• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Pedoman Pencanangan Program Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) dan Prosedur Pengajuan Bantuan Tingkat Nasional, Provinsi, Dan Kabupaten/Kota.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "4. Pedoman Pencanangan Program Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) dan Prosedur Pengajuan Bantuan Tingkat Nasional, Provinsi, Dan Kabupaten/Kota."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i PEDOMAN PENCANANGAN PROGRAM GERAKAN PENDIDIKAN

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MARJINAL DAN PROSEDUR PENGAJUAN BANTUAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI, DAN KABUPATEN/KOTA

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DAN KESETARAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN

MASYARAKAT

(2)

ii KATA PENGANTAR

Pendidikan masyarakat merupakan suatu proses dimana upaya pendidikan yang diprakarsai pemerintah diwujudkan secara terpadu dengan upaya penduduk setempat untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih bermanfaat dan memberdayakan masyarakat. Sejatinya pengembangan pendidikan masyarakat merupakan upaya peningkatan kemampuan personal orang dewasa sebagai anggota masyarakat yang pada gilirannya dapat meningkatkan kapasitas masyarakat sebagai investasi masyarakat dalam proses pembelajaran pendidikan sepanjang hayat.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan berupaya meningkatkan keaksaraan penduduk orang dewasa melalui berbagai program yang terintegrasi dengan program keaksaraan usaha mandiri, pengembangan budaya baca masyarakat, pengarusutamaan gender bidang pendidikan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keorangtuaan, dan penataan kelembagaan pendidikan nonformal.

Seiring dengan kecenderungan perkembangan dan tuntutan masyarakat yang semakin kompleks, kebutuhan masyarakat terhadap layanan pendidikan nonformal juga semakin berkembang. Dengan demikian, untuk meningkatkan mutu dan penjaminan kualitas pelaksanaan program pendidikan masyarakat, perlu disusun pedoman sebagai acuan untuk mengajukan dan melaksanakan program pendidikan masyarakat tahun 2016.

Pedoman Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal ini, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi para pembina, pengelola atau penyelenggara program pendidikan masyarakat, serta pemangku kepentingan lainnya untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan program dan kegiatan.

Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak atas kontribusi dan perannya dalam penyusunan petunjuk teknis ini. Akhirnya semoga pedoman yang disusun dengan kesungguhan, komitmen, dan keikhlasan ini dapat bermanfaat untuk kita semua, dengan harapan semoga Allah SWT memberikan rakhmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Jakarta, Januari 2016 Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

(3)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Dasar Hukum ... 4

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat ... 5

BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN ... 6

A. Deskripsi/Jabaran Kegiatan Pencanangan GP3M ... 6

B. Tingkatan kegiatan ... 6

C. Jenis-jenis kegiatan pendukung ... 6

D. Susunan acara Pencanangan GP3M ... 6

E. Unsur-unsur yang terlibat ... 7

F. Kriteria Lokasi Pencanangan GP3M ... 7

G. Pembiayaan ... 8

BAB III BANTUAN PENYELENGGARAAN GERAKAN PENDIDIKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MARJINAL (GP3M) ... 9

A. Pengertian Bantuan ………. 9

B. Lembaga Penyelenggara ………. 9

C. Persyaratan Lembaga Penerima Bantuan ……… 9

D. Pengajuan Bantuan ………. 9

E. Jumlah Bantuan ……….. . 9

F. Sifat Bantuan ………. .. 9

BAB IV PENUTUP….. ... 10

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Satu dari dua puluh dua kelompok marjinal di Indonesia disandang oleh perempuan, yaitu perempuan marjinal. Kondisi marjinal perempuan terjadi di banyak bidang kehidupan baik disektor publik maupun domestik. Pendidikan, ekonomi, pekerjaan, kebijakan publik, hak-hak dasar perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan manusia, kesetaraan gender, politik, dan kesehatan merupakan sebagian dari bidang kehidupan di dalamnya terbukti masih banyak me marjinalisasikan perempuan.

Di bidang kesehatan reproduksi, angka kematian ibu melahirkan masih relatif cukup tinggi. Hal tersebut sangat berkaitan pemenuhan hak akses terhadap layanan kesehatan perempuan belum mencukupi. Kebijakan di bidang pemenuhan layanan kesehatan perempuan khususnya yang terkait dengan fungsi reproduksi menyebabkan perempuan banyak yang tertinggal dalam pengetahuan dan belum mampu memberdayakan dirinya sendiri. Keterbatasan perempuan untuk mengakses sumber- sumber informasi kesehatan, meningkatkan pengetahuan, serta layanan kesehatan reproduksi perempuan menyebabkan perempuan masih tertinggal. Kontribusi perempuan di bidang ketenagakerjaan dan ekonomi juga masih jauh tertinggal dibanding dengan laki-laki.

Pada tanggal 6-8 September Tahun 2000, para pimpinan Negara menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat yang dihadiri oleh 189 kepala Negara. Tujuan pertemuan ini adalah membangun kesepakatan bersama untuk suatu dunia yang lebih damai dan sejahtera. Dalam pertemuan tersebut, dibahas berbagai persoalan yang dihadapi oleh Negara-negara di dunia, terutama masalah pembangunan dan kemiskinan, lingkungan hidup, perdamaian dan keamanan, Hak Asasi Manusia, demokrasi dan tata kelola (pemerintahan) serta upaya melindungi kelompok rentan. Setelah membahas berbagai persoalan selama dua hari, akhirnya KTT Millenium menghasilkan Deklarasi Millenium (Millenium Declaration). Sejumlah 147 Kepala Negara yang hadir, menandatangani deklarasi tersebut.

Pada bulan Agustus 2001, sekertariat PBB menerbitkan 8 tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals disingkat MDGs). Dalam 8 tujuan Pembangunan Millenium tersebut terdapat 18 target dan 54 alat ukur keberhasilan (indicator). Kedelapan tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) itu adalah :

1. Penghapusan kemiskinan (Eradicate extreme poverty and hunger) 2. Pendidikan untuk semua (Achieve universal primary education) 3. Persamaan gender (Promote Gender Equality And Empower Women)

4. Perlawanan terhadap penyakit (Combat Hiv/Aids, Malaria And Other Diseases) 5. Penurunan angka kematian anak (Reduce Child Mortality)

6. Peningkatan kesehatan ibu (Improve Maternal Health)

7. Pelestarian lingkungan hidup (Ensure Environmental Sustainability) 8. Kerjasama global (Develop A Global Partnership For Development)

(5)

2 dan keadilan sosial, ikut pula menandatangani Deklarasi Millenium (Millennium Declaration).

Menjelang berakhirnya MDG, pada 20-22 Juni 2012 diselenggarakan KTT Rio + 20 tentang pembangunan berkelanjutan, di Rio de Janeiro, Brasil. Dalam forum tersebut, pimpinan Negara Columbia, Guatemala dan Peru mengusulkan seperangkat konsep tujuan Pembangunan Berkelanjutan (sustainable Development Goal-SDG) yang lebih komprehensif untuk pemberantasan kemiskinan sebagai tujuan yang menyeluruh dan berkelanjutan. Selain seperangkat konsep pembangunan berkelanjutan, ketiga pimpinan Negara tersebut mendorong agar kesepakatan dunia untuk pemberantasan kemiskinan ini dibahas oleh semua pihak dan hasilnya menjadi komitmen semua pihak untuk menciptakan masa depan yang kita inginkan (The Future We Want).

Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Kebijakan ekonomi hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan (Green Economy in the context of sustainable development and poverty eradication), (ii) Pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global (Institutionl Framework For Sustainable Development), serta (iii) Kerangka kerja untuk aksi dan instrument pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (Framework for Action and Means of Implementation). Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable Development Goals (SDGa) post-2015 yang mencukupi 3 pilar atau dimensi pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs), yaitu Pilar Ekonomi, Sosial dan Kelestarian Lingkungan Hidup.

Untuk menindaklanjuti ide SDG ini, PBB membentuk Panel (tim) terdiri dari 3 orang Co-chair yaitu Perdana Menteri Inggris Raya David Cameron, Presiden Liberia Ellen Johson-Sirleaf, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudoyono (SBY) + 23 anggota + 1 ex-officio +1 executive secretary. Tim tersebut merupakan perwakilan pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat sipil, dan pemuda dengan memperhatikan keseimbangan geografi dan gender – masing-masing dalam kapasitas pribadi. Tim tersebut kemudian disebut The Secretary-General’s High-Level Panel of Eminent Persons on The Post-2015 Development Agenda (HELP). Tim ini bertugas untuk menyelenggarakan konsultasi dan merumuskan usulan-usulan dalam konsultasi sebuah laporan hasil konsultasi. Konsultasi ini dilakukan sekaligus merupakan perbaikan proses dari kritik terhadap MDG.

(6)

3 menjadi perhatian serius organisasi-organisasi perempuan internasional dan melibatkan beberapa organisasi perempuan di tingkat nasional. Gerakan perempuan meyakini, bahwa kesepakatan di tingkat internsional, yang melibatkan pimpinan-pimpinan Negara, pada akhirnya akan dilaksankan di tingkat nasional dan local, oleh karenanya, sejak pembahasan di tingkat internasional, organisasi perempuan di tingkat internasional, nasional dan local harus terlibat.

Setelah melalui proses panjang sejak Januari 2012 dan melibatkan berbagai pihak dari berbagai Negara, agenda tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable Development Goal-SDG) yang memuat 17 tujuan (Goal) dan 169 sasaran (target) yang terkandung dalam dokumen Transforming our world: The 2030 Agenda of Sustainable Development, akhirnya disahkan dalam Forum UN Summit, 25 – 27 September 2015, bagian dari rangkaian siding umum perserikatan bangsa – bangsa (UN General Assembly – UNGA) ke – 70 tahun 2015. Sebanyak 193 pemimpin dunia termasuk Indonsesia yang dihadiri oleh bapak Wakil Presiden Jusuf Kalla telah menandatangani kesepakatan tersebut sebagai bukti dari komitmen tiap Negara untuk mendapatkan SDG.

Dengan diadopsinya pembangunan baru yang menggantikan Millennium Development Goal, maka semua Negara anggota Perserikata Bangsa – Bangsa (PBB) terikat untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan, mulai 1 januari 2016 yang akan dating. Agenda 2030 tujuan pembangunan berkelanjutan diharapkan dapat diintegrasikan ke dalam dokumen pembangun nasional setiap Negara.

Peran organisasi – organisasi perempuan dalam mempengaruhi substansi dari tujuan pemabangunan berkelanjutan, membuahkan hasil yang menggembirakan diantaranya : 1) dalam dokumen Transforming our world: The 2030 Agenda of Sustainable Development diakui bahwa pengarusutamaan Gender merupakan hal yang penting dann sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan berkelanjutan, 2) Dari 169 target yang telah dirumuskan dalam 17 tujuan pembangunan berkelanjutan, terdapat 104 sasaran yang memuat pengarusutamaan gender.

Adapun 17 tujuan pembangunan berkelanjutan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tujuan pertama yakni mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun (memiliki 7 target),

2. Tujuan kedua yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan (8 target) 3. Tujuan ketiga yakni menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan

bagi semua orang di segalan usia (13 target)

4. Tujuan keempat yakni menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang (10 target)

5. Tujuan kelima yakni menjaminkesetaraan gender serta memberdayakan seluruh perempuan (9 target)

6. Tujuan keenam yakni menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang bereklanjutan bagi semua orang (8 target)

(7)

4 8. Tujuan kedelapan yakni mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus menerus, inklusif, dan berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua orang (12 target)

9. Tujuan kesembilan yakni membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi (8 target)

10. Tujuan kesepuluh yakni mengurangi kesenjangan di dalam dan antar Negara (10 target)

11. Tujuan kesebelas yakni menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan (10 target)

12. Tujuan keduabelas yakni menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan (11 target)

13. Tujuan ketigabelas yakni mengambil tindakan mendesak untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya (5 target)

14. Tujuan keempatbelas yaitu melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta sumberdaya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan (10 target)

15. Tujuan kelimabelas yaitu melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati (12 target)

16. Tujuan keenambelas yaitu mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang , serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan (12 target), dan

17. Tujuan ketujuhbelas yaitu memperkuat cara – cara implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan (19 target).

Masyarakat dan gerakan perempuan penting untuk mengetahui tentang komitmen Indonesia terhadap pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang akan mulai dilaksanakan pada 1 Januari 2016, agar dapat berperan aktif dalam seluruh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta mendapatkan manfaat yang sungguh dari pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Rasional tersebut menjadi pertimbangan mendasar bahwa untuk mencegah makin termajinalkan, untuk mengeluarkan perempuan dari situasi marjinal, memberdayakan perempuan merupakan pilihan bijaksana, mengingat semakin pentingnya peran perempuan dalam kehidupan masa kini. Maka dari itu perlu dilakukan Pencanangan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

(8)

5 4. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA);

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta aksara (GNP-PWB/PBA);

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 tahun 2013 tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 81 tahun 2013 tentang Satuan Pendidikan Nonformal;

8. Komitmen internasional :

a. Deklarasi dunia tahun 1997 tentang pendidikan orang dewasa atau Confintea V, Adult Education, The Hamburg Declaration-the Agenda for the Future;

b. Kerangka Aksi Dakar Pendidikan Untuk Semua – PUS (The Dakar Framework for Action on Education for All);

c. Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals– MDG’s); d. Dasawarsa Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan PBB (United Nations

Decade of Education for Sustainable Development) 2004-2014.

C. Tujuan

Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam

meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai ibu rumah tangga, sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga.

2. Menyusun rencana aksi Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) kabupaten/kota.

3. Meningkatkan pendidikan dan keterampilan perempuan marjinal yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga yang berimbas pada peningkatan pendidikan dan kualitas hidup generasi berikutnya.

D. Manfaat

Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal memberi manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan khususnya perempuan marjinal dari

berbagai aspek.

2. Meningkatkan ekonomi keluarga melalui berbagai kegiatan pendidikan pemberdayaan perempuan.

3. Menurunkan angka buta aksara, khususnya bagi perempuan marjinal.

4. Menurunkan tingkat jumlah korban tindak pidana perdagangan orang khususnya perempuan dan anak.

(9)

6 BAB II

RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. Deskripsi/Jabaran Kegiatan Pencanangan GP3M

Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) sebagai program terobosan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam upaya memberdayakan kaum perempuan marjinal akibat ketidakmampuan dari berbagai aspek.

GP3M Merupakan kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai ibu rumah tangga, sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga yang berimbas pada peningkatan pendidikan dan kualitas hidup generasi berikutnya.

B. Tingkatan kegiatan

Terdapat tiga tingkatan GP3M, meliputi: 1. Tingkat nasional

2. Tingkat provinsi

3. Tingkat Kabupaten/Kota

C. Jenis-jenis kegiatan pendukung

Ada beberapa kegiatan pendukung dalam rangka pencanangan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) antara lain:

1. Workshop

2. Seminar nasional/daerah

3. Pameran produk/hasil karya perempuan marjinal

4. Gerakan Indonesia Membaca (GIM) tingkat Kabupaten/Kota 5. Peluncuran Desa Vokasi

6. Pembinaan Perempuan Marjinal melalui program Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan (PKH-P)

7. Pembinaan untuk daerah yang angka drop-out (DO) tinggi dan daerah –daerah rawan trafficking serta buruh migran perempuan

8. Memberikan program pendidikan keaksaraan dan kesetaraan.

D. Susunan acara Pencanangan GP3M Rambu-rambu acara pencanangan : 1. Kesenian daerah/tarian selamat datang 2. Pembukaan oleh MC

(10)

7 5. Laporan Gubernur/Bupati/Walikota

6. Pembacaan Ikrar Perempuan Marjinal 7. Tesmoni Penerima Manfaat GP3M

8. Sambutan sekaligus Pencanangan GP3M oleh Menko PMK/Menteri Pendidikan dan Kebudayaan/KPP dan PA/ Gubernur/Bupati/Walikota

9. Penampilan kesenian daerah bernuansa Pemberdayaan Perempuan Marjinal 10. Pemberian penghargaan terhadap pegiat perempuan marjinal

11. Pembacaan doa 12. Penutup

13. Peninjauan pameran dan pentas seni

E. Unsur-unsur yang terlibat

Unsur yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain: 1. Forum PKBM

17. Prodi PLS & Ikatan Sarjana PLS 18. PKK

Lokasi pencanangan GP3M harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:’

1. Pejuang perempuan yang melakukan pemberdayaan terhadap kaumnya untuk meningkatkan kecakapan personal, seperti: literacy/keberaksaraan, ketrampilan hidup, kewirausahaan dan pendidikan.

(11)

8 3. Memiliki desa untuk dijadikan desa vokasi

4. Memiliki produk unggulan daerah yang dibuat oleh perempuan marjinal 5. Memiliki sharing budget (Anggaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota)

G. Pembiayaan

(12)

9 BAB III

BANTUAN PENYELENGGARAAN GERAKAN PENDIDIKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MARJINAL (GP3M)

A. Pengertian Bantuan

1. Belanja barang lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat (kode anggaran 526311) 2. Bantuan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) adalah

penyerahan bantuan kepada masyarakat dalam bentuk transfer uang yang dipergunakan untuk Pencanangan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal pada 20 lokasi.

B. Lembaga Penyelenggara

Lembaga Penyelenggara GP3M adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota terpilih.

C. Persyaratan Lembaga Penerima Bantuan 1. Akta notaris/SK lembaga

2. Memiliki NPWP atas nama lembaga 3. Memiliki rekening atas nama lembaga 4. Memiliki struktur organisasi yang jelas

5. Mendapat rekomendasi dari Dinas Pendidikan setempat

D. Pengajuan Bantuan

Mengajukan proposal ditujukan kepada Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, u.p. Kasubdit Pendidikan Kesetaraan dan Pendidikan Berkelanjutan.

Proposal direkomendasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat. E. Jumlah Bantuan

Alokasi dana untuk pencanangan GP3M sejumlah Rp. 2.600.000.000.- (dua milyar enam ratus juta rupiah) untuk 20 lokasi @ Rp. 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta rupiah). Rencana Anggaran Belanja (RAB) lembaga penerima bantuan (terlampir).

F. Sifat Bantuan

(13)

10 BAB IV

PENUTUP

Pedoman ini disusun sebagai rambu-rambu yang masih bersifat umum. Implementasi pedoman ini memerlukan kreativitas dan penyesuaian dengan karakteristik daerah, jenis kegiatan dan potensi lokal yang tersedia. semoga pedoman ini dapat menjadi acuan dalam penyelenggaraan program kegiatan.

(14)

11 DAFTAR LAMPIRAN

A. Rincian Anggaran (sesuai dengan kondisi daerah)

RANCANGAN PEMBIAYAAN PENCANANGAN GERAKAN GP3M (tentative)

No. Uraian Kegiaran Volume Satuan Harga Satuan Jumlah

(15)

12 Sewa Meja Kursi 600 org 15.000 Rp 9.000.000

6 Konsumsi Rp -

Konsumsi Panitia 21 org 3 kl 63 ok 25.000 Rp 1.575.000 Konsumsi Peserta 600 org 1 kl 600 ok 25.000 Rp 15.000.000 7 Dokumentasi dan Kesenian 1 keg 20.000.000 Rp 20.000.000 8 ATK dan Penggandaan Rp - ATK dan penggandaan bahan 1 keg 4.000.000 Rp 4.000.000

Rp 130.000.000

B. Lokasi lembaga penyelenggara GP3M 1. Pejuang/pegiat Perempuan Marjinal

No. Tokoh Lokasi

1. RA Kartini Kab. Jepara Prov. Jawa Tengah 2. Rohana Kudus Kab. Agam Prov. Sumatera Barat 3. Fatmawati Soekarno Kota Bengkulu, Prov. Bengkulu 4. Mursia Zaafriil Ilyas Kab. Pamekasan, Prov. Jawa Timur 5. Inna Lokollo Kota Ambon, Prov. Maluku

6. Maria Walanda Maramis Kota Manado, Prov. Sulawesi Utara

2. Daerah dengan buruh migran /tenaga kerja perempuan dan rentan tindak pidana perdagangan orang

No. Lokasi

7. Kab. Indramayu, Prov. Jawa Barat 8. Kab. Malang, Prov. Jawa Timur 9. Kab. Lombok Barat, Prov. NTB 10. Kota Kupang, Prov. NTT

(16)

13 12. Kota Singkawang, Prov. Kalimantan Barat

13. Kota Batam, Prov. Kepulauan Riau 14. Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara

3. Daerah dengan angka DO tertinggi

No. Lokasi

15. Kab. Aceh Utara, Prov. Aceh 16. Kab. Karangasem, Prov. Bali 17. Kab. Lebak, Prov. Banten 18. Kab. Gorontalo, Prov. Gorontalo 19. Kab. Bogor, Prov. Jawa Barat 20. Kab. Banyumas, Prov. Jawa Tengah

Catatan:

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua hak

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ PENGARUH PEMBERIAN ECHINACEA

Oleh karena itu, masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana potret kepemimpinan dan manajemen pendidikan Sayid Idrus bin Salim Aljufrie untuk

Penelitian yang dilakukan Gustanti (1999) terhadap uji efek anti kanker dadih sapi yang mengandung bakteri Lactococcus lactis terhadap mencit yang diinduksi

Rencana usaha penting dilakukan ka- rena dengan sebuah perencanaan da- pat diketahui seluruh permasalahan yang ada, sehingga kita dapat mela- kukan persiapan untuk

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Jenis-jenis tanaman berkhasiat obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Tinading ditemukan sebanyak

Berdasarkan tabel 3.8 diatas, dimana r square sebesar 0,987, maka dapat dikatakan bahwa besar pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap kinerja Karyawan Pada Kantor PTPN

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan petugas perpustakaan keliling Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang melayani masyarakat