• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago major L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA TIKUS PUTIH JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA DIABETES Dermiati T1 ,, Yuliet S2 , Andrya B1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEK EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago major L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA TIKUS PUTIH JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA DIABETES Dermiati T1 ,, Yuliet S2 , Andrya B1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago major L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA TIKUS PUTIH JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA

DIABETES

Dermiati T1,*, Yuliet S2, Andrya B1

1Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Pelita Mas Palu, Sulawesi Tengah 2Fakultas MIPA Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah

*email: dermiatitatto@yahoo.co.id

ABSTRAK

Daun sendok (Plantago major L.) merupakan tanaman yang dipercayai memiliki khasiat tanaman obat dengan kandungan senyawa kimia yang diyakini memiliki efek potensial sebagai antidiabetes dan antioksidan. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan

yang bertujuan mengetahui efek dan menentukan dosis efektif ekstrak daun sendok terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus putih jantan model hiperkolesterolemia diabetes. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan sebanyak 30 ekor dibagi menjadi 6 kelompok terdiri dari kelompok normal, kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif dan 3 kelompok uji yang diberikan ekstrak etanol daun sendok dengan dosis masing-masing 500 mg/kg BB, 750 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB. Model hewan hiperkolesterol dibuat menggunakan induksi pakan diet tinggi lemak selama 4 minggu dan induksi streptozotocin dosis 30 mg/kg BB. Perlakuan dilakukan selama 2 minggu. Data glukosa darah dianalisis menggunakan uji statistik One Way Anova dan uji lanjut Post Hoc Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol pada dosis 500 mg/kg BB merupakan dosis efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan model hiperkolesterolemia yang sebanding dengan kontrol positif menggunakan metformin. Kata Kunci : Plantago major L, antihiperglikemi, hiperkolesterolemia, diabetes.

ABSTRACT

Plantago major L. is a plant that believed to have the efficacy of medicinal plants containing chemical compounds that are believed to have potential as an antidiabetic effect and an antioxidant. This study is a research that aims to know effect and determine the effective dose extract of leaf spoon against a decrease in blood glucose white male rats model of hypercholesterolemia. Test animals used were male rats of 30 were divided into six groups consisting of normal group, negative control group, positive control group and three test groups were given ethanol extract of leaves spoon with each dose of 500 mg/kg, 750 mg/kg and 1000 mg/kg. An animal model of hypercholesterolemia created using induction feed high-fat diet for 4 weeks and streptozotocin induced a dose of 30 mg/kg. The treatment was done for 2 weeks. Blood glucose data were analyzed using statistical test and One Way ANOVA and further test of Post Hoc Duncan. The results showed that the ethanol extract at a dose of 500 mg/kg dose is effective to lowering blood glucose levels hypercholesterolemic male rats models were comparable to the positive control using metformin.

(2)

PENDAHULUAN

Penggunaan tanaman sebagai obat tradisional masih banyak dilakukan masyarakat Indonesia selain obat-obatan yang berasal dari bahan kimia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, mempunyai kurang lebih 35.000 pulau yang besar dan kecil dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang sangat banyak. Pemanfaatan lingkungan terutama tumbuhan pada daerah terisolir untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan seperti untuk obat-obatan tradisional sangat tinggi1. Berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar Tahun 2010 menunjukkan penggunaan obat tradisional oleh masyarakat Indonesia lebih dari 50%(2). Sejarah kedokteran menunjukkan bahwa obat tradisional merupakan awal mula adanya obat modern. Beberapa obat tradisional yang terus dikembangkan kearah fitofarmaka adalah obat antidiabetes(3).

Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau ketika tubuh sudah tidak mampu lagi memberikan respon yang tepat terhadap insulin yang dihasilkan yang ditunjukkan dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia)(4). International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi DM di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian DM didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita DM(5). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%). World Health Organizatin (WHO) memperkirakan jumlah pengidap DM di atas umur 20 tahun akan membengkak menjadi 300 juta orang pada tahun 2025. DM telah dikategorikan sebagai penyakit global oleh WHO dengan jumlah penderita di dunia mencapai 199 juta jiwa pada tahun 2009. Kasus diabetes yang terbanyak dijumpai adalah DM tipe 2(6).

Tanaman daun sendok (Plantago mayor L.) merupakan tanaman dari family Plantaginaceae salah yang dipercaya sebagai obat antidiabetes. Daun sendok merupakan tumbuhan obat liar di hutan, ladang, dan halaman berumput yang agak lembab, kadang ditanam di pot sebagai tumbuhan obat. Tanaman daun sendok mengandung senyawa kimia antara lain senyawa fenolik, asam karboksilat, flavonoid termasuk apigenin dan luteolin, beta karoten, asam askorbat, kolin, dan niasin, tanin, sterol, dan polisakarida. Beberapa senyawa ini diyakini memiliki efek potensial sebagai antidiabetes dan antioksidan(7).

Penelitian sebelumnya oleh Rezchy dkk (2014) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun sendok memiliki efek menurunkan kadar gula darah pada dosis 0,38 g/kgBB, 0,756 g/kgBB, dan 1,5 g/kgBB pada tikus putih jantan yang diinduksi sukrosa(8). Penelitian lain oleh Anggraini RSS (2010), menyatakan pemberian ekstrak daun sendok dengan dosis 1000 mg/kgBB tidak menurunkan kadar MDA pada mencit yang diinduksi streptozotocin(9). Penelitian Aguilar dkk (2006) menyatakan bahwa pemberian ekstrak metanol dan ekstrak air biji Plantago major L dosis 500 mg/kg BB, i.p pada mencit yang diinduksi dengan aloksan, dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan masing-masing % PKGD 52,2 ± 8,4 mg/dL dan 43,6 ± 6,3 mg/dL(10). Penelitian Sitta HS (2008) menyatakan bahwa infusa daun sendok (Plantago major L.) diduga bisa menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci jantan yang dibebani glukosa(7).

(3)

METODE PENELITIAN

Bahan

Air Suling, Aqua Pro Injeksi, Amoniak, Asam klorida pekat P, Asam Sulfat, Buffer sitrat saline (asam sitrat, Na sitrat), Etanol 96%, Kloroform, Larutan FeCl3, Larutan NaCl10%,

Na-CMC, Pakan diet tinggi lemak (pakan standar, lemak kambing, kuning telur), Pereaksi Dragendorff, Pereaksi Lieberman-Bunchard, Pereaksi Meyer, Pereaksi Wagner, Serbuk Magnesium P, Simplisia Daun Sendok (Plantago major L), Stik Glukometer (Easy Touch GCU), Streptozotocin (Bioworld USA), Tablet Metformin (PT. Dexa Medica No.Reg : GKL 9805024917A1)

Peralatan

Aluminium foil, Ayakan mesh 40, Batang pengaduk, Bejana maserasi, Blender (Panasonic), Cawan porselin, Erlemeyer (Pyrex), Gelas kimia (Pyrex), Gelas ukur (Pyrex), Glukometer (Easy Touch GCU), Glukotest strip test (Easy Touch GCU), Gunting, Kandang hewan uji, Labu Ukur (Pyrex) , Mortir dan stamper, Penangas air, Pipet tetes, Rak tabung, Rotary Evaporator, Spoit injeki (Terumo Syringe), sonde/spoit oral (Terumo Syringe), Tabung reaksi, Timbangan analitik (Sartorius), Timbangan kasar.

Prosedur

Pengambilan dan pengolahan bahan uji

Bahan yang digunakan adalah daun sendok (Plantago major L.), yang diperoleh dari Kota Batu Malang Jawa Timur dalam bentuk serbuk simplisia kering.

Pembuatan ekstrak etanol daun sendok

Pembuatan ekstrak daun sendok (Plantago major L.) dilakukan dengan menggunakan metode maserasi.

Uji penapisan fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mendeteksi adanya metabolit sekunder berdasarkan golongannya dan sebagai informasi awal untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang mempunyai aktivitas biologis dari suatu tanaman dalam bentuk simplisia atau ekstrak. Pengujian dilakukan terhadap golongan senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, dan tanin yang dilakukan secara kualitatif dengan reaksi warna atau pengendapan. Pembuatan suspensi metformin

Dosis metformin pada manusia dewasa adalah 500 mg per hari, jika dikonversi pada tikus dengan berat 200 g adalah 0,018 mg, maka dosis metformin untuk tikus adalah 9 mg/200 gBB. Ditimbang serbuk tablet metformin yang setara dengan 360 mg kemudian disuspensi dalam Na CMC 0,5% hingga 100 ml.

Pembuatan bahan uji

(4)

Penyiapan hewan uji

Tikus wistar sebanyak 30 ekor diadaptasikan selama dua minggu di laboratorium dengan dikandangkan secara memadai pada suhu lingkungan normal dan diberikan pakan standar serta minum.

Hewan uji dibagi secara acak dalam 6 kelompok, yaitu kelompok normal, kelompok kontrol negatif (K-), kelompok kontrol positif (K+), dan 3 kelompok perlakuan dengan dosis yang berbeda yaitu 500 mg/kgBB, 750 mg/kgBB, dan 1000 mg/kgBB, masing-masing satu kelompok terdiri dari 5 ekor hewan uji.

Pembuatan pakan diet tinggi lemak

Makanan tinggi lemak yang digunakan adalah pakan standar (80%), lemak kambing (15%) dan kuning telur bebek (5%). Pakan dibuat dengan cara memanaskan lemak kambing dengan cara melelehkan hingga lemak kambing menjadi minyak. Telur direbus hingga matang, dipisahkan kuning telur dengan putih telur. Kuning telur dikeringkan dalam oven selama kurang lebih 24 jam kemudian digerus hingga halus. Pakan standar digerus sampai halus lalu dicampurkan dengan kuning telur dan minyak lemak kambing. Campuran diaduk sampai homogen kemudian dibentuk menjadi pellet. Jumlah konsumsi makanan setiap harinya maksimum sebanyak 20 g/tikus dan diberikan selama 4 minggu. Pembuatan larutan streptozotocin

Streptozotocin (STZ) 0,24 gram dilarutkan ke dalam buffer sitrat pH 4,5 hingga 100 ml, selanjutnya divortex hingga homogen, sehingga dihasilkan larutan STZ stok. Larutan STZ stok disimpan pada suhu 4°C.

Pembuatan model tikus yang diinduksi pakan diet tinggi lemak, injeksi streptozotocin dosis rendah dan pengujian ekstrak

Tikus diberi pakan standar yang terdiri dari 12% lemak, 60% karbohidrat, dan 28% protein selama 14 hari kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa darah awal. Kemudian diberi pakan diet tinggi lemak high fat diet dengan komposisi pakan (80%), lemak kambing (15%), dan kuning telur bebek (5%). Jumlah kelompok hewan uji yang mendapatkan pakan tinggi lemak sebanyak 5 kelompok dan 1 kelompok normal hanya diberikan suspensi Na CMC 0,5% (tidak diberikan induksi pakan tinggi lemak dan streptozotocin). Empat minggu setelah pemberian pakan tinggi lemak, tikus ditimbang berat badan dengan tujuan untuk melihat tikus dalam keadaan obesitas dan diukur kadar glukosa darah puasa, setelah itu tikus dipuasakan semalam (16 jam), hewan kemudian dinjeksikan dengan streptozotocin dosis rendah (30 mg/kg berat badan dalam citrate-buffered saline, pH 4.5) secara intraperitonial. Setelah 1 minggu diukur kadar glukosa darah puasa setelah induksi. Diberi perlakuan secara per oral sesuai dengan kelompoknya selama 2 minggu. Kontrol negatif (K-) diberi suspensi Na CMC 0,5%, untuk kelompok kontrol positif (K+) diberi suspensi metformin dan untuk kelompok uji diberi ekstrak kental daun sendok dengan dosis masing-masing 500 mg/kg BB, 750 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB. Kemudian kadar glukosa darah diperiksa pada hari ke 42 (hari ke 7 setelah perlakuan) dan hari ke 49 (hari ke 14 setelah perlakuan). Semua sampel darah diambil dari vena ekor tikus dan kadar glukosa darah diukur dengan glukometer.

Penentuan kadar glukosa darah

(5)

menghasilkan intensitas warna yang akan dideteksi oleh alat ini. Metode penggunaan alat ini sangat sederhana, sensitif dan spesifik untuk pengujian glukosa darah.

Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95%. Jika terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilakukan uji lanjut Post Hoc Duncan untuk mengetahui kelompok perlakuan yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Pengolahan data dilakukan menggunakan program Software SPSS 20.0

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil determinasi

Determinasi tanaman dilakukan di UPT Materia Medika Kota Batu, Dinas Kesehatan Jawa Timur. Hasil determinasi menunjukkan bahwa daun sendok yang digunakan dalam penelitian adalah benar tanaman spesies Plantago major L. familia Plantaginaceae.

Hasil ekstraksi

Pembuatan ekstrak etanol daun sendok menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak kental yang diperoleh sebanyak 96 gram dengan nilai rendemen ekstrak sebesar 10,7%.

Hasil uji penapisan fitokimia

Uji penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak. Hasil uji penapisan fitokimia dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji penapisan fitokimia

Pengujian Hasil Pengamatan Hasil

Alkaloid Warna merah jingga Positif

Flavonoid Warna kuning jingga Positif

Polifenol Warna biru Positif

Saponin Terbentuk busa stabil dan tidak hilang seketika setelah ditetesi asam klorida N

Positif

Tanin Warna biru kehitaman Positif

Hasil pengukuran kadar glukosa darah

(6)

Tabel 2. Hasil pengukuran kadar glukosa darah setiap kelompok sebelum perlakuan, setelah induksi, dan selama perlakuan

Perlakuan No. Kadar glukosa darah (mg/dL)

KGDA-0 KGDI-35 KGDP-42 KGDP-49

Kontrol Normal 1 88 116 105 100

2 93 83 94 88

3 98 88 90 93

4 97 87 83 96

5 94 97 98 92

Rerata ± SD 94 ±3,93 94,2 ±13,21 94 ± 8,27 93,8 ± 4,49

Kontrol Negatif (-) 1 104 389 284 245

Na CMC 0,5% 2 80 384 348 259

3 98 297 288 213

4 91 245 223 220

5 107 257 220 202

Rerata ± SD 96 ±10,84 314,4 ±68,60 272,6±53,10 227,8 ±23,53

Kontrol Positif (+) 1 91 403 125 91

Metformin 2 103 593 182 127

3 96 530 145 120

4 98 455 135 117

5 85 575 161 125

Rerata ± SD 94,6 ±6,88 511,2 ±80,60 149,6±22,47 116 ±24,14

Ekstrak Dosis 1 79 372 145 69

500 mg/Kg BB 2 94 293 181 98

3 97 591 245 159

4 84 423 125 100

5 104 386 136 105

Rerata ± SD 91,6 ±10,06 413 ±110,22 166,4±48,70 106,2±32,70

Ekstrak Dosis 1 94 330 149 91

750 mg/Kg BB 2 93 348 128 101

3 97 390 172 91

4 89 600 223 112

5 87 307 125 89

Rerata ± SD 92±4 395 ±118,56 159,4±40,25 96,8±9,70

Ekstrak Dosis 1 112 497 149 103

1000 mg/kg BB 2 106 384 147 106

3 111 419 161 91

4 107 330 136 105

5 97 395 123 98

Rerata ± SD 106,6±5,94 405 ±60,88 143,2±14,36 100,6 ±6,19 Keterangan :

KGDA-0 = Kadar Glukosa Darah Awal

(7)

Grafik 1. Profil kadar glukosa darah hewan uji hari ke-0, setelah induksi, dan selama perlakuan pada hari ke-42 dan hari ke-49

Tabel 3. Selisih penurunan kadar glukosa darah pada hewan uji Kelompok Keterangan : Abjad yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan

(8)

Uji analisis Anova Satu Arah ( One Way Anova )

Tabel 4. Hasil Statistik One Way Anova Penurunan Kadar Glukosa Darah Setelah Perlakuan Hari-42

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 263255,200 4 65813,800 14,709 ,000

Within Groups 89488,800 20 4474,440

Total 352744,000 24

Tabel 5. Hasil Uji Lanjut Duncan Penurunan Kadar Glukosa Darah setelah Perlakuan Hari ke-42

Perlakuan N Subset for alpha = 0,05 1 2 3

Kontrol Negatif 5 41,8000

Kontrol Positif 5 356,2000

Kelompok Dosis 500 mg/kg BB 5 246,6000

Kelompok Dosis 750 mg/kg BB 5 235,6000 Kelompok Dosis 1000 mg/kg BB 5 261,8000

Sig. 1,000 ,566 1,000

Tabel 6. Hasil Statistik One Way Anova Penurunan Kadar Glukosa Darah Setelah Perlakuan Hari-49

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 261519,760 4 65379,940 10,776 ,000 Within Groups 121338,800 20 6066,940

Total 382858,560 24

Tabel 7. Hasil Uji Lanjut Duncan Penurunan Kadar Glukosa Darah setelah Perlakuan Hari ke-49

Perlakuan N Subset for alpha = 0,05 1 2

Kontrol Negatif 5 86,6000

Kontrol Positif 5 395,2000 Kelompok Dosis 500 mg/kg BB 5 306,8000 Kelompok Dosis 750 mg/kg BB 5 298,2000 Kelompok Dosis 1000 mg/kg BB 5 304,4000

Sig. 1,000 ,084

Pembahasan

(9)

Cairan penyari yang digunakan adalah etanol 96%. Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena lebih selektif, kapang sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan, memerlukan panas yang lebih sedikit untuk proses pemekatan, dan zat pengganggu yang larut terbatas. Etanol bersifat semipolar yang dapat melarutkan bahan aktif yang terkandung di dalam tanaman, baik yang bersifat polar, nonpolar dan semipolar, etanol juga diketahui lebih aman (tidak bersifat toksik). Ekstrak kental yang diperoleh dari hasil maserasi simplisia daun sendok yaitu 96 gram dengan nilai rendemen yang diperoleh adalah 10,7%.

Hasil uji fitokimia pada menunjukkan bahwa ekstrak daun sendok (Plantago major L.) mengandung alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin dan tanin. Hal ini sesuai dengan penelitian Anggraini RSS, 2010 yang menyatakan bahwa daun sendok mengandung saponin, flavonoid, polifenol, tanin(9).

Penelitian menggunakan hewan uji berupa tikus putih jantan (Rattus norvegicus) sebanyak 30 ekor, sebelum digunakan semua kelompok tikus dipuasakan selama 16 jam untuk pengukuran kadar glukosa darah awal pada hewan uji agar memastikan bahwa hewan uji tersebut mempunyai kadar glukosa darah yang normal yaitu 50-135 mg/dL.

Hasil pengukuran kadar glukosa awal berkisar antara 91,6 – 106,6 mg/dL yang menunjukkan tikus dalam keadaan normal/sehat. Selanjutnya tikus diberi makanan pakan diet tinggi lemak dengan komposisi pakan (80%), lemak kambing (15%), dan kuning telur bebek (5%) selama 4 minggu, kecuali kelompok sehat tetap diberi makanan pakan standar. Tujuan pemberian pakan diet tinggi lemak tikus dibuat obesitas dan juga diharapkan dapat meningkatkan kandungan asam lemak bebas didalam plasma sel yang mengakibatkan penurunan sensitivitas insulin pada jaringan perifer.

Setelah pemberian pakan diet tinggi lemak, dilanjutkan dengan induksi streptozotocin dengan dosis 30 mg/kg BB secara intraperitoneal. Streptozotocin (STZ) sering digunakan sebagai induksi insulin-dependent dan non-insulin-dependent diabetes melitus pada hewan uji karena selektif merusak sel beta pankreas. STZ bekerja langsung pada sel beta pankreas dengan aksi sitotoksinya dimediatori oleh reactive oxygen species (ROS) sehingga dapat digunakan sebagai induksi diabetes melitus. STZ sebagai agen diabetonik dapat memicu peningkatan produksi radikal bebas berlebih dan menyebabkan stres oksidatif(11).

Pengukuran kadar kolesterol pada tikus setelah induksi pakan diet tinggi lemak dan streptozotocin juga menunjukkan adanya peningkatan kadar kolesterol dibandingkan kadar kolesterol awal. Hal ini berarti bahwa induksi pakan diet tinggi lemak dan streptozotocin dapat meningkatkan kadar kolesterol dan kadar glukosa darah secara signifikan. Hasil induksi menunjukkan adanya peningkatan kadar glukosa darah tikus yang signifikan yang berkisar 314,4 sampai 511,2 mg/dL.

Hasil uji statistik One Way Anova pada selisih penurunan kadar glukosa darah kelompok hewan uji pada hari ke-42 memperlihatkan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan nilai p lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari semua perlakuan pada hari ke-42. Uji dilanjutkan dengan uji lanjut Post Hoc Duncan untuk melihat perbedaan yang bermakna pada kelompok perlakuan.

(10)

sensitivitas terhadap insulin dan menekan produksi glukosa hati sehingga kadar glukosa dalam darah menurun dan secara tidak langsung mengurangi pembentukan senyawa oksigen reaktif akibat hiperglikemia.

Pengujian One Way Anova pada hari ke-49 menunjukkan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan nilai p lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari semua perlakuan pada hari ke-49. Uji dilanjutkan dengan uji lanjut Post Hoc Duncan untuk melihat perbedaan yang bermakna pada kelompok perlakuan.

Hasil pengujian Post Hoc Duncan pada hari ke-49 menunjukkan perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok perlakuan dan kelompok kontrol negatif yang diberikan suspensi Na CMC namun memperlihatkan perbedaan tidak signifikan dengan kelompok kontrol positif yang diberikan metformin. Hal ini disebabkan adanya kandungan senyawa bioaktif yang terdapat pada ekstrak daun sendok yaitu senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan polifenol. Senyawa flavonoid dapat bersifat sebagai antidiabetes karena mampu berperan sebagai senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas, sehingga dapat mencegah kerusakan sel beta pankreas yang memproduksi insulin(12). Alkaloid dapat menurunkan glukosa darah dengan cara menghambat absorbsi glukosa di usus, meningkatkan transportasi glukosa dalam darah, merangsang sintesis glikogen dan menghambat sintesis glukosa dengan cara menghambat enzim glukosa 6-fosfatase, fruktosa 1,6-bifosfatase, serta meningkatkan oksidasi glukosa melalui glukosa 6-fosfat dehidrogenase. Glukosa 6-fosfatase dan fruktosa 1,6-bifosfatase merupakan enzim yang berperan dalam glukoneogenesis. Penghambatan pada kedua enzim ini akan menurunkan pembentukan glukosa dari substrat lain selain karbohidrat(13). Saponin dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menghambat aktivitas enzim alfa glukosidase, yaitu enzim yang terdapat dalam pencernaan yang bertanggung jawab terhadap pengubahan karbohidrat menjadi glukosa(14). Tanin juga mempunyai aktivitas hipoglikemik yang berfungsi sebagai astrigens atau pengkhelat yang dapat mengerutkan membran epitel usus halus sehingga mengurangi penyerapan sari makanan dan sebagai akibatnya menghambat asupan gula dan laju peningkatan gula darah tidak terlalu tinggi(15). Penurunan stres oksidatif secara umum dapat mengurangi resistensi insulin dan menghambat kerusakan sel β pankreas, sehingga polifenol terindikasi mampu menahan resiko penyakit diabetes melitus berkembang menjadi lebih parah(16).

Penurunan kadar glukosa darah perlakuan yang diberikan ekstrak etanol daun sendok dosis 500 mg/kg BB, 750 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal yang diperhatikan dalam manfaatnya ekstrak etanol daun sendok adalah hubungan dosis dan respon yang tidak selalu positif, artinya semakin tinggi dosis tidak selalu diikuti dengan meningkatkan efek fenomena hubungan dosis dengan respon (efek) suatu obat merupakan hal yang mungkin terjadi. Obat yang bekerja melalui mediasi reseptor, hubungan dosis dan efek obat sangat terkait dengan ketersediaan dan karakteristik reseptor obat tersebut dalam menimbulkan suatu efek. Penurunan efek menunjukkan telah terjadi kejenuhan reaksi antara molekul obat dengan reseptornya sehingga kenaikan dosis tidak akan menyebabkan penurunan efek yang ditimbulkan(16).

(11)

memberikan efek yang sama dengan dosis yang lebih tinggi dan dosis 500 mg/kg BB selisih yang paling terkecil serta sebanding dengan metformin.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian uji efek ekstrak daun sendok (Plantago major L.) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) hiperkolesterolemia disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak daun sendok (Plantago major L.) dengan dosis 500 mg/kg BB, 750 mg/kg BB dan 1000 mg/kg BB memiliki efek untuk menurukan kadar glukosa darah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) hiperkolesterolemia diabetes

2. Ekstrak daun sendok (Plantago major L.) pada dosis 500 mg/kg BB efektif menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) hiperkolesterolemia diabetes sebanding dengan kontrol positif metformin pada hari ke-49.

DAFTAR PUSTAKA

1. Surdirga, S. 2012. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisiomal di Desa Trunyan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Jurnal Bumi lestari. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Udayana. Denpasar.

2. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan pengembangan kesehatan. Jakarta.

3. Tjokronegoro, Braziad. 1992. Etika Penelitian Obat Tradisional. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

4. Rio, B.P. 2012. Efek Hipoglikemik Kombinasi Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga Tanarius L. dengan Insulin pada Tikus Wistar Jantan Terbebani Glukosa. Universitas Fakultas Farmasi Sanata Dharma. Yogyakarta.

5. Harding, Anne Helen et al. 2003. Dietary Fat adn Risk of Clinic Type Diabetes. American Journal of Epidemiology.

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes 2013). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

7. Sitta H.S. 2008. Uji Efek Infusa Daun Sendok (Plantago major L) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Kelinci Jantan. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

8. Rezchy dkk. 2014. Uji Efektivitas Penurunan Kadar Gula Darah Ekstrak Etanol Daun Sendok (Plantago Major L.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus novergicus) yang Dinduksi Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi Universitas Sam Ratulangi Vol 3 No 2. Manado.

9. Anggraini R.S.S. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sendok (Plantago major L.) terhadap Kadar Malondialdehyde pada Mencint Balb/C Induksi Streptozotocin. Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta.

10. Aquilar dkk. 2006. Pemberian Ekstrak Metanol dan Ekstrak Biji Plantago major L. pada Mencit yang Diinduksi dengan Aloksan. Jurnal Ilmiah.

11. Lestari. K. 1997. Uji Aktivitas Antihiperlipidemia Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) pada Tikus. Laporan Penelitian. Universitas Padjajaran. Bandung.

12. Agung N. 2006. Hewan Percobaan Diabetes Melitus:Patologi dan Mekanisme Aksi Diabetagonik. Jurnal Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

(12)

14. Lamanepa. E.L.M. 2005. Perbandingan Profil Lipid dan Perkembangan Lesi Aterosklerosis pada Tikus Wistar yang Diberi Diet Perasan Pare dengan Diet Perasan Pare dan Statin. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Biomedik Universitas Diponegoro. Semarang.

15. Malanggi, L., Sangi, M dan Pacdonk, J. 2012. Penuntun Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill). Jurnal MIPA Universitas Sam Ratulangi. Manado.

16. Supriyanto dkk. 2006. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Polifenol. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol XVIII No. 3. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 2. Hasil pengukuran kadar glukosa darah setiap kelompok sebelum perlakuan, setelah induksi, dan selama perlakuan
Grafik 1. Profil kadar glukosa darah hewan uji hari ke-0, setelah induksi, dan selama  perlakuan pada hari ke-42 dan hari ke-49
Tabel 4. Hasil Statistik One Way Anova Penurunan Kadar Glukosa Darah Setelah Perlakuan Hari-42

Referensi

Dokumen terkait

Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain, dan

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014

Sarana TK Gedung Ruang Kelas Ruang Guru Kantin TK WC/KM Guru/Karyawan WC/KM Anak Didik. Ruagn Penjaga TK Aula Halaman TK Gudang Dapur Tempat/Ruang Tunggu

Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam implementasi mamajemen kelas I dalam pengelolaan siswa meliputi: Tidak semua guru di SDIT Ar-Risalah memiliki kesamaan

yang dipilih oleh penulis adalah “Perilaku Berpacaran pa da Remaja Usia Madya: Studi Kasus di Daerah Kabupaten Merangin Jambi ”.

In this step, modification of cooperation contract monitoring system has been done by implementing previous concepted two central facilities protocol, AES,

Jumlah dokumen pembinaan penyusunan program kegiatan, pelaksanaan pengadaan lahan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengelolaan aset, persiapan pelaksanaan OP sarana

Coret yang