• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PENDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PENDIRI"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PENDIRI

PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR

SKRIPSI

Oleh:

SRI WANTINI

NPM : 11250025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

(2)
(3)

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PENDIRI PONDOK

MODERN DARUSSALAM GONTOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

OLEH

SRI WANTINI NPM: 11250025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

(4)

PENGESAHAN PEMBIMBING

Skripsi oleh SRI WANTINI ini,

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Metro, 09 Mei 2015 Pembimbing I,

Dr. M. Ihsan Dacholfany, M.Ed. NIDN. 9903020218

Pembimbing II

Drs. M. Ali Syufa’at, M. Kom. I. NBM. 486551

Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam,

(5)

PENGESAHAN PENGUJI Skripsi oleh SRI WANTINI ini,

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 14 September 2015

TIM PENGUJI

..., Ketua Dr. M. Ihsan Dacholfany, M.Ed.

..., Sekretaris M. Samson Fajar, M. Sos. I.

..., Penguji Utama Drs. A. Rasyid Sidiq, M. Pd. I.

Mengetahui,

Fakultas Agama Islam UM Metro Dekan,

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sri Wantini

NPM : 11250025

Jurusan/prodi :Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi ini adalah asli, bukan duplikasi atau tulisan yang telah diajukan untuk mendapatkan gelar oleh orang lain diperguruan tinggi manapun, juga tidak memuat bahan-bahan yang saya sebutkan sumbernya yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat, apabila ternyata tidak benar, maka saya akan bersedia menanggung akibat yang ditimbulkan.

Metro, 11 Mei 2015 Yang menyatakan,

(7)

MOTTO

ُ كَماَدَأ ّبَثُيَو ُك ُصنَي َهّلل ْاوُرُصنَت نإإ ْآوُنَماَء َنيإذّل اَهّيَأَٰٓي

ۡۡم

ۡق ۡت

ۡم ۡر

ٱ

ٱ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

(QS. Muhammad: 7)

“Ilmu adalah inti kehidupan agama Islam dan tiangnya iman. Barang siapa mengajarkan suatu ilmu, niscaya Allah menyempurnakan pahalanya; dan barang

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan tersusunnya skripsi ini, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dengan sepenuh hati, ucapan terimakasih ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibunda Purwanti tercinta, yang senantiasa memberi semangat dan mendidik, menyayangi serta mengarahkan penulis sejak dalam kandungan hingga saat ini. Ucapan terima kasih tak terhingga kepada beliau atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah menggantinya dengan balasan yang lebih indah, yaitu surga-Nya. Amiin. 2. Ayahanda Samiran dan Ayahanda Rustam, serta nenek Tukiyem yang

senantiasa mendukung dan mendo’akan penulis.

3. Adinda tersayang Ivan Rio Fernando yang selalu menemani dan menghibur penulis dikala sedang penat, semoga engkau menjadi anak yang sholeh yang selalu dalam lindungan Allah SWT.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Gentengan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, pada Tanggal 27 November 1992. Sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan orang tua Ayah Samiran dan Ibu Purwanti.

Riwayat pendidikan penulis, ditempuh dengan tahapan pendidikan:

1. Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Resab Ombo 1 Kec. Doko, Kab. Blitar, Jawa Timur. Lulus pada tahun 1999.

2. Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Sumber Baru, Kecamatan Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Lulus pada tahun 2005 3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Mesuji Raya, Kecamatan

Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Lulus pada tahun 2008.

4. Sekolah menengah Atas (SMA) Negeri 1 Mesuji Raya, Kecamatan Mesuji Raya, Kabupaten Ogan komering Ilir, Sumatera Selatan. Lulus pada tahun 2011.

5. Strata satu (S1) di Universitas Muhammadiyah Metro, Fakultas Agama Islam, jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam, tahun akademik 2011/2012 sampai dengan tahun 2014/2015.

(10)

Pengalaman Berorganisasi dimulai sejak penulis duduk di bangku SMP yaitu dengan menjadi anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMPN 2 Mesuji Raya, selanjutnya menjadi Anggota OSIS kembali di SMAN 1 Mesuji Raya. Kemudian, setelah masuk kedalam dunia kampus, penulis mengikuti UKM KM3 (Korp Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah) di Universitas Muhammadiyah Metro dan diberi amanah sebagai bendahara umum KM3 pada periode 2013/2014. Serta menjadi pengurus Forum Santri Imaadul Bilaad (FORSIBA) Pondok Putri Aisyiyah Imaadul Bilaad Kota Metro. Sekarang penulis tercatat sebagai pengajar di MI Muhammadiyah Hadimulyo, Metro Pusat.

(11)

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya karena Allah masih memberikan kita kekuatan untuk selalu beraktivitas dalam hidup ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sholawat dan salam semoga Allah curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua termasuk ummatnya yang senantiasa beritiba’ kepadanya dan mendapat syafaatnya kelak.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar bagi penyusun ataupun ummat Islam, dan bisa menjadi khazanah ilmu pengetahuan Islam untuk memajukan Islam yang tercinta ini, dan menjadi amal yang sholih bagi penyusun yang mengharap ridho dan jannah Allah SWT. Amiin.

Menjalani proses adalah bagian inti dari perjalanan ini. Banyak bimbingan dan saran yang penulis dapatkan dari berbagai pihak dilingkungan civitas akademika Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Metro, dan keluarga dalam proses ini. Maka dengan penuh rasa hormat, dan kebersamaan, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Metro.

2. Bapak Drs. Sarbini, selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Metro.

(12)

telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Kuliyatun M.Pd.I selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), yang selalu memberikan saran, arahan serta bimbingannya.

5. Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan di universitas Muhammadiyah Metro.

6. Ibu Dra. Hj. Elis Setiawati M.Pd, selaku kepala perpustakaan Universitas Muhammadiyah Metro.

7. Para Staf Administrasi Fakultas Agama Islam, yang telah ikhlas memberikan pelayanan kepada penulis dengan lancar.

8. Keluarga Besar Pondok Pesantren Putri ‘Aisyiyah (PPPA) Imadul Bilad kota Metro, Korp Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah (KM3) UM Metro, serta rekan-rekan seperjuangan di Pondok Putri Aisyiyah Imadul Bilad, Ummi Nurhanifah, Rosida Ummami, Nia Dwi Jayanti dan Fitri Wardati, Sefti Agustina, serta adik-adikku di Imadul Bilad (Millata Hanifa, Hanifa Mufidah, Desi Kumala Sari, Uswatun Hasanah, dkk). Terima kasih kepada kalian semua yang telah membuat hari-hari penulis menjadi lebih berharga, semoga Allah SWT senantiasa menjaga ukhuwah kita bersama.

(13)

10. Almamater FAI Universitas Muhammadiyah Metro, jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam.

Penulis sudah mencurahkan segenap ilmu dan pengetahuannya untuk penulisan skripsi ini, waktu dan tenaga untuk tersusunnya karya ini, tentu sudah menjadi kewajaran bila ada beberapa kekurangan dan kesalahan, baik pada sistematika ataupun subtansinya, namun penulis berharap adanya sumbangsih pemikiran dari pembaca agar karya ini lebih baik.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar bagi penyusun ataupun ummat Islam, dan bisa menjadi khazanah ilmu pengetahuan untuk memajukan islam yang tercinta ini, dan menjadi amal yang sholih bagi penyusun yang mengharap selalu ridho dan jannahnya Allah SWT, Amiin.

