• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEPEDULIAN ORANG TUA TERHADAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINGKAT KEPEDULIAN ORANG TUA TERHADAP"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEPEDULIAN ORANG TUA TERHADAP

PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

ANAK USIA 6-36 BULAN DI KELURAHAN

TAMALANREA MAKASSAR

SKRIPSI

Haeriyah

J111 10 007

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

(2)

TINGKAT KEPEDULIAN ORANG TUA TERHADAP

PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

ANAK USIA 6-36 BULAN DI KELURAHAN

TAMALANREA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin

untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Haeriyah

J111 10 007

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Tingkat Kepedulian Orang Tua terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Usia 6-36 Bulan di Kelurahan Tamalanrea

Makassar

Oleh : Haeriyah / J111 10 007

Telah Diperiksa dan Disahkan Pada Tanggal 29 Agustus 2013

Oleh : Pembimbing

Prof. DR. drg. Sherly Horax, MS

NIP. 19580403 198603 2 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin

Prof.drg. H. Mansjur Natsir,Ph.D

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, terima kasih yang tak terhingga serta rasa syukur terucapkan kepada Allah SWT, Sang Maha Hati, Sang Maha Segalanya, Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan cinta tak terhingga, nikmat yang tak pernah berujung. Terima kasih atas berjuta kesempatan untuk selalu menengadahkan tangan melihat ke langit demi mensyukuri segala nikmat dan rintangan yang sangat berharga. Terima kasih atas segala pejaman dan ketertundukan dalam doa yang telah membuat penulis bangga dan bahagia hadir sebagai makhluk-Mu di dunia ini. Terima kasih dan sembah sujud kepada baginda Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangan dan amanah yang tak pernah padam sampai akhir zaman.

Akhirnya penulis mengucapkan syukur yang tak terkira atas terselesaikannya skripsi ini yang berjudul “Tingkat Kepedulian Orang Tua terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Usia 6-36 Bulan di Kelurahan

Tamalanrea Makassar”. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

(5)

1. Prof. DR. drg. Sherly Horax, MS. selaku pembimbing skripsi, yang senantiasa memberikan bimbingan, nasehat, dan motivasi bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir penulisan.

2. Prof. drg. H. Mansjur Natsir, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

3. drg. Erni Marlina, Sp.PM selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan motivasi dan nasehat yang sangat membangun.

4. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Drs. Baedawi Said dan ibunda Asni Alias, S.Pd. yang tiada hentinya memanjatkan doa, memberikan kasih sayang, dukungan, dan semangat kepada penulis.

5. Adik-adikku tersayang, Miftahul Jannah, Muh. Nihayat Al Hafidz, dan Halim Al Musyawwir. Terima kasih atas semua pengertian dan kasih sayang yang sangat berarti.

6. Kanda Hidayat Awaluddin yang senantiasa memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis.

7. Teman-teman ATRISI 2010 FKG UNHAS, terutama sahabat-sahabatku Herawati Hasan, Arfina Sari Hamid, Kurnia, dan Nurhaerani Fahri. Terima

kasih atas dukungan dan kebersamaan yang tak akan terlupakan.

8. Seluruh dosen dan staf FKG UNHAS yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 9. Dan yang terakhir kepada semua pihak baik yang secara langsung maupun tidak

langsung memberikan bantuan kepada penulis.

Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, dan semua karya manusia

(6)

kesempurnaan mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Olehnya itu, semua kritik dan saran yang bersifat membangun tentunya penulis akan terima dengan kegembiraan dan penuh rasa terima kasih. Akhir kata penulis mengucapkan sebuah harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Makassar, 28 Agustus 2013

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepedulian orangtua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak pada usia 6-36 bulan, serta untuk mengetahui pengaruh pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan jumlah anak dalam keluarga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif. Sampel yang digunakan sebanyak 291 orang yang diperoleh dengan teknik cluster sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner kepada orang tua dari masing-masing anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepedulian orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak pada usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea tergolong sedang jika dilihat dari pengaturan pola makan dan minum (73,1%) serta pemahaman tentang kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke dokter gigi (63,3%). Sedangkan dari segi pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut masih tergolong buruk (35,4%). Selain itu, faktor pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan jumlah anak berpengaruh terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea.

Kata Kunci: kepedulian orangtua, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak, usia 6-36 bulan.

The aim of this study was to determine the level of parental concern for the maintenance of children’s oral health aged 6-36 months, as well as to determine the effect of parental occupation, parental education, and number of children in families on child’s oral health care aged 6-36 months in Tamalanrea Village, Tamalanrea District, Makassar City. Type of this study was observational descriptive. Samples was obtained with 291 people taken by cluster sampling technique. Data collected through interviews using questionnaires to the parents of each child. The results showed that the level of parental concern for the maintenance of children’s oral health aged 6-36 months in Tamalanrea Village classified as moderate when seen from the pattern of food and drink (73.1%) as well as an understanding of children’s oral health and dental visits (63.3%). In terms of maintenance of oral hygiene is still relatively poor (35.4%). In addition, parental occupational factors, parental education, and number of children affect the maintenance of children’s oral health aged 6-36 months in Tamalanrea Village.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Perilaku Orang Tua ... 6

1. Klasifikasi Perilaku Orang Tua ... 6

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Orang Tua ... 8

B. Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Usia 6-36 Bulan ... 10

1. Karakteristik Perilaku Anak ... 10

2. Periode Tumbuh Kembang Gigi ... 14

C. Peran Orang Tua terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Usia 6-36 Bulan ... 17

1. Membersihkan Gigi dan Mulut Anak ... 17

(9)

3. Mengawasi Pola Makan dan Minum Anak ... 18

4. Pemeriksaan Rongga Mulut dan Pertumbuhan Gigi ... 18

5. Memeriksakan Anak ke Dokter Gigi ... 20

BAB III. KERANGKA KONSEP ... 21

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Rancangan Penelitian ... 22

C. Lokasi Penelitian ... 22

D. Waktu Penelitian ... 22

E. Populasi dan Sampel ... 23

F. Kriteria Sampel ... 24

G. Variabel Penelitian ... 24

H. Definisi Operasional Variabel ... 24

I. Data ... 25

J. Alat dan Bahan ... 25

K. Kriteria Penilaian ... 25

L. Prosedur Penelitian ... 27

BAB V. HASIL PENELITIAN ... 28

BAB VI. PEMBAHASAN ... 36

BAB VII. PENUTUP ... 43

A. Kesimpulan... 43

B. Saran ... 43

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Erupsi dan Eksfoliasi Gigi Decidui ... 15 Tabel 2. Erupsi Gigi Permanen ... 16

Tabel 3. Karakteristik anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea

Kecamatan Tamalanrea Makassar ... 28

Tabel 4. Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan

mulut, serta pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke

dokter gigi pada anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea,

Kecamatan Tamalanrea, Makassar ... 29

Tabel 5. Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan

mulut, serta pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke

dokter gigi pada anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea,

Kecamatan Tamalanrea, Makassar berdasarkan pekerjaan ayah ... 30

Tabel 6. Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan

mulut, serta pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke

dokter gigi pada anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea,

Kecamatan Tamalanrea, Makassar berdasarkan pekerjaan ibu ... 31

Tabel 7. Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan

mulut, serta pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke

dokter gigi pada anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea,

Kecamatan Tamalanrea, Makassar berdasarkan pendidikan ayah ... 32

Tabel 8. Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan

(11)

dokter gigi pada anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea,

Kecamatan Tamalanrea, Makassar berdasarkan pendidikan ibu ... 33

Tabel 9. Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan

mulut, serta pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke

dokter gigi pada anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea,

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kartu Monitoring Pembimbingan Skripsi 2. Surat Pernyataan dari Perpustakaan 3. Surat Izin Penelitian

