• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan Sistem Pakar Untuk Menentukan Penyakit Diabetes Mellitus Menggunakan Metode Naive Bayes Studi Kasus : Puskesmas Poncokusumo Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemodelan Sistem Pakar Untuk Menentukan Penyakit Diabetes Mellitus Menggunakan Metode Naive Bayes Studi Kasus : Puskesmas Poncokusumo Malang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

880

Pemodelan Sistem Pakar Untuk Menentukan Penyakit Diabetes Mellitus

Menggunakan Metode Naive Bayes

Studi Kasus : Puskesmas Poncokusumo Malang

Irwan Andriyanto1 , Edy Santoso2 , Suprapto3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Email: 1irwanandriyanto23@gmail.com, 2edy144@ub.ac.id, 3spttif@ub.ac.id

Abstrak

Pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan jika gejala-gejala penyakit dapat diketahui sejak dini. Pengetahuan akan gejala penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan menggunakan sistem pakar. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui gejala penyakit diabetes mellitus adalah metode Naive Bayes. Metode Bayes merupakan pendekatan statistik untuk melakukan inferensi induksi pada persoalan klasifikasi. Metode ini menggunakan probabilitas bersyarat sebagai dasarnya. Hasil pengujian fungsional menghasilkan nilai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa sistem telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan daftar kebutuhan yang diharapkan. Semakin banyak data training yang digunakan maka semakin tinggi akurasi sistem. Hasil pengujian akurasi diperoleh nilai akurasi terbaik 100% dengan jumlah data training sebanyak 140.

Kata kunci: Sistem Pakar, Naive Bayes, Data Training, Diabetes Mellitus

Abstract

Preventation of diabetes mellitus bale to do if the patient knows the signs of diabetes mellitus.

But people has difficulties to find it’s signs. Because the expert in this subject is very less and the cost so expensive. That’s why people need to help to prevent this deases by knowing it’s signs by using

expert system. One of method can use to know diabetes mellitus is Naive Bayes. Naive Bayes a statistic approach to do induction inferency in classification matter. This methode use probability. The basic of

Naive Bayes is Training Data. Training Data is Diabetes Mellitus and it’s signs that get from research

object. The result comes from the biggest probability. Functional test gets 100%. It’s means that the system works well. Bigger training data will get higher system accuration. The best accuration is 100% comes from 140 data training.

Keywords: Expert System, Naive Bayes, Training Data, Diabetes Mellitus

1. PENDAHULUAN

Diabetes melitus adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya insulin atau ketidakmampuan tubuh

untuk memanfaatkan insulin (insulin

resistance), dengan simtoma berupa

hiperglikemia kronis dan gangguan

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.

Pencegahan penyakit diabetes mellitus

dapat dilakukan jika gejala-gejala penyakit dapat diketahui sejak dini. Dalam masyarakat umumnya, orang mengalami kesulitan untuk

mengetahui gejala-gejala penyakit diabetes

mellitus. Hal ini dikarenakan kurangnya jumlah

pakar dalam penyakit ini. Selain itu, mahalnya biaya serta rumitnya proses mendiagnosa juga menjadi kendala. Oleh sebab itu, para teknisi

dan masyarakat perlu dibantu dalam

pendeteksian penyakit ini. Pengetahuan yang dimiliki oleh para pakar atau ahli dalam bidang

penyakit diabetes melitus dapat membantu

teknisi kesehatan dalam ketanggapan

pendeteksian penyakit ini. Pengetahuan yang dimiliki oleh pakar ini dapat diperoleh dari teknisi kesehatan dengan bantuan teknologi saat ini tanpa harus mendatangi pakar secara langsung.

