• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TERAPI ISLAM MELALUI HIPNOTANATOLOGI UNTUK MENANAMKAN KEJUJURAN PELAJAR DI SMP AMONG SISWA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TERAPI ISLAM MELALUI HIPNOTANATOLOGI UNTUK MENANAMKAN KEJUJURAN PELAJAR DI SMP AMONG SISWA SURABAYA."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TERAPI ISLAM MELALUI HIPNOTANATOLOGI UNTUK MENANAMKAN KEJUJURAN PELAJAR DI SMP AMONG SISWA

SURABAYA

Skirpsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh : Regina Zahara NIM. B33212053

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Regina Zahara (B33212053), Pengaruh Terapi Islam melalui Hipnotanatologi untuk Menanamkan Kejujuran Pelajar di SMP Among Siswa Surabaya

Penelitian ini terfokus kepada penanaman kejujuran yang dilakukan dengan menggunakan terapi Islam melalui Hipnotanatologi yang dilatarbelakangi oleh fenomena kejujuran pelajar yang kian meredup. Banyak terjadi kecurangan pelajar seperti mencontek, plagiasi, dan lain sebagainya. Jika hal-hal tersebut dibiarkan, maka akan membuat masyarakat menjadi tidak aman dan tenteram. Sebab pentingnya kejujuran bagi generasi penerus bangsa, maka penulis melakukan uji ekperimen untuk penanaman kejujuran pelajar. Penanaman kejujuran ini dilihat dari penyadaran pelajar setelah terapi ini dipraktekkan pada diri pelajar. Penanaman kejujuran dengan terapi ini mempunyai langkah-langkah yaitu dimulai dari pretalk, induction, deepning and trance level test, sugestion, dan termination.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa hasil angket dan uji eksperimen dengan perhitungan statistic correlation dengan rumus korelasi product moment yang dilakukan kepada 30 subjek di SMP Among Siswa Surabaya. Penerapan dari terapi ini dilaksanakan dengan training motivasi pelajar pada siswa-siswi kelas VII di SMP Among Siswa yang dipilih berdasarkan random sampling.

Hasil dari penelitian ini berupa paparan besarnya pengaruh Hipnotanatologi terhadap kejujuran pelajar di SMP Among Siswa yang didapatkan sebelum dan sesudah pelaksanaan terapi Hipnotanatologi. Berdasarkan uji korelasi dari 30 sampel yang ada, ditemukan angka korelasi yang signifikan terkait pengaruh terapi islam melalui hipnotanatologi terhadap kejujuran pelajar sebesar 0,623 dan ditemukan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan. Dan dengan melihat hasil uji t menunjukan bahwa korelasi 0,213> 0,000. Nilai korelasi lebih besar dari pada nilai sig, hal ini menunjukkan pengaruh Terapi Islam melalui Hipnotanatologi terhadap kejujuran pelajar di SMP Among Siswa Surabaya.

(6)

DAFTAR ISI

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 15

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 16

3. Variabel dan Devinisi Operasional ... 19

4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

5. Teknik Analisis Data ... 24

F. Sistematika Bahasan ... 26

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritik ... 28

1. Terapi Islam Melalui Hipnotanatologi ... 28

a. Pengertian Terapi Islam ... 28

b. Pengertian Hipnotanatologi ... 31

c. Tujuan dan Dasar dari Terapi Hipnotanatologi ... 38

2. Kejujuran Pelajar ... 39

(7)

b. Manfaat Adanya Kejujuran Pelajar ... 40

3. Langkah-langkah Terapi Islam melalui Hipnotanatologi... 43

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 45

C. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III : PENYAJIAN DATA A.Profil SMP Among Siswa Surabaya ... 52

1. Gambaran Umum SMP Among Siswa... 52

2. Struktur Organisasi SMP Among Siswa ... 54

3. Keadaaan Murid dan Guru SMP Among Siswa... 55

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 55

1. Terapi Islam melalui Hipnotanatologi di SMP Among Siswa 56 a. Latar Belakang Terapi di SMP Among Siswa ... 56

b. Langkah-langkah Terapi Islam melalui Hipnotanatologi.. 57

c. Penyajian Data Terapi Islam melalui Hipnotanatologi ... 62

C.Pengujian Hipotesis ... 75

BAB IV: ANALISA DATA A.Analisa Data Korelasi... 77

1. Tabel Kerja Nyata ... 77

2. Mencari Angka Korelasi ... 79

3. Intrepretasi Data Korelasi Product Moment... 83

4. Data Uji Correlation dan Intrepretasinya... 85

B.Analisa Implementasi Terapi Hipnotanatologi ... 87

(8)

F. Hasil Correlasi Uji SPSS G. Tabel r Product Moment H. Lampiran Tabel

I. Data Angket Kejujuran

J. Data Tabel Hasil Rumus Korelasi Kedua K. Absensi Peserta Terapi

L. Kartu Bimbingan Skripsi M. Jadwal Training

(9)

DAFTAR TABEL

1.1. Tabel Pengambilan Sampel ... 18

3.1.Struktur Organisasi SMP Among Siswa ... 54

3.2. Implementasi Hipnotanatologi ... 61

3.3. Nama-nama Peserta Terapi ... 62

3.4. Distribusi Terapi Islam ... 64

3.5. Motivasi Berusaha dengan Kemampuan Sendiri ... 66

3.6.Tidak Mengaku Karya Orang Lain ... 66

3.7. Tidak Berbohong ... 67

3.8. Menyerahkan Barang Temuan ... 67

3.9. MengerjakanTugas Sekolah ... 68

3.10.Bertanya Pada Guru ... 69

3.11. Selalu Sportif ... 69

3.12.Meletakkan Sesuatu Pada Tempatnya ... 70

3.13.Tidak Terlambat ... 70

3.14.Merasa Tenang dan Semangat ... 71

3.15.Rekapitulasi Hasil Angket ... 71

3.16.Distribusi Kejujuran Pelajar ... 73

3.17.Menyontek ... 75

3.18.Mengaku Hasil Karya Orang Lain ... 75

3.19.Berbohong Kepada Orang Lain ... 76

3.20.Tidak Menyerahkan Barang Temuan ... 76

3.21.Tidak Mengerjakan Tugas ... 77

3.22.Tidak Bertanya pada Guru ... 77

3.23.Tidak Sportif Saat Berkompetisi ... 78

3.24.Tidak Meletakkan Barang pada Tempatnya ... 78

3.25.Datang Terlambat Saat ke Sekolah ... 79

3.26.Tidak Berusaha dan Semangat Semangat Menuntut Ilmu ... 79

3.27.RekapitulasiHasil Angket Kejujuran ... 80

4.1. Tabel Kerja ... 85

(10)

DAFTAR GAMBAR

1.1. Pengaruh Implementasi Konseli Konselor ... 92

1. Hipnotanatologi Tahap Pretalk

2. Hipnotanatologi Tahap Deepning

3. Games Edukasi dan Mitovasi

4. Terapis dan Peserta Terapi

5. Terapis dan Peserta Putra

6. Terapis dan Peserta Putri

7. Pengisian Angket Pre-Terapi

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk berakal yang sejak dilahirkan telah

dikarunia fitrah yang tidak dapat melepaskan diri dari agama. Setiap agama

selalu mengajarkan hal yang baik. Jika manusia benar-benar berilmu, maka

seharusnya mereka semakin tawadlu dan lebih dapat menerima bahwa akal

manusia itu terbatas dan tidak mampu mengetahui hakikat-hakikat yang

banyak, besar, dan tinggi.1 Orang yang berilmu dan semakin tawadlu pada ajaran agamanya, mereka akan senantiasa condong untuk menyukai kebenaran

dan berkata jujur. Fitrah manusia berbentuk kejujuran itu adalah salah-satu

bentuk kedekatan manusia dengan Penciptanya. Salah satu sifat wajib bagi

Rasul adalah shiddiq (jujur). Sebab, jujur merupakan sifat yang terpancar dari dalam hati yang mulia dan memantulkan berbagai sikap terpuji. Dalam QS.

at-Taubah ayat 119 yang artinya hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur. Perilaku jujur memiliki keutamaan, sesuai dengan sabda Rasulullah, kamu harus berkata jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan itu menuntun ke surga, dan tidak henti-hentinya seorang berkata jujur dan berusaha untuk selalu jujur sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai ahli jujur. (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari Abdullah

1 Sayid Qutub, Tafsir Fi Zhilalil Quran Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hal. 37

(12)

2

bin Masud).2 Kejujuran juga merupakan tanda-tanda keimanan dan kesucian jiwa serta pertanda keselamatan. Kejujuran adalah keindahan sifat dan

ketinggian moral seseorang. Kejujuran membentuk pelakunya menjadi cinta

kepda Allah, Rasulullah, dan cinta kepada hamba-hamba yang mukmin.3 Dengan kejujuran, seseorang dapat meraih kesuksesannya di jalan yang baik

dan akan terus dipercaya oleh orang lain. Pastilah perbuatan jujur akan

menjadikan diri sendiri dan orang lain selalu berada dalam kebaikan dan tidak

akan menimbulkan pertikaian akibat perbuatan yang tidak jujur atau dusta.

Kejujuran merupakan perilaku yang sangat bermanfaat dalam

kehidupan karena kejujuran tuntunan dari kebutuhan yang selalu di junjung di

masyarakat. Karena itu tidak ada kehidupan yang bahagia, aman, tentram, dan

selamat, tanpa kejujuran. Dengan demikian, pelajar yang merupakan generasi

bangsa harus menjadikan jujur sebagai bagian dari kepribadian yang abadi.

Siapapun yang ada dalam hidup ini harus berusaha untuk melatih dan

berproses menjadi orang jujur. Adapun beberapa manfaat dari berperilaku

jujur yang pertama adalah melaksanakan ajaran yang mulia dari agama dan

budaya luhur yang dianut oleh bangsa manapun. Kedua, akan dihormati oleh

sesama manusia, karena semua orang menghargai kejujuran yang sejati.

Ketiga, perilaku tersebut menjadikan diri menjadi tampil percaya diri dalam

semua kegiatan hidup, karena merasa aman, optimis, dan percaya diri. Apapun

yang dikerjakan dalam hidup ini, pada hakekatnya selalu menuntuk rasa

percaya diri, yang tangguh dan kokoh. Inilah modal dasar yang mesti dimiliki

2 M. Khalulurrahman Al-Mahfani, Berkah Shalat Dhuha, (Jakarta: Wahyu Media, 2008),

hal. 191

3 Ahmad Sangit, Dahsyatnya Sedekah, (Tanggerang: Qultum Media, 2008), hal. 149

(13)

3

dalam meneliti sebuah karir. Orang-orang bijak mengatakan bahwa keraguan

adalah setengah dari langkah menuju kegagalan. Keraguan itu berasal dari

ketidakjujuran. Ketidakjujuran juga dapat menghilangkan rasa percaya diri

dan keoptimisan. Kemudian, yang keempat adalah dengan kejujuran, generasi

bangsa akan berani melawan kemungkaran, karena merasa benar atau tidak

bersalah dengan batinnya yang bening.4

Berlaku jujur dalam kehidupan adalah tuntunan kebutuhan yang perlu

untuk di junjung di masyarakat karena tidak ada kehidupan yang bahagia,

aman, tentram, dan selamat, tanpa kejujuran. Dengan demikian, sang generasi

harus menjadikan jujur sebagai bagian dari kepribadian yang abadi. Siapapun

dalam hidup ini harus selalu melatih dan berproses untuk menjadi orang jujur.

Dan secara logika jujur itu bermanfaat bagi kehidupan manusia, bukan dalam

hubungannya dengan sang pencipta saja, tetapi juga dalam hubungan dengan

sesama manusia serta alam semesta. Jujur merupakan sikap terpuji yang

dianjurkan oleh agama, ia selalu bersanding dengan kebenaran yang harus

dikawal dan ditegakkan, bahkan Allah SWT menyebut diri-Nya dengan

Al-Haq yang artinya Maha Benar. Begitu juga para nabi dan Rasul-Nya selalu

mempunyai sifat Ash-Shidq yang berarti jujur. Jujur mempunyai banyak

manfaat dan khasiat bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Kali ini, setidaknya akan diuraikan enam manfaat bagi orang yang jujur dalam

perkataan maupun perbuatannya.

4 Manfaat Jujur, http://mazembar.blogspot.co.id/2013/02/manfaat-jujur.html, diakses

(14)

4

Pertama, perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat

pelakunya menjadi tenang karena ia tidak takut akan diketahui

kebohongannya. Baginda Rasul SAW bersabda, ‘’Tinggalkanlah apa yang

meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu, sesungguhnya jujur

adalah ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan.’’ (HR Turmudzi dari

riwayat Hasan bin Ali). Kedua, mendapatkan keberkahan dalam usahanya.

Rasulullah SAW bersabda, ‘’Dua orang yang berjual beli mempunyai pilihan

(untuk melanjutkan transaksi ataupun membatalkannya) selama mereka belum

berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan barangnya maka akan

diberkahi jual beli mereka, dan jika mereka merahasiakan dan berdusta maka

dihilangkan keberkahan jual beli mereka.’’ (HR Bukhari). Ketiga, mendapat

pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW

bersabda, ‘’Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan

mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di

atas kasurnya.’’ (HR Muslim) . Keempat, selamat dari bahaya. Orang yang

jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan tetapi pada akhirnya ia

akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah bersabda,

‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu

mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR Ibnu

Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir). Kelima, dijamin masuk

surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW, ‘’Berikanlah

kepadaku enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga: jujurlah

(15)

5

diberi amanat, jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan jagalah

tanganmu.’’ (HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-Shamit). Keenam,

dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika engkau

ingin dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi

amanah, jujurlah jika engkau bicara, dan berbuat baiklah terhadap orang

sekelilingmu.’’ (HR Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur penting sekali,

terutama di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta.

Di manapun berada, kejujuran harus di atas segalanya. Jujur adalah simbol

profesionalisme kerja dan inti dari kebaikan hati nurani seseorang.5

Pelajar yang merupakan generasi bangsa harusnya membiasakan diri

untuk selalu jujur di kesehariannya. Karena dengan membiasakan jujur

tersebut dapat memupuk integritas pelajar tersebut sehingga dapat menjadi

penerus yang mencintai kebenaran sehingga dapat memberantas ketidakadilan

dan kecurangan di masyarakat. Pribadi jujur akan menciptakan pribadi yang

menghargai hak karya orang lain dan juga menciptakan pribadi yang lebih

terbuka dan tidak akan mengambil yang bukan haknya. Pribadi jujur

merupakan pribadi yang lebih bangga dengan milik dan karya sendiri tanpa

dan tidak bangga dengan karya plagiat. Dengan modal prinsip kejujuran

menciptakan kepribadian jujur, maka akan mudah menciptakan pribadi yang

kreatif dan inovatif. Karena tanpa kejujuran, maka kreativitas tidak akan bisa

5Dian Nahumarury, Belajar Menjadi Orang yang Jujur, diakses di http://orangjujurhebat.blogspot.co.id/2012/09/belajar-menjadi-orang-yang-jujur.html pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 8.23 AM

(16)

6

berkembang.6 Kreasi dan inovasi yang muncul dari generasi yang jujur tersebut juga dapat memberi kemajuan kepada Negara. Jika generasi-generasi

tersebut memiliki integritas tinggi untuk menjunjung kejujuran, maka saat

mereka memimpin Negara dan menjadi penerus di berbagai bidang pekerjaan

ini pun akan menjadi damai dan tentram. Tidak akan ada kecurangan di

manapun.

Melihat generasi yang berada di lembaga Negara banyak yang akut

dalam hal korupsi. Banyaknya kasus-kasus suap dan korupsi menggambarkan

bahwa Negara berada di dalam situasi yang sulit dipulihkan. Sekeras apapun

hukum ditegakkan, selama mental korup hidup mekar, maka selama itu pula

kasus korupsi akan terus menghiasi sejarah perjalanan Negara Indonesia.

Maka generasilah harapannya yang kelak akan memutus rantai itu untuk

merajut penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab di

dunia dan di akhirat. Bentuk konkritnya, sebaiknya kejujuran itu dipupuk

sejak masi berada di masa pelajar. Pelajar diberi arahan dan juga pengertian

tentang perbuatan jujur yang akan menyelamatkan Negara.

Dalam membangun keharmonisan sosial, perlu adanya sikap mental

yang dilandasi oleh nilai-nilai kejujuran bagi semua individu yang tergabung

dalam relasi sosial. Sebenarnya budaya lokal, yaitu Jawa sendiri sangat

menekankan pentingnya kejujuran dalam diri seseorang agar dapat menjalani

kehidupan dengan meminimalisasi ego atau kepentingan pribadi atau pamrih.

Sijap hidup jujur tidak hanya menaungi dimensi lahiriah atau duniawiah,

6Heri Ruslan, UN Ciptakan Pelajar yang Jujur dan Kreatif, diakses di

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/04/19/mlh8t3-un-ciptakan-pelajar-yang-jujur-dan-kreatif pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 10.09 AM

(17)

7

tetapi juga menembus batas pribadi hingga pada persoalan religious.

Maksudnya, kejujuran yang diperankan oleh seseorang tidak hanya terbatas

pada masalah duniawi, tetapi juga menyangkut keyakinan pada penilaian

Tuhan. Oleh sebab itu, secara moral dan religious, jujur mampu membawa

seseorang tidak hanya terbatas pada masalah duniawi, tetapi juga menyangkut

keyakinan pada penilaian Tuhan. Oleh sebab itu, secara moral dan religious,

jujur justru mampu membawa seseorang pada derajat yang tinggi sehingga

terdapat ungkapan terdapat ungkapan jujur mujur atau jujur akan membawa

kemujuran. Nilai kejujuran tidak dapat dilepaskan dengan pandangan bahwa

segala perbuatan manusia akan mendapat penilaian dari Sang Khaliq yang

sejalan dengan pandangan budaya Jawa yaitu sapa nandhur bakal ngunduh

yang artinya siapa yang menanam akan memetik.7

Kebalikan dari perbuatan jujur adalah ketidakjujuran atau dusta.

Perbuatan tidak jujur atau dusta ialah perbuatan yang mengakibatkan reputasi

buruk dan kehinaan. Ketidakjujuran akan mengakibatkan kondisi saling

curiga, perasaaan ketakutan, waktu dan usaha yang terbuang sia-sia, dan efek

spiritual yang merugikan.8 Dan tidak menjadi hal yang baru bahwa selama ini ketidakjujuran dapat dikatakan telah membudaya di masyarakat. Dari

kalangan pemerintah sampai pelajar terus menampilkan budaya

ketidakjujuran. Seperti praktik korupsi yang menjadi penyebab kehancuran

bangsa. Berdasarkan data dari Political and Economy Risk Consultancy

7 Dhanu Priyo Prabowo, Pengaruh Islam dalam Karya-karya R. N.g Ranggawasirta,

(Yogyakarta: Narasi, 2003), hal. 81

8 Sayyid Mahdi as Sadr, Mengobati Penyakit Hati, Meningkatkan Kualitas diri, (Jakarta:

(18)

8

(PERC), pada tahun 2010, Indonesia terpuruk dalam peringkat korupsi

antarnegara. Dari 16 negara yang disurvei, Indonesia dikategorikan sebagai

negara paling korup. Sementara pada tahun 2011 ini, menurut survei Bribe

Payer Index (BPI) Transparency International, dari 28 negara yang disurvei,

hasilnya Indonesia menduduki negara ke empat terkorup. Data tersebut

membuktikan bahwa bangsa ini sedang krisis karakter jujur. Jika diamati,

umumnya para koruptor di Indonesia berasal dari kaum terpelajar. Tetapi,

tragisnya ketidakjujuran juga membudaya di kalangan pelajar. Praktik

pembelajaran di sekolah selama ini banyak yang lebih menekankan pada

aspek-aspek yang bersifat kognitif. Padahal jika mengacu pada target capaian

setiap jenjang tujuan, idealnya semua aktivitas pendidikan yang dirancang

seharusnya mengintegrasikan dimensi-dimensi kognitif, afektif, psikomotorik,

dan pembemberdayaan fungsi sosialnya. Sekolah seolah-olah hanya

mengajarkan pengetahuan kognitif demi mengejar score dalam raport yang

baik, agar mereka lulus ujian dan mengabaikan keseimbangan perkembangan

dimensi-dimensi afektif dan psikomotorik, serta fungsi sosialnya. Terlebih

lagi, sejak digulirkannya Ujian Nasional dan UASBN, semua stakeholder

pendidikan, mulai kepala dinas, kepala sekolah hingga para guru berlomba

mengejar target capaian akhir yang sifatnya kognitif semata meskipun dengan

mengorbankan nilai-nilai kejujuran yang padahal merupakan nilai yang sangat

sakral dalam proses pendidikan. Setiap sekolah berlomba-lomba meluluskan

(19)

9

nilai kejujuran.9 Maka, perlu adanya sebuah cara untuk menanamkan karakter jujur mulai dari kalangan yang diharapkan dapat menjadi agent perubahan untuk bangsa, yaitu pelajar.

Pelajar merupakan kekayaan yang berharga bagi sebuah bangsa.

Mereka adalah para pembaharu, penerus pemerintahan, pencetus, dan lainnya.

Jika para pelajar tidak memiliki karakter yang baik, maka sebuah bangsa akan

rusak.10 Namun, praktek kecurangan masal, seperti kebocoran soal Ujian Nasional yang konon masih tersegel juga sudah diterapkan oleh

sekolah-sekolah demi tercapainya target kelulusan walau menyampingkan nilai-nilai

kejujuran.11 Kecurangan yang membudaya ini akan sangat disayangkan apabila mulai menjajah pelajar-pelajar unggul. Sekalipun pelajar yang dapat

dikatakan telah memiliki akhlakul karimah dan selalu berbuat jujur, bisa saja

akan terpengaruh oleh ketidakjujuran yang telah membudaya itu.

Pada dasarnya, manusia dilahirkan dengan memiliki fitrah yang

mencintai kebenaran, keadilan, dan kebaikan serta membenci kejahatan,

kedloliman dan kebatilan.12 Semakin seseorang dapat berbuat baik, adil, dan mencintai kebenaran, maka seseorang tersebut semakin merasakan kedekatan

dengan Sang Pencipta serta merasakan kebahagiaan yang hakiki.13 Maka dari itu, sebenarnya manusia sebagai makhluk beragama, mereka memiliki fitrah

9Mahasiswi Pendidikan Islam Pascasarjana IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, Krisis

Kejujuran, http://aceh.tribunnews.com/2011/12/09/krisis-kejujuran, diakses tanngal 07 September 2015 pukul 11.10 PM

10 M. Shodiq & Firda Firdaus, Be Student Idol, (Jakarta: Qultum Media,2006), hal.v 11Edwardi, Kebocoran Soal UN Cederai Pelajar yang Jujur,

http://bangka.tribunnews.com/2015/04/18/kebocoran-soal-un-cederai-pelajar-yang-jujur, diakses tanggal 07 September 2015 pukul 04.14 AM

12 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 118 13 Haidar Bagir, Risalah Cinta dan Kebahagiaan, ( Jakarta: Mizan, 2013), hal.113

(20)

10

mencintai kebenaran. Oleh karena itu, pada hakikatnya, manusia juga lebih

menyukai kejujuran karena kejujuran merupakan salah-satu perbuatan yang

merujuk kepada seseorang yang mencintai kebenaran.

Tetapi meskipun manusia memiliki fitrah yang sedemikian, masih

banyak orang yang melakukan kecurangan atau ketidakjujuran. Banyak

individu yang masih memasung diri dalam kebohongan dan kepura-puraan,

bukan hanya itu, ketidakjujuran kolektif pun tercipta. Ini terkaca amat jelas di

wajah masyarakat. Sebab kejujuran telah menjadi barang langka dan budaya

curang (the cheating culture) sudah meluas. Jika kejujuran dan ketulusan dalam ucap maupun perilaku tidak diteguhkan, maka akan menambah gejolak

maksiat yang semakin dahsyat. Mungkin sebab itulah Allah Swt menitah

manusia untuk senantiasa berbuat jujur, sepenting menghindari tak jujur.

firmanNya, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, QS. Al-Ahzab ayat 70 dan Jauhilah perkataan-perkataan dusta. QS. Al-Hajj ayat 30.

Seseorang yang sebenarnya ingin selalu berbuat dan berkata jujur,

terkadang juga dapat terpengaruh oleh ligkungannya. Adalah suatu ironi

bahwa ketidakjujuran kerap dipicu justru oleh hal-hal sepele. Pertama, rasa

takut, karena takut dipandang rendah hingga berbohong tentang identitasnya.

Karena takut dianggap bodoh, maka seseorang berani mencontek saat ujian.

Karena takut dianggap pengangguran, seseorang memalsukan ijazah untuk

melamar kerja. Karena takut dipandang miskin, seseorang mencuri dan

(21)

11

Itulah sebabnya, ketidakjujuran sering kali menjadi jalan pintas (shortcut) untuk membebaskan diri dari rasa takut. Kemudian anggapan yang keliru

tentang banyak orang yang menyangka bahwa kebohongan membantu

terhindar dari kesulitan. Namun, biasanya awal melangkah dengan

kebohongan demi mencapai kesuksesan dapat membuat seseorang sedikit

merasa puas akan tetapi jika di akhir sudah terbongkar kebohongannya, itu

malah justru lebih berlipat kesulitannya. Ketiga, banyak orang yang

menganggap kebohongan itu sah-sah saja asalkan alasannya kuat.14 Dan masih banyak alasan lain bagi seseorang yang memilih untuk menyalahi fitrahnya

sebagai manusia yang mencintai kebenaran.

Ada beberapa upaya yang telah dilakukan untuk memberantas

ketidakjujuran khususnya dimulai dari kalangan pelajar. Diantaranya adalah

menghapus UN atau mengganti ujian paper test dengan CBT (Computer based test).15 Cara tersebut menyentuh pelajar dengan cara menjauhkan situasi meraka untuk berbuat curang dengan menghapus UN atau mengganti paper

test dengan computer test. Selanjutnya, telah dilakukan upaya dengan

merekomendasikan pelajar mengikuti workshop sukses UN, memperbanyak

jam pelajaran, ikut les atau bimbingan belajar, berburu kisi-kis soal, dan

kegiatan doa bersama.16 Namun seharusnya, keseriusan dalam berikhtiar

14 Alie Mulyadi, Never Give Up! Mensyukuri Hari dengan Tegarkan Hati, (Bandung:

Grafindo Media Pratama, 2008), hal.84

15 Muhammad Fasebani, Inilah Cara Kemendikbud Tekan Kecurangan Ujian Nasional,

diakses di http://www.gresnews.com/berita/sma/170252-ini-cara-kemendikbud-tekan-kecurangan-ujian-nasional/0/ pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 06.34 PM

16Sinar Harapan, UN Tanpa Kecurangan, Mungkinkah?, diakses di

http://www.sinarharapan.co/news/read/140414024/UN-Tanpa-Kecurangan-Mungkinkah-span-span- pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 06.46 PM

(22)

12

tersebut ditanamkan sejak dini sehingga tertanam kejujuran dan kepercaya

dirian sejak awal bukan hanya berikhtiar dengan sungguh-sungguh hanya

karena waktu UN semakin dekat saja. Kemudian, cara yang lain yang

diupayakan adalah nasihat dari para guru pengajar para pelajar tersebut.17 Namun nasihat saja belum cukup tanpa adanya model yang patut dicontoh

serta pemupukan kesadaran akan pentingnya kejujuran bagi diri sendiri di

dalam diri pelajar.

Penyadaran akan pentingnya kejujuran ini adalah hal yang penting

bagi pelajar dalam kaitannya memberantas ketidakjujuran tersebut.

Penyadaran baiknya dilakukan sejak dini sehingga pelajar tersebut tidak sadar

di waktu yang salah. Pelajar menyadari akan pentingnya kejujuran dan ikhtiar

yang baik sejak dini sehingga saat menghadapi ujian pun tidak akan

menjadikan pelajar ingin mencari banyak cara untuk memperoleh hasil yang

baik dengan cara apapun. Kesiapan pelajar saat sudah ikhtiar sejak dini, akan

membuat pelajar lebih mudah menghadapi ujian sekolah dengan lebih siap

lagi. Maka disini, penyadaran terkait pentingnya dan manfaat akan perbuatan

jujur perlu untuk ditanamkan kepada pelajar sejak dini.

Terapi merupakan upaya dalam melakukan sesuatu secara teratur,

terprogram dengan baik dan berulang-ulang untuk tujuan memperbaiki diri

agar menjadi lebih sehat dan memperoleh kehidupan yang lebih baik.18 Penyadaran akan sesuatu dapat ditangani dengan sebuah terapi dengan proses

17Agus, Budaya Mencontek di Kalangan Pelajar, diakses di

http://agusper.blogspot.co.id/2014/04/makalah-budaya-mencontek-di-kalangan.html pada tanggal 13 Desember 2015, pukul 06.50 PM

18 Lukman Hakim, Terapi Qurani: Untuk Kesembuhan dan Rizki Tak Terduga, (Jakarta:

(23)

13

penataan ulang aspek yang dihendaki (konatif), afeksi, sikap mental, dan

wilayah pathos.19 Maka, penyadaran akan sesuatu yang baik dapat dilakukan dengan terapi. Dengan demikian untuk menanamkan dan membudayakan

kembali kejujuran di kalangan pelajar, peneliti tertarik untuk menyajikan

sebuah terapi baru yang diharapkan dapat membantu pelajar untuk

menanamkan karakter jujur. Oleh karena itu diharapkan terapi Islam melalui

hipnotanatologi ini dapat dijadikan sebagai sebuah cara dalam menanamkan

kejujuran pada pelajar yang diujicobakan di SMP Among Siswa Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, penulis dapat

merumuskan permasalahan, sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh terapi Islam melalui hipnotanatologi terhadap

tingkat kejujuran siswa dan siswi di SMP Among Siswa Surabaya?

2. Seberapa besar pengaruh terapi Islam melalui hipnotanatologi terhadap

kejujuran yang tertanam pada siswa dan siswi di SMP Among Siswa

Surabaya?

3. Bagaimana implementasi terapi Islam melalui hipnotanatologi untuk

menanamkan kejujuran pada siswa dan siswi di SMP Among Siswa

Surabaya?

19 Andrias Harefa, Terapi Pola Pikir tentang Makna Learn, Unlearn, dan Relearn,

(24)

14

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terapi Islam melalui

hipnotanatologi terhadap tingkat kejujuran siswa dan siswi di SMP Among

Siswa Surabaya.

2. Untuk mengetahui tingkat pengaruh terapi Islam melalui hipnotanatologi

terhadap kejujuran pada siswa dan siswi di SMP Among Siswa Surabaya.

3. Untuk mengetahui implementasi dari terapi Islam melalui hipnotanatologi

untuk menanamkan kejujuran pada siswa dan siswi di SMP Among Siswa

Surabaya

D. Manfaat Penelitian

Sebagaimana mestinya suatu penelitian tentu mempunyai kegunaan.

Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberi kontribusi

berupa sebuah penemuan terapi Islam baru yang mampu memberi

gambaran lebih luas tentang terkait dengan solusi penanaman kejujuran

bagi pelajar. Dan diharapkan pula, terapi Islam melalui hipnotanatologi ini

dapat bermanfaat di dalam bidang keilmuan dan kajian psikologi Islam

(25)

15

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian yang berupa terapi Islam untuk menanamkan

kejujuran ini diharapkan dapat diterapkan di berbagai kalangan. Mulai dari

kalangan pelajar sampai kepada wilayah kepemerintahan. Artinya,

diharapkan terapi Islam melalui Hipnotanatologi ini dapat memberikan

perubahan kebiasaan tidak jujur yang ada pada masyarakat.

E. Metode Penelitian

1) Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menggunakan metode-metode yang didasarkan pada

informasi numerik atau kuantitas-kuantitas, dan biasanya diasosiasikan

dengan analisis-analisis statistik.20 Analisis yang ada di penelitian kuantitatif menggunakan metode pengumpulan data atau pengukuran

variabel.21 Lebih jelasnya, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan

keterangan mengenai apa yang ingin diketahui, angka-angkat terkumpul

sebagai hasil penelitian yang menggambarkan situasi dan kejadian.22

MC. Milan dan Scumacher membedakan ada dua metode dalam

penelitian kuantitatif yaitu eksperimental dan non eksperimental. Non

20 Jane Stokes, How To Do Media And Cultural Studies: Panduan untuk Melaksanakan

Penelitian, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2003), hal.4

21 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data

Sekunder, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 11

22 Margono, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta, 1997), hal. 103

(26)

16

eksperimental dapat berbentuk deskriptif, komparatif, kerelasional, dan

survei.23 Selain dengan survei, data kuantitatif dapat diambil melalui testing, eksperimen atau kuesioner.24

Peneliti menggunakan survei dalam mengumpulkan data. Survei

merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan

pertanyaan-pertanyaan terstruktur (kuesioner) dan sistematis yang sama kepada

banyak orang.25 Kemudian seluruh jawaban diperoleh peneliti, dicatat, diolah, dan dianalisis. Penelitian survei diadaptasi untuk mempelajari

khalayak, kendati mengandalkan pada laporan-laporan subjek mengenai

perilaku, sikap, dan pendapat-pendapat. Pengkajian khalayak juga dapat

dilakukan dengan wawancara.26 Kemudian, penelitian survei menurut Sugiono, adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar atau kecil,

tetapi data yang dipelajari merupakan data dari sampel yang diambil dari

populasi.27

2) Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi menurut Sugiono adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

23Asep Saepul Hamdi, E. Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan,(Yogyakarta: Deepublisher, 2014), hal. 4

24 Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grasindo, 2010), hal.67 25Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi (Intruducing

Communication Theory), (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), hal.79

26 Jones Stokes, How to Do Media and Cultural Studies: Panduan untuk Melaksanakan

Penelitian, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2007), hal. 25

27 Jonathan Sarwono, Pintar Menulis Karangan Ilmiah-Kunci Sukses dalam Menulis

(27)

17

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Sedang Suharsimi Arikunto mengartikan

populasi adalah kesuluruhan objek penelitian.28 Dari pengertian

tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa populasi merupakan

sekelompok orang atau objek yang berhubungan dengan kriteria

penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Populasi

dibagi menjadi dua bagian, yaitu finite (terbatas) dan infinite (tidak terbatas). Populasi terbatas artinya diketahui jumlahnya sedang tidak

terbatas tidak diketahui jumlahnya.29 Populasi yang sudah ditentukan

disebut dengan populasi sasaran (target population). Dalam populasi sasaran, peneliti menjelaskan secara spesifik batasan dari populasi yang

dipakai.30 Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan populasi

terbatas yang diambil dari siswa dan siswi kelas VII di SMP Among

Siswa Surabaya. Target populasinya adalah pelajar yang sedang duduk

di kelas pertama VII SMP Among Siswa Surabaya pada bulan Januari

tahun 2016.

b. Sampel dan teknik sampling

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel

adalah bagian dari jumlah populasi yang diteliti sehingga hasil

penelitian dapat digeneralisasikan, generalisasi hasil penelitian oleh

28Asep Saepul Hamdi & E. Bahrudin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2012), hal.38

29 Wasis, Pedoman Riset Praktis, (Jakarta: EGC, 2006), hal. 44

30 Eriyanto, Teknik Sampling Analisis Opini Publik, (Yogyakarta: LKiS, 2007), hal. 63

(28)

18

sampel berlaku juga bagi populasi penelitian tersebut.31 Karena sampel

digunakan untuk mewakili populasi yang diteliti, sampel cenderung

digunakan untuk penelitian yang berusaha menyimpulkan generalisasi

dari hasil temuannya.32 Dari pengertian tersebut, penulis menarik

pemahaman bahwa sampel yang diambil dari populasi inilah yang

mewakili keseluruhan dari populasinya.

Populasi di dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas VII

di SMP Among Siswa yang berjumlah 82 siswa dan siswi yang berasal

dari 3 kelas. Dari situlah, Peneliti menetapkan metode penarikan

sample atau teknik sampling yang ada di dalam penelitian ini yaitu

menggunakan pengambilan sampel secara random proporsional berlapis

(stratified proportionate random sampling). Besarnya populasi di dalam penarikan sample ini disebut N, dan besarnya sampel yang

ditarik dari populasi tersebut adalah n, dan proporsinya adalah n/N.

Dari setiap strata ditarik sebanyak n/N dari jumlah anggota sebagai

anggota sampel.33 Jumlah kelas yang ada adalah 3 kelas. Kemudian 3

kelas tersebut menjadi strata dalam penarikan sampelnya. Ada 3 strata

dari N, masing-masing N1, N2, dan N3, sebagai berikut:

31 Asep Saepul Hamdi & E. Bahrudin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2012), hal.38

32 Istijanto, Aplikasi Praktis Riset, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 114 33 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 90

(29)

19

Tabel 1.1. Pegambilan Sampel

Strata Jumlah Anggota Banyak Sampel

I N1 = 30 n/NXN1 = 11

II N2 = 32 n/NXN2 = 12

III N3 = 20 n/NXN3 = 7

n/N (N1+N2+N3) = n/NXN

30/82 (30+32+20) = 30

Di dalam penelitian ini, peneliti mengambil 30 siswa dan siswi kelas

VII di SMP Among Siswa Surabaya.

3) Variabel dan Devinisi Operasional Variabel

a. Variabel

Variabel merupakan konsep yang tidak pernah ketinggalan dalam

setiap penelitian.34 Variabel dalam penelitian kuantitatif diangkat dari

teori yang sudah ditentukan oleh peneliti. Hasil dari penelitiannya

berupa jawaban atas masalah yang sudah diasumsikan atau ditentukan

di awal penelitian.35 Variabel ada dua macam yaitu variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent). Adapun yang dimaksud

dengan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel

lain. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel yang lain. Variabel bebas dapat pula disebut sebagai variabel

penyebab dan variabel terikat dapat dikatakan sebagai variabel akibat.36

34 Bagja Waluya, Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosoal di Masyarakat, (Bandung:

Setia Purna Inves, 2007), hal. 77

35 Raco, Metode Penelitian Kulitatif, (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 72

36 Eeng Ahman & Epi Indriani, Ekonomi dan Akuntansi: Membina Kompetensi Ekonomi,

(30)

20

Selanjutnya, dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan dua

variabel tersebut, diantaranya adalah:

1. Terapi Islam melalui Hipnotanatologi sebagai variabel bebas atau

independent variable (variabel X).

2. Menanamkan Kejujuran Pelajar sebagai variabel terikat atau

dependent variabel (variabel Y).

b. Definisi Operasional

1) Terapi Islam melalui Hipnotanatologi

Yang dimaksud dengan Terapi Islam adalah melakukan sesuatu secara teratur, terprogram dengan baik dan berulang-ulang untuk

tujuan memperbaiki diri agar menjadi lebih sehat dan memperoleh

kehidupan yang lebih baik yang sudah dibuktikan validitasnya

melalui pengalaman dengan mengambil metode Islami dalam

pengaplikasiannya.37 Kemudian Hipnotanatologi adalah teknik terapi yang menggabungkan antara hipnosis dan ilmu kematian

yang diuraikan melalui kacamata Islam yang mengedepankan akan

datangnya ajal bagi setiap manusia dan menggunakan tahap struktur

dasar hipnoterapi, yaitu pretalk, induction, deepning and trance level test, sugestion, dan termination dalam implementasinya.38 Indikator :

37 Muhammad Izzudin Taufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, (Bandung:

Gema Insani, 2006), hal. 378

38 Regina Zahara, Penanaman Self Counscious Integrity (SCI) melalui Hipnotanatologi

sebagai Strategi Pemberantasan Korupsi di Lembaga Negara, Karya Tulis Ilmiah SCEPTA 2015, hal. 13

(31)

21

1) Mengikuti proses pelaksanaan hipnotanatologi dari tahap

induction sampai termination.

2) Penyadaran terkait dengan beberapa aspek, yaitu:

a. Aspek tindakan

b. Aspek ungkapan

c. Aspek Tanggung Jawab

d. Aspek Konsistensi

2) Menanamkan Kejujuran Pelajar

Yang dimaksud Menanamkan Kejujuran Pelajar dalam

penelitian ini adalah penanaman kejujuran yang merupakan salah

satu ciri dari orang yang berkepribadian kuat dan menarik serta

merupakan tanda bahwa seseorang tersebut mempunyai ketinggian

harga diri, jiwa yang kuat, cita-cita yang tinggi, selalu berusaha

keras, dan istiqamah yang dalam penelitian ini ada pada diri

pelajar.39 Indikator:

1) Aspek tindakan

 Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan

 Tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang

lain tanpa menyebutkan sumber)

2) Aspek ungkapan

 Tidak berbohong kepada oranglain

39 Yusuf al-Uqshari, Menjadi Pribadi yang Berpengaruh, (Jakarta: Gema Insani, 2005),

(32)

22

 Bertanya kepada guru saat terdapat penjelasan guru yang

belum jelas

3) Aspek Tanggung Jawab

 Menyerahkan kepada yang berwenang barang yang

ditemukan

 Meletakkan sesuatu pada tempat yang seharusnya

4) Aspek Konsistensi

 Membuat laporan berdasarkan data atau informasi apa

adanya

 Sportif saat berkompetisi

4) Teknik Pengumpulan Data

a. Angket

Angket adalah serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan

peneliti kepada para responden untuk mendapatkan jawaban secara

tertulis. Sehubungan dengan itu, Suharsimi Arikunto mengemukakan

bahwa angket atau kuestioner (questioner) ialah penyelidikan mengenai

suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang

banyak) dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu formulir daftar

pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada sejumlah obyek untuk

mendapatkan jawaban atau tanggapan (respon) tertulis seperlunya.40

40 Asep Saepul Hamdi & Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

(33)

23

Pada tahap ini, penulis membuat suatu daftar

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden (orang

yang diteliti). Selanjutnya, dalam penelitian ini, penulis menggunakan

angket tipe pilihan dalam artian penulis telah menyiapkan alternative

jawaban yang sudah penulis sediakan dan responden tinggal memilih

satu/lebih diantara beberapa jawaban yang tersedia. Pada tahap ini,

penulis gunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal yang berkaitan

dengan proses terapi hipnotanatologi sebelum dan sesudahnya dan juga

terkait dengan kejujuran siswa dan siswi kelas VII di SMP Among

Siswa Surabaya.

b. Eksperimen

Kajian eksperimen merupakan kajian empiris dan menggunnakan

analissi dengan bantuan statistic dalam menganalisa datanya.41 Eksperimen adalah suatu rancangan penelitian yang mengindentifikasi

hubungan kausal. Tujuan dari penelitian eksperimen adalah mengukur

pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dengan

mengontrol variabel lain untuk melakukan inferensi kausal secara lebih

jelas. Menurut Zikmund, eksperimen merupakan suatu penelitian yang

kondisi-kondisi tertentu dikendalikan sehingga satu atau beberapa

variabel dapat dikontrol.42 Pada tahap ini, penulis akan mengulas dengan menggunakan perhitungan statistic dalam kaitannya tentang

41 Darmono & Ani M. Hasan, Menyelesaikan Skripsi dalam Satu Semester, (Jakarta:

Grasindo, 2005), hal. 45

42 Asep Hermawan, Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif, (Jakarta: Grasindo, 2009),

(34)

24

pengaruh atau hubungan antara Terapi Islam melalui Hipnotanatologi

terhadap tingkat kejujuran para siswa dan siswi kelas VII di SMP

Among Siswa Surabaya ini.

5) Teknik Analisis Data

Di dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan

setelah pengumpulan data empirik. Secara garis besar, kegiatan

menganalisis datanya adalah dimulai dari mengelompokan data,

menyajikan data setiap variabel, melakukan perhitungan dan menjawab

perumusan masalah, dan melakukan perhitungan dengan menggunakan

statistik.43 Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa data kuantitif. Analisa data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang

bermakna sehingga dapat dipahami.44

Pada tahap ini, peneliti memaparkan analisis data dengan analisis

data deskriptif, yaitu dengan cara menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum/ generalisasi. Ciri-ciri analisis data deskriptif,

yaitu penyajian data lebih ditekankan dalam bentuk tabel, grafik, dan

ukuran-ukuran statistik, seperti presentase, rata-rata, variansi, korelasi, dan

angka indeks. Selain itu, analisis ini tidak menggunakan uji signifikansi dan

43 Asep Saepul Hamdi & Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hal 48

44 Syafizal Helmi Situmorang, Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis, (Medan:

(35)

25

taraf kesalahan karena tidak ada kesalahan generalisasi.45 Adapun rumus yang digunakan dalam analisa data secara statistic ini menggunakan rumus

statistic product moment, yang merupakan analisis yang koefisien korelasi

peringkat diturunkan dengan menggunakan data kelompok pada rumus

hasilkali-momen (product-moment).46

Adapun rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product

moment, sebagai berikut:

Keterangan:

rxy : Koefisien Validitas (Angka indeks korelasi r product moment)

x : Nilai pembandung

y : Nilai dari instrument yang akan dicari validitasnya

∑X : Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

N : Banyaknya Subjek

Melalui analisa data inilah peneliti dapat mengambil kesimpulan dari data

yang didapat dari penelitian.

45 Agus Purwoto, Panduan Lab Statistik Inferensial, (Jakarta: Grasindo, 2007), hal.1 46 Murray R. Spiegel & Larry J. Stephes, So Statistik Ed. 3, (Jakarta: Penerbit Erlangga:

(36)

26

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab pokok

bahasan yang meliputi:

BAB I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika pembahasan.

BAB II membahas kajian teoritik meliputi bahasan tentang terapi Islam melalui hipnotanatologi yang berisi: pengertian terapi Islam, landasaran terapi

Islam, pengertian hipnosis dan tanatologi. Selanjutnya juga membahas

tentang pengertian kejujuran, ciri-ciri sikap jujur, dan faedah kejujuran.

BAB III ini membahas tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data,

metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV menjelaskan tentang laporan penelitian. Di dalam laporan penelitian, penulis memaparkan tentang penyajian dan analisis data yang meliputi

penyajian data, analisis, dan pembahasan. Penyajian dan analisis data berisi

tentang hasil dari studi.

(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Terapi Islam melalui Hipnotanatologi

Muhammad Izzudin Taufik dalam bukunya memaparkan bahwa

semua ilmu pengetahuan yang disyariatkan pengkajiannya dalam Islam

adalah ilmu pengetahuan yang ilmiah dan yang sesuai dengan syariat.

