• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ajaran Isalam yang telah tersebar ke ber

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ajaran Isalam yang telah tersebar ke ber"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Ajaran Isalam yang telah tersebar ke berbagaipenjuru dunia selama berabad-abad tentunya meninggalkan tinta emas dan torehan positif berupa khasanah keilmuan bagi peradaban dunia, meskipun tidak ada lagi kekuasaan Islam secara mutlak. Hal itu disebabkan oleh ekspansi Islam ke daerah-daerah tidak bertujuan untuk mengambil harta kekayaan dan rampasan, tetapi untuk membangun dan mengelola kebudayaan yang ada di daerah tersebut.

Peradaban Islam bisa maju di masa itu, salah satunya berkat kerja keras para ilmuwan dan cendekiawan. Mereka adalah pelopor lahirnya peradaban dunia yang baru, yang awalnya mempelajari dan mempertahankan peradaban Yunani Kuno. Tidak hanya itu, tetapi para ilmuwan muslim juga mengembangkan pola pikir dan kecerdasan otaknya untuk menciptakan sesuatu yang baru dalam ilmu pengetahuan. Peran dan sumbangsih umat Islam dalam kemajuan peradaban dunia diakui oleh seorang orientalis Barat yang bernama Gustave Lebon. Dia

mengatakan "orang-orang Arablah yang menyebabkan kita mempunyai peradaban karena mereka adalah iman kita selama enam abad.

Dikalangan Barat, Islam memegang peran penting sebagai donator kemajuan peradaban mereka, meskipun sekarang justru baratlah yang menjadi ikon kemajuan peradaban dunia. Kontribusi

Islam tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Karya-karya ilmuwan muslim dalam bidang filsafat dan sains yang dialihbahasakan ke bahasa Barat termasuk Spanyol sehingga penduduk Barat dapat menambah wawasan pendidikan mereka. Masa ini berlangsung dari abad ke-12 dan ke-13.

2. Metode dan teori sains melalui penelitian dan eksperimen yang dilakukan ilmuwan muslim.

3. Kontribusi dalam bidang matematika, seperti sistem notasi dan desimal.

4. Buku-buku terjemahan yang diadopsi oleh Bangsa Barat, misalnya karya Ibnu Sina tentang kedokteran yang digunakan sebagai materi pokok pendidikan Barat sampai abad ke-17 M.

(2)

6. Universitas-universitas di Eropa yang sekarang ini banyak didirikan merupakan pengembangan dari lembaga-lembaga pendidikan Islam yang didirikan sebelumnya. 7. Ketika barat masih berkutat dengan kegelapan, umat Islam telah berhasil melestarikan

pemikiran dan kebudayaan Romawi-Persia (Greco Helenistic).

8. Para sarjana dan ilmuwan Barat menuntut ilmu dari lembaga-lembaga pendidikan Islam yang kemudian dibawa ke negaranya.

9. Kontribusi umat Islam dalam bidang kesehatan, sanitasi, dan makanan kepada dunai Barat pada masa itu.

Ketika perdaban Islam dibawa ke Barat oleh orang-orang non-Arab, ilmu-ilmu tersebut masih dalam satu bingkai dan belum dipisah-pisah. Oleh karena itu, ilmu kalam, filsafat, tasawuf, ilmu alam, matematika, dan ilmu kedokteran masih belum diklasifikasikan dan masih bercampur. Para ilmuwan muslim kemudian menggabungkan ilmu-ilmu filsafat dengan ilmu agama, ini berarti ada perpaduan antara akal dan keimanan. Tidak seperti bangsa Barat yang masih

mendikotomikan ilmu-ilmu akal dengan ilmu agama sehingga tidak ada inovasi-inovasi baru. Setelah mengadopsi pemikiran-pemikiran para ilmuwan muslim, bangsa Barat mampu memajukan peradaban mereka dan sampai sekarang merajai peradaban dunia. Kebanyakan bangsa Barat mengadopsi gaya pendidikan di Timur Tengah terutama dari lembaga-lembaga pendidikannya sehingga mereka mendirikan universitas dan akademi seperi di dunia Islam. Bangsa Barat mempunyai kelebihan dalam hal ketekunan dan kekonsistenan mengembangkan keilmuan, dan itulah yang tidak dimiliki oleh umat Islam saat ini. Dengan demikian, barat sekarang menjadi kiblat ilmu pengetahuan dan peradaban yang sebenarnya dimotori oleh keilmuan muslim zaman dahulu. Bagi umat Islam yang ingin mendalami ilmu-ilmu yang ada sekarang, mereka harus pergi ke kawasan Barat karena di Barat terdapat karya-karya ilmuan muslim yang terawat dan tersedia di beberapa perpustakaan.

(3)

KONTRIBUSI ISLAM PADA DUNIA PENDAHULUAN

Islam hadir di tengah kerasnya peradaban jahiliyah, melalui Muhammad saw banyak sekali mengalami pergejolakan. Akan tetapi untuk selanjutnya Islam mampu bermetamorfosa menyebar hampir ke seluruh penjuru jagad. Setelah masa Rasulullah saw, yang kemudian dilanjutkan oleh masa khulafaurrasyidin dan dinasti-dinasti Islam yang muncul sesudahnya, telah berhasil membangun peradaban dan kekuatan politik yang menandingi dinasti besar lainnya pada masa itu, yakni Bizantium dan Persia.

Dalam perkembangan peradaban dunia memang Islam tidak bisa dilepaskan dari perkembangannya sejak dari zaman rasulluah sampai sekarangpun, Islam banyak memberi kontribusi terhadap dunia. Dari masa zaman rasulluah Islam merubah peradaban yang ada di jazirah arab dan sampai sekarang kita masih dapat merasakan nikmat dari perubahan peradaban yang dibawa Islam.

