• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MANAJEMEN BK DI SD.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MANAJEMEN BK DI SD.docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR

OLEH:

(2)

BAB I aspek pribadinya yakni: aspek jasmani, intelektual, moral, sosial serta aspek pribadi lainnya. Dengan kata lain setiap aspek kepribadian itu harus memperoleh kesempatan berkembang secara seimbang tanpa ada pengabaian dari salah satunya. Misalnya sekolah menekankan perkembangan aspek moral dan sosialnya melalui kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru. Guru di sekolah tidak hanya sebagai pengajar, namun guru juga berlaku sebagai konselor bagi siswanya. Hal ini dikarenakan minimnya atau bahkan tidak adanya konselor di SD, sehingga guru SD selain menjadi penyampai pelajaran juga bertindak sebagai konselor yang harus memanajemen kegiatan bimbingan dan konseling di SD.

Bimbingan dan konseling memiliki konsep dan peran yang ideal, karena dengan berfungsinya bimbingan dan konseling secara optimal semua kebutuhan dan permasalahan siswa di sekolah akan dapat ditangani dengan baik. Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling disekolah tidak mungkin akan tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelola dalam suatu system manajemen yang bermutu. Baik dalam hal merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang pengertian manajemen, hakikat manajemen, struktur dan pengembangan program bimbingan dan konseling di SD, serta penilaian.

B. Rumusan Masalah

(3)
(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Bimbingan Konseling di SD 1. Pengertian Manajemen

Stoner (2006) mengungkapkan bahwa manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Hasibuan (2000:2) mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan.

Dari beberapa ahli yang mendefinisikan arti kata manajemen, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan. 2. Pengertian Bimbingan Konseling di SD

Willis (2011:14) menerangkan bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu agar ia memahami dirinya dan dunianya, sehingga dengan demikian ia dapat memanfaatkan potensi-potensinya. Lain halnya dengan Prayitno (2013:95) mengungkapkan bahwa bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu. Sedangkan menurut Prayitno dan Amti (2004) mengungkapkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan oleh orang yang ahli kepada beberapa orang atau individu, baik anak anak, remaja, maupun dewasa.

(5)

ahli kepada orang atau individu, baik anak anak, remaja, maupun dewasa supaya dapat mengenali dirinya, memaksimalkan potensinya, serta mampu mengahadapi, dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam hidupnya.

Prayitno dan Amti (2004) konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami masalah yang bermuara pada teratsinya masalah yang dihadapi oleh individu tersebut. Menurut Winkel (2005) berpendapat bahwa konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Sedangkan menurut Tohirin (2013:24) adalah kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian konseling merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh konselor yang dilakukan secara khusus dengan cara tatap tatap muka dengan individu yang mengalami masalah guna mengatasi masalah yang dihadapi.

(6)

B. Manajemen Bimbingan Konseling di SD

Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan sesuai yang direncanakan, apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu diantaranya adalah perlengkapan material yang berupa sarana fisik dan teknis. Untuk keperluan kegiatan pemberian bantuan kepada siswa, khususnya dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling perorangan, mutlak diperlukan ruangan khusus dengan perlengkapan yang memadai dan nyaman meskipun wujudnya sangat sederhana. Secara garis besar perlengkapan bimbingan dan konseling yang dibutuhkan di sekolah meliputi:1. Perlengkapan untuk mengumpulkan data, 2. Perlengkapan untuk menyiapkan data, 3. Perlengkapan pelaksanaan bimbingan dan konseling, 4. Perlengkapan administrasi bimbingan dan konseling. Setelah tersedianya perlengkapan dan adanya guru bimbingan dan konseling yang memiliki kompetensi dalam pengolahan bimbingan dan konseling serta dengan adanya kerjasama, baik kerjasama dengan pihak dalam maupun luar sekolah. Sehingga akan tercipta layanan bimbingan dan konseling yang efektif. Dalam usaha pencapaian pelaksanaan bimbingan dan konseling tersebut, maka sebuah kegiatan pengelolaan layanan bimbingan dan konseling harus terarah dengan baik dan jelas. Hal itu untuk meningkatkan potensi yang ada dalam layanan bimbingan dan konseling meliputi, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan program dan pengawasan yang telah disepakati. Sehingga pengelolaan layanan bimbingan dan konseling akan menciptakan sesuatu hal yang bermutu.

Manajemen bimbingan dan konseling berarti pula melaksanakan berbagai fungsi dalam manajemen. Atmodiwirio (2000: 14 -15) mempergunakan tujuh fungsi manajemen sebagai berikut:

1. Pengambilan keputusan, yakni proses tindakan secara sadar dipilih dari berbagai variabel yang ada, dimaksud untuk mencapai hasil yang diinginkan.

(7)

3. Staffing, yakni proses seorang manajer memilih, melatih, mengangkat dan memberhentikan bawahannya.

4. Planning, yakni proses manajemen mengantisipasi masa yang akan datang dan merumuskan alternatif terbaik dengan serangkaian tindakan.

5. Kontrol, yakni proses mengukur pelaksanaan yang sedang berjalan dan merupakan petunjuk terhadap beberapa tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan.

6. Komunikasi, yakni proses ide (gagasan) disampaikan kepada orang lain dengan maksud tercapainya hasil yang diinginkan secara efektif.

7. Pengarahan, yakni proses pelaksanaan kerja nyata seorang bawahan dibimbing untuk mencapai tujuan umum.

Siagian (2001:33) menjelaskan bahwa manajemen selalu terlibat dalam serangkaian proses manajerial yang pada intinya berkisar pada : 1. penentuan tujuan dan sasaran,

2. perumusan strategi, 3. perencanaan,

4. penentuan program kerja, 5. pengorganisasian,

6. penggerakan sumber daya manusia, 7. pemantuan kegiatan operasional, 8. pengawasan,

9. penilaian, serta

10. penciptaan dan penggunaan sistem umpan balik.

Manajemen bimbingan dan konseling berarti pula menerapkan fungsi-fungsi manajemen. Penerapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Planning. Menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling, dari

program tahunan hingga program harian dalam bentuk satuan layanan (satlan) dan satuan kegiatan pendukung (satkung) harus dilakukan oleh guru pembimbing.

(8)

sekolah yakni kepala sekolah, guru (guru bidang studi dan wali kelas). Peranan dan tanggung jawab masing-masing pihak tersebut perlu dianalisis dengan seksama sehingga terjadi jalinan kerjasama yang harmonis.

3. Staffing.Untuk meningkatkan profesinalisme guru pembimbing, perlu diupayakan keikutsertaan mereka dalam kegiatan-kegiatan seminar, lokakarya ataupun pelatihan tentang bimbingan dan konseling. Dapat pula dibentuk kelompok kerja bimbingan dan konseling (musyawarah guru pembimbing) yang secara berkala melakukan pertemuan untuk mendiskusikan persoalan-persoalan yang ditemui dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah masing-masing.

4. Motivating. Melakukan upaya-upaya peningkatan motivasi kerja guru pembimbing melalui pemberian penghargaan, insentif dan sebagainya. 5. Controlling. Melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan layanan

bimbingan dan konseling, melakukan analisis terhadap hasil evaluasi serta melakukan tindak lanjut terhadap hasil analisis hasil evaluasi.

Melalui manajemen yang baik terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, maka diharapkan tercapai efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di SD. Dengan demikian peranan bimbingan dan konseling dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Berbagai persoalan yang ditemui dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SD seperti anggapan yang keliru tentang bimbingan dan konseling, kurangnya motivasi siswa memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling secara mandiri, dan pemberian tugas rangkap oleh pihak sekolah kepada guru pembimbing, terjadi karena tidak optimalnya manajemen terhadap pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri.

(9)

1. Memanfaatkan guru kelas sebagai tenaga pembimbing.

2. Menggunakan seorang guru pembimbing (konselor) untuk beberapa sekolah yang terdekat.

3. Menggunakan seorang guru pembimbing (konselor) untuk setiap sekolah.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Bimbingan Konseling di SD

Personil pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap unsur yang terkait di dalam organisasi pelayanan bimbingan dan konseling, dengan koordinator dan guru pembimbing sebagai pelaksana utamanya. Uraian tugas masing-masing personil tersebut, khususnya dalam kaitannya dengan pelayanan bimbingan dan konseling, adalah sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling, tugas Kepala Sekolah adalah:

a. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan

Kepala Sekolah

Guru Kelas (Konselor)

Siswa

Guru Mata Pelajaran Komite

(10)

konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis.

b. Menyediakan prasarana, tenaga, sarana, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.

c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayan bimbingan dan konseling di sekolah.