Metro, 22 Rajab 1436 H 11 Mei 2015 M

Penulis,

SRI WANTINI NPM.11250025

(14)

HALAMAN JUDUL...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

PERSETUJUAN PENGUJI...iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iv

MOTTO...v

PERSEMBAHAN...vi

RIWAYAT HIDUP...vii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI...xii

ABSTRAK...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Batasan dan Rumusan Masalah...4

1. Batasan Masalah...4

2. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...5

1. Tujuan Penelitian...5

2. Kegunaan Penelitian... 6

(15)

1. Jenis Penelitian...7

2. Sifat Penelitian...7

3. Sumber Data...8

4. Metode Pengumpulan Data...10

5. Metode Analisis Data...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Islam...12

B. Dasar Pendidikan Islam...14

C. Konsep Pendidikan Islam...18

D. Ruang Lingkup Konsep Pendidikan Islam...20

1. Tujuan Pendidikan...21

2. Materi dan Kurikulum Pendidikan...25

3. Metode Pendidikan Islam...27

a. Metode Keteladanan...29

b. Metode Nasehat...31

c. Metode Hadiah dan Hukuman...32

d. Metode Bercerita...33

e. Metode Pembiasaan...35

BAB III BIOGRAFI PENDIRI DAN PROFIL PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR A. Biografi Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor...36

(16)

a. Riwayat Hidup K.H. Ahmad Sahal...36

b. Riwayat Pendidikan K.H. Ahmad Sahal...37

c. Perjalanan Karir K.H. Ahmad Sahal...37

2. K.H. Zainudin Fananie...38

a. Riwayat Hidup K.H. Zainuddin Fananie...38

b. Riwayat Pendidikan K.H. Zainuddin Fananie...39

c. Perjalanan Karir K.H. Zainuddin Fananie...39

d. Karya-Karya K.H. Zainuddin Fananie...41

3. K.H. Imam Zarkasyi...42

a. Riwayat Hidup K.H. Imam Zarkasyi...42

b. Riwayat Pendidikan K.H. Imam Zarkasyi...44

c. Perjalanan Karir K.H. Imam Zarkasyi...45

d. Karya-Karya K.H. Imam Zarkasyi...47

B. Profil Pondok Modern Darussalam Gontor...48

1. Pengertian Pondok Modern Darussalam Gontor...48

2. Sejarah Pondok Modern Darussalam Gontor...50

3. Ciri-Ciri Pondok Modern Darussalam Gontor...54

4. Tujuan Pondok Modern Darussalam Gontor...56

5. Fungsi Pondok Modern Darussalam Gontor...58

(17)

1. Tujuan Pendidikan...60

2. Materi dan Kurikulum Pendidikan...63

3. Metode dan Sistem Pendidikan...68

4. Manajemen Kelembagaan Pondok Modern Darussalam Gontor...71

B. Hasil Analisa Konsep Pendidikan Islam Menurut Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor...74

1. Tujuan Pendidikan...76

2. Materi dan Kurikulum Pendidikan...78

3. Metode dan Sistem Pendidikan Pesantren...81

4. Manajemen Kelembagaan Pesantren...83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...86

B. Rekomendasi dan Saran...87

1. Rekomendasi...87

2. Saran...88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(18)

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PENDIRI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR

Oleh: Sri Wantini NPM: 11250025

Di bawah bimbingan : 1. Dr. M. Ihsan Dacholfany, M.Ed. : 2. Drs. M. Ali Syufa’at, M. Kom. I.

Pondok pesantren sebagai bentuk institusi pendidikan tertua di Indonesia telah mengalami kemajuan yang ditandai dengan adanya pembaharuan dalam pemikiran pendidikannya. Hal ini terlihat jelas dalam sistem pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur yang didirikan oleh tiga bersaudara yaitu K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fananie, dan K.H. Imam Zarkasyi, yang kemudian biasa dikenal dengan trimurti.

Skripsi ini membahas tentang konsep pendidikan Islam menurut pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah, untuk mengetahui bagaimana konsep pendidikan Islam menurut pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor (K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fananie, dan K.H. Imam Zarkasyi), serta implementasinya terhadap pembangunan dan pembaharuan pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor tersebut.

Mengingat penelitian ini adalah studi tokoh, dan termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research), maka metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah mengumpulkan data-data dari sumber-sumber yang berupa buku-buku yang ada relevansinya dengan permasalahan. Sedangkan untuk menganalisis data, penulis menggunakan teknik deskriptif analitis.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa para pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor ini melakukan pembaharuan dalam konsep pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor, diantaranya dalam bidang tujuan pendidikan, materi dan kurikulum pendidikan, metode pendidikan, seta manajemen kelembagaannya. Menurut mereka, tujuan pendidikan mesti ditekankan pada tercapainya keseimbangan hidup yang bahagia dunia dan akhirat. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian materi dan kurikulum pendidikan yang seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama, serta didukung oleh kemampuan penguasaan bahasa Arab dan Inggris. Sedangkan dalam bidang manajemen kelembagaannya, Pondok Modern Darussalam Gontor merupakan lembaga pendidikan yang kepemimpinannya ditentukan secara kelembagaan melalui badan wakaf sebagai badan tertinggi dalam pondok Modern Darussalam Gontor.

(19)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak Islam masuk ke Indonesia, pendidikan Islam telah ikut mengalami pertumbuhan dan perkembangan, karena melalui pendidikan Islam itulah, transmisi dan sosialisasi ajaran Islam dapat dilaksanakan dan dicapai hasilnya sebagaimana kita lihat sekarang. Pendidikan Islam berkembang ditandai dengan banyaknya lembaga pendidikan Islam yang bermunculan, baik lembaga pendidikan formal maupun non-formal, seperti sekolah, madrasah, perguruan tinggi dan pondok pesantren dengan fungsi utamanya memasyarakatkan ajaran Islam tersebut.

Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pendidikan Islam di Indonesia dapat dilihat melalui institusi pendidikan Islam yang tertua, yaitu pondok pesantren. “Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang memiliki kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya dalam menyelenggarakan sistem pendidikan dan pengajaran agama”.1

Dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangannya, pesantren dewasa ini dapat digolongkan menjadi tiga bentuk. Pertama, pesantren yang cara pendidikan dan pengajarannya menggunakan metode sorogan atau

bandungan, yaitu seseorang kyai yang mengajarkan santri-santrinya dengan berdasarkan kitab-kitab klasik yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama’ abad pertengahan dengan sistem terjemahan. Dalam hal ini biasanya santri

1 Samsul Nizar, Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam Nusantara,

(20)

ada yang tinggal didalam pondok, di asrama pondok dan ada pula yang diluar pondok. Umumnya pondok pesantren semacam ini tidak mengajarkan ilmu pengetahuan umum dan hanya mengajarkan ilmu agama saja. Orang biasa menyebutnya dengan pondok salaf.

Kedua, pesantren disamping mempertahankan sistem pendidikan dan pengajaran sebagaimana tersebut diatas, juga memasukkan pendidikan umum seperti : SD, SLTP, SMU, SMEA, atau memasukkan sistem madrasah seperti MI, MTs, MA ke dalam pondok pesantren.

Ketiga, pondok pesantren di dalam sistem pendidikan dan pengajarannya “mengintegrasikan sistem madrasah ke dalam pondok pesantren dengan segala jiwa, nilai dan atribut-atribut lainnya. Dan pengajarannya memakai sistem klasikal ditambah dengan disiplin yang ketat dengan full asrama atau santri diwajibkan berdiam di asrama”.2 Para

pengamat menamakan dengan pondok modern. Dalam kategori ini pengamat mencontohkannya dengan Pondok Modern Darussalam Gontor serta pondok-pondok lain yang sejalan dengan sistem pendidikan dan pengajaran Gontor.

Pondok pesantren sebagai bentuk institusi pendidikan tertua di Indonesia telah mengalami kemajuan yang ditandai dengan adanya pembaharuan pemikiran pendidikan Islam. Salah satu pembaharuan pemikiran tersebut adalah pengembangan pemikiran pendidikan Islam, yang tidak hanya terpancang pada materi dalam disiplin ilmu agama saja tetapi juga ilmu pengetahuan umum sebagaimana yang dilakukan oleh pemikir

2 Amal Fathullah Zarkasyi, Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan dan

(21)

pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia, salah satunya adalah para pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.

Ditinjau dari sejarah sosial saat itu, pendirian Pondok Modern Darussalam Gontor, dilatarbelakangi oleh kondisi pendidikan pada saat itu. Di satu sisi Ahmad Dahlan mendirikan lembaga pendidikan yang sarat dengan materi pendidikan umum, di sisi lain Hasyim Asy’ari mendirikan pesantren yang bercorak tradisional, lebih menekankan pada aspek pengembangan ilmu-ilmu keagamaan. Menghadapi kondisi pendidikan yang demikian, sistem pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor direnovasi dengan model pendidikan yang memadukan secara seimbang antara pendidikan umum dan pendidikan agama serta materi bahasa Arab, dan Inggris menjadi warna khas pendidikan. “Pendiri dari pesantren ini adalah tiga bersaudara, yaitu Ahmad Sahal, Zainuddin Fananie, dan Imam Zarkasyi. Ketiga saudara ini sering dikenal dengan trimurti atau tiga bersaudara.”3

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana konsep pendidikan pondok Modern Darussalam Gontor yang telah direnovasi dan diperbaharui oleh tiga bersaudara ini, sehingga mampu menjadikan pondok Gontor menjadi salah satu pondok yang dapat bersaing diranah lokal, nasional bahkan internasional. Maka dari itu, penulis akan membahas masalah ini dalam sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul:

Konsep Pendidikan Islam Menurut Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor

(22)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk menghindari penyimpangan prosedur dan kesalahpahaman dalam pembahasan ini, dan menghindari kemungkinan meluasnya masalah yang akan diteliti, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini hanya terbatas pada konsep pendidikan Islam menurut pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, yaitu KH. Ahmad Sahal, KH. Zainuddin Fananie, dan KH. Imam Zarkasyi, yang meliputi tujuan pendidikan, kurikulum, metode pendidikan Islam serta manajemen kelembagaan pesantren yang diterapkan oleh ketiganya dalam pembangunan dan pembaharuan pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor tersebut.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dimaksudkan sebagai upaya dan memberikan arah pelaksanaan penelitian. Menurut Sutrisno Hadi, “masalah adalah kejadian yang menimbulkan pertanyaan kenapa dan kenapa”.4 Sedangkan

pengertian dari rumusan masalah itu sendiri merupakan “suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data”.5 Rumusan

masalah menjadi penting karena adanya rumusan masalah ini akan terlihat

4Sutrisno Hadi, Dalam:

http://kutukuliah.blogspot.com/2013/08/pengertian-rumusan-masalah, (download: 06.15 WIB, 27 Maret 2015)

(23)

dan menjadi maksud serta tujuannya. Menurut S. Margono, “rumusan masalah adalah kesenjangan antara sesuatu yang seharusnya ada dengan kenyataan yang ada”.

Berdasarkan uraian deskripsi singkat tentang beberapa permasalahan yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas maka masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana konsep pendidikan Islam menurut pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor (KH. Ahmad Sahal, KH. Zainuddin Fananie, dan KH. Imam Zarkasyi), serta bagaimana implementasinya terhadap pembangunan dan pembaharuan pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sudah menjadi ketentuan bahwa setiap peneliti yang melakukan penelitian selalu mempunyai tujuan. Sesuai dengan tujuan riset dapat didefinisikan: “Sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan”.6

Demikian juga dalam penelitian ini, memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana konsep pendidikan Islam menurut pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor (KH. Ahmad Sahal, KH. Zainuddin Fananie, dan KH. Imam Zarkasyi), serta bagaimana implementasinya terhadap pembangunan dan pembaharuan pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor.

(24)

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi para akademisi, para intelektual dan para pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh tentang Pondok Modern Darussalam Gontor dan mengenal lebih dalam sosok dari ketiga tokoh pendiri Pondok ini, serta pemikirannya mengenai konsep pendidikan Islam.

b. Sebagai rujukan kepada lembaga pendidikan Islam untuk terus mengembangkan mutu pendidikan Islam seperti yang dilakukan oleh ketiga tokoh pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor ini.

c. Sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Metro-Lampung.

D. Metodologi penelitian

(25)

objektif, ilmiah, dan mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut:

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research), yaitu “pengumpulan data berasal dari sumber-sumber kepustakaan, seperti buku-buku, majalah, surat kabar dan lain-lain.”7 Penelitian pustaka membicarakan gagasan-gagasan, ide, dan

konsep-konsep dari pemikiran seseorang. Sehingga penelitian ini secara maksimal akan memanfaatkan data pustaka yang relevan dengan kajian. Lebih spesifiknya disebut sebagai “penelitian sejarah yang menggunakan model tematik studi”.8 Tematik studi adalah salah satu model history

research yang paling sering dan banyak digunakan karena sederhana, salah satunya adalah penelitian biografi tokoh atau autobiografi baik untuk mengenal pemikiran, ide, atau karyanya.

2. Sifat Penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini adalah deskriptif analitis. Adapun yang dimaksud dengan deskriptif menurut Sumadi Suryabrata adalah “penelitian yang semata-mata menggambarkan keadaan dan kejadian atas suatu objek.” 9 Analisis ini merupakan “metode yang

7Kopertis Wilayah VII Sumatera Bagian Selatan, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah

dan Skripsi, Palembang, h. 9

8 Taufiq Abdullah dan Abdurrahman Suryamiharja, Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah

dan Prespektif, Jakarta: PT. Gramedia, 1985, h. 6

(26)

bersifat analisis istilah dan pendapat, menjelaskan keyakinan dengan jalan bertanya, membaca, membersihkan, menyisihkan, dan mengolah dimana akhirnya ditemukan sebuah hakikat”.10 Penelitian ini digunakan untuk

mengungkap suatu teori, pandangan hidup, pemikiran filosofis dan lainnya, yang dalam hal ini objek kajiannya adalah konsep pendidikan Islam menurut pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, yaitu KH. Ahmad Sahal, KH. Zainuddin Fananie, dan KH. Imam Zarkasyi.

Menurut Suharsimi Arikunto, “Penelitian deskriptif tidak memerlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan, tetapi hanya menggambarkan apa adanya, tentang sesuatu keadaan atau gejala”.11 Penelitian deskriptif menggambarkan secara persis dan

melaporkan karakter-karakter mengenai berbagai persoalan objek penelitian.12

3. Sumber Data

Sumber data dalam skripsi ini dapat diklasifikasikan dalam dua sumber, yaitu sumber primer dan sumber skunder.

Sumber Primer “Merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang pertama dan langsung memberikan data kepada pengumpulan data”.13Menurut Ronny Kountur, data primer

10 Anton Bakker, Methode-Methode Filsafat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994, h. 21 11 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. Cet.

Ke-5, h. 310

(27)

adalah “data yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumber utamanya. Misalnya, penelitian yang ingin mengetahui persepsi konsumen terhadap suatu produk tertentu. Disini sumber utama adalah konsumen, dan data yang diperoleh merupakan data langsung”.14Sumber primer dapat

diperoleh langsung dari karya-karya Ahmad Sahal, Zainuddin Fananie dan Imam Zarkasyi sendiri dan yang lainnya yang terkait dengan masalah konsep pendidikan Islam dan Pondok Modern Darussalam Gontor yang bersifat dokumentasi.

Sementara data sumber skunder adalah “sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau dokumen”.15 Sumber sekunder dapat diperoleh dari

buku-buku karya orang lain, sumber-sumber rujukan dari internet, koran, majalah, tulisan, kutipan dan lain sebagainya, terutama yang berhubungan dengan judul penelitian ini. Sumber data dalam skripsi ini diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Profil Pondok Modern Darussalam Gontor, karya Tim Penyusun. Penerbit: Ponorogo: Gontor Press, 2004.

b. Manajemen Pesantren; Pengalaman Pondok Modern Gontor, Karya: K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A., diterbitkan oleh Gontor: Trimurti Press, 2005.

14Ronny Kountur, metode Penelitian untuk penulisan skripsi dan tesis edisi revisi,

Jakarta : manajemen, 2007. h. 182

15Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabheta,

(28)

c. Pendidikan Karakter Belajar Ala Pesantren Gontor, karya Dr. M. Ihsan Dacholfany, M.Ed. Penerbit: Wafi Media Tama, 2015,Cet. Ke-1.

d. Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara, karya Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.A, et al. Penerbit : Kencana Prenada Media Group. 2013 Cet. Ke- 1. e. Pemikiran Pendidikan Islam, karya Drs. A. Susanto. Penerbit:

Jakarta: Amzah. 2010. Cet. Ke-2.

4. Metode Pengumpulan Data

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas dari hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. “Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas instrumen serta kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan dalam mengumpulkan data”.16

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi atau sumber yang bersifat kepustakaan. Teknik pengumpul data ini diawali dengan mencari sumber primer, kemudian ditelaah, dan mencatat data atau sumber yang berkaitan dengan tema. Kemudian dilakukan pengutipan-pengutipan yang dicatat dengan lengkap, sehingga dapat dilakukan proses analisis yang berbentuk laporan penelitian.

(29)

5. Metode Analisis Data

Analisa data, menurut Patton adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar”.17 Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisa data sebagai “proses

yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan data dan sebagai usaha untuk memberi bantuan pada tema dan hipotesis”.18

Secara praktis metode analisa data dapat dilakukan dengan cara menemukan tema dan merumuskan hipotesis, dan kemudian menganalisa berdasarkan hipotesis.

Setelah data dikelompokkan menurut hepotesis, maka hendaknya diuji apakah data sesuai dengan hepotesis. Lalu langkah yang terakhir adalah “memeriksa dengan cermat data yang ada apakah benar-benar menunjang, atau jika tidak maka peneliti bisa merumuskan hepotesis, jika menunjang hendaknya dipertahankan”.19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

17 Lexy. J. Moeleong, M.A,Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2000, Cet.ke-1 , h.103

18Ibid.,h. 103

19

(30)

A. Pengertian Pendidikan Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan itu dipandang sebagai “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan, cara mendidik”.20 Pendidikan disebut juga

sebagai humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia atau upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai dengan martabat kemanusiaannya.

Kata pendidikan dalam bahasa Arab disebut dengan tarbiyah,

sedangkan pendidikan Islam disebut dengan tarbiyah Islamiyah. Kata

tarbiyah itu sendiri berasal dari kata kerja “rabba” yang artinya mendidik, kata ini sudah digunakan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Hal ini seperti yang terlihat dalam ayat Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW. Dalam Al-Qur’an kata rabba salah satunya dapat dilihat dalam surah Al-Isro’ ayat 24 berikut.

اَمُه َح ّبّر لُقَو إةَم ّرل َنإم ّلّذل َحاَنَج اَمُهَل إف َو

ۡم ۡرٱ

ۡح ٱ

ٱ

ۡض ۡخٱ

اٗريإغَص يإناَيّبَر اَمَك

Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhan-ku! Sayangilah keduanya

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Al-Isro’: 24)21

20 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1997, Cet. Ke-9, h. 232.

21Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit

(31)

Sedangkan mengenai pengertian pendidikan Islam, para ahli pendidikan Islam sering berbeda pendapat. Ada yang menitik beratkan pada segi pembentukan akhlak anak, ada yang menuntut pendidikan teori dan praktik, dan ada juga yang menghendaki terwujudnya kepribadian muslim, dan lain-lain.

Menurut Muhammad Fadil Al-Ojamaly yang dikutip oleh Muzayyin Arifin dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” pendidikan Islam adalah “proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).”22

Sedangkan menurut Ahmad D Marimba, pendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani, rohani, berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain, beliau sering menyatakan kepribadian utama disebut dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.23

Kemudian pendidikan Islam menurut Soleha dan Rada adalah suatu proses yang sangat komprehensif, disusun secara sistematis, terencana, dalam upaya mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik secara optimal, untuk menjalankan tugas, di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah yang didasarkan dengan bingkai ajaran Islam pada semua aspek kehidupan.24

22Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005,

Ed.Revisi, Cet. Ke-2, h. 18.

23Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1980, h.

23-24

(32)

Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam ialah bimbingan dan pengajaran yang dilakukan oleh seseorang dewasa kepada anak didik dalam masa pertumbuhan, dalam upaya mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik secara optimal, agar ia memiliki kepribadian muslim sehingga mampu menjalankan tugas di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah yang didasarkan dengan bingkai ajaran Islam pada semua aspek kehidupan.

B. Dasar Pendidikan Islam

Dasar adalah “landasan atau fondamen tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kukuh berdiri”.25 Sedangkan dasar

pendidikan Islam yaitu “fondamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan Islam dapat tegak berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi yang muncul baik yang sekarang maupun yang akan datang”.26 Dengan adanya dasar ini, maka pendidikan Islam akan tegak

berdiri dan tidak akan mudah terpengaruh dan tergoyahkan oleh pengaruh pemahaman luar yang mau merobohkan dan merusak pendidikan Islam.

M. Sudiyono, dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam” menyatakan bahwa “secara garis besar, dasar pendidikan Islam ada tiga, yaitu: Al-Qur’an, As-Sunah dan perundang-undangan yang berlaku di negara kita”.27

25M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009. Cet.Ke-1,

h. 23

(33)

1. Al-Qur’an

Menurut sebagian besar jumhur ulama sepakat bahwa kata Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yaitu Al-Qora’in jama’ dari qarinah

yang berarti petunjuk. Sedangkan secara istilah Al-Qur’an adalah “kalamullah yang mu’jiz, yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril, dengan lafadz Arab yang dituliskan dalam mushahih yang membacanya suatu ibadah, dan diriwayatkan secara mutawatir”.28

“Al-Qur’an merupakan sumber agama sekaligus sumber ajaran Islam. posisinya sentral, bukan hanya dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga sebagai pemandu dan inspirator pemandu gerakan umat Islam sepanjang sejarah”.29

Al-Qur’an juga merupakan pedoman bagi umat Islam dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Terdapat beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang pendidikan dan pengajaran. Salah satunya adalah ayat yang pertama kali turun yaitu selain membahas masalah keimanan, juga membahas tentang pendidikan. Allah SWT

29 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

(34)

Artinya: Bacalah dengan (menyebut nama Tuhan-mu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Mulia. Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5)30

Disamping surah tersebut, masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menyinggung pendidikan, antara lain surah Al-Baqarah: 31, 129,dan 151, Surah Ali Imron: 164, Surah Al-Jumuah: 2, dan lainnya. Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah kepada Nabi Adam AS, dan pelajaran mengenai pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rosulullah kepada umatnya, serta surat Luqman ayat 13-14 yang berisi tentang konsep pendidikan utama, yakni pendidikan orang tua terhadap anaknya.

2. Al-Hadits

Selain Al-Qur’an, Al-Hadits juga termasuk sumber yang dijadikan pedoman kehidupan setelah Al-Qur’an, hadits juga penuh dengan nilai-nilai yang dapat dipraktekkan di dalam kehidupan. Salah satunya adalah nilai tarbawiyah atau nilai-nilai pendidikan. Nilai-nilai pendidikan inilah yang nantinya dapat menjadi ciri khas pendidikan Islam yang dapat membedakan konsep pendidikan Islam dengan pendidikan non Islam.

Al-Hadist adalah sesuatu yang dinukilkan kepada Nabi Muhammad SAW, berupa perkataan, perbuatan, taqrir, atau

(35)

ketetapannya. Amalan atau perbuatan yang dikerjakan Rasul dalam kehidupan sehari-hari menjadi sumber pendidikan Islam. Karena Allah telah menjadikan Rasul sebagai suri teladan bagi umatnya.

Rasul SAW menyatakan bahwa beliau adalah seorang pendidik. Hal ini dijelaskan dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Athiyah Al-Abrasyi, berikut ini.

Pada suatu hari Rasulullah keluar dari rumahnya dan beliau menyaksikan adanya dua pertemuan (kelompok). Dalam pertemuan pertama, orang-orang sedang berdo’a kepada Allah SWT, mendekatkan diri kepada-Nya. Sedangkan dalam pertemuan kedua, orang yang sedang memberikan Pengajaran. Langsung beliau bersabda:

Mereka itu (pertemuan pertama), minta kepada Allah, bila Tuhan menghendaki maka ia akan memenuhi permintaan tersebut, dan jika Ia tidak menghendaki maka tidak akan dikabulkannya. Tetapi golongan yang kedua, mereka mengajari manusia, sedangkan sayasendiri diutus untuk (menjadi) juru didik. Setelah itu beliau duduk pada pertemuan kelompok kedua.31

Hadits ini merupakan bukti bahwa Rosulullah memberikan teladan yang terbaik kepada kita, dengan mendorong orang untuk belajar dan menyebarkan ilmu secara luas dan juga memberikan pujian atas keutamaan seseorang sebagai pendidik.

3. Perundang-Undangan yang Berlaku di Indonesia

Undang-undang pendidikan juga merupakan pedoman untuk memiliki suatu sistem pendidikan nasional yang mantap. Setidaknya ada dua undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang dimiliki Indonesia,

31M.Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

(36)

yaitu Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama UUSPN. Dan yang kedua adalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yang lebih dikenal dengan UU SISDIKNAS.

Selain itu, “dasar pendidikan dalam perundang-undangan tercantum dalam UUD 1945, Pasal 29 dan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1988”.32

C. Konsep Pendidikan Islam

Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna. Sedangkan dari pengertian lain konsep adalah rancangan atau ide atau peristiwa yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Dengan demikian “konsep merupakan suatu peta perencanaan untuk masa depan sehingga bisa dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan segala kegiatan”.33

Konsep pendidikan Islam itu sendiri adalah suatu peta perencanaan kegiatan pembelajaran yang didasarkan pada ajaran agama Islam untuk dijadikan sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pendidikan Islam yang efektif dan efisien.

32M. Sudiyono, Op.Cit, h.24-27

33W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991.

(37)

Konsep pendidikan Islam menurut Al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan pendidikan, diantaranya seperti yang telah dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151 yang menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah kepada Nabi Adam AS, dan pelajaran mengenai pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rosulullah kepada umatnya, serta surat Luqman ayat 13-14 yang berisi tentang konsep pendidikan utama, yakni pendidikan orang tua terhadap anaknya.34

Konsep pendidikan Al-Qur’an itu sendiri sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang dipersentasikan melalui kata tarbiyah, ta’lim dan

ta’dib. Pendidikan dalam konsep tarbiyah lebih menerangkan pada manusia bahwa Allah memberikan pendidikan melalui utusan-Nya yaitu Rosulullah SAW secara berantai. Atas perintah Allah, malaikat menyampaikan wahyu kepada Nabi dan Rosul, selanjutnya Rasulullah menyampaikan kepada para ulama, kemudian para ulama sebagai pewaris para nabi ini menyampaikan kepada manusia. sedangkan pendidikan dalam konsep ta’lim merupakan proses trasfer ilmu pengetahuan sebagai proses bimbingan yang dititikberatkan pada aspek peningkatan intelektualitas peserta didik. Konsep

ta’lim ini lebih mengacu kepada pengembangan kemampuan potensi fitrah manusia mencakup potensi akal (intelektual), sikap (emosional), dan akhlak (spiritual). Kemudian ta’dib merupakan proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan Akhlak, hal ini sejalan dengan tujuan Allah mengutus Rasulullah kepada manusia sebagai pendidik yang agung, yaitu untuk menyempurnakan akhlak manusia. Konsep ta’dib ini mengacu kepada

(38)

pembentukan sikap disiplin ganda, yakni disiplin terhadap hubungan antar sesama manusia serta disiplin terhadap hubungan dengan Allah SWT.35

D. Ruang Lingkup Konsep Pendidikan Islam

Konsep ilmu pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena di dalamnya penuh dengan segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik langsung ataupun tidak langsung dan meliputi segala aspek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam.

Sedangkan menurut M. Arifin, ruang lingkup pendidikan Islam yaitu mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia, oleh karenanya pembentukan sikap dan nilai amaliah islamiyah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan dan kependidikan. Dan ruang lingkup pendidikan Islam yaitu mencakup tentang masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, materi pendidikan, metode pendidikan, dan lingkungan pendidikan.37

Karena ilmu pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, maka penulis akan membahas ruang lingkup pendidikan itu hanya pada

35Ibid., h. 116

36Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2009, h.24

37M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis Berdasarkan

(39)

tiga aspek, diantaranya adalah tujuan pendidikan, materi dan kurikulum pendidikan, serta metode pembelajaran.

1. Tujuan Pendidikan

Dalam proses pendidikan, setiap apapun yang direncanakan harus melihat tujuan yang telah ditetapkan. Semakin mantap tujuan yang direncanakan, semakin fokus proses pembelajaran. Tujuan menduduki posisi penting dalam pendidikan. “Pendidikan akan kehilangan spirit dan arahnya, apabila tujuan pendidikan tidak direncanakan sejak awal. Apabila spirit dan arah proses pendidikan sudah hilang baik dalam skala kecil maupun skala luas pendidikan akan menemukan gegagalan”.38

Tentang tujuan ini, Hasbullah dalam bukunya “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan” menuliskan bahwa di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu:

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengambangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.39

Adapun tujuan pendidikan menurut Hamka yang dikutip oleh Susanto di dalam bukunya “Pemikiran Pendidikan Islam” memiliki dua dimensi; bahagia di dunia dan di akhirat . untuk mencapai tujuan tersebut, manusia harus menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu beribadah. Oleh karena itu, segala proses pendidikan pada akhirnya

38Samsul Nizar,Op.Cit, h. 289

39Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009,

(40)

bertujuan agar dapat menuju dan menjadikan anak didik sebagai abdi Allah. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam menurut Hamka, sama dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri, yaitu untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah. Ia mengatakan bahwa “Ibadah adalah mengakui diri sebagai budak atau hamba Allah, tunduk kepada kemauannya, baik secara suka rela, maupun terpaksa”.40 Hal ini sesuai dengan firman Allah

dalam Al-Qur’an Surah Al-Dzariyat: 56.

