• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH FARMAKOLOGI ANTI ALERGI DARI TUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH FARMAKOLOGI ANTI ALERGI DARI TUM"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FARMAKOLOGI

ANTI ALERGI DARI TUMBUHAN PARE (MOMORDICA

CHARANTIA L.)

Oleh :

Anisa Husnul Ghoida (011310413035)

Dosen Pembimbing : Dr. Ira Arundina,drg,MSi

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Anti Alergi dari Tumbuhan Pare (Momordica charantia L.)” yang menurut penulis dapat memberikan manfaat yang besar bagi mahasiswa-mahasiswi Universitas Airlangga.

Dengan ini penulis mempersembahkan makalah tersebut dengan penuh rasa terima kasih kepada dosen yang telah membimbing dengan baik, semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 26 Maret 2014

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……….. i

Daftar Isi………..…. ii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah………. 2

C. Tujuan………...… 3

BAB II PEMBAHASAN……….…….... 4

A. Penyebab Terjadinya Alergi……….. 4

B. Senyawa Kimia yang Dikandung Tumbuhan Pare………... 7

C. Cara Mengatasi Alergi dengan Tumbuhan Pare………... 9

BAB III PENUTUP……….……… 11

A. Kesimpulan………...……… 11

B. Saran………. 11

(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Meningkatnya angka kejadian alergi selama ini dapat menimbulkan masalah bagi dunia kesehatan. Alergi ditimbulkan karena perubahan reaksi tubuh (menjadi rentan) terhadap suatu bahan yang ada dalam lingkungan hidup kita sehari-hari. Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau respon pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya (Davies, 2003).Ada berbagai cara alergen masuk ke dalam tubuh yaitu melalui saluran pernafasan (alergen inhalatif/alergi hirup), alergen kontak, melalui suntikan atau sengatan, dan alergi makanan (Amargiamargo, 2007).

(6)

limpa. Di Indonesia, secara turun-temurun, tanaman pare banyak dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit, seperti diabetes, luka, dan penyakit infeksi lainnya. Tanaman pare juga dimanfaatkan sebagai anti virus, untuk mengobati penyakit hepatitis, demam, dan campak (Tati, 2004).

Tanaman pare (Momordica charantia L.) mengandung momordisin, memordin, karantin, asam trikosanik, resin, asam resinat, steroid, vitamin A dan C serta minyak lemak yang terdiri atas asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan L-oleostearat, karantin, hydroxytryptamine, serta vitamin A, B, dan C, yang dalam ilmu farmasi dikenal sebagi senyawa antiradang, antioksidan, analgesik, antivirus (khususnya HIV), serta mencegah keracunan hati, antialergi, dan anti kanker (Damayanti, 2008).

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai anti-alergi dari tumbuhan pare (Momordica charantia L.). Penulis menggunakan metode studi pustaka dari berbagai sumber.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat pada makalah ini adalah :

1. Apa penyebab terjadinya alergi?

2. Apa sajakah senyawa kimia yang dikandung tumbuhan pare (Momordica charantia L.)?

3. Bagaimana cara mengatasi alergi dengan tumbuhan pare (Momordica charantia L.)?

(7)

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui penyebab terjadinya alergi

2. Mengetahui senyawa kimia yang dikandung tumbuhan pare (Momordica charantia L.)

(8)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyebab Terjadinya Alergi

Alergi adalah reaksi hipersensitivitas yang diinisiasi oleh mekanisme imunologis spesifik yang diperantai oleh imunoglobulin E (IgE) (Akib, 2010). Proses alergi meliputi 2 langkah yaitu langkah pertama dimulai dengan kepekaan, selama tahap awal dari sensitisasi, menghasilkan sejumlah besar antibodi IgE terhadap alergen yang dihirup, ditelan, atau zat yang disuntikkan. Sebagian sel B memori akan muncul yang mampu menghasilkan lebih banyak antibodi IgE spesifik jika terpapar kembali dengan alergen yang sama di kemudian hari. Tahap kedua pembentukan antibodi IgE untuk menempel pada reseptor yang dimiliki oleh basofil atau sel mast di mukosa permukaan kulit, saluran pencernaan, dan sistem pernafasan (Akan, 2007). Reaksi alergi dapat mempengaruhi hampir semua jaringan atau organ dalam tubuh, dengan manifestasi klinis tergantung pada organ target. Manifestasi klinis umum dari alergi termasuk asma, dermatitis atopik, rinitis alergik, dan urtikaria/angiodema. Alergi makanan dan dermatitis atopik adalah umum pada anak usia dini. Dan berisiko terjadinya asma dan rinitis pada anak di kemudian hari (Arshad, 2005).

Alergi dapat disebabkan karena alergen seperti obat, makanan atau oleh pengaruh lingkungan. Alergi obat adalah reaksi intoksikasi yang terjadi karena adanya reaktivitas terubah sistem imun tubuh pasien sebagai akibat kontak sebelumnya dengan obat yang berfungsi sebagai antigen atau alergen. Obat yang paling sering menimbulkan reaksi alergi adalah penisilin dan turunannya. Seseorang yang mempunyai IgE yang merespon penisilin, jika orang tersebut diinjeksi dengan penisilin akan mengalami shock anafilaksis bahkan dapat menimbulkan kematian. Harus dihindari dengan sangat

(9)

pemakaian penisilin terhadap pasien yang mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan terutama yang mempunyai struktur mirip (Rifa’i, 2011). Sedangkan alergi makanan adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh reaksi IgE terhadap bahan (zat kimia) makanan dan merupakan jenis alergi yang mengkhawatirkan (Chapman, 2006). Kejadian alergi makanan dipengaruhi oleh genetik, umur, jenis kelamin, pola makan, jenis makanan awal, jenis makanan, dan faktor lingkungan. Penyakit alergi merupakan gangguan kronik yang umum terjadi pada anak-anak dan dewasa (Haahtelah, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Oehling et al. dalam Prawirohartono pada 400 anak umur 3-12 tahun didapatkan data bahwa 60% penderita alergi makanan adalah perempuan dan 40% laki-laki. Pola makan (eating habits) juga memberi pengaruh terhadap reaksi tubuh, contohnya populasi di Skandinavia sering menderita alergi terhadap ikan. Pengaruh lingkungan juga dapat menyebabkan timbulnya alergi. Adanya alergen pada lingkungan hidup kita dapat meningkatkan risiko alergi, seperti asma. Alergen ini seperti serpihan kulit binatang peliharaan, tungau debu rumah, jamur, dan kecoa. Berbagai penyakitpun timbul karena alergi seperti asma, urtikaria, dermatitis atopi, bahkan diabetes mellitus.

(10)

Urtikaria dalam istilah umum pada masyarakat disebut biduran. Histamin yang dilepaskan oleh sel mast yang teraktivasi oleh alergen pada kulit menyebabkan rasa gatal dan bengkak berwarna merah pada kulit.

Dematitis kontak alergik didasari oleh reaksi imunologis berupa reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV) dengan perantara sel limfosit T. Terdapat dua tahap dalam terjadinya dermatitis kontak alergik, yaitu tahap induksi (sensitivitasi) dan tahap elisitasi. Tahap sensitivitasi dimulai dengan masuknya antigen (hapten berupa bahan iritan) melalui epidermis. Kemudian sel langerhans yang terdapat di epidermis menangkap antigen tersebut selanjutnya akan diproses dan diinterpretasikan pada sel limfosit T. Limfosit T mengalami proliferasi dan diferensiasi pada kelenjar getah bening, sehingga terbentuk limfosit T yang tersensitivitasi. Fase elisitasi terjadi jika terdapat pajanan ulang dari antigen yang sama. Antigen yang telah dikenal itu akan langsung mempengaruhi sel limfosit T yang telah tersensitivitasi yang kemudian akan dilepaskan sebagai mediator yang akan menarik sel-sel radang. Hal inilah yang selanjutnya menimbulkan gejala klinis dermatitis.

Pernafasan merupakan jalan utama sebagai masuknya bahan-bahan alergen. Kebanyakan orang hanya terpengaruh sedikit oleh adanya alergen yang masuk, misalnya menimbulkan bersin, batuk maupun keluarnya ingus. Batuk merupakan salah satu upaya pertahanan tubuh. Refleksi batuk terjadi akibat terangsangnya reseptor batuk yang terdapat pada saluran pernafasan oleh rangsangan kimiawi atau mekanis. Rangsangan yang dapat menimbulkan batuk adalah udara dingin, benda asing seperti debu, radang pada saluran nafas, lender pada saluran nafas, dan kontraksi saluran pernafasan (Lubis,2005).

Diabetes mellitus kini menjadi ancaman yang serius bagi manusia dan telah menjadi penyebab kematian urutan ke-7 di dunia. Di Indonesia sendiri penyandang diabetes mellitus diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4

(11)

juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Dan angka tersebut menempatkan Indonesia di peringkat ke-4 jumlah penyandang diabetes mellitus terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina.

B. Senyawa Kimia yang Dikandung Tumbuhan Pare (Momordica charantia L.)

Salah satu tumbuhan yang berperan dalam mengatasi masalah alergi adalah pare (Momordica charantia L). Tanaman pare berasal dari kawasan Asia Tropis, namun belum dipastikan sejak kapan tanaman ini masuk ke wilayah Indonesia. Tanaman pare adalah tanaman herbal yang dapat hidup selama satu tahun atau lebih, serta tumbuh menjalar dan merambat. Tanaman yang merupakan sayuran buah ini berwarna hijau dan mempunyai daun yang berbentuk menjari dengan bunga yang berwarna kuning. Tanaman pare ini sangat mudah dibudidayakan dan tumbuhnya pun tidak tergantung pada musim (Jai, 2011). Berikut ini adalah sistematika tumbuhan pare : (Depkes RI, 2001)

Jenis : Momordica charantiaL.

(12)

flavonoid, steroid/triterpenoid, asam fenolat, alkaloid, dan karotenoid. Biji: asam lemak, asam butirat, asam palmitat, asam linoleat, dan asam stearat (Tati, 2004). Pare (Momordica charantia L.) mengandung beta karoten, vitamin C, vitamin E, saponin, flavonoid, polifenol, lectin dan fiber (Nadesul, 2002). Saponin, flavonoid, polifenol, vitamin C, E dan beta karoten adalah senyawa antioksidan yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan, terutama flavonoid dan polifenol, diketahui secara medis sebagai senyawa anti tumor, anti alergi, anti iskemia dan anti peradangan (Lestari, 2005). Senyawa polifenol dan flavonoid dalam pare merupakan antioksidan kuat yang berkhasiat anti tumor, anti alergi, anti iskemia, dan anti peradangan yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke (Safitri, 2004). Flavonoid terdiri atas struktur dasar inti flavan di mana dua cincin benzen dihubungkan oleh cincin piran yang mengandung oksigen. Flavonoid dibagi atas flavonol, flavon, flavan dan isoflavon. Beberapa contoh yang terdapat dalam pangan adalah mirisetin, quersetin, luteolin, apigenin, genistein dan krisin (Silalahi, 2006). Buahnya telah lama dipakai sebagai obat di Cina sejak tahun 1578. Selain secara tradisional sebagai tonikum, obat batuk, obat antimalaria, penambah nafsu makan dan penyembuh luka, ratusan riset telah dilakukan diberbagai negara untuk mengetahui efek buah pahit ini terhadap kadar gula darah. Hasil riset yang telah dilakukan di berbagai negara tersebut ternyata mempertegas khasiat buah pare sebagai antidiabetes. Buah pare yang belum masak banyak mengandung saponin, flavonoid dan polifenol (antioksidan kuat) serta glikosida kukurbitasin, momordisin dan karantin. Pada hewan coba, dapat diketahui bahwa efek pare dalam menurunkan kadar gula darah adalah dengan cara mencegah usus menyerap gula yang dimakan. Selain itu pare juga diduga mempunyai senyawa yang mirip sulfonylurea (obat antidiabetes yang paling tua dan banyak dipakai). Obat jenis ini menstimulir sel beta pankreas tubuh untuk memproduksi insulin lebih banyak.

(13)

Efek pare dalam menurunkan gula darah pada kelinci diperkirakan juga serupa dengan mekanisme insulin (Ekasari, 2011).

Beberapa literatur menyebutkan bahwa salah satu senyawa yang mempunyai efek sebagai anti alergi adalah senyawa golongan flavonoid. Maka pare (Momordica charantia L.) yang mengandung senyawa golongan flavonoid dapat digunakan sebagai anti alergi.

C. Cara Mengatasi Alergi dengan Tumbuhan Pare (Momordica charantia L.)

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa tumbuhan pare (Momordica charantia L.) dapat mengatasi penyakit yang timbul akibat alergi seperti asma, urtikaria, dermatitis atopi, bahkan diabetes mellitus. Berikut ini adalah cara untuk mengatasi penyakit tersebut beserta dosisnya :

1. Asma

Untuk mengatasi asma siapkan secangkir daun pare segar ditambah 1 sendok makan madu untuk diminum sekali sehari selama 3 bulan.

2. Gatal-gatal

Ketika timbul gatal-gatal pada kulit karena alergi, siapkan daun pare segar ± 1 cangkir, diambil sarinya kemudian tambahkan 1 sendok teh sari jeruk limau. Minum sari tadi sebagai obat, seteguk demi seteguk ketika perut kosong. Minum sari tersebut satu kali sehari selama 4-5 bulan. 3. Batuk

Seringkali alergi menimbulkan batuk-batuk. Ketika batuk siapkan daun pare ± 1/

3 genggam, buah pir dan garam secukupnya. Tumbuk daun

pare hingga halus, lalu rebus bersama-sama buah pir sambil dibubuhkan garam.

(14)

Dosis yang sering dipakai untuk mengatasi diabetes adalah dengan mengkonsumsi 50-60 ml jus buah pare sehari. Penggunaan dosis yang lebih tinggi dari buah pare ini dapat mengakibatkan sakit perut dan diare. Juga perlu dipertimbangkan apabila penggunaanya digabung dengan obat antidiabetes dari dokter. Sedangkan bagi para ibu hamil, anak-anak dan orang-orang yang kadar gulanya cenderung rendah, tidak dianjurkan karena bisa membahayakan. Bagi wanita hamil, sebaiknya konsumsi pare dibatasi karena percobaan pada tikus menunjukkan pemberian jus pare menimbulkan keguguran.

(15)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Penyebab terjadinya alergi adalah karena alergen seperti obat, makanan atau oleh pengaruh lingkungan.

2. Senyawa kimia yang dikandung tumbuhan pare (Momordica charantia L.) adalah β-karoten, vitamin C, vitamin E, saponin, flavonoid, polifenol, lectin dan fiber. Flavonoid berguna untuk mengatasi alergi.

3. Cara mengatasi alergi dengan tumbuhan pare pare (Momordica charantia L.) antara lain :

a. Asma : secangkir daun pare segar ditambah 1 sendok makan madu untuk diminum sekali sehari selama 3 bulan

b. Gatal-gatal : daun pare segar ± 1 cangkir, diambil sarinya kemudian tambahkan 1 sendok teh sari jeruk limau diminum satu kali sehari selama 4-5 bulan

c. Batuk : daun pare ± 1/

3 genggam, buah pir dan garam secukupnya.

Tumbuk daun pare hingga halus, lalu rebus bersama-sama buah pir sambil dibubuhkan garam

d. Diabetes Mellitus : 50-60 ml jus buah pare sehari.

B. SARAN

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Bawa, Gede. 2009. Isolasi dan Identifikasi Golongan Senyawa Toksik dari Daging Buah Pare, Jurnal Kimia 3 (2) Universitas Udayana, (Online), Majalah Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Vol.15 No.1, (Online), (http://lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/metadata-20328960.pdf, diakses 27 Maret 2014).

Ermawati, Elly Fauziah. 2010. Efek Antipiretik Ekstrak Daun Pare pada Tikus Putih Jantan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, (Online), (http://eprints.uns.ac.id/2546/1/134460808201008261.pdf, diakses 27 Maret 2014).

Lamanepa, Maria Ema Lestari. 2005. Perbandingan Profil Lipid dan Perkembangan Lesi Aterosklerosis pada Tikus Wistar yang diberi Diet Perasan Pare dengan Diet Perasan Pare dan Statin. Tesis. Magister Ilmu Biomedik Universitas Diponegoro, (Online), (http://eprints.undip.ac.id/12520/, diakses 26 Maret 2014).

Lestari, Fatma dkk. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada Pekerja di PT Inti Pantja Press Industri. Majalah Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Vol.11 No.2, (Online),

(http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/70c691f6a92367a7cb6411e3432cd

b7c9135602f.pdf, diakses 30 Maret 2014).

Mulyanti, Sri dkk. 2010. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Aktif Antidiabetes Daging Buah Paria (Momordica charantia L.). Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia, Vol.1 No.2, (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/JURNAL_SAINS_DAN_TEKNOLOGI _KIMIA/Jurnal_Sains_dan_Teknologi_Kimia_Jilid_1_No.2/

ISOLASI_DAN_KARAKTERISASI_SENYAWA_METABOLIT_SEKUNDE

(17)

R_DARI__FRAKSI_AKTIF_ANTIDIABETES_DAGING_BUAH_PARIA.pd f, diakses 27 Maret 2014).

Naid, Tadjuddin dkk. 2012. Analisis Kadar β-Karoten pada Buah Pare (Momordica charantia L.) Asal Ternate secara Spektrofotometri UV-VIS. Majalah Farmasi dan Farmakologi Universitas Hasanuddin, Vol.16 No.3, (Online), charantia L.) sebagai Antimikroba terhadap Escherichia coli secara in Vitro. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, (Online), (http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/THEOLA

%20VALENCIA%20%280910710122%29.pdf, diakses 26 Maret 2014). Paramita, Opy Dyah. 2011. Hubungan Asma, Rinitis Alergik, Dermatitis Atopik

dengan IgE Spesifik pada Anak Usia 6-7 Tahun. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, (Online), (http://eprints.undip.ac.id/31178/, diakses 26 Maret 2014).

Rachmawati, Sri dkk. 2001. Kandungan Kimia Daun Pare (Momordica charantia Linn.) dan Efek Antelmintik terhadap Cacing Lambung (Haemonchus Contortus Rudolphi). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Sains dan Teknologi Nasional, (Online), (http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pronas-107.pdf, diakses 26 Maret 2014).

Rifa’i, Muhaimin. 2011. Alergi dan Hipersensitif. Diktat. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya, (Online),

(http://muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/Alergi-hipersensitif-diktat1.pdf, diakses 26 Maret 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Klien : ( menarik nafas) Yang paling utama ialah sikap saya : ( menarik nafas) Yang paling utama ialah sikap saya sendiri iaitu masalah kewangan sebab saya ni memang sendiri

Jika pada site sudah tidak ditemukan nilai counter yang dibawah standard threshold dan kualitas throughput sudah optimal, maka bisa diambil kesimpulan dari metode yang

Setiap individu tidak dapat lari daripada menghadapi masalah. Dengan itu, bagaimana individu menyelesaikan masalah adalah sangat penting. Sekiranya individu tersebut

Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan antara lain kelompok Bahan Makanan sebesar 0,88 pesen; kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar

Hasil dari Beta tersebut adalah Y = 1,150 + 0,524X1 yang dapat disimpulkan jika konstanta sebesar 1,150 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan atau penurunan nilai dari

Katup penyalur (delivery valve) berfungsi mencegah bahan bakar dari dalam pipa tekanan tinggi masuk ke dalam ruang elemen pompa dan mengisap sisa bahan bakar dari injector pad

(abandonment) terhadap instalasi atau fasilitas produksi yang sudah tidak terpakai lagi, diatur juga didalam Surat Keputusan Nomor KEP-0139/BP00000/2010/SO tentang

Seorang wanita usia 26 tahun G3P2A0 hamil usia 39 minggu datang dengan keluhan keluar cairan dari kemaluan 4 jam SMRS?. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70, Nadi 86x/menit, RR