Tugas dari komite sekolah sebagai tokoh masyarakat yang diminta untuk memberikan masukan ide dan saran guna kelancaran kegiatan bimbingan konseling di SD, karena komite sekolah ini dipilih dari tokoh-tokoh masyarakat yang memahami perkembangan yang terjadi di desanya. 4. Guru Kelas (Konselor)

Pada kegiatan bimbingan konseling di SD, guru kelas merangkap sebagai konselor, karena terbatasnya tenaga ahli di SD, sehingga tugas dari guru kelas ini merangkap menjadi konselor untuk menangani bimbingan konseling di SD yang bertugas bertugas:

a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.

b. Merencanakan program bimbingan dan konseling (terutama program-program satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung, untuk satuan-satuan waktu tertentu, program-program tersebut dikemas dalam program mingguan, bulanan, tiap semester dan tiap tahunan).

(11)

d. Melaksanakan segenap program layanan pendukung bimbingan dan

g. Melaksanakan tindaklanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

h. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

i. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada kepala sekolah. 5. Guru Mata Pelajaran

Sebagai tenaga ahli pengajaran dalam bidang studi dan sebagai personil yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa, peran guru mata pelajaran dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah:

a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.

b. Membantu guru kelas mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan pelayanan, serta pengumpulkan data tentang siswa-siswa tersebut. c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan

konseling kepada guru kelas.

d. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanayn bimbingan dan konseling.

e. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa. f. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka

(12)
(13)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan sesuai yang direncanakan, apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Melalui manajemen yang baik terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, maka diharapkan tercapai efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di SD. Dengan demikian peranan bimbingan dan konseling dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Namun kegiatan bimbingan konseling di SD ini terhambat dengan kurangnya tenaga ahli pada bidangnya. Bimbingan konseling di SD ini memanfaatkan guru kelas sebagai tenaga konselornya. Selain itu tugas guru kelas sendiri sudah terlalu banyak yang berhubungan dengan pembelajaran, masih juga ditambah dengan tugas menjadi konselor dalam menangani berbagai permasalahan yang muncul pada diri siswa. Dengan begitu, kegiatan bimbingan konseling di SD kurang berjalan dengan efektif dan efisien, hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya tenaga ahli yang mampu mengurusi dengan sepenuhnya kegiatan bimbingan konseling di SD.

B. Saran

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Amti, E. dan Marjohan. 1988. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta. : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Atmodiwirio, S. 2000. Manajemen Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: PT. Ardadizya Jaya.

Depdiknas.2008. Kompetensi Evaluasi Pendidikan: Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Diakses:22 Mei 2018.

Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi. Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Prayitno, F dan Amti. 2004. Seri Kegiatan Pendukung Konseling. Konferensi Kasus. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.

Prayitno. 2013. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta. Rineka Cipta Siagian, Sondang. 2001. Sistem informasi Manajemen. Jakarta. Bumi Aksara. Stoner, James A.F. 2006. Manajemen Jilid I Edisi keenam. Jakarta : Salemba

Empat.

Tohirin. 2013. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta: Rajawali.

Willis, S Sofyan.2011. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung. Alfabeta

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Bimbingan Konseling di SD

Referensi

Dokumen terkait

b. Bentuk pelaksanaan bimbingan konseling siswa kelas rendah SD Muhammadiyah 5 Surakarta ,tidak dilaksanakan oleh guru khusus bimbingan konseling melainkan guru kelas, dalam

Kesimpulan, penelitian ini adalah fungsi yang dilakukan BK dalam pelaksanaan bimbingan konseling Islami (BKI) di SD Muhammadiyah Program Unggulan memiliki fungsi positif, karena

Pengumpulan data sekunder penulis gunakan untuk memperoleh data yang berkaitan langsung dengan proses pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami di program inklusi SD

Kegiatan kesiswaan yang telah dilakukan SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantara mencakup.. bimbingan konseling,

Pada akhir siklus II (kedua), hasil supervisi akademik dengan melakukan pendampingan guru bimbingan konseling dalam penyusunan rencana pelaksanaan layanan

Dari hasil penelitian dapat peneliti simpulkan bahwa Peran guru bimbingan dan konseling dalam pengambilan keputusan karier siswa kelas XII di MAN 4 Banjar yaitu dengan

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang seharusnya dilakukan secara profesional untuk meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling menemui berbagai kendala, salah

maka oleh hal itu jarang nya siswa ke ruang Bimbingan dan Konseling untuk berkomunikasi dengan guru BK terkait pembelajaran dan kurangnya motivasi dalam belajar, dalam pengorganisasian