingan ekonomi, sosial, dan ekologi. Tujuan utama penggunaan konsep ini adalah untuk menghasilkan komoditas pertanian yang beraneka ragam, terutama komoditas pangan, tanpa melupakan aspek perlindungan dan pengelolaan lingkungan.

Dalam pendekatannya, pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis ekoregion dapat dilihat dari berbagai perspektif, yaitu perspektif lingkungan hidup, pengelolaan sumber daya lahan dan air, serta ditinjau dari aspek adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Dalam perspektif lingkungan hidup, konsep ini berpusat pada pemanfaatan sumber daya alam, pengendalian kerusakan dan pencemaran, serta pelestarian lingkungan hidup. Dalam perspektif pengelolaan

DEFINISI EKOREGION

KONSEP EKOREGION

(3)

3 | Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Konsep Ekoregion di Indonesia

sumber daya lahan dan air lebih memperhatikan interkoneksi antara hulu dan hilir serta air tanah dan air permukaan, serta pengelolaan lahan yang ada untuk mewujudkan pembangunan pertanian yang dapat berproduksi secara berkelanjutan. Perspektif terakhir ditinjau dari aspek adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, keragaman iklim merupakan salah satu sumber daya yang sangat dinamis dan beragam, hal ini akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah produk pertanian yang dihasilkan, maka dari itu iklim harus dikalkulasi agar dapat dibuat strategi pengembangan untuk mengoptimalkan iklim pada wilayah tersebut.

EKOREGION DI INDONESIA

Wilayah ekoregion nasional terdiri dari tiga wilayah yaitu Ekoregion Paparan Sunda (ekoregion ini meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Madura, Bali, Kepulauan Banyak, Mentawai, Riau, Bangka Belitung dan sejumlah pulau kecil lainnya, Selat Malaka, Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Jawa), Ekoregion Wallace (ekoregion ini mencakup Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara dan Kepulauan Maluku, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Laut Flores, Laut Sawu, Laut Timor, Laut Arafuru, dan Selat Makassar), dan Ekoregion Paparan Sahul (ekoregion ini mencakup Pulau Papua, Kepulauan Raja Ampat, Kepulauan Aru, dan Laut Aru). Berdasarkan ketiga wilayah tersebut, ekoregion di Indonesia dibagi menjadi dua jenis, yaitu ekoregion laut dan ekoregion pulau. Keduanya dibedakan karena memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda dalam pengembangannya. Ekoregion laut merupakan hasil integrasi data geospasial keluatan yang berurutan dari bathimetri, geomorfologi, pasang surut, arus laut, dan keanekarahaman hayati (terumbu karang dan ikan karang). Batas terluar ekoregion laut merupakan batas ZEE yang sudah diratifikasi maupun yang masih dalam proses ratifikasi. Indonesia memiliki sejumlah 18 ekoregion laut, sebagai berikut:

Tabel 1. Luas Wilayah Ekoregion Laut

No Wilayah Ekoregion Luas (Ha)

1 Samudera Hindia Sebelah Barat Sumatera 78.286.100 2 Samudera Hindia Sebelah Selatan Jawa 65.554.900

3 Selat Malaka 11.134.300

4 Laut Natuna 36.040.200

5 Selat Karimata 27.085.900

6 Laut Jawa 43.797.800

7 Laut Sulawesi 32.386.600

8 Selat Makasar 28.800.500

9 Perairan Bali dan Nusa Tenggara 62.501.800

10 Teluk Tomini 7.002.000

11 Laut Halmahera 45.195.500

12 Laut Banda Sebelah Timur Sulawesi 16.036.100 13 Laut Banda Sebelah Selatan Sulawesi 16.916.000 14 Laut Seram dan Teluk Bintuni 14.004.000

15 Laut Banda 58.309.600

16 Samudera Pasifik Sebelah Utara Papua 45.985.700

17 Teluk Cendrawasih 9.336.900

18 Laut Arafura 32.679.300

Jumlah 631.053.200

Sumber: Statistik Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015

(4)

4 | Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Konsep Ekoregion di Indonesia

Jenis lain dari ekoregion di Indonesia adalah ekoregion pulau/kepulauan. Ekoregion tersebut disusun berdasarkan konsep bentang alam dengan pendekatan morfologi dan genesa, yang diintegrasikan dengan peta iklim (curah hujan tahunan) dan prediksi tipe vegetasi berdasarkan interpretasi elevasi kontur dan tipe iklim Schmidt Ferguson. Berikut adalah peta ekregion pulau di Indonesia:

Gambar 1. Peta Ekoregion Indonesia

Sumber: Slide Perkuliahan Perencanaan Perdesaan: Evaluasi Sumber Daya Lahan Pertanian Pangan Indonesia, 2017.

Berdasarkan peta tersebut, berikut adalah pembagian ekoregion pulau di Indonesia:

Tabel 2. Luas Wilayah Ekoregion Pulau, Luas Lahan sawah baku, ketersediaan lahan untuk pengembangan padi sawah dan potensi lahan (Ha)

EKOREGION

Luas Wilayah Ekoregion

(Ha)

Luas lahan sawah baku

(ha) *)

Ketersediaan lahan untuk pengembangan

padi sawah (ha)*)

Potensi lahan sawah

(ha) (%)

Pulau Sumatera 47.352.981 2.224.829 960.848 3.185.677 19,42%

(5)

5 | Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Konsep Ekoregion di Indonesia

Pulau Kalimantan 53.365.932 1.032.117 1.395.939 2.428.056 14,80%

Pulau Sulawesi 18.498.132 919.963 422.974 1.342.937 8,18%

Pulau Maluku 7.779.227 22.782 245.759 268.541 1,64%

Pulau Papua 41.156.330 25.683 5.187.000 5.212.683 31,77%

INDONESIA 188.549.073 8.132.343 8.275.836 16.408.179

Sumber: Statistik Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015

CONTOH PERTANIAN YANG DIKEMBANGKAN TIDAK DENGAN PRINSIP EKOREGION

Setelah memahami mengenai ekoregion, konsep ekoregion, kaitan konsep ekoregion dengan pertanian dan gambaran mengenai kondisi ekoregion di Indonesia, maka perlu dibandingkan studi kasus pertanian yang dikembangkan dengan pendekatan ekoregion dan pertanian yang dikembangkan tidak dengan pendekatan ekoregion agar dapat dipahami dengan benar kelemahan dan keunggulan dari masing-masing pendekatan tersebut dan dapat dilakukan langkah adaptasi untuk mendapatkan keuntungan terbaik.

Pembangunan pertanian yang dilakukan tanpa prinsip ekoregion salah satunya adalah pembangunan pertanian berbasis komoditas. Pembangunan pertanian berbasis komoditas adalah pembangunan pertanian yang menitikberatkan pengembangan suatu komoditas pertanian secara masif. Pembangunan dengan pendekatan seperti ini dapat menghasilkan panen suatu komoditas dengan cepat, hemat, dan hasil yang besar. Salah satu daerah yang mengembangkan konsep pembangunan pertanian melalui pendekatan komoditas adalah Kabupaten Humbang Hasundutan. Kabupaten Humbang Hasundutan sendiri terletak pada Provinsi Sumatera Utara dimana sektor pertanian adalah tulang punggung utama masyarakat di kabupaten ini. Hal itu dapat dilihat dari besarnya kontribusi sektor pertanian kepada PDRB kabupaten yang mencapai angka 59,08%. Pada Kabupaten Humbang Hasundutan sendiri, tanaman pangan adalah komoditas utama dan unggulan dari sektor pertanian yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal itu dibuktikan dengan besaran nilai LQ mencapai angka 1,94 (nilai LQ > 1 artinya komoditi ini memiliki spesialisasi di Kabupaten Humbang Hasundutan jika dibandingkan dengan di provinsi). (BPS Humbang Hasundutan, 2010)

(6)

6 | Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Konsep Ekoregion di Indonesia

Pengembangan intensif terhadap komoditas tanaman pangan di Kabupaten Humbang Hasundutan ini menjadikan daerah ini mengalami pertumbuhan sektor pertanian (yang nantinya berdampak pada sektor perokonomian) secara masif dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini dikarenakan pengembangan pertanian melalui pendekatan ini fokus, cenderung mudah, dan memerlukan biaya yang kecil, sehingga dapat dilakukan secara besar-besaran dan dalam waktu yang relatif singkat untuk menghasilkan panen yang besar.

Meskipun memiliki banyak sisi positif dari pendekatan pembangunan pertanian berabasis komoditas yang Kabupaten Humbang Hasundutan telah lakukan, terdapat pula dampak negatif yang ditimbulkan oleh pendekatan pembangunan tersebut. Seperti ketidakseimbangan ekosistem sawah di Kabupaten Humbang Hasundutan akibat adanya eksploitasi secara monokultur, memiliki kerawanan dari segi stabilitas, serta kurang mempertimbangkan komoditas lain untuk dikembangkan.

CONTOH PERTANIAN YANG DIKEMBANGKAN DENGAN PRINSIP EKOREGION

Untuk menutupi dampak negatif yang dihasilkan dari pembangunan pertanian berbasis komoditas, maka dikembangkanlah suatu pendekatan baru. Pendekatan baru tersebut adalah pembangunan pertanian berbasis ekoregion. Tujuan dari dikembangkannya pendekatan ini secara lebih spesifik adalah mengurangi ketergantungan sektor pertanian terhadap suatu komoditas, sehingga kestabilan dapat terjadi. Kestabilan yang dimaksudkan adalah ketahanan produksi sektor pertanian bila terjadi gejolak terhadap suatu komoditas yang diakibatkan oleh berbagai hal.

Salah satu contoh penerapan pembangunan pertanian berbasis ekoregion adalah apa yang dilakukan di Provinsi Maluku Utara. Semenjak tahun 2010, sektor pertanian Provinsi Maluku Utara yang dulunya didominasi oleh komoditas rempah-rempah (pala, cengkih, kakao, dll) mulai dilakukan diversifikasi komoditas. Hingga sekarang, sektor pertanian di Provinsi Maluku Utara mulai dikembangkan komoditas tanaman pangan seperti padi, jagung, dan gandum. Selain komoditas tanaman pangan, dikembangkan pula komoditas tanaman hortikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.

Hal itu dapat diketahui dari naiknya luas lahan pertanian komoditas tanaman pangan dan hortikultura serta naiknya kuantitas produksi kedua komoditas tersebut dari tahun 2010 sampai 2013 sekitar 5%. (BPS Maluku Utara, 2014). Pembangunan pertanian berbasis ekoregion dilakukan dengan cara diversifikasi komoditas dan bersifat saling mendukung komoditas dalam wilayah. Saling mendukung disini maksudnya adalah antar-kabupaten atau kota di Provinsi Maluku Utara saling bersinergi mengembangkan komoditas pertanian yang bermacam-macam, disesuaikan dengan karakteristik daerahnya.

Pengembangan pertanian melalui pendekatan ekoregion tersebut memang sulit dilakukan karena membutuhkan koordinasi dan sinergisasi yang cukup rumit antar-daerah dalam satu wilayah, pelaksanaannya yang mahal dan membutuhkan waktu lama, serta membutuhkan kualitas SDM yang tinggi karena penggunaan teknologi tinggi yang kompleks. Akan tetapi pendekatan ekoregion lebih ramah lingkungan (terutama terhadap keberlangsungan ekosistem), dapat memperkecil ketimpangan antar-daerah, serta stabil terhadap gejolak yang terjadi terhadap suatu komoditas.

(7)

7 | Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Konsep Ekoregion di Indonesia PERBANDINGAN EKO VS NON-EKO

Tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini memang sebagian besar pembangunan pertanian yang dilakukan di Indonesia masih menggunakan pendekatan berbasis komoditas. Hal itu karena pada masa orde baru, pembangunan pertanian secara masif dikonsentrasikan pada komoditas tanaman pangan seperti padi dan jagung. Bahkan jauh sebelum itu, Indonesia telah terbiasa melakukan pengembangan pertanian berbasis komoditas sejak era penjajahan Hindia Belanda dengan rempah-rempah sebagai komoditas utama. Pembangunan pertanian berbasis komoditas tersebut nyatanya telah menimbulkan dampak ketidakseimbangan ekosistem yang dieksploitasi secara monokultur.

Selain itu, fokus pembangunan pertanian pada komoditas utama tertentu telah menimbulkan kesenjangan atau ketimpangan antar wilayah. Pada wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang sesuai untuk pengembangan komoditas utama, maka ketersediaan infrastrukturnya cenderung lebih lengkap dan baik dibandingkan dengan wilayah yang potensinya relatif rendah (misalnya daerah lahan kering dan lahan rawa/pasang surut). Namun demikian, pendekatan komoditas diakui atau tidak, telah menyelamatkan Indonesia dari ancaman kekurangan pangan bahkan menjadikan Indonesia memiliki kedaulatan pangan yang tangguh.

Kedua pendekatan pembangunan pertanian tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Berikut adalah keunggulan dan kelemahan kedua pendekatan tersebut.

Tabel 3. Komparasi Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion dan Non-Ekoregion

KEUNGGULAN KELEMAHAN

PENDEKATAN EKOREGION

Keanekaragaman komoditas pertanian dan pendukung relatif terjaga, sehingga aspek kelestarian lingkungan dapat diwujudkan

Diperlukan koordinasi dan sinergisme yang sangat baik, baik antar sub sektor maupun sektor pembangunan. Pengabaian terhadap koordinasi dan sinergisme akan mengakibatkan pelaksanaan pembangunan tidak optimal;

Motivasi petani cenderung lebih tinggi karena program pengembangan komoditas lebih beragam (tidak terfokus pada satu komoditas utama)

Diperlukan dukungan pembiayaan yang relatif lebih besar karena mencakup beberapa komoditas dan aspek pembangunan;

Efektivitas dan efisiensi anggaran pembangunan dapat lebih baik, namun dengan syarat perencanaan dan pelaksanaan dapat dilaksanakan secara sinergis; Produk pertanian yang dihasilkan dapat lebih berdaya saing karena dihasilkan dari sistem produksi yang lebih ramah lingkungan;

Kegiatan penelitian dan pengembangan harus mengakomodasi dan mensinergikan beberapa komoditas dan aspek yang lebih luas, sehingga dibutuhkan pembiayaan yang lebih banyak dan dukungan manajemen pengelolaan lembaga riset yang handal

Pendampingan dan pelayanan konsultasi mencakup beberapa komoditas utama,

Kegiatan penyuluhan perlu didukung kualitas SDM yang lebih handal karena aspek dan

(8)

8 | Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Konsep Ekoregion di Indonesia

sehingga petani merasa lebih terperhatikan secara menyeluruh.

komoditas yang harus dipelajari oleh tenaga penyuluhan relatif lebih banyak

Mempersempit ketimpangan kesejahteraan di dalam maupun antar wilayah, karena penerima manfaat relatif lebih merata.

Proses diseminasi lebih kompleks karena teknologi yang harus disampaikan mencakup beberapa komoditas.

PENDEKATAN BERBASIS KOMODITAS

Teknologi yang disampaikan ke petani untuk mengatasi kendala atau permasalahan produksi relatif lebih sesuai, sehingga proses diseminasi relatif mudah dilakukan

Minat petani di luar komoditas yang menjadi prioritas pemerintah menjadi kurang diperhatikan

Pelaksanaan penyuluhan pertanian cenderung lebih efisien dan efektif, karena kebutuhan input dan pengelolaan output biasanya sudah dikoordinasikan dengan baik.

Kegiatan yang difokuskan pada komoditas tertentu, akan berjalan dengan baik apabila mampu memberikan kesepahaman kepada para petani. Namun, apabila muncul perbedaan kepentingan, maka akan muncul konflik yang biasanya tidak mudah diatasi.

Sistem inovasi yang menghubungan antara lembaga riset, penyuluhan, petani, dan pemasaran dapat dibangun dengan baik, sehingga alur informasi (termasuk umpan balik) dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Pendampingan dan pelayanan konsultasi yang difokuskan pada komoditas tertentu, cenderung akan mengabaikan pendampingan dan pelayanan konsultasi untuk komoditas lain yang dikembangkan petani.

Permasalahan teknis relatif lebih mudah diatasi karena hanya difokuskan pada komoditas yang dikembangkan; sehingga pengelolaan dan pengawasannya lebih mudah. Selain itu, homogenitas petani yang dibimbing lebih memudahkan tugas penyuluh.

Potensi konflik akan muncul apabila ada pihak lain yang berkeinginan untuk mengembangkan komoditas lain. Konflik ini dalam banyak kasus dapat merugikan petani.

Kegiatan pengembangan yang difokuskan pada komoditas pertanian tertentu, cenderung lebih mudah dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta relatif lebih hemat biaya.

Pengembangan komoditas yang terlalu difokuskan pada satu atau beberapa komoditas utama saja, akan menyebabkan potensi sumber daya pertanian kurang dimanfaatkan secara optimal.

(9)

9 | Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Konsep Ekoregion di Indonesia

seringkali faktor kelestarian lingkungan terabaikan.

Kegiatan penyuluhan lebih diarahkan untuk menyampaikan kepentingan institusi dan prioritas kebijakan; sehingga cenderung mengabaikan kepentingan petani.

Penerima manfaat terbesar kebijakan pembangunan pertanian yang hanya difokuskan pada komoditas tertentu, biasanya adalah para petani yang mempunyai skala pengusahaan di atas rata-rata.

(10)

10 | Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Konsep Ekoregion di Indonesia KESIMPULAN

Indonesia memiliki berbagai macam sumber daya, dari keragaman tersebut menghasilkan karakteristik yang berbeda antar daerah. Suatu wilayah geografis yang memiliki karakteristik yang sama disebut sebagai ekoregion. Ekoregion sebagai konsep pembangunan berbasis pengelolaan secara lestari sumber daya alam dan kenekaragaman hayati, mengedepankan aspek konservasi dalam mengelola sumber daya alam dan keanekaragaman hayati di wilayah tersebut. Pada implementasinya, ekoregion digunakan untuk berbagai hal, salah satunya adalah untuk pembangunan pertanian berkelanjutan dengan tujuan untuk menghasilkan komoditas pertanian yang beraneka ragam, terutama komoditas pangan, tanpa melupakan aspek perlindungan dan pengelolaan lingkungan.

Di Indonesia, wilayah ekoregion nasional terdiri dari tiga wilayah yaitu Ekoregion Paparan Sunda, Ekoregion Wallace, dan Ekoregion Paparan Sahul. Berdasarkan ketiga wilayah tersebut, ekoregion di Indonesia dibagi menjadi dua jenis yaitu ekoregion laut dan ekoregion pulau. Ekoregion laut di Indonesia berjumlah 18, yaitu adalah Samudera Hindia Sebelah Barat Sumatera, amudera Hindia Sebelah Selatan Jawa, Selat Malaka, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Laut Sulawesi, Selat Makassar, Perairan Bali dan Nusa Tenggara, Teluk Tomini, Laut Halmahera, Laut Banda Sebelah Timur Sulawesi, Laut Banda Sebelah Selatan Sulawesi, Laut Seram dan Teluk Bintuni, Laut Banda, Samudera Pasifik Sebelah Utara Papua, Teluk Cendrawasih, dan Laut Arafura. Jenis lainnya adalah ekoregion pulau, Indonesia memiliki tujuh wilayah kepulauan ekoregion, yaitu, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Papua, Kepulauan Bali Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku.

Dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian, pemanfaatan menggunakan pendekatan berbasis keberadaan ekoregion tersebut dewasa ini telah dilakukan untuk menggantikan pendekatan pembanguan pertanian yang lama. Masing-masing dari pendekatan pembangunan pertanian tersebut memang memiliki baik itu dampak positif maupun dampak negatif seperti yang telah disebutkan diatas. Untuk jangka pendeknya, pendekatan berbasis komoditas memang menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Namun untuk jangka panjangnya, terutama bila dilihat dari sisi lingkungan, pembangunan pertanian berbasis ekoregion jauh lebih baik dalam menyediakan pembangunan pertanian yang sifatnya berkelanjutan karena lebih ramah lingkungan, memiliki stabilitas lebih baik, dan terjadi pemerataan yang lebih baik dalam hal kebermanfaatan.

(11)

11 | Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Konsep Ekoregion di Indonesia DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Johndikson. Pengembangan Pertanian Berbasis Komoditi Unggulan Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus : Kabupaten Humbang Hasundutan). Medan : Universitas HKBP.

Assagaf, Muhammad. Perspektif Ekoregional Kawasan Tanaman Rempah di Maluku Utara. 2015. Jakarta : Indonesian Agency for Agriculture Research and Development (IAARD) Press. BPS, Maluku Utara Dalam Angka 2014. Ternate

BPS, Humbang Hasundutan Dalam Angka 2010. Doloksanggul

Dariah, Ai. Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion dari Perspektif Lingkungan Hidup.

2015. Jakarta: Indonesian Agency for Agriculture Research and Development (IAARD) Press.

Kementrian Lingkungan Hidup. Deskripsi Ekoregion Pulau/Kepulauan. 2013. Jakarta Timur: Deputi Tata Lingkungan

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Statistik Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015. 2016. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.

Sutrisno, Nono dan Nani Heryani. Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion dari Perspektif Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Air. 2015. Jakarta: Indonesian Agency for Agriculture Research and Development (IAARD) Press.

Syahbuddin, Haris dkk. Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion dari Perspektif Keragaman Iklim. 2015. Jakarta: Indonesian Agency for Agriculture Research and Development (IAARD) Press.

Setiyanto, Adi dan Bambang Irawan. Pembangunan Berbasis Wilayah: Dasar Teori, Konsep Operasional dan Implementasinya di Sektor Pertanian. 2015. Jakarta: Indonesian Agency for Agriculture Research and Development (IAARD) Press.

Suroso, D.S.A. Slide Perkuliahan Perencanaan Perdesaan: Evaluasi Sumber Daya Lahan Pertanian Pangan Indonesia. 2017. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Gambar

Tabel 1. Luas Wilayah Ekoregion Laut
Tabel 2. Luas Wilayah Ekoregion Pulau, Luas Lahan sawah baku, ketersediaan lahan untuk pengembangan padi sawah dan potensi lahan (Ha)

Referensi

Dokumen terkait

dan yang dilakukan oleh penulis pada model capsule endoscopy yang berbentuk silinder halus dengan jari-jari fillet 2 mm seperti gambar (4) memperlihatkan nilai contact

(2) Mobile Teacher yang tidak melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan pemberhentian sebagai Mobile Teacher oleh Pemerintah

Komposisi Kendaraan pada Hari Sabtu periode waktu siang hari untuk kandaran tipe MC paling tinggi terdapat pada titik pengamatan V4 yaitu arah Jalan Lingkar

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

dan sistem kesantunan hierarkis ( hierarchical politeness system ). 1) Sistem kesantunan penghormatan adalah kesantunan di situ peserta tutur dianggap sama atau hampir

lemak 150/0, air 700/0, karbohidrat 100/o dalam 100 gr bahan. Sampel geblek sebelum penggorengan sebelumnya telah mengalami proses pemanasan [pengukusan) terlebih dahulu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktek perataan laba pada Perusahaan

Untuk data penilaian seluruh eiemen desain display visual handphone Siemens ada pada