إنوُدُب َيإل ّلإإ َسنإإ َو ّنإج ُت َلَخ اَمَو

ۡع

ۡلٱ

ۡلٱ

ۡق

Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. ( QS. Al-Dzariyat: 56)41

Menurut Omar Muhammad Attoummy Asy-Syaebani, tujuan pendidikan Islam memiliki empat ciri pokok, yaitu:

a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak.

b. Sifat keseluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar (subjek didik), dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat. c. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara

unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.

d. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan di antara

(41)

individu, masyarakat dan kebudayaan di mana-mana dan kesanggupannya untuk merubah serta berkembang bila diperlukan.42

Selain itu tujuan pendidikan juga memiliki tiga tahapan, yaitu tujuan tertinggi atau tujuan akhir, tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan tertinggi bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep Illahiyah yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. “Tujuan tertinggi pendidikan Islam menurut al-Syaibani, adalah mempersiapkan kehidupan dunia akhirat”,43

hal ini sesuai dengan cita-cita setiap muslim sebagaimana doa yang paling mencakup dan selalu dimohonkan kepada Allah, yang tertulis dalam kitab-Nya, Surah Al-Baqarah: 201.

يإفَو ٗةَن َََسَح اَي ّدََل يإف اَََنإتاَء اَنّبَر ُلوُقَي نّم مُه إمَو

ۡن

ٱ

ۡن

إراّنل َباَذَع اَنإقَو ٗةَنَسَح إةَرإخ

ٱ

ٓأ

ۡلٱ

Artinya: Dan di antara mereka ada yang berdo’a, “Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan

lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201)44

Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendekatan filosofis, tujuan umum lebih bersifat empiris dan realistis.

42Omar Mohammad Attaoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Dari

Falsafatut Tarbiyyah al-Islamiyah oleh Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, Cet.1,

h.536.

43Ibid.,h. 536

(42)

Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku, dan kepribadian subjek didik. Dikatakan umum, karena berlaku bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan juga menyangkut diri subjek didik secara total. Tujuan umum pendidikan Islam ini tidak lain ialah perpaduan antara pikir, zikir dan amalan pribadi seseorang, atau yang biasa disebut dengan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sedangkan tujuan khusus ialah pengkhususan atau operasionalisasi tujuan tertinggi dan terakhir dari tujuan umum pendidikan Islam. Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan di mana perlu sesuai dengan tuntutan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi, terakhir dan umum.

2. Materi dan Kurikulum Pendidikan

Materi pendidikan yang dimaksud adalah “semua bahan atau materi yang disajikan kepada anak didik agar tujuan pendidikan yang telah dirumuskan tercapai secara optimal”.45 Menurut M. Sudiyono,

“materi pendidikan Islam yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.”46

(43)

Secara garis besar materi pembelajaran dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum. Sedangkan kurikulum itu sendiri dapat dipandang sebagai “suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu”.47

Menurut Hasan Langgulung, kurikulum adalah sejumlah pengalaman, pendidikan, kebudayaan, sosial, keolahragaan, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong mereka untuk berkembang dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam kesempatan lain, Hasan Langgulung menyebutkan bahwa kurikulum adalah serangkaian kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan diprogram secara terperinci bagi peserta didik di bawah bimbingan sekolah, baik di luar maupun di dalam sekolah demi mencapai tujuan yang diinginkan.48

Materi pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut.

a. Fakta, yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.

47Ibid., h.219

(44)

b. Konsep, segala sesuatu yang berwujud pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran yang meliputi definisi, pengertian, dan lain-lain.

c. Prinsip, yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting serta mempunyai hubungan antara konsep yang menggambarkan implikasi sebab-akibat.

d. Prosedur, yaitu merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktifitas dan kronologi suatu sistem.

e. Sikap atau nilai, yaitu merupakan hasil belajar aspek sikap yang berupa nilai kejujuran, kasih sayang, tolong menolong, dan sebagainya.49

Selain itu materi pembelajaran juga harus memperhatikan aspek-aspek dalam pendidikan, seperti aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, agar peserta didik bisa mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

3. Metode Pendidikan Islam

Metodologi berasal dari bahasa Yunani; Metha (dibalik atau dibelakang), Hodos berarti melalui, melewati atau berarti jalan, cara atau jalan yang ditempuh untuk sampai ke tujuan. Jadi, metode adalah “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu

49Rusman Effendi, Dalam:

(45)

pengetahuan, atau cara kerja bersistem untuk memudahkan peaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.50 Dalam

pengertian lain, Metode diartikan cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan, dalam hal ini mencapai tujuan pendidikan. Pendidik dituntut untuk menggunakan pelbagai macam pendekatan dan metode. “Tujuan utama penggunaan metode adalah untuk memperoleh efektivitas dari kegiatan pendidikan. Adanya efektivitas ditandai dengan terwujudnya keharmonisan hubungan antara pendidik dan peserta didik sehingga di antara keduanya timbul rasa senang mengerjakan suatu pekerjaan karena apa yang dikerjakannya itu ada manfaatnya”.51

Dalam bahasa Arab, kata metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata thariqah yang berarti jalan, manhaj yang berarti sistem, dan washilah yang berarti perantara. Dengan demikian, kata yang paling dekat artinya dengan metode adalah kata thariqah

(jalan). Dengan pendekatan kebahasaan tersebut nampak bahwa metode lebih menunjukkan kepada jalan, dalam arti jalan yang bersifat non-fisik. Yaitu jalan dalam bentuk ide-ide yang mengacu pada cara menghantarkan seseorang untuk mencapai pada tujuan yang ditentukan.

Tujuan diadakannya metode pendidikan adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dan berhasil, dan untuk menimbulkan kesadaran peserta didik untuk

50Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1997. Cet. Ke-9, h. 652.

(46)

mengamalkan ketentuan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantab.

Dengan demikian, metode memiliki posisi yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Metode adalah cara yang paling cepat dan tepat dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Jika metode dapat dikuasai maka akan memudahkan jalan dalam mencapai tujuan dalam pendidikan Islam.

Metodologi Islam dalam proses pendidikannya adalah dengan “melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara fisik maupun kehidupannya secara mental, dan segala kegiatannya di bumi ini”.52

Secara garis besar metode pendidikan Islam terdiri dari lima, yaitu:

a. Metode keteladanan

Metode melalui teladan, merupakan salah satu teknik pendidikan yang efektif dan sukses. Pada fase-fase tertentu, peserta didik memiliki kecenderungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang di sekitarnya, khususnya pada pendidik yang utama (orang tua). Sedangkan di dalam Al-Qur’an, metode keteladanan atau yang biasa disebut dengan uswah khasanah

52 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Bandung: PT Al-Ma’arif, Cet. Ke-2,

(47)

yang berarti teladan yang baik merupakan suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh keteladanan yang baik kepada anak didik agar ditiru dan dilaksanakan, dengan tujuan agar peserta didik memiliki akhlak al-mahmudah.

Dalam ajaran Islam keteladanan merupakan “salah satu metode yang terbukti sangat efektif dan sering dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW., bahkan dalam semua aspek kehidupan beliau selalu tampil sebagai suri tauladan yang baik”.53 Seperti firman Allah

SWT dalam surah Al-Ahzab: 21.

نَمّل َن َََسَح ٌةَو ُأ إهّلل إلو ََُسَر يإف ُكَل َناَك َقّل

ٞة

ۡۡس

ۡ

ٱ

ۡم

ۡد

اٗريإثَك َهّلل َرَكَذَو ََرإخ

ٱ

ٓأ َم َي َو َهّلل ْاوُج َي َناَك

ۡلٱ ۡو ۡلٱ

ٱ

ۡر

Artinya: Sungguh, telah ada pada diri Rasullullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat

Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)54

Suri teladan yang baik memiliki dampak yang besar pada kepribadian anak. Sebab, mayoritas yang ditiru anak berasal dari kedua orangtuanya.

Rasulullah SAW memerintahkan kedua orangtua untuk menjadi suri teladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku jujur

53

http://moh-zaen-fuadi.blogspot.com/2011/11/pengembangan-strategi-instruksional.html, (diakses: 22:56 WIB, 04 April 2015)

(48)

dalam berhubungan dengan anak. Karena anak-anak akan selalu memperhatikan dan meneladani sikap dan perilaku orang dewasa, baik itu orangtuanya, gurunya, bahkan orang dewasa yang berada di sekitar lingkungannya.Hal ini sesuai dengan perkataan yang dikutip oleh Muhammad Nur Abdul Hafidzh Suwaid dari sebuah buku “Manhaj at-Tarbiyah al-Islamiyah” karya Muhammad Quthb, yaitu “kemampuan seorang anak untuk mengingat dan mengerti akan segala hal sangat besar sekali. Bahkan, bisa jadi lebih besar dari yang kita kira. Sementara, sering kali kita melihat anak sebagai makhluk kecil yang tidak bisa mengerti atau mengingat”.55

b. Metode Nasihat

Metode inilah yang paling sering digunakan oleh para orangtua dan pendidik terhadap anak didiknya dalam proses pendidikan. Memberikan nasihat merupakan kewajiban setiap muslim, hal ini seperti yang tertulis dalam QS. Al-Ashr :3 yaitu agar kita senantiasa memberi nasihat dalam hal kebenaran dan kesabaran. Rasulullah bersabda: “Agama itu adalah nasihat”, maksudnya adalah “agama itu merupakan nasihat dari allah bagi umat manusia, yang disampaikan melalui para Nabi dan Rasul-Nya agar manusia hidup bahagia, selamat dunia akhirat”.56

55Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Prophetic Parenting; Cara Nabi SAW

Mendidik Anak, Yogyakarta: Pro-U Media, 2010, h. 141

(49)

Metode nasihat juga dilakukan oleh para nabi untuk mendidik anaknya, salah satunya yang terdapat dalam Al-Qur’an yaitu dalam surah Lukman ayat 13 berikut.

إر ُت َل ّيَنُبَٰي ُهُظإعَي َوََُهَو إهإن إل ُنَٰم ُل َلاَََق إإَو

ۡك ۡ

ۡۡۡش

ۥ

ۦ ۡبٱ

ۡق

ۡذ

يإظَع ٌم ُظَل َك ّشل ّنإإ ّللإب

ٞم

ۡل

ۡر

ٱ

ِۖه ٱ

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)57

c. Metode Hadiah dan Hukuman

Dalam konsep pendidikan, hadiah merupakan salah satu alat pendidikan untuk mendidik anak-anak supaya anak menjadi merasa senang karena perbuatan dan pekerjaannya mendapat penghargaan. Pemberian hadiah ini bertujuan sebagai motivator agar dapat mendorong semangat peserta didik dalam kegiatan belajarnya.

Sedangkan hukuman dapat diartikan sebagai suatu bentuk sanksi yang diberikan kepada anak, baik berupa sanksi fisik maupun psikis yang diberikan kepada anak apabila anak melakukan kesalahan-kesalahan atau pelanggaran yang sengaja dilakukan terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Menurut Al-Kasani, anak dihukum karena pendidikan, bukan siksaan. Karena, anak memang harus menerima pendidikan. Bukankah Rasulullah SAW telah bersabda:

(50)

ا ْوُُُغَلَب اَذإإ اَُُهْيَلَع ْمُه ْوُبإر ُُْضاَو اًعْب َُُس اْوُُُغَلَب اَذإإ إة َل ُُّصل اُُإب ْمُكَن اَيْبإص اْوُرُم

اًرْشَع

‘perintahkanlah anak-anak kalian untuk sholat apabila mencapai usia tujuh tahun dan pukullah mereka (kalau meninggalkan Shalat) pada usia sepuluh tahun.’

Hal itu dilakukan sebagai metode pendidikan; bukan hukuman. Sebab, hukuman dikenakan atas perilaku kejahatan. Sementara perilaku anak kecil tidak disebut tindak kejahatan.58

Hukuman bukanlah pembalasan dendam kepada anak. Tujuan sebenarnya adalah pendidikan dan merupakan salah satu metode pendidikan. Hukuman yang diterima anak merupakan pengalaman bagi anak yang dapat dijadikan pelajaran yang berharga. Anak bisa belajar tentang salah dan benar melalui hukuman yang telah diberikan kepadanya. Hal ini menyadarkan anak akan adanya suatu aturan yang harus dipahami dan dipatuhi, yang bisa menuntunnya untuk memastikan boleh atau tidaknya suatu tindakan dilakukan.

d. Metode Bercerita

Cerita atau kisah memainkan peranan penting dalam menarik perhatian anak dan membangun pola pikirnya.kisah menempati peringkat pertama sebagai landasan asasi metode pendidikanuntuk melatih pemikiran anak yang memberikan dampak positif pada akal anak, hal ini terjadi karena cerita atau kisah merupakan hal yang disenangi oleh anak-anak.

(51)

Dikisahkan bahwa Rasulullah SAW menceritakan secara langsung kepada para sahabat beliau yang terdiri dari orang-orang dewasa dan anak-anak. Mereka menyimak dengan penuh perhatian kisah-kisah yang diceritakan oleh beliau tentang berbagai kejadian masa lampau untuk bekal mereka dan bekal bagi seluruh kaum Muslimin hingga akhir zaman.

Menurut Muhammad Nur Abdul Hafidzh Suwaid, kisah-kisah para ulama dan orang-orang saleh adalah sarana terbaik untuk menanamkan keutamaan dalam jiwa. Dapat mendorong diri untuk kuat memikul beban perjuangan meraih tujuan mulia. Kisah-kisah tersebut dapat menuntut untuk meneladani para pahlawan yang berkomitmen tinggi dan rela berkorban agar sampai pada tingkatan tertinggi dan derajat termulia.59

Pentingnya metode cerita atau kisah ini diterapkan dalam dunia pendidikan karena dengan metode ini akan memberikan kekuatan psikologis kepada peserta didik. Dengan menceritakan kisah-kisah nabi kepada peserta didik, mereka secara psikologis terdorong untuk menjadikan nabi-nabi tersebut sebagai uswah (suri teladan).

Sebagian ulama salaf mengatakan, “kisah-kisah adalah salah satu barisan tentara Allah SWT yang dengannya Allah menetapkan hati para wali-Nya”.60 Buktinya adalah firman Allah SWT dalam

Al-Qur’an berikut.

(52)

إهإب ُتّبَثُن اَََم إل ََُسّرل إءاَََب

َأ إم َك َلَع ّصُقّن ٗللُكَو

ۦ

ٱ

ۢن ۡن

ۡي

ٰىَر إذَو َظإع َمَو ّقَََح إهإذَٰه يإف َكَءاَجَو َداَؤُف

ۡۡۡۡك

ٞة

ۡو

ۡلٱ

َۚك

َنيإنإم ُم إل

ۡؤ ۡل

Artinya: Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman. (QS.

Hud: 120)61

e. Metode Pembiasaan

Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dengan kebiasaan dapat menghemat banyak sekali kekuatan manusia. Karena ketika sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat, secara spontan kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan lain, seperti untuk bekerja, memproduksi dan mencipta. Bila pembawaan seperti itu tidak diberikan Tuhan kepada manusia, maka tentu mereka akan menghabiskan hidup mereka hanya untuk belajar berjalan, berbicara, dan berhitung. Tetapi disamping itu kebiasaan juga merupakan faktor penghalang, terutama apabila tidak ada penggeraknya dan berubah menjadi kelambanan yang memperlemah dan mengurangi reaksi jiwa.

“Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah satu metode pendidikan, lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan, tanpa terlalu

(53)

payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan banyak kesulitan”.62

BAB III

BIOGRAFI PENDIRI DAN PROFIL PONDOK MODERN

DARUSSALAM GONTOR

A. Biografi Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor

1. K.H. Ahmad Sahal

(54)

a. Riwayat Hidup K.H. Ahmad Sahal

K.H. Ahmad Sahal merupakan salah satu pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, “beliau lahir di desa Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, pada tanggal 22 Mei 1901”.63 Beliau terlahir sebagai

putra kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan ayah yang bernama Kyai Santoso Anom Besari yang merupakan Kyai terakhir Pondok Gontor Lama, dan ibunya bernama Nyai Sudarmi Santoso atau yang lebih dikenal dengan nama Nyai Santoso.

K.H. Ahmad Sahal merupakan keturunan dari Kyai Tegalsari, Khalifah Hasan Besari Kyai Khalifah Tegalsari mengambil menantu Kyai R.M. Sulaiman Djamaluddin, keturunan ke-IV Keraton Cirebon. Kyai R.M. Sulaiman Djamaluddin mempunyai putera Kyai Archam Anom Besari. Kyai Archam Anom Basari mempunyai putera Kyai R. Santosa Anom Besari yang bertempat tinggal di Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Sedangkan ibu dari K.H. Ahmad Sahal, yaitu Nyai Santosa Anom Besari, merupakan keturunan Kanjeng Bupati Surodiningrat.64

“K.H. Ahmad Sahal meninggal dunia pada tanggal 9 April 1977 tepat jam 19.00 WIB, dengan meninggalkan seorang istri yang bernama Sutichah Sahal dan sembilan orang putra dan putri”.65

b. Riwayat Pendidikan K.H. Ahmad Sahal

K.H. Ahmad Sahal pada mulanya masuk ke sekolah Rendah (Vervolk School) atau Sekolah Dasar Ongko Loro Jetis Ponorogo. Selain menimba ilmu di sekolah umum, guna untuk menambah ilmu

63Tim Penyusun, Op.Cit., h. 77 64Ibid., h. 2

(55)

keagamaannya, setamatnya dari Sekolah Rendah, K.H. Ahmad Sahal meneruskan pendidikan keagamaannya di berbagai pondok pesantren, diantaranya adalah “pondok pesantren Kauman Ponorogo, Pondok Joresan Ponorogo, Pondok Josari Ponorogo, Pondok Durisawo Ponorogo, Siwalan Panji Sidoarjo, Pondok Termas Pacitan”.66 Dan setelah selesai mempelajari berbagai kitab di

berbagai pondok pesantren, “K.H. Ahmad Sahal masuk ke sekolah Belanda Algemeene Nederlandsch Verbon yaitu sekolah pegawai di zaman Belanda pada tahun 1919 sampai dengan tahun 1921”.67

c. Perjalanan Karir K.H. Ahmad Sahal

Perjalan karir K.H. Ahmad Sahal berawal pada tahun 1926. Pada tahun ini K.H. Ahmad Sahal menjadi utusan ummat Islam daerah Madiun ke Kongres Ummat Islam Indonesia di Surabaya. Dan pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 20 September 1926, K.H. Ahmad Sahal bersama dengan kedua adiknya, yaitu K.H. Zainuddin Fananie dan K.H. Imam zarkasyi membuka kembali Pondok Gontor yang telah mati. Dan sebagai langkah pertamanya untuk menghidupkan kembali pondok Gontor adalah dengan membuka Tarbiyatul Athfal yaitu suatu program pendidikan anak-anak untuk masyarakat Gontor dan beliau sebagai pendidik disana.

Satu tahun kemudian K.H. Ahmad Sahal mendirikan Pandu Bintang Islam dan Klub olahraga dan kesenian yang

(56)

diberi nama “RIBATA” (Riyadhatu al-Badaniyah Tarbiyatul Athfal). Kemudian sejak tahun 1929 beliau mendirikan kursus Kader dan Barisan Muballighin yang berakhir hingga tahun 1932 M. Pada tahun 1935 beliau mengetuai Ikatan Taman Perguruan Islam (TPI), yaitu suatu ikatan sekolah-sekolah yang didirikan oleh alumni-alumni tarbiyatul Athfal di desa-desa sekitar Gontor. Kemudian pada tahun 1937 beliau mendirikan organisasi pelajar Islam yang diberi nama “Raudlatul Muta’alimin”. Selain itu beliau juga mendirikan dan memimpin Tarbiyatul Ikhwan (Barisan Pemuda) dan

Tarbiyatul Mar’ah (Barisan Wanita).68

2. K.H. Zainuddin Fananie

a. Riwayat Hidup K.H. Zainuddin Fananie

K.H. Zainuddin Fananie merupakan putra keenam dari Kyai Santoso Anom Besari. Beliau adalah adik kandung dari K.H.Ahmad Sahal. “Beliau lahir di desa Gontor pada tanggal 23 Desember 1905. Dan beliau meninggal dunia di kediamannya di Jakarta pada tanggal 21 Juli 1967 dengan meninggalkan seorang istri dan seorang anak, yaitu Drs. H. Rusydi Bey yang sekarang menjadi Anggota Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor”.69

b. Riwayat Pendidikan K.H. Zainuddin Fananie

Seperti halnya kakaknya yaitu K.H. ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fananie, pada mulanya masuk Sekolah Dasar Ongko Loro Jetis Ponorogo. Selain sekolah, beliau juga belajar di berbagai pondok pesantren, diantaranya yaitu di pondok pesantren Josari

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah“Bagaimana Hubungan Motivasi dengan Keikutsertaan Orang Tua yang Memiliki Remaja Putri dalam Mengikuti Bina Keluarga

Dengan kelebihan yang ada, pelaksanaan hibah boleh digunakan untuk memberi ruang kepada pasangan yang mempunyai anak angkat bagi memperuntukkan harta mereka kepada anak

Jenis penelitian ini menggunakan pola deskriptif dari penelitian kualitatif, untuk menyajikan data tentang Skizofrenia dan fungsi kelurga dalam proses pemulihan

Melalui pendidikan seni tari nilai tanggung jawab diberikan dengan cara-cara yang sangat sederhana yaitu memberikan ruang bagi anak untuk dapat melakukan gerak tari secara

Loyalitas datang sebagai akibat dari kepuasan pelanggan, jika pelanggan puas dari fungsi merek kemudian mereka menunjukkan loyalitas terhadap merek dan mereka menjadi tidak

Setelah melakukan analisis strategi saat ini, dapat dirumuskan strategi baru yang sesuai visi, misi, dan kondisi internal dan eksternal organisasi amatan, yaitu

Harapan para wisatawan terhadap produk kuliner yang dijual di restoran sangat berpengaruh dengan persepsi wisatawan terhadap kuliner yang dijual tersebut, karena

Musholla adalah rumah ibadah umat islam, merupakan elemen yang tidak dapat terpisahkan dari pesantre dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik