• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. ESTY YAUMI IFADA Sulistiyowati Cucuk Rahmadi P. 18 25

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3. ESTY YAUMI IFADA Sulistiyowati Cucuk Rahmadi P. 18 25"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BOJONEGORO TAHUN 2010

Esty Yaumi Ifada*,

Sulistiyowati**, Cucuk Rahmadi P***

…………...……….…… …… . .….

ABSTRAK

…… … ...………. …… …… . .…. Kehidupan wanita di bagi dalam beberapa masa, dari masa bayi, kanak-kanak, masa pubertas, masa reproduksi, sampai pada masa menopause. Disetiap masa, wanita mengalami perubahan tertentu pada dirinya, salah satunya masa menopause yang diliputi banyak kecemasan, 80% ibu menopause merasa terdapat tanda cemas dalam menghadapi menopause. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan latihan fisik dengan kecemasan wanita menghadapi menopause di Desa Selorejo, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro.

Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 52 orang, dengan sampel sebanyak 46 orang. Metode sampling yang di gunakan simple random sampling, dengan variabel independen latihan fisik dan variabel dependen kecemasan. Pada penelitian ini menggunakanUji Korelasi Sperman Rankdengan(α = 0,05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden yang rutin latihan fisik mengalami tidak ada kecemasan yaitu 15 responden (75%) dan hampir seluruh responden yang tidak rutin latihan fisik mengalami kecemasan ringan yaitu 5 responden (83,3%) sedangkan hampir sebagian yang tidak pernah latihan fisik mengalami kecemasan sedang 8 responden (40,0%). Dari hasil pengujian statistik diperoleh hasil terdapat hubungan antara latihan fisik dengan kecemasan wanita dalam menghadapi menopause dengan rs = -0,774 dan p value =0,000 dimana p < α (0,000 < 0,05 ).

Melihat hasil penelitian ini maka upaya untuk menurunkan kecemasan dengan cara perlunya melakukan latihan fisik rutin yang baik pada ibu menopause yaitu cukup melakukan jalan kaki pagi hari atau lari ditempat sehingga kecemasan bisa diminimalkan.

Kata kunci :latihan fisik, kecemasan menghadapi menopause

PENDAHULUAN

.……. … …. Kehidupan wanita dapat di bagi dalam beberapa masa, dari Masa bayi, masa kanak-kanak, masa pubertas, masa reproduksi, sampai pada masa menopause / klimakterium. Disetiap masa, Wanita akan mengalami perubahan-perubahan tertentu pada dirinya, salah satunya masa menopause yaitu masa dimana haid pada wanita akan berhenti (Sarwono, 2007). Menurut potter (2005) menopause merupakan terhentinya menstruasi pada wanita terutama karena ketidakmampuan sistem neurohumoral untuk mempertahankan stimulasi periodiknya pada sistem endokrin.

Umumnya wanita Indonesia mengalami menopause di usia 45-55 tahun. Hal yang sama juga dikatakan Braam di kutip Setiyo purwanto (2007), yang menyatakan bahwa sebagian besar wanita, menopause terjadi pada umur antara 45-55 tahun. Meskipun

(2)

Hubungan Latihan Fisik Dengan Kecemasan Wanita Menghadapi Menopause

yang terkait dengan menopause, menurut dokter di University of Pennsylvania. Perubahan-perubahan psikis yang terjadi pada masa menopause akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda antara lain yaitu adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam gejala-gejala psikologis seperti: depresi, mudah tersinggung, dan mudah menjadi marah, dan diliputi banyak kecemasan.

Pada wanita dalam menopause terjadi perubahan-perubahan yang menimbulkan gangguan-gangguan ringan atau kadang berat. Walaupun menopause / klimakterium merupakan masa perubahan, umumnya masa itu dilalui oleh wanita-wanita tanpa banyak keluhan; hanya pada sebagian kecil ( 25% pada wanita Eropa, agak kurang pada wanita indonesia ) ditemukan keluhan yang cukup berat yang menyebabkan wanita bersangkutan minta pertolongan dokter (sarwono, 2007).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada Maret tahun 2010 di Desa Selorejo, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro sebanyak 10 ibu menopause usia 45-55 tahun dan diperoleh hasil bahwa 8 (80%) ibu menopause merasa ada beberapa tanda kecemasan dalam menghadapi menopause sedangkan 2 (20%) ibu menopause tidak merasa ada perubahan yang terjadi dan ibu tidak merasa terdapat tanda cemas dalam menghadapi menopause. Dari data tersebut di dapatkan masih banyaknya ibu menopause yang cemas dalam menghadapi masa menopause. Walaupun sebenarnya menopause di anggap biasa tetapi perlu juga diperhatikan bagaimana cara menghadapi masa menopause karena apabilah kebutuhan yang bersifat fisiologis dan dasar tersebut tidak dipenuhi akan menyebabkan masalah psikis pada ibu menopause.

Faktor–faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi masa menopause antara lain faktor kultural, sosial ekonomi, kebutuhan terhadap kehidupan seksual, gaya hidup seperti keteraturan

Budaya merupakan hasil kelakuan manusia yang tercipta dari proses belajar dan tersusun sebagai tata kelakuan dalam kehidupan masyarakat (soekidjo Notoatmodjo, 2005). Budaya dalam masyarakat berkaitan dengan adat istiadat daerah tersebut, tergantung keyakinan seseorang di dalam menghadapi menopause. Sebagian masyarakat menganggap timbulnya kecemasan pada menopause tergantung situasi psikologis dan merupakan hal yang biasa.

Sosial ekonomi merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap kecemasan pada menopause, karena keadaan ekonomi yang rendah umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi (Nasrul effendi,1998 : 40)

Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, kurang olah raga, stress dan nutrisi yang kurang meningkatkan resiko penyakit dan kebiasaan gaya hidup tersebut yang mengaktifkan respon stress (Potter, 2005). Modifikasi gaya hidup yang sehat dapat mengurangi ketidaknyamanan yang dialami akibat gejala menopause yang terjadi. Modifikasi gaya hidup yang disarankan adalah Nutrisi yang cukup, Olahraga teratur, Meditasi atau yoga dapat membantu untuk relaksasi dan menyesuaikan diri dengan gejala yang dialami pada periode peralihan.

(3)

menikmati hubungan intim dengan pasangannya. Wanita tersebut menyikapi dirinya dengan perasaan kecewa dan gagal dalam hidup, menyesali diri dan penderitaan batin.

Salah satu upaya dalam mengatasi masalah kecemasan pada ibu menopause, maka di perlukan peningkatan peran petugas kesehatan untuk memberikan informasi tentang menopause melalui penyuluhan-penyuluhan yaitu memberikan konseling kepada suami atau keluarga bahwa setiap wanita akan mengalami menopause sehingga Jangan sampai perubahan yang dialami ibu atau istri dianggap sebagai sesuatu yang aneh sehingga ibu menopause tidak mendapatkan dukungan dan bantuan moral yang diperlukan, merubah gaya hidup yang lebih sehat dengan cara olah raga teratur, nutrisi yang cukup, istirahat cukup, sehingga ibu benar-benar siap dalam menghadapi masa menopause.

Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi kecemasan pada menopause maka penulis terdorong untuk mengadakan studi penelitian dengan pokok permasalahan “hubungan latihan fisik dengan kecemasan wanita menghadapimenopause “.

METODE PENELITIAN

.… … .… Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan pendekatanCross Sectional. Populasi penelitian ini adalah wanita yang sudah menopause di Desa Selorejo Kec Baureno, Kab Bojonegoro sebanyak 52 orang. Sedangkan sampelnya adalah ibu menopause usia antara 45– 55 tahun di Desa selorejo kecamatan baureno kabupaten bojonegoro sebanyak 46 orang. Variabel Independent: latihan fisik, Variabel Dependen: kecemasan ibu menopause. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan pengolahan data menggunakan editing, coding, scoring, tabulating kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan uji korelasi spearmen Rank (Rho)

HASIL

.

PENELITIAN

1. Data Umum

1) Gambaran Lokasi Penelitian

Di lihat dari letak geografis Desa Selorejo berada di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro dengan luas desa 175 Ha. Batas wilayah Selorejo utara berbatasan dengan Desa Gunungsari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, timur berbatasan dengan Desa Tlogoagung Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, selatan berbatasan dengan Desa Karangan Kecamatan Kepoh baru Kabupaten Bojonegoro, sedangkan barat berbatasan dengan Desa Tulung agung Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Orbatasi (jarak dari pusat pemerintahan) jarak desa Selorejo dengan pusat pemerintahan adalah sebagai berikut : Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 3 km, jarak dari pusat pemerintah kabupaten 32 km, jarak dari pusat pemerintah provinsi 78 km.

Jumlah penduduk tahun 2010 adalah 3135 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 1478 jiwa dan perempuan sebanyak 1657 jiwa. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah petani

2) Karakteristik Responden

(1) Tabel responden berdasarkan umur Tabel 1 Distribusi responden

berdasarkan umur di Desa Selorejo Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010.

Dari tabel 1 diatas diperoleh hasil bahwa lebih dari sebagian responden berumur 51-55 tahun yaitu 30 responden (65,2%) dan hampir sebagian yaitu 16 responden (34,8%) berumur 45-50 tahun.

No Umur Jumlah

responden

Presentase (%)

1 2

45-50 tahun 51-55 tahun

16 30

34,8 65,2

Jumlah 46 100

(4)

Hubungan Latihan Fisik Dengan Kecemasan Wanita Menghadapi Menopause

(2) Tabel responden berdasarkan pendidikan Tabel 2 Distribusi responden

berdasarkan pendidikan di Desa Selorejo Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010.

Dari tabel 2 diatas diperoleh hasil bahwa hampir sebagian responden berpendidikan SD / Sederajat yaitu 22 responden (47,8%) dan sebagian kecil pendidikan perguruan tinggi yaitu 1 responden (2,2%).

(3) Tabel responden berdasarkan pekerjaan Tabel 3 Distribusi responden

berdasarkan pekerjaan di Desa Selorejo Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010.

Dari tabel 3 diatas diperoleh hasil bahwa lebih dari sebagian responden dengan pekerjaan petani yaitu 24 responden (52,2%) dan sebagian kecil sebagai PNS yaitu 1 responden (2,2%).

2. Data Khusus

1) Tabel responden berdasarkan latihan fisik Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan latihan fisik di Desa Selorejo Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010.

No Latihan fisik Jumlah Responden

Dari tabel 4 diatas diperoleh hasil bahwa hampir sebagian responden rutin latihan fisik dan tidak pernah melakukan latihan fisik masing-masing yaitu 20 responden (43,5%) dan sebagian kecil respoden melakukan latihan fisik tidak rutin yaitu 6 responden (13%).

2) Tabel responden berdasarkan tingkat kecemasan

Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan tingkat kecemasan di Desa Selorejo Kecamatan Baureno

Dari tabel 5 diatas menunjukkan bahwa hampir sebagian ibu menopause mengalami kecemasan ringan sebanyak 22 responden (47,8%) dan sebagian kecil ibu menopause mengalami kecemasan sedang sebanyak 8 responden (17,4%).

(5)

Tabel 6 Tabel silang hubungan latihan fisik dengan kecemasan wanita menghadapi menopause di Desa Selorejo Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010.

No

Kriteria latihan fisik Tingkat Kecemasan Total Tidak ada

kecemasan

Kecemasan Ringan

Kecemasan Sedang 1

2 3

Melakukan rutin Melakukantidak rutin Tidak pernah

15 (75%) 1 (16,7%)

0 (0%)

5 (25%) 5 (83,3%)

12 (60%)

0 (0%) 0 (0%) 8 (40%)

20 (100%) 6 (100%) 20 (100%)

Jumlah 16 (34,8%) 22 (47,8%) 8 (17,4%) 46 (100%) rs = -0,774 p = 0,000

Dari tabel 6 diatas menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden yang melakukan latihan fisik rutin mengalami tidak ada kecemasan yaitu 15 responden (75%) dan hampir seluruh responden yang melakukan latihan fisik tidak rutin mengalami kecemasan ringan yaitu 5 responden (83,3%) dan hampir sebagian yang tidak pernah melakukan latihan fisik mengalami kecemasan sedang 8 responden ( 40,0%). Jadi ada hubungan antara latihan fisik dengan kecemasan dalam wanita menghadapi menopause.

Hasil analisa data dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman rank, menggunakan SPSS versi 11,5 dengan hasil rs = -0,774 dan pvalue = 0,000 dimana p < α (0,000 < 0,05 ) maka H0ditolak yang artinya terdapat hubungan antara latihan fisik dengan kecemasan wanita dalam menghadapi menopause. Dimana jika ibu menopause rutin latihan fisik maka semakin menurun pula tingkat kecemasannya.

PEMBAHASAN

.… .…

1. Latihan fisik ibu menopause di Desa Selorejo, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Selorejo, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro tahun 2010, dari tabel 4 menunjukkan bahwa didapatkan hampir sebagian ibu rutin latihan fisik dan hampir sebagian tidak pernah latihan fisik.

Kemungkinan disebabkan oleh umur dan pekerjaan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Tegartia (2005) latihan fisik atau olah raga merupakan aktivitas yang sengaja di lakukan seseorang yang meluangkan waktu untuk melatih tubuhnya, tidak hanya secara jasmani seperti melatih kekuatan otot dan tubuh tetapi juga kerohanian yang di fokuskan untuk menjaga keseimbangan pikiran pelaku. Maka dengan berolahraga / melakukan latihan fisik rutin dapat mempersehat kondisi fisik sekaligus mendapat ketenangan jiwa. Pada ibu menopause (45-55 tahun) yang tidak bekerja, mereka punya lebih banyak waktu sehingga bisa memanfaatkan waktu yang luang untuk berolah raga / melakukan latihan fisik. Bahkan jika melakukan latihan fisik secara teratur juga dapat membuat tidur nyenyak sehingga pikiran menjadi sehat.

Faktor lain yang mempengaruhi untuk melakukan latihan fisik adalah pekerjaan, hasil penelitian didapatkan lebih dari sebagian bekerja sebagai petani, karena tingkat pekerjaan rendah sehingga mereka sibuk bekerja untuk mencukupi tingkat ekonomi mereka.

(6)

Hubungan Latihan Fisik Dengan Kecemasan Wanita Menghadapi Menopause

latihan fisik maka akan menambah lelah setelah sehari bekerja. Namun anggapan tersebut tidak benar karena latihan fisik yang rutin bisa meningkatkan daya reaksi, konsentrasi, kreativitas dan kesehatan mental. Hal ini dikarenakan tubuh memompa lebih banyak darah sehingga kadar oksigen dalam peredaran darah juga meningkat yang ujungnya mempercepat pemasukkan darah ke otak. Jika otak cukup mendapat asupan darah maka reaksi fisik dan mental seseorang akan meningkat. Disamping pekerjaan, yang dapat mempengaruhi untuk melakukan latihan fisik adalah umur. Dimana pada usia ibu yang sudah menginjak menopause (45-55) sebagian ibu merasa kesehatan diriya sudah menurun sehingga mereka meluangkan waktu untuk berolahraga / latihan fisik agar kesehatan dirinya meningkat.

2. Kecemasan ibu menopause di Desa Selorejo, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa hampir sebagian ibu menopause mengalami kecemasan ringan, dimana kecemasan ini disebabkan umur dan pendidikan.

Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Stuart, Gail (2006). Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, hal ini sering timbul terutama ketika seseorang menghadapi persoalan berat atau situasi yang menegangkan sehingga timbul kegelisahan, kepanikan, kebingungan, dan sebagainya. Walaupun kecemasan pada ibu menopause merupakan reaksi fisiologis, beberapa diantara ibu menopause tersebut mengalami perasaan gelisah, rasa takut dan cemas, dalam menopause.

Pengaruh umur terhadap kecemasan sesuai dari tabel 1 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian ibu menopause berumur 51-55 tahun. Hal ini di pertegas oleh pendapat Baziad (2003) bahwa semakin umur ibu menopause bertambah maka berbagai keluhanpun meningkat sehingga kecemasan

karena mungkin belum siap dengan perubahan yang terjadi pada dirinya yang mulai menjadi tua.

Disamping umur, tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian ibu menopause berpendidikan SD dan sebagian kecil berpendidikan perguruan tinggi. Ibu menopause yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan lebih luas pandanganya dan lebih mudah menerima ide-ide dan cara kehidupan termasuk masa menopause, demikian juga sebaliknya sesorang dengan tingkat pendidikan yang rendah maka seseorang itu akan sulit menerima informasi sehingga terjadi cemas dalam masa menopause. Karena tingkat pendidikan SD lebih rendah dari pada SMP, SMA, dan perguruan tinggi sehingga ibu mengalami kecemasan ringan-sedang.

3. Hubungan Antara Latihan Fisik dengan Kecemasan Wanita Menghadapi Menopause di Desa Selorejo Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Berdasarkan tabel 6 hasil penelitian yang didapatkan hampir sebagian ibu menopause melakukan latihan fisik rutin dan tidak mengalami kecemasan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu menopause yang tidak melakukan latihan fisik bisa mengalami tingkat kecemasan ringan sampai sedang.

Berdasarkan hasil Uji SPSS dengan versi 11,5 dengan menggunakanUji Korelasi Spearman rank dengan rs = -0,774 dan p value = 0,000 dimana p < α (0,000 < 0,05 ) maka H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan antara latihan fisik dengan kecemasan wanita dalam menghadapi menopause. Karena melakukan latihan fisik berpengaruh pada ibu menopause, makin rutin latihan fisik yang di lakukan maka kecemasan pada ibu makin menurun, demikian juga sebaliknya makin jarang / tidak pernah latihan fisik maka kecemasanpun semakin meningkat.

(7)

Kecenderungan cemas/stres akan meningkat pada setiap orang. Cemas/stres tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar kecemasan tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola kecemasan dengan kegiatan-kegiatan yang positif seperti halnya dengan olahraga / melakukan latihan fisik rutin.

Pada dasarnya menopause di anggap biasa tetapi perlu juga diperhatikan bagaimana cara menghadapi masa menopause karena apabilah kebutuhan yang bersifat fisiologis dan dasar tersebut tidak dipenuhi akan menyebabkan masalah psikis pada ibu menopause. Oleh karena itu diperlukan adanya melakukan rutin latihan fisik dan dukungan keluarga maupun partisipasi dari lingkungan sekitar sehingga kecemasan pada ibu bisa di minimalkan. Karena latihan fisik yang rutin secara perlahan memperbaiki keadaan struktur tubuh kita. Mulai dari otot-otot yang terjaga elastisitas dan kekuatannya, kondisi tulang yang kuat dan tidak mudah patah, serta metabolisme tubuh yang terus berkembang dan terjaga dengan baik.

Dari uraian diatas tersebut menunjukkan bahwa kecemasan ibu menopause dipengaruhi latihan fisik dan dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara latihan fisik dengan kecemasan dalam wanita menghadapi menopause sehingga diperlukan untuk rutin latihan fisik sehingga kecemasan dapat menurun atau tidak meningkat.

KESIMPULAN DAN SARAN

. 1. Kesimpulan

1) Hampir sebagian ibu menopause di Desa Selorejo, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro tidak pernah melakukan latihan fisik dan rutin latihan fisik.

2) Hampir sebagian ibu menopause mengalami kecemasan ringan.

3) Ada hubungan antara latihan fisik dengan kecemasan pada wanita menghadapi menopause di Desa Selorejo, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro.

2. Saran

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam membuat kebijakan dalam rangka melakukan latihan fisik rutin dalam menghadapi menopause di dalam posyandu lansia.

Dengan masih banyaknya ibu menopause cemas dalam menghadapi menopause, diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan untuk memberikan informasi tentang menopause melalui kegiatan penyuluhan pada ibu menopause.

. . .

DAFTAR PUSTAKA

. . .

Arikunto Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Aprilia, (2007). Faktor yang mempengaruhi

tingkat kecemasan pada wanita perimenopause,

www.adln.lib.unair.ac.id. Diakses : tanggal 14 mei 2010.

Baziad, Ali. (2003). Menopause dan Andropose. Jakarta : YBPSP

Bimo Walgito, (2007). Psikologi Sosial, Yogyakarta : ANDI.

Budianto, Eko, (2001). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC.

Bobak, (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, E/4. Jakarta : EGC.

Glasier, Anna, (2005). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC.

Hidayat, A.A.A, (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data Jakarta: Salemba Medika.

(8)

Hubungan Latihan Fisik Dengan Kecemasan Wanita Menghadapi Menopause

Manuaba, IBG, (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC. Nursalam, (2003). Konsep dan penerapan

Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: salemba Utama.

Nursalam, (2008). Konsep dan penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba medika.

Pipit Trinoorastuti, (2010). Gaya hidup-bahaya kerja,www.VIVAnews.com. Diakses : tanggal 12 Agustus 2010.

Potter, Patricia A, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik, E/4 Vol 2. Jakarta : EGC.

Purwantyastuti, (2005). Menopause, http://www.osteoporosis.klikdokter.c om.Diakses : tanggal 14 mei 2010. Sarwono Prawirohardjo, (2007). Ilmu

Kandungan. Jakarta : YBPSP. Sugiyono, (2006). Statistik untuk penelitian,

Bandung : Alfabeta

Sobur, (2003). Pengertian-kecemasan, http://WWW. wangmuba.Com. Diakses : tanggal 24 mei 2010.

Nasrul Effendy, (1998). Dasar-Dasar

Keperawatan Kesehatan

Masyarakat, Jakarta : EGC.

Setiyo Purwanto, (2007). Menopause, http://www. wordpress.Com. Diakses : tanggal 24 mei 2010.

Soekidjo Notoadmojo, (2003). Metode Penelitian kesehatan.Jakarta: EGC. Soekidjo Notoadmojo, (2003). Ilmu

Kesehatan Masyarakat (prinsip-prinsip dasar). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soekidjo Notoadmojo, (2005). Metode Penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Stuart, Gail, W, (2006). Buku Saku keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC. Suliswati et al, (2005). Asuhan dasar

keperawatan jiwa. Jakarta : EGC Tegartia, (2009). Latihan Kebugaran,

http://www. wordpress.Com. Diakses : tanggal 25 agustus 2010.

Wahid Iqbal, (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Mengajar dalam Pendidikan. Jakarta: Graha Ilmu.

Gambar

Tabel 3Distribusi
Tabel 6Tabel silang hubungan latihan fisik dengan  kecemasan wanita menghadapi

Referensi

Dokumen terkait

Where there is evidence of impairment, the cumulative loss measured as the difference between the acquisition cost and the current fair value, less any impairment loss on

[r]

cluster random sampling sebanyak dua kelas. Pembelajaran pada kelas eksperimen 1 pendekatan kooperatif menggunakan TPS dan pada kelas eksperimen 2 pendekatan kooperatif

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan kausalitas dan menggunakan data primer (pada variabel bebas yang pertama yaitu

adalah bidang usaha yang memiliki keterkaitan dengan bidang ilmu.

Two examples are presented here: a point cloud derived from Phantom 4 UAS images of the historic dock at Wormsloe; and second, the integration of aerial and terrestrial LiDAR

Ukuran bobot badan ayam PSKB, PSBK, dan BKPS mulai menunjukkan bobot badan yang lebih berat dari ayam kampung sejak umur 6 minggu baik pada jantan maupun betina.. Grafik

Nama pengapalan yang sesuai dengan PBB : Tidak diatur Kelas Bahaya Pengangkutan : Tidak diatur Kelompok Pengemasan (jika tersedia) : Tidak diatur. Bahaya Lingkungan :