PENGARUH KEBIJAKAN PEMULANGAN SISWA TERHADAP
KETERLAMBATAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Yanuar Annas Bolkiah
Guru Fisika MA Pembangunan UIN Jakarta
ABSTRAK
Dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa, MA Pembangunan UIN Jakarta mencoba membuat peraturan dan kebijakan yang berfungsi menekan angka keterlambatan siswa sehingga jumlah siswa yang datang terlambat ke sekolah semakin kecil. Pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 Komisi Disiplin (KOMDIS) dibawah arahan Wakil bidang Kesiswaan serta bekerja sama dengan BK dan seluruh Guru membuat sebuah kebijakan untuk mengatasi keterlambatan siswa. Peraturan tersebut berupa pemulangan siswa jika dalam sepekan siswa terlambat sebanyak 3 kali. Ini dengan tujuan memberikan efek jera bagi siswa yang suka datang terlambat. Pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 kebijakan diubah. Kebijakan pemulangan siswa dihapus dan diganti dengan sistem point. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan pemulangan siswa terhadap keterlambatan siswa di MA Pembangunan UIN Jakarta
Akan diuji apakah kebijakan pemulangan siswa memiliki efek terhadap keterlambatan siswa di MA Pembangunan. Untuk itu, sebuah sample yang terdiri atas 100 orang siswa akan diamati jumlah keterlambatannya selama semester ganjil, kemudian setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus dan diganti sistem point, kembali diamati jumlah keterlambatannya pada semester genap. Data yang digunakan adalah data keterlambatan siswa MA Pembangunan yang bersumber dari dokumen/catatan pada buku piket. Teknik pengumpulan data melalui observasi/pengamatan terhadap 100 orang siswa yang direkam melalui lembar catatan piket. Teknik analisis data menggunakan uji t untuk sample berpasangan (paired-samples T test).
0,000. Karena probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak artinya rata-rata populasi keterlambatan siswa sebelum dan setelah penghapusan kebijakan pemulangan siswa adalah berbeda secara nyata. Dengan kesimpulan bahwa penghapusan kebijakan pemulangan siswa di semester genap semakin meningkatkan angka keterlambatan siswa MA Pembangunan UIN Jakarta.
PENDAHULUAN
Kedisiplinan merupakan satu dari sekian banyak indikator keberhasilan sebuah lembaga, tak terkecuali lembaga pendidikan. Sekolah yang baik akan selalu memiliki kebijakan manajemen yang mendukung kedisiplinan tetap terjaga baik untuk guru/karyawan sekolah maupun siswanya. Ketika semua civitas akademika menjalankan tata tertib atau peraturan lembaga, maka kedisiplinan di lembaga tersebut menjadi sangat baik, begitupun sebaliknya.
Dalam konteks kedisiplinan siswa khususnya kehadiran di sekolah pada awal pembelajaran, menjadi indikator utama dalam hal kedisiplinan siswa di sekolah. Karena di awal pembelajaran lah seorang siswa dapat dilihat kecenderungannya untuk menaati tata tertib sekolah, juga dapat dilihat semangat belajar pada hari tersebut. Bagi sekolah yang peka, akan melihat secara umum fenomena yang terjadi di sekolahnya dan segera melakukan evaluasi terhadap kondisi yang terjadi untuk kemudian mengambil tindakan yang konkrit untuk memperbaiki kondisi yang ada. Tindakan konkrit ini berupa sanksi terhadap siswa yang datang terlambat. Indikator sanksi berjalan efektif ketika kejadian berupa keterlambatan siswa semakin berkurang. Ada efek jera bagi yang melanggar, artinya siswa dipaksa oleh sistem untuk menaati peraturan agar kedisiplinan dalam kehadiran dapat dipatuhi oleh siswanya. Dalam konteks pendidikan, pemaksaan oleh sistem ini merupakan sarana mendidik siswa agar menjadi insan yang disiplin, belajar menghormati dan menaati peraturan yang berlaku, karena bagaimanapun kita hidup di negara hukum yang pasti memiliki peraturan yang wajib ditaati dimanapun kita berada.
Uraian diatas sekedar menunjukkan betapa pentingnya menegakkan kedisiplinan siswa di awal kehadirannya di sekolah sekaligus tantangan buat sekolah bagaimana mengelola keterlambatan siswa dan menghasilkan kebijakan yang efektif untuk mengurangi masalah tersebut.
Dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa, MA Pembangunan UIN Jakarta mencoba membuat peraturan dan kebijakan yang berfungsi menekan angka keterlambatan siswa sehingga jumlah siswa yang datang terlambat ke sekolah semakin kecil. Pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 Komisi Disiplin (KOMDIS) dibawah arahan Wakil bidang Kesiswaan serta bekerja sama dengan BK dan seluruh Guru membuat sebuah kebijakan untuk mengatasi keterlambatan siswa. Peraturan tersebut berupa pemulangan siswa jika dalam sepekan siswa terlambat sebanyak 3 kali. Ini dengan tujuan memberikan efek jera bagi siswa yang suka datang terlambat. Pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 kebijakan diubah. Kebijakan pemulangan siswa dihapus dan diganti dengan sistem point sesuai rekomendasi hasil audit eksternal ISO 9001:2008 yang mengaudit Bidang kesiswaan MA Pembangunan.
Maka dengan karya ilmiah ini penulis merasa perlu untuk meneliti tentang pengaruh kebijakan pemulangan siswa terhadap keterlambatan siswa di MA Pembangunan UIN Jakarta.
Dari uraian diatas dapat diambil beberapa point penting sebagai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan keterlambatan siswa sebelum dan setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus?
2. Apakah terdapat hubungan antara kebijakan pemulangan siswa dengan angka keterlambatan siswa?
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN KEDISIPLINAN
Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti mengajari atau mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa disiplin adalah:
a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya). b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.
c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu dengannya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya (Prijodarminto, 1994).
Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), kedisiplinan hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
Menurut Arikunto (1990), di dalam pembicaraan kedisiplinan dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya (Arikunto, 1990).
Kedisiplinan dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas / latihan yang dirancang karena dianggap perlu dilaksanakan untuk dapat mencapai sasaran tertentu (Sukadji, 2000). Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang menggambarkan kepatuhan kepada suatu aturan atau ketentuan. Kedisiplinan juga berarti suatu tuntutan bagi berlangsungnya kehidupan yang sama, teratur dan tertib, yang dijadikan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan perubahan- perubahan ke arah yang lebih baik (Budiono, 2006).
Kedisiplinan adalah suatu sikap yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap aturan (Moenir, 1999). Kedisiplinan merupakan suatu sikap, perilaku, perbuatan yang sesuai dengan peraturan organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis (Nitisemito, 1999).
Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan, tata tertib,norma-norma yang berlaku,baik tertulis maupun yang tidak tertulis.
B. TUJUAN KEDISIPLINAN
Gaustad (1992) mengemukakan bahwa kedisiplinan memiliki 2 (dua) tujuan, yaitu memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Subari (1994) berpendapat bahwa kedisiplinan mempunyai tujuan untuk penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya peraturan itu. Menurut Durkeim (1995), kedisiplinan mempunyai tujuan ganda yaitu mengembangkan suatu peraturan tertentu dalam tindak tanduk manusia dan memberinya suatu sasaran tertentu dan sekaligus membatasi cakrawalanya.
Yahya (1992) berpendapat, tujuan kedisiplinan adalah perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar. Kedisiplinan adalah suatu latihan batin yang tercermin dalam tingkah laku yang bertujuan agar orang selalu patuh pada peraturan. Dengan adanya kedisiplinan diharapkan anak didik mendisiplinkan diri dalam mentaati peraturan sekolah sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, anak didik perlu dibimbing atau ditunjukkan mana perbuatan yang melanggar tata tertib dan mana perbuatan yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik (Gordon, 1996).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan kedisiplinan adalah memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar serta perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar.
C. FUNGSI KEDISIPLINAN
Fungsi kedisiplinan menurut Tu’u (2004) adalah: i. Menata kehidupan bersama
Kedisiplinan sekolah berguna untuk menyadarkan siswa bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.
ii. Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti, mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.
iv. Pemaksaan
Kedisiplinan dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.
v. Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut.
vi. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Kedisiplinan berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
D. CARA TERBENTUKNYA KEDISIPLINAN
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (1997), kedisiplinan dapat terjadi dengan cara: i. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan,
dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman.
ii. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar.
iii. Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah laku yang diinginkannya. Sebaliknya, pihak lain memiliki ketergantungan pada pihak pertama, sehingga ia bisa menerima apa yang diajarkan kepadanya.
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEDISIPLINAN
Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin. Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, antara lain:
Dari sekolah, contohnya:
a. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.
b. Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata pelajaran daripada siswanya.
c. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang gaduh, dll.
a. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing.
b. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal, lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.
F. BENTUK-BENTUK PERILAKU PELANGGARAN DISIPLIN SEKOLAH
Menurut Kooi dan Schutx (dalam Sukadji, 2000), hal- hal yang dianggap sebagai perilaku pelanggaran disiplin dapat digolongkan dalam lima kategori umum, yaitu:
a. Agresi fisik (pemukulan, perkelahian, perusakan, dan sebagainya).
b. Kesibukan berteman (berbincang-bincang, berbisik-bisik, berkunjung ke tempat duduk teman tanpa izin).
c. Mencari perhatian (mengedarkan tulisan-tulisan, gambar-gambar dengan maksud mengalihkan perhatian dari pelajaran).
d. Menantang wibawa guru (tidak mau nurut, memberontak, memprotes dengan kasar, dan sebagainya), dan membuat perselisihan (mengkritik, menertawakan, mencemoohkan).
e. Merokok di sekolah, datang terlambat, membolos, dan ”kabur”, mencuri dan menipu, tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan, mengompas (memeras teman sekolah), serta menggunakan obat-obatan terlarang maupun minuman keras di sekolah.
G. ASPEK- ASPEK KEDISIPLINAN
Menurut Prijodarminto (1994), disiplin memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga aspek tersebut adalah :
i. sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak.
ii. pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).
METODE PENELITIAN
Akan diuji apakah kebijakan pemulangan siswa memiliki efek terhadap keterlambatan siswa di MA Pembangunan. Untuk itu, sebuah sample yang terdiri atas 100 orang siswa akan diamati jumlah keterlambatannya selama semester ganjil, kemudian setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus dan diganti sistem point, kembali diamati jumlah keterlambatannya pada semester genap.
A. Variabel Penelitian
Variable – variable penelitian ini sebagai berikut: 1. Variabel terikat : Jumlah keterlambatan siswa 2. Variable bebas : Kebijakan pemulangan siswa
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa/I MA Pembangunan UIN Jakarta dengan populasi sebanyak 300 orang. Sedangkan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 siswa yang diambil secara acak.
C. Sumber Data
Data yang digunakan adalah data keterlambatan siswa yang diperoleh dari dokumen/catatan pada buku piket MA Pembangunan.
D. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu Non-Tes, dengan format daftar cek keterlambatan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data melalui observasi/pengamatan terhadap 100 orang siswa yang direkam melalui lembar catatan piket.
F. Teknik Analisis Data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengolahan data menggunakan SPSS 21 dihasilkan data sbb :
OUTPUT 1 :
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum dihapus 5.21 100 5.625 .563 Setelah dihapus 12.04 100 9.651 .965
Table output 1 : Hasil uji beda
ANALISIS :
Table output pertama terlihat ringkasan statistik dari kedua sampel. Untuk jumlah keterlambatan siswa sebelum kebijakan pemulangan siswa dihapus, rata-rata keterlambatan siswa pada semester ganjil adalah 5,21 kali. Sedangkan setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus, rata-rata keterlambatan siswa menjadi 12,04 kali pada semester genap. Artinya terjadi kenaikan jumlah rata-rata keterlambatan tiap siswa sebesar
(12.04–5.21)
5.21 x100 %=131.1%setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus.
OUTPUT 2 :
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum dihapus & Setelah dihapus
100 .666 .000
Table output 2 : Hasil uji hubungan
ANALISIS :
Table output kedua adalah hasil korelasi antara kedua variable, yang menghasilkan angka 0,666 dengan nilai probabilitas jauh dibawah 0,05 (Sig α = 0,000). Hal ini menyatakan bahwa antara jumlah keterlambatan siswa sebelum dan setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus adalah sangat erat dan benar-benar berhubungan secara nyata.
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
-6.830 7.242 .724 -8.267 -5.393 -9.431 99 .000
Table output 3 Hipotesis
Ho = kedua rata-rata populasi adalah identik
= rata-rata populasi keterlambatan siswa sebelum dan setelah kebijakan pemulangan siswa
dihapus adalah sama/tidak berbeda secara nyata H1 = kedua rata-rata populasi adalah tidak identik
= rata-rata populasi keterlambatan siswa sebelum dan setelah penghapusan kebijakan pemulangan siswa adalah berbeda secara nyata
Ho : μ1=μ2 H1 : μ1≠ μ2
Dasar pengambilan keputusan
1. Berdasarkan Perbandingan t hitung dan t table Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima
Pengambilan Keputusan Taraf signifikansi (α) = 5% df = 99
Karena t hitung > t tabel (berada di daerah penolakan Ho) maka Ho ditolak, artinya rata-rata
populasi keterlambatan siswa sebelum dan setelah penghapusan kebijakan pemulangan siswa adalah berbeda secara nyata.
2. Berdasarkan nilai probabilitas
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
Pengambilan keputusan
Terlihat bahwa probabilitas (sig. 2 tailed) adalah 0,000. Karena probabilitas < 0,05 maka Ho
ditolak, artinya rata-rata populasi keterlambatan siswa sebelum dan setelah penghapusan kebijakan pemulangan siswa adalah berbeda secara nyata.
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Jumlah keterlambatan siswa sebelum kebijakan pemulangan siswa dihapus, rata-rata keterlambatan siswa pada semester ganjil adalah 5,21 kali. Sedangkan setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus, rata-rata keterlambatan siswa menjadi 12,04 kali pada semester genap. Artinya terjadi kenaikan rata-rata jumlah keterlambatan tiap siswa sebesar 131.1 %setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus.
2. Hasil yang berikutnya ialah korelasi antara kedua variable (yaitu kebijakan pemulangan siswa dan angka keterlambatan siswa) yang menghasilkan angka 0,666 dengan nilai probabilitas jauh dibawah 0,05 (Sig α = 0,000). Hal ini menyatakan bahwa antara jumlah keterlambatan siswa sebelum dan setelah penghapusan kebijakan pemulangan siswa adalah sangat erat dan benar-benar berhubungan secara nyata.
3. Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dan t table didapatkan fakta bahwa t hitung > t tabel (berada di daerah penolakan Ho) maka Ho ditolak, sedangkan berdasarkan nilai probabilitasnya terlihat bahwa probabilitas (sig. 2 tailed) adalah 0,000. Karena probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak artinya rata-rata populasi keterlambatan siswa sebelum dan setelah penghapusan kebijakan pemulangan siswa adalah berbeda secara nyata.
4. Kebijakan pemulangan siswa memiliki efek positif terhadap angka keterlambatan siswa di MA Pembangunan.
5. Penghapusan kebijakan pemulangan siswa di semester genap semakin meningkatkan angka keterlambatan siswa MA Pembangunan UIN Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
U.S, Supardi. 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta: PT. Prima Ufuk Semesta
Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Basuki Abdulwahab, Wisnijati. Statistika Parametrik dan Non Parametrik untuk Penelitian. FT-UNJ, Jakarta