commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam sistem
pendidikan, sehingga harus mendapat perhatian lebih karena guru senantiasa
menjadi sorotan ketika berbicara tentang pendidikan. Guru memiliki keterkaitan
dengan semua komponen dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama
dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan di sekolah.
Guru turut menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Guru juga berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang
berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan tidak akan berhasil tanpa didukung oleh guru yang profesional dan
berkualitas. Dengan demikian, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal
dari guru dan berujung pada guru pula (Mulyasa, 2007).
Sepanjang sejarah persekolahan, guru selalu menempati posisi sentral.
Guru diposisikan sebagai sumber ilmu, sumber inspirasi, tempat mengadu, dan
tempat bertanya. Namun, peran guru yang secara profesional hingga saat ini masih
melekat adalah mengajar, mendidik, dan membimbing. Sedangkan kurikulum
menyiapkan peserta didik untuk dapat hidup dan mempersembahkan karyanya
dalam masyarakat. Dengan demikian dalam sistem pendidikan, kurikulum
merupakan komponen penting untuk menjelaskan tujuan dan arah pendidikan
serta pengalaman belajar yang harus dimiliki peserta didik. Kurikulum merupakan
salah satu indikator yang menentukan berhasil tidaknya kinerja suatu pendidikan,
oleh karena itu kurikulum harus dikelola secara baik dan profesional oleh orang
yang profesional.
Penyampaian kurikulum dalam program pendidikan menuntut adanya
tanggung jawab guru sebagai pelaksana proses belajar mengajar di sekolah.
Tanggung jawab guru khusus dalam hubungannya dengan layanan belajar peserta
commit to user
profesional yang tinggi dalam mengembangkan dan mengimplementasikan
kurikulum (Sagala, 2009).
Suatu profesi berkaitan dengan jabatan atau pekerjaan tertentu yang
menuntut keahlian, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam suatu profesi menuntut
adanya kompetensi agar profesi tersebut berfungsi dengan sebaik-baiknya.
Pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya, karena
mempunyai fungsi sosial, yakni pengabdian kepada masyarakat. Kompetensi
sangat diperlukan untuk melaksanakan fungsi profesi. Profesi menuntut
kemampuan membuat keputusan dan kebijaksanaan yang tepat, agar tidak
menimbulkan kesalahan yang akan menimbulkan kerugian bagi diri sendiri
maupun masyarakat. Kesalahan dapat menimbulkan akibat yang fatal. Oleh
karena itu, kebijaksanaan, pembuatan keputusan, perencanaan, dan penanganan
harus ditangani oleh ahlinya, yang memiliki kompetensi profesional dalam
bidangnya (Hamalik, 2008).
Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh
melalui pendidikan dan latihan. Dengan demikian, istilah kompetensi sangat
kontekstual dan tidak universal untuk semua jenis pekerjaan. Setiap jenis
pekerjaan memerlukan porsi yang berbeda-beda antara pengetahuan, sikap, dan
keterampilannya. Bertitik tolak dari kemampuan dan daya pikir tersebut, maka
UU No.14 tahun 2005 Pasal 8 menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya
Pasal 10 ayat (1) menyatakan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi
(Sagala, 2009).
Guru merupakan profesi yang memerlukan keahlian khusus yang dibina
dan dikembangkan melalui pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan
(Usman, 2009). Guru profesional, yaitu guru yang mengetahui secara mendalam
commit to user
kepribadian yang mantap. Guru perlu menumbuhkembangkan integritas diri dan
kecakapan (Karsidi, 2005).
Guru merupakan faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan, berarti juga
meningkatkan mutu guru, bukan hanya dari segi kesejahteraaannya, tetapi juga
profesionalitasnya. UU No. 14 tahun 2005 pasal 1 ayat (1) menyatakan guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Guru profesional harus memiliki kompetensi keguruan
yang cukup. Kompetensi keguruan tampak pada kemampuannya menerapkan
sejumlah konsep, asas kerja, mampu mendemonstasikan sejumlah strategi maupun
pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten
(Sagala, 2009).
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam penguasaan
teoritis dan proses aplikasinya dalam pembelajaran. Kemampuan ini sangat
menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (Janawi,
2011). Mengenai implementasi kurikulum dan keberhasilan pembelajaran, Sagala
(2009) menyatakan:
Dilihat dari aspek kompetensi pedagogik, maka implementasi kurikulum akan sangat tergantung pada pendidik bagaimana caranya memberikan pengalaman belajar kepada peserta didiknya, sehingga memenuhi kompetensi yang ditentukan sebelumnya. Kompetensi pedagogik dalam menerapkan kurikulum akan tampak pada kemampuan pendidik menyusun strategi sebagai ilmu dan kiat dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk melaksanakan strategi belajar-mengajar, tentulah pendidik perlu memiliki khasanah metode yang kaya dengan berbagai cara kerja untuk mencapai tujuan tertentu (hlm. 157).
Menurut Hamalik (2003) kompetensi profesional adalah kemampuan
menyelesaikan tugas-tugas keguruan. Kompetensi profesional merupakan
kompetensi yang sangat penting, karena berhubungan dengan kinerja yang
ditampilkan. Oleh karena itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat
commit to user
Pribadi guru memiliki peran terhadap keberhasilan pendidikan,
khususnya dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan pribadi peserta didik,
karena peserta didik suka mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk
pribadinya. Guru adalah makhluk sosial, yang tidak bisa lepas dari kehidupan
sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
memiliki kompetensi sosial yang memadai, terkait dengan pendidikan yang
berlangsung di sekolah dan juga di masyarakat (Mulyasa, 2007). Guru yang
terampil mengajar, tentu harus memiliki pribadi yang baik dan mampu
menyesuaikan diri dengan masyarakatnya (Hamalik, 2008).
Salah satu tantangan dalam mengajarkan IPS adalah cepat berubahnya
lingkungan sosial budaya sebagai kajian materi IPS. Perubahan-perubahan yang
terjadi dalam lingkungan sosial budaya bersifat multidimensional dan berskala
internasional, baik yang berhubungan masuknya arus globalisasi maupun
masuknya era abad ke-21 (Ahmadi & Amri, 2011). Masalah ini semakin serius
ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa mata pelajaran IPS kurang mendapat
perhatian. Padahal, dengan memahami IPS akan membimbing peserta didik
menghadapi kenyataan dalam lingkungan sosialnya dan dapat menghadapi
masalah-masalah sosial yang terjadi dengan lebih arif dan bijaksana. Untuk
menghadapi tantangan perubahan ini, sesungguhnya guru yang harus memandu
peserta didik membuka cakrawala pengetahuan. Guru sebagai penyampai
informasi dan pembimbing peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan dan
pembelajaran, dituntut meningkatkan kompetensinya melalui berbagai bahan
bacaan, seminar, maupun penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelasnya. Sehingga akan meningkatkan pengetahuan dan kreativitas peserta
didiknya. Guru mata pelajaran IPS dibentuk untuk mengembangkan kompetensi
dan profesionalitas sesuai tuntutan dunia pendidikan. Guru dituntut agar kreativ
sehingga mampu mengembangkan diri dan bertanggungjawab terhadap profesinya
demi kemajuan pendidikan.
Norma, nilai bahasa, seni dan sebagainya yang menjadi komponen
dalam kehidupan manusia dipelajari dalam bidang humaniora, walau humaniora
commit to user
mengintegrasikan keduanya. IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan
humaniora (Ahmadi & Amri, 2011). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep , dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang SMP mata pelajaran IPS memuat materi Geografi,
Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik
diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Mulyasa, 2007).
Pada setiap guru mata pelajaran yang ada di SMP, demi perkembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, diharuskan membuat perangkat
pembelajaran secara terpadu pada setiap mata pelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya (Muhaimin, Sutiah, & Prabowo, 2008). Mata pelajaran IPS disusun
secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan
pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang
lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan (Mulyasa, 2007).
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) substansi mata pelajaran IPS pada SMP merupakan ”IPS Terpadu”. Dengan diterapkannya KTSP memunculkan masalah bagi guru Sejarah, guru Geografi, dan guru Ekonomi yang
awalnya mengajar sesuai dengan spesialisasinya masing-masing. Dengan
demikian, mau tidak mau guru Sejarah harus mengajarkan materi Geografi,
Ekonomi, dan Sosiologi. Guru Geografi harus mengajar Sejarah, Ekonomi, dan
Sosiologi. Demikian juga dengan guru Ekonomi yang harus mengajar materi
Sejarah, Geografi, dan Sosiologi. Konsekuensi bagi guru Sejarah, Geografi, dan
Ekonomi harus membuat perangkat pembelajaran IPS yang di dalamnya memuat
materi tentang Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi. Salah satu masalah
bagi guru Sejarah selain harus membuat perangkat pembelajaran IPS, guru
Sejarah juga dituntut memiliki kompetensi untuk mengajarkan materi Geografi,
Ekonomi, dan Sosiologi dari mata pelajaran IPS yang menjadi tanggung
commit to user
Dengan demikian, keempat kompetensi guru harus menjadi perhatian
utama bagi seluruh guru pada setiap satuan tingkatan pendidikan, karena
memberikan andil besar seorang guru dapat disebut sebagai guru yang profesional
atau guru yang tidak profesional, sehingga pekerjaan mengajar menjadi pilihan
profesi yang harus dipertanggungjawabkan. Konsekuensi logisnya, pekerjaan guru
menuntut tanggung jawab yang besar, baik bagi diri sendiri, masyarakat, dan
bangsa (Janawi, 2011).
Berdasarkan pemikiran tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian terhadap Guru IPS-Sejarah di SMP Kota Surakarta. Penelitian dalam
bentuk skripsi dengan judul: “Kompetensi Guru IPS-Sejarah Dalam
Mengimplementasikan Pembelajaran IPS di SMP Kota Surakarta (Studi Kasus Di
SMP Negeri 11, 27 dan Muhammadiyah 1 Surakarta)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah, maka masalah penelitian perlu dirumuskan.
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kompetensi guru IPS-Sejarah dalam mengimplementasikan
pembelajaran IPS?
2. Bagaimana kendala yang dihadapi guru IPS-Sejarah dalam
mengimplementasikan pembelajaran IPS?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan guru IPS-Sejarah untuk mengatasi kendala,
dan meningkatkan serta mengembangkan kompetensinya dalam
mengimplementasikan pembelajaran IPS ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan
ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian
guru IPS-Sejarah dalam mengimplementasikan pembelajaran IPS.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat guru IPS-Sejarah dalam
commit to user
3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru IPS-Sejarah untuk
mengatasi kendala, dan meningkatkan serta mengembangkan kompetensinya,
dalam mewujudkan pembelajaran IPS.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
a. Menambah pengetahuan dan wawasan ilmiah tentang implementasi
pembelajaran IPS pada umumnya dan tentang kompetensi guru
IPS-Sejarah pada khususnya.
b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada
pembaca agar digunakan sebagai tambahan bacaan dan referensi dalam
penulisan penelitian mengenai kompetensi guru dan implementasi
pembelajaran IPS.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis atau aplikasi penelitian ini bermanfaat untuk :
a. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
b. Memberikan sumbangan terhadap penelitian selanjutnya, khususnya dalam