Demikian Islam telah menorehkan tinta emas pada sejarah kehidupan umat manusia. Dan sebagaimana Islam yang datang sebagai rahmatan lil ‘alamin, sehingga Islam mampu berdiri tegak pada setiap masa dan kurun waktu. Realitas spiritual dan metahistorikal yang mentransformasi kehidupan lahir dan batin dari beragam manusia di dalam situasi temporal maupun ruang yang berbeda. Dan secara historis Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan beberapa aspek pada peradaban dunia.

Kontribusi Pemikiran dan Peradaban Islam Pada Dunia.

Setelah selesai masa kenabian yang ditutup dengan wafatnya Rasulullah SAW, perkembanan dan Pemikiran Peradaban Islam dalam sejarahnya telah menunjukkan berbagai varian. Varian-varian itu brupa metode, visi, dan kerangka berpikir yang berbeda dari pemikiran yang satu dengan pemikiran lainnya.

(4)

dilalui oleh peradaban Islam, kaum muslimin mengalami berbagai perkembangan pemikiran. Fenomena seperti ini sebenarnya sudah muncul sejak Rasulullah SAW, sampai pada masa Khulafaur Rasyidin. pada saat itu perbedaan pemikiran tidak begitu mencolok. Tetapi pada masa Umayah dan Abasiyyah mulai terasa ada perbedaan visi pemikiran. aliran Al-Ra'yi dan Hadis adalah dua visi pemikiran yang sangat mencolok pada saat itu, disamping pemikiran moderat sebagai antitesis dari kedua visi pemikiran tersebut.

Berbagai perluasan wilayah kekuasaan peradaban Islam mengakibatkan berbagai bangsa dan kebudayaan bergesekan dengan khazan ke-2 masehi yang tercatat bahwa kekuasaan kaum muslimin telah meliputi wilayah Syam hingga sebagian daerah Afrika. Dengan bertemunya kaum muslimin dengan pemikiran dan filsafat yang dipegang oleh bangsa di luar Arab menjadikan mereka berinteraksi dengannya sekaligus mempelajari pemikiran yang baru dikenalnya.

Setelah interaksi para pemikir Islam dengan pemikiran dan kebudayaan yang baru, muncul ahli-ahli kalam dan para filosof yang mereka berasal dari anak kaum muslimin. Kita mengenal beberapa para pemikir yang populer ditengah-tengah sejarah perkembangan ilmu kalam dan filsafat. misalnya seperti Ibnu Haldun, Ibnu Sina, Al-Kindi, dan Al-Farabi. Hingga kini karya-karya mereka hasilkan masih dipelajari oleh para penuntut ilmu khususnya dibidang filsafat dan ilmu kalam.

Para pemikir muslim dapat menghasilkan banyak karya yang sangat berharga bagi generasi setelahnya. Motivasi beramal untuk kehidupan setelah mati adalah yang mendorong para pemikir, fukoha dan ulama mencurahkan segenap tenaga dan pikiran untuk menghasilkan sebuah karya yang dapat dijadikan sebagai ilmu yang bermanfaat. Semakin banyak karya yang bermanfaat dihasilkan maka bertambah banyak pula investasi seorang muslim dalam amal jariyah setelah dia meninggalkan kehidupan dunia.

(5)

para pemikir yanga handal, melalui buah pikiran mereka kaum muslimin menjadi pemimpin dunia dengan kekuasaan 2/3 dunia.

Sekian lamanya Islam melakukan penyebaran ajarannya, hingga lebih dari 14 abad lamanya. Tentunya dari masa perjuangan tersebut telah menorehkan banyak hasil yang dapat dirasakan oleh dunia saat ini walaupun sudah tidak ada lagi kekuasaan Islam yang mutlak. Karena Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambil keuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun dan memajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.

Para tokoh Islam klasik yang telah membangun peradaban di masa itu, dan tidak dilakukan oleh orang-orang barat pada masa kegelapan, adalah dengan mempelajari dan mempertahankan peradaban Yunani kuno, serta mengembangkan buah pemikirannya untuk menemukan sesuatu yang baru dari segi filsafat dan ilmu pengetahuan. Seorang pemikir orientalis barat Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin, mengatakan bahwa “(orang Arablah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalam imam kita selama enam abad”. Hingga peradaban Islam telah memberi kontribusi besar dalam berbagai bidang khususnya bagi dunia Barat yang saat ini diyakini sebagai pusat peradaban dunia. Kontribusi besar tersebut antara lain:

1. Sepanjang abad ke-12 dan sebagian abad ke-13, karya-karya kaum Muslim dalam bidang filsafat, sains, dan sebagainya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, khususnya dari Spanyol. Penerjemahan ini sungguh telah memperkaya kurikulum pendidikan dunia Barat. 2. Kaum muslimin telah memberi sumbangan eksperimental mengenai metode dan teori sains ke

dunia Barat.

3. Sistem notasi dan desimal Arab dalam waktu yang sama telah dikenalkan ke dunia barat. 4. Karya-karya dalam bentuk terjemahan, kususnya karya Ibnu Sina (Avicenna) dalam bidang

(6)

5. Para ilmuwan muslim dengan berbagai karyanya telah merangsang kebangkitan Eropa, memperkaya dengan kebudayaan Romawi kuno serta literatur klasik yang pada gilirannya melahirkan Renaisance.

6. Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah didirikan jauh sebelum Eropa bangkit dalam bentuk ratusan madrasah adalah pendahulu universitas yang ada di Eropa.

7. Para ilmuwan muslim berhasil melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic) sewaktu Eropa dalam kegelapan.

8. Sarjana-sarjana Eropa belajar di berbagai lembaga pendidikan tinggi Islam dan mentransfer ilmu pengetahuan ke dunia Barat.

