• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problematika dan Istri Yang Bekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Problematika dan Istri Yang Bekerja"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA SEBAGAI WANITA KARIR

YANG BERUMAH TANGGA

Disusun oleh:

Nurdiana Wahyu Putri ( 201410410311116 )

Ilma Nurhidayati ( 201410410311129 )

Masrurotul Muflihah ( 201410410311145 )

Kukuh Adhe Kurniawan ( 201410410311148 )

Lely Febriyanti ( 201410410311149 )

Endah Surya Ningrum ( 201410410311151 )

Kelompok 6

Farmasi C

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang

Preblematika sebagai Wanita Karir ini dengan baik meskipun banyak kekurangan

didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya

Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

tentang bagaimana seharusnya seorang wanita itu dalam berkarir. Oleh sebab itu, kami

berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di

masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang

membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di

masa depan.

Malang, Maret 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... 2

DAFTAR ISI... 3

BAB I... 3

PENDAHULUAN... 3

1.1 Latar Belakang... 3

1.2 Rumusan masalah...4

BAB II... 5

PEMBAHASAN... 5

2.1 Pengertian Wanita Karir...5

2.2 Analisis Kasus terhadap Istri yang Bekerja dan Istri yang Tidak Bekerja...5

2.3 Pandangan Suami Terhadap Istri yang Bekerja...10

2.4 Pandangan Islam terhadap wanita karir...12

2.4 Dampak Seorang Istri yang Menjadi Wanita Karir...13

BAB III... 17

PENUTUP... 17

3.1 Kesimpulan... 17

3.2 Saran dan Kritik...18

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dulu wanita dianggap memiliki derajat yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Kebebasan wanita dibatasi dibandingkan dengan laki-laki, lebih diatur dalam segala aspek, terutama dalam aspek mendapatkanhak pekerjaan, dan hak pendidikan. Banyak orang yang beranggapan bahwasannya tugas seorang wanita yang telah berumah tangga hanyalah dirumah dan mengurus keluarganya saja. Seiring perkembangan zaman, kaum wanita mulai bangkit dan kaum wanita meminta hak untuk mereka. Merek mencanangkan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki. Mereka pun menuntuk adanya

persamaan hak, kewajiban, dan persamaan derajat. Bahkan, Perkembangan zaman yang kian hari tidak menentu, menuntut sebuah rumah tangga agar lebih cerdas dalam

memenuhi berbagai kebutuhan hidup keluarganya. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab seorang wanita memutuskan bekerja diluar rumah. Adapun jumlah wanita yang bekerja di Indonesia sesuai dengan Sensus Penduduk pada tahun 2010 yaitu sebanyak 39,5 juta jiwa (Badan Pusat Statistik).

Berkat perjuangan Raden Ajeng Kartini, kaum wanita mendapatkan persamaan derajat, dimana R.A. Kartini inilah yang mencetuskan tentang emansipasi wanita. Beliau banyak menginspirasi kaum wanita lainnya.seiring berkembangnya zaman, tercetuslah wanita karir. Saat ini, tidak hanya laki-laki yang mencari nafkan, akan tetapi istri juga turut membantu pendapatan perekonomian keluarga.tidak jarang juga para suami melarang istrinya bkerja untuk membantu pendapatan perekonomian dan banyak para suami mendukung apabila istrinya bekerja. Akan tetapi tidak semua suami memperbolehkan insti bekerja, banyak pula para suami melarang istrinya bekerja dikarenakan akan mengganggu kewajibannya sebagai seorang istri.

Hal inilah yang melatarbelakangi kami mengambil topik ini, karena menurut kami keadaan seperti ini fenomena yang sangat menarik adan unik untuk dibahas.

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah pengertian wanita karir ?

(5)

4. Bagaimana pandangan islam terhadap wanita karir?

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wanita Karir

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas 2008 ) wanita adalah seorang perempuan, namun perkataannya lebih halus dari perempuan atau kaum putri. Dalam penelitian ini menggunakan kata wanita karir bukan perempuan karir karena terkait dengan istilah umum yang berlaku dan mengikuti perkembangan Bahasa Indonesia saat ini, bahwa kata wanita menduduki posisi dan konotasi terhormat. Kata ini mengalami proses ameliorasi, yaitu suatu perubahan makna yang semakin positif, arti sekarang lebih tinggi dari pada arti dahulu.

