PERCOBAAN III
Judul : TITRASI PERMANGANOMETRI
Tujuan : 1. Menentukan jumlah air kristal dalam H2C2O4.xH2O.
2. Mengamati warna botol penyimpanan terhadap kadar H2O2.
Hari/ Tanggal : Sabtu/15 November 2008.
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin
I. DASAR TEORI
Kalium permanganat telah lama digunakan dalam analisa redoks. Hal ini disebabkan karena KMnO4 merupakan oksidator kuat yang dapat mengoksidasi
sebagian besar reduktor secara kuantitatif bila ditambahkan dalam jumlah yang ekivalen. Warna ungu tua ion permanganat menjadikan permanganatnya sendiri sebagai indikator pada titrasinya. Satu tetes berlebih sudah dapat menghasilkan warna yang terang meskipun dalam larutan yang besar volumenya.
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam dan tidak memerlukan indikator. Dalam lingkungan seperti itu ion permanganat tereduksi menjadi mangan bervalensi empat sesuai persamaan berikut.
MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 + H2O EO = + 1,68 volt
Sebaliknya, dalam larutan yang bersifat basa kuat; ion permanganat akan bewarna hijau sesuai dengan persamaan berikut :
MnO4- + e- MnO42- EO = + 0,67
Selain, kalium permanganat dikenal pula hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di
tahun 1818. Hidrogen peroksida (H2O2) adalah cairan bening, tidak berwarna,
Hidrogen peroksida merupakan pereaksi oksidasi yang baik dengan potensial standar positif yang besar.
H2O2 + 2H+ + 2e 2H2O Eo = 1,77 Volt
Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun. Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O) dan
panas.
Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai berikut:
H2O2 H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:
1. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin.
2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn.
3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10oC (dalam range temperatur 20-100oC).
4. Permukaan container yang tidak rata (active surface).
5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya.
6. Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi.
7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek.
II. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan :
1. Labu ukur 10 mL : 1 buah 2. Labu ukur 50 mL : 1 buah 3. Erlenmeyer : 2 buah 4. Botol bening : 2 buah 5. Bewarna coklat (gelap) : 2 buah 6. Hot plate : 1 buah 7. Statif + klem : 1 buah 8. Buret 50 mL : 1 buah 9. Termometer : 1 buah 10. Gelas kimia : 1 buah 11. Pipet tetes : 2 buah 12. Gelas ukur 10 mL : 1 buah 13. Batang pengaduk : 1 buah 14. Neraca analitik : 1 buah
Bahan yang digunakan :
1. H2C2O4.xH2O
2. H2SO4 4 N
3. KMnO4 0,01 M
4. H2O2 30 %
5. Akuades 6. H2SO4 pekat
III. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan jumlah air kristal dalam H2C2O4 .xH2O.
a. Memipet 25 mL larutan H2C2O4.xH2O yang telah dibuat dengan
melarutkan 0,63 g H2C2O4.xH2O dalam 100 mL air.
c. Menitrasi dengan KMnO4 dalam keadaan panas sampai warna ungu
hilang.
d. Mengulang kegiatan a sampai c untuk kedua kalinya.
e. Menghitung jumlah rata-rata air kristal dalam H2C2O4. xH2O tersebut.
2. Pengaruh warna botol penyimpanan terhadap kadar H2O2
a. Mengambil 25 mL larutan peroksida yang telah diencerkan pada tiap-tiap botol penyimpanan.
b. Memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL yang telah diisi dengan 5 mL H2SO4 pekat dan 75 mL air.
c. Menitrasi dengan KMnO4 standar sampai munculnya warna merah muda
yang permanen.
d. Menghitung kadar H2O2 pada tiap-tiap botol penyimpanan dan
membandingkan hasilnya pada tiap-tiap botol penyimpanan tersebut.
