• Tidak ada hasil yang ditemukan

LOTION PREPARATION FROM Piper betle L. ESSENTIAL OIL WITH THE ADDITION OF PATCHOULI OIL AS AN Aedes aegypti REPELLENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "LOTION PREPARATION FROM Piper betle L. ESSENTIAL OIL WITH THE ADDITION OF PATCHOULI OIL AS AN Aedes aegypti REPELLENT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

78

pengendalian vektor bertujuan agar rantai penularan dengan DEET.

dari DBD ini tidak berlanjut. Upaya ini salah Diantara berbagai tanaman obat yang satunya yaitu dengan cara penggunaan insektisida. digunakan sebagai insektisida, daun sirih adalah Insektisida dapat digolongkan menjadi dua jenis, salah satunya. Daun sirih dengan nama latin Piper yaitu insektisida alami dan sintetik. Pemberantasan betle L. merupakan salah satu jenis tanaman obat nyamuk dengan insektisida sintetik memiliki efek yang banyak tumbuh di Indonesia. Daun sirih

tersendiri. mengandung berbagai senyawa kimia seperti

Penggunaan insektisida sintetik dalam senyawa saponin, fenolik dan alkaloid. Selain prosesnya menggunakan senyawa kimiawi tunggal senyawa-senyawa tersebut, daun sirih juga memiliki yang apabila diterapkan pada nyamuk secara terus kandungan minyak atsiri dan dapat digunakan

7

menerus akan menyebabkan timbulnya resistensi sebagai insektisida. Minyak nilam (Pogostemon 3

senyawa tersebut pada nyamuk yang terpapar. cablin) mengandung berbagai bahan metabolit Insektisida yang populer di masyarakat biasanya sekunder seperti saponin, flavonoid, sesquiterpen

17

terdiri dari empat jenis sediaan, yaitu semprot, bakar, dan alkohol patchouli. Menurut penelitian yang elektrik dan losion. Obat nyamuk semprot dan bakar dilakukan oleh Widawati dan Eka, didapatkan hasil memiliki efek yang berbahaya untuk kesehatan bahwa minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat

18,19 18

karena dapat terhirup dan proses pembakaran yang fiksatif yang dapat mengikat wangi repelan. membuat oksigen dalam ruangan berkurang. Formulasi pembuatan insektisida dari daun

Insektisida semprot, bakar dan elektrik dapat sirih bisa melalui proses penyulingan atau ekstraksi. dengan mudah masuk ke sistem pernafasan menuju Penyulingan adalah suatu metode pemisahan paru-paru dan dapat diteruskan ke peredaran darah. senyawa kimia berdasarkan perbedaan kecepatan 8 Efeknya bisa bermacam-macam, seperti gangguan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.

9

saraf, liver, pernafasan, bahkan dalam penggunaan Menurut Eliningaya, senyawa yang diekstrak dari 4

jangka panjang dapat menimbulkan kanker. tanaman dapat menghasilkan minyak atsiri dari daun Obat nyamuk losion merupakan salah satu cengkeh diantaranya yaitu eugenol dan terbukti alternatif insektisida yang tidak terlalu mengganggu dapat dipakai untuk mengendalikan jentik dan 10 sistem pernafasan dikarenakan aplikasinya langsung nyamuk dewasa. Berdasarkan Agus Kardinan pada kulit manusia. Losion digunakan untuk minyak atsiri daun cengkeh memiliki eugenol menghindari gigitan serangga. Pada umumnya dengan kandungan 70-93% dan berpotensi untuk losion yang dijual di pasaran mengandung bahan mengusir nyamuk. Walaupun tidak sebesar daun aktif kimiawi yaitu DEET (diethyl toluamide). cengkeh, daun sirih juga merupakan salah satu DEET yang diperbolehkan di Indonesia hanya dalam tanaman yang memiliki eugenol, umumnya sirih

5 11

konsentrasi 15%. Seperti senyawa sintetik lain, mengandung 30% eugenol. Oleh karena itu, DEET pun memiliki efek negatif diantaranya efek penelitian ini akan menguji losion hasil modifikasi

6

iritasi pada kulit, urtikaria hingga ensefalopati. dari minyak atsri daun sirih sebagai repelan. Penggunaan minyak atsiri sebagai repelan secara Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi langsung kurang efektif karena sifat minyak atsiri losion minyak atsiri daun sirih sebagai repelan yang mudah menguap, maka perlu dibuat dalam terhadap nyamuk Ae. aegypti.

bentuk sediaan yang sesuai agar mudah dipakai dan

lebih tahan lama. Penggunaan bahan-bahan alami METODE

sebagai bahan aktif losion sudah mulai banyak Penelitian dilakukan dengan rancangan acak digunakan oleh berbagai penelitian sebagai salah lengkap dimana pengujian dilakukan pada kondisi satu cara untuk mencegah penyebaran DBD. yang disamakan dan dilakukan selama tahun 2013. Dalam penelitian ini, minyak atsiri akan Jenis penelitian yaitu penelitian eksperimental diformulasikan dalam bentuk losion dengan sederhana dengan desain post test only control group

12

penambahan zat fiksatif berupa minyak nilam. design. Nyamuk yang digunakan yaitu Ae. aegypti Losion berbentuk cair sehingga memudahkan bahan yang terdapat di Insektarium Laboratorium Loka aktif losion cepat menyebar sehingga dapat Litbang P2B2 Ciamis. Sampel penelitian adalah memberikan perlindungan pada pemakainya. nyamuk Ae. aegypti betina dari populasi. Sampel Penambahan zat fiksatif bertujuan agar efek didapatkan dengan metode purposive sampling, repelansi bisa bertahan lebih lama seperti losion yaitu pemisahan nyamuk Ae. aegypti jantan dari

SEDIAAN LOSION MINYAK ATSIRI Piper betle L. DENGAN PENAMBAHAN MINYAK NILAM SEBAGAI REPELAN NYAMUK Aedes aegypti

Mutiara Widawati* Loka Litbang P2B2 Ciamis

Jl. Raya Km 3 Kampung Kamurang Desa Babakan Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandara, Provinsi Jawa Barat, Indonesia

*E_mail: mutiara_w61@yahoo.com

Received date: 28/3/2014, Revised date: 7/11/2014, Accepted date: 11/11/2014

LOTION PREPARATION FROM Piper betle L. ESSENTIAL OIL WITH THE ADDITION OF PATCHOULI OIL AS AN Aedes aegypti REPELLENT

ABSTRAK

Daun Sirih (Piperbetle L.) merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku repelan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi minyak atsiri dari daun sirih dengan penambahan minyak nilam sebagai repelan. Penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design dilakukan tahun 2013, menggunakan sampel nyamuk

Ae. aegypti betina lapar darah. Konsentrasi digunakan yaitu 2%, untuk kontrol positif digunakan losion DEET dengan ulangan lima kali. Lengan diolesi losion sirih selanjutnya dimasukkan pada kurungan berisi 100 ekor nyamuk uji, kemudian dihitung rata-rata jumlah nyamuk hinggap selama lima menit pengamatan setiap jam periode (uji efikasi repelan dilakukan selama 6 jam). Pada kondisi yang sama, diujikan pula losion biasa tanpa minyak sirih dan fiksatif yang dioleskan ke lengan yang lain terhadap nyamuk Ae. aegypti (kontrol negatif). Efektifitas penolakan hinggapan nyamuk Ae. aegypti dianalisis menggunakan daya proteksi, kemudian dianalisis lebih lanjut dengan uji paired t-test. Losion sirih hasil modifikasi yang dioleskan pada lengan mampu menolak hinggapan nyamuk Ae. aegypti. Losion sirih dengan penambahan minyak nilam memiliki daya proteksi rata-rata 90,33%. Walaupun daya proteksi losion sirih tidak berbeda secara nyata dengan daya proteksi DEET, tetapi masih memenuhi syarat efektivitas repelan. Minyak sirih dengan penambahan minyak nilam berpotensi untuk digunakan sebagai repelan terhadap nyamuk Ae. aegypti.

Kata kunci: losion, daun sirih, minyak nilam, repelan, Aedes aegypti

ABSTRACT

Betel leaf (Piper betle L.) is a plant that can be used as raw material for repellent. This study aimed to determine the potential of essential oil of betle leaf with a modified formulation by adding patchouli oil as a repellent. This study was an experimental study with a post-test only control group design done in 2013 and using samples of blood hungry Ae. aegypti females. The concentration used is 2%, DEET lotion for the positive control repellent with five times repetition. Arms that have been smeared by lotion then put in a cage containing 100 of mosquitoes, and then the average number of mosquitoes that land on each treatment on observations ranging from 1 hour to up to six hours were calculated. At the same condition, also tested regular lotion without betle oil and fixative, this data is used as a negative control. Aedes aegypti repellent effectiveness were analyzed using power protection. The data were analyzed further with paired t-test. The modified betle lotion is applied to the arm to resist the perch of Ae. aegypti, and effectively used as repellent. Betle lotion by adding patchouli oil has 90.33% power protection. Although power protection of betel lotion not significantly different with power protection of DEET, but it still

qualify repellent effectiveness. Betle oil by adding of patchouli oil has the potential to be used as repellent against Ae. aegypti.

Keywords: lotion, Piper betle L. leaf, patchouli oil, repellent, Aedes aegypti

PENDAHULUAN cenderung tinggi dari tahun ke tahun dengan nilai

Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor CFR (Case Fatality Rate) rata-rata di atas 1% per 2

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). DBD lima tahun.

merupakan salah satu penyakit menular yang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya memiliki tingkat endemisitas tinggi di negara tropis untuk menurunkan angka kejadian DBD di dan hingga kini tiap tahun selalu memiliki Indonesia. Ada dua upaya utama yang dilakukan

1

(2)

pengendalian vektor bertujuan agar rantai penularan dengan DEET.

dari DBD ini tidak berlanjut. Upaya ini salah Diantara berbagai tanaman obat yang satunya yaitu dengan cara penggunaan insektisida. digunakan sebagai insektisida, daun sirih adalah Insektisida dapat digolongkan menjadi dua jenis, salah satunya. Daun sirih dengan nama latin Piper

yaitu insektisida alami dan sintetik. Pemberantasan betle L. merupakan salah satu jenis tanaman obat nyamuk dengan insektisida sintetik memiliki efek yang banyak tumbuh di Indonesia. Daun sirih tersendiri. mengandung berbagai senyawa kimia seperti Penggunaan insektisida sintetik dalam senyawa saponin, fenolik dan alkaloid. Selain prosesnya menggunakan senyawa kimiawi tunggal senyawa-senyawa tersebut, daun sirih juga memiliki yang apabila diterapkan pada nyamuk secara terus kandungan minyak atsiri dan dapat digunakan

7

menerus akan menyebabkan timbulnya resistensi sebagai insektisida. Minyak nilam (Pogostemon

3

senyawa tersebut pada nyamuk yang terