• Tidak ada hasil yang ditemukan

3) Karakteristik Tingkat Pendidikan Ayah Responden

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3) Karakteristik Tingkat Pendidikan Ayah Responden"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SURYA

1

Vol.03, No.XIII, Desember 2012 Amirul Amalia

………... ……….…… …… . .….

ABSTRAK

…… …...………. …… …… . .…. Di zaman ini pacaran telah menjadi semacam life style ataugaya hidup baru bagi remaja dan merupakan hal yang lumrah. Gaya berpacaran remaja di zaman sekarang telah mengarah pada perilaku yang diluar batas, disinilah muncul masa pacaran yang didalamnya terkait perilaku seks untuk mengisi waktu senggang mereka dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan perilaku seks yang tidak semestinya mereka lakukan. Pacaran tentunya memiliki efek dan bias terhadap kehidupan masing-masing baik secara positif maupun negatif. Pacaran positif merupakan pacaran yang sehat, yaitu pacaran yang memenuhi kriteria “sehat”, baik secara fisik, psikis, sosial maupun seksual. Jika pacaran melewati batas-batas kewajaran dan menjurus ke perilaku seksual, maka sudah tidak dapat dikatakan sebagai pacaran yang sehat atau pacaran negatif. Desain penelitian analitik dengan metode cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswi kelas XI SMA Panca Marga 1 Lamongan sebanyak 307 orang dan didapatkan sampel sebanyak 171 orang dengan tehnik simple random sampling. Variabel independen pola asuh orang tua dan variabel dependen gaya pacaran pada remaja. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup, setelah data terkumpul kemudian diolah dengan cara editing, coding, scoring dan tabulating lalu dianalisis dengan menggunakan uji Koefisien Phi dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah remaja memiliki pola asuh tipe 6 atau pola asuh yang tidak memiliki karakteristik tertentu yang dominan yaitu 129 orang (75,4%), hampir seluruhnya memiliki gaya pacaran negatif yaitu 134 orang (78,4%). Hasil uji Koefisien Phi didapatkan p=0,000, Koef Phi=0,868 maka p<0,05 berarti H1 diterima yaitu ada hubungan pola asuh orang tua dengan gaya pacaran pada remaja (kelas XI) di SMA Panca Marga 1 Lamongan.

Upaya yang dapat dilakukan agar guru BK memberikan penyuluhan kepada siswa-siswi mengenai pergaulan yang benar dengan sesama teman.

Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Gaya Pacaran, Remaja

PENDAHULUAN. …… . … … . 1. Pendahuluan

Remaja merupakan suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam masa ini terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarlito W. Sarwono, 2011).

Di zaman ini pacaran telah menjadi semacam life style/ gaya hidup baru bagi remaja dan merupakan hal yang lumrah. Gaya berpacaran remaja di zaman sekarang

(2)

SURYA

2

Vol.03, No.XIII, Desember 2012 tidak dapat dikatakan sebagai pacaran yang

sehat atau pacaran negatif (Ayi Setiya Budi, 2008).

Di Indonesia, survei terhadap kesehatan reproduksi remaja yang dilakukan pada tahun 2007 remaja usia 15-19 tahun baik putra maupun putri tidak sedikit yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Dr.Rachmat menuturkan berdasarkan data terhadap 10.833 remaja laki-laki berusia 15-19 tahun didapatkan sekitar 72 persen sudah berpacaran, 92 persen sudah pernah berciuman, 62 persen sudah pernah meraba-raba pasangan, 10,2 persen sudah pernah melakukan hubungan seksual. Sedangkan hasil survei dari 9.344 remaja putri yang berusia 15-19 tahun didapatkan data sekitar 77 persen sudah berpacaran, 92 persen sudah pernah berciuman, 62 persen sudah pernah meraba-raba pasangan, 6,3 persen sudah pernah melakukan hubungan seksual (Vera Farah B, 2010).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Desember 2011 di SMA Panca Marga 1 Lamongan sebanyak 10 orang terdiri dari 5 orang remaja putri dan 5 orang remaja putra didapatkan data sebagai berikut: siswa yang pernah melakukan gaya berpacaran seperti berpelukan dan berciuman 8 orang (80%) dan 2 orang (20%) siswa hanya berpegangan tangan, belum pernah melakukan gaya berpacaran yang menyimpang. Baik remaja putra maupun remaja putri semuanya (100%) sudah pernah pacaran. Dari data tersebut maka masalah penelitian adalah banyaknya siswa-siswi yang melakukan gaya berpacaran yang menyimpang.

Gaya berpacaran pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya media, perkembangan teknologi, rekan sebaya atau lingkungan pergaulan, keluarga, sekolah, institusi agama, masyarakat dan pemerintah (Widyarso, 2006). Oleh karena itu keluarga atau orang tua atau orang yang berhubungan dengan remaja perlu mengetahui tahap perkembangan remaja beserta ciri-cirinya, serta pentingnya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan remaja. Terkait dengan hal tersebut diatas, orang tua dapat menjalankan pola asuh dengan berbagai

sikap, ada yang bersikap authoritarian, authoritative, atau permissive (Santrock, 2002).

Sedangkan faktor pemicu yang lain adalah adanya perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. Akan tetapi, penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinanyang diatur oleh UU. Faktor lainnya bisa disebabkan oleh media massa, dengan adanya teknologi canggih (video cassete, foto copy, satelit, VCD, telepon genggam, internet, dan lain-lain) rangsangan seksual (Sarlito W. Sarwono, 2011).

Pacaran sendiri memiliki dampak positif dan negatif yang mencakup berbagai aspek dari kehidupan remaja, meliputi pergaulan sosial, mengisi waktu luang, ketertarikan pacaran dengan seks, penuh masalah sehingga berakibat stres, kebebasan pribadi berkurang (Arifin, 2002).

(3)

SURYA

3

Vol.03, No.XIII, Desember 2012 METODE PENELITIAN . … … .

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan metode simple random sampling. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Panca Marga 1 Lamongan yang diteliti pada bulan Mei yang memenuhi kriteria inklusi dengan besar sampel 171 responden. Variabel independennya yakni pola asuh orang tua dan variabel dependennya gaya pacaran pada remaja. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner tertutup dan pengolahan data menggunakan editing, coding, scoring, tabulating dan analisa uji koefisien phi.

HASIL PENELITIAN…… . … … . 1. Data Umum

1) Karakteristik Umur Responden

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SMA Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya remaja berumur antara 16-18 tahun yaitu sebanyak 160 orang (93,5%) dan sebagian kecil yang berumur antara 19-22 tahun yaitu sebanyak 3 orang (1,8%). 2) Karakteristik Jenis Kelamin

Responden

Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Remaja Kelas XI di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012

No Jenis Berdasarkan tabel 2 menunjukkan lebih dari setengah remaja berjenis kelamin perempuan yaitu 106 orang (62%).

3) Karakteristik Tingkat Pendidikan Ayah Responden

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ayah di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012

No Pendidikan Jumlah Persentase (%) Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa hampir setengah tingkat pendidikan ayah adalah SMA yaitu sebanyak 72 orang (42,1%) dan sebagian kecil tidak tamat sekolah yaitu sebanyak 4 orang (2,3%)

4) Karakteristik Tingkat Pendidikan Ibu Responden

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012

No Pendidikan Jumlah Persentase (%) Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa hampir setengah tingkat pendidikan ibu adalah SD yaitu sebanyak 62 orang (36,3%) dan sebagian kecil tidak tamat sekolah yaitu sebanyak 3 orang (1,8%).

5) Karakteristik Tingkat Pekerjaan Ayah Responden

(4)

SURYA

4

Vol.03, No.XIII, Desember 2012 No Pekerjaan Jumlah Persentase

(%) Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa hampir setengah pekerjaan ayah adalah Tani yaitu sebanyak 81 orang (47,4%) dan tidak ada satupun yang tidak bekerja.