Berdasarkan penelitian Budi Cahyo

(2)

Certainty Factor menjelaskan bahwa Diabetes melitus adalah suatu penyakit gangguan kesehatan di mana kadar gula dalam darah seseorang menjadi tinggi karena kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi baik. Dari hasil ujicoba terhadap 8 pasien didapatkan prosentase ketepatan dari sistem adalah 62.5% (berdasarkan fakta dan gejala) dan hasil anaisa sistem 100% (berdasarkan kadar gula darah). Dari penelitian tersebut

peneliti memberikan kesimpulan betapa

penyakit diabetes mellitus masih merupakan

salah satu penyakit yang berbahaya yang memerlukan pencegahan dini.

Untuk mengetahui gejala pada penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan menggunakan sistem pakar. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pakar

adalah metode Naive Bayes. Metode Naïve

Bayes merupakan pendekatan statistik untuk melakukan inferensi induksi pada persoalan

klasifikasi. Metode ini menggunakan

probabilitas bersyarat sebagai dasarnya. Dasar penentuan penyakit diabetes mellitus adalah data training yang akan digunakan. Data training adalah data penyakit diabetes mellitus dan gejalanya yang diperoleh dari objek penelitian.

2. LANDASAN KEPUSTKAAN

2.1. Kajian Pustaka

Berdasarkan judul skripsi yang dibahas, penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang relevan untuk mendukung penelitian dalam skripsi ini, antara lain: penelitian (Saputro, Delima, & Purwadi, 2007) yang menjelaskan sistem pakar untuk mendiagnosa

penyakit diabetes mellitus menggunakan

certainty factor. Penulis berhasil

mengimplementasikan sebuah sistem pakar berbasis web yang dapat mengatasi nilai derajat kepercayaan atau faktor kepastian data yang diperoleh dari hasil konsultasi dengan pasien melalui metode certainty factor. Harapan penulis, sistem ini dapat membantu dokter atau masyarakat awam sekalipun dalam mengambil

keputusan ketika mendiagnosa penyakit

diabetes mellitus.

Penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh (Hotimah, 2015) menjelaskan penggunaan metode Naive Bayes untuk menentukan kelayakan calon tenaga kerja Indonesia. Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan data

tenaga kerja Indonesia pada periode

sebelumnya sebagai data training. Dalam penelitian tersebut digunakan data training sebanyak 100 data training. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keakuratan mencapai 90%. Untuk memperoleh keakuratan yang lebih bagus, dapat dilakukan dengan menambah

jumlah data training.

Penelitian (Pahlevi, 2010) yang berjudul

Sistem Pendukung Keputusan Untuk

Mendiagnosa Penyakit Tropis Yang

Disebabkan Oleh Bakteri Menggunakan

Metode Naive Bayes Classifier. Subjek pada penelitian ini adalah Sistem Pendukung Keputusan untuk mendiagnosa penyakit tropis

yang disebabkan oleh bakteri. Metode

Pengambil keputusan adalah Naïve Bayes Classifier sedangkan Metode pengumpulan datanya adalah dengan metode kepustakaan,

wawancara, metode observasi. Tahap

pengembangan perangkat lunak sistem pakar ini meliputi : pengumpulan data dari berbagai sumber yang di representasikan dalam basis

pengetahuan, pembuatan basis aturan,

pembuatan dfd, entity relationship diagram, desain interface, analisis dan perancangan sistem, perancangan model data konseptual, perancangan tabel dan perancangan dialog implementasi program menggunakan visual studio .Net 2005, dan tahap akhir adalah menguji program. Keluaran sistem berupa hasil penelusuran penyakit yang dilengkapi dengan nilai probabilitas yang diperoleh dengan menggunakan teorema bayes. Setealh diuji coba, program ini memiliki tingkat akurasi 77.5%. Aplikasi ini dapat membantu user untuk mendiagnosis penyakit tropis yang disebabkan oleh bakteri.

2.2. Pemodelan

Pemodelan adalah proses untuk membuat sebuah model. Model adalah representasi dari sebuah bentuk nyata, jadi sebuah pemodelan sistem merupakan gambaran bentuk nyata yang dimodelkan secara sederhana. (Korniasari, 2015).