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan gigi di Indonesia sampai saat ini masih perlu mendapatkan

perhatian. Kesehatan gigi dan mulut sering dianggap sepele, baik itu pada orang

dewasa maupun anak-anak. Hal ini disebabkan oleh berbagai upaya peningkatan

yang belum menunjukkan hasil yang nyata. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan

mulut terutama pada anak, yang masih perlu ditingkatkan diantaranya penyuluhan

oleh tenaga kesehatan kepada para orang tua dan kepedulian orang tua dalam

menjaga kesehatan gigi dan mulut anak. Peran orangtua sangat diperlukan di dalam

membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan serta menyediakan fasilitas

kepada mereka agar dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya.1, 2

Di negara yang telah maju, ketertiban urusan rumah tangga bisa menjadi ukuran

kesehatan keluarga tersebut. Apabila anak-anak dalam satu keluarga sehat, tentu

karena orang tua keluarga tersebut dapat memperhatikan kesehatan mereka dengan

sungguh-sungguh. Oleh karena anak umumnya lebih banyak menjadi urusan ibu,

maka baik buruk anak tercermin dari sikap ibu terhadapnya. Jika di dalam suatu

keluarga, kondisi gigi anak-anaknya sehat, maka boleh diambil kesimpulan, ibu

(14)

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kepedulian orangtua terhadap

kesehatan gigi dan mulut anaknya, baik itu dari status sosial ekonomi, tingkat

pendidikan, maupun faktor lainnya. Menurut Lina Natamiharja dan Ilmiah Kosasih

(2007) tentang perilaku ibu dalam pencegahan penyakit gigi anaknya di Kelurahan

Gang Buntu, Medan, menunjukkan bahwa perilaku orangtua dalam memelihara

kesehatan gigi anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat

pendidikan dan ada/tidaknya pekerjaan orang tua.1

Penelitian lain yang dilakukan oleh Kemthong Mitrakul, et al (2012) tentang faktor yang berhubungan dengan kemampuan orangtua dalam menjaga kesehatan

gigi dan mulut anak di Bangkok, Thailand, menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara tingkat pendidikan, usia, status pernikahan, pekerjaan, dan tingkat

penghasilan orangtua terhadap kemampuan orang tua dalam menjaga kesehatan gigi

anaknya.4

Pendidikan kesehatan gigi harus diperkenalkan sedini mungkin kepada anak agar

mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut yang benar.

Dalam hal ini, peran orang tua sangat berpengaruh pada anak, khususnya balita yang

masih sangat bergantung kepada orang tua. Perilaku orang tua mengenai kesehatan

gigi dapat digunakan untuk meramalkan status kesehatan gigi dan mulut anaknya.

Apabila tingkat kepedulian orangtua mengenai kesehatan baik, maka kemungkinan

besar status kesehatan gigi dan mulut anaknya yang berumur di bawah lima tahun

(15)

Usia balita merupakan masa kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan anak,

karena periode tumbuh kembang anak paling optimal perkembangan intelegensi

maupun perkembangan fisiknya. Selain itu, pada masa ini terjadi periode

pertumbuhan gigi anak yaitu periode gigi decidui. Pada keadaan normal, gigi decidui

mulai erupsi sekitar usia 6 bulan dan semua gigi decidui telah erupsi pada usia 3

tahun.5 Pada periode ini, peran orang tua sangat penting dalam memberikan

pendidikan tentang kesehatan gigi dan mulut anaknya. Tetapi masih banyak orangtua

beranggapan bahwa gigi decidui kurang penting, karena bersifat sementara dan akan

digantikan oleh gigi permanen yang dalam keadaan normal akan berada selamanya di

dalam rongga mulut. Anggapan ini tentu sangat keliru mengingat peran dan fungsi

gigi decidui. Pada periode gigi decidui inilah anak harus mulai diajarkan untuk

menjaga kebersihan dan kesehatan giginya.

Masalah kesehatan gigi dan mulut anak di Kota Makassar sendiri masih perlu

mendapatkan perhatian yang cukup serius. Salah satu daerah di Kota Makassar yang

tak luput dari permasalahan ini yaitu di Kelurahan Tamalanrea. Kelurahan ini

merupakan satu dari 6 kelurahan yang ada di Kecamatan Tamalanrea, Makassar.

Kelurahan ini mempunyai luas wilayah yaitu 4,44 km², terdiri dari 139 RT dan 23

RW. Jumlah penduduk pertanggal 3 november 2012 sebanyak 52.859 jiwa. Jumlah

ini berbanding terbalik dengan luas wilayahnya sehingga menyebabkan kepadatan

penduduk yang cukup tinggi. Penduduknya terdiri dari berbagai kalangan, baik

ditinjau dari segi sosial-ekonomi maupun tingkat pendidikannya. Fasilitas kesehatan

gigi yang terdapat di kelurahan ini antara lain 1 puskesmas dan 7 praktek dokter gigi.

(16)

mulut sudah cukup memadai, serta status sosial ekonomi penduduknya yang

beragam, tentu hal ini akan berpengaruh pada perilaku kesehatan penduduknya.

Perilaku kesehatan yang dimaksud termasuk kepedulian orangtua terhadap kesehatan

gigi dan mulut anak.6

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk melihat tingkat

kepedulian orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya yang masih berusia

6-36 bulan. Sasaran dari penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia 6-36

bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Makassar.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan

rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana tingkat kepedulian orangtua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan

Tamalanrea, Kota Makassar?

2. Apakah pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan jumlah anak dalam

keluarga berpengaruh terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia

(17)

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui tingkat kepedulian orangtua terhadap pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan

Tamalanrea, Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan

jumlah anak dalam keluarga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota

Makassar.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Diharapkan dapat memberi informasi mengenai tingkat kepedulian orang tua

terhadap kesehatan gigi dan mulut anak usia 6-36 bulan di Kelurahan

Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Makassar.

2. Diharapkan dapat memberi masukan tentang pemeliharaan dan pemahaman

kesehatan gigi dan mulut anak kepada orang tua di Kelurahan Tamalanrea,

Kecamatan Tamalanrea, Makassar.

3. Dapat memberikan informasi dan masukan bagi orang tua tentang pentingnya

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERILAKU ORANG TUA

1. Klasifikasi Perilaku Orang Tua

Orang tua adalah pemegang kendali utama tanggung jawab atas proses

pembentukan karakter anak. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan

pemahaman kepada anak sebagai bekal utama sebelum berinteraksi dengan

lingkungan sosial dan untuk perkembangan mereka.

Berikut ini adalah beberapa sikap dan perilaku orang tua yang dapat

mempengaruhi perilaku anak.

a. Orang tua yang otoriter.

Orangtua yang otoriter biasanya mempunyai pandangan bahwa apa yang telah

ditetapkan, itulah yang terbaik untuk anaknya. Sikap ini biasanya membuat anak

cenderung untuk patuh, bertingkah laku baik, ramah dan sopan.7

b. Orang tua yang terlalu sabar.

Orangtua seperti ini menunjukkan perhatian yang berlebihan terhadap anaknya.

Segala permintaan dan kebutuhan anak selalu dipenuhi sehingga membuatnya tidak

(19)

memiliki kontrol diri, mempunyai keinginan yang berlebihan, menjadi lengah dan

tidak penurut.7

c. Orang tua yang terlalu melindungi.

Orang tua selalu menunjukkan rasa cemas yang berlebihan. Anak akan

mengalami keterlambatan dalam kematangan dan aturan-aturan sosial. Anak merasa

tidak berdaya, malu, cemas, dan memiliki perasaan sebagai seorang yang selalu

berada di bawah.7

d. Orang tua yang lalai.

Orang tua yang lalai akan menunjukkan perhatian yang kurang terhadap

kesehatan gigi anaknya. Hal ini mungkin dikarenakan adanya kesibukan orangtua

sehingga mengakibatkan kurangnya perhatian pada anak.7

e. Orang tua yang suka mencurigai.

Sikap ini ditunjukkan oleh orang tua dengan mempertanyakan tentang perlunya

perawatan gigi. Biasanya hal ini bukanlah merupakan rasa keingintahuan karena

pertanyaan yang diajukan dilakukan dengan rasa ketidakpercayaan pada dokter gigi.7

f. Orang tua yang manipulatif.

Orangtua seperti ini sering bertanya secara berlebihan dalam hal perawatan gigi.

Keingintahuan orangtua ini justru membuat anak semakin cemas. Dokter gigi harus

mengatur situasi yang baik untuk berdiskusi dengan orang tua agar mereka dapat

(20)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Orang Tua

a. Pekerjaan.

Jenis pekerjaan orang tua dapat berpengaruh terhadap pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut anaknya. Pekerjaan mempengaruhi waktu yang dapat mereka

luangkan untuk keluarga dan sumber pendapatan yang dapat digunakan untuk

kesehatan anak. Akan tetapi, teori mengenai hubungan antara pekerjaan orang tua

dengan kesehatan anak masih bersifat ambigu. Di satu sisi, hal ini dapat menambah

sumber daya keuangan sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan

anak. Akan tetapi di sisi lain, pekerjaan mungkin dapat mengurangi waktu antara

orang tua dengan anak sehingga perhatian terhadap kesehatan mereka menjadi

berkurang.8

b. Penghasilan orang tua.

Penghasilan orang tua juga dapat berpengaruh terhadap pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut anak. Sebagian besar anak dengan orang tua yang berpenghasilan

rendah akan memiliki tingkat kesehatan yang rendah dibandingkan anak dengan

orang tua yang makmur. Orang tua yang berpenghasilan tinggi mungkin memiliki

anak yang sehat karena mereka memiliki penghasilan yang cukup untuk melakukan

perawatan kesehatan atau membeli keperluan yang dapat membuat kesehatan mereka

lebih baik. Penghasilan orang tua dapat berhubungan dengan kesehatan anak-anak

karena mempengaruhi kualitas dan kuantitas kesehatan yang diperoleh oleh mereka.

(21)

c. Tingkat pendidikan.

Pendidikan adalah faktor terbesar kedua dari faktor sosial ekonomi yang

mempengaruhi status kesehatan. Pendidikan mempunyai pengaruh dalam

pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep

moral dalam diri individu, serta pemahaman yang baik dan buruk dalam bertindak.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, ia akan memiliki pemahaman yang lebih

sehingga akan berpengaruh terhadap sikap. Seseorang yang memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang

kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Seseorang

yang memiliki tingkat pendidikan rendah kemungkinan akan memiliki pengetahuan

yang kurang mengenai kesehatan gigi dan mulut.10, 11

d. Jumlah anak dalam keluarga.

Jumlah anak dalam keluarga akan berpengaruh terhadap perhatian dan kasih

sayang yang diterima anak, khususnya masalah kesehatan. Orang tua dengan jumlah

anak yang banyak memerlukan lebih banyak waktu untuk memperhatikan

anak-anaknya jika dibandingkan dengan mereka yang mempunyai anak yang berjumlah

sedikit. Kesibukan tersebut akan mengakibatkan berkurangnya perhatian terhadap

(22)

B. KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK USIA 6-36 BULAN

1. Karakteristik Perilaku Anak

Stone dan Church yang dikutip dari Richard J. Mathewson mengelompokkan

perkembangan anak ke dalam 5 klasifikasi : (1) bayi, (2) balita, (3) pra sekolah, (4)

tahun tengah anak, dan (5) remaja.13 Tahap-tahap yang akan dibahas dalam bagian

ini adalah tentang perkembangan anak pada tahap bayi, balita, dan pra sekolah.

a. Bayi.

Masa bayi adalah salah satu periode kehidupan di mana anak mengenal tempat ia

berada. Pada usia 6 bulan, gigi bayi mulai erupsi dan mulai memasukkan apapun

yang berada di dekatnya ke dalam mulut. Pada saat ini perlindungan antibodi ibu

menghilang dan penyakit ringan mulai muncul. Bayi juga mengekspresikan rasa

takutnya, disebut sebagai stanger anxiety, di mana bayi menunjukkan kekhawatiran saat bertemu dengan orang-orang di luar lingkungan yang biasa ia jumpai.13

Sumber kecemasan lain bagi bayi berasal dari konsep kepercayaan atau

ketidakpercayaan. Ketika kebutuhan bayi terpenuhi dengan tepat, dasar

kepercayaannya akan dipertahankan pada tingkat tinggi. Jika permintaan bayi untuk

mendapat perhatian atau makan ditunda, kecemasannya akan menumpuk dan tidak

akan berhenti sampai kebutuhannya terpenuhi. Pengalaman negatif ini akan tetap

terbayang sebagai bentuk kecemasan dan ketidakpercayaan.13

Pada masa ini disebut periode vital, artinya bahwa periode ini mempunyai makna

(23)

dan merupakan masa yang paling penting bagi perkembangan otaknya. Pada saat ini

terjadi apa yang disebut sebagai belajar untuk belajar (learning to learn) secara maksimal. Para ahli mengatakan bahwa makin banyak rangsangan yang tepat

diberikan kepada bayi pada saat yang tepat pula, akan makin besar pula

kemungkinan bayi untuk menjadi lebih cerdas. 14

Bayi dan orang tua masing-masing saling mempengaruhi satu sama lain. Bayi

mungkin berharap untuk dipeluk dan disayang atau mungkin menolaknya. Perilaku

ini akan mempengaruhi sikap orang tua. Di sisi lain, karakteristik orang tua dapat

mempengaruhi perilaku bayi. Bayi mungkin hadir pada saat yang tidak tepat dalam

pernikahan atau mungkin menghambat kebebasan dari orang tua yang masih muda.

Mereka terganggu karena harus merawat anak sehingga membiarkan anak mereka

tanpa perhatian khusus. Anak seperti ini akan tumbuh menjadi terbelakang atau

intelektualnya yang di bawah standar.13

Perhatian utama orangtua adalah membantu anak mengembangkan kebiasaan

yang baik. Watson yang dikutip dari Richard J. Mathewson menyatakan bahwa

“orang tua harus bersikap obyektif dan ramah”. Ia percaya bahwa melatih bayi dalam

keteraturan (keteraturan dalam makan, tidur, dan lain-lain) akan mengantarkan bayi

untuk menerima pelajaran pertamanya dalam membangun karakter.13

b. Balita.

Balita merupakan anak yang berusia mulai dari 15 bulan. Anak-anak mulai

berkembang pesat dalam keterampilan kognitif dan verbal, serta kesadaran diri mulai

(24)

Balita adalah seorang anak yang berkembang dan tumbuh dalam pengetahuan dan

keterampilan motorik, tetapi masih dalam individu yang belum dewasa. Anak tidak

mampu mengamati mengapa pemeliharaan gigi perlu dilakukan atau menyadari

pentingnya perilaku kooperatif di klinik gigi.13

Perilaku anak menjadi agak kurang konsisten, mereka dapat merasa takut

terhadap hal-hal tertentu. Kata “tidak” menjadi bagian yang penting dalam proses

bertambahnya perbendaharaan kata, terutama jika apa yang mereka inginkan tidak

terpenuhi. Mereka sering memperlihatkan kemarahan dan ketidaksenangan dengan

istilah tersebut. Usaha pengalihan perhatian terhadap aktivitas yang lebih dapat

diterima biasanya mudah dilakukan pada stadium ini. Usia ini merupakan masa-masa

di mana konsistensi merupakan hal yang sangat penting dalam proses internalisasi

pola perilaku anak.13

Pada saat menginjak usia 2 tahun, ketergantungan merupakan sifat yang

mencolok, ia berusaha mencoba mendapatkan keterampilan baru dan berkompetisi.

Mereka ingin mengerjakan segala sesuatu sendiri dan berusaha mendapatkan segala

sesuatu menurut cara mereka sendiri. Mereka juga mulai dapat memilih dan

sebaiknya diberi kesempatan untuk melakukannya. Secara periodik, perasaan

ketergantungan yang dimilikinya membuat mereka membutuhkan pelukan, pujian

(25)

c. Pra sekolah.

Anak pra sekolah yang menggunakan kepribadiannya di lingkungan umum, akan

membuat perilaku seorang anak mudah diamati. Dia lebih terampil dalam

penggunaan kata-kata dan simbol serta lebih efektif dalam berkomunikasi dengan

orang lain.13

Perilaku anak-anak pra sekolah dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkungan

terdekatnya. Stone dan Church yang dikutip dari Richard J. Mathewson telah

mengembangkan beberapa penilaian berikut : 13

1) Mereka memperluas pergaulan dengan orang-orang selain keluarga dekat.

2) Individu ini memiliki agresi dan simpati untuk hidup berdampingan. Mereka

mungkin sangat teguh dalam berpendapat dan berekspresi, tetapi dapat

bersikap responsif terhadap kebutuhan orang lain.

3) Lebih bermain peran.

4) Ia mengikuti perilaku individu yang dekat dengannya, bahkan ekspresi wajah,

bahasa verbal, dan gerak tubuh.

5) Anak usia pra sekolah mengembangkan hubungan yang berarti dengan dunia

langsung. Mereka mudah mengidentifikasi orang dan tempat, serta

berkembang menjadi individu yang lebih berhati-hati.

6) Pendapat anak-anak usia pra sekolah tentang fantasi sangat dramatis.

7) Sesuatu yang disampaikan oleh orang tua yang sebenarnya tidak benar sering

diterima sebagai suatu fakta. Cerita aneh dan gurauan sering dianggap

(26)

8) Mereka mungkin membuat sahabat khayalan pada periode ini.

9) Anak usia pra sekolah sering mengekspresikan diri lewat gambar dan

ungkapan emosional.

10)Kesadaran diri pada anak pra sekolah merupakan proses identifkasi diri

mereka sendiri.

11)Ketakutan antara yang nyata dan tidak nyata merupakan hasil dari kesadaran

dirinya.

12)Manajemen waktu belum bisa diaplikasikan pada awalnya, tetapi menginjak

usia 5 tahun ia memiliki manajemen waktu dan dapat mengaplikasikan

beberapa rencana selama beberapa hari.

13)Anak pra sekolah belum terlalu kuat untuk memainkan logikanya.

2. Periode Tumbuh Kembang Gigi

a. Gigi sulung.

Pada keadaan normal, bayi yang baru dilahirkan tidak mempunyai gigi, walaupun

benih gigi sudah ada jauh sebelum bayi tersebut dilahirkan. Kalsifikasi dari gigi

decidui mulai pada umur 4 bulan dalam kandungan. Semua benih gigi sulung sudah

mulai berkembang pada umur 6 bulan dalam kandungan. Gigi-gigi pertama biasanya

erupsi setelah 6-7 bulan sesudah kelahiran dan semua gigi sulung erupsi pada usia

(27)

Tabel 1. Erupsi dan Eksfoliasi Gigi Decidui

Gigi Erupsi (Bulan) Eksfoliasi (Tahun)

Rahang Atas

Insisivus Sentralis 6-10 6-7

Insisivus Lateralis 9-12 7-8

Kaninus 16-22 10-12

Molar Satu 12-18 9-11

Molar Dua 24-32 10-12

Rahang Bawah

Insisivus Sentralis 6-10 6-7

Insisivus Lateralis 7-10 7-8

Kaninus 16-22 9-12

Molar Satu 12-18 9-11

Molar Dua 20-32 10-12

Sumber: Donna J., Judy H. Delmar’s dental assisting: a comprehensive approach. 2nd ed. USA: Delmar Learning. 2004: 108.

Gigi decidui berguna dan berpengaruh terhadap kesehatan individu,

perkembangan rahang, erupsi gigi-geligi tetap, perkembangan fisik dan mental

anak-anak, karena kehilangan dini gigi decidui dapat mengakibatkan perkembangan

rahang yang tidak normal dan gigi M1 mungkin tidak dapat tumbuh pada posisi yang

normal sebagai kunci dari oklusi (key of occlusion).15

b. Gigi permanen.

Pada usia sekita 6 tahun, gigi molar pertama dan gigi insisivus sentralis rahang

bawah mulai erupsi. Antara usia 6 sampai dengan 12 tahun, anak-anak mengalami

periode gigi bercampur antara gigi decidui dan gigi permanen. Saat menginjak usia

12 tahun, sebagian besar anak-anak sudah mempunyai semua gigi permanen kecuali

(28)

Tabel 2. Erupsi Gigi Permanen

Gigi Erupsi (Tahun) Urutan Erupsi

Rahang Atas

Insisivus Sentralis 7-8 2

Insisivus Lateralis 8-9 3

Kaninus 11-12 6

Insisivus Sentralis 6-7 2

Insisivus Lateralis 7-8 3

Kaninus 9-10 4

Sumber: Donna J., Judy H. Delmar’s dental assisting: a comprehensive approach. 2nd ed. USA: Delmar Learning. 2004: 109.

Pada saat gigi permanen erupsi :

1) Anak kadang-kadang merasakan proses pengunyahan lebih sulit dibanding

ketika gigi tercabut atau hilang.

2) Anak-anak harus menyikat gigi secara rutin. Perhatian yang lebih harus

diberikan pada daerah yang mengalami kehilangan gigi atau daerah yang

(29)

3) Kadang-kadang gigi permanen akan tumbuh sebelum gigi decidui tercabut.

Apabila gigi decidui tidak tercabut setelah dua atau tiga bulan, anak-anak

harus di bawa ke dokter gigi.17

C. PERAN ORANG TUA TERHADAP PEMELIHARAAN KESEHATAN

GIGI DAN MULUT ANAK USIA 6-36 BULAN

1. Membersihkan Gigi dan Mulut Anak

Sejak gigi decidui pertama muncul pada usia 6 bulan, perawatan gigi harus sudah

dimulai. Ketika masih bayi, bersihkan mulut bayi usai menyusui, terutama bila

minum susu formula. Untuk bayi yang gigi susunya baru tumbuh beberapa, bisa

dibersihkan dengan memakai cotton bud. Jangan lupa perhatikan kebersihan cotton

bud nya. Selain itu bisa juga menggunakan jari telunjuk ibu yang dibungkus dengan

kasa atau ujung handuk yang bersih. Gosokkkan pada gigi dengan gerakan memutar

dan sedikit tekanan selama kurang lebih satu menit. Jangan terlalu lama karena akan

membuat bayi bosan dan tidak nyaman. Keadaan tersebut bisa membuat bayi trauma

dan tidak mau lagi dibersihkan giginya. Lakukan kebiasaan membersihkan gigi ini

saat memandikan bayi atau beberapa saat setelah waktu makan makanan padat. Cara

lain untuk mengurangi sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi, beri anak

minum air putih yang cukup segera setelah minum susu. Tidak hanya setelah minum

susu formula atau susu kaleng, tetapi juga setelah minum ASI.18

(30)

anak usia sekitar 8-9 bulan, ketika sudah tumbuh giginya. Anak diberi kesempatan

memegang sikat giginya sendiri dan menirukan gerakan menyikat gigi.18

2. Mengajarkan Anak Menyikat Gigi

Orang tua perlu melatih anak untuk menyikat giginya sedini mungkin. Usahakan

agar menggosok gigi seperti sedang bermain, dengan tujuan agar anak terbiasa

memasukkan sikat gigi ke mulutnya. Jika anak tidak mau digosok giginya oleh Anda,

mintalah dia untuk menggosok giginya sendiri dan pujilah usaha tersebut. Anda juga

boleh memberi sedikit pasta gigi.19

3. Mengawasi Pola Makan dan Minum Anak

Pemeliharaan kesehatan gigi sulung pada anak sama pentingnya dengan gigi

permanen. Oleh karena itu, orang tua harus mengatur asupan makanan yang rendah

gula. Berikan balita anda makanan yang bernutrisi baik. Pemberian makanan dan

minuman yang mengandung kadar gula yang tinggi dan dapat menyebabkan

kerusakan pada gigi harus dikurangi atau dihindari. Jangan membiasakan anak

menyusui atau minum susu botol hingga tertidur karena ini dapat menyebabkan

kerusakan dini pada gigi.20

4. Pemeriksaan Rongga Mulut dan Pertumbuhan Gigi

Orang tua harus mengamati dan memeriksa pertumbuhan gigi dan kondisi rongga

mulut anak berdasarkan gambaran rahang anak pada umumnya. Beberapa struktur

utama yang terlihat pada pemeriksaan rongga mulut, antara lain bibir, gusi, gigi,

(31)

Tanda-tanda dari rongga mulut yang sehat adalah sebagai berikut:

1) Membran muuksa yang melapisi bibir, pipi, palatum, dan bagian bawah dari

lidah berwarna merah muda, mengkilap, sewarna, dan lembab.

2) Gigi berwarna putih, halus, dan bebas plak. Jumlah gigi juga harus

diperhatikan.

3) Gusi berwarna merah muda dan berstruktur seperti kulit jeruk. Pada anak

yang berkulit gelap, warna gusi terlihat lebih terang dan kadang-kadang

terdapat daerah kecoklatan di sepanjang garis gusi.

4) Lidah mempunyai papilla yang membuat lidah terlihat seperti kasar.17

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pemeriksaan rongga mulut anak antara

lain:

1) Apakah rongga mulut anak terlihat sehat atau tidak.

2) Pertumbuhan gigi-geligi.

3) Jumlah gigi yang dikaitkan dengan usia anak tersebut.

4) Apakah terdapat perubahan warna pada gigi seperti bercak putih, kekuningan,

atau warna kecoklatan.

5) Apakah terdapat lubang pada gigi atau tidak.

6) Status oral hygiene.

7) Apakah terdapat benjolan yang tidak biasa, luka, atau abses.

(32)

5. Memeriksakan Anak ke Dokter Gigi

Para dokter gigi merekomendasikan orang tua untuk membawa anak mereka ke

dokter gigi pada tahun pertama usianya, atau sekitar usia 6 bulan ketika gigi pertama

mulai tumbuh. Sebaiknya bawa anak ke dokter gigi spesialis anak karena mereka

mempunyai keahlian khusus dalam menangani balita dan anak-anak usia pra sekolah.

Dokter gigi akan memastikan apakah gigi sulung anak dalam keadaan sehat. Selain

itu dokter gigi akan memeriksa apakah ada kerusakan dini pada gigi anak atau

permasalahan kesehatan gigi lainnya. Cara ini juga merupakan salah satu alternatif

(33)

BAB III

KERANGKA KONSEP

Keterangan :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

Tingkat Kepedulian Orang Tua

1. Pekerjaan Orang Tua

2. Tingkat Pendidikan Orang Tua 3. Jumlah Anak

Sikap dan Perilaku Orang Tua

Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak

Usia 6-36 Bulan

Membersihkan Gigi dan Mulut Anak

Mengajarkan Anak Menyikat Gigi

Mengawasi Pola Makan dan Minum Anak

Pemeriksaan Rongga Mulut dan Pertumbuhan Gigi

Kunjungan Rutin ke Dokter Gigi

(34)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional deskriptif,

karena dalam pelaksanaannya meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis dan

interpretasi data dari objek penelitian.

B. RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif study. Rancangan ini dilakukan dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data.

C. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota

Makassar.

D. WAKTU PENELITIAN

(35)

E. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi pada penelitian ini adalah orang tua dan anaknya usia 6-36 bulan di

Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Makassar. Berdasarkan data yang

diperoleh, jumlah populasi sebanyak 1206 orang.

Penentuan besar sampel dilakukan dengan perhitungan jumlah sampel untuk

estimasi proporsi. Karena besar populasi (N) diketahui, maka dapat dihitung dengan

rumus berikut: 22

Z1-α/2 = nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95%=1,96)

p = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui

proporsinya, ditetapkan 50% (0,50).

d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan

(36)

Tamalanrea secara random. RW yang terpilih yaitu RW 007, RW 012, RW 015, RW

020, dan RW 022.

F. KRITERIA SAMPEL

1. Kriteria inklusi:

Orang tua yang memiliki anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea,

Kecamatan Tamalanrea, Makassar dan bersedia mengisi kuesioner.

2. Kriteria Eksklusi:

Orang tua yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

G. VARIABEL PENELITIAN

Variabel pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Variabel independen : Kepedulian orang tua (sikap dan perilaku orang tua).

2. Variabel dependen : Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak., kunjungan

ke dokter gigi, dan gigi sehat.

H. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

1. Kepedulian orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak

adalah perhatian orang tua yang diwujudkan ke dalam tingkah laku berupa pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak.

2. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak adalah perilaku orang tua dalam

menjaga kesehatan gigi dan mulut anak seperti membersihkan gigi dan mulut

(37)

rongga mulut, memeriksa pertumbuhan gigi, dan memeriksakan anak ke dokter

gigi.

3. Anak-anak yang dimaksud adalah anak yang berusia 6-36 bulan berjenis kelamin

laki-laki dan perempuan yang ada di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan

Tamalanrea, Kota Makassar.

I. DATA

1. Jenis data : Data primer

2. Pengolahan data : Menggunakan program komputer SPSS 18.0

3. Penyajian data : Dalam bentuk tabel

4. Analisis data : Analisis Univariat

J. ALAT DAN BAHAN

1. Alat tulis

2. Kuesioner

K. KRITERIA PENILAIAN

Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Bagian pertama terkait dengan identitas responden, meliputi nama lengkap anak,

tanggal lahir, usia anak, jenis kelamin anak, orang tua yang menjadi responden,

nama orang tua, usia orang tua, alamat, pekerjaan orang tua, pendidikan terakhir

orang tua, jumlah anak, dan nomor telepon.

2. Bagian kedua merupakan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan tingkat

(38)

6-36 bulan yang terdiri dari 20 pertanyaan. Pertanyaan tersebut terbagi dalam tiga

kategori, yaitu pertanyaan mengenai pola makan dan minum anak, pemeliharaan

kebersihan gigi dan mulut anak, dan pemahaman tentang kesehatan gigi dan

mulut anak serta kunjungan ke dokter gigi.

Kategori pertama yaitu pertanyaan mengenai pola makan dan minum anak, terdiri

dari delapan pertanyaan dengan penilaian sebagai berikut.

a. Baik : jika skor penilaiannya ≥ 12

b. Sedang : jika skor penilaiannya 7-11

c. Buruk : jika skor penilaiannya ≤ 6

Kategori kedua yaitu pertanyaan mengenai pemeliharaan kebersihan gigi dan

mulut anak, terdiri dari enam pertanyaan dengan penilaian sebagai berikut.

a. Baik : jika skor penilaiannya ≥ 9

b. Sedang : jika skor penilaiannya 5-8

c. Buruk : jika skor penilaiannya ≤ 4

Kategori ketiga yaitu pertanyaan mengenai pemahaman tentang kesehatan gigi

dan mulut anak serta kunjungan ke dokter gigi, terdiri dari enam pertanyaan dengan

penilaian sebagai berikut.

a. Baik : jika skor penilaiannya ≥ 9

b. Sedang : jika skor penilaiannya 5-8

(39)

L. PROSEDUR PENELITIAN

1. Menentukan jumlah populasi dan sampel secara cluster. 2. Menentukan waktu penelitian.

3. Observasi data anak usia 6-36 bulan dari puskesmas yang berada di wilayah

Kelurahan Tamalanrea, yaitu Puskesmas Tamalanrea.

4. Menyiapkan daftar isian kuesioner.

5. Mengunjungi posyandu di setiap cluster dan alamat rumah responden yang telah diperoleh dari puskesmas.

6. Pengambilan data yang diperlukan untuk mengetahui tingkat kepedulian orang

tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 6-36 bulan dengan

melakukan wawancara menggunakan kuesioner kepada orang tua anak.

(40)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar. Penelitian dilaksanakan di lima RW, yaitu RW 007, RW 012, RW 015, RW 020, dan RW 022. Diperoleh sampel sebanyak 297 responden.

(41)

Sampel terbanyak yaitu usia 13-24 bulan (40,1%) dan berjenis kelamin laki-laki (53,2%). Berdasarkan pekerjaan ayah, yang terbanyak adalah wiraswasta (52,2%) dan pekerjaan ibu yang terbanyak adalah ibu rumah tangga (72,7%). Berdasarkan tingkat pendidikan ayah, yang terbanyak adalah S1 (34,7%). Sedangkan tingkat pendidikan ibu yang terbanyak adalah SMA / sederajat (35,4%). Sebagian besar responden memiliki 1-2 orang anak yaitu 68,4% (lihat tabel 3).

(42)

Tabel 5. Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut, serta pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke dokter gigi pada anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Makassar berdasarkan pekerjaan ayah.

Pekerjaan sedang dengan persentase yaitu PNS 80%, pegawai swasta 72,2%, TNI/Polri 72,9%, wiraswasta 90,0%, petani/nelayan/buruh 56,7%, dan tidak bekerja 100%. Pada gambaran pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut anak, hasilnya menunjukkan bahwa pemeliharaan kebersihan gigi yang baik terdapat pada ayah yang bekerja sebagai PNS, yaitu 57,8% dan TNI/Polri 50%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor kedisiplinan ayah dalam bekerja sehingga kemungkinan hal ini juga diterapkan

(43)

Adapun persentasenya yaitu PNS 66,7%, pegawai swasta 74,1%, TNI/Polri 80%, wiraswasta 60%, dan tidak bekerja 100%. Sedangkan petani / nelayan / buruh tergolong buruk yaitu 53,3%. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor pendidikan dan penghasilan ayahnya (lihat tabel 5).

Tabel 6. Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut, serta pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke dokter gigi pada anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Makassar berdasarkan pekerjaan ibu.

(44)

gigi, yang tergolong buruk yaitu pada ibu yang berprofesi sebagai buruh (100%). Sedangkan pada jenis pekerjaan ibu yang lain, semua pemahaman dan kunjungannya ke dokter gigi tergolong sedang dengan rinciannya yaitu PNS 74,4%, pegawai swasta 83,3%, wiraswasta 70,6%, pelajar/mahasiswa 50,0%, dan ibu rumah tangga sebanyak 59,7%. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan ibu tersebut. (lihat tabel 6).

Tabel 7. Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut, serta pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke dokter gigi pada anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Makassar berdasarkan pendidikan ayah.

Pendidikan

(45)

dan S3 sebanyak 47,1%. Pemeliharaan yang tergolong sedang pada ayah yang tidak sekolah (100%) dan SMP/sederajat (38,9%). Sedangkan yang tergolong buruk yaitu pada ayah yang pendidikan terakhirnya SD (41,4%) dan SMA/sederajat (42,9%). Selain itu, tabel juga memperlihatkan bahwa pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke dokter gigi yang buruk terdapat pada ayah yang tidak sekolah (100%) dan SD (55,2%). Sedangkan yang tergolong sedang terdapat pada ayah yang tingkat pendidikannya SMP/sederajat sejumlah 52,8%, SMA/sederajat 60,4%, diploma 85,0%, S1 69,9%, dan S2 serta S3 sebanyak 70,6%. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin baik pula kemampuan orang tua

dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak. (lihat tabel 7).

Tabel 8. Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut, serta pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke dokter gigi pada anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Makassar berdasarkan pendidikan ibu.

(46)

Pada gambaran pola makan dan minum anak berdasarkan pendidikan ibu, hasilnya menunjukkan bahwa selain ibu yang tidak sekolah, semuanya tergolong kategori sedang dengan persentase yaitu SD 74,1%, SMP/sederajat 73,3%, SMA/sederajat 70,5%, diploma 82,1%, S1 77,0%, serta S2 dan S3 sebanyak 66,7%. Jika ditinjau dari pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut anak, yang tergolong baik yaitu diploma (39,3%), S1 (34,5%), serta S2 dan S3 (46,7%). Pemeliharaan kebersihan gigi anak yang tergolong sedang terdapat pada ibu yang pendidikan terakhirnya SMP/sederajat (43,3%), sedangkan yang buruk terdapat pada ibu yang tidak sekolah (60%), SD (48,1%), dan SMA/sederajat (38,1%). Pada gambaran pemahaman kesehatan gigi dan mulut anak serta kunjungan ke dokter gigi, ibu yang tidak sekolah dan pendidikan terakhirnya SD tergolong kategori buruk dengan persentase 80,0% dan 51,9%. Sedangkan yang lainnya tergolong sedang, dengan rincian yaitu SMP/sederajat 53,3%, SMA/sederajat 62,9%, diploma 75,0%, S1 71,3%, serta S2 dan S3 sebanyak 60,0%. Hal ini berarti faktor pendidikan ibu berpengaruh terhadap pemeliharaan kebersihan gigi, pemahaman tentang kesehatan

gigi anak, dan kunjungan ke dokter gigi (lihat tabel 8).

Tabel 9. Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut, serta pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke dokter gigi pada anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Makassar berdasarkan jumlah anak.

(47)
(48)

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar. Penelitian dilaksanakan di lima RW, yaitu RW 007, RW 012, RW 015, RW 020, dan RW 022. Diperoleh sampel dengan jumlah sebanyak 297 responden,

yaitu usia 6-12 bulan sebanyak 89 orang, usia 13-24 bulan sebanyak 119 orang, dan

25-36 bulan sebanyak 89 orang. Sampel terdiri dari 158 anak laki-laki dan 139 anak

perempuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran pola makan dan minum anak usia

6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea yang tertinggi adalah kategori sedang dengan

persentase 73,1%. Pada gambaran pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut anak

yang tertinggi adalah kategori buruk dengan persentase 35,4%. Sedangkan gambaran

pemahaman kesehatan gigi dan mulut serta kunjungan ke dokter gigi pada anak usia

6-36 bulan yang tertinggi adalah kategori sedang dengan persentase 63,3% (lihat

tabel 4).

Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut,

serta pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke dokter gigi pada anak usia

6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea berdasarkan pekerjaan ayah dapat dilihat pada

tabel 5. Hasilnya menunjukkan bahwa dari keenam jenis pekerjaan ayah, semua

(49)

Pemeliharaan kebersihan gigi anak yang tergolong baik yaitu pada ayah yang

berprofesi sebagai PNS dan TNI/ Polri. Sedangkan yang termasuk kategori buruk

yaitu pada ayah yang bekerja sebagai pegawai swasta dan wiraswasta. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh faktor kedisiplinan ayah dalam bekerja. Seseorang yang bekerja

sebagai PNS dan TNI/ Polri cenderung dituntut untuk disiplin dalam bekerja

sehingga kemungkinan hal ini juga diterapkan kepada pemeliharaan kebersihan gigi

dan mulut anaknya. Sedangkan pegawai swasta dan wiraswasta dapat dipengaruhi

oleh kurangnya waktu luang untuk memperhatikan kebersihan gigi anaknya.

Pemeliharaan kebersihan gigi anak yang tergolong kategori sedang yaitu pada ayah

yang petani/ nelayan/ buruh. Hal ini mungkin disebabkan oleh penghasilan dan

waktu kerja ayah yang tidak menentu sehingga waktu untuk memperhatikan

kebersihan gigi anak juga menjadi tidak teratur. Gennetian yang dikutip dari Hong

Liu dan Zhong Zhao mengemukakan bahwa pekerjaan orang tua dapat

mempengaruhi waktu yang mereka luangkan untuk keluarga dan sumber pendapatan

yang dapat digunakan untuk kesehatan anak 8 (lihat tabel 5).

Pada gambaran pemahaman kesehatan gigi dan mulut serta kunjungan ke dokter

gigi berdasarkan pekerjaan ayah, dapat dilihat bahwa selain petani/ nelayan/ buruh,

semua pemahaman dan kunjungannya ke dokter gigi tergolong sedang. Pemahaman

kunjungan ke dokter gigi pada ayah yang berprofesi sebagai petani/ nelayan/ buruh

sendiri tergolong buruk. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor pendidikan dan

penghasilan ayahnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pintauli

(2004) yang dikutip oleh Isrofah, yang menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki

(50)

mengenai kesehatan gigi dan mulut. Berbeda dengan ayah yang tidak bekerja,

kemungkinan mereka mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi

dengan media komunikasi sehingga dapat memahami pentingnya kesehatan gigi dan

mulut dari media-media tersebut.11

Dari penelitian ini juga diperoleh bahwa pola makan dan minum anak usia 6-36

bulan di Kelurahan Tamalanrea berdasarkan pekerjaan ibu semuanya termasuk dalam

kategori sedang. Tetapi dari segi pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang dapat

dilihat pada tabel 6, terdapat perbedaan dari setiap jenis pekerjaan ibunya. Yang

tergolong baik yaitu pada ibu yang berprofesi sebagai PNS, pegawai swasta, dan

buruh. Pada PNS dan pegawai swasta, hal ini dapat disebabkan oleh penghasilan dan

pendidikannya yang lebih tinggi, sedangkan pada buruh kemungkinan dapat

disebabkan oleh adanya waktu luang yang dapat digunakan untuk memelihara

kebersihan gigi anaknya ketika mereka tidak bekerja. Sedangkan ibu yang bekerja

sebagai wiraswasta, pelajar/ mahasiswa, dan ibu rumah tangga, pemeliharaan

kebersihan gigi dan mulut anaknya tergolong buruk.

Gambaran pemahaman kesehatan gigi dan mulut serta kunjungan ke dokter gigi

pada tabel 6 berdasarkan pekerjaan ibu. Hasilnya menunjukkan bahwa selain buruh,

semua pemahaman dan kunjungan ke dokter gigi dari setiap jenis pekerjaan termasuk

kategori sedang. Ibu yang berprofesi profesi sebagai buruh, pemahaman dan

kunjungannya ke dokter gigi tergolong buruk. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat

pendidikan ibu tersebut. Menurut Tirthankar yang dikutip dari Lina Natamiharja,

(51)

dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya

untuk hidup sehat.10

Gambaran pola makan dan minum anak berdasarkan pendidikan ayah dapat

dilihat pada tabel 7. Hasilnya menunjukkan bahwa selain pada anak yang ayahnya

tidak sekolah, semua pola makan dan minum berdasarkan setiap tingkat pendidikan

ayahnya tergolong sedang. Pada anak yang ayahnya tidak sekolah, pola makan dan

minumnya tergolong baik. Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kemthong M., et al (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan orang tua dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak, yang

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin

baik pula kemampuan orang tua dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak.4

Faktor pendidikan ayah juga berpengaruh terhadap pemeliharaan kebersihan dan

pemahaman kesehatan gigi anak. Ayah yang tidak sekolah dan pendidikan

terakhirnya SMP, pemeliharaan kebersihan gigi anaknya tergolong sedang. Pada

ayah yang pendidikan terakhirnya SD dan SMA/ sederajat, pemeliharaannya

tergolong buruk. Sedangkan pada ayah yang pendidikan terakhirnya adalah diploma,

S1, S2, dan S3 tergolong baik. Begitu pula yang terlihat pada tabel 7 mengenai

gambaran pemahaman kesehatan gigi dan mulut serta kunjungan ke dokter gigi anak

usia 6-36 bulan. Yang tergolong buruk adalah pada ayah yang tidak sekolah dan

pendidikan terakhirnya SD. Sedangkan pada ayah yang pendidikan terakhirnya

SMP/sederajat, SMA/sederajat, diploma. S1, S2, dan S3, pemahaman dan

(52)

Tabel 8 memperlihatkan gambaran pola makan dan minum anak usia 6-36 bulan

berdasarkan pendidikan ibu. Hasilnya menunjukkan bahwa pola makan dan minum

anak yang ibunya tidak sekolah tergolong baik. Adapun pola makan dan minum anak

yang pendidikan terakhir ibunya SD, SMP/ sederajat, SMA/ sederajat, diploma, S1,

S2, dan S3 termasuk kategori sedang. Hasil ini juga tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kemthong M., et al (2012) tentang faktor-fator yang berhubungan dengan kemampuan orang tua dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut

anak, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.4

Faktor pendidikan ibu dapat berpengaruh terhadap pemeliharaan kebersihan dan

pemahaman kesehatan gigi anak serta mempengaruhi kunjungan ke dokter gigi. Pada

tabel 8 dapat dilihat bahwa pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut anak yang baik

terdapat pada ibu yang pendidikan terakhirnya diploma, S1, S2, dan S3. Sedangkan

pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang buruk terdapat pada ibu yang tidak

sekolah, SD, dan SMA/ sederajat. Tabel ini juga memperlihatkan adanya perbedaan

tingkat pemahaman mengenai kesehatan gigi dan mulut serta kunjungan ke dokter

gigi ditinjau dari tingkat pendidikan ibu. Pemahaman dan kunjungan yang tergolong

sedang terdapat pada ibu yang pendidikan terakhirnya SMP/ sederajat, SMA/

sederajat, diploma, S1, S2, dan S3. Sedangkan pada ibu yang pendidikan terakhirnya

SD dan tidak sekolah memiliki pemahaman dan kunjungan ke dokter gigi yang

buruk. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Shamta Sufia, Ayyaz Ali

Khan, dan Saima Chaudhry (2009) tentang faktor yang berhubungan dengan ibu dan

mempengaruhi kesehatan gigi anak, diperoleh hasil bahwa faktor-faktor seperti usia

(53)

perpindahan penduduk semuanya berpengaruh positif terhadap kebiasaan menjaga

kesehatan gigi dan mulut anak usia pra sekolah.23

Jumlah anak dalam suatu keluarga juga mempengaruhi tingkat kepedulian orang

tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 6-36 bulan. Pada tabel

9 dapat dilihat bahwa pola makan dan minum anak semuanya tergolong sedang.

Demikian pula dari segi pemahaman kesehatan gigi dan mulut serta kunjungan ke

dokter gigi, semuanya tergolong sedang. Tetapi ada perbedaan jika ditinjau dari

pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut anak. Pemeliharaan kebersihan gigi dan

mulut anak pada keluarga yang mempunyai 1-2 orang anak tergolong buruk.

Sedangkan pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang baik terdapat pada keluarga

yang mempunyai 3-4 anak dan lebih dari 4 anak. Pada penelitian yang dilakukan

oleh Lisa Boge C., Svante Twetman, dan Annette Sundby (2010) tentang kesehatan

gigi mulut anak dan remaja dengan perbedaan latar belakang sosial budaya dan

ekonomi, menunjukkan bahwa karies gigi lebih banyak ditemukan pada pada

keluarga yang memiliki ≥ 5 anak. Hal ini dapat disebabkan oleh terbatasnya waktu

yang dapat diberikan kepada masing-masing anaknya untuk memperhatikan

kebersihan gigi dan mulut mereka.24

Selama penelitian ini berlangsung, terdapat beberapa kendala yang didapatkan

oleh peneliti. Kendala tersebut antara lain kurangnya data sekunder yang diperoleh

dari puskesmas tentang data sampel, luas wilayah kelurahan yang luas, dan

(54)

Adapun tindakan yang telah dilakukan untuk menindaklanjuti masalah

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia dini di Kelurahan Tamalanrea yaitu

dengan melakukan penyuluhan langsung kepada masing-masing orang tua anak

(55)

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lima RW di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Kepedulian orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar masih tergolong kategori sedang, ditinjau dari pengaturan pola makan dan minum (73,1%) serta pemahaman tentang kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke dokter gigi (63,3%). Sedangkan jika dilihat dari pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut masih tergolong buruk (35,4%).

2. Ada pengaruh pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, dan jumlah anak terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 6-36 bulan di

Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar.

B. SARAN

(56)
(57)

DAFTAR PUSTAKA

1. Lina Natamiharja, Ilmiah Kosasih. Perilaku ibu dalam pencegahan penyakit gigi

anaknya di kelurahan Gang Buntu Medan. Dentika Dental Journal; 12(2). 2007:

133-9.

2. Lina Natamiharja, Margaret. Peran orangtua terhadap pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut anak dan status kesehatan gigi dan mulut anak kelas II SD

Medan. Dentika Dental Journal; 16(2). 2011: 163-7.

3. Ircham Machfoedz, Asmar Yetti Zein. Menjaga kesehatan gigi dan mulut

anak-anak dan ibu hamil. Yogyakarta: Fitramaya. 2005: 87.

4. Kemthong Mitrakul, et al. Factor Associated with parent capability on child’s

oral health care. Southeast Asian Journal Trop Med Public Health; 43(1). 2012:

249-55.

5. Donna J., Judy H. Delmar’s dental assisting: a comprehensive approach. 2nd ed.

USA: Delmar Learning. 2004: 108-9.

6. Badan Pusata Statistik Kota Makasar. Kecamatan tamalanrea dalam angka 2012.

kec-dalam-angka [serial online] 2012 Agustus.: [internet]. Available from:

http://makassarkota.bps.go.id/index.php/en/publikasi/daftarpublikasi/kec-dalam-angka/157-kec-tamalanrea-2012. (diakses 22 Desember 2012).

7. Nurmini Mappahijah. Rasa takut dan cemas anak terhadap perawatan gigi di

SDN 20 Panyula Kabupaten Bone tahun 2010. Media Kesehatan Gigi. Edisi 2,

November 2010 : 32-3.

8. Hong Liu, Zhong Zhao. Parental job loss and children’s health: ten years after

(58)

9. Susan E.Mayer. The influence of parental income on children’s outcomes.

Bowen State: Ministry of Social Development. 2002: 37.

10.Lina Natamiharja, Nila Silvana Dwi. Hubungan pendidikan, pengetahuan dan

perilaku ibu terhadap status karies gigi balitanya. Dentika dental journal; 5(1).

2010: 37.

11.Isrofah, Nonik Eka M. Pengaruh pendidikan kesehatan gigi terhadap

pengetahuan dan sikap anak usia sekolah di SD Boto Kembang Kulonprogo

Yogyakarta. 2007: 6.

12.Hallet K B, O’Rourke P K. Social and behavioral determinants of early

childhood caries. Aust Dent J; 48(1). 2003: 27-33.

13.Richard J, Robert E. Fundamentals of pediatric dentistry. 3rd ed. London:

Quintessence Publishing Co, Inc. 1995: 12-4.

14.Suryanah, Keperawatan anak untuk siswa SPK. Jakarta: EGC. 1996: 17-8.

15.Itjingningsih Wangidjaja. Anatomi gigi. Editor: Lilian Yuwono. Jakarta: EGC.

1991: 211-5.

16.Andlaw, W.P.Rock. Perawatan gigi anak. Alih bahasa: Agus Djaya. Jakarta:

Widya Medika. 1992: 129.

17.Amanda Perry, Elizabeth Milford. Oral health information for maternal & child

health nurses. South Australian: Dental Health Services Victoria. 2010: 21, 30-1.

18.Suryawati P.N. 100 pertanyaan penting perawatan gigi anak. Jakarta: Dian

(59)

19.Kenneth Lyen, Tan Hock Lim, Louisa Zhang. Apa yang ingin anda ketahui

tentang merawat balita: satu sampai lima tahun. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. 2003: 137.

20.Chicago Dental Society. Top five tips for caring for an infant’s primary teeth.

Chicago: CDS Review. 2012: 40.

21.Miller M, Doescher S. Dental health for infant, toddlers, and preschoolers.

Corvallis: Oregon State University Extension Service. 1996: 2.

22.Suyatno. Menghitung besar sampel penelitian kesehatan masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2000.

23.Sufia S, Khan A, Chaudhry S. Maternal factors and child’s dental health. J Oral Health Comm Dent;3(3). 2009: 45-8.

24.Christensen LB, Twetman S, Sundby A. Oral health in children and adolescents with different socio-cultural and socio-economic backgrounds. Acta Odontologica Scandinavica; 68. 2010: 34–42.

25.Chhabra N, Chhabra A. Parental knowledge, attitudes and cultural beliefs

regarding oral health and dental care of preschool children in an indian

population: a quantitative study. European Archives of Paediatric Dentistry;

13(2). 2012: 76-82.

26.Conelly C. Hubungan lactobaccillus sp dengan perilaku ibu terhadap kesehatan

gigi anak usia 2-5 tahun di pendidikan anak usia dini al raudhatul hasanah.

Medan: Universitas Sumatera Utara. 2009.

Gambar

Tabel 1. Erupsi dan Eksfoliasi Gigi Decidui
Tabel 2. Erupsi Gigi Permanen
Tabel 3. Karakteristik anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Makassar
Tabel 4. Gambaran pola makan dan minum, pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut, serta pemahaman kesehatan gigi mulut dan kunjungan ke dokter gigi pada anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Makassar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Alasan peneliti melakukan penelitian pada proses pembelajaran seni musik untuk kelas 6 SD Pangudi Luhur Yogyakarta ini, yaitu karena siswa kelas 6 merupakan siswa

Yaitu terciptanya prototype information display papan yang berisi informasi bus Trans Jogja yang lebih mudah diakses dengan sistem digital dan sistem mobile dimana

Selain itu Telkomsel merupakan operator selular yang mengoperasikan BTS dengan sumber energi ramah lingkungan (BTS Go Green) terbanyak di Asia dengan jumlah 132 BTS di

This study has examined empirically the impact of defense spending on unemployment together with a set of control variables for five selected Asian countries

DAROMI IRDJAS,

Pengaruh Tekanan dan Penambahan Cu Terhadap Kekerasan Hasil Coran Aluminium Paduan Pada Proses Squeeze Casting.. Diajukan

4FMBNB JOJ CBOZBL PSBOH ZBOH CFSQFOEBQBU CBIXB VOUVL NFSBJI QSFTUBTJ CFMBKBS ZBOH UJOHHJ EJQFSMVLBO ,FDFSEBTBO *OUFMFLUVBM *2 ZBOH KVHB UJOHHJ /BNVO NFOVSVU IBTJM QFOFMJUJBO

Perencanaan dalam pengembangan suatu daerah wisata merupakan hal yang sangat penting untuk mengimbangi pesatnya permintaan akan wisata, sehingga hal – hal yang