6) Karakteristik Tingkat Pekerjaan Ibu Responden

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Ibu di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%) Berdasarkan tabel 6. menunjukkan bahwa lebih dari setengah ibu tidak bekerja, yaitu sebanyak 89 orang (52%) dan sebagian kecil yang pegawai negeri, yaitu sebanyak 5 orang (2,9%).

7) Riwayat Pacaran pada Responden Tabel 7. Distribusi Riwayat Pacaran pada

Remaja Kelas XI di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012 No Riw.pacaran Jumlah Peresentase

(%) Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa seluruh remaja pernah berpacaran, yaitu sebanyak 171 orang (100%).

Data Khusus

1) Karakteristik Pola Asuh

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012

No Pola Asuh Jumlah Persentase Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari setengah remaja memiliki pola asuh tipe 6 yaitu 129 orang (75,4%) dan sebagian kecil memiliki pola asuh tipe 1, tipe 4 dan tipe 5 yaitu sebanyak 1 orang pada masing-masing pola asuh (0,6%).

2) Karakteristik Gaya Pacaran

(5)

SURYA

5

Vol.03, No.XIII, Desember 2012 3) Hubungan Pola Asuh Orang Tua

dengan Gaya Pacaran pada Remaja di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012 Positif Negatif

f % f % F % Berdasarkan tabel 10 hubungan pola asuh orang tua dengan gaya pacaran pada remaja menunjukkan bahwa lebih dari setengah pola asuh tipe 6 hampir seluruhnya memiliki gaya pacaran negatif dan dari sebagian kecil pola asuh tipe 1 dan 4 seluruhnya memiliki gaya pacaran negatif, sedangkan dari sebagian kecil pola asuh tipe 2 dan 5 seluruhnya memiliki gaya pacaran positif dan sebagian kecil pola asuh tipe 6 sebagian kecil memiliki gaya pacaran positif.

PEMBAHASAN . … … . 1)Pola Asuh Orang tua pada Remaja

Berdasarkan tabel 8 hasil identifikasi pola asuh orang tua pada 171 siswa kelas XI SMA Panca Marga 1 Lamongan didapatkan lebih dari setengah remaja memiliki pola asuh tipe 6.

Pola asuh merupakan cara dimana orang tua menyampaikan atau menetapkan kepercayaan tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik atau buruk. Dalam pola asuh tersebut berisi interaksi secara keseluruhan antara orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

Hal ini sesuai dengan teori Yuniarti

Salah satu faktor yang mempengaruhi pola asuh adalah pendidikan orang tua. Berdasarkan tabel 3 hampir setengah pendidikan ayah adalah SMA. Pendidikan ayah yang cukup tinggi seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup sehingga diharapkan dapat memilih pola asuh yang baik dan sesuai dengan perkembangan anaknya yang tumbuh manjadi remaja.

Hal ini sesuai dengan pendapat Rosa dan Agustin (dalam Fitriah & M.Hassinudin, 2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi dan maju pendidikan orangtua, biasanya semakin baik pula keputusan mereka dalam menerapkan suatu pola asuh pada anak-anaknya. Sedangkan tabel 4.4 menunjukkan hampir setengah pendidikan ibu adalah SD. Pendidikan ibu yang masih rendah memungkinan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan karena kurangnya pengetahuan ibu terhadap kebutuhan remaja yang sedang menghadapi tugas perkembangannya. Perbedaan antara pendidikan ayah dan ibu dapat mempengaruhi dalam memilih pola asuh yang diterapkan bagi anaknya. Namun, pengambil keputusan adalah kepala rumah tangga yang dipegang oleh ayah, sehingga pola asuh yang diterapkan biasanya lebih dominan bersumber dari ayah.

Hal ini sesuai dengan teori Tiwi Pratiwi (2012) yang menyatakan bahwa ayah memiliki peranan sangat besar dalam aktivitas rumah tangga maupun dalam proses mendidik anak. Peran ayah dalam keluarga yang dimaksud adalah aktif dalam membentuk perkembangan emosi anak, menanamkan nilai-nilai hidup, dan kepercayaan dalam keluarga termasuk tanggungjawabnya dalam memberikan keputusan terhadap masalah di rumah.

(6)

SURYA

6

Vol.03, No.XIII, Desember 2012 Ayah dengan pekerjaan tani lebih banyak

menghabiskan waktunya di sawah dari pada di rumah, sehingga frekuensi bertemu antara ayah dengan anak sangat terbatas. Interaksi yang kurang antara orang tua dan anak akan menimbulkan suatu hubungan yang canggung dalam mengungkapkan perasaan anak kepada orangtuanya. Sedangkan pada tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari setengah ibu tidak bekerja. Ibu rumah tangga murni yang tidak memiliki kegiatan di luar rumah hanya dapat memantau anaknya jika anaknya berada di rumah.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Augustine (dalam Dedi, 2011) yang menyatakan bahwa pekerjaan orang tua dapat berpengaruh dalam menggunakan pola sosialisasi mereka bagi anak-anaknya. Misalnya, jika orangtua jarang bertemu dengan anak, maka biasanya orangtua akan sangat jarang memperhatikan kebutuhan anak-anaknya dan cenderung mengabaikan. 2). Gaya Pacaran Remaja

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa hampir seluruh remaja memiliki gaya pacaran negatif/ pacaran tidak sehat.

Pacaran pada zaman sekarang merupakan suatu gaya hidup bagi para remaja dan merupakan hal yang wajar. Berdasarkan data yang diuraikan di atas menjelaskan bagaimana gaya pacaran pada remaja yang terjadi pada saat ini cukup mengkhawatirkan. Pacaran negatif adalah pacaran yang penuh tekanan baik berupa kekerasan fisik, saling memendam masalah tanpa mau membicarakannya, memberi batasan pada pasangan dalam pergaulan atau bahkan melakukan hubungan seksual.

Hal ini seperti diungkapkan oleh Ayi Setiya Budi (2008) bahwa pacaran sehat ialah pacaran yang memenuhi kriteria sehat baik secara fisik, psikis, sosial dan seksual. Sedangkan pacaran negatif adalah pacaran yang tidak memenuhi salah satu dari kriteria tersebut.

Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya pacaran pada remaja adalah usia remaja. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa hampir seluruh remaja berumur 16-18 tahun. Pada usia 16-18 tahun remaja memasuki tahap pertengahan yang ditandai dengan

berkembangnya kemampuan berpikir yang baru, teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah mampu mengarahkan diri sendiri.. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu sehingga menggiring remaja ke gaya pacaran yang negatif dengan ciri adanya tindak kekerasan baik secara fisik, psikis, sosial ataupun seksual.

Hal ini seperti yang diungkapkan Rizalazizw (2012) yang mengatakan bahwa umur menentukan segala urusan, termasuk pacaran. Gaya pacaran pada tiap jenjang umur memiliki karakteristik yang berbeda. Semakin tinggi usia maka gaya berpacarannya semakin dewasa.

Selain itu faktor yang mempengaruhi gaya pacaran pada remaja adalah jenis kelamin. Pada tabel 2 menunjukkan lebih dari setengah responden berjenis kelamin perempuan. Pada masa ini terutama perempuan dengan tuntutan berbagai macam tugas perkembangan menjadikan mereka lebih stres, karena selain dipengaruhi dari faktor eksternal, faktor internal pun mempengaruhi seperti keadaan hormonal. Sehingga membutuhkan seorang teman yang dapat dijadikan tempat curhat Inilah yang menjadikan perempuan memiliki tingkat ketergantungan yang lebih, yang biasanya diaplikasikan menjadi seorang pacar.