2.3. Sistem Pakar

Pengertian sistem pakar berasal dari

istilah knowledge-based expert sistem. Istilah

(3)

dalam sebuah komputer dan kemudian

digunakan untuk menyelesaikan masalah–

masalah yang biasanya membutuhkan

kepakaran atau keahlian manusia (Korniasari, 2015).

2.3.1. Konsep Dasar Sistem Pakar

Konsep dasar dari sistem pakar yaitu

meliputi keahlian (expertise), ahli (experts),

pemindahan keahlian (transfering expertise),

inferensi (inferencing), aturan (rules) dan

kemampuan memberikan penjelasan

(explanation capability) (Korniasari, 2015).

Keahlian (expertise) adalah pengetahuan yang

mendalam tentang suatu masalah tertentu, dimana keahlian bisa diperoleh dari pelatihan/ pendidikan, membaca dan pengalaman dunia nyata. Ada dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan dari sumber yang ahli dan pengetahuan dari sumber yang tidak ahli Pengetahuan dari sumber yang ahli dapat digunakan untuk mengambil keputusan dengan cepat dan tepat (Korniasari, 2015).

Ahli (experts) adalah seorang yang

memiliki keahlian tentang suatu hal dalam tingkatan tertentu. Ahli dapat menggunakan suatu permasalahan yang ditetapkan dengan

beberapa cara yang berubah-ubah dan

merubahnya ke dalam bentuk yang dapat dipergunakan oleh dirinya sendiri dengan cepat dan cara pemecahan yang mengesankan (Korniasari, 2015).

2.3.2. Konsep Dasar Sistem Pakar

Arsitektur sistem pakar ditunjukkan

pada Gambar 1.

Gambar 1. Arsitektur Sistem Pakar

2.4. Metode Naïve Bayes

Metode Bayes merupakan pendekatan statistik untuk melakukan inferensi induksi

pada persoalan klasifikasi. Metode ini

menggunakan probabilitas bersyarat sebagai dasarnya. Dalam ilmu statistik, probabilitas bersyarat dinyatakan seperti gambar 2.

Gambar 2. Fungsi Metode Bayesian

Probabilitas X di dalam Y adalah probabilitas interseksi X dan Y dari probabilitas Y, atau dengan bahasa lain P(X|Y) adalah prosentase banyaknya X di dalam Y. Selain data seperti diatas metode Naïve Bayes juga dapat menangani data berupa numerik. Untuk menangani data numerik metode Naive Bayes menggunakan asumsi distribusi normal.

Naïve Bayes Classifier merupakan

pengklasifikasi probabilitas sederhana

berdasarkan pada teorema Bayes. Teorema

Bayes dikombinasikan dengan “Naïve” yang

berarti setiap atribut/variabel bersifat bebas (independent). Naïve Bayes Classifier dapat dilatih dengan efisien dalam pembelajaran

terawasi (supervised learning).

Keuntungan dari klasifikasi adalah bahwa ia hanya membutuhkan sejumlah kecil data pelatihan untuk memperkirakan parameter (sarana dan varians dari variabel) yang diperlukan untuk klasifikasi. Karena variabel independen diasumsikan, hanya variasi dari variabel untuk masing-masing kelas harus ditentukan, bukan seluruh matriks kovarians.

Dalam prosesnya, Naïve Bayes

Classifier mengasumsikan bahwa ada atau

tidaknya suatu fitur pada suatu kelas tidak

berhubungan dengan ada atau tidaknya fitur lain

di kelas yang sama. Pada saat klasifikasi, pendekatan bayes akan menghasilkan label kategori yang paling tinggi probabilitasnya

(Vmap) dengan masukan atribut a1, a2….. an. Hal

ini dapat dilihat pada persamaan 1

𝑉𝑀𝐴𝑃 = 𝑎𝑟𝑔𝑚𝑎𝑥𝑣𝑗∈𝑉𝑃(𝑣𝑗|𝑎1𝑎2𝑎3… . . 𝑎𝑛)

...(1) dimana :

𝑉𝑀𝐴𝑃 = Probabilitas tertinggi.

𝑎1𝑎2𝑎3… . . 𝑎𝑛 = Atribut (Inputan)

(4)

𝑃(𝐵|𝐴) =𝑃(𝐴|𝑃(𝐴)𝐵) 𝑃(𝐵) (2) dimana :

𝑃(𝐵|𝐴) = Peluang B jika diketahui keadaan jenis penyakit A.

𝑃(𝐴|𝐵) = Peluang evidence A jika diketahui hipotesis B

𝑃(𝐵) = Probabilitas hipotesis B tanpa

memandang evidence apapun

𝑃(𝐴) = Peluang evidence penyakit A.

Menggunakan teorema Bayes ini, akan didapat persamaan 3

(inputan) jika diketahui keadaan vj

𝑃(𝑎1𝑎2𝑎3… . . 𝑎𝑛) = Peluang atribut-atribut

(inputan)

Karena nilai 𝑃(𝑎1𝑎2𝑎3… . . 𝑎𝑛)

nilainya konstan untuk semua sehingga persamaan ini dapat ditulis seperti pada

karena jumlah gejala bisa jadi sangat besar. Hal ini disebabkan jumlah gejala tersebut sama dengan jumlah semua kombinasi gejala dikali dengan jumlah kategori yang ada.

Menghitung P(ai|vj) dengan rumus yang ada pada persamaan 5 :

𝑃(𝑎𝑖|𝑣𝑗) =𝑛𝑛+𝑚𝑐+𝑚𝑝 (5)

dimana:

nc = jumlah record pada data learning yang v =

vj dan a = ai

p = 1/ banyaknya jenis class / penyakit

m = jumlah parameter / gejala

n = jumlah record pada data learning yang v

=vj / tiap class

Langkah perhitunga naïve bayes

sebagai berikut :

1. Menentukan nilai nc untuk setiap class

2. Menghitung nilai P (ai|vj) dan menghitung

nilai P(vj)

𝑉𝑀𝐴𝑃= 𝑎𝑟𝑔𝑚𝑎𝑥𝑣𝑗∈𝑉𝑃(𝑣𝑗)𝜋𝑖𝑃(𝑎𝑖|𝑣𝑗)

... (6)

3. Menghitung P(ai|vj) x P(vj) untuk tiap v

4. Menentukan hasil klasifikasi yaitu v yang

memiliki hasil perkalian yang terbesar. (Setiawan, 2015)

2.5. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan atau kerja insulin, sehingga terjadi abormalitas metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein. Secara klinik diabetes

mellitus adalah sindroma yang merupakan gabungan kumpulan gejala-gejala klinik yang

meliputi aspek metabolik dan vaskuler yaitu

hiperglikemi puasa dan post prandial, aterosklerotik dan penyakit vaskuler mikroangiopati, serta hampir semua organ tubuh akan terkena dampaknya. Penyakit

Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit

gula darah adalah golongan penyakit kronis

yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ

pankreas tidak mampu memproduksi hormon

insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Jenis penyakit diabetes mellitus:

1. Diabetes Mellitus I

Gejala Diabetes Mellitus tipe I sebagai

berikut:

a. Faktor keturunan

b. Umur kurang atau sama dengan (15-20)

tahun

c. Mudah kelelahan

d. Banyak minum (polodipsia)

e. Turunnya berat badan tanpa alasan yang

jelas

f. Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau

sakit pada tangan atau kaki

g. Timbulnya rasa borok (luka) pada kaki yang

tak kunjung sembuh

h. Gatal-gatal

i. Kadar glukosa darah lebih dari 140 mg/dl

(sewaktu)

2. Diabetes Mellitus Tipe II

Gejala diabetes mellitus tipe II sebagai

berikut:

a. Banyak makan (polifagia)

b. Sering buang air kecil (poliuria)

c. Banyak minum (polodipsia)

d. Turunnya berat badan tanpa alasan yang

(5)

e. Faktor keturunan

f. Mulut kering

g. Sering mengantuk

h. Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau

sakit pada tangan atau kaki

i. Timbulnya rasa borok (luka) pada kaki yang

tak kunjung sembuh

j. Gatal-gatal

k. Disfungsi ereksi pada pria

l. Obesitas 20% dari berat badan normal

m.Berumur 20 tahun atau lebih

n. Kadar glukosa darah lebih dari 140 mg/dl

(sewaktu)

2.6. Precision, Recall, F-Measure dan Akurasi

Precision adalah jumlah dari sampel data

yang benar – benar merupakan class x dari

semua sampel data yang diklasfikasikan sebagai

class x. Perhitungan Precision dapat dilakukan

menggunakan persamaan 7 (Kumar, 2012).

𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 =(TP+FP)TP (7)

Recall adalah ukuran kemampuan model prediksi untuk memilih contoh dari kelas tertentu dari satu set data. Hal ini biasa juga disebut sensitivitas, dan sesuai dengan tingkat positif benar. Hal ini didefinisikan oleh persamaan 8 (Kumar, 2012).

𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙 =(TP+FN)TP (8)

F-Measure adalah ukuran gabungan untuk presisi dan recall dan dihitung dengan persamaan 9 (Kumar, 2012).

𝐹 − 𝑀𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒 =(𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛+𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙)2∗𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑜𝑛∗𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙 (9) Akurasi adalah nilai derajat kedekatan dari pengukuran kuantitas untuk nilai sebenarnya

(true). Nilai akurasi didapatkan dari hasil rule

yang dihasikan dari perhitungan decision tree

kemudian di uji coba kan pada data testing dan

menghasilkan derajat keakuratan dari rule

tersebut setelah di uji coba kan pada data testing. Tingkat akurasi diperoleh dengan perhitungan sesuai dengan persamaan 10 (Rinarto, 2013).

𝐴𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑒𝑑𝑖𝑘𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑒𝑑𝑖𝑘𝑠𝑖 𝑥 100% ( 10 )

3 METODOLOGI PENILITIAN

Perancangan sistem merupakan langkah yang digunakan untuk menggambarkan desain

kerja sistem secara menyeluruh, baik dari segi model maupun dari arsitektur sistem untuk membantu dalam implementasi dan pengujian

sistem diagnosa penyakit diabetes mellitus.

3.1 Model Perancangan Sistem

Model perancangan sistem merupakan penjelasan dari cara kerja sistem secara struktur mulai dari input yang dimasukkan hingga memperoleh hasil. Diagram model perancangan sistem dapat dilihat pada Gambar 3.

Input gejala

Diagnosa penyakit diabetes militus

Pengobatan

Input Proses Output

Menghitung nilai probabillitas penyakit Data Training

Menentukan penyakit dari probabilita tertinggi

Gambar 3 Model Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Diabetes Mellitus

Pada Gambar 3 terdiri dari tiga proses utama, yaitu :

a. Input

Input pada sistem ini merupakan masukkan

dari pengguna berupa gejala–gejala yang

dialami oleh pengguna. Dalam penelitian ini terdapat 15 gejala yang digunakan sebagai

variabel input.

b. Proses

Pada tahapan ini, proses penentuan jenis penyakit diabetes mellitus dimulai dengan cara menentukan data training. Dari data training, akan diperoleh dasar untuk menentukan nilai probabilitas penyakit. Penyakit yang diderita pasien didasarkan pada nilai probabilitas terbesar.

c. Output

Keluaran berupa hasil diagnosa jenis

penyakit diabetes mellitus dan saran

(6)

3.2 Arsitektur Sistem Pakar

Gambar 4. Arsitektur Sistem Pakar Diagnosa

Penyakit Diabetes Mellitus

4. IMPLEMENTASI

Implementasi sistem merupakan proses membuat sistem yang sudah dirancang dan

menerapkan hal–hal yang sudah didapat dalam

proses studi literatur.

4.1. Implementasi Antarmuka Halaman Utama

Halaman utama merupakan halaman awal yang diakses pengguna saat menggunakan sistem pakar, pada halaman ini terdapat judul, deskripsi sistem, menu pengunjung, dan menu yang dapat diakses oleh pendaftar dan admin.

Implementasi antarmuka halaman utama

ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Implementasi Antarmuka Halaman Utama

Didalam halaman yang lain terdapat

beberapa implementasi antarmuka seperti

Menu Analisa, Menu Data, Login, Menu

Home Admin, dan Menu Data

5.

PENGUJIAN

Pada sub bab ini dijelaskan mengenai pengujian fungsionalitas yang dilakukan pada Pemodelan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Diabetes Militus dengan Metode Naive Bayes. Pengujian fungsionalitas adalah pengujian yang

dilakukan terhadap sistem dengan tujuan mengetahui apakah sistem yang dirancang telah memenuhi daftar kebutuhan sistem yang diharapkan.

5.1. Prosedur dan Hasil Pengujian Fungsionalitas

Pengujian fungsionalitas dilakukan dengan membuat kasus uji untuk setiap daftar kebutuhan sistem yang telah dirancang. Hasil pengujian fungsionalitas ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengujian Fungsionalitas

N

Analisa hasil pengujian fungsionalitas dilakukan dengan membandingkan kesesuaian antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang didapat. Hasil pengujian yang ditunjukkan pada Tabel 1 memiliki tingkat kesesuaian 100%,

sehingga dapat disimpulkan bahwa

fungsionalitas dari Pemodelan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Daibetes Militus dengan Metode Naive Bayes berjalan sesuai dengan daftar kebutuhan yang diharapkan.

5.2 Pengujian Akurasi

Pengujian tingkat akurasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian hasil diagnosa Pemodelan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Diabetes Militus dengan Metode Naive Bayes dengan hasil diagnosa pakar.

5.2.1 Prosedur dan Hasil Pengujian Akurasi

(7)

5.2.2 Analisa Pengujian Akurasi

Hasil akurasi dengan nilai 1 memiliki arti bahwa keluaran sistem sesuai dengan hasil diagnosa pakar. Berdasarkan perhitungan akurasi dengan menggunakan persamaan (9) dan menghasilkan tabel 2 pengujian akurasi :

Tabel 1 Pengujian Akurasi

No Data Akurasi

Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menghasilkan nilai akurasi yang sempurna diperlukan data training yang banyak. Akurasi terbaik diperoleh untuk data training 140 dengan tingkat akurasi sebesar 100%

Gambar 6. Grafik Akurasi Sistem Pakar

6. KESIMPULAN

Berdasarkan perancangan, implementasi, dan hasil pengujian dari peneletian dengan judul Pemodelan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Diabetes Militus dengan Metode

Naive Bayes ini, maka didapatkan kesimpulan

sebagai berikut :

1. Instrumen penelitian dengan judul

Pemodelan Sistem Pakar Diagnosa

Penyakit Diabetes Militus dengan Metode

Naive Bayesini dapat memberikan manfaat

dalam memperluas pengetahuan tentang penangananan penyakit diabetes militus dan dapat memberikan rekomendasi solusi

dalam melakukan diagnosa penyakit

diabetes militus.

2.

Hasil evaluasi pengujian dari sistem

adalah sebagai berikut :

a.

Hasil

pengujian

fungsional

menghasilkan nilai 100%. Hal ini

menunjukkan bahwa sistem telah

berjalan dengan baik dan sesuai

dengan daftar kebutuhan yang

diharapkan.

b.

Nilai akurasi sistem tergantung

jumlah data training dan jumlah data

uji.

c.

Semakin banyak data training yang

digunakan, maka semakin besar

nilai akurasinya.

d.

Nilai akuarasi terbaik diperoleh

dengan menggunakan data training

sebanyak 140 dengan nilai akurasi

100%.

DAFTAR PUSTAKA

Candra, A. A., & Martiana, E. (2011). Diagnosa

Penyakit Sinusitis Menggunakan

Algoritma Genetika Dan Bayesian

Berbasis JSP. Jurusan Teknik Informatika,

PENS-ITS Surabaya.

Faruk, Umar. Sistem Pakar Penentuan Penyakit

Pada Sapi Menggunakan Metode Forward Chaining. Teknik Informatika Universitas Islam Madura (UIM) Pamekasan. 2015. Hotimah, H. (2015). Sistem Pendukung

Keputusan Penentuan Kelayakan Calon Tenaga Kerja Indonesia Menggunakan

Metode Naive Bayes. Jurusan Teknik

Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Islam Madura.

Kurniasari, Dessy Rizky. Pemodelan Sistem

Pakar Diagnosa Penyakit Demam Berdarah Menggunakan Metode Naive Bayes – Weighted Product. Teknik Informatika/Ilmu Komputer. Universitas Brawijaya. Malang. 2015.

Kusumadewi dan Purnomo. Aplikasi Logika

Fuzzy untuk Pendukung Keputusan.

Yogyakarta. Graha Ilmu. 2010.

Mukhlis, M. K. (2012). Diagnosa Kemungkinan Pasien Terkena Stroke Dengan Metode Naïve Bayes dan Metode Jaringan Syaraf

Tiruan Berbasis Web. Politeknik

Elektronika Negeri Surabaya, 1–7. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Natalius, S. (2011). Metoda Naïve Bayes Classifier dan Penggunaannya pada

Klasifikasi Dokumen. Jurnal Istitut

Teknologi Bandung, (3).

Pahlevi, M. R. (2010). Sistem pendukung keputusan untuk mendiagnosa penyakit

(8)

tropis yang disebabkan oleh bakteri

menggunakan metode naïve bayes

classifier. Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Saputro, B. C., Delima, R., & Purwadi, J.

(2007). Sistem Diagnosa Penyakit

Diabetes Mellitus Menggunakan Metode

Certainty Factor. Fakultas Teknologi

Informasi Universitas Kristen Duta Wacana, (1).

Gambar

Gambar 1. Arsitektur Sistem Pakar
Gambar 3 Model Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Diabetes Mellitus
Tabel 1 memiliki tingkat kesesuaian 100%,
Tabel 1 Pengujian Akurasi

Referensi

Dokumen terkait

Kelopak bunga Rosella merah merah (Hibiscus Sabdariffa L.) yang telah diserbukkan sebanyak 1000 gr kemudian dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%

Permasalahan yang timbul pada Dinas perkebunan Kabupaten Banyuasin yaitu belum adanya sistem untuk menampilkan data-data yang tersaji secara detail dalam bentuk

28 rasio pemanfaatan protein (PER) ikan gurami ( O. gouramy ) dengan peningkatan EPP dan PER pada penambahan enzim papain 0,25 g/kg pakan dan probiotik 15 ml/kg pakan;

Sejumlah fasilitas disediakan untuk meningkatkan kinerja guru antara lain, melalui sertifikasi guru dan dosen, program latihan profesi guru (PLPG), program pelatihan-pelatihan,

Untuk mengetahui pengaruh jenis presipitan terhadap hasil pengendapan emas, setelah tahap proses leaching menggunakan aqua regia dilakukan proses pengendapan

Anomali iklim La-Nina mengakibatkan pemben- tukan bunga tanaman karet terganggu sehingga ketersediaan biji untuk pembibitan batang bawah terbatas, penurunan produksi pada

(2) Pembelajaran melalui bermain dalam rangka pengembangan kemampuan berbahasa anak yang dilaksanakan oleh guru TK memiliki tiga ciri pokok, yaitu pembelajaran

Berdasarkan hasil uji organoleptik Cake dengan subtitusi tepung pisang kepok dan tepung kacang hijau dari segi warna perlakuan P1 paling menarik, dari segi aroma P3