IV. DATA PENGAMATAN
(1) Penentuan jumlah air kristal dalam H2C2O4. xH2O
No. Variabel yang diamati Pengamatan
1. 25 ml H2C2O4.xH2O + 10 mL H2SO4
4N + 2 mL H2O2
Larutan bening
2. Memanaskan sampai 70 oC Larutan panas
3. Menitrasi dengan KMnO4 Larutan berwarna ungu
pada:
V. KMnO4 pada percobaan
yang ke-1 = 49 mL
V. KMnO4 pada percobaan
yang ke- 2 = 33,5 mL
No. Variabel yang diamati Pengamatan 1. 75 mL H2O + 5 mL H2SO4 4N + 25
mL H2O2 *
Larutan bening
2. Menitrasi dengan KMnO4
*Terang dalam
*Terang luar
*Gelap dalam
*Gelap luar
Larutan berwarna ungu. V. KMnO4 = 0,3 mL
V. KMnO4 = 0,4 mL
V. KMnO4 = 0,5 mL
V. KMnO4 =0,3 mL
V. ANALISIS DATA
(1) Penentuan Jumlah Air Kristal dalam H2C2O4.xH2O
Pada percobaan yang pertama,yaitu tentang penentuan jumlah air kristal dalam H2C2O4.xH2O digunakan larutan kalium permanganat sebagai zat
pengoksidasinya. Larutan ini sendiri sekaligus merupakan indikatornya dalam titrasi ini, yaitu ditandai dengan munculnya warna ungu muda.
Pada percobaan ini, pertama-tama 25 mL larutan H2C2O4.xH2O
dicampurkan dengan H2SO4 4 N yang telah dicampurkan deangan akuades
terlebih dahulu dan menghasilkan larutan homogen yang bewarna bening. Dalam hal ini, KMnO4 yang hendak direaksikan dengan asam oksalat merupakan
oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam. Oleh karena itu, penambahan asam sulfat pada larutan asam oksalat ini sebenarnya bertujuan untuk memberikan suasana asam pada larutan. Selanjutnya, setelah didapati larutan yang homogen, larutan tersebut dipanaskan sampai mencapai suhu 70oC. Kemudian, larutan
dititrasi selagi panas dengan menggunakan larutan KMnO4.
Berikut ini reaksi yang terjadi untuk oksidasi asam oksalat oleh ion permangant dalam suasana asam.
2MnO4- + 5C2O42- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Jadi, semakin jelas bahwa dalam reaksi ini yang bertindak sebagai oksidator adalah KMnO4 dan H2C2O4 sebagai reduktornya.
Adapun pemanasan larutan H2C2O4 bersama asam sulfat pada percobaan
ini berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi di atas. Reaksi KMnO4 dengan
H2C2O4 ini berlangsung lambat pada suhu kamar. Reaksi tersebut akan menjadi
cepat pada suhu sekitar 60oC. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa pada
prinsipnya reaksi tersebut merupakan reaksi otokatalitik dimana ion mangan(II) mengkatalisis reaksi ini. Dalam reaksi tersebut, sekali ion mangan(II) telah terbentuk maka reaksi menjadi semakin cepat.
Kemudian, dari dua kali pemgulangan percobaan yang dilakukan, berdasarkan titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi ungu permanen didapati bahwa volume KMnO4 yang digunakan yakni
sebanyak 49 mL dan 33,5 mL.
Dari kedua data pengamatan tersebut tampak bahwa selisih antara data pertama dan kedua begitu besar. Dalam hal ini dapat dengan tegas dikatakan bahwa selama pelaksanaan kegiatan titrasi telah terjadi kesalahan pada data pengulangan yang kedua. Kecilnya jumlah volume KMnO4 yang diperoleh terjadi
akibat kesalahan dalam penggunaan dan pembacaan buret. Oleh karena itu, data percobaan pengulangan yang kedua tidak diperhitungkan untuk menentukan jumlah kristal hidrat.
Berdasarkan hasil perhitungan (dengan mengabaikan data penambahan volum KMnO4 pada pelaksanaan yang kedua) maka akan diperoleh harga x dari
senyawa hidrat hidrogen peroksida sebesar 2,14. Harga tersebut kiranya cukup kecil untuk dibulatkan menjadi 2 dan lebih mungkin mendekati harga yang sebenarnya.
(2) Pengaruh warna botol penyimpan terhadap kadar H2O2
Pada percobaan ini sejumlah H2O2 dari berbagai kondisi penyimpanan
yang berbeda direaksikan dengan H2SO4 pekat dan akuades kemudian dititrasi
dengan KMnO4. Dalam hal ini meskipun kalium permanganat maupun hidrogen
permanganat maupun hidrogen peroksida yang bertindak sebagai oksidator sedangkan yang satu sudah tentu menjadi reduktor.
Perlu diingat kembali bahwa hidrogen peroksida adalah zat yang kekuatan oksidatornya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Dalam konteks percobaan kali ini, hidrogen peroksida justru bertindak sebagai reduktor. Hal tersebut kiranya dapat dipahami dengan menelaah kembali proses dekomposisi hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida akan lambat mengalami dekomposisi dalam suasana asam. Dengan kata lain, reaksi hidrogen peroksida di atas relatif akan memerlukan waktu. Dengan demikian, pada reaksi ini permanganat akan berada dalam suasana asam yang membuatnya tereduksi menjadi ion mangan(II) menurut persamaan di atas. Akibatnya hidrogen peroksida, akan mudah terdekomposi (teroksidasi) menghasilkan oksigen bebas karena berkurangnya spesi asam yang dapat memperlambat proses dekomposisi tersebut.
Secara lengkap reaksi antara permanganat dengan peroksida dapat dituliskan sebagai berikut.
2 MnO4- + 6 H+ + 5 H2O2 2 Mn2+ + 5 O2 + 8 H2O
Pada saat dititrasi, larutan peroksida yang semula bening berubah menjadi berwarna ungu muda. Dengan berubahnya warna larutan menjadi ungu menunjukkkan bahwa titik ahir titrasi sudah tercapai dan reaksi (titrasi) dihentikan. Dari banyaknya volum KMnO4 yang ditambahkan ke dalam larutan
peroksida yang diasamkan maka dapat dihitung jumlah H2O2 dalam larutan.
Kemudian, seperti telah diuraikan sebelumnya, hidrogen peroksida adalah zat yang mudah mengalami dekomposisi menjadi H2O dan oksigen
menurut persamaan reaksi
H2O2 H2O + ½O2 + 23.45 kcal/mol
Pada percobaan ini kadar H2O2 ditunjukkan secara tidak langsung oleh
volume KMnO4 yang diperlukan untuk menitrasi larutan. Dari hasil percobaan
yang dilakukan terhadap H2O2 dalam berbagai variasi penyimpanan diperoleh
variasi volume KMnO4 yang diperlukan untuk menitrasi larutan H2O2 pada
salah satunya adalah radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek contohnya UV. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tempat penyimpanan akan mempengaruhi kadar zatnya. Hal tersebutlah yang hendak diamati pengaruhnya dalam percobaan kali ini.
Berdasarkan uraian di atas secara teoritis dapat dikatakan bahwa semakin besar intensitas cahaya matahari yang dikenakan pada hidrogen peroksida maka akan semakin banyak hidrogen peroksida yang teruraikan. Dengan kata lain semakin sedikit kadar H2O2 dalam larutan tersebut dan semakin sedikit pula
KMnO4 yang digunakan untuk bereaksi dengan H2O2.
Berdasarkan pernyataan di atas, urutan penggunaan KMnO4 dari yang
paling banyak adalah sebagai berikut.
Gelap dalam -Gelap luar – Terang dalam- Terang luar
Akan tetapi, dari hasil percobaan yang telah dilakukan ternyata diperoleh penggunaan KMnO4 pada dalam botol terang justru lebih banyak dibandingkan
dengan larutan H2O2 yang ada dalam botol gelap, begitu juga dengan tempat
penyimpanan botol-botol H2O2 tersebut .Botol yang disimpan di tempat terang
lebih benyak memerlukan KMnO4 untuk merubah warna larutan menjadi merah
muda (untuk mencapai titik akhir titrasi) dibandingkan dengan volume KMnO4
yang diperlukan untuk menitrasi larutan H2O2 yang disimpan di tempat gelap. Hal
tersebut tentunya bertentangan dengan konsep yang telah dipaparkan sebelumnya. Berikut volum penggunaan KMnO4 beserta kadar H2O yang diperoleh
hasil percobaan.
Gelap dalam - Gelap luar – Terang dalam - Terang luar
0,5 mL 0,3 mL 0,3 mL 0,4 mL
0,168% 0,101 % 0,101 % 0,130%
Adapun ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena berbagai faktor khususnya yang berkenaan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida. Dalam hal ini kemungkinan besar kesalahan terjadi karena perbedaan pH larutan akibat jumlah H2SO4 yang ditambahkan tidak
yang akan dititrasi kontak dengan udara seperti terlalu seringnya membuka dan menutup botol zat atau terlalu lambatnya (tidak segera) memulai proses titrasi ataupun juga karena pengaruh suhu yang berbeda ketika penyimpanan larutan H2O2.
VI. KESIMPULAN
1. Titrasi permanganometri dapat digunakan untuk penentuan jumlah air kristal dan kadar suatu zat dalam larutan hidrogen peroksida. 2. Pada kedua percobaan yang dilakukan, kalium permanganat bersifat
sebagai zat pengoksidasi yang mengoksidasi H2C2O4 dan H2O2.
3. Jumlah air kristal yang diperoleh dari percobaan ini adalah 2 dengan kadar H2O2 yang bervarisasi yang dihasilkan pada percobaan
kedua.
4. Cahaya matahari berpengaruh terhadap dekomposisi H2O2. oleh
karena itu, warna botol dan tempat penyimpan larutan H2O2 turut
dapat mempengaruhi kadar H2O2 yang terkandung di dalamnya.
5. Secara teoritis, kecenderungan banyaknya kadar H2O2 pada
masing-masing botol penyimpanan dari yang paling banyak:
Gelap dalam -Gelap luar – Terang dalam - Terang luar
VII. DAFTAR PUSTAKA
Day R.A, Jr dan A. L Underwood, Jr. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.
Edisi Keenam. Penerjemah Iis Sopyan. Erlangga, Jakarta.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia, Jakarta.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press, Jakarta.
Sholahuddin, Arif, Bambang Suharto dan Abdul Hamid. 2007. Panduan Praktikum Kimia Analisis. FKIP UNLAM, Banjarmasin.
Vogel. 19990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I. Edisi kelima. Penerjemah L. Setiono dan A. Handyana Pudjaatmaka. Kalman Media Pusaka, Jakarta
Perhitungan :
Mol ekivalen titran = mol ekivalen analit
2-Jadi, banyaknya air kristal dalam senyawa hidrat tersebut sebanyak 2 buah dengan rumus struktur senyawanya yakni H2C2O4 . 2H2O.
(2) Pengaruh botol penyimpanan terhadap kadar air H2O2
a. Kadar sebelum penyimpanan
Diketahui kadar sebelum penyimpanan atau kadar mula-mula H2O2 yakni
sebanyak 30 %.
Mol ekivalen titran = mol ekivalen analit -5e
M. KMnO4 x V. KMnO4 x ekiv. KMnO4 = M. H2O2x V. H2O2 x ekiv. H2O2
Mol ekivalen titran = mol ekivalen analit
Ditanya : % H2O2 = .. ?
Penyelesaian :
Mol ekivalen titran = mol ekivalen analit
M. KMnO4 x V. KMnO4 x ekiv. KMnO4 = M. H2O2x V. H2O2 x ekiv. H2O2
Mol ekivalen titran = mol ekivalen analit
M. KMnO4 x V. KMnO4 x ekiv. KMnO4 = M. H2O2x V. H2O2 x ekiv. H2O2
0,01 M. 0,4 mL . 5 ekivalen = M. H2O2. 25 mL. 2 ekivalen
%
1. Jika pada penentuan normalitas KMnO4 dengan larutan baku natrium oksalat
titrasinya dikerjakan pada temperatur 60oC, hasil normalitasnya terlampau
tinggi atau terlampau rendah?
2. Berapa volume 0,03 M KMnO4 yang diperlukan untuk bereaksi dengan 5 mL
H2O2 dalam larutan asam yang mempunyai densitas 1,01 g/L dan mengandung
3,05 berat H2O? Permanganat direduksi menjadi Mn2+ dan H2O dioksidasi
menjadi O2.
Jawaban Pertanyaan:
1. Jika penentuan normalitas KMnO4 dengan larutan baku natrium oksalat
titrasinya dikerjakan pada temperature lebih rendah dari 60 OC, maka hasil
normalitasnya terlampau tinggi karena volume KMnO4 yang diperlukan lebih
banyak disebabkan KMnO4 lebih banyak yang disebabkan KMnO4 tidak cepat
terurai / terdekomposisi dalam larutan tersebut karena KMnO4 lebih cepat
bereaksi dengan H2C2O4 dalam kondisa asam dan panas.
Penyelesaian :
Mol ekivalen titran = mol ekivalen analit
M. KMnO4 x V. KMnO4 x ekiv. KMnO4 = M. H2O2- x V. H2O2 x ekiv. H2O2
0,01 M. 0,4 mL . 5 ekivalen = 17, 94 M. 0,005 L. 2 ekivalen
V. KMnO4 = 1, 1962 L
Jadi, volume KMnO4 sebesar 1,1962 L
FLOWCHART
Melarutkan dalam labu ukur 100 mL.
Memipet 25 mL larutan H2C2O4.xH2O
25 mL larutan H2C2O4.xH2O
Memasukkan dalam Erlenmeyer 250 mL akuadest.
Menambahkan 10 mL H2SO4 4 N dan 25 ml akuades
NB:
Lakukan kegiatan ini sebanyak dua kali. Kemudian hitung jumlah air kristal dalam H2C2O4 . xH2O tersebut
Persamaan reaksi yang terjadi:
5H2C2O4 + 3H2SO4 + 2 KMnO4 2MnSO4 + K2SO4 + 8H2O + 10CO2
2. Pengaruh Warna Botol Penyimpanan terhadap Kadar H2O2
25 ml larutan peroksida
Memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL Menghitung kadar sebelum diencerkan Mengencerkan sampai tanda pada erlenmeyer
Menyimpan dalam beberapa botol yang berbeda warnanya
NB:
* Bandingkan hasilnya pada tiap botol penyimpanan (terang luar, terang dalam, gelap luar dan gelap dalam).
** Persamaan reaksi pembentukannya;
2 MnO4- + 5 H2O2 + 6 H+ 2Mn2+ + 5O2 + 8H2O
Saran-Saran dari Asisten:
1. Datanya kurang banyak
2. Lakukanlah 3-5 kali titrasi, sehingga datanya lebih akurat. Rangenya sesuai dengan dasar teori (keterulangan data)
3. Buat kondisi yang eksterm, ada cahaya (sangat terang, sangat-sangat gelap dan lingkungan biasa)
4. Mengambil zat dari botol ke gelas ukur jangan terlalu lama (jangan lama-lama disimpan di gelas ukur)
5 mL H2SO4 pekat + 75 mL air.
Memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL Menambahkan 25 mL larutan peroksida*
Menitrasi dengan KMnO4 standar sampai munculnya warna merah muda yang permanen
5. Kesimpulan: kemungkinan-kemungkinan yang membuat gagal (indikator gagal)
Pertanyaan dan Jawaban Dalam Presentasi Final Praktikum
1. Penanya : Perawati (Kelompok 3)
Pertanyaan :
1) Mengapa digunakan H2C2O4 sebagai zat pengoksidasi bukan zat
pereduksi yang lain seperti H2S, SO32- dan I-?
2) Di antara zat-zat tersebut manakah yang paling baik/ kuat daya pereduksinya untuk digunakan dalam titrasi permanganometri?
Jawaban :
1) Asam oksalat digunakan karena zat tersebut dapat bertindak sebagai zat pereduksi yang baik. Selain itu, untuk keperluan penentuan jumlah molekul air yang terikat dalam suatu senyawa sesuai dengan tujuan praktikum maka diperlukan zat pereduksi yang berbentuk hidrat dan hanya asam oksalat saja yang memiliki kriteria tersebut.
2) Sudah menjadi aturan yang umum bahwa untuk menentukan daya pereduksi suatu zat digunakan data harga potensial elektroda. Dalam hal ini kecenderungan sifat pereduksi suatu zat dalam sebuah reaksi kimia didasarkan pada potensial elektroda dari potensial yang dihasilkan oleh suatu reaksi.
Berikut ini urutan daya perduksi dari sejumlah zat pereduksi dalam titrasi permanganometri (Vogel, 1970 dan Syukri, 1999).
H2S < SO32- < I
-2. Penanya : Dini Misliyati (Kelompok 3)
Pertanyaan :
Apa saja yang harus dilakukan agar dekomposisi H2O2 yang dihasilkan
Jawaban :
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan agar dekomposisi H2O2 yang
dihasilkan dapat sesuai dengan hasil teoritis diantaranya:
a. H2O2 yang akan digunakan hendaknya berasal dari satu wadah
penyimpanan dan masih relatif tidak merupakan sisa pemakaian yang tidak terpakai selama beminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Oleh karena itu, biasanya zat-zat yang mudah terdekomposisi seperti H2O2 tidak dibeli
dalam jumlah yang banyak agar dapat cepat habis sehingga tidak terlalu lama disimpan.
b. Meletakkan botol-botol berisi H2O2 yang hendak diujikan di
tempat-tempat tertentu dimana faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisinya selain radiasi matahari seperti suhu dapat seminimal mungkin perbedaannya. Misalnya: jika salah satu botol zat diletakkan diluar ruangan maka botol-botol yang lain juga hendaknya di luar ruangan (tidak di dalam lemari yang gelap tetapi pengap/ lembab untuk mengkondisikan tempat penyimpanan yang gelap).
c. Jika hal di atas tidak memungkinkan maka hendaknya kondisi penyimpanan botol-botol zat dibuat seekstrim mungkin sehingga dekomposisi H2O2 di tempat terang menjadi lebih banyak dibandingkan
tempat gelap.
3. Penanya : Neno Supriadi (Kelompok 5)
Pertanyaan :
Mengapa dalam percobaan titrasi permanganometri yang telah dilakukan H2O2 dapat bertindak sebagai pereduksi bukan pengoksidasi padahal harga
potensial elektrodanya lebih positif dari pada permanganat?
Jawaban :
pereduksi hidrogen peroksida berkaitan dengan kemudahannya dalam mengalami dekomposisi.
Seperti yang telah diketahui, harga potensial elektroda yang digunakan sebagai perbandingan dengan KMnO4 diukur pada kondisi standar (suhu 25 0C, tekanan 1 atm dan konsentrasi ion-ion 1 M). Kemudian seperti apa yang
telah dinyatakan dalam persamaan Nerst bahwa keadaan konsentrasi yang berbeda akan menghasilkan potensial elektroda yang berbeda begitu pula terhadap kecenderungan sifat reduktor dan oksidator yang dihasilkan tergantung potensial reaksi. Dalam hal ini, konsentrasi H2O2 yang digunakan
telah dikondisikan sedemikan rupa sehingga relatif sangat kecil akibat terdekomposisi. Akibatnya, reaksi redoks yang terjadi justru sebaliknya, H2O2