9. Para ilmuwan Muslim telah menyumbangkan pengetahuan tentang rumah sakit, sanitasi, dan makanan kepada Eropa.

Pada kondisi-kondisi tersebut, terutama pada abad ke-11 dan ke-12, walaupun tradisi Islam yang diboyong ke Barat masih belum terjadi pemisahan yang jelas antara ilmu-ilmu yang ada dan ketika itu ilmu kalam, filsafat, tasawuf, ilmu alam, matematika, dan ilmu kedokteran masih bercampur. Akan tetapi Islam telah mampu mendamaikan akal dengan iman dan filsafat dengan agama. Sedangkan bangsa Barat pada masa itu masih terdapat berbentuk tetap (stereotipe) yang memisahkan antara akal dan iman serta filsafat dan agama. Hal ini juga terjadi pada ilmu pengetahuan dan ilmu alam, yang mana Islam telah berjasa menyatukan akal dengan alam, menetapkan kemandirian akal, menetapkan keberadaan hukum alam yang pasti, dan keserasian Tuhan dengan alam.

(7)

Demikianlah sumbangan besar Islam atas peradaban dunia Barat, yang selanjutnya jusru dijadikan sebagai pusat peradaban dunia pada saat ini. Hal ini dikarenakan kekonsistensian dunia Barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Bahkan karya-karya besar para ilmuwan Muslim tersebut hingga kini masih dapat kita temukan di perpustakaan-perpustakaan internasional, khususnya di Amerika, yang secara profesional dan rapi telah menyimpannya. Sehingga berdasarkan keterangan di atas para umat Muslim di masa kini, yang ingin mempelajari lebih banyak tentang khasanah Islam tersebut, harus pergi ke negara Barat (non Islam) agar dapat meminta kembali “permata” yang sementara ini telah mereka pinjam. Sumbangsih Para Ilmuan Muslim Pada Dunia

Banyak sekali Ilmuan-ilmuan muslim yang tidak tertulis dalam buku sejarah namun karya-karyanya sampai saat ini masih bisa kita rasakan dan nikmati. Diantara karya-karya-karyanya antara lain:

1. Bidang Ilmu Pengetahuan 2. Bidang Kedokteran 3. Bidang Seni Sastra 4. Bidang Politik 5. Dll

Titik Temu antara Pemikiran dan Peradaban Islam dan Barat.

Sebagaimana kita maklumi bersama, Barat dan Islam merupakan dua peradaban besar dan penting yang eksis di muka bumi saat ini, dengan memiliki karakter dan ciri khas tersendiri. Dalam perspektif sejarah, dua peradaban ini telah melakukan interaksi yang panjang dalam situasi pahit dan manis selama sekian abad. Hubungan keduanya banyak diwarnai oleh proses saling belajar, saling memberi, dan saling menerima, di samping itu antara keduanya juga pernah terjadi ketidak harmonisan, konflik, dan benturan.

(8)

lebih gemilang. Untuk itu dituntut adanya sikap saling menerima dan menghargai perbedaan masing-masing.

Barat yang kini mendominasi kepemimpinan dunia, sudah selayaknya memberikan keteladanan yang tinggi bagi peradaban-peradaban lain, dalam misi bersama mewujudkan kehidupan umat manusia yang damai, adil dan makmur. Sebaliknya, dunia Islam juga harus mampu dan mau belajar dari .berbagai aspek positif peradaban Barat, tanpa meninggalkan nilai-nilai asasi dalam Islam. Malahan jika Barat secara jujur mengakui sumbangan besar dunia. Islam terhadap peradaban Barat di masa lalu, niscaya sikap saling pengertian dan saling menghargai antar-peradaban akan lebih mudah dibangun. Untuk mengatasi konflik tersebut, perlu adanya saling pengertian dan sikap toleransi yang harus diinternalisasikan pada masing-masing pihak. Dialog budaya antara Islam dan Barat menjadi peredam bagi benturan antarbudaya. Jika hal itu terabaikan, masa depan dunia bisa dipastikan akan semakin suram dan hanya akan mempercepat masa “kiamat”. Perdamaian harus menjadi harga mati yang tidak boleh ditawar lagi.

Dalam kitab suci Al Quran yang menjadi pedoman hidup umat Islam di seluruh dunia, Allah SWT menegaskan, sekiranya Allah menghendaki seluruh manusia bisa dijadikan satu umat saja, tetapi Allah ingin menguji manusia dengan segala pemberianNya, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan (QS Al-Maidah: 48). Allah menjadikan umat manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal satu sama lain (QS Al Hujurat: 12).

KESIMPULAN

Penyebaran ajaran Islam dan ekspansinya ke berbagai penjuru dunia telah berhasil membawa kemajuan pada setiap masanya, baik dari segi keagamaan maupun non agama yang berupa ilmu pengetahuan. Berbagai perluasan wilayah kekuasaan peradaban Islam mengakibatkan berbagai bangsa dan kebudayaan bergesekan dengan khazan ke-2 masehi yang tercatat bahwa kekuasaan kaum muslimin telah meliputi wilayah Syam hingga sebagian daerah Afrika. Dengan bertemunya kaum muslimin dengan pemikiran dan filsafat yang dipegang oleh bangsa di luar Arab menjadikan mereka berinteraksi dengannya sekaligus mempelajari pemikiran yang baru dikenalnya.

(9)

beberapa para pemikir yang populer ditengah-tengah sejarah perkembangan ilmu kalam dan filsafat. misalnya seperti Ibnu Haldun, Ibnu Sina, Al-Kindi, dan Al-Farabi

Para tokoh dan cendekiawan Islam yang telah berhasil mempelajari ilmu-ilmu Yunani dan Sansekerta, telah memberikan pengembangan yang signifikan pada bidangnya masing-masing, jauh sebelum para ilmuwan Barat menemukan teori-teori tentang ilmu pengetahuan.

Dengan demikian telah memberikan bukti bahwa Islam dan peradaban yang telah dibangunnya pada masa lalu, telah memberikan investasi besar pada pencapaian peradaban dan perdamaian dunia modern saat ini untuk itu dituntut adanya sikap saling menerima dan menghargai perbedaan masing-masing.