Semua terapi Islam dapat mendayagunakan ilmu pengetahuan tersebut

hingga bisa diakui keabsahannya sebagai terapi Islam. Sumber utamanya

mengacu kepada Al-Quran dan hadits serta penelitian ilmiah dan

pengalaman.52 Maka dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan sebuah

terapi yang tetap berpedoman pada al-Quran dan Hadits serta penelitian

ilmiah dan pengalaman-pengalaman lapangan.

a. Pengertian Terapi Islam

Yang dimaksud dengan terapi adalah melakukan sesuatu secara

teratur, terprogram dengan baik dan berulang-ulang untuk tujuan

memperbaiki diri agar menjadi lebih sehat dan memperoleh kehidupan

yang lebih baik.53 Sedang menurut kamus besar bahasa Indonesia,

terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang

52 Muhammad Izzudin Taufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, (Jakarta:

Gema Insani, 2006), hal.378

53 Lukman Hakim, Terapi Qurani: untuk Kesembuhan dan Rizi Tak Terduga, (Jakarta:

(38)

29

sakit atau dalam perawatan penyakit.54 Dalam pengertian yang lain,

terapi merupakan usaha untuk mengaktifkan organ tubuh yang semula

kurang berfungsi diaktifkan dengan cara dirangsang sehingga

pembuluh darah menjadi terbuka dan otot-otot menjadi rileks. Jika

otot-otot menjadi rileks dan pembuluh darah longgar, organ tubuh

dapat berfungsi secara normal kembali. Terapi juga dapat mencangkup

kondisi psikis dan fisik yang awalnya terdapat hambatan diharapkan

dapat bekerja dengan baik.55

Adapun pengertian dari Islam merupakan agama kasih sayang,

agama keselarasan, bukan agama yang fanatik dan ekslusif, serta

agama yang menghargai agama lain sepanjang nonmuslim tidak

memerangi kaum muslim, serta mendakwahkan kebaikan sebagai

usaha mencapai keselamatan.56 Islam juga mengarahkan manusia

untuk menyeru kepada perbuatan baik, melarang perbuatan buruk,

menghindari kerusakan dan juga menjadikannya suatu perbuatan yang

diikhlaskan demi mengharapkan keridhaan-Nya.57

Maka, dari kedua penjelasan tentang pengertian terapi dan juga

Islam di atas, maka penulis menyimpulkan tentang yang dimaksud

dengan terapi Islam, yaitu usaha untuk mengaktifkan organ tubuh baik

menyangkup psikis ataupun fisik yang semula kurang berfungsi

54 A.A. Waskito, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Wahyu Media, 2009), hal.

612

55 Paulus Sudarno, Manajemen Terapi Motivasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2009), hal. 01

56 Habib Al-Jufri, Terapi Ruhani untuk Semua, (Jakarta: Zaman, 2012), hal. 279 57 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 28

(39)

30

diaktifkan kembali dengan beberapa teknik tertentu dilakukan secara

teratur, terprogram dengan baik dan berulang-ulang untuk tujuan

memperbaiki diri agar menjadi lebih sehat dan memperoleh kehidupan

yang lebih baik, serta dalam usaha tersebut berpacu dengan

pedoman-pedoman agama Islam.

Adapun ayat al-Quran yang berkaitan dengan terapi Islam ialah

QS. Al-Fushshilat ayat 31-35 yang memiliki arti Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Semua permasalahan yang berhubungan dengan penyembuhan (konseling

terapi) ini bisa didapatkan dari al-Quran dan sunnah.58

58 Ibid, 28

(40)

31

Dalam hal ini, aspek-aspek yang digunakan dalam terapi, dapat

menggunakan aspek-aspek konseling yang ada dalam agama Islam.

Konseling islami mempunyai tiga aspek, sebagai berikut:

1. Aspek preventif, dimana orientasinya mengarah kepada penjagaan

individu dari semua guncangan jiwa dan membentengi mereka dari

segala penyimpangan. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak cara

yang sekiranya dapat menyeimbangkan perilaku yang ada.

2. Aspek perkembangan, dimana orientasinya mengarah kepada

pembentukan kepribadian muslim agar mampu menjadi individu

yang optimis, penuh dengan produkvitas serta mampu

mengoptimalkan segala potensi dan kemampuannya.

3. Aspek terapi, dimana orientasinya mengarah kepada pembebasan

dan pelepasan individu dari segala kekhawatiran dan

kegelisahannya serta membantunya dalam memecahkan masalah

yang dihadapinya.

Terapi juga dapat dilakukan dengan metode penyadaran, yang banyak

menggunakan ungkapan-ungkapan nasihat dan juga at-Targhib wat-Tarhib (janji dan ancaman).59

b. Pengertian Hipnotanatologi

Hipnotanatologi berasal dari dua gabungan kata, yaitu hypnosis

dan tanatologi yang artinya, sebagai berikut:

59 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 25

(41)

32

1) Pengertian Hipnosis

Hipnosis adalah sebuah kondisi atau keadaan saat manusia

cenderung lebih ‘sugestif’, yaitu ketika seseorang sedang dalam

keadaan yang dapat menerima informasi atau saran-saran dari

orang lain.60 Pemanfaatan hypnosis untuk tujuan terapi biasa

disebut dengan hipnoterapi. Terapi yang tercangkup dalam

hypnosis meliputi terapi fisik dan mental. Dan orang yang

memiliki keahlian hipnoterapi pada standar dan kualifikasi tertentu

disebut dengan hipnoterapis.61 Hipnoterapi sendiri merupakan

sebuah pola terapan ketika manusia ingin mengubah cara pandang

atau pola pikir menjadi lebih baik, lebih sehat, dan lebih

termotivasi melalui tahapan-tahapan yang telah baku. Hipnoterapi

disebut sebagai metode terapi ketika manusia dihadapkan oleh

permasalahannya guna mengembalikan cara pandang hidup

menjadi lebih baik dan sehat dengan mengeksplorasi pikiran bawah

sadar (subconscious).62 Hipnoterapi juga merupakan terapi yang memfasilitasi perubahan dengan menerapkan sugesti yang telah

disetujui sebelumnya ditanamkan kedalam alam bawah sadar

dengan keadaan rileks terhipnosis dan selama hypnosis

berlangsung seseorang tidak dapat dan tidak akan melakukan

sesuatu yang tidak dikehendaki.

60 Willy Wong & Andri Hakim, Dahsyatnya Hipnosis, (Jakarta: Visimedia, 2009), hal.

10

61 Saiful Anam, 4 Jam Pintar Hypnosis, (Jakarta: Visimedia, 2010), hal. 69 62 Hisyam A. Fachri, Tarot Psikologi, (Jakarta: Gagasmedia, 2010), hal. 16

(42)

33

Siapapun dapat dihipnosis asal mereka menginginkannya.

Namun, ada beberapa orang yang tidak boleh dihipnosis, yaitu

mereka yang berada di bawah pengaruh alcohol atau obat-obatan

terlarang, mereka yang memiliki depresi klinis, dan mereka yang

menderita epilepsi. Seseorang akan mengingat semua hal yang

dikatakan kepada mereka selama dirinya dihipnosis. Keadaan

hypnosis sebenarnya tidak berbeda dengan keadaan ketika sedang

mengantuk atau melamun. Walaupun merasa rileks, seseorang

tetap saja dalam keadaan sadar sepenuhnya terhadap keadaan

sekelilingnya. Seseorang itu tidak benar-benar tertidur maupun

terjaga. Seseorang juga tetap mendengar segala yang terjadi di

sekitarnya. Begitu pula jika terjadi sesuatu yang butuh perhatian di

sekelilingnya, seseorang itu pun dapat dengan segera membuka

mata dan siap mengatasi situasi tersebut.63

Saat dalam keadaan dihipnosis, seseorang sangat merasa

rileks dan tubuhnya memungkinkan menjadi terasa ringan atau

terasa berat disamping juga merasakan kehangatan yang

menyelimuti tangan atau kaki. Apapun yang dialami, semua itu

sangat alami dan normal adanya. Seseorang dalam keadaan

dihipnosis mungkin merasa seolah-olah tak bisa bergerak

meskipun seseorang itu dapat melakukannya. Sementara itu

seseorang tersebut merasa bahwa waktu seakan-akan berjalan

63 Romi Rafael, Hipnoterapi Quit Smoking, (Jakarta: Gagasmedia, 2007), hal. 3

(43)

34

begitu cepat dan juga dalam beberapa saat seseorang mungkin juga

akan mengalami rapid eye movement atau gerakan kelopak mata yang sangat cepat ketika memasuki tahapan hipnosis. Kelopak

mata itu terasa bergetar walaupun orang umumnya tidak sadar

terhadap sensasi ini.