Karir dalam arti umum adalah pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Apakah dia menerima gaji atau penghargaan lain, guna dinikmati oleh dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat asalkan pekerjaan tersebut mendatangkan kemajuan. Seorang wanita karir berarti memiliki pekerjaan khusus di luar rumah dalam rangka mengaktualisasikan diri dan menekuni suatu bidang tertentu (Etiwati, 2009). Menurut Lovihan dan Kaunang (2010) wanita karir adalah mereka yang bekerja, tetapi ia juga mengejar dan mempertahankan suatu posisi atau status sosial (aktualisasi diri), serta untuk mencukupi kebutuhannya, atau tenaganya dibutuhkan dalam satu bidang.

Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan bahwa wanita karir adalah wanita yang mengaktualisasikan dirinya diluar perannya sebagai ibu rumah tangga dalam bidang tertentu.

2.2 Analisis Kasus terhadap Istri yang Bekerja dan Istri yang Tidak Bekerja Eni Widiastuti adalah contoh istri yang tidak diizinka bekerja oleh suaminya. Seorang laki-laki dan perempuan sebenarnya memiliki hak yang sama untuk

(7)

Solo semester V. Saat itu, suaminya melarang Wahyuni bekerja karena diminta konsentrasi mengurus rumah.

Profesi suami Wahyuni yang bekerja di sebuah bank swasta, menjadikan suami Wahyuni tak jarang harus pergi pagi pulang malam. Oleh karena itu, suami Wahyuni berharap istrinya tidak bekerja sehingga anak-anak tidak telantar. “Sebagai istri, saya nurut saja,” ujarnya saat menjadi pembicara talk show yang digelar organisasi Persaudaraan

Muslimah (Salimah) Jebres bertema Bersinergi Membangun Kemandirian Ekonomi Tanpa Meninggalkan Kewajiban dalam Keluarga di Gedung Puri Suryasuganda, Purwodiningratan, Solo, Minggu (21/4).

Karena suatu hal, ungkapnya, suatu hari suaminya memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai karyawan bank. Suami Wahyuni kemudian bekerja sebagai motivator. Tak ayal, penghasilan suaminya yang awalnya relatif tetap setiap bulannya, menjadi tak bisa dipastikan. Terkadang bisa mendapatkan banyak pemasukan, namun terkadang penghasilannya minim. “Sebagai istri, saya njagani ketika penghasilan suami sedang sedikit,” kata Wahyuni.

Caranya, kata Wahyuni, dengan memiliki bisnis rumahan. Wahyuni yang hobi memasak, awalnya mencoba membuat es lilin dan dibagikan kepada tetangga sebagai perkenalan jika dirinya menjual es lilin. Karena suka dengan rasanya yang dinilai enak, tetangga Wahyuni mulai membeli es lilin ke rumahnya. Anak-anaknya yang saat itu duduk di bangku sekolah dasar (SD) juga diminta ikut berjualan di sekolah dan ternyata laku.

Dari pembuatan es lilin, ungkapnya, bisnis Wahyuni merambah ke pembuatan tahu bakso, melayani catering makanan untuk anak indekos dan instansi serta bisnis laundry. Intinya, kata Wahyuni, ia mencoba memanfaatkan semua potensi yang ada di rumah dan lingkungan sekitarnya. “Karena kebetulan saya tinggal di lingkungan indekos mahasiswa, bisnis makanan cukup diminati,” jelasnya.

Menurutnya, larangan suami kepada istrinya untuk bekerja, bukan halangan bagi seorang perempuan untuk tetap berkarya. Namun Wahyuni berujar ketika seorang perempuan dilarang bekerja oleh suaminya kemudian memilih menggeluti bisnis

(8)

Uut Permatasari adalah contoh seorang istri yang diperbolehkan bekerja oleh suaminya.

Jakarta – Kebahagian masih dirasakan oleh Uut Permatasari, ia telah resmi menjadi nyonya Kompol Tri Goffarudin Pulungan. Sebelumnya Uut juga sudah menggelar resepsi pernikahan di kota kelahirannya, Surabaya. Dan kali ini Uut kembali mengadakan resepsi di Jakarta. Walapun saat ini sudah menjadi istri seorang perwira kepolisian, namun sepertinya karir Uut di nyanyi masih akan terus berjalan. Hal itu terjadi karena suami Uut menyatakan bahwa dirinya akan tetap mendukung karir sang istri.

“Sebagai suami saya juga ingin istri saya bisa berkarir. Dan saya pasti akan mendukungnya,” ucap suami Uut setelah dijumpai di acara respsi pernikahannya di gedung PTIK, Jakarta Selatan, Sabtu (21/3/2015).

Namun pastinya sang suami jugameminta kepada Uut untuk tidak melupakan tugasnya dalam mengurus rumah tangga. “Nyanyi boleh tapi yang penting juga harus tetap mengurus rumah tangganya,” sambungnya.

Sepertinya kebahagian semakin bertambah yang dirasakan oleh Uut, ia memiliki suami yang mengerti tentang karirnya. Uut juga berharap bisa melakukan tugasnya sebagai seorang istri dengan baik dan juga sukses dalam berkarir. Seperti di ketahui bahwa Uut memang sudah lama berkarir dalam dunia tarik suara.

Uut Permatasari dan Kompol Tri Goffarudin Pulungan telah resmi menikah sejak 16 Februari lalu. Setelah menjalani masa-masa pacaran yang berkenalan di tahun 2013, akhirnya mereka memutuskan menikah pada tahun 2015.

Semoga pasangan ini akan menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Dan hanya maut yang akan memisahkan mereka, Amin. (Dwi Kristyowati –

sisidunia.com.

Analisis Kasus Di atas

Tidak Diizinkan bekerja Diizinkan Bekerja

1. Suami melarang istrinya bekerja dikarenakan untuk fokus mengurusi rumah tangganya dan agar tidak terbengkalai

1.Suami memperbolehkan istrinya untuk masih tetap bernyayi adsalkan tidak melupakan urusan keluarganya

2. Dikarenakan sang suami saat itu masih bekerja sebagai karyawan bank swata maka ia merasa cukup dengan pendapatan yang dia peroleh tiap bulannya

(9)

3. Sang istri kreatif dalam urusan perekoniomian keluargnya, dan ia membuka usaha kecil-kecilan seperti “indekos” dimana itu juga membantu penrekonomian

keluarganya yang saaat itu masil belum stabil

4. Setelah beberapa tahun menikah sang suami memutuskan untuk berhenti menjadi karyaawan bank dan ia beralih profesi menjadi seorang motivator dimana

pendapatannya tidak menentu tiap bulan.

Di dalam kehidupan berumah tangga ada beberapa suami yang memperbolehkan istrinya berkarir dan ada jug ayng melarang istrinya bekerja. Ada beberapa faktor pendorong yang mengakibantkan hal itu.

Faktor pendorong suami yang mengizinkan istrinya bekerja:

1. Suami tidak ingin membuat istrinya sedih dengan melarangnya bekerja

2. Suami memiliki kepercayaan pada sang istri

3. Suami tidak ingin ilmu yang didapat sang istri selama di sekolah sia-sia

4. Penghasilan suami yang tidak mencukupi kebutuhan keluarga

5. Istri adalah orang yang mandiri

6. Sebelum menikah sang istri sudah memiliki pekerjaan

Faktor pendorong suami melarang istrinya bekerja:

(10)

2. Ketidak percayaan suami terhadap istri

3. Penghasilan suami yang sudah mencukupi keperluan keluarga

4. Suami dan isti bekerja dikantor yang sama sedangkan dikantor itu ada larangan suami dan istri bekerja di satu kantor yang sama.

5. Ketakutan suami akan kemungkinan istri akan berselingkuh.

Penyelesaiaan masalah:

Problematika wanita karir atau ibu rumah tangga ini adalah masalah yang sangat rumit dalam rumah tangga. Masalah ini dapat muncul karena adanya perbedaan sudut pandang dari para suami. Ada suami yang keberatan bila istrinya bekerja mereka beranggapan istri

sebaiknya dirumah mengurus urusan rumah tangga dan menjaga anak. Ada juga suami yang tidak keberatan bila istrinya bekerja karena mereka tidak ingin membunuh cita-cita sang istri dengan catatan istri harus tetap menjalankan kewajibannya dirumah.

Latar belakang pendidikan istri yang tinggi sangat sayang bila sang istri hanya berdiam diri dirumah dan ilmu yang didapatnya selam aini sia-sia. Sebelum menikah pasti sang istri memiliki cita-cita atau impiaan bekerja yang sangat luar biasa, tetapi kemudian suami melarang istrinya untuk berkarir bagi sebagian istri dianggap sebagai pembunuh cita-cita mereka.

Kunci untuk dapat menyelesaikan masalah ini adalah diperlukan kepercayaan dan tanggung jawab. Seorang suami pasti akan mengizinkan istrinya bekerja bila iya memiliki kepercayaan pada sang istri. Istri harus dapat meyakinkan suami bahwa iya tidak akan melupakan tanggung jawabnya dan juga bisa menjaga dirinya. Begitu juga sebaliknya sang sumi seharusnya bertanggung jawab memenuhi keperluan rumah tangga karena dia sebagai tulang punggung keluarga. Jangan sampai suami tidak bekerja tetapi istri yang bekerja

Islam telah mengatur dan memberikan tuntunan untuk masalah ini. Islam tidak melarang seorang istri bekerja, islam memperbolehkan istri bekerja firman Allah dalam Alquraan surat At-Taubah ayat 105)

(11)

Katakanlah (wahai Muhammad), bekerjalah kalian! maka Alloh, Rasul-Nya, dan para mukminin akan melihat pekerjaanmu“ (QS. At-Taubah:105)

Perintah ini mencakup pria dan wanita. Alloh juga mensyariatkan bisnis kepada semua hambanya, Karenanya seluruh manusia diperintah untuk berbisnis, berikhtiar dan bekerja, baik itu pria maupun wanita, Alloh berfirman:

Bolehnya bekerja, harus dengan syarat tidak membahayakan agama dan kehormatan, baik untuk wanita maupun pria. Pekerjaan wanita harus bebas dari hal-hal yang membahayakan agama dan kehormatannya, serta tidak menyebabkan fitnah dan kerusakan moral pada pria. Begitu pula pekerjaan pria harus tidak menyebabkan fitnah dan kerusakan bagi kaum wanita.

Hendaklah kaum pria dan wanita itu masing-masing bekerja dengan cara yang baik, tidak saling membahayakan antara satu dengan yang lainnya, serta tidak membahayakan masyarakatnya.

Ada hal-hal yang perlu diperhatikan, jika istri ingin bekerja, diantaranya:

1. Pekerjaannya tidak mengganggu kewajiban utamanya dalam urusan dalam rumah, karena mengurus rumah adalah pekerjaan wajibnya, sedang pekerjaan luarnya bukan kewajiban baginya, dan sesuatu yang wajib tidak boleh dikalahkan oleh sesuatu yang tidak wajib.

2. Harus dengan izin suaminya, karena istri wajib mentaati suaminya.

3. Menerapkan adab-adab islami, seperti: Menjaga pandangan, memakai hijab syar’i, tidak memakai wewangian, tidak melembutkan suaranya kepada pria yang bukan mahrom, dll.

4. Tidak ada ikhtilat di lingkungan kerjanya. Hendaklah ia mencari lingkungan kerja yang khusus wanita, misalnya: Sekolah wanita, perkumpulan wanita, kursus wanita, dll.

(12)

2.3 Pandangan Suami Terhadap Istri yang Bekerja

Crosby, Jasker, Hood, Thompson (Santrock, 2002) mengatakan bahwa terdapat perbedaan

peran gender dalam rumah tangga. Wanita yang dalam hal ini seorang istri biasanya melakukan pekerjaan rumah tangga lebih banyak dari pada suami. Adapun peran gender utama antara suami istri dalam rumah tangga adalah sebagai berikut (Puadi, 2008):

(13)

kepuasan pernikahan dalam rumah tangganya.

2.4 Pandangan Islam terhadap wanita karir

Al Qur’an secara umum dan dalam banyak ayatnya telah membicarakan relasi gender, hubungan antara laki- laki dan perempuan, hak- hak mereka dalam konsepsi yang rapi, indah dan bersifat adil. Al Qur’an yang diturunkan sebagai petunjuk manusia, tentunya pembicaraannya tidaklah terlalu jauh dengan keadaan dan kondisi lingkungan dan masyrakat pada waktu itu. Seperti apa yang disebutkan di dalam QS. Al- Nisa, yang memandang perempuan sebagai makhluk yang mulia dan harus di hormati, yang pada satu waktu masyarakat Arab sangat tidak menghiraukan nasib mereka.

Sebelum diturunkan surat Al- Nisa ini, telah turun dua surat yang sama-sama membicarakan wanita, yaitu surat Al-Mumtahanah dan surat Al-Ahzab. Namun pembahasannya belum final, hingga diturunkan surat al-Nisa’ ini. Oleh karenanya, surat ini disebut dengan surat Al-Nisa’ al-Kubro, sedang surat lain yang membicarakan perempuan juga , seperti surat al-Tholak, disebut surat al-Nisa’ al Sughro. Surat Al Nisa’ ini benar- benar memperhatikan kaum lemah, yang di wakili oleh anak- anak yatim, orang-orang yang lemah akalnya, dan kaum perempuan.

Maka, pada ayat pertama surat al-Nisa’ kita dapatkan, bahwa Allah telah menyamakan kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai hamba dan makhluk Allah, yang masing- masing jika beramal sholeh, pasti akan di beri pahala sesuai dengan amalnya. Kedua-duanya tercipta dari jiwa yang satu (nafsun wahidah), yang mengisyaratkan bahwa tidak ada perbedaan antara keduanya. Semuanya di bawah pengawasan Allah serta mempunyai kewajiban untuk bertaqwa kepada-Nya (ittaqu robbakum).

(14)

Hal ini akibat membawa efek kepada perbedaan dalam tugas ,kewajiban dan hak. Dan hal ini sangatlah wajar dan sangat logis. Ini bukan sesuatu yang di dramatisir sehingga merendahkan wanita, sebagaimana anggapan kalangan feminis dan ilmuan Marxis. Tetapi merupakan bentuk sebuah keseimbangan hidup dan kehidupan, sebagiamana anggota tubuh manusia yang berbeda- beda tapi menuju kepada persatuan dan saling melengkapi. Oleh karenanya, suatu yang sangat kurang bijak, kalau ada beberapa kelompok yang ingin memperjuangkan kesetaraan antara dua jenis manusia ini dalam semua bidang. Al Qur’an telah meletakkan batas yang jelas dan tegas di dalam masalah ini, salah satunya adalah ayat- ayat yang terdapatdi dalam surat al Nisa. Terutama yang menyinggung konsep pernikahan poligami, hak waris dan dalam menentukan tanggungjawab di dalam masyarakat dan keluarga.

Hukum menjadi wanita karir menurit para ulama:

1. Pekerjaan yang dilakukannya tidak melanggar syariat

2. Suami mengizimkan ia bekerja dan meninggalkan sebagian tugas serta kewajibannya di rumah

Hal-hal yang menyebankan seorang wanita dilarang bekerja:

1. Jenis pekerjaan yang dipilih adalah jenis pekerjaan haram 2. Pekerjaan yang dipilih melanggar syariat agama

3. Tidak mendapatkan izin dari suami

Nabi SAW pun berpesan bagi mereka yang bekerja, termasuk kaum wanitanya. "Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang yang melakukan satu pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan profesional (al-itqan)." (HR al Baihaqi, Abu Ya'la, Ibn Asakir)

2.4 Dampak Seorang Istri yang Menjadi Wanita Karir

Dalam setiap pilihan tentunya mengalami keuntungan dan kerugian, begitupun dengan pilihan menjadi seorang wanita karir. Berikut adalah keuntungan menjadi seorang wanita karir:

1. Bertambahnya sumber financial 2. Meluasnya jaringan hubungan

(15)

5. Peningkatan Sumber Daya Manusia

6. Lebih Percaya Diri dan Lebih Merawat Penampilan

Selain memberikan dampak positif menjadi wanita karir juga memiliki dampak negatif yaitu:

1) Dampak terhadap wanita karir

Pekerjaan yang terus menerus dan bersifat resmi, akan menimbulkan kesulitan bagi istri. Umumnya adalah letih atau lelah akibat terlalu banyak kerja, perasaan terluka akibat benturan yang dialaminya di tempat kerja, jauh dari rumah yang merupakan tempat dirinya berprofesi sebagai wanita sejati, semakin berkurangnya sifat atau hubungan keibuan dengan sang anak, serta berpisah dengan anaknya yang merupakan belahan jiwanya.

2) Dampak terhadap rumah tangga

Sebuah rumah yang tidak terdapat sosok ibu, bukanlah sebuah rumah.

Didalamnya, malapetaka dan kehancuran akan senantiasa mengintai. Kebahagiaan dan kehangatan suasana dalam rumah tangga amat bergantung pada seorang ibu. Seorang ibu yang sibuk bekerja di luar rumah akan menjadi orang yang gampang tersinggung karena tubuh kecapean dan menyebabkan rumah tidak memiliki daya tarik, dan yang paling mengkhawatirkan adalah terabaikannya urusan dalam rumah tangga,

terutama terhadap anak.

3) Dampak terhadap anak

Bagi sang anak, ketiadaan seorang ibu disampingnya karena sibuk bekerja akan memicu terjadinya pendangkalan rasa cinta, kasih-sayang, dan belaian ibunya. Selain itu, ketiadaan sang ibu di rumah atau disamping anak bisa menyebabkan anak manja dan suka menuntut. Hal seperti itu disebabkan anak dititipkan pada orang lain, keluarga atau pembantu, dibelikan berbagai mainan, makanan, dan pakaian sebagai pengganti ibu yang tidak ada disisinya. Ada juga dampak lain yang berbahaya bila seorang ibu tidak bisa mendamping anak, yaitu dapat menjadikan sang anak berperilaku buruk, suka membantah, menentang, dan gampang marah.

(16)

Hal negatif yang ditimbulkan oleh adanya wanita karir tidak hanya berdampak terhadap keluarga dan rumah tangga, tetapi juga terhadap masyarakat sekitarnya, seperti hal-hal berikut:

a. Dengan bertambahnya jumlah wanita yang mementingkan karirnya di berbagai sektor lapangan pekerjaan, secara langsung maupun tidak langsung telah mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran di kalangan pria, karena lapangan pekerjaan yagn ada telah diisi oleh wanita. Sebagai contoh, yang sering kita lihat di pabrik-pabrik. Perusahaan lebih memilih pekerja dari kalangan wanita ketimbang pria, karena selain upah yang relatif minim dan murah dari pria, juga karena wanita tidak terlalu banyak menuntut dan mudah diatur.

b. Kepercayaan diri yang berlebihan dari seorang wanita karir seringkali menyebabkan mereka terlalu memilih-milih dalam urusan perjodohan. Maka seringkali kita lihat seorang wanita karir masih hidup melajang pada usia yang seharusnya dia telah layak untuk berumah tangga bahkan memiliki keturunan. Selain itu banyak pria yang minder atau enggan untuk menjadikan wanita karir sebagai istri mereka karena beberapa faktor; Seperti pendidikan wanita karir dan penghasilannya yang seringkali membuat pria berpikir dua kali untuk menjadikannya sebagai pendamping hidup. Sementara itu dilain sisi pria-pria yang menjadi dambaan para wanita karir ini -kemungkinan karena terlalu tinggi kriterianya- telah lebih dulu berkeluarga dan membina rumah tangga dengan wanita lain. Hal inilah mungkin yang menyebabkan timbulnya

anggapan dalam masyarakat bahwa “Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dapat diraih oleh wanita maka semakin sulit pula baginya untuk mendapatkan pendamping hidup.”

5) Dampak Terhadap Suami

(17)

masalah di kantor, tentunya ia mengharapkan seseorang yang dapat berbagi masalah dengannya, atau setidaknya ia berharap istrinya akan menyambutnya dengan wajah berseri sehingga berkuranglah beban yang ada. Hal ini tak akan terwujud apabila sang istri pun mengalami hal yang sama. Jangankan untuk mengatasi masalah suaminya, sedangkan masalahnya sendiripun belum tentu dapat diselesaikannya. Apabila seorang istri tenggelam dalam karirnya, pulang sangat letih, sementara suaminya di kantor tengah menghadapi masalah dan ingin menemukan istri di dalam rumah dalam keadaan segar dan memancarkan

senyuman kemesraan, tetapi yang ia dapatkan hanyalah istri yang cemberut karena kelelahan. Ini akan menjadi masalah yang runyam dalam keluarga.

(18)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas 2008 ) wanita adalah seorang perempuan, namun perkataannya lebih halus dari perempuan atau kaum putri. Dalam penelitian ini menggunakan kata wanita karir bukan perempuan karir karena terkait dengan istilah umum yang berlaku dan mengikuti perkembangan Bahasa Indonesia saat ini, bahwa kata wanita menduduki posisi dan konotasi terhormat. Kata ini mengalami proses ameliorasi, yaitu suatu perubahan makna yang semakin positif, arti sekarang lebih tinggi dari pada arti dahulu.

Tanggung jawab pria adalah mencari nafkah sedangkan wanita merawat dan menjaga rumah dan anak. Jika para wanita ini tetap memutuskan bekerja walaupun sudah menikah maka saat mereka sudah memiliki anak, mereka akan mengambil cuti hingga anaknya dianggap sudah besar maka mereka akan kembali ke dunia kerjanya.

` Dalam setiap pilihan tentunya mengalami keuntungan dan kerugian, begitu

pun dengan pilihan menjadi seorang wanita karir. Berikut adalah keuntungan menjadi seorang wanita karir:

1. Bertambahnya sumber financial 2. Meluasnya jaringan hubungan

3. Tersedianya kesempatan untuk mewujudkan citra diri yang positif 4. Secara status sosial lebih dipandang

5. Peningkatan Sumber Daya Manusia

6. Lebih Percaya Diri dan Lebih Merawat Penampilan

Selain itu ada dampak negatif sebagai wanita karir yang berpengaruh dalam bebeerapa bidang antara lain:

1. Dampak terhadap wanita karir 2. Dampak terhadap rumah tangga

3. Dampak terhadap anak

(19)

5. Dampak Terhadap Suami

Dalam bidang agama pun wanita yang bekerja memiliki kesetaraan yang sama. Kesetaraan yang telah di akui oleh Al Qur’an, bukan berarti harus sama antara laki- laki dan perempuan dalam segala hal.Untuk menjaga kesimbangan alam (sunnatu tadafu’), harus ada sesuatu yang berbeda, yang masing-masing mempunyai fungsi dan tugas tersendiri. Tanpa itu, dunia, bahkan alam ini akan berhenti dan hancur. Oleh karenanya, sebgai hikmah dari Allah untuk menciptakan dua pasang manusia yang berbeda, bukan hanya pada bentuk dan postur tubuh serta jenis kelaminnya saja, akan tetapi juga pada emosional dan komposisi kimia dalam tubuh.

Beberapa wanita memilih bekerja untuk menambah penghasilan, kreatifitas, lebih maju, meningkatkan sumber daya, dan untuk meningkatkan kepercayaan yang tinggi.

3.2 Saran dan Kritik

Wanita bekerja ataupun berkarir itu diperbolehkan akan tetapi dalam batas sewajarnya dan tetap melkasanakan kewajibannya. Jangan sampai menyalahi qodrat sebagai wanita ataupun istri. Ada laki-laki yang harus dihormati dan ada suami yang wajib ditaati, dan ada keluarga yang membutuhkan akan kasih sayang. Jangan sampai melupakan tanggung jawab di keluarga, keluarga adalah utama.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Mentari, Resti Yuni. 2011. “Penafsyiran Al-Sya’rawi Terhadap Al-Qur’an Tentang Wanita Karir”. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. (Diakses tanggal 14 Maret 2015)

Paputungan, Faradhilla. 2012. “Kepuasan Pernikahan Suami Yang Memiliki Istri Berkarir”. Jurnal Universitas Brawijaya, Malang. (Diakses tanggal 14 Maret 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Angkasa Pura II (Persero) pada tahun 2012 dan 2013 semester 1, (2) mengklasifikasikan skor masing-masing indikator pada aspek keuangan, aspek operasional, dan

Jika suatu produk dibeli dengan percobaan ternyata memuaskan atau lebih memuaskan dari merek sebelumnya, maka konsumen berkeinginan untuk membeli ulang, tipe pembelian semacam ini

sepintas dari ungkapan di atas Gus Ulil mengkategorikan Kiai Afif sebagai maqoshidiyyun, artinya beliau adalah salah satu dari ulama yang menilai sesuatu secara substansialis

merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komputer adalah seperangkat alat elektronik yang saling bekerja sama dalam menerima data, menyimpan data dan memprosesnya untuk menghasilkan

Tanggapan Teknis adalah Karakteristik Teknis yang dapat menjawab espektasi dari Pelanggan Hotel X terhadap kualitas pelayanan Hotel X, untuk karateristik teknis

perlakuan 100 kg NPK/Ha dengan 1 g PPC/1liter air berpengaruh tidak nyata pada parameter umur berbunga, umur panen, jumlah buah pertanaman, berat buah segar

Penelitian dan data terkait faktor risiko terhadap status kontrol glikemik pada kehamilan dengan DM masih sangat jarang, sedangkan mema-hami faktor risiko status