PENGARUH BAURAN PEMASARAN RITEL TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN ULANG KONSUMEN MEGA PRIMA SWALAYAN PAYAKUMBUH
Yuda Melisa
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email:Yudamelisa@gmail.com
ABSTRACT
This research aims to analyze the effects of merchandise, price, location, communication mix, store layout and design on consumer repurchase decision at Mega Prima Supermarket Payakumbuh. Populations on the research are the consumers who ever purchase at Mega Prima Supermarket before. Sampling has been developed through purposive sampling, resulting in 100 respondents. The data have been collected by main instrument of questionnaire and 5-point Likert Scale was used to measure the respondents answer. Path analysis was conducted to test the relationship between retail marketing mix and consumer repurchase decisions. The results of research indicate that retail marketing mix involving merchandise, price, location communication mix, store layout and design have significant relationship with consumers repurchase decision at Mega Prima Supermarket Payakumbuh.
Key words: Merchandise, Price, Location, Communication mix, Store layout and design, Retail, Repurchase.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara persediaan barang, harga, lokasi, bauran komunikasi serta desain dan tampilan toko pembelian ulang konsumen di Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang pernah melakukan pembelian pada Mega Prima Swalayan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalahpurposive sampling, dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner sebagai instrument utama, dan kuisioner menggunakan skala Likert untuk mengukur jawaban responden. Analisis jalur digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara bauran pemasaran ritel dan keputusan pembelian ulang konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bauran pemasaran ritel yang terdiri dari persediaan barang, harga, lokasi, bauran komunikasi, desain dan tampilan toko berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan swalayan di Payakumbuh telah meningkatkan persaingan di antara perusahaan perusahaan ritel tersebut. Namun, dalam persaingannya yang ketat tidak semua swalayan mampu bertahan dan berkembang. Dua di antaranya telah di tutup yaitu Atlantis Swalayan dan Aprilia Swalayan. Sehingga swalayan yang masih berdiri sampai sekarang ini adalah Mega Prima Swalayan, Ramayana, Swalayan, dan Niagara Swalayan.
Untuk dapat bertahan dan berkembang, sebuah perusahaan perlu memahami perilaku konsumen agar mampu menimbulkan pembelian ulang konsumen sehingga pada akhirnya dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Berman dan Evans (2007: 16) menyatakan konsumen yang tidak puas dengan pengalaman berbelanja di suatu perusahaan ritel, cenderung untuk tidak melakukan pembelian ulang di perusahaan tersebut .Untuk itu, perusahaan perlu melakukan berbagai strategi agar dapat memberikan kepuasan pada konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang pada perusahaan tersebut.
Berdasarkan pra survey yang dilakukan terhadap 35 orang konsumen swalayan di kota Payakumbuh. Maka diketahui, dari 35 orang konsumen yang berbelanja di Mega Prima Swalayan, 74% berbelanja di Mega Prima Swalayan kurang dari 4 (< 4) kali, dan hanya 26% yang berbelanja lebih dari 3 ( 4) kali. Sementara itu hanya 49 % yang berbelanja pada Ramayana swalayan kurang dari 4 (< 4) kali, dan 51 % yang berbelanja lebih dari 3 ( 4) kali. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsumen Mega Prima juga melakukan pembelian di Swalayan lain. Kemudian, tingkat pembelian ulang konsumen di Mega Prima tergolong rendah di bandingkan dengan pembelian ulang yang dilakukan konsumen pada Ramayana Swalayan (pesaing). Hal ini
menyebabkan berkurangnya pembeli pada Mega Prima Swalayan, dan kemudian juga mengakibatkan kurangnya jumlah penjualan Mega Prima Swalayan.
Untuk menarik dan mempertahankan pelanggan agar tetap melakukan pembelanjaan. Perusahaan ritel terus berusaha untuk menemukan strategi yang baru. Menurut Levy&Weitz (2009:21), elemen dalam strategi ritel terdiri atas merchandise assortment, pricing, location, communication mix, store design and display,dancustomer service.
Melihat kecenderungan konsumen di Kota Payakumbuh yang suka berpindah dari swalayan yang satu ke swalayan lain, dan keinginannya untuk mencoba berbelanja di tempat yang baru. Mega Prima Swalayan harus menerapkan strategi bauran pemasaran ritel yang baik dan tepat, agar ia dapat memberikan kepuasan yang lebih pada konsumen, dibandingkan dengan kepuasan yang diberikan oleh pesaingnya. Hal ini akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang pada Mega Prima Swalayan.
Pengertian pembelian ulang (repeat purchase) menurut Peter/Olsen dalam Novantiano (2007: 24) adalah Kegiatan pembelian yang dilakukan lebih dari satu kali atau beberapa kali . Jadi pembelian ulang adalah suatu proses membeli barang atau jasa untuk kesekian kalinya, setelah melakukan proses membeli sebelumnya. Keputusan pembelian ulang merupakan pengembangan dari teori keputusan pembelian konsumen. Keputusan pembelian ulang tercipta setelah konsumen melakukan serangkaian proses pembelian konsumen, yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.
terhadap suatu produk dan ia melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut, maka perilaku yang mungkin ditujukan ada dua menurut Simamora (2003:28) yaitu: Pemecahan masalah berulang dan perilaku kebiasaan.
Menurut beberapa pakar ekonomi seperangkat alat pemasaran pada perusahaan perdagangan eceran disebut dengan istilah bauran pemasaran ritel (retailing mix), namun pada dasarnya ciri-ciri dari alat pemasaran pada perdagangan eceran itu sama dengan bauran pemasaran ( marketing mix). Beneke (2011:31) menyatakan, retail mix is the variables retailers use to satisfy customers needs and influence their purchase decision . Jadi bauran pemasaran ritel merupakan variabel-variabel yang dapat memuaskan pelanggan dan dapat mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Menurut L. Muller-Hagedorn dalam Gudonavicien dan Alijosiene (2005: 143) retail marketing mix consist of product ( assortment), staff, place, advertising, store layout and design . Menurut Dunne dan Lusch dalam Gudonavicien dan Alijosiene (2005:143) retail marketing mix consist of pricing, promotion, product, supply chain, retail location, customers service and retail selling, storelayout and design .
Untuk menarik dan mempertahankan pelanggan agar tetap melakukan pembelanjaan di perusahaannya. Perusahaan ritel terus berusaha untuk meningkatkan pelayanannya melalui bauran pemasaran ritel.
Merchandisingadalah proses perencanaan susunan produk atau merchandise pada toko ritel, dan memastikan produk yang benar tersedia untuk konsumen yang ditargetkan, menurut Dhotre (2010:136). Keputusan persediaan barang menyangkut tentang jenis barang yang akan dijual, serta banyak pilihan yang dilakukan oleh para pengecer. Seperti menjual barang bermerek eksklusif, barang bermerek peribadi ataupun menjual barang sesuai selera konsumen. Menurut Berman dan Evans (2007:416), terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan
produk, yaitu: Peramalan, inovasi, keragaman produk, merek, dan alokasi.
Kebijakan harga peritel adalah faktor positioning yang sangat penting yang harus diputuskan dalam kaitannya dengan pasar sasaran, bauran produk dan layanan yang diberikan, dan persaingan yang dihadapi. Pengecer juga harus memperaktekan taktik penetapan harga. Berman dan Evans (2007:500) menyatakan bahwa terdapat 4 faktor yang mempengaruhi strategi penetapan harga pada perusahaan ritel, diantaranya: konsumen, pemerintah, pabrik dan pesaing
Menurut Kotler dan Amstrong (2001: 83) lokasi pengecer adalah kunci bagi kemampuannya menarik pelanggan . Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibanding yang lainnya, meskipun keduanya menjual produk yang sama, oleh pramuniaga yang sama banyak dan terampil, dan sama-sama punya seting yang bagus. Dalam menentukan lokasi suatu perusahaan ritel, menurut Berman dan Evans (2007: 305) diperlukan sebuahlocation and site evaluation checklist yang terdiri dari: Pedestrian Traffic, Vehicular Traffic, Parking Facilities, Transportation, Store Composition, Specific Site, Terms of Occupancy. Utami (2005: 114) juga menjelaskan bahwa perusahaan ritel memiliki tiga jenis dasar pilihan lokasi, yaitu pusat perbelanjaan, lokasi di kota atau bertempat di tengah kota, maupun kota kecil dan lokasi bebas.
Communication mix atau bauran komunikasi juga dikenal dengan istilah promotion mix. Bauran komunikasi ini digunakan untuk membangun merek dan membangun kesetiaan pelanggan. Menurut Sharma (2008: 196) Bauran komunikasi adalah aktifitas yang digunakan manusia untuk mengkomunikasikan kepada orang lain tentang produk atau jasa yang mereka tawarkan, dan meyakinkan orang lain tersebut untuk menggunakannya .
berbayar, personal komunikasi berbayar, impersonal komunikasi tidak berbayar, dan personal komunikasi tidak berbayar. Impersonal komunikasi berbayar terdiri atas periklanan, bauran komunikasi, atmosfir toko, web-site, dan membangun komunitas. Personal komunikasi berbayar terdiri atas penjualan perorangan, e-mail, e-mail langsung dan M-commerce. Impersonal komunikasi tidak berbayar dalam bentuk publisitas, dan personal komunikasi tidak berbayar dalam bentukword of mouth(WOM).
Desain dan tampilan toko meliputi berbagai tampilan interior, eksterior, tata letak, lalu lintas internal toko, kenyamanan, layanan, seragam pramuniaga, pajangan barang, atmosfir dan sebagainya, yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen. Berman dan Evans (2007: 556) membagi display menjadi beberapa tipe, diantaranya: Assortment display, Theme-setting display, Ensemble display, Rack display. Sementara itu Dhotre (2010: 130) berpendapat bahwa layout menentukan pengaturan susunan merchandise yang ditawarkan oleh toko, dan juga ketersediaan ruang untuk berjalan ( floor space)bagi konsumen . Layout harus didesain berdasarkan target dari toko, dan mempertimbangkan kenyamanan dan kemudahan bagi konsumen saat berbelanja.
Selain Display dan Layout, masih pada desain dan tampilan toko juga terdapat unsur atmosfir toko. Berman dan Evans (2007: 544) menjelaskan bahwa Atmosphere refers to the stor physical characteristics that project an image and draw customers . Menurut Utami (2005: 138) Atmospherics berarti mendesain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan dan untuk memengaruhi pelanggan membeli barang . Atmosphere mampu mempengaruhi kenikmatan konsumen dalam berbelanja, dan mampu menciptakan pengalaman berbelanja yang nyaman dan menyenangkan. Konsumen mungkin akan menghabiskan waktu yang
banyak dan uang yang banyak dikarenakan olehatmospherebelanja yang baik.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kausatif karena adanya hipotesis yang akan diuji menggunakan alat uji statistik yang menunjukkan pengaruh antar variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang pernah melakukan pembelian pada Mega Prima Swalayan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non- probability sampling dengan cara purposive sampling. Data yang digunakan adalah data primer, dan sekunder. Data primer berupa kuisioner yang diisi oleh 100 orang konsumen yang pernah berbelanja pada Mega Prima Swalayan selama 3 bulan terakhir dan berdomisili di Payakumbuh. Data sekunder merupakan informasi dari manejer Mega Prima Swalayan, buku, web, dan dokumen pemerintah setempat.
Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan induktif. Analisis deskriptif variabel dilakukan dengan menampilkan data pada tabel distribusi frekuensi, menghitung persentase mean, standar deviasi dan interpretasi. Analisis induktif teridiri dari pengujian asumsi klasik, dan analisis jalur. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa alat uji statistik analisis jalur dapat digunakan atau tidak. Pengujian ini terdiri dari Uji Normalitas dengan menggunakan metode PP Plot dan uji heterokedesitas dengan menggunakan Gletjser Test. Sedangkan, analisis jalur dibuat untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variable eksogen terhadap variable endogen. Pengolahan dan analisis dilakukan dengan program komputer SPSS 15.0
HASIL PENELITIAN
konsumen umur 46-55 tahun yaitu 14%. Responden penelitian terbanyak adalah wanita dengan proporsi 74% atau sebanyak 74 orang dan sisanya adalah laki-laki. Mayoritas konsumen Mega Prima Swalayan berdomisili di Payakumbuh Barat dengan proporsi 40% atau 40 orang. Berdasarkan pekerjaan diketahui bahwa proporsi terbesar pada penelitian ini adalah pegawai negeri dengan proporsi 31%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa proporsi pengelompokan responden berdasarkan pengeluaran kebutuhan rumah tangga per bulan mayoritas memiliki pengeluaran per bulan Rp 250.000-Rp 500.000 yaitu sebanyak 26 orang, dan yang memiliki pengeluaran > Rp 1.500.000 perbulan adalah sebanyak 22 orang.