Hal ini seperti diungkapkan Riyanti (2009) yang menyatakan bahwa wanita dalam realita diibaratkan makhluk yang lemah. Dia lebih mengedepankan perasaannya daripada logika.

Sedangkan pada tabel 7 menunjukkan bahwa seluruh responden pernah berpacaran. Pengalaman yang dialami remaja tentu dapat dijadikan referensi bagi remaja dalam menerapkan gaya berpacaran. Pada zaman sekarang ini pacar dijadikan semacam candu karena kebiasaan remaja yang mendapat perhatian lebih dari seseorang.

(7)

SURYA

7

Vol.03, No.XIII, Desember 2012 dengan rasa was-was, dan

tidak memberikan ketenangan. Pacaran itu candu, bagaikan meminum air laut, di setiap tegukan memberikan rasa haus yang semakin bertambah. Pacaran itu bak pecandu rokok. Berawal dengan merokok menjadikan kebiasaan buruk lain muncul.

3). Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Gaya Pacaran pada Remaja (Kelas XI) di SMA Panca Marga Lamongan

Dari tabel 10 menunjukkan bahwa remaja (kelas XI) yang memiliki pola asuh tipe 6 cenderung memiliki pola asuh negatif. Sebaliknya remaja yg memiliki pola asuh tipe 3 cenderung memiliki gaya pacaran positif.

Dari hasil uji korelasi Koefisien Phi hubungan pola asuh orang tua dengan gaya pacaran pada remaja (kelas XI) menggunakan SPSS menunjukkan H1 diterima artinya ada hubungan pola asuh orang tua dengan gaya pacaran pada remaja (kelas XI) di SMA Panca Marga 1 Lamongan.

Pola asuh orang tua berpengaruh terhadap gaya pacaran pada remaja sebab ketidakkonsitenan dalam menerapkan pola asuh menjadikan remaja bingung dalam menentukan sikap. Remaja seringkali merasa minder dan kurang percaya diri dalam mengungkap masalah yang dihadapi karena mereka sendiri tidak yakin dengan harapan orang tua terhadapnya. Jika ini diterapkan pula dalam berpacaran dengan tidak berani mengungkapkan emosi terhadap pasangan dan hanya memendamnya sendiri lama-kelamaan akan mempengaruhi hubungan mereka.

Seperti dinyatakan oleh Widyarso (2006) bahwa orang tua mempunyai peranan penting dalam menjaga perilaku generasi muda karena orang tua merupakan contoh bagi remaja. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, tidak terbuka terhadap anak malah cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini. Pola asuh orang tua mempengaruhi segala bentuk perilaku maupun pola pikir anaknya. Orang tua sebagai teladan bagi anak hendaknya

lebih menjaga sikap demi generasi muda. Apabila sikap yang buruk dari orang tua tertanam dalam cara bergaul remaja, maka akan menjadi hal yang sulit untuk merubahnya dan mengoreksinya.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Lebih dari setengah remaja siswa kelas XI SMA Panca Marga 1 Lamongan memiliki pola asuh tipe 6

2) Hampir seluruh siswa remaja siswa kelas XI SMA Panca Marga 1 Lamongan adalah pacaran negatif 3) Ada hubungan pola asuh orang tua

dengan gaya pacaran pada remaja (kelas XI) di SMA Panca Marga 1 Lamongan

2. Saran.

Sekolah dapat memberikan penyediaan fasilitas dalam berbagai aspek yang dapat memberikan manfaat positif bagi kebutuhan siswa menyalurkan bakat dan minatnya, seperti kegiatan ekstrakulikuler. Kepada guru BK agar dapat memberikan penyuluhan kepada siswa-siswi mengenai pergaulan yang benar dengan sesama. Selain itu, tidak lupa melibatkan orang tua dalam memberikan pengawasan pada remaja dengan memberi saran pola asuh yang sesuai bagi putra-putrinya yang tumbuh menjadi remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Rahmawati. 2006. Motivasi Berprestasi Mahasiswa ditinjau dari Pola Asuh

Orang tua dalam

http://repository.usu.ac.id diakses tanggal 4 Februari 2012 pukul 09.00 WIB

Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Refika Aditama

Al-Ghifari, A. 2004. Gelombang kejahatan seks remaja modern. Bandung: Mujahid

(8)

SURYA

8

Vol.03, No.XIII, Desember 2012 diakses tanggal 4 Februari 2012 pukul

09.00 WIB

Ayi Setiya Budi. 2008. Pacaran Sehat dalam http://id.shvoong.com diakses tanggal 10 April 2012 pukul 21.00 WIB

Azwar, Saiffudin. 2011. Panyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Palajar

Balqiz. 2010. Hubungan Pola Asuh Permisif dengan Perilaku Seksual Pra Nikah pada Mahasiswa dalam http://balqiz-balqiz.blogspot.com diakses tanggal 5 Desember 2011 pukul 08.00 WIB

Fitriah & M. Hassinudin. 2010. Modul Anticipatory Guidance Terhadap Perubahan Pola Asuh Orang Tua yang Otoriter dalam Stimulus Perkembangan Anak dalam http://www.google.co.id diakses tanggal 25 Juli 2012 pukul 20.11 WIB

Hidayat, Alimul Aziz. 2007. Metodologi Penelitian dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba

Mardalis. 2004. Metode Penelitiam Suatu Pendekatan Proporsional. Jakarta : EGC

Monks. 2009. Kissing, Necking, Petting, dan

Intercourse dalam

http://transforter.blogspot.com diakses10 April 2012 pukul 21.00 WIB

Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu & Seni. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2008. Dasar Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Rafiq Jauhary. 2010. Jika Sudah Kecanduan Pacaran dalam http://ygennet.or.id diakses tanggal 25 Juli 2012 pukul 22.53 WIB

Ragiel Dimitri. 2011. Dampak Positif dan Negatif Pacaran bagi Remaja dalam www.kaskus.us diakses tanggal 5 Desember 2011 pukul 08.00 WIB

Riyanti. 2009. Mengapa Wanita Begitu Lemah dan Suka Menangis dalam

http://riyanti.web.id diakses tanggal 25 Juli 2012 pukul 08.30 WIB

Santrock, John W. 2002. Life-Span Develpment. Jakarta : Erlangga

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers

Satria. 2011. Pengertian Pacaran dalam http://id.shvoong.com diakses tanggal 10 April 2012 pukul 21.00 WIB

Soejanto, Agus. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Suparyanto. 2010. Konsep Pola asuh Anak dalam www.google.co.id tanggal 24 Juli, pkl 05.40 WIB

Gambar

Tabel 3.  Distribusi
Tabel 8. Distribusi
Tabel 10.  Tabel Silang Hubungan Pola

Referensi

Dokumen terkait

[r]

DALAM KONDISI APAPUN, ASUS, DIREKTUR, STAF, KARYAWAN, ATAU AGENNYA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS KERUSAKAN TIDAK LANGSUNG, KHUSUS, INSIDENTAL, ATAU KONSEKUENSIAL (TERMASUK

Menyusun rencana kerja sama Daerah sesuai dengan lingkup tugas Seksi berpedoman pada ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan

Sri Walny Rahayu, Indigenous Institutions and the Local Wisdom Values in Indonesia as one of the Prevention Strategies of the Child Trafficking in the AEC ,

Perkembangan dapat dilihat pengumpulan tugas dan tes tertulis (ulangan harian dan ulangan umum). Ulangan harian ini terdiri beberapa soal yang harus berkaitan dengan materi.. Hal ini

Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri

12 Saya beranggapan bahwa dosen mampu meningkatkan minat mahasiswa untuk tertarik dengan mata kuliah yang diajarkan. 13 Dosen menjelaskan materi yang

[r]