• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDONESIA PADA MASA ORDE LAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INDONESIA PADA MASA ORDE LAMA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

“ INDONESIA PADA MASA ORDE LAMA”

Dosen Pengampu : Heni Tri Agustina, S.Sos

Disusun oleh FISIP A /

SMT IV

:

1. FALIA LAILATUS SOIBAH NIM 13 341 0011 2. DEWI MUTIARA PERTIWI NIM 13 341 0023

3. RISKA PRILIA NIM 13 341 0039

4. PUTRI SANTIAYU NINGRUM NIM 13.341

0048

5. EVA QONITA NIM 13.341.0109

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO

(2)

TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas berkat dan

rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “

INDONESIA

PADA MASA ORDE LAMA” ini dengan baik meskipun masih banyak terdapat

kesalahan.

Dan tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada guru pembimbing yang

telah membantu atas terselesaikanya makalah yang berjudul “

INDONESIA PADA

MASA ORDE LAMA” ini dengan baik

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada para pembaca makalah ini

khususnya mahasiswa dan mahasiswi yang mempelajari makalah ini. Semoga makalah

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penulisan... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pemerintahan Pada Masa Orde Lama... 3

2.2 Pelaksanaan Sistem Politik Orde Lama... 4

2.3 Peristiwa Pada Masa Orde Lama... 11

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN... 16

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama hampir 57 tahun sebagai bangsa merdeka kita dihadapkan pada panggung sejarah perpolitikan dan ketatanegaraan dengan dekorasi, setting, aktor, maupun cerita yang berbeda-beda. Setiap pentas sejarah cenderung bersifat ekslusif dan Steriotipe. Karena kekhasannya tersebut maka kepada setiap pentas sejarah yang terjadi dilekatkan suatu atribut demarkatif, seperti Orde Lama, Orde Baru Dan Kini Orde Reformasi.

Karena esklusifitas tersebut maka sering terjadi pandangan dan pemikiran yang bersifat apologetik dan keliru bahwa masing-masing Orde merefleksikan tatanan perpolitikan dan ketatanegaraan yang sama sekali berbeda dari Orde sebelumnya dan tidak ada ikatan historis sama sekali

Orde Baru lahir karena adanya Orde Lama, dan Orde Baru sendiri haruslah diyakini sebagai sebuah panorama bagi kemunculan Orde Reformasi. Demikian juga setelah Orde Reformasi pastilah akan berkembang pentas sejarah perpolitikan dan ketatanegaraan lainnya dengan setting dan cerita yang mungkin pula tidak sama.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana masa pemerinahan pada waktu Orde Lama? b. Bagaimana pelaksanaan Sistem Politik Orde Lama?

c. Apa saja perisiwa penting yang terjadi pada masa Orde Lama?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui masa pemerinahan pada waktu Orde Lama b. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem politik Orde Lama

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pemerintahan pada Masa Orde Lama

Orde Lama adalah sebuan bagi masa pemerinahan Presiden Soekarno di Indonesia. Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1965. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer.

Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia

menggunakan sistem ekonomi komando. Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hattasebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan

Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.

Secara umum, hubungan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan Soekarno sebagai Presiden, sangat dinamis, bahkan kadang-kadang terjadi gejolak. Konflik ini mencapai puncaknya. Setelah pemilihan umum 1955, Presiden Soekarno mengajukan konsep Demokrasi Terpimpin pada tanggal 21 Februari 1957 di hadapan para pemimpin partai dan tokoh masyarakat di Istana Merdeka. Presiden Soekarno mengemukakan Konsepsi Presiden, yang pada pokoknya berisi:

a. Sistem Demokrasi Parlementer secara Barat, tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia, oleh karena itu harus diganti dengan Demokrasi Terpimpin.

(7)

berdasarkan perimbangan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Konsepsi Presiden ini, mengetengahkan pula perlunya pembentukan Kabinet Kaki Empat yang mengandung arti bahwa keempat partai besar, yakni PNI, Masyumi, Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Komunis

2.2 Pelaksanaan Sistem Politik Orde Lama 2.2.1 Demokrasi Liberal (1950 – 1959)

Dalam proses pengakuan kedaulatan dan pembentukan kelengkapan negara, ditetapkan pula sistem demokrasi yang dipakai yaitu sistem demokrasi liberal. Dalam sistem demokrasi ini presiden hanya bertindak sebagai kepala negara. Presiden hanya berhak mengatur formatur pembentukan kabinet. Oleh karena itu, tanggung jawab pemerintah ada pada kabinet. Presiden tidak boleh bertindak sewenang-wenang. Adapun kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.

Dalam sistem demokrasi ini, partai-partai besar seperti Masyumi,PNI,dan PKI mempunyai partisipasi yang besar dalam pemerintahan. Dibentuklah kabinet-kabinet yang bertanggung jawab kepada parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat ) yang merupakan kekuatan-kekuatan partai besar berdasarkan UUDS 1950.

Setiap kabinet yang berkuasa harus mendapat dukungan mayoritas dalam parlemen (DPR pusat). Bila mayoritas dalam parlemen tidak mendukung kabinet, maka kabinet harus mengemblikan mandat kepada presiden. Setelah itu, dibentuklah kabinet baru untuk mengendalikan pemerintahan selanjutnya. Dengan demikian satu ciri penting dalam penerapan sistem Demokrasi Liberal di negara kita adalah silih bergantinya kabinet yang menjalankan pemerintahan.

(8)

Masyumi yang menjadi partai politik terbesar saat itu. Program kerja Kabinet Natsir pada masa pemerintahannya secara garis besar sebagai berikut ;

a. Menyelenggarakan pemilu untuk konstituante dalam waktu singkat b. Memajukan perekonomian, keeshatan dan kecerdasan rakyat c. Menyempurnakan organisasi pemerintahan dan militer d. Memperjuangkan soal Irian Barat tahun 1950.

e. Memulihkan keamanan dan ketertiban.

Dalam menjalankan kebijakannya, kabinet ini banyak memenuhi hambatan terutama dari tubuh parlemen sendiri. Bentuk negara yang belum sempurna dengan beberapa daerah masih berada ditangan pemerintahan Belanda memperuncing masalah yang ada dalam kabinet tersebut. Perbedaan politik antara presiden dan kabinet tersebut menyebabkan kedekatan antara presiden dengan golongan oposisi (PNI). Hal itu menentang sistem politik yang telah berlaku sebelumnya, bahwa presiden seharusnya memiliki sikap politik yang sealiran dengan parlemen. Secara berturut-turut setelah kejatuhan kabinet Natsir, selama berlakunya sistem Demokrasi Liberal, presiden membentuk kabinet-kabinet baru hingga tahun 1959.

Pada masa Demokrasi Liberal ini juga berhasil menyelenggarakan pemilu I yang dilakukan pada 29 september 1955 dengan agenda pemilihan 272 anggota DPR yang di lantik pada 20 Maret 1956. Pemilu pertama tersebut juga telah berhasil badan konstituante (sidang pembuat UUD). Selanjutnya badan konstituante memiliki tugas untuk merumuskan UUD baru. Dalam badan konstituante sendiri, terdiri berbagai macam partai, dengan dominasi partai-partai besar seperti NU,PKI,Masyumi dan PNI. Dari nama lembaga tersebut dapatlah diketahui bahwa lembaga tersebut bertugas untuk menyusun konstitusi. Konstituante melaksanakan tugasnya ditengah konflik berkepanjangan yang muncul diantara pejabat militer, pergolakan daerah melawan pusat dan kondisi ekonomi tak menentu.

Demokrasi liberal pada masa itu telah dinilai gagal dalam menjamin stabilitas politik. Ketegangan politik demokrasi liberal atau parlementer disebabkan hal-hal sebagai berikut:

a. Dominannya politik aliran maksudnya partai politik yang sangat mementingkan kelompok atau alirannya sendiri dari pada mengutamakan kepentingan bangsa

(9)

c. Tidak mampunyai para anggota konstituante bersidang dalam menentukan dasar negara.

d. Presiden sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi 3 keputusan yaitu:

1. Menetapkan pembubaran konstituante

2. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali sebagai konstitusi negara dan tidak berlakunya UUDS 1950

3. Pembentukan MPRS dan DPRS

2.2.2 Demokrasi Terpimpin (1959 – 1965)

Kekacauan terus menerus dalam kesatuan negara Republik Indonesia yang disebabkan oleh begitu banyaknya pertentangan terjadi dalam sistem kenegaraan ketika diberlakukannya sistem demokrasi liberal. Pergantian dan berbagai respon dari dari daerah dalam kurun waktu tersebut memaksa untuk dilakukannya revisi terhadap sistem pemerintahan. Ir.Soekarno selaku presiden memperkenalkan konsep kepemimpinan baru yang dinamakan demokrasi terpimpin. Tonggak bersejarah di berlakukannya sistem demokrasi terpimpin adalah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Peristiwa tersebut mengubah tatanan kenegaraan yang telah terbentuk sebelumya. Satu hal pokok yang membedakan antara sistem Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin adalah kekuasaan Presiden. Dalam Demokrasi Liberal, parlemen memiliki kewenangan yang terbesar terhadap pemerintahan dan pengambilan keputusan negara. Sebaliknya, dalam sistem Demokrasi Terpimpin presiden memiliki kekuasaan hampir seluruh bidang pemerintahan.

Dengan diberlakukannya Dekrit Presiden 1959 terjadi pergantian kabinet dari Kabinet Karya (pimpinan Ir.Djuanda) yang dibubarkan pada 10 juli 1959 dan digantikan dengan pembentukan Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Ir.Soekarno sebagai perdana menteri dan Ir.Djuanda sebagai menteri pertama. Kabinet ini yang memiliki program khusus yang berhubungan dengan masalah keamanan,sandang pangan, dan pembebasan Irian Barat. Pergantian institusi pemerintahan anatara lain di MPR (pembentukan MPRS), pemebntukan DPR-GR dan pembentukan DPA.

(10)

1959 berjudu”Penemuan Kembali Revolusi Kita”dinamakan Manifestasi Politik Republik Indonesia(Manipol),yang berintikan USDEK (UUD 1945,Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Kepribadian Indonesia). Institusi negara selanjutnya adalah mengitegrasikan sejumlah badan eksekutif seperti MPRS, DPRS, DPA, Depernas, dan Front Nasional dengan tugas sebgai menteri dan ikut serta dalam sidang-sidang kabinet tertentu yang selanjutnya ikut merumuskan kebijaksanaan pemerintahan dalam lembaga masing-masing.

Dalam Demokrasi Terpimpin presiden mendapat dukungan dari tiga kekuatan besar yaitu Nasionalis, Agama dan Komunis. Ketiganya menjadi kekuatan presiden dalam mempertahankan kekuasaannya. Kekuasaan mutlak presiden pada masa itu telah menjadikan jabatan tersebut sebagai pusat legitimasi yang penting bagi lainnya. Presiden sebagai penentu kebijakan utama terhadap masalah-masalah dalam negeri maupun luar negeri .

Menurut Ketepan MPRS no. XVIII/MPRS /1965 demokrasi trepimpin adalah kerakyatan yang dipimpn oleh hikmat kebijaksamaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Pelaksanaan masa Demokrasi Terpimpin :

a. Kebebasan partai dibatasi

b. Presiden cenderung berkuasa mutlak sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan

c. Pemerintah berusaha menata kehidupan politik sesuai dengan UUD 1945 d. Dibentuk lembaga-lembaga negara antara lain MPRS,DPAS, DPRGR

dan Front Nasional

Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan Demokrasi terpimpin dari UUD 1945 adalah sebagai berikut.

a) Kedudukan Presiden

(11)

b) Pembentukan MPRS

Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena Berdasarkan UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang terpilih oleh rakyat memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR.

Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh Presiden dengan syarat : Setuju kembali kepada UUD 1945, Setia kepada perjuangan Republik Indonesia, dan Setuju pada manifesto Politik.

Keanggotaan MPRS terdiri dari 61 orang anggota DPR, 94 orang utusan daerah, dan 200 orang wakil golongan.

Tugas MPRS terbatas pada menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

c) Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena DPR menolak RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah. Presiden selanjutnya menyatakan pembubaran DPR dan sebagai gantinya presiden membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Dimana semua anggotanya ditunjuk oleh presiden. Peraturan DPRGR juga ditentukan oleh presiden. Sehingga DPRGR harus mengikuti kehendak serta kebijakan pemerintah. Tindakan presiden tersebut bertentangan dengan UUD 1945 sebab berdasarkan UUD 1945 presiden tidak dapat membubarkan DPR. Tugas DPR GR adalah sebagai berikut.

a. Melaksanakan manifesto politik

b. Mewujudkan amanat penderitaan rakyat c. Melaksanakan Demokrasi Terpimpin

d) Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara

(12)

juga berada dibawah pemerintah/presiden sebab presiden adalah ketuanya. Hal ini disebabkan karena DPAS yang mengusulkan dengan suara bulat agar pidato presiden pada hari kemerdekaan RI 17 AGUSTUS 1959 yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol) ditetapkan sebagai GBHN berdasarkan Penpres No.1 tahun 1960. Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.

e) Pembentukan Front Nasional

Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959. Front Nasional merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD 1945. Tujuannya adalah menyatukan segala bentuk potensi nasional menjadi kekuatan untuk menyukseskan pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh Presiden Sukarno sendiri. Tugas front nasional adalah sebagai berikut.

a. Menyelesaikan Revolusi Nasional b. Melaksanakan Pembangunan c. Mengembalikan Irian Barat f) Pembentukan Kabinet Kerja

Tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet Kerja. Sebagai wakil presiden diangkatlah Ir. Juanda. Hingga tahun 1964 Kabinet Kerja

(13)

untuk menyamakan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menyampaikan ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Tujuannya untuk menggalang persatuan bangsa.

Bagi presiden NASAKOM merupakan cerminan paham berbagai golongan dalam masyarakat. Presiden yakin bahwa dengan menerima dan melaksanakan Nasakom maka persatuan Indonesia akan terwujud. Ajaran Nasakom mulai disebarkan pada masyarakat. Dikeluarkan ajaran Nasakom sama saja dengan upaya untuk memperkuat kedudukan Presiden sebab jika menolak Nasakom sama saja dengan menolak presiden.

Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan cendekiawan dan ABRI. Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan mengemukakan bahwa PKI merupakan barisan terdepan pembela NASAKOM. Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengeser kedudukan Pancasila dan UUD 1945 menjadi komunis. Selain itu PKI mengambil alih kedudukan dan kekuasaan pemerintahan yang sah. PKI berhasil meyakinkan presiden bahwa Presiden Sukarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI. h) Adanya ajaran RESOPIM

Tujuan adanya ajaran RESOPIM (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan Nasional) adalah untuk memperkuat kedudukan Presiden Sukarno. Ajaran Resopim diumumkan pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-16.

Inti dari ajaran ini adalah bahwa seluruh unsur kehidupan berbangsa dan bernegara harus dicapai melalui revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan dikendalikan oleh satu pimpinan nasional yang disebut Panglima Besar Revolusi (PBR), yaitu Presiden Sukarno. Dampak dari sosialisasi Resopim ini maka kedudukan lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara ditetapkan dibawah presiden. Hal ini terlihat dengan adanya pemberian pangkat menteri kepada pimpinan lembaga tersebut, padahal kedudukan menteri seharusnya sebagai pembantu presiden.

(14)

TNI dan Polri disatukan menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri atas 4 angkatan yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian. Masing-masing angkatan dipimpin oleh Menteri Panglima Angkatanyang kedudukannya langsung berada di bawah presiden. ABRI menjadi salah satu golongan fungsional dan kekuatan sosial politik Indonesia.

j) Penataan Kehidupan Partai Politik

Pada masa demokrasi Parlementer, partai dapat melakukan kegiatan politik secara leluasa. Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin, kedudukan partai dibatasi oleh penetapan presiden No. 7 tahun 1959. Partai yang tidak memenuhi syarat, misalnya jumlah anggota yang terlalu sedikit akan dibubarkan sehingga dari 28 partai yang ada hanya tinggal 11 partai.

Tindakan pemerintah ini dikenal dengan penyederhanaan kepartaian. Pembatasan gerak-gerik partai semakin memperkuat kedudukan pemerintah terutama presiden. Kedudukan presiden yang kuat tersebut tampak dengan tindakannya untuk membubarkan 2 partai politik yang pernah berjaya masa demokrasi Parlementer yaitu Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Alasan pembubaran partai tersebuat adalah karena sejumlah anggota dari kedua partai tersebut terlibat dalam pemberontakan PRRI dan Permesta. Kedua Partai tersebut resmi dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960. Terbatasnya kebebasan pers sehingga banyak media masa yang tidak dijinkan terbit.

2.3 Peristiwa Pada Masa Orde Lama

2.3.1 Peristiwa penting pada masa Orde Lama

(15)

dan yudikatif. Namun dalam proses pasca pembentukan fungsi masing-masingnya belum maksimal, badan eksekutif masih lebih mendominasi. Penekanan pada pembangunan politik membuat munculnya berbagai macam ideology politik yang kemudian ideologi-ideologi tersebut berkompetisi dengan ketat untuk dapat diterima masyarakat dan diaplikasikan pada sistem pemerintahan.

Pembangunan politik yang ada pada orde lama menimbulkan beberapa dampak bagi masyarakat Indonesia. Konflik yang terjadi merupakan akibat dari perang ideologi menghasilkan peristiwa besar seperti:

a. Keadaan ekonomi keuangan pada masa orde lama amat buruk, antara lain disebabkan oleh :

1. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.

2. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI.

3. Kas negara kosong.

4. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan. b. Gerakan 30S PKI

(16)

Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawadan Bali.

c. Super semar ( Surat perintah 11 maret 1966)

Berisi tentang perintah presiden soekarno kepada letnan jendral Soeharto selaku panglima komando operasi keamanan dan ketertiban agar mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk memulihkan stabilitas situasi keamanan yang sanga buruk pada masa itu, terutama setelah meletusnya peristiwa gerakan G30S PKI.

d. Dekrit presiden yang menyatakan presiden Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Yang melatarbelakangi dikeluarkannya dekrit Presiden antara lain:

1. Undang-undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara belum berhasil dibuat sedangkan Undang-undang Dasar Sementara (UUDS 1950) dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal dianggap tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.

2. Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga membawa Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak mempunyai pijakan hukum yang mantap.

3. Situasi politik yang kacau dan semakin buruk.

4. Terjadinya sejumlah pemberontakan di dalam negeri yang semakin bertambah gawat bahkan menjurus menuju gerakan sparatisme.

5. Konflik antar partai politik yang mengganggu stabilitas nasional

6. Banyaknya partai dalam parlemen yang saling berbeda pendapat sementara sulit sekali

(17)

Demi menyelamatkan negara maka presiden melakukan tindakan mengeluarkan keputusan Presiden RI No. 75/1959 sebuah dekrit yang selanjutnya dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Hal ini banyak mendapar kecaman dari berbagai pihak dimana puncaknya adalah penggantian Presiden Soekarno oleh Presiden Soeharto.

2.3.2 Dampak yang terjadi dari masa Orde Lama

a. Dampak positif: keberanian menolak kolonialisme dan neo-imperialisme , berani menegaskan wilayah RI (antara lain Irian Jaya [IRIAN= ikut Republik Indonesia, anti Nederlands] yang masih diduduki Belanda), berhasil membentuk Undang-Undang Pokok Agraria yang merombak ketentuan UU gaya kalitalisme kolonial (Agrarische Wet).

b. Dampak negatif: penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945, sentralisasi kekuasaan, terjadinya peristiwa G.30.S/PKI.

2.3.3 Sebab-sebab berakhirnya Orde lama

Masa orde lama berakhir disebabkan karena antara lain sebagai berikut:

a. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa gerakan 30 september 1965, ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama. pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demostrasi menuntut agar PKI beserta organisasi masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili.

(18)

e. Kesatuan Aksi "Front Pancasila" pada 10 Januari 1966 didepan gedung DPR-GR mengajukan tuntunan "TRITURA" (Tri Tuntunan Rakyat) yang berisi pembubaran PKI beserta Organisasi MassanyaPembersihan Kabinet Dwikor Penurunan harga-harga barang

f. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan pembentukan Kabinet Seratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965

g. Wibawa dan kekuasaan presiden Soekarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerekan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub)

(19)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1965 dibawah pemerintahan Ir. Soekarno. System pemerintahan yang dianut adalah demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin. Yang menarik adalah pembangunan politik lebih di utamakan daripada pembangunan ekonomi pada masa orde lama. Orde lama membentuk badan – badan negara dengan menyesuaikan fungsinya. Namun dalam proses pasca pembentukan fungsi masing-masingnya belum maksimal, badan eksekutif masih lebih mendominasi. Penekanan pada pembangunan politik membuat munculnya berbagai macam ideology politik yang kemudian ideologi-ideologi tersebut berkompetisi dengan ketat.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

http://deppoyaryani.blogspot.co.id/2014/05/orde-lama-dengan-dinamikanya-dan-g30s.html

http://www.slideshare.net/ayuyayayuya/sejarah-38062511

http://idzulafrianto.blogspot.co.id/2013/01/perbandingan-politik-politik.html

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100817002240AAf1iDm

https://docs.google.com/document/d/

Referensi

Dokumen terkait

(Yogyakarta: Irchisod.. menganut sistem demokrasi, dimana agama yang tumbuh dan berkembang serta mendapat legitimasi dari pemerintah tidak hanya satu agama saja,

Ketetapan MPRS periode 1960-1966 materi muatannya ada yang merupakan penegasan kembali pidato Presiden Soekarno, misalnya, Ketetapan MPRS tentang Manifesto Politik Republik

Konflik berkepanjangan di wilayah Aceh dan Papua yang belum juga berhasil diselesaikan pada masa presiden sebelumnya, mendapat perhatian serius dari Presiden Susilo Bambang

Melalui pendekatan historis dengan analisis dokumen terhadap sejumlah kebijakan terkait, diketahui bahwa di masa Orde Lama, pendidikan agama telah ditetapkan sebagai salah satu

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pelaksanaan Politik Mercusuar di Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin tahun 1959- 1965?. Tujuan dari

Sistem dan Kosntelasi Politik Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966; Sahru Romadloni; 2014; xvii+81 halaman; Program Studi Pendidikan Sejarah;

Adanya desakan Sukarno terha- dap kabinet untuk melaksanakan pen- dapatnya itu ditanggapi Natsir dengan nada mengingatkan Sukarno bahwa presiden adalah kepala negara konstitu-

Aksi itu di hadang oleh pasukan Cakrabirawa ( pasukan pengamanan presiden) dan menyebabkan terjadinya bentrokan. Dalam peristiwa itu, seorang mahasiswa Universitas