Penilaian responden terhadap variabel persediaan barang adalah baik, terbukti dengan tingkat capaian responden sebesar 75,84%. Artinya, Mega Prima Swalayan Payakumbuh selalu menyediakan produk yang banyak, bervariasi, lengkap, berkualitas dan selalu tersedia saat konsumen membutuhkannya. Sementara itu, penilaian responden terhadap harga juga baik, dibuktikan dengan variabel tingkat capaian responden sebesar 76,27%. Artinya Mega Prima Swalayan menyediakan harga barang dagangan yang lebih rendah dari swalayan lain, harga barang yang dijual sesuai dengan kualitas, dan daya beli konsumen. Kemudian untuk variabel lokasi, konsumen menilai Mega prima Swalayan mudah dijangkau dengan kendaraan umum, memiliki fasilitas parkir yang luas dan aman, serta dekat dengan kediaman konsumen, dibuktikan dengan tingkat capaian responden adalah 74,84%. Konsumen juga menilai diskon dan poin belanja yang ditawarkan Mega Prima Swalayan menarik bagi konsumen, dengan tingkat capaian responden sebesar74,7%. Selanjutnya, penilaian konsumen terhadap variabel desain dan tampilan toko adalah baik, dengan tingkat capaian responden sebesar 75,64%. Artinya, Mega Prima Swalayan memiliki pencahayaan yang terang, temperatur udara yang sejuk, penataan ruangan yang menarik dan teratur, ruangan yang bersih dan
nyaman, sirkulasi dalam toko yang lancar, penataan barang yang rapi dan mudah ditemukan, serta aroma dalam toko yang menarik. Dan yang terkahir, penelitian menunjukkan pada variabel keputusan pembelian ulang tingkat capaian responden adalah baik, terlihat dari tingkat capaian responden sebesar 76,5 %, artinya tingkat pembelian ulang konsumen pada Mega Prima Swalayan tergolong tinggi.
Tabel 1. Uji t M
od
el UnstandardizedCoefficients StandardizedCoefficients .
B ErrorStd. Beta T Sig 1 (Constant) -.568 .714 -.795 .428
X1 .074 .032 .193 2.351 .021 X2 .130 .055 .201 2.364 .020 X3 .069 .032 .176 2.159 .033 X4 .168 .077 .186 2.167 .033 X5 .074 .021 .284 3.581 .001
Sumber: Data Primer 2012 (Diolah) Hipotesis pertama ditolak, karena pada tabel 1dapat dilihat nilai t hitung X1 sebesar 2,351 dan t tabel sebesar 1,9855 maka 2,351 >1,9855 atau dengan nilai signifikannya < (0,021 < 0,05). Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi terdapat pengaruh yang signifikan antara persediaan barang (X1)
terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh.
Hipotesis Kedua ditolak, karena pada tabel 1 dapat dilihat nilai t hitung X2 sebesar 2,364 dan t tabel sebesar 1,9855 maka 2,364 >1,9855 atau dengan nilai signifikannya < (0,020 < 0,05). Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, terdapat pengaruh yang signifikan antara harga (X2) terhadap
pembelian ulang konsumen (Y) pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh.
dengan nilai signifikan < (0,033 < 0,05). Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, terdapat pengaruh yang signifikan antara lokasi (X3) terhadap pembelian ulang
konsumen (Y) pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh.
Hipotesis Keempat ditolak, karena hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan nilai t hitung X4 sebesar 2,167 maka 2,167 >1,9855, dengan nilai signifikannya < (0,033 < 0,05). Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, terdapat pengaruh yang signifikan antara bauran komunikasi (X4) terhadap
pembelian ulang konsumen (Y) pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh.
Hipotesis Kelima ditolak, karena hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan nilai t hitung X5 sebesar 3,581 dan t tabel sebesar 1,9855 maka 3,581>1,9855 a dengan nilai signifikannya < (0,001 < 0,05). Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, terdapat pengaruh yang signifikan antara desain dan tampilan toko (X5) terhadap pembelian ulang
konsumen (Y) pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh.
2) Untuk menentukan pengaruh variabel lain (Py ) terhadap variable terikat yang tidak dimasukkan ke dalam model, digunakan rumus:
3) Sehingga diperoleh struktur jalur sebagai berikut:
Gambar 6. Koefisien analisis jalur Sumber Data primer 2012 (Diolah) PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa terdapat pengaruh persediaan barang (X1) yang signifikan
terhadap keputusan pembelian ulang (Y) konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Analisis jalur menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel persediaan barang terhadap keputusan pembelian ulang sebesar 0,193. Pengaruh langsung persediaan barang atas keputusan pembelian ulang adalah sebesar 3,7% dan pengaruh tidak langsung sebesar 7,7%. Total pengaruh persediaan barang terhadap pembelian ulang adalah sebesar 11,4%. Pengaruh variabel persediaan barang terhadap keputusan pembelian ulang konsumen yang positif dan signifikan menunjukan bahwa kelengkapan produk-produk yang ditawarkan Mega Prima, akan meningkatkan keputusan pembelian ulang konsumen pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian N.Chamhuri and P.J Batt (2009:11) yang menyatakan bahwa ketersediaan dan variasi produk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen . Pendapat Levy&Weitz (2009:112) juga menyatakan bahwa persediaan barang mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian ulang konsumen .
Dari indikator yang terdapat pada variabel harga diketahui bahwa harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Mega Prima. Analisis jalur menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel harga terhadap keputusan pembelian ulang adalah sebesar 0,201. Pengaruh langsung variabel harga terhadap keputusan pembelian ulang sebesar 4%, dan pengaruh tidak langsung sebesar 7,4%. Secara keseluruhan, pengaruh variabel harga terhadap keputusan pembelian ulang sebesar 11,4%. Mega Prima Swalayan menyediakan harga yang lebih rendah dari swalayan lain, harga barang yang Keputusan
Pembelian Ulang
(Y) Lokasi (X3)
Bauran komunikasi (X4)
Harga (X2)
Persediaan Barang (X1)
Desain dan Tampilan Toko(X5)
dijual sesuai dengan kualitas, dan daya beli konsumen, sehingga, dapat meningkatkan pembelian ulang konsumen, karena konsumen merasa mendapat keuntungan yang lebih dari pembelian yang mereka lakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Levy&Weitz (2009:112) yang menyatakan bahwa harga mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang . Hasil penelitian Karnawati dan Hamzah (2008:44), juga menemukan bahwa harga mempengaruhi keputusan pembelian konsumen .
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa variabel lokasi berpengaruh signifikan terhadap pembelian ulang konsumen pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Analisis jalur menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel lokasi terhadap keputusan pembelian ulang adalah sebesar 0,201. Variabel lokasi berpengaruh terhadap pembelian ulang sebesar 10,1% , dengan pengaruh langsung sebesar 3,1% dan pengaruh tidak langsung sebesar 7%. Deskripsi variabel lokasi menunjukkan bahwa lokasi Mega Prima Swalayan mudah dijangkau dengan kendaraan umum, memiliki fasilitas parkir yang luas dan aman, serta dekat dengan kediaman konsumen. Menurut Levy&Weitz (2009: 112) lokasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian ulang konsumen . Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mamuaya (2008) bahwa lokasi mempengaruhi keputusan pembelian ulang konsumen .
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara bauran komunikasi terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Analisis jalur menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel bauran komunikasi terhadap keputusan pembelian ulang sebesar 0,176. Pengaruh langsung variabel bauran komunikasi terhadap keputusan pembelian adalah sebesar 3, 5% dan pengaruh tidak langsung sebesar 7,6%. Total pengaruh persediaan barang terhadap pembelian ulang adalah sebesar 11,1%.
Analisis deskripsi variabel bauran komunikasi menunjukkan bahwa diskon dan poin belanja yang ditawarkan Mega prima Swalayan menarik bagi konsumen. Menurut Utami (2008:221) bauran komunikasi dapat menimbulkan pembelian ulang konsumen . Hal ini sejalan dengan pendapat Levy&Weitz (2009:112) yang menyatakan bahwa bauran komunikasi dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian ulang .
Hamzah (2008) juga menunjukkan bahwa variabel desain dan tampilan toko secara signifikan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui analisis jalur antara variabel-variabel penyebab terhadap variabel akibat, maupun antara variabel penyebab melalui variabel penyebab lainnya terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh, maka dapat diambil kesimpulan bahwa,variabel persediaan barang, variabel harga, variabel, variabel bauran komunikasi , variabel desain dan tampilan toko berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh.
KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yang mana sampel di ambil berdasarkan karakteristik tertentu, penelitian ini tidak tersebar keseluruh wilayah Payakumbuh secara adil dan merata. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan teknik area sampling. Selanjutnya, penelitian ini tidak menggunakan unsur layanan pelanggan sebagai salah satu unsur bauran pemasaran ritel pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk memasukkan layanan pelanggan sebagai salah satu unsur dari bauran pemasaran ritel.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, peneliti mengemukakan beberapa saran kepada manajer Mega Prima Swalayan Payakumbuh untuk meningkatkan pembelian ulang konsumen, sebagai berikut: 1)Mengecek persediaan barang, serta kualitas barang yang dijual secara teratur. 2)Barang yang dijual juga harus disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen. 3)Mencari strategi harga yang baru untuk menjaga daya saing harga yang mereka miliki saat ini. 4)Mega Prima Swalayan juga harus memperluas area parkir, karena area parkir yang dimiliki Mega Prima Swalayan kurang memadai. 5)Terus meningkatkan strategi bauran komunikasi penjualan yang telah diterapkan dan juga melakukan periklanan yang dapat diakses konsumen, seperti di koran-koran, dan melalui internet. 6)Mempertahankan strategi desain dan tampilan toko yang telah diterapkan, dan menambah instrument lain seperti musik dan warna dalam toko yang cerah untuk meningkatkan kenyamanan konsumen saat berbelanja.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. (2005). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. 7th.ed.
Bandung: Alfabeta
Baoku, Li et all. (2010). An empirical study on the decision-making styles of the Chinese peasant consumers. Journal of Consumer Marketing.Hlm.629-637 Beneke, Justin. (2011). A Path Way To
Commitment in the South African Supermarket: An Exploratory Study. KCA Journal of Business Management. Vol 3. No 1
Berman, Barry & Evans, Joel.R. (2007).Retail Management. 10th. ed. United Stated of
Amerika: Pearson Prentice Hall
Chamhuri,N& Batt.P.J.(2009). Factors influencing consumers choice of retail stores for fresh meat in Malaysia. Journal of Marketing and Logistics.Hlm.331-348
Dhotre, Meenal. (2010).Channel Management and Retail Marketing. Mumbai, INDIA: Global Media.
Godonaviciene, Rosa& Alijosiene, Sonata. (2005). Elements of retailing marketing mix. Managemen of rural business.Hlm. 142-144.
Husein, Umar. (2009). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetakan Kesebelas. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta
http://dprdpayakumbuh.wordpress.com/. Tanggal terbit 24 April 2012. Angka kemiskinan di Payakumbuh cenderung menurun. Di akses 6 Mei 2012.
Idris. (2010). Aplikasi Model Analisis Data Kuantitatif dengan Program SPSS, Edisi Revisi III. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Karnawati, Tin Agustina& Hamzah,Lilik Nur. (2008). Analisis Pengaruh Strategi Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Toko Eceran Tradisional Kepanjen Malang. Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA. Vol. 3 Kotler, Philip. (2003). Marketting
Management. 10th.ed. New Jersey:
Prentice Hall
Kotler, Philip, Keller, Kevin Lane. (2009). Marketing Management. 13th.ed. New
Jersey: Prentice Hall
Kotler, Philip & Armstrong, Gary. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran, 8th.
Erlangga: Jakarta
Kotler, Philip & Armstrong, Gary. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran, 12th.
Erlangga: Jakarta
Levy, Michael& Weitz, Barton.A. (2009). Retailing Management.7th.ed.
McGraw-Hill: New York
Mamuaya, Nova.C.I. (2008). Pengaruh Variabel-Variabel Retail Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Supermarket Kota Manado. Jurnal FORMAS.Hlm. 29-40.
Munusamy, Jayaraman& Hoo, Wong Chee. (2008). Relationship Between Marketing Mix strategy and Consumer Motive: An Empirical study In Major Tesco Stores. Unitar E-Journal. Vol 4. Hlm. 41-56. Novantiano. (2007). Analisa Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Ulang Barang-Barang Elektronik Buatan RRC di Toko Hartono Elektronika. From: http://digilib.petra.ac.id/
Riduwan. (2004).Metode & Teknik Menyusun Tesis. Cetakan Kedua. Bandung : Alfabeta
Sharma, Bal.Mukand.(2008). Strategic Retail Management. Jaipur, INDIA: Global Media
Simamora, Bilson. (2003).Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta: Gramedia Siringoringo,Hotniar. (2004). Peran Bauran
Pemasaran Terhadap Perilaku Pembelian Konsumen.Jurnal ekonomi & bisnis. no. 3, jilid 9
Sulistiawan, Fauzan. (2008). Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian pada Alfamart di jl. Gajayana Malang.Skripsi tidak diterbitkan.
Tandanu, Mansur. (2009). Pengaruh Lokasi dan Kualitas Pelayanan terhadap Minat
Pembelian Ulang pada CV.Brastagi supermarket Jl. Gatot Subroto Medan. Skripsi tidak diterbitkan.
Utami, Christina. (2008). Manajemen Ritel. 2nd. ed. Jakarta : Salemba Empat.
Zikmund, William G., Babin, Barry J., Carr, John C., Griffin, Mitch. 2010. Business Research Method, Eight Edition. Cengange Learning: Canada
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
100 100 100 100 100
0 0 0 0 0
Valid Missing
N Usia
Jenis_
Kelamin Tempat_Tinggal ekerjaan Pengeluaran
Frequency Table
Usia
27 27.0 27.0 27.0
34 34.0 34.0 61.0
25 25.0 25.0 86.0
14 14.0 14.0 100.0
100 100.0 100.0
16-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Jenis_Kelamin
26 26.0 26.0 26.0
74 74.0 74.0 100.0
100 100.0 100.0
Pria Wanita Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Tempat_Tinggal
17 17.0 17.0 17.0
17 17.0 17.0 34.0
40 40.0 40.0 74.0
7 7.0 7.0 81.0
1 1.0 1.0 82.0
18 18.0 18.0 100.0
100 100.0 100.0
Payakumbuh Utara Payakumbuh Timur Payakumbuh Barat Payakumbuh Selatan Lampasi Tigo Nagari Lainnya
Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
ekerjaan
19 19.0 19.0 19.0
31 31.0 31.0 50.0
13 13.0 13.0 63.0
9 9.0 9.0 72.0
22 22.0 22.0 94.0
6 6.0 6.0 100.0
100 100.0 100.0
Pegawai Swasta Pegawai Negeri Wiraswasta Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Lainnya
Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Pengeluaran
26 26.0 26.0 26.0
13 13.0 13.0 39.0
11 11.0 11.0 50.0
15 15.0 15.0 65.0
13 13.0 13.0 78.0
22 22.0 22.0 100.0
100 100.0 100.0
Rp 250.000- Rp 500.000 Rp 500.000 - Rp 750.000 Rp 750.000 - Rp 1.000. 000
Rp 1.000.000 - Rp 1.250. 000
Rp 1.250.000 - Rp 1.500. 000
> Rp 1.500.000 Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL
Statistics
100 100 100 100 100
0 0 0 0 0
3.85 3.79 3.57 3.89 3.86
385 379 357 389 386
Valid Missing N
Mean Sum
PB1 PB2 PB3 PB4 PB5
Frequency Table
PB1
2 2.0 2.0 2.0
23 23.0 23.0 25.0
63 63.0 63.0 88.0
12 12.0 12.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
PB2
3 3.0 3.0 3.0
21 21.0 21.0 24.0
70 70.0 70.0 94.0
6 6.0 6.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
PB3
3 3.0 3.0 3.0
42 42.0 42.0 45.0
50 50.0 50.0 95.0
5 5.0 5.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
PB4
1 1.0 1.0 1.0
22 22.0 22.0 23.0
64 64.0 64.0 87.0
13 13.0 13.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
PB5
1 1.0 1.0 1.0
23 23.0 23.0 24.0
65 65.0 65.0 89.0
11 11.0 11.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Frequencies
[
Statistics
100 100 100
0 0 0
3.56 3.91 3.97
356 391 397
Valid Missing N
Mean Sum
H1 H2 H3
Frequency Table
H1
6 6.0 6.0 6.0
41 41.0 41.0 47.0
44 44.0 44.0 91.0
9 9.0 9.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
H2
16 16.0 16.0 16.0
77 77.0 77.0 93.0
7 7.0 7.0 100.0
100 100.0 100.0
KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
H3
1 1.0 1.0 1.0
13 13.0 13.0 14.0
74 74.0 74.0 88.0
12 12.0 12.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
FREQUENCIES
VARIABLES=L1 L2 L3 L4 L5 /STATISTICS=MEAN SUM /ORDER= ANALYSIS .
Frequencies
[DataSet1] C:\Users\Qlife Customer\Documents\my skripsi\SPSS\data hasil penelitian.sav
Statistics
100 100 100 100 100
0 0 0 0 0
4.15 3.32 3.74 3.68 3.82
415 332 374 368 382
Valid Missing N
Mean Sum
L1 L2 L3 L4 L5
Frequency Table
L1
3 3.0 3.0 3.0
8 8.0 8.0 11.0
60 60.0 60.0 71.0
29 29.0 29.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
L2
1 1.0 1.0 1.0
8 8.0 8.0 9.0
55 55.0 55.0 64.0
30 30.0 30.0 94.0
6 6.0 6.0 100.0
100 100.0 100.0
STS TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
L3
1 1.0 1.0 1.0
29 29.0 29.0 30.0
65 65.0 65.0 95.0
5 5.0 5.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
L4
4 4.0 4.0 4.0
32 32.0 32.0 36.0
56 56.0 56.0 92.0
8 8.0 8.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
L5
4 4.0 4.0 4.0
24 24.0 24.0 28.0
58 58.0 58.0 86.0
14 14.0 14.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Statistics
100 100
0 0
3.71 3.76
371 376
Valid Missing N
Mean Sum
BK1 BK2
Frequency Table
BK1
1 1.0 1.0 1.0
31 31.0 31.0 32.0
64 64.0 64.0 96.0
4 4.0 4.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
BK2
29 29.0 29.0 29.0
66 66.0 66.0 95.0
5 5.0 5.0 100.0
100 100.0 100.0
KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Frequencies
Statistics
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3.98 3.62 3.80 3.79 3.88 3.87 3.67 3.85 3.84 3.52
398 362 380 379 388 387 367 385 384 352
Valid Missing N
Mean Sum
DT1 DT2 DT3 DT4 DT5 DT6 DT7 DT8 DT9 DT10
Frequency Table
DT1
15 15.0 15.0 15.0
72 72.0 72.0 87.0
13 13.0 13.0 100.0
100 100.0 100.0
KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
DT2
1 1.0 1.0 1.0
42 42.0 42.0 43.0
51 51.0 51.0 94.0
6 6.0 6.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
DT3
30 30.0 30.0 30.0
60 60.0 60.0 90.0
10 10.0 10.0 100.0
100 100.0 100.0
KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
DT4
24 24.0 24.0 24.0
73 73.0 73.0 97.0
3 3.0 3.0 100.0
100 100.0 100.0
KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
DT5
1 1.0 1.0 1.0
15 15.0 15.0 16.0
79 79.0 79.0 95.0
5 5.0 5.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
DT6
1 1.0 1.0 1.0
18 18.0 18.0 19.0
74 74.0 74.0 93.0
7 7.0 7.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
DT7
37 37.0 37.0 37.0
59 59.0 59.0 96.0
4 4.0 4.0 100.0
100 100.0 100.0
KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
DT8
20 20.0 20.0 20.0
75 75.0 75.0 95.0
5 5.0 5.0 100.0
100 100.0 100.0
KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
DT9
1 1.0 1.0 1.0
23 23.0 23.0 24.0
67 67.0 67.0 91.0
9 9.0 9.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
DT10
2 2.0 2.0 2.0
46 46.0 46.0 48.0
50 50.0 50.0 98.0
2 2.0 2.0 100.0
100 100.0 100.0
TS KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Frequencies
Statistics
100 100
0 0
3.72 3.93
372 393
Valid Missing N
Mean Sum
PU1 PU2
Frequency Table
PU1
1 1.0 1.0 1.0
32 32.0 32.0 33.0
61 61.0 61.0 94.0
6 6.0 6.0 100.0
100 100.0 100.0 TS
KS S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
PU2
16 16.0 16.0 16.0
75 75.0 75.0 91.0
9 9.0 9.0 100.0
100 100.0 100.0 KS
S SS Total
Valid Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
HASIL ANALISIS JALUR
Coefficientsa
-.568 .714 -.795 .428
.074 .032 .193 2.351 .021
.130 .055 .201 2.364 .020
.069 .032 .176 2.159 .033
.168 .077 .186 2.167 .033
.074 .021 .284 3.581 .001
(Constant) X1 X2 X3 X4 X5 Model
1 B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
CORRELATIONS
/VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5 /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
Correlations
[DataSet1] C:\Users\Qlife Customer\Documents\my skripsi\SPSS\DATA REGRESI.sav
Correlations
1 .481** .492** .470** .441**
.000 .000 .000 .000
100 100 100 100 100
.481** 1 .469** .569** .300**
.000 .000 .000 .002
100 100 100 100 100
.492** .469** 1 .392** .459**
.000 .000 .000 .000
100 100 100 100 100
.470** .569** .392** 1 .465**
.000 .000 .000 .000
100 100 100 100 100
.441** .300** .459** .465** 1
.000 .002 .000 .000
100 100 100 100 100
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1
X2
X3
X4
X5
X1 X2 X3 X4 X5