2) Pengertian Tanatologi

Selanjutnya, tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan

yang terjadi setelah kematian serta faktor yang memengaruhi

perubahan tersebut.64 Menurut pengertian tersebut, dapat dikatakan

bahwa tanatologi mempelajari kematian dari mulai awal hilangnya

nyawa seseorang sampai segala perubahan yang terjadi setelah

beberapa saat seseorang mengalami kematian. Dalam ilmu

kedokteran, tanatologi membahas tentang kematian yang termasuk

dalam ilmu forensic.Sedang di dalam kamus saku kedokteran

Dorland edisi 28 terdapat kata thanat(o) yang di ambil dari unsur kata bahasa Yunani yang mempunyai arti death atau mati.65

Di dalam Islam juga terdapat banyak ayat al-Qur’an, hadist,

dan keterangan-keterangan yang menjelaskan tentang kematian.

Dimulai dari tanda-tanda seseorang yang akan menemui ajalnya,

64 Pengertian Tanatologi, http://id.wikipedia.org/wiki/Tanatologi pada tanggal 21 April

2015 pukul 02.00

65 Soemarmo Markam. dkk, Kamus Kedokteran , (Jakarta: Lembaga Penerbit UI, 2011),

(44)

35

ketika ajal, sampai gambaran-gambaran tentang alam setelah

seseorang itu menghadapi kematian, yaitu alam kubur. Lebih luas

Islam menjabarkan alam setelah kehidupan ini. Walaupun sulit

terjangkau oleh fikiran manusia, namun petunjuk melalui kitab suci

al-Qur’an cukup untuk memperingatkan manusia akan adanya

siksa dan balasan atas apa yang telah dilakukan oleh manusia

selama hidupnya.

Salah-satu ayat di dalam al-Qur’an yang membahas tentang

kematian yaitu QS. Ali Imron ayat 185 :

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.Dan sesungguhnya

pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Tanatologi atau ilmu tentang kematian ini dibahas oleh

Komaruddin Hidayat dalam bukunya yang berjudul Psikologi

Kematian. Di dalamnya terdapat penjelasan terkait tentang

kematian yang dibahas dengan kacamata psikologi, yaitu

penolakan manusia terhadap kematian. Kematian dapat

(45)

36

menimbulkan sebuah pemberontakan yang menyimpan kepedihan

dalam setiap jiwa manusia. Yaitu, kesadaran dan keyakinan bahwa

mati pasti akan tiba dan punahlah semua yang dicintai serta yang

dinikmati dalam hidup ini. Kesadaran ini lalu memunculkan

sebuah protes berupa penolakan bahwa masing-masing dari

manusia tidak mau mati. Setiap orang berusaha menghindari semua

jalan yang mendekatkan ke pintu kematian. Dan jiwa manusia

cenderung mendambakan keabadian. Pemberontakan dan

penolakan akan kematian ini secara psikologis telah melahirkan

dua mazhab. Pertama adalah mazhab religious, yaitu mereka yang

menjadikan agama sebagai rujukan bahwa keabadian setelah mati

itu ada dan untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi maka

seseorang yang religious menjadikan kehidupan akhirat sebagai

objek dan target paling tinggi. Kehidupan dunia selayaknya

dinikmati, tetapi bukan sebagai tujuan akhir dari kehidupan.

Apapun yang dilakukan di dunia dimaksudkan sebagai investasi

kejayaan di akhirat. Kedua, madzab sekuler yang tidak peduli dan

tidak yakin akan adanya kehidupan setelah mati. Orang-orang

sekuler menjadikan kenikmatan duniawi sebagai target yang paling

puncak.66

Mempelajari kematian akan membuat seseorang mengingat

bahwa kelak seseorang itu juga akan menempuh ajalnya. Adapun

66Komaruddin Hidayat, Psikologi Kematian, (Yogyakarta: Hikmah, 2008), hal. 20

(46)

37

dampak-dampak mengingat mati seperti yang disebutkan dalam

ucapan Amirul Mukminin, yaitu67:

1. Barang siapa mengingat kematian, ia rela mendapatkan bagian

sedikit di dunia.

2. Barang siapa mengingat kematian, ia lupa akan angan-angan.

3. Nasihat terbaik adalah melihat tempat tersungkurnya

orang-orang meninggal dan mengambil pelajaran dari kematian para

leluhur.

Amirul Mukminin juga menganjurkan sesering mungkin untuk mengingat kematian supaya kelak dapat menikmati kebahagiaan

setelah kematian.68

3) Hipnotanatologi

Hipnotanatologi adalah teknik terapi yang menggabungkan

antara hipnosis dan ilmu kematian dalam Islam. Tahapan terapi

hipnotanatologi akan sedikit berbeda dengan hipnoterapi pada

umumnya. Hipnotanatologi mengedepankan penyadaran tentang

akan datangnya ajal bagi setiap manusia. Walau berbeda dengan

hipnoterapi pada umumnya, hipnotanatologi masih menggunakan

tahapan yang ada di struktur dasar hipnoterapi, yaitu pre talk,

induction, deepning and trance level test, sugestion, dan

termination.

67Rod Lahij, Dalam Buaian Nabi: Merajut Kebahagiaan Si Kecil: Cara Rasulullah SAW Mendidik dan Menyukseskan Anak, (Jakarta: Zahra, 2005), hal. 210

(47)

38

c. Tujuan dan Dasar dari Terapi Islam melalui Hipnotanatologi

Tujuan dari adanya terapi Islam melalui Hipnotanatologi masih

sejalan dengan tujuan dari dari konseling Islam, yaitu membantu

individu dalam membantu manusia dalam melaksanakan tugasnya

sebagai khalifah dan eksistensinya sebagai makhluk sosial di muka

bumi, hingga manusia dapat hidup dengan pehun rasa tenang dan

aman, di dunia dan juga di akhirat.69 Terapi Islam melalui

hipnotanatologi ini juga bertujuan untuk mengubah perilaku seseorang

agar menjadi lebih baik dan senantiasa menjunjung kebenaran sesuai

dengan salah-satu tujuan dari dakwah, yaitu amar makruf nahi mungkat yang maksudnya adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan. Amar makruf nahi mungkar dilakukan dengan hikmah dan dengan kasih sayang sehingga dapat menjadi

rahmatan lil alamin.70

H. Roosdi A.S merumuskan tujuan-tujuan umum dari dakwah yang

lebih operasional dan dapat dievaluasi keberhasilan yang telah dicapai

yaitu tingkat keistiqamahan di dalam mengerjakan shalat, tingkat

keamanahan dan kejujuran, berkurangnya angka kemaksiatan, dan

sebagainya.71 Terapi Islam melalui hipnotanatologi juga memiliki

tujuan yang mengarah kepada penyadaran akan pentingnya kejujuran,

69 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 31 70 A. Mustofa Bisri, Membuka Pintu Langit: Momentum Mengevaluasi Perilaku, (Jakarta:

Kompas, 2011), hal. 45

71 K.H. Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani, 1998), hal. 78

Gambar

Tabel 1.1. Pegambilan Sampel
Tabel 3.1. Struktur Organisasi SMP Among Siswa
Tabel. 3.2. Implementasi Hipnotanatologi
Tabel tersebut menyatakan bahwa setelah mengikuti terapi Islam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pertanian yang di peroleh petani perempuan disisihkan sebagian sebagai tabungan keluarga untuk kebutuhan di masa depan, sehingga dengan perempuan bekerja pada sektor pertanian

Berdasarkan hasil analisis finansial investasi kapal khusus angkutan ternak baru dengan skenario rute Celukan Bawang-Tanjung Priok- Cirebon, menunjukkan, bahwa investasi

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan obat herbal yang berpotensi sebagai anti kanker antara lain menguji toksisitas ekstrak daun sirsak ( Annona

Jawab:.. auditor dapat menetukan materialitas tuntutan hukum tersebut dan pengungkapan yang tepat dalam laporan keuangan. Keterbukaan dalam laporan keuangan akan tergantung

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan mutasi jabatan

Deskripsi strategi kesantunan positif terlihat pada tuturan A1 064 HKK, penutur dalam hal ini Hakim Ketua berusaha menghindari ketidakcocokan keinginan atau

Saya melakukan penugasan yang mungkin ditolak oleh orang lain seperti penugasan tanpa didukung pengetahuan yang memadai tentang bidang usaha klien.. Saya melakukan

Berdasarkan masalah yang nampak tersebut, diperlukan tindakan dengan cara menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga