LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA “ EVALUASI SEMEN ”
Hari dan tanggal : Senin, 21 Desember 2015
KELOMPOK 2
KETUA : Deni Setiawan ( 0661 14 187 ) ANGGOTA : Endah Irianti ( 0661 11 115 ) Mira Amalia ( 0661 14 177 ) Marita Suzia L ( 0661 14 196 ) Vicri Syihabudin ( 0661 14 204 )
DOSEN : 1. Dra. Moerfiah, M.Si 2. Ir. EMulyati Effendi, M.Si 3. Rouland Ibnudarda, M.Si
ASISTEN DOSEN : 1. Nurfadil Purma
2. Nurul Karima Rahmahuda
LABORATORIUM FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN
ABSTARK
Evaluasi semen digunakan untuk menentukan kualitas semen dan tingkat reproduksi pejantan. Penentuan evaluasi semen di bagi menjadi dua kategori yaitu evaluasi makroskopis dan evaluasi mikroskopis. Praktikum kali ini bertujuan untuk menetepakan kualitas semen dengan pemeriksaan makroskopis meliputi warna, bau, pH, dan viskositas sedangkan untuk menetapkan kualitas semen dengan pemeriksaan mikroskopis meliputi gerakan massa, motilitas, prosentase sperma hidup dan kosentrasi sperma. Semen yang normal berwarna krem atau putih kekuningan dan keruh, tingkat kekeruhannya menunjukan adanya konsentrasi. Sedangkan volume semen merupakan jumlah semen setiap ejakulat. Gerakan massa mencerminkan motilitas dan konsentrasi spermatozoa, dilakukan dengan mengambil satu tetes semen dengan menggunakan pipet pada objek glass amati dibawah mikroskop. Motilitas derajat gerakan sperma secara individu, dilakukan dengan mengambil satu tetes NaCl fisiologis diatas objek glass dicelupkan batang pengaduk yang sudah berisi semen aduk merata,amati dibawah mikroskop. Prosentase sprema hidup untuk dimembedakan spermatozoa yang hidup dan yang mati dilakukan dengan menyediakan dua objek glass teteskan dengan zat warna eosin, tambahkan semen satu tetes lalu diaduk merata dan amati dibawah mikroskop. Kosentrasi spermatozoa jumlah spermatozoa total dalam satuan volume, dilakukan dengan cara dihisap semen dengan pipet sampai skala 0,5 diencerkan dengan NaCl fisiologis sampai skala 101 kocok perlahan. Hasil praktikum kali ini memberikan hasil bahwa sperma itik dengan pemeriksaan makroskopis berwarna putih susu, bau amis dengan volume 0,5 mL, dan pH 7. Sedangkan untuk pemeriksaan mikroskopis 78% sperma hidup, gerakan massa sangat baik, motilitas progesif dan kosentrasi 1048 x 106.
Kata kunci : semen, spermatozoa, motilitas.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Menetapkan kualitas semen dengan
pemeriksaan makroskopis meliputi ;
warna, bau, pH, volume dan
viskositas.
2. Menetapkan kualitas semen dengan
pemeriksaan mikroskopis meliputi ;
gerakan masa, motilitas, prosentase
sperma hidup dan konsentrasi
sperma.
HIPOTESIS
Semakin baik sperma, semakin
keruh (putih susu/bening), pH yang
bagus buat sperma itu 7 (netral),
biasanya sperma semen itik terdapat
lebih dari 100 berdasarkan warna kepala
sperma, gerakan sperma yang bagus
biasanya sangat baik dan motilitas bagus
bagi sperma bersifat progesif.
1. DASAR TEORI
Evaluasi semen dilakukan segera
dilakukan evaluasi semen adalah untuk
menentukan kualitas semen dan tingkat
reproduksi pejantan.
Evaluasi semen meliputi dua
kategori :
1. Evaluasi Makroskopis
2. Evaluasi Mikroskopis
A. Evaluasi Makroskopis 1) Volume
Dapat dilihat langsung pada skala tabung
penampung segera setelah semen
ditampung. Volume semen tergantung
pada spesies ternak, sapi dan domba
umumnya mempunyai volume ejakulat
rendah, sedangkan semen babi dan kuda
mempunyai volume ejakulat yang lebih
tinggi.
Dari jenis ternak tersebut,
volume semen juga dipengaruhi oleh
bangsa, umur, ukuran badan, pakan dan
frekwensi penampungan. Volume semen
sapi bervariasi antara 1-15 ml, semen
domba antara 0,8 - 1,2 ml, kambing
antara 0,5 – 1,5 ml, babi, 150 – 200 ml,
kuda 60 – 100 ml dan ayam antara 0,2 –
0,5 ml.
2) Warna
Warna semen sapi yang normal
adalah seperti susu atau krem
keputih-putihan dan keruh. Derajat kekeruhan
tergantung atas konsentrasi spermatozoa
yang dikandung. Adanya ketidak
normalan dari warna semen, yang
diakibatkan karena kandungan bakteri
tertentu seperti Pseudomonas
aeruginosa sehingga menyebabkan
warna semen sapi menajdi hijau
kekuning-kuningan. Selain itu warna
kecoklatan karena adanya darah yang
telah mengalami dekomposisi.
3) Konsistensi
Konsistensi atau kekentalan atau
viscositas merupakan salah satu sifat
semen yangerat kaitannya dengan
kepadatan atau konsentrasi sperma di
dalamnya. Semakin kental semen maka
dapat diartikan semakin tinggi
konsentrasi sperma. Konsistensi atau
derajat kekentalan dapat dilihat dengan
cara menggoyangkan tabung penampung
berisi semen segar secara perlahan.
Semen dengan konsistensi kental akan
terlihat pada saat memiringkan tabung
gelas penampung dan selanjutnya
kembali pada posisi normal, maka proses
kembalinya larutan semen tersebut ke
posisi tegak akan lama, dibandingkan
dengan semen dengan konsistensi encer.
Semen sapi dan domba
mempunyai konsistensi kental berwarna
krem dengan konsentrasi 1000 juta
semen, sedangkan semen kuda dan babi
mempunyai konsistensi encer.
4) Bau
Semen yang normal umumnya
memiliki bau amis khas disertai bau dari
hewan itu sendiri. Bau busuk bisa terjadi
apabila semen mengandung nanah yang
disebabkan oleh adanya infeksi organ
atau saluran reproduksi hewan jantan
5) PH (Derajat keasaman)
Keasaman atau pH semen perlu
diukur untuk memastikan bahwa cairan
semen hasil penampungan memiliki
karakteristik yang normal.
B. Evaluasi Mikroskopis 1) Motilitas
Motilitas merupakan daya gerak
spermatozoa yang dinilai segera setelah
penampungan semen. Penilaian motilitas
digunakan sebagai ukuran kesanggupan
spermatozoa dalam membuahi sel telur
atau ovum. Motilitas spermatozoa
dipengaruhi antara lain oleh penurunan
suhu yang mendadak (cold shock) atau
peningkatan suhu yang berlebihan.
Untuk memperoleh hasil yang lebih
tepat, sebaiknya semen dievaluasi pada
suhu antara 37o – 40oC dengan
meletakkan gelas objek di atas meja
pemanas (heating table) atau
menggunakan mikroskop yang
dilengkapi pemanas elektrik.
2) Gerakan Masa
Gerakan massa spermatozoa
merupakan petunjuk derajat keaktifan
bergerak sperma,dan ini apat dijadikan
sebagai indikator tingkat atau presentase
sperma hidup danaktif dalam semen.
Gerakan masa spermatozoa dalam suatu
kelompok dapat dievaluasi dengan
adanyakecenderungan bergerak
bersama-sama ke satu arah dan
membentuk gelombanggelombang yang
tebal dan tipis, bergerak cepat atau
lamban tergantung dari konsentrasi
sperma hidup yang terkandung di
dalamnya. Gerakan masa spermatersebut
dapat dilihat dengan bantuan mikroskop
dengan pembesaran 10 x 10. Dengan
meneteskan satu tetes ke atas permukaan
gelas objek dan selanjutnya dilihat di
bawah mikroskop.
Penilaian yang diperoleh
didasarkan atas skor yang tertera pada
tabel 1 dibawah:
Skor Kelas Keterangan 5 Sangat
Bagus
Padat, gelombang
yang terbentuk
besar-besar dan bergerak
sangat cepat. Tidak
individual. Contoh
semen tersebut
mengandung 90%
atau lebih
spermatozoa aktif.
4 Baik Gelombang yan
terbentuk hampir
sama dengan semen
yang memiliki skor 5,
tetapi gerakannya
sedikit lebih lambat.
Contoh semen
tersebut mengandung
70 - 85% atau lebih
spermatozoa aktif.
3 Cukup Gelombang yang
terbentuk berukuran
kecil-kecil yang
bergerak atau
berpindah tempat
dengan lambat.
Contoh semen
tersebut diperkirakan
mengandung 45 -
65% atau lebih
spermatozoa aktif.
2 Buruk Tidak ditemukannya
adanya gelombang
tetapi terlihat gerakan
spermatozoa secara
individual. Contoh
semen tersebut
diperkirakan
mengandung 20 –
40% atau lebih
spermatozoa aktif.
1 Sangat
buruk
Hanya sedikit (sekitar
10%) sel spermatozoa
yang memperlihatkan
tanda-tanda hidup
yang bergerak sangat
lamban.
0 Mati Seluruh spermatozoa
mati, tidak terlihat
adanya spermatozoa
yang bergerak.
3) Konsentrasi Spermatozoa hidup (Motilitas spermatozoa)
Semen yang berkualitas baik
adalah semen yang memiliki kandungan
sperma hidup dan bergerak maju ke
depan dalam jumlah yang banyak.
Perbandingan spermatozoa hidup dan
bergerak ke depan (motil progresif)
dengan konsentrasi spermatozoa total
dengan istilah motilitas spermatozoa.
Adapun cara penentuan motilitas
spermatozoa dalam suatu contoh semen
dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara
yaitu :
Pewarnaan Diferensial
Penilaan ini bertujuan untuk
menghitung jumlah spermatozoa yang
hidup dan mati, didasarkan pada prinsip
perbedaan afinitas zat warna antara
sel-sel spermatozoa yang hidup dan yang
mati. Zat warna yang digunakan adalah
eosin atau eosin-negrosin. Pada waktu
semen segar bercampur dengan zat
warna, sel-sel spermatozoa yang hidup
tidak atau sedikit sekali menghisap
warna (berwarna putih), sedangkan
sel-sel yang mati akan mengisap warna
(merah) karena permeabilitas dinding sel
meningkat saat mati. Satu tetes zat
warna ditempatkan pada gelas objek
yang bersih. Kemudian satu tetes semen
segar ditambahkan dan dicampurkan
dengan merata. Keringkan beberapa saat
dengan bantuan nyala api bunsen.
Kemudian dilihat di bawah mikroskop.
2. ALAT DAN BAHAN Alat :
1. Hemositometer
2. Cover glass
3. Mikroskopik
4. Objek glass
5. Pipet tetes
6. Termos es
Bahan :
1. NaCl fisiologis
2. Semen kelinci/itik
3. METODE KERJA
3.1. Pemeriksaan makroskopik 3.1.1. Warna dan bau
Semen yang normal berwarna krem atau
putih kekuningan dan keruh. Tingkat
kekeruhannya menunjukan adanya
konsentrasi tergantung pada
konsentrasinya. Warna ini disebabkan
adanya pigmen riboflavin. Warna
kemerahan menunjukan adanya darah
segar dan warna kecoklatan menunjukan
adanya darah yang sudah mengalami
dekomposisi, warna hijau kekuningan
menunjukan adanya kontaminasi dengan
nanah dan kuman.
3.1.2. Volume
Volume semen yaitu jumlah semen
setiap ejakulat. Volume ejakulat berbeda
– beda menurut bangsa, umur, ukuran
badan, nutrisi dan nutrisi dan frekuensi
ejakulasi. Daya tahan hidup spermatozoa
dipengaruhi oleh derajat keasaman atau
secara sederhana dilakukan dengan
menggunakan kertas lakmus.
3.2. Pemeriksaan Mikroskopis 3.2.1. Gerakan massa
Gerakan massa mencerminkan
motilititas atau daya gerak dan
konsentrasi spermatozoa. Pemeriksaan
dan penilaian gerakan massa dilakukan
sebagai berikut :
1. Diambil satu tetes semen dengan
menggunakan pipet pada objek glass
yang sudah dibersihkan dengan
alcohol.
2. Diamati dibawah mikroskop, maka
akan timbul gelombang massa
spermatozoa.
3.2.2. Motilitas
Motilitas adalah dejarat gerakan sperma
secara individu. Cara penentuannya
segabai berikut :
a. Diteteskan setetes NaCl fisiologis
diatas sebuah objek glass. Dengan
batang pengaduk yang telah
dicelupkan kedalam tabung semen
yang homogen, aduklah secara
merata.
b. Ditutup dengan gelas penutup (cover
glass) untuk menipiskan preparat
agar mudah diamati dan mengurangi
kecepatan penguapan sehingga tidak
cepat kering.
c. Diperiksa dibawah mikroskop
dengan pembesaran 45 x 10 dan
lakukan penilaian.
3.2.3. Prosentase sperma hidup
untuk membedakan spermatozoa yang
hidup dan yang mati dilakukan
pembuatan preparat apus semen dan
pewarnaan eosin-negrosin.
a. Sediakan dua buah objek glass yang
tipis, bersihkan dengan alcohol,
teteskan zat warna eosin pada ujung
salah satu objek glass.
b. Diambil sedikit semen ± 2% dari
volume zat warna, kemudian aduk
dengan merata. Ditempelkan ujung
objek glass yang lain sehingga
tetesan semen dan zat warna menjadi
seperti garis. Didorong objek glass
yang kedua dengan membentuk
sudut 45° dengan cepat untuk
mendapatkan preparat ulas yang baik
dan tipis. Segera panaskan dan
keringkan. Pekerjaan ini harus
dikerjakan dengan cepat tidak lebih
dari 15 detik.
c. Diamati dibawah mikroskop, mula –
mula dengan perbesaran 10x10,
kemudian 45x10.
d. Dihitung jumlah sperma hidup dan
mati dan tentukan prosentasenya.
Konsentrasi spermatozoa adalah jumlah
total spermatozoa dalam satuan volume
semen (individu/mL).
a. Dihisap semen dengan pipet sampai
skala 0,5.
b. Diencerkan dengan menghisap
secara berkesinambungan NaCl
fisiologis sampai skala 101. Dikocok
perlahan agar homogen dengan
membentuk angka delapan.
Disimpan sementara saudara
menyiapkan bilik hitung.
c. Dibersihkan bilik hitung dengan
menempelkan kapas beralkohol
dengan hati – hati, tutuplah dengan
kaca penutup (cover glass). Dilihat
dibawah mikroskop dan pastikan
bilik hitung yang akan dipakai sudah
benar. Dibawah mikroskop, bilik
hitung akan tampak seperti gambar
dibawah ini.
d. Dimasukan semen yang sudah
diencerkan kedalam bilik hitung
(dengan cara mengocoknya terlebih
dahulu agar homogeny kembali)
dengan menempelkan ujung pipet
dan perbatasan bilik hitung dan kaca
penutup.
e. Dibiarkan spermatozoa mengisi
seluruh bilik hitung, bila sudah tidak
ada aliran, maka mulailah
menghitungnya.
f. Spermatozoa dihitung dalam lima
kotak yang tidak berbatasan untuk
menghindari kesalahan. Masing –
masing kotak dibagi lagi menjadi 16
kotak kecil, jadi keseluruhan
dihitung dalam 5x16 = 80 kotak.
g. Konsentrasi sperma diperoleh
dengan cara mengalikan jumlah
sperma terhitung dengan 106.
4. DATA PENGAMATAN 4.1. Pemeriksaan makroskopik
Parameter Hasil
Warna Putih susu
Bau Amis
Volume 0,5 mL
pH 7
4.2. Pemeriksaan Mikroskopis
Parameter Hasil
% Sperma Hidup 78 % Gerakan Massa Sangat Baik Motilitas Progesif Konsentrasi 1048 x 106
5. PEMBAHASAN
Percobaan pertama yaitu melakukan
permeriksaan secara makroskopis yaitu
dengan mengindetifikasi warna, bau,
volume, dan pH. Didapatkan hasil
sperma kelinci berwarna putih susu,
berbau amis, dengan pH 7 (normal),
literature dalam keaadan normal volume
ejakulat kelinci dewasa antara 0,4 – 1,5
mL dengan konsentrasi rata – rata 150
juta per mL. warna putih susu
menunjukan sperma kelinci yang baik.
Warna ini disebabkan adanya pigmen
riboflavin. Warna kemerahan
menunjukan adanya darah segar dan
warna kecoklatan menunjukan adanya
darah yang sudah mengalami
dekomposisi, warna hijau kekuningan
menunjukan adanya kontaminasi dengan
nanah dan kuman.
Pada percobaan kedua adalah
mengevaluasi semen dengan cara
mikroskopis dengan memeriksa
prosentase sperma hidup, gerakan
sperma, motilitas, dan konsentrasi
sperma. Semen yang berkualitas baik
adalah semen yang memiliki kandungan
sperma hidup dan bergerak maju ke
depan dalam jumlah yang banyak.
Perbandingan spermatozoa hidup dan
bergerak ke depan (motil progresif)
dengan konsentrasi spermatozoa total
dalam suatu contoh semen dikenal
dengan istilah motilitas spermatozoa.
Didapatkan bawah sperma yang hidup
sebanyak 78%. Motilitas merupakan
daya gerak spermatozoa yang dinilai
segera setelah penampungan semen.
Penilaian motilitas digunakan sebagai
ukuran kesanggupan spermatozoa dalam
membuahi sel telur atau ovum. Motilitas
spermatozoa dipengaruhi antara lain oleh
penurunan suhu yang mendadak (cold
shock) atau peningkatan suhu yang
berlebihan. Didapat motilitas bersifat
progesif. Gerakan massa spermatozoa
merupakan petunjuk derajat keaktifan
bergerak sperma,dan ini apat dijadikan
sebagai indikator tingkat atau presentase
sperma hidup danaktif dalam semen. Di
dapatkan hasil gerakan massa sangat
bagus karena padat, gelombang yang
terbentuk besar – besar dan bergerak
sangat cepat tidak tampak sperma secara
individual dan mengandung 78% sperma
hidup.
KESIMPULAN
Dilakukan evaluasi semen adalah
untuk menentukan kualitas semen dan
tingkat reproduksi pejantan. Semakin
baik sperma, semakin keruh (putih
susu/bening), pH yang bagus buat
sperma itu 7 (netral). Dan gerakan
sperma sangat baik dan motilitas sperma
bersifat progesif.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Campbell, N. A., Jane, B.R., Urry, L.A., Mitchell, L.C. Steven, A.W., Peter, V.M., Robert, B.J. 2010. “Biology”. Jakarta: Erlangga.
[2] Effendi, Mulyati. 2015. Penuntun
Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.
[3] Ganong, William F. 1995. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi 14, Jakarta :
EGC.
[4] Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:
EGC.
[5] Irianto, K., 2004. Struktur dan
Fungsi Tubuh Manusia untuk
Paramedis. Yrama Widya: Bandung.
[6] Ramsiyati, D.W, Sriyana, dan Bambang Sudarmadi. 2004. “Evaluasi Kualitas Semen Sapi Potong Pada Berbagai Umur di Peternakan Rakyat”. dalam Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2004. Pasuruan : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
[7] Salisbury, G.W dan N.L Van Demark, 1985. “Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi buatan pada sapi”. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, (Diterjemahkan oleh R. Djanuar).
[8] Solihati, N., Idi, R., Setiawan, R., Asmara, I.Y. dan Sujana, B. I., 2006. “Pengaruh Lama Penyimpanan Semen Cair A yam Buras pada Suhu 5 °C Terhadap Periode Fertil dan Fertilitas Sperma”. dalam Jurnal Ilmu Ternak. 6 (1) : 7-11.
[9] Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi
untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
EGC.