• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara 2.1.1. Pengertian Udara - Perbedaan Kadar Co dan So2 di Udara Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya Pohon di Jl. Dr. Mansur dan Jl. Jendral A.H. Nasution di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara 2.1.1. Pengertian Udara - Perbedaan Kadar Co dan So2 di Udara Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya Pohon di Jl. Dr. Mansur dan Jl. Jendral A.H. Nasution di Kota Medan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara

2.1.1. Pengertian Udara

Udara merupakan campuran dari beberapa gas dengan perbandingan yang tidak tetap. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu kondisi suhu udara,

tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara juga merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang dibutuhkan oleh proses kehidupan di bumi. Dalam

udara terdapat oksigen (O2) untuk makhluk hidup bernafas, karbondioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh klorofil pada tumbuhan dan ozon (O3) yang berfungsi menahan sinar ultraviolet (Wardhana, 2004).

Atmosfer yang menyelimuti bumi tersusun oleh bermacam-macam gas. Komposisi atmosfer pada umumnya sebagai berikut :

a. Nitrogen (N2) = 78% b. Oksigen (O2) = 21% c. Argon (Ar) = 0,9%

d. Karbondioksida (CO2) = 0,03%

Sisanya berupa gas-gas lain seperti helium (He), hidrogen (H2), xenon (Xe), ozon (O3), uap air dan partikel-partikel kecil debu atau aerosol (Aldrian dkk, 2011).

2.1.2. Pengertian Pencemaran Udara

(2)

oleh bahan kimia, agen fisik atau agen biologis yang mengubah kondisi alami dari atmosfer.

Pencemaran udara diartikan sebagai masuknya zat-zat atau bahan-bahan asing di dalam udara yang menyebabkan udara tidak lagi dalam kondisi normal atau kondisi semula (Wardhana, 2004).

Pencemaran udara adalah bertambahnya substrat fisik atau kimia dalam jumlah tertentu ke dalam lingkungan udara yang dalam kondisi normal, sehingga

dapat dideteksi manusia (dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan dampak kepada manusia, hewan, vegetasi dan material (Chamberss da Masters dalam Mukono,2006).

Pencemaran udara adalah masuknya komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung akibat proses alam

sehingga kualitas udara menurun sampai ke tingat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak bisa berfungsi lagi sesuai peruntukannya (Chandra, 2006).

2.1.3. Penyebab Pencemaran Udara

Menurut Wardhana (2004), secara umum penyebab terjadinya pencemaran

udara terdapat 2 macam, yaitu :

a. Faktor internal (faktor alamiah), misalnya : 1) Debu di udara karena tiupan angin.

(3)

1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil. 2) Debu dari kegiatan industri.

3) Pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara. 2.1.4. Klasifikasi Jenis Polutan Udara

Menurut Chandra (2006), jenis polutan dapat dibagi berdasarkan struktur

kimia dan penampang partikelnya, yaitu : a. Struktur kimia :

1) Partikel : debu, abu, dan logam seperti timbal, nikel, cadmium dan berilium.

2) Gas anorganik seperti NO, CO, SO2, amonia dan hydrogen.

3) Gas organik seperti hidrokarbon, benzene, etilen, asetilen, aldehid, keton, alkohol, dan asam-asam organik.

b. Penampang partikel

Partikel udara dapat melekat pada saluran pernapasan manusia sehingga berdampak kepada kesehatan. Penampang partikel tersebut disesuaikan

dengan ukuran partikel yang melekat seperti tabel berikut :

Tabel 2.1. Ukuran Partikel Debu dalam Saluran Pernapasan Ukuran Saluran Pernapasan

8-25 mikron Melekat di hidung dan tenggorokan 2-8 mikron Melekat di saluran bronkial

0,5-2 mikron Deposit pada alveoli

<0,5 mikron Bebas keluar masuk melalui pernapasan

(4)

Mukono (2006) mengklasifikasikan jenis polutan atas 2 bagian, yaitu : a. Polutan Primer

Polutan primer adalah polutan yang laangsung dikeluarkan oleh sumber

tertentu seperti :

1) Senyawa karbon yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan

karbon oksida.

2) Senyawa sulfur yaitu sulfur oksida.

3) Senyawa nitrogen yaitu nitrogen oksida dan amoniak.

4) Senyawa halogen yaitu fluor, klorin, hidrogenklorida, hidrogenterklorinasi dan bromin

5) Partikel

Partikel yang berada di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat berupa zat padat atau suspense aerosol cair. Bahan

partikel tersebut dapat berasal dari kondensasi, proses disperse maupun erosi oleh bahan tertentu. Sedangkan asap seringkali dipakai

untuk menunjukkan campuran dari bahan partikulat, uap, gas dan kabut.

b. Polutan Sekunder

(5)

sekunder memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Proses kecepatan dan arah reaksi dipengaruhi oleh :

1) Konsentrasi relative dari bahan reaktan. 2) Derajat fotoaktivasi.

3) Kondisi iklim.

4) Topografi lokal dan adanya embun.

2.1.5. Sumber Pencemaran Udara

Menurut BLH Provinsi DKI Jakarta (2013) sumber pencemar udara mengacu pada berbagai lokasi atau aktivitas yang bertanggung jawab atas lepasnya polutan ke atmosfer. Klasifikasi sumber pencemaran udara yaitu :

a. Sumber alam atau biogenik yaitu polutan lepas ke udara karena proses alam yang terjadi (tanpa adanya ulah manusia) seperti meletusnya gunung

berapi, kebakaran hutan yang disebabkan oleh petir, badai debu dan lain-lain.

b. Sumber antropogenik dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Sumber tidak bergerak terbagi atas sumber titik dan sumber area. Sumber titik adalah polutan udara bersumber pada titik tetap

seperti cerobong asap, tangki penyimpanan dan pembakaran di tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Sedangkan sumber area adalah serangkaian sumber-sumber kecil pada suatu area yang

bersama-sama dapat menghasilkan polutan udara seperti pembakaran bahan bakar di rumah tangga, kebakaran hutan,

(6)

2) Sumber bergerak dimaksudkan kepada benda yang bergerak dan melepaskan polutan ke udara, terbagi atas yang bergerak di jalan

dan yang bukan bergerak di jalan. Sumber yang bergerak di jalan seperti mobil, sepeda motor dan becak motor. Sedangkan sumber yang bukan bergerak di jalan seperti kapal laut, pesawat udara dan

traktor.

Menurut Chandra (2006) sumber pencemaran udara terbagi atas dua, yaitu:

a. Sumber pencemaran yang berasal dari kegiatan alam. Contohnya seperti kebakaran hutan, kegiatan gunung berapi dan lainnya

b. Sumber pencemaran buatan manusia ( dari aktivitas manusia). Contoh :

1) Sisa pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor seperti gas CO, CO2, NO, karbon, hidrokarbon, aldehid dan timbal 2) Limbah industri kimia, metalurgi, tambang, pupuk dan minyak

bumi.

3) Sisa pembakaran dari gas alam, batubar dan minyak seperti asap,

debu dan sulfur oksida.

4) Sisa dari kegiatan lainnya seperti pertanian, hutan, sampah dan

limbah reaktor nuklir.

2.1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara

Pencemaran udara yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

(7)

Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan industri dapat menimbulkan inversi atmosfer, yaitu kondisi dimana

udara dingin akan terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan akan menahan polutan tetap berada di permukaan bumi sehingga konsentrasinya semakin lama semakin

meningkat. Pada keadaan tersebut, di permukaan bumi dapat dikatakan tidak ada pertukaran udara sama sekali. Kondisi tersebut

dapat bertahan hingga beberapa hari atau beberapa minggu, maka udara yang berada dekat dengan permukaan bumi akan penuh akan polutan sehingga dapat menimbulkan keadaan yang kritis bagi

kesehatan.

2) Arah dan kecepatan angin

Kecepatan angin yang kuat dapat membawa polutan kemanapun sesuai arahnya sehingga dapat mencemari daerah lain pada jarak yang jauh. Sebaliknya, kecepatan angin yang lemah polutan akan

menetap dan semakin bertambah di kawasan sumber pencemarnya. 3) Hujan

Air hujan sebagai pelarut umum akan melarutkan bahan polutan yang terdapat di udara. Kawasan industri yang menggunakan batubara akan menghasilkan gas sulfur dioksida dan apabila gas

tersebut bercampur dengan air hujan akan terbentuk asam sulfat sehingga air hujan bersifat asam yang biasa dikenal dengan hujan

(8)

b. Topografi

1) Dataran rendah

Di dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang ke seluruh penjuru daerahnya dan dapat melewati batas negara dan mencemari udara di negara lain.

2) Dataran tinggi

Di dataran tinggi sering terjadi inversi atmosfer sehingga polutan

hanya berada di kawasan tersebut. Sehingga tetap menahan polutan berada di permukaan bumi.

3) Lembah

Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala arah. Keadaan ini akan menahan polutan yang ada di

permukaan bumi (Chandra, 2006). 2.1.7. Efek Pencemaran Udara

Menurut Chandra (2006) efek pencemaran udara terbagi atas :

a. Efek umum

1) Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada makhluk hidup.

2) Mempengaruhi kuantitas dan kualitas matahari yang sampai ke permukaan bumi sehingga mempengaruhi proses fotosintesis pada tumbuhan.

(9)

dibawah atmoser sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect).

4) Pencemaran udara dapat merusak materi yang terbuat dari logam. 5) Meningkatkan biaya perawatan properti bangunan.

6) Mengganggu penglihatan yang dapat berakibat pada meningkatnya

angka kasus kecelakaan transportasi.

7) Menyebabkan warna kain dan pakaian buram dan bernoda.

b. Efek terhadap ekosistem

Industri yang menggunakan batibara sebagai sumber energi akan melepaskan zat sulfur oksida ke udara sebagai sisa pembakarannya. Zat

tersebut akan bereaksi dengan air hujan dan membentuk asam sulfat sehingga air hujan bersifat asam. Apabila kondisi ini berlangsung dalam

waktu yang lama, akan terjadi perubahan pada ekosistem perairan danau dan kehidupan di daratan.

c. Efek terhaap kesehatan

1) Efek cepat

Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan

mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernapasan.

2) Efek lambat

Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit bronchitis kronis dan kanker paru-paru primer. Penyakit lain yang

(10)

lung disease, asbestosis, siliksis, bisinosis, penyakit asma and

eksema pada anak.

d. Efek terhadap tumbuhan dan hewan

Tumbuh-tumbuhan bersifat sensitif terhadap gas-gas pencemar udara.

Apabila terjadi pencemaran udara, konsentrasi gas polutan akan meningkat sehingga menyebabkan daun tumbuhan berlubang dan layu. Ternak juga

akan sakit jika memakan tumbuh-tumbuhan yang tercemar gas florin. e. Efek terhadap cuaca dan iklim

Gas karbon dioksida memiliki sifat menahan panas tetap pada lapisan

bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect). Menurut Aldrian dkk (2011), hal tersebut mengakibatkan perubahan cuaca

yang tidak tentu dan perubahan iklim dengan 4 indikator yaitu perubahan suhu daratan, peningkatan curah hujan ekstrem, maju mundurnya musim dan perubahan jumlah volume hujan.

f. Efek terhadap sosial dan ekonomi

Pencemaran udara mengakibatkan bertambahnya biaya perawatan properti

bagunan karena rusak dan pemeliharaannya akibat pencemaran udara. Selain itu pencemaran udara juga memberi dampak kerugian akibat kontaminasi polutan udara pada bahan makanan dan minuman, juga

(11)

Efek bahan pencemar udara terhadap lingkungan menurut Mukono (2006) adalah :

a. Efek terhadap kondisi fisik atmosfer

Dampak yang diakibatkan polutan udara terhadap kondisi fisik atmosfer adalah :

1. Gangguan jarak pandang

2. Memberikan warna tertentu terhadap atmosfer

3. Mempengaruhi struktur awan 4. Mempengaruhi keasaman air hujan 5. Mempercepat pemanasan atmosfer

b. Efek terhadap faktor ekonomi

Bahan pencemar udara juga berdampak terhadap faktor ekonomi seperti :

1. Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos). 2. Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan).

3. Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemar udara pada makanan

atau minuman oleh bahan beracun.

4. Meningkatnya biaya perawatan penyakit yang disebabkan oleh

pencemaran udara. c. Efek terhadap vegetasi

1. Perubahan morfologi, pigmen, dan kerusakan fisiologi sel

tumbuhan terutama pada daun.

2. Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi.

(12)

4. Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman.

5. Terjadi akumulasi bahan pencemar pada tanaman tertentu.

d. Efek terhadap kehidupan binatang

Efek dapat terjadi pada binatang peliharaan atau binatang liar dengan terjadinya proses bioakumulasi dan keracunan bahan berbahaya.

e. Efek estetika

Efek estetik yang diakibatkan oleh adanya bahan pencemar udara antara

lain adanya bau dan adanya lapisan debu pada bahan atau materi yang mengakibatkan perubahan warna permukaan bahan dan kerusakan pada bahan tersebut.

f. Efek terhadap kesehatan manusia pada umumnya

Secara umum, efek kesehatan yang ditimbulkan oleh bahan pencemar

udara adalah :

1. Sakit akut maupun kronis.

2. Penyakit yang tersembunyi, memperpendek umur, menghambat

pertumbuhan dan perkembangan.

3. Mengganggu fungsi fisiologis paru-paru, saraf, darah dan

kemampuan sensorik.

4. Kemunduran penampilan pada aktivitas atlet, aktivitas motorik dan aktivitas belajar.

5. Iritasi sensorik.

(13)

g. Efek terhadap saluran pernafasan

1. Iritasi pada saluran pernafasan sehingga menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat, bahkan dapat berhenti sehingga tidak

membersihkan saluran pernafasan.

2. Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar.

3. Produksi lendir mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan. 4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.

5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan

sel sehingga saluran pernafasan semakin sempit. 6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.

7. Dari semua efek di atas, akan mengakibatkan terjadinya kesulitan bernafas, sehingga benda asing yang masuk tidak dapat dikeluarkan sehingga terjadinya infeksi saluran pernafasan.

2.1.8. Pengendalian Pencemaran Udara

WHO (2014) menyatakan ada beberapa kebijakan yang efektif pada

transportasi, perencanaan kota, sumber energi dan industri, dan pengelolaan sampah yang dapat mengurangi pencemaran udara seperti :

a. Untuk industri

(14)

pertanian untuk menggunakan gas metana yang dihasilkan oleh tempat penampungan sampah sebagai biogas.

b. Untuk transportasi

Beralih kepada kegiatan dengan kategori energi bersih. Seperti

memprioritaskan pemakaian kendaraan umum, berjalan kaki atau naik sepeda di perkotaan dan memiliki kendaraan yang ramah lingkungan.

c. Untuk perencanaan kota

Meningkatkan efisiensi energi untuk bangunan dan membuat penataan kota yang rapi. Untuk Indonesia setiap kawasan perkotaan diwajibkan

memiliki ruang terbuka hijau (RTH) setidaknya 30% dari wilayah kota dalam tata ruang kota tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 15 Tahun 2008 d. Untuk pembangkit listrik

Peningkatan penggunaan bahan bakar rendah emisi dan sumber daya

terbarukan tanpa pembakaran seperti pembangkit listrik tenaga angin atau tenaga air.

e. Untuk pengeolaan sampah kota dan pertanian

Strategi untuk mengurangi limbah, pemisahan sampah, daur ulang dan penggunaan kembali atau limbah daur ulang. Serta pengolahan limbah

(15)

2.2. Karbon Monoksida (CO) 2.2.1. Sumber Pencemaran Gas CO

Karbon Monoksida (CO) adalah gas tidak berwarna dan tidak berbau yang bersifat racun terhadap manusia. Gas tersebut adalah hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar dan hasil dari proses alami biotranformasi halometana

yang ada di tubuh manusia (WHO, 1999).

Sektor transportasi merupakan penyumbang utama pencemaran udara di

daerah perkotaan. Sumber gas CO berasal dari sumber alami dan antropogin (aktivitas manusia). Sumber antropogin seluruhnya berasal dari sisa pembakaran bahan organik. Pembakaran bahan organik ini dimaksudkan untuk mendapatkan

energi kalor yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti transportasi, pembakaran batubara dan lain-lain. Sumber antropogin gas karbon monoksida

(CO) di udara terbesar dihasilkan oleh kegiatan transportasi yaitu dari kendaraan bermotor berbahan bakar bensin sebesar 65,1% (Suhardjana dalam Kusminingrum, 2008).

Menurut Wardhana (2004), secara umum pembentukan gas CO melalui proses seperti berikut ini :

1. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara yang reaksinya tidak stokhiometris pada harga ER > 1. Dalam hal ini bahan bakar yang digunakan lebih banyak daripada jumlah udara, reaksinya adalah :

2C + O2  2CO

(16)

lebih cepat dibandingkan raksi pembentukan gas CO2. Apabila pencampuran bahan bakar dan udara tidak rata, maka masih ada karbon

(C) yang tidak berhubungan dengan oksigen sehingga memungkinkan terbentuknya gas CO reaksinya adalah :

CO2 + C  2CO

3. Pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen. Reaksinya adalah :

CO2  CO + O

Tabel 2.2. Sumber Pencemaran CO

Sumber Pencemaran % bagian % total

Transportasi 63,8

-mobil bensin 59,0

-mobil diesel 0,2

-pesawat terbang (dapat diabaikan) 2,4

-kereta api 0,1

-kapal laut 0.3

-sepeda motor 1,8

Pembakaran Stasioner 1,9

-batubara 0,8

-minyak 0,1

-gas alam (dapat diabaikan) 0,0

-kayu 1,0

Proses Industri 9,6

(17)

-kebakaran hutan 0,0

-pembakaran batubara sisa 1,2

-pembakaran limbah pertanian 8,3

-pembakaran lain-lainnya 0,2

Total 100 100

Sumber : Wardhana (2004)

2.2.2. Pengaruh Gas CO Terhadap Kesehatan

Gangguan kesehatan oleh gas CO di udara ambien adalah terbentuknya ikatan dengan molekul hemoglobin (Hb) di dalam darah sehingga membentuk

karboksihemoglobin (COHb) yang seharusnya hemoglobin mengikat oksigen dalam darah. Terurainya oksihemoglobin (O2Hb) juga disebabkan oleh adanya atau hadirnya karboksihemoglobin (COHb), sehingga suplai oksigen ke jaringan

menjadi berkurang (WHO,1999).

Karbon monoksida (CO) apabila masuk ke dalam paru-paru akan

mengikuti peredaran darah akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, yaitu ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Sama seperti oksigen, gas CO mudah

bereaksi dengan darah (hemoglobin) :

Hb + O2  O2Hb

Hb + CO  COHb (Wardhana, 2001)

Ternyata ikatan COHb jauh lebih stabil dibandingkan dengan O2Hb. Kestabilan hemoglobin terhadap karbon monoksida adalah 240 kali kestabilan

(18)

gas CO dan mengganggu fungsi vital darah sebagai pegangkut oksigen (Wardhana, 2001).

Pengaruh gas CO terhdap tubuh manusia teryata tidak sama untuk manusia yang satu dengan yang lain. Faktor daya tahan tubuh manusia ikut menentukan toleransi tubuh terhadap pengaruh adanya gas CO. Para olahragawan pada

umumnya mempunyai toleransi yang tinggi terhadap racun gas CO. Pada orang yang menderita anemia dan anak-anak akan mudah keracunan oleh gas CO.

keracunan gas CO ditandai dari keadaan yang ringan seperti pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan jantung sampai kepada

kematian.

Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman jika

waktu terpajan hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm jika terhirup selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm dengan waktu paparan 1 jam menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi

kemerah-merahan. Dengan waktu paparan yang sama, gas CO sebanyak 1300 ppm kulit akan berubah langsung menjadi merah tua disertai rasa pusing yang

hebat (Wardhana, 2004).

2.2.3. Pengaruh Gas CO Terhadap Lingkungan

Gas CO adalah gas buangan yang dihasilkan dari proses alami dan aktifitas

(19)

kesehatan dan kesejahteraan manusia, tergantung kepada konsentrasi gas, letak tempat tinggal dan tempat kerja serta kemungkinan terpapar oleh gas CO yang

berpotensi menimbulkan dampak (WHO, 1999). 2.3. Sulfur Dioksida (SO2)

2.3.1. Sumber Pencemaran Gas SO2

Gas SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya memiliki sifat yang berbeda. Gas SO2 memliki bau yang tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif dengan uap air di udara. Kondisi tersebut membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat sangat reaktif dan dapat merusak materi seperti proses pengkaratan dan yang lainnya (Wardhana, 2004).

Menurut WHO (2000), pencemaran udara oleh SOx berasal dari pemakain batubara yang dgunakan pada industri, transportasi dan yang lainnya dengan

penjelasan sebagai berikut :

a. Pembakaran batubara, batubara alam mengandung sekitar 2-3% sulfur. Saat batubara dibakar, sulfur akan berkatan dengan oksigen membentuk

SOx.

b. Peleburan biji sulfida (peleburan dilakukan untuk memisahkan logam dari

bjih tambang.

c. Pembakaran bahan bakar minyak.

(20)

sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus menghilangkan sulfur dari kandungan logam karena sulfur tidak dibutuhkan.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

2 ZnS + 3O2  2ZnO + 2SO2 2PbS + 3O2 2PbO + 2SO2

Adapun penjelasan sumber pencemar gas SOx adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3. Sumber Pencemaran SOx

Sumber Pencemaran % bagian % total

Transportasi 2,4

-mobil bensin 0,6

-mobil diesel 0,3

-pesawat terbang (dapat diabaikan) 0,0

-kereta api 0,3

-kapal laut 0,9

Pembakaran Stasioner 73,5%

-batubara 60,5%

-minyak (distilasi) -minyak (residu)

1,2 11,8

-gas alam (dapat diabaikan) 0,0

Sumber Pencemaran % bagian % total

-kayu 0,0

Proses Industri 22,0

(21)

-kebakaran hutan 0,0

-pembakaran batubara sisa 1,8

Total 100 100

Sumber : Wardhana (2004)

2.3.2. Pengaruh Gas SO2 Terhadap Kesehatan

Udara yang tercemar oleh gas SOx menyebabkan manusia mengalami gangguan pada sistem pernapasannya. Hal ini dkarenakan gas SOx mudah menjadi asam dapat menyerang selaput lendir pada hidung, tengggorokan, dan saluran nafas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.

Daya iritasi terhadap gas SO2 pada tiap orangg ternyata tidak sama. Pada orang yang sensitif, pada konsentrasi gas SO2 sebnyak 1-2 ppm akan mengalami iritasi. Namun ada juga yang pada konsetrasi sebanyak 6 ppm akan mengalami iritasi tenggorokan. Gas SO2 sangat berbahaya bagi anak-anak, orang tua dan orang yang sedang menderita penyakit saluran pernapasan kronis dan kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan dapat mengalami kejang bia teriritasi

oleh gas SO2 dan kejang akan lebih berat jika konsentrasi SO2 tinggi sementara udara di sekitarya rendah. Apabila waktu pajanan dengan gas SO2 cukup lama maka akan terjadi peradangan hebat pada selaput lendir dan diikuti oleh

kelumpuhan sistem pernapasan, kerusakan lapisan ephitelium yang berakhir pada kematian.

(22)

keadaan tersebut berlanjut menjadi kanker. Mengingat hal tersebut sebaiknya gas SO2 tdak terdapat di udara walau dalam konsentrasi yang kecil (Wardhana, 2004). 2.3.3. Pengaruh Gas SO2 Terhadap Lingkungan

Dampak yang terjadi terhadap lingkungan akibat adanya pencemaran gas SO2adalah terjadinya hujan asam. Gas SO2 di udaraakan bertemu dengan oksigen sehingga membentuk SO3 dengan reaksi berikut:

SO2 + O2 2SO3

Udara yang mengandung uap air akan bereaksi dengan SO2 dan SO3 sehingga membentuk asam sulfit dan sam sulfat dengan reaksi sebagai berikut:

SO2 + H2O H2SO3 SO3 + H2O H2SO4

Apabila asam sulfat dan asam sulfit turun ke bumi bersama-sama dengan

jatuhnya hujan, maka terjadilah hujan asam. Hujan asam sangat merugikan karena dapat merusak tumbuhan dan kesuburan tanah (Wardhana, 2004).

Hasil penelitian Dahlan (2007) menunjukkan bahwa kerusakan tanaman

yang terjadi akibat adanya pencemaran gas SO2 adalah nekrosis jaringan tumbuhan, klorosis pada daun, spot lession hingga gugurnya daun tanaman.

2.4. Volume Lalu Lintas

(23)

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen Rekayasa Lalu Lintas di Jalan, volume lalu lintas adalah

jumlah kendaraan yang melewati titik tertentu pada ruas jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan mobil penumpang (smp)/jam.

Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi suatu

titik pengamatan dalam per satu satuan waktu. Menurut Morlok, E.K. (1991), volume lalu lintas dapat dihitung dengan rumus :

t

n

q

Dimana : q = volume lalu lntas yang melewati suatu titik

n = jumlah kendaraan yang melintas t = waktu pengamatan

2.5. Tumbuhan sebagai Penyerap Polutan Udara

2.5.1. Proses Reaksi Reduksi Pencemaran Udara oleh Tanaman

Gas-gas di udara diserap oleh tanaman melalui stomata atau diserap

melalui akar tanaman karena gas terdeposisi oleh air hujan. Gas pencemar yang masuk melalui stomata berada pada lapisan epidermis atas. Stomata pada daun dapat terbuka jika tekanan air dalam tanaman berubah, maka stomata adalah pintu

keluar masuknya gas walaupun secara umum terdapat kutin pada lapisan epidermis atas. Epidermis adalah target utama polutan udara, setelah polutan

(24)

mesofil. Beberapa tanaman dapat memproduksi polutan menjadi asam organik, gula dan asam amino (Santoso, 2011).

2.5.2. Jenis-jenis Tumbuhan Penyerap Polutan a. Tumbuhan Penyerap Gas CO

Pada hasil penelitian Kusminingrum (2008), menguraikan beberapa jenis

tumbuhan yang dapat menyerap gas CO dengan konsentrasi rata-rata pada kontrol 0,72 ppm, yaitu:

Tabel 2.4. Tumbuhan Penyerap Gas CO Jenis Pohon

Nama Tumbuhan Rata-rata penguranagan CO

(%) Jenis Pohon

Ganitri (Eleocarpus sphaericus) 81,53

Bungur (Lagerstoma flos-reginae) 78,75

Cempaka (Michellia champaca) 73,33

Kembang Merak (Caesalpinia pulcherrima) 70,56 Saputangan (Maniltoa grandiflora) 70,28

Tanjung (Mimusops elengi) 69,58

Kupu-kupu (Bauhinia sp) 69,58

Acret (Spathoeda campanulata) 59,44

Asam Kanji (pithecellobium dulce) 37,08

Felicium (Filicium decipiens) 28,75

Galinggem (Bixa orellana) 23,47

Jenis Perdu

Iriansis (Impatien sp) 88,61

Dawolong (Acalypha compacta) 86,94

Nusa Indah Merah (Mussaenda erythrophylla) 81,94

Saliara (Lantana camara) 80,56

Oleander (Nerium Oleander) 80,56

Kacapiring (Gardenia jasminiodes) 80,56 Harendong (Melastoma malabathricum) 78,75 Wilkesiana Merah (Acalypha wilkesiana) 77,36

Anak Nakal (Durante erecta) 67,22

Walisongo (Schefflera arboricola) 67,08 Pecah beling (Sericocalyx crispus) 66,81

(25)

Nama Tumbuhan Rata-rata penguranagan CO (%)

Teh-tehan (Acalypha capilipes) 53,61

Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) 32,78 Jenis Semak

Philodendron (Philodendron sp) 92,22

Graphis Merah (Hemigraphis bicolor) 88,06

Myana (Eresine herbstii) 76,53

Maranta (Maranta sp) 73,47

Pentas (Pentas lanceodala) 71,94

Mutiara (Pilea cadierei) 69,31

Babayeman Merah (Aerva sanguinolenta) 68,06

Gelang (Portulaca grandiflora) 67,92

Rumput Gajah (Pennisentum purpureum) 51,67

Plumbago (Plumbago auriculata) 59,86

Pacing (Costus malortianus) 41,11

Kriminil Merah (Althenanthera ficoidea) 35,14 Sumber : Kusminingrum (2008)

b. Tumbuhan Penyerap CO2

Pada penelitian yang dilakukan oleh Endes N. Dahlan pada tahun 2007-2008, hasil risetnya menunjukkan beberapa tanaman yang mampu

menyerap gas CO2 dalam jumlah besar dalam kurun waktu satu tahun, yaitu:

Tabel 2.5. Tumbuhan Penyerap Gas CO2

Nama Tumbuhan Daya Serap (Kg/pohon/tahun)

Trembesi (Salmanea saman) 28.448,39

Cassia (Cassia sp) 5.295,47

Kenanga (Canangium odotarum) 758,59

Pingku (Dysoxylum excelsum) 720,49

Beringin (Ficus benyamina) 535,90

Krey Payung (Fellicium decipiens) 404,83

Matoa (Pornetia pinnata) 329,76

Mahoni (Swettiana mahagoni) 295,73

Saga (Adenanthera pavoniana) 221,18

Bungkur (Lagerstroema speciosa) 160,14

Jati (Tectona grandis) 135,27

Nangka (Arthocarpus heterophyllus) 126,51

Johar (Cassia Grandis) 116,25

Sirsak (Annona muricata) 75,29

(26)

Nama Tumbuhan Daya Serap (Kg/pohon/tahun)

Akasia (Acacia auriculiformis) 48,68

Flamboyan (Delonix regia) 42,20

Sawo Kecik (Manilkara Kauki) 36,19

Sumber : http://dian-dan-aulita.blogspot.com/(2012)

c. Tumbuhan Penyerap Debu

Jenis tumbuhan yang mampu menyerap debu adalah:

Tabel 2.6. Tumbuhan Penyerap Debu

Nama Tumbuhan Kemampuan Menyerap Debu

(g/m3)

Sumber : Tanjung dalam Santoso(2011) d. Tumbuhan Penyerap Gas NO2

Hasil penelitian Nasrullah dkk (2000) menunjukkan bahwa setiap tanaman

memilki kemampuan untuk menyerap gas NO2, berikut adalah jenis pohon yang diteliti dengan kemampuan serapan gas NO2:

Tabel 2.7. Tumbuhan Penyerap Gas NO2

Nama Tumbuhan Serapan NO2(µg/g)

Jenis Pohon

Dadap Kuning (Erythrina variegata) 68,31 Kaliandra (Caliandra surimenaris) 41,01)

Ki hujan (Samanea saman) 35,37

Jambu biji (Psidium guajava) 30,8

Bambu jepang (Bambusa vulgaris) 25,33

Kayu putih (Eucaliptus alba) 23,65

Kasia golden (Cassia bitflora) 22,85

Ayoga (Cassia sp.) 21,91

Duku (Lansium domesticum) 20,28

(27)

Nama Tumbuhan Serapan NO2(µg/g)

Lamtoro (Laucaena glauca) 12,2

Johar (Cassia siamea) 8,82

Beringin karet (Ficus elastica) 8,86

Palem merah (Crytostachys lakka) 7,97

Cemara papua (Cupressus papuana) 7,80

Nam-nam (Cyanometra cauliflora) 7,31

Bungur (Lagerstomia loudoni) 6,13

Bambu kuning (Phyllostachys sulphurea) 5,11 Glodogan tiang (Polytalia longifolia) 3,61 Jenis Semak

Lolipop Merah (Jacobina carnea) 100.02

Kihujan (Malphigia sp.) 93,28

Akalipa Merah (Acalypha wilkesiana) 64,80 Lolipop kuning (Pachystachys lutea) 61,70 Nusa indah merah (Mussaendah erythrophylla) 53,53 Daun mangkokan (Notophanax scultellarium) 46,07 Bogenvil merah (Bougainvillea glabra) 45,44

Kaca piring (Gardernia augusta) 45,29

Miana (Coleus blumei) 41,70

Hanjuang merah (Cordilyne terminalis) 36,34

Azalea (Rhododendron indicum) 35,95

Lantana ungu (Lantana camara) 35,14

Akalipa hijau-putih (Acalypha wilkesiana) 31,24 Sirih belanda (Scindapsus aureus) 25,63 Lengkuas merah (Alpinia purpurata) 24,55 Ixora daun besar (Ixora javanica) 23,86 Kedondong laut (Notophanax sarcofagus) 20,95

Bakung (Crinum asiaticum) 20,03

Palm kuning (Chrysalidocarpus lutescens) 19,48

Kana (Canna indica) 18,91

Bayam merah (Iresine herbstii) 18,86

Keladi putih (Caladium hortulanum) 18,50

Drasena (Deacaena fragans) 17,74

Alamanda (Allamanda cathartica) 17,63

Bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) 17,51

Sikas (Cycas revulata) 16,28

Gendarusa (Gendarusa vulgaris) 16,27

Bambu pangkas (Arundinaria pumila) 15,97

Pacing (Costus specious) 15,27

Teh-tehan (Acalypha macrophylla) 15,10

Serut (Carmona retusa) 13,67

Helikona oranye (helicona sp.) 13,60

Nona makan sirih (Cleodendron thomsone) 13,58

Tapak dara (Vinca rosea) 12,41

(28)

Nama Tumbuhan Serapan NO2(µg/g)

Palm kol (Licuala grandis) 11,93

Dollar-dollaran (Ficus respens) 11,76

Nusaindah putih (Mussaendah alba) 10,90

Agave hijau (Agave sisalana) 9,99

Sri rejeki (Aglonema nitidum) 7,59

Keladi hias (Caladium bicolor) 7,47

Stepanut (Stephanotis floribunda) 7,44

Pisang hias (Heliconia rosnata) 6,83

Mawar (Rosa chinensis) 6,60

Pakis haji (Cycas rumphii) 6,22

Mirten (Malphigia coccigyera) 5,53

Duranta kuning (Duranta repens) 4,48

Sambang darah (Excoecaria bicolor) 4,77

Kemuning (Muraya paniculata) 4,56

Salvia merah (Salvia splendeus) 4,23

Terang bulan (Duranta variegata) 4,11

Ixora daun kecil (Ixora chinensis) 4,11

Palm wregu (Rhapis excelsa) 3,40

Cendrawasih (Phyllantus niruri) 2,57

Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) 2,03

Sianto (Eugenia uniflora) 1,97

Jenis Tanaman Penutup Tanah

Kriminil Merah (Alternanthera ficoides) 24,06

Rumput Manila (Zoysia matrella) 22,58

Adam dan Hawa (Rhoeo discolor) 18,81

Rumput golf (Cynodon dactylon) 13,94

Rumput paetan (Axonopus compressus) 13,31 Kriminil putih (Alternanthera amoena) 9,96

Taiwan beauty (Cuphea mycrohylla) 9,72

Clorophytum hijau (Chlorophytum comosum) 9,50

Mutiara (Philea cardierei) 7,13

Clorophytum putih (Chlorophytum bachestii) 4,56 Lili paris putih (Ophiopogon jaburan) 2,38 Sumber : Nasrullah, dkk (2000)

e. Tumbuhan Penyerap Gas SO2

Hasil penelitian Dahlan (2007) pada beberapa lokasi pabrik dengan aktivitas peleburan bijih nikel adalah adanya serapan sulfur pada daun

(29)

Tabel 2.8. Tumbuhan Penyerap Gas SOx

Nama Tumbuhan S(%)

Uru (Ermerellia thyampacca) 0,1613

Kemiri (Aleurites moluccana) 0,1552

Ficus (Ficus sp.) 0,1552

Aghatis (Agathis dammara) 0,2391

Mangium (Acasia mangium) 0,2094

Biti (Vitex coffasus) 0,1548

Kayu Tanduk (Alsthonia spectabilis) 0,2075

Jambu (Psidium guava) 0,1796

Kokopu (Elaeocarphus sp.) 0,1804

Kayu Asah (Lithocarpus sp.) 0,1838

Makaranga (Macaranga triloba) 0,2190

Glochidon uttorate 0,2235

Gluchodion mollucanum 0,0593

Premna sp. 0,2258

Eucalyptus urograndis 0,3003

Betao (C. soulatri) 0,1756

Kayu hitam (Diospyros celebic) 0,2754

Kumea (Manilkara celebica) 0,2054

Agathis (A. damara) 0,2363

Trema tomenthosa 0,0515

Nangka (Artocarpus integra) 0,0987

Buri (Weinmannia devogelii) 0,2395

Mangium (Acasia mangium) 0,2848

Kapuk randu (Zeiba pteranda) 0,2420

Nyatoh (palaqium sp.) 0,1071

Trema love (Trema tomentosa) 0,2779

Spathodea (S. campanulata) 0,2767

Saga (Adenanthera pavonina) 0,2979

Uru (Emerellia thympaca) 0,2984

Macaranga (Macaranga triloba) 0,3361

Nyatoh batu (Palaqium sp.) 0,2954

Jambu daun lebar (P. guajava) 0,3219

Mataha(Calicarpa sp.) 0,3928

Kolak (Palaquium sp.) 0,3295

Betao (C. soulatri) 0,3557

Ficus (Ficus sp.) 0,3444

Trema (t. tremantosa) 0,2783

Kayu tanduk (Alsthonia spectabilis) 0,2401

Ficus (Ficus sp.) 0,1758

Betao (C.soulatri) 0,0727

Eucalyptus 0,1142

Bunu (Colana scabra) 0,0696

(30)

Nama Tumbuhan S(%)

Mahoni (Switania mahagoni) 0,1998

Kemiri (A. molluccana) 0,0933

K. Hitam (D. celebica) 0,0856

Betau daun kecil (C. soulatri) 0,0372

Trema (T. tomentosa) 0,0346

Trema love (T. tomentosa) 0,0233

Kayu Afrika (Maesopsis emioniii) 0,0792

Bitti (Vitex coffasus) 0,0311

Sumber : Dahlan (2007).

2.6. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian 1. Volume lalu lintas

2. Banyaknya pohon

1. Arah angin 3. Kelembaban 4. Suhu

Pengukuran kadar CO dan SO2 di udara

Memenuhi syarat baku mutu

Gambar

Tabel 2.2. Sumber Pencemaran CO
Tabel 2.3. Sumber Pencemaran SOx
Tabel 2.4. Tumbuhan Penyerap Gas CO Jenis Pohon
Tabel 2.5. Tumbuhan Penyerap Gas CO2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pokok penelitian yang digali dalam penelitian ini, yang menyangkut tentang bagaimana penggunaan blog sebagai media belajar di SMA Negeri 1 Way Jepara, maka yang

[r]

Setelah mengikuti penyuluhan ini masyarakat dapat memahami dan mengerti tentang Setelah mengikuti penyuluhan ini masyarakat dapat memahami dan mengerti tentang pentingnya

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini bertujuan menguji pengaruh personal background, penggetahuan dewan tentang anggaran, dan political culture terhadap

Trouble process pada waste waiting dapat diberikan rekomendasi perbaikan yaitu peningkatan kedisiplinan operator dalam menuliskan protokol proses pada saat

Di Nagan Raya, tepatnya di daerah Ulee Jalan Kecamatan Beutong terdapat beberapa jenis batu giok, seperti batu giok Nephrit, giok Jadiet, giok Serpentin ( Black Jade / Giok Hitam

3) Mahasiswa melengkapi persyaratan pengusulan judul berupa: bukti pelunasan pembayaran SPP dan kartu hasil studi. 4) Mahasiswa mengembalikan formulir usulan judul beserta

Dari berbagai pemahaman atas tinjauan pustaka mengenai IT Governance dan audit, dapat disimpulkan bahwa Audit IT Governance adalah suatu bagian dari tata kelola organisasi