• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA .pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA .pdf"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.

Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud kebudayaan Indonesia? 2. Seperti apa keberagaman budaya di Indonesia?

3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi keberagaman Kebudayaan Indonesia ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud kebudayaan Indonesia?

2. Untuk mengetahui Seperti apa keberagaman budaya di Indonesia?

(2)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Sebelum kita memahami keberagaman kebudayaan Indonesia, terlebih dahulu patut kiranya kita memahami arti kebudayaan itu sendiri, kata kebudayaan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi

yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan di artikan sebagai hal hal yang

bersankutan dengan budi dan akal. Kata kebudayaan dalam bahasa inggris diterjemhkan

dengan istilah culture. Dalam bahasa Belanda di sebut cultuur. Kedua bahasa ini di ambil dari

bahasa latin colore yg berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan

tanah. Dengan demikian culture atau cultuur diartikan sebagai segala kegiatan manusiauntuk

mengolah dan mengubah alam. ada pula yang berpendapat bahwa kata budaya dari budi daya

yang berarti daya dari budi, yaitu berupa cipta, karsa, dan rasa.

Definisi kebudayaan menurut para ahli, sebagai berikut: 1. Melville J. Herkovits

Memandang bahwa kebudayaan suatu yang superorganic karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi yang tetap hidup terus walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran.

2. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi

Merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. 3. E. B Taylor

Mengidentifikasikan bahwa kebudayaan sebagai komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.

4. Andes Eppink

Kebudayaan merupakan keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial, dan religius.

5. Koentjaraningrat

(3)

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebudayaan

Fischer menyatakan bahwa pembentukan kebudayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, sbb:

1. Lingkungan Geografis 2. Induk Bangsa

3. Kontak Antar Bangsa dengan Berbagai Kebudayaan

Sifat-sifat dari kebudayaan

Sifat-sifat dari kebudayaan, adalah sebagai berikut : 1. Adaftif

Kebudayaan bersifat adaptif, artinya kebudayaan selalu mampu menyesuaikan diri, sifat adaptif ini akan melengkapi manusia pendukungnya dengan menyesuaikan diri pada hal-hal seperti kebutuhan fisiolologis badan mereka sendiri, lingkungan fisik-geografis dan lingkungan sosial.

2. Integratif

Kebudayaan bersifat Integratif artinya kebudayaan memadukan semua unsur dan sifat-sifatnya menjadi satu, bukan sekumpulan kebiasaan yang terkumpul secara acak-acakan saja. Karena itulah kebiasaan yang dimiliki dalam suatu kebudayaan tidak dapat dengan mudah dimasukan kedalam kebudayaan lain.

3. Dinamis

Kebudayaan bersifat dinamis artinya kebudayaan itu selalu berubah dan terus bergerak mengikuti dinamika kehidupan sosial budaya masyarakat. Dinamika kehidupan sosial budaya terjadi sebagai akibat dari interaksi manusia dengan lingkungan sekitar, penafsiran-penafsiran atau interpretasi yang berubah tentang norma-norma, dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku

2.3. Keberagaman Budaya Indonesia

Keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia . keragaman

budaya Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat di pungkiri keberadaanya. Dalam konteks

pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat

Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan

pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada di daerah tersebut.

(4)

yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.

Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal terbesar di pulau –

pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang

bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga

perkotaan.

Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan

masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan=pertemuan dengan budayaan luar juga

mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga

berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung

perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga mencerminkan kebudayaan agama tertentu.

Bias di katakana bahwa Indonesia adalah salah satu Negara dengan tingkat keanekaragaman

budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragamanbudaya

kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban,

tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan.

Dengan keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat dikatakan mempunyai keungulan

di bandingkan dengan Negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang

lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara social budaya dan politik

masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang

di rangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan di jalin tidak hanya meliputi antar

kelompok sukubangsa yang berbeda,namun juga meiliputi antar peradaban yang ada di dunia.

Labuhnya kapal-kapal portugis di banten pada abad pertengahan missal nya telah membuka

diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar

pedagang Gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun

(5)

dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan

perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan

budaya local di tengah-tengah singgunagn antar peradaban itu.

2.4. Bukti sejarah

Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara

berdampingan ,saling mengisi, dan ataupun berjalan secara parallel. Misalnya kebudayaan

kraton atau kerjaan yang berdiri sejalan secara parallel dengan kebudayaan berburu meramu

kelompok masyarakat terentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui bagaimana

kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan parallel dengan kebudayaan rural atau

pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang jauh hidup terpencil. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai “Bhineka Tunggal Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamanya bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman kemlompok sukubangsa semata namun kepada konteks kebudayaan. Didasari pula bahwa dengan jumlah kemlompok sukubangsa kurang lebih 700’an suku bangsa di seluruh nusantara, dengan berbagai tipe kelompok masyarakat yang beragam, serta

keragaman agamanya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang sesunguh nya

rapuh. Rapuh dalam artian dengan keragaman perbedaan yang di milikinya maka potensi

konflik yang di punyai juga akan semakin tajam. Perbedaan=perbedaan yang ada dalam

masyarakat akan terjadi pendorong untuk mempekuat isu konflik yang muncul di

tengah-tengah masyarakat dan keragaman kebudayaan

2.5. Faktor-Faktor Penyebab Keberagaman Budaya Indonesia

Ada 3 (tiga) faktor utama yang mendorong terbentuknya keberagaman budaya Indonesia sebagai berikut:

1. Latar Belakang Historis

(6)

2. Perbedaan Kondisi Geografis

Perbedaan-perbedaan kondisi geografis telah melahirkan berbagai suku bangsa dan keberagaman budaya Indonesia. Hal itu berkaitan dengan : Pola kegiatan ekonomi, Perwujudan kebudayaan yang ada contohnya: nelayan, pertanian, kehutanan, dan perdagangan. Sehingga mereka akan mengembangkan corak kebudayaan yang khas dan cocok dengan lingkungan geografis mereka tanpa mengganggu kebudayaan yang lainnya.

3. Keterbukaan terhadap Kebudayaan Luar

Bangsa Indonesia adalah contoh bangsa yang terbuka. Hal ini dapat dilihat dari besarnya pengaruh asing dalam membentuk keanekaragaman masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

Pengaruh asing pertama yaitu ketika orang-orang India, Cina, dan Arab di susul oleh bangsa Eropa. Bangsa tersebut datang membawa kebudayaan yang beranekaragam.

Daerah-daerah yang relatif terbuka, khususnya daerah pesisir paling cepat megalami perubahan. karena:

 Dengan semakin banyaknya sarana dan prasaranatransportasi,  Hubungan antar kelompok semakin intensif dan

 Semakin sering mereka melakukan pembauran

Sementara daerah-daerah yang terletak jauh dari pantai umumnya tidak banyak terpengaruh budaya luar, sehingga kebudayaannya berkembang dengan corak khas.

Contoh: jakarta salah satu contoh kota pelabuhan, memiliki corak kebudayaan yang cukup beragam yaitu dengan adanya Budaya Betawi memiliki sedikit budaya Cina, Arab, dan India. Hal ini diakibatkan oleh beragamnya orang yang datang/singgah di kota ini sehingga terjadinya pembauran kebudayaan.

2.6. Manfaat Keberagaman Budaya

Tidak semua negara memiliki keberagaman budaya seperti yang dimiliki oleh negara Indonesia. Dengan demikian, keberagaman budaya memberikan manfaat bagi bangsa kita. Beberapa manfaat keberagaman budaya, sebagai berikut :

1. Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya perbendaharaan istilah dalam bahasa Indonesia.

(7)

Masalah Yang Timbul Akibat Keberagaman Budaya

Secara sosiologis, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya.

Menurut Naskun, adanya keanekaragaman budaya tersebut membuat masyarakat multikultural memiliki karakteristik umum sbb :

1. Adanya sub-sub kebudayaan yang bersifat saling terpisah. 2. Kurang berkembangnya sistem nilai bersama atau konsensus.

3. Berkembangnya sistem nilai masing-masing kelompok sosial yang dianut secara relatif rigid dan murni.

4. Sering timbul konflik-konflik sosial atau kurangnya integrasi.

Menurut Pierre L. Van den Berghe, masyarakat multikultural memiliki karakteristik umum sebagai berikut:

1. Terjadinya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering memiliki sub-kebudayaan yang satu sama lain berbeda.

2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga yang bersifat nonkomplementer.

3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar.

4. Secara relatif, seringkali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.

5. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan ketergantungan di dalam bidang ekonomi.

6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.

(8)

Menurut J. Ranjabar, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya konflik pada masyarakat Indonesia sbb:

1. Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. Contoh: konflik Aceh dan Papua.

2. Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Contoh: konflik yang terjadi di sambas.

3. Apabila terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa lain. Contoh: konflik yang terjadi di sampit.

4. Apabila terjadi potensi konflik terpendam, yang bertikai secara adat. Contoh: konflik antar suku di papua.

5. Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk konflik, sbb:

a. Konflik Rasial

Konflik yang diakibatkan dari perbedaan-perbedaan dalam diri mereka terhadap individu dan ras lainnya. Pertentangan rasional bukan saja disebabkan oleh perbedaan ciri-ciri fisik saja, tetapi kadang-kadang juga diperuncing oleh perbedaan dan benturan dalam hal sosial, ekonomi, politik, atau karena jumlah ras tertentu lebih banyak dari ras lainnya.

b. Konflik Antar Suku Bangsa

Bahasa yang digunakan menjadi perbedaan antar suku bangsa, ada juga perbedaan adat istiadat dalam pergaulan sehari-hari, kesenian yang dikembangkan, sistem kekerabatan yang dianut, dan penguasaan tekhnologi.

Konflik ini terjadi terlebih jika keduanya mengalami kemunduran dalam beberapa hal, misalnya dalam hal ekonomi yang diikuti oleh kecurigaan-kecurigaan terhadap suku tertentu atas penguasaan sumber-sumber ekonomi politik.

c. Konflik Antar Agama

Keanekaragaman agama yang dianut seringkali mendatangkan perbedaan-perbedaan, baik dalam cara berpakaian, bergaul, peribadatan, adat pernikahan, hukum waris, kesenian, dan atribut-atribut keagamaan lainnya.

(9)

Masyarakat Indonesia terdri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di lebih dari 13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan budaya yang berbeda-beda. Seperti bahasa yang berbeda, adat istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan, dan sebagainya. Dengan identitas yang berbeda-beda ini, kita dapat mengatakan bahwa Indonesia memiliki kebudayaan lokal yang sangat beragam.

2.7. Beberapa Contoh Keberagaman Budaya Lokal Indonesia

Berikut ini pembahasan mengenai beberapa contoh budaya lokal di Indonesia: 1. Kebudayaan Lokal Masyarakat Sunda

Secara administratif, suku bangsa Sunda sebagian besar mendiami propinsi Jawa Barat. Sistem kekerabatan suku bangsa Sunda mengenal sistem Parental, yaitu mengikuti garis keturunan kedua orang tua, ayah, dan ibu. Bahasa percakapan yang dipakai adalah bahasa Sunda. Bahasa ini mengenal tingkatan dari bahasa yang paling halus sampai kasar. Bahasa Sunda berkembang di daerah Priangan, seperti di Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Bandung, Sukabumi, dan Cianjur. Bahasa sunda yang tidak halus berkembang di daerah Banten, Karawang, Bogor, dan Cirebon. Bahasa Sunda yang dipakai oleh masyarakat Badui do Banten Selatan disebut bahasa Sunda Buhun (Kuno).

Masyarakat Sunda memiliki beragam kesenian tradisional. Alat musik tradisional masyarakat Sunda adalah angklung. Alat musik Sunda juga memiliki pertunjukan seperti reog, calung, wayang golek,gendang pencak, dan sejumlah tarian-tarian seperti tari jaipong dan tari topeng. Kesenian tradisional tersebut umumnya dipertunjukkan pada upacara selamatan pernikahan, sunatan, meruwat rumah, dan syukuran.

2. Kebudayaan Lokal Masyarakat Tengger

(10)

Sebagian masyarakat Tengger beragama Hindu Mahayana. Setiap tahun, mereka mengadakan upacara Kasodo, yaitu upacara dalam rangka pengiriman kurban kepada leluhur yang ada di Kawah Gunung Bromo. Puncak upacara Kasodo berlangsung tepat pada tengah malam, yaitu berupa pemilihan dukun-dukun baru. Setelah itu, dilakukan pelemparan Ongkek (persembahan penduduk) ke kawah Bromo. Acara ini mengakhiri keseluruhan upacara Kasodo yang berlangsung hingga subuh menjelang matahari terbit.

3. Kebudayaan Lokal Masyarakat Batak

Suku bangsa Batak adalah salah satu suku bangsa yang melindungi Pulau Sumatera. Suku bangsa ini dikenal masyarakat sebagai perantau karena banyak yang mengadu nasib ke berbagai daerah terutama di kota-kota besar. Meskipun tersebar di berbagai daerah, suku bangsa Batak dikenal sangat menjunjung tinggi kebudayaan sekalipun tidak tinggal di kampung halamannya.

Suku bangsa Batak memiliki beragam kesenian tradisional. Dalam seni ukir dapat dilihat pada motif-motif pakaian adat serta tiang-tiang rumah adat yang memiliki srti simbolis tertentu. Selain itu, terdapat berbagai lagu-lagu daerah dan tari-tarian. Tarian tradisional yang cukup terkenal adalah tarian Mandula dan tari Sekar Sirih. Tari Mandula adalah tarian rakyat Simalungun saat menyambut panen, sedangkan tari Sekar Sirih adalah tarian menyambut tamu.

4. Kebudayaan Lokal Masyarakat Bugis

Suku bangsa Bugis adalah suku bangsa yang mendiami wilayah Sulawesi Selatan. Sejak dahulu suku Bugis dikenal sebagai suku bangsa Pelaut, sehingga mereka juga tinggal di daerah-daerah luar Sulawesi Selatan. Di beberapa daerah, seperti di Flores dan Kalimantan, suku bangsa Bugis membentuk perkampungan sendiri. Pada naskah-naskah kuno bangsa Bugis, huruf yang dipakai adalah aksara Lontara. Setelah masuknya pengaruh Islam pada abad ke-17, naskah-naskah kebanyakan ditulis dalam aksara bahasa Arab, yang disebut aksara Serang.

(11)

5. Kebudayaan Lokal Masyarakat Dayak

Suku bangsa Dayak dianggap sebagai suku bangsa asli Pulau Kalimantan. Masyarakat Dayak mengenal sistem ambilineal, yaitu mengikuti garis keturunan laki-laki dan perempuan. Sebagian besar anak laki-laki atau perempuan yang sudah menikah akan tetap tinggal bersama orang tuanya. Inilah yang membentuk keluarga luas (ultralokal). Masyarakat Dayak tidak melarang anak perempuannya menikah dengan laki-laki suku bangsa lain asalkan mereka mau tinggal bersama keluarga istrinya.

Masyaraka Dayak memiliki beragam kesenian, baik seni musik, tarian, seni ukir, ataupun tenun. Alat musik tradisional yang biasa dipakai umumnya terbuat dari bambu atau kayu yang dimainkan dengan cara dipikul berirama mengikuti tarian dan lagunya. Tarian-tarian masyarakat Dayak antara lain tari Tambun, Balean Dades, dan Bungai. Tarian tersebut pada umumnya dibawakan ketika upacara-upacara adat. Seni ukir dapat dilihat pada tiang-tiang rumah yang diukir dengan tangan dan memiliki simbol-simbol tertentu. Selain itu, seni ukir masyarakt Dayak berupa patung-patung yang terbuat dari kayu. Sedangkan kain tenun yang terkenal terbuat dari bahan kapas dan kulit kayu.

6. Kebudayaan Lokal Masyarakat Lio

Masyarakat Lio adalah kelompok penduduk yang menempati Pulau Flores, NTT. Kelompok yang sangat penting adalah kelompok yang disebut “SUKU”. Kelompok ini dikatakan mewujudkan struktur piramidal, yang dipuncaknya duduk kepala suku yang secara turun-temurun dijabat oleh anak laki-laki sulung. Selain berstatus sebagai “orang tua”, ia juga sebagai “ahli waris”.

Masyarakat Lio mengembangkan berbagai kesenian tradisional. Dalam seni pahat dan arsitektur dapat dilihat pada bentuk rumah adat yang disebut Sao Ria. Selain itu, mereka juga membuat patung yang disebut Anadeo yang dikeramatkan sebagai penunggu ruah adat. Mereka juga menghasilkan hasil kain tenun tradisional dengan motif yang khas pada kain sarung, selimut, dan selendang.

7. Kebudayaan Lokal Masyarakat Asmat

(12)

masih diselimuti hutan dan rawa. Suku bangsa AsmatHulu hidup di daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit dengan padang rumput yang cukup jelas.

Keluarga-keluarga suku bangsa Asmat umumnya tinggal di rumah-rumah panggung yang disebut tsyem. Sebuah kelompok kekerabatan Asmat terdiri atas 10-15 tysem yang mengelilingi sebuah rumah adat yang di sebut yew. Yew berfungsi sebagai rumah keramat dan tempat upacara keagamaan.

Masyarakat Asmat juga mengenal pemimpin adat yang disebut aipem. Pemimpin adat biasanya orang-orang yang pandai, bijaksana, dan kuat. Orang yang pandai dalam berburu. Orang yang pandai dalam membuat patung (wow-iptis) akan menjadi pemimpin para pembuat patung.

Kesenian masyarakat Asmat identik dengan kepercayaan dan upacara-upacara keagamaan terutama seni ukir patung, topeng, dan perisai.

8. Kebudayaan Masyarakat Minangkabau

Daerah asal kebudayaan minangkabau seluas propinsi Sumatera Barat. Tersebar juga di beberapa tempat di Sumatera dan juga di Malaya. Garis keturunan masyarakat Minangkabau diperhitungkan menurut garis matrilineal (Suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu) kesatuan keluarga yang terkecil adalah Paruik.

Lawan dari matrilineal adalah patrilineal yaitu suatu adat masyarakat yang menyatakan alur keturunan berasal dari pihak ayah. Penganut adat patrilineal di Indonesia sebagai contohnya adalah suku Batak, suku Rejang, dan suku Gayo.

9. Kebudayaan Masyarakat Aceh

Yang termasuk ke dalam budaya aceh yaitu daerah yang tergabung ke dalam bagian utara pulau Sumatera, juga meliputi wilayah Simeuleu, We, Breuh, dan pulau-pulau lain yang ada di sekitarnya. Desa bagi orang Aceh disebut Gampong. Setiap gampong terdiri atas 100-500 rumah.

10.Kebudayaan Masyarakat Jawa

(13)

dan masyarakat kebanyakan yang digolongkan dalam Wong Cilik. Pada lapisan tingkat kepala desa (petinggi) dibantu oleh beberapa bawahannya, yaitu

Carik : bertindak sebagai sekretaris desa

Kamitua : bertindak sebagai kepala dukuh/kampung

Kebayan : berperan sebagai humas internal desa yang menyampaikan segala

hal terkait kebijakan kepala desa untuk menyampaikan kepada masyarakatnya.  Kaum/Modin : mengurusi soal perkawinan, masalah keagamaan, dan kematian

11.Kebudayaan Masyarakat Bali

Ada dua (2) bentuk masyarakat bali, yaitu masyarakat Bali Aga dan Bali Majapahit. Masyarakat Bali Aga, masyarakat yang kurang mendapat pengaruh dari kebudayaan Jawa-Hindu dari Majapahit dan umumnya mendiami daerah-daerah pegunungan. Sedangkan Masyarakat Bali Majapahit, pada umumnya tinggal di daerah-daerah dataran dan menjadi mayoritas Bali.

12.Kebudayaan Masyarakat Bugis-Makassar

(14)

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan bersama yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang merupakan puncak tertinggi dari kebudayaan-kebudayaan daerah. Kebudayaan nasional sendiri memiliki banyak bentuk karena pada daasarnya berasal dari jenis dan corak yang beraneka ragam, namun hal itu bukanlah menjadi masalah karena dengan hal itulah bangsa kita memiliki karakteristik tersendiri.

Untuk memelihara dan menjaga eksisitensi kebudayaan bangsa kita, kita bisa melakukan banyak hal seperti mengadakan lomba-lomba dan seminar-seminar yang bernafaskan kebudayaan nasional sehigga akan terjagalah kebudayaan kita dari keterpurukan karena persaingan dengan budaya luar. Dan dalam menyikapi keberagaman yang ada kita harus bisa bercermin pada inti kebudayaan kita yang beragam itu karena pada dasarnya segalanya bertolak pada ideology pancasila.

Untuk menghadapi dampak negatif keberagaman budaya tentu perlu dikembangkan berbagai sikap dan paham yang dapat menikis kesalahpahaman dan membangun benteng saling pengertian. Gagasan yang menarik untuk diangkat dalam konteks ini adalah multikulturalisme dan sikap toleransi dan empati.

3.2. Saran

 Peran pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang

dapat mengakomodasikan aprisiasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda beda.

 Peran masyarakat meminimalkan perbedaan yang ada dan berpijak pada kesamaan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta : UI Press

Referensi

Dokumen terkait

KOMPETENSI DASAR : Mengidentifikasi jenis dan peran tari kelompok dalam konteks kehidupan budaya masyarakatnya Kelompok : Anggota : 1.. Apa saja nama tari dari berbagai daerah

Dalam konteks perubahan seperti dipaparkan di atas, proses penciptaan masyarakat dan sistem sosial yang bhinneka tunggal ika itu mengalami banyak kesulitan karena konsep ”satu”

masyarakat yang bersifat majemuk dalam struktur sosial, budaya (multikulural) maupun bahwa jati diri bangsa adalah.. watak kebudayaan ( cultural character ) yang berfungsi

Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan

Dalam masyarakat yang majemuk (yang terdiri dari suku, ras, agama, bahasa, dan budaya yang berbeda), kita sering menggunakan berbagai istilah yaitu : pluralitas (plurality),

Bangsa Indonesia mempunyai konteks sebagai bangsa yang pluralis/majemuk yaitu masyarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok, yang tinggal bersama dalam suatu wilayah, tetapi terpisah

18 Dalam konteks agama Islam di Indonesia juga terdapat berbagai tradisi keagamaan lokal yang telah membudaya di masyarakat dan bahkan telah menjadi kebudayaan yang pada dasarnya

Selain Tradisi Mangulosi, Suku Batak dikenal memiliki tari tor-tor, yang dipertunjukkan dalam berbagai acara, seperti pernikahan, ritual keagamaan, dan menyambut tamu.. Dalam