(10)

JEJAK KEGEMILANGAN UMAT ISLAM DALAM PENTAS SEJARAH DUNIA

Oleh: H. Budi Suherdiman Januardi, MM.

ejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama sekira 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah saw di Madinah (10 tahun, 622-632M); Masa Daulat Khulafaur Rasyidin (29 tahun, 632-661M); Masa Daulat Umayyah (89 tahun, 661-750M) dan Masa Daulat Abbasiyah (508 tahun, 750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani (429 tahun, 1496-1924) pada tanggal 28 Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana masa-masa kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 (1065) tahun, dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan umat Islam.

S

Pada saat berjayanya peradaban Islam semangat pencarian ilmu sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Semangat pencarian ilmu yang berkembang menjadi tradisi intelektual secara historis dimulai dari pemahaman (tafaqquh) terhadap al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw yang kemudian dipahami, ditafsirkan dan dikembangkan oleh para sahabat, tabiin, tabi' tabiin dan para ulama yang datang kemudian dengan merujuk pada Sunnah Nabi Muhammad saw.

Era Rasullah saw (622-632) dan Periode Daulat Khulafaur Rasyidin (632-661)

(11)

periode Makkah (Makiyyah) dan 10 tahun periode Madinah (Madaniyah). Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi, dimana beliau saw telah berhasil memegang kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia dan Mesir.

Seorang ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan:

“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul (maksudnya Muhammad Rasullullah saw) sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.

Masa kerasulan Muhammad saw pada akhir periode Madinah merupakan puncak (kulminasi) peradaban Islam, karena disitulah sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. [QS Al-Maidah ayat 3].

Generasi masa itu merupakan generasi terbaik sebagaimana firman Allah swt:“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh”. [QS Ali Imran ayat 110].

Periode Daulat Umayyah (661-750M)

(12)

Awal berlangsungya periode Daulat Umayyah lebih memprioritaskan pada perluasan wilayah kekuasaan. Ekspansi wilayah yang sempat terhenti pada masa Khalifah Utsman dan Khalifah Ali dilanjutkan kembali oleh Daulat Umayyah. Pada zaman Muawiyah, Tunisia ditaklukkan. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abdul Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh (Balkan?), Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.

(13)

Pada lapangan perdagangan yakni pada saat peradaban Islam telah menguasai dunia perdagangan sejak permulaan Daulat Umayyah (661-750M), dimana pesisir lautan Hindia sampai ke Lembah Sind, sehingga terjalin kesatuan wilayah yang luas dari Timur sampai Barat yang berimplikasi terhadap lancarnya lalu-lintas dagang di dataran antara Tiongkok dengan dunia belahan Barat pegunungan Thian Shan melalui Jalan Sutera (Silk Road) yang terkenal itu, yang kemudian terbuka pula jalur perdagangan melalui Teluk Parsi, Teluk Aden yang menghubungkannya dengan kota-kota dagang di sepanjang pesisir Benua Eropa, menyebabkan “kebutuhan Eropa pada saat itu amat tergantung pada kegiatan dagang di dalam wilayah Islam”.

Pada bidang lainnya, pembangunan yang dilakukan Muawiyah diantaranya mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri. Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Khalifah Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Keberhasilan Khalifah Abdul Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

(14)

menghubungkannya dengan kota-kota dagang di sepanjang pesisir Benua Eropa, menyebabkan “kebutuhan Eropa pada saat itu amat tergantung pada kegiatan dagang di dalam wilayah Islam”.

Periode Daulat Abbasiyah (132H/750M s/d 656H/1258 M)

Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup lama dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode: (1) Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama; (2) Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama; (3) Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua; (4) Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua; (5) Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.

Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Fakta sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang sains, teknologi dan filsafat. Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Islam.

(15)

dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.

Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah; senang bershadaqah; sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama; senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.

Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.

Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.

(16)

Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah.

Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh motif sosial, politik dan intelektual. Ini berarti bahwa para pihak baik dari unsur masyarakat, elit penguasa, pengusaha dan cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampaknya secara kultural sangat besar.

Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian diikuti oleh suatu periode kreativitas besar, karena generasi baru para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang terpelajar itu kemudian membangun dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya untuk mengkontribusikannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Menurut Marshall, proses pengislaman tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih jauh dari sekadar mengintegrasikan dan memperbaiki, hal itu telah menghasilkan energi kreatif yang luar biasa. Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah Islam merupakan periode pengembangan di bidang ilmu, pengetahuan dan kebudayaan, dimana pada zaman itu telah melahirkan tokoh-tokoh besar di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi. Berbagai pusat pendidikan tempat menuntut ilmu dengan perpustakaan-perpustakaan besar bermunculan di Cordova, Palermo, Nisyapur, Kairo, Baghdad, Damaskus, dan Bukhara, dimana pada saat yang sama telah mengungguli Eropa yang tenggelam dalam kegelapan selama berabad-abad. Kehidupan kebudayaan dan politik baik dari kalangan orang Islam maupun non-muslim pada zaman kekhilafahan dilakukan dalam kerangka Islam dan bahasa Arab, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan agama dan suku yang plural.

(17)

penerjamahan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuatnya elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang secara pesat tersebut, mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang telah melahirkan berbagai karya ilmiah yang luar biasa.

Menurut Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak hanya menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga mengkaji teks-teks itu, memberi komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam. Proses asimilasi tersebut menurut Thomas Brown terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan kedoketeran Yunani diadapsi sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam. Proses ini menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan muslim sehingga dari proses tersebut telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari pemikiran Yunani dan bahkan boleh jadi asing bagi pemikiran Yunani.

Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan kontribusi kepada dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas) and gunpowder (mesiu). Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung abad ke-8 M dan penemuan alat cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann Gutenberg, menurut buku Historians’ History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab tidak menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas.

(18)

Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya:

• Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina;

• Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;

• Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae;

• Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri).

Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.

(19)

merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab.

Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi kegelapan, tak satupun bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul. Sebuah kisah menarik terjadi pada zaman Daulat Abbasiah saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam sebagai hadiah pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa. Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi itu oleh pihak Uskup dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga mereka merasa ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa berikutnya, baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat Kristen masih mempergunakan jam pasir sebagai penentuan waktu.

Bagaimana kondisi kegelapan Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan hanya pada aspek mental-dimana cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya dalam aspek fisik material. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh William Drapper:

“Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa, 113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko-toko buku, masjid-masjid dan istana yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah di tepinya. Sementara kondisi di London 7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada. Di Paris berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan, melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur”.

Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid jauh melampaui peradaban yang ada pada orang-orang Kristen pimpinan Charlemagne.

(20)

Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang berada langsung di bawah pemerintahan Islam, peradaban Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa internasional yang digunakan berbagai suku bangsa di berbagai negeri di dunia. Baghdad di Timur dan Cordova di Barat, dua kota raksasa Islam menerangi dunia dengan cahaya gilang-gemilang. Sekitar tahun 830 M, Alfonsi-Raja Asturia telah mendatangkan dua sarjana Islam untuk mendidik ahli warisnya. Sekolah Tinggi Kedokteran yang didirikan di Perancis (di Montpellier) dibina oleh beberapa orang Mahaguru dari Andalusia. Keunggulan ilmiah kaum muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik kaum intelektual dan bangsawan Barat ke negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka terdapat Roger Bacon (Inggeris); Gerbert d’Aurillac yang kemudian menjadi Paus Perancis pertama dengan gelar Sylvester II, selama 3 tahun tinggal di Todelo mempelajari ilmu matematika, astronomi, kimia dan ilmu lainnya dari para sarjana Islam.

Tidaklah mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya Universitas Cordova. Di Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari negeri tersebut muncul nama-nama ‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis-penulis Barat untuk melakukan hal yang sama.

(21)

sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan.

Semaraknya pengembangan ilmu dan pengetahuan di dunia Islam diindikasikan dengan banyaknya perpustakaan tersebar di kota-kota dan negeri-negeri Islam yang jumlahnya sangat fantastis. Sejarah mencatat, perpustakaan di Cordova pada abad 10 Masehi mempunyai 600.000 jilid buku. Perpustakaan Darul Hikmah di Cairo mempunyai 2.000.000 jilid buku. Perpustakaan Al Hakim di Andalusia mempunyai berbagai buku dalam 40 kamar yang setiap kamarnya berisi 18.000 jilid buku. Perpustakaan Abudal Daulah di Shiros (Iran Selatan) buku-bukunya memenuhi 360 kamar. Sementara ratusan tahun sesudahnya (abad 15 M), menurut catatan Catholik Encyclopedia, perpustakaan Gereja Canterbury yang merupakan perpustakaan dunia Barat yang paling kaya saat jumlah bukunya tidak melebihi 1.800 jilid buku.

Sejarah juga mencatat bahwa Uskup Agung Raymond di Spanyol mendirikan Badan Penterjemah di Todelo yang ditujukan guna menterjemahkan sebagian besar karangan sarjana-sarjana Muslim tentang ilmu pasti, astronomi, kimia, kedokteran, filsafat, dll, dimana waktu yang dibutuhkan untuk menterjemahkannya yaitu lebih dari satu setengah abad (1135-1284 M).

Dari pusat-pusat peradaban Islam yang meliputi Baghdad, Damaskus, Cordova, Sevilla, Granada dan Istanbul, telah memancarkan sinar gemerlap yang menerangi seluruh penjuru dunia terlebih Cordova, Sevilla, Granada yang merupakan bagian dari kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern di dunia Barat.

(22)

Pada masa Khilafah Utsmani, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman Khalifah Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) merupakan zaman kejayaan dan kebesaran yang pada masanya telah jauh meninggalkan negara-negara Eropa di bidang militer, sains dan politik.

Pasca berakhirnya keluasaan Daulat Abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut dengan kepemimpinan Daulat Utsmaniyah. Daulat Utsmaniyah yang juga dikenal dengan sebutan Kesultanan atau Kekaisaran Turki Ottoman, didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299 s/d 1923) dipimpin oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara kecil.

Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya. Pada abad ke-16 dan ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat. Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Musuh-musuh Islam membutuhkan waktu selama satu abad untuk melepaskan ikatan ideologi Islam dari tubuh umat Islam, yang pada akhirnya tanggal 3 Maret 1924 M yang bertepatan dengan tanggal 28 Rajab 1342 Hijriah, melalui Mustafa Kemal Attaturk yang merupakan agen Inggris dan anggota Freemasonry (sebuah organisasi Yahudi), membubarkan institusi Kekhilafahan Islam terakhir di Turki dan menggantikannya dengan Republik Turki. Maka, sejak saat itu ideologi Islam benar-benar terkubur ditandai dengan dihilangkannya institusi khilafah oleh majelis nasional Turki dan diusirnya Khalifah terakhir.

BEBERAPA CATATAN PENTING

(23)

akhirnya terabaikan bahkan sampai terlupakan. Oleh karena itu, umat Islam perlu kembali menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya yang amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong kembali kejayaan Islam dan umatnya.

Kita dapat menyimak, bahwa puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi pada zaman kejayaan umat Islam masa lalu terkait erat dengan tegaknya sistem kekhilafahan, dimana adanya sistem komando yang terintegrasi secara global yang peranan secara politik sejalan dengan peranan agama. Kita juga mendapatkan gambaran dalam sejarah bahwa sosok para pemimpin terdahulu yang shaleh selain sebagai seorang negarawan yang handal dan mumpuni, juga sebagai seorang ‘ulama wara’ yang takut pada Rabb-nya, mencintai ilmu serta mencintai rakyatnya. Pada aspek ini kita bisa melihat adanya integrasi tiga pilar utama dalam pembentukan peradaban Islam yaitu agama, politik dan ilmu pengetahuan terpadu dalam satu kendali sistem kekhilafahan dibawah pimpinan seorang khalifah.

Keberlangsungan sistem kekhilafahan terutama sejak zaman Daulat Umayyah dan Daulat Abbasiyah walaupun bersifat khalifatul mulk (estapeta kepemimpinan didasarkan pada keturunan/dinasti) yang adakalanya dipimpin oleh orang shaleh dan sekali waktu dipimpin oleh orang zhalim dan durhaka, tetapi seburuk-buruk kondisi pada masa kehilafahan, masih jauh lebih baik daripada masa setelah tercerabutnya kekhilafahan, karena pada masa kekhilafahan hukum Islam masih tegak dan ditaati oleh umat Islam, demikian juga adanya ketaatan terhadap berbagai fatwa para ‘ulama.

Segala hal yang baik dari para pendahulu umat Islam seyogiannya menjadi cerminan teladan bagi kita, sementara segala hal yang kurang baik, sejatinya dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga.

(24)

peran kekhilafahan cenderung bersifat simbol serta hanya sebatas seremonial saja hingga tumbangnya sistem kekhilafahan di dunia Islam. Dari situlah kemudian dimulainya hegemoni dunia Barat terhadap dunia Islam.

Jadi, sesungguhnya faktor utama kekalahan dan melemahnya peran umat Islam bukanlah terletak pada kuatnya pihak musuh-musuh Islam, tetapi lebih disebabkan oleh melemahnya kekuatan umat Islam yang diakibatkan oleh perbuatan kemaksiatan yang dilakukan. Kemaksiatan terbesar terutama berupa sikap menyekutukan Alloh Swt (musyrik) dalam beribadah serta tidak memperdulikan lagi atas berbagai aturan (syari’at) yang diperintahkan-Nya.

Perbuatan maksiat yang dilakukan oleh umat Islam itulah yang telah dikhawatirkan oleh Umar bin Kaththab ra saat beliau menjadi Khalifah, hal ini sebagaimana dapat kita simak dari pesan tertulis beliau yang pernah disampaikannya kepada Sa’ad bin Abi Waqash ketika akan menghadapi sebuah pertempuran. Pada surat itu ditulis pesan sebagai berikut:

(25)

min Ikhbarul Khulafa Ar-Rosyidin hlm 779, serta buku Jihad tulisan Dr. Mahfudz Azzam, hlm. 28).□

(26)

PADA PERADABAN MANUSIA

Peradaban pada setiap bangsa merupakan tanda-tanda kemajuan dan perkembangan bangsa tersebut. Histori terbentuknya peradaban di negara-negara Islam adalah bermakna bahwa mereka memiliki produksi pemikiran, kekayaan, saham dan juga kudrat dan kekuasaan. Karena jika selain ini yang terjadi, maka peradaban tidak akan terbentuk. Peradaban adalah dengan makna penerimaan untuk menempati kota, penerimaan sistem, hukum dan seluruh prinsip-prinsip sosial dan kerjasama satu sama lain pada individu-individu masyarakat.

Untuk membentuk sebuah peradaban terdapat berbagai anasir yang berpengaruh, di antaranya adalah: ilmu, sistem, keamanan, kooperasi, kerjasama, dan sebagainya, yang dalam agama Islam, telah banyak ditegaskan baik dalam al-Quran maupun dalam riwayat-riwayat dan sirah para Imam Maksum As, unsur-unsur yang akan membentuk peradaban, dan pada hakikatnya dapat dikatakan, agama Islam merupakan sebuah agama pembentuk peradaban.

Peradaban kontemporer dunia muncul dari upaya dan usaha berbagai bangsa dunia dalam sepanjang perjalanan sejarah dimana di tengah-tengah ini peran Islam sabgat menonjol dalam mewujudkan peradaban baru, karena Islam selain merupakan pencetak ilmu dan teknologi itu sendiri, Islam juga ditransfer ke Barat melalui tiga cara:

Pertama: Dengan melakukan interaksi dengan para Kristian dan berkontemplasi dengan mereka; Kedua: Menerjemahkan karya-karya ilmiah para ilmuwan Muslim dalam bahasa-bahasa bangsa Eropa;

Ketiga: Mengajar di pusat-pusat ilmiah Eropa. Jawaban Detil

Pembentukan peradaban setiap bangsa menunjukkan tingginya tingkat perekonomian, sosial dan budaya bangsa tersebut dan merupakan penjelas dari pertumbuhan, perluasan dan kemajuan di berbagai bidang masyarakat. Kebanggaan setiap bangsa terletak pada keberadaan berbagai peradaban dalam arus putaran sejarahnya.

Urgensi ini dikarenakan pembentukan peradaban dengan bentuk yang kokoh dan terarah berkaitan erat dengan produksi pada tiga bidang berikut:

1. Produksi dalam bidang ekonomi untuk menciptakan kekayaan. 2. Produksi dalam bidang budaya untuk menelurkan pemikiran.

(27)

Poin yang menjadi perhatian di sini adalah tanpa adanya keamanan, masing-masing produksi di bidang ekonomi, politik dan budaya ini tidak mungkin akan terwujud, dengan demikian

keberadaan keamanan merupakan persoalan yang sangat signifikan.

Histori pembentukan peradaban di negara-negara Islam adalah dengan makna bahwa mereka memiliki produksi pemikiran dan pengetahuan, kekayaan, investasi dan juga kodrat dan

kekuataan, dalam keadaan selain ini maka tidak akan terbentuk sebuah peradaban. Pembentukan peradaban pun sangat bergantung pada adanya keamanan; sebuah keamanan yang berdasar pada sebuah pengetahuan yang terbentuk dari proposisi-proposisi dan pengawasan-pengawasan keamanan. Dan selama tidak ada berbagai pengetahuan agama, filsafat, irfan dan lain sebagainya maka sangat wajar jika tidak muncul pendapat-pendapat tentang keamanan dan akibatnya organisasi-organisasi dan institusi-institusi pelaksana pembentukan peradaban pun tidak akan tercipta.

Dengan penjelasan ini kita akan membahas tentang definisi peradaban yaitu pada dasarnya, apakah peradaban itu dan apa definisinya?

Peradaban berasal dari sebuah kosa kata Arab “tamaddun.” Akar kata tamaddun adalah mu-du-n, dan maknanya adalah penerimaan untuk menempati kota, berbaur dengan adab-adab dan akhlak warga, penerimaan sistem, hukum dan seluruh tingatan masyarakat, serta kerjasama individu-individu masyarakat antara satu dengan yang lainnya dalam berbagai persoalan sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. [1] Dalam kitab lainnya, peradaban didefinisikan

demikian, berbaur dengan akhlak masyarakat yang menempati kota, mengalami perubahan dari kejahilan dan ketidak tahuan menuju keinsanan. [2]

Will Durant, salah satu dari ilmuwan besar Perancis, dalam mendefinisikan peradaban berkata, “Peradaban secara global berarti keteraturan sosial dimana hasil dari keberadaannya adalah terdapatnya penerimaan kreatifitas budaya dan ditemukannya arus. Dalam peradaban, terdapat tiga rukun dan unsur asasi, yaitu: prediksi dan kehati-hatian dalam persoalan ekonomi, organisasi politik dan tradisi akhlak serta upaya dalam mengenal seni. Kelahiran peradaban akan diterima saat terdapat kemungkinan berakhirnya segala kekacauan dan keputusasaan, yaitu saat hilangnya ketakutan sehingga rasa penasaran dan kebutuhan terhadap peletakan dan penemuan akan

berfungsi dan manusia akan pasrah terhadap instinknya yang akan mendorongnya secara alami dalam perjalanan mencari ilmu, makrifat dan dalam mempersiapkan sarana-sarana untuk memperbaiki kehidupan. [3]

Unsur-unsur pembentuk Peradaban

(28)

Dalam riwayat-riwayat terdapat banyak penegasan terhadap masalah ini. Imam Ali As bersabda, “Wahai menusia! Ketahuilah bahwa agama akan dikatakan sempurna dan benar ketika engkau mempelajari ilmu dan ilmu itu sendiri yang akan bekerja. Ketahuilah bahwa mencari ilmu itu lebih wajib daripada mencari kekayaan.” [5]

Sistem dan Keteraturan : Yang dimaksud dengan keteraturan adalah menempatkan segala sesuatu di tempatnya yang sesuai sedemikian hingga tercipta keharmonisan dan keterikatan, mendorong sebuah rangkaian ke arah tujuan yang sama. Seluruh nabi dari awal hingga Nabi Pamungkas Saw telah banyak menjelaskan tentang aturan-aturan individu dan sosial untuk menciptakan keteraturan sosial. Mereka banyak menjelaskan tentang aturan-aturan individu dan sosial, sebuah aturan yang menjelaskan kewajiban manusia terhadap diri, keluarga, masyarakat, sesama, lingkungan hidup dan para penguasa. Masalah-masalah ini mempunyai urgensi yang sangat penting dalam membentuk peradaban.

Keamanan (sekuritas): Dengan makna damai dan perasaan tenang yang dihasilkan di bawah naungan pemerintah, penguasa, konstitusi dan keteraturan, dan selama unsur ini tidak dihasilkan maka tidak akan mungkin tercipta peradaban. Ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan

keamanan ekonomi, moneter dan jiwa, seperti yang terlihat pada ayat-ayat qishash, pencurian, dan ayat-ayat yang berkaitan dengan penjagaan harga diri para mukmin, merupakan aturan-aturan kuat yang menjadi penjamin keamanan masyarakat.

Kesatuan (unitas) dan Kerjasama (korporasi): Unsur ini mempunyai peran yang sangat besar dalam kemajuan peradaban, sedemikian sehingga jika kita menafikan kerjasama manusia, maka masyarakat akan menjadi lemah dan akan berakhir pada primitivisme. Madani dan peradaban di bawah naungan sosial dan masyarakat akan terwujud dengan adanya keterikatan hukum. Al-Quran secara tegas mengajak manusia kepada kesatuan, solidaritas, ketaatan pada para penguasa Ilahi, dan melarang masyarakat dari perpecahan supaya bisa sampai pada kemajuan dan

perkembangan, “Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan

janganlah kamu bercerai berai ...” [6] dan seluruhnya harus memegang tali-tali Allah (al-Quran dan Islam dan segala bentuk sarana kebersatuan) dan janganlah kalian bercerai berai! [7]

Selain faktor-faktor di atas, juga terdapat faktor-faktor lain yang bisa disebutkan di antaranya, kesejahteraan nisbi dan pandangan supra etnik, etika, kesabaran dan lain sebagainya yang memberikan pengaruh dalam pembentukan peradaban.

Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas dapat dikatakan bahwa tanpa unsur-unsur ini tidak akan ada harapan untuk sebuah peradaban dan siapapun yang memiliki kajian sedikit dalam Islam, akan mengetahui bahwa agama Islam, baik dalam al-Quran maupun dalam riwayat serta sirah para Imam Maksum banyak menegasakan unsur-unsur pembentuk peradaban, sedemikian hingga tidak bisa ditemukan sebuah agama pun yang memberikan penegasan seperti ini atas anasir di atas sebagaimana Islam.

(29)

akal, sedemikian sehingga Allah Swt tidak meminta para orang beriman untuk memiliki keimanan yang mengekor, melainkan harus menganggap tauhid sebagai dasar iman yang merupakan hasil kontemplasi dan ilmu.” [8]

Peradaban dunia kontemporer muncul dari upaya dan usaha berbagai bangsa di dunia dalam sepanjang sejarah dimana di tengah-tengah ini peran Islam dalam mewujudkan peradaban baru ini sangat menonjol, karena Islam selain agama yang membidangi lahirnya ilmu dan teknologi, bahkan juga mentransferkannya ke Barat. Secara global perpindahan ilmu dan peradaban dari Islam ke Barat berlangsung melalui tiga cara:

1. Kontemplasi umat Muslim dengan Kristian di Spanyol, Italia, Cicilia dan dalam perang-perang Salib dan pengenalan dengan budaya dan peradaban Islam di berbagai belahan dunia Islam dan perbatasan-perbatasan dengan dunia luar.

2. Penterjemahan kitab-kitab Arab dengan bahasa-bahasa Eropa dalam peristiwa yagn bisa diintepretasikan dengan gerakan terjemahan dari Arab ke Latin, dari abad kelima hingga ke tujuh Hijriyah.

3. Mengajarkan dan menggunakan kitab-kitab Arabi –yang ditulis dan diterjemahkan oleh para ilmuwan- di pusat-pusat ilmiah.

4. Perpaduan Kristian dan Muslim dengan cara pernikahan dan hubungan sosial, apa yang dilakukan oleh umat Kristian dalam berbusana, adab dan tradisi yang meniru dari umat Muslim.

[9]

Muslim dengan inspirasi dari anasir utama Islam dan dengan memanfaatkan peninggalan peradaban-peradaban sebelumnya, Yunani, Mesir, Roma, Iran, India, Bahrain, China dan lain sebagainya telah merancang dasar-dasar pertama peradaban Islam dan dalam perputaran selanjutnya akan sedemikian serius untuk mengembangkan dan menyempurnakannya hingga hampir delapan kurun memegang tanggung jawab kepemimpinan pemikiran bangsa-bangsa. Sepanjang masa panjang ini para Muslim telah meraih peran dwiguna. Dari satu sisi, dengan mentransferkan karya-karya berharga peradaban lalu ke dunia Islam, tidak saja telah

menyelamatkannya dari kepunahan, melainkan dengan penterjemahan, pembaruan, koreksi dan penyempurnaan pemikiran-pemikiran mereka, begitu banyak dari ilmu-ilmu terdahulu yang mencapai kesempurnaan. Dari sisi lain juga telah memperoleh keberhasilan dalam meletakkan dasar pada sebagian ilmu-ilmu baru seperti kimia observasi, fisika bru, al-jabar, geologi, biologi, ilmu-ilmu sosial dan filsafah sejarah.

(30)

Selain hal-hal di atas, banyak berbagai ilmu lain yang telah dikembangkan oleh para Muslim atau sebagian ditemukan oleh mereka dimana hal ini memberikan pengaruh yang signifikan pada peradaban Barat. Terutama ilmu pengobatan yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu dimana para Muslim memiliki peran yang sangat penting dalam penemuannya. Kedokteran Mata, bedah dan psikolog pun termasuk bagian-bagian dari kedokteran dimana para Muslim sekali lagi

memberikan perannya yang luar biasa dalam mengembangkan dan memajukannya, dan karya para ilmuwan medis Muslim diajarkan selama ratusan tahun di fakultas-fakultas kedokteran Eropa. Mereka memanfaatkan karya-karya ilmuwan seperti Ibnu Sina untuk mendidik para medisnya, kemudian bangga dengan medis dan dokter Muslim.

Dalam ilmu-ilmu seperti ilmu kimia, fisika, demikian juga peradaban Barat berhutang pada peradaban Islam dan masih tetap menjadi bintang-bintang penuh cahaya di langit alam ini, seperti Jabir ibnu Hayyan, Ibnu Haitsam dan Zakaria Razi dan selainnya.

Dikatakan bahwa mayoritas dari apa yang hari ini disebut sebagai peradaban Islam, pada hakikatnya adalah peradaban para Muslim yang diambil dari ajaran-ajaran umum Islam. Oleh karena itu, pada seluruh hal ini tidak bisa secara umum memberikan aspek kesucian sebagai peradaban Islam. [iQuest]

Referensi

Dokumen terkait

Fakta lingual ini menunjukkan bahwa anak-anak usia 4 – 6 tahun telah memiliki kompetensi linguistik yang memadai untuk memahami fitur-fitur semantik prototipe substantiva

Dalam penerapan upaya damai oleh kepolisian sektor lima puluh kota pekanbaru terdapat berbagai kendala yuridis dalam pelaksanaanya, kendala yuridis tersebut terdiri

Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh berbagai dosis pupuk kandang kambing dan frekuensi pemupukan nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kaillan

Sikap, sifat, dan etika kepribadian yang harus dimiliki oleh hakim seperti telah diuraikan di atas selanjutnya diimplementasikan di persidangan pada saat hakim menjalankan

Hal ini disebabkan oleh penambahan konsentrasi ektrak kasar enzim papain yang semakin tinggi dapat meningkatkan rasa kesukaan panelis terhadap minuman kopi bubuk.. Meningkatnya

Iklan Baris Iklan Baris JAKARTA UTARA JAKARTA UTARA JAKARTA BARAT Rumah Dijual Rumah Dikontrakan JAKARTA PUSAT JAKARTA SELATAN LAIN-LAIN JAKARTA TIMUR BODETABEK DIKONTRAKAN 17, 5JT

(5) Menyediakan cara zonasi daerah perairan laut dengan batas menurut pilihan pengelompokan pulau kecil atau karakteristik biogeofisik untuk pengelolaan ekosistem daerah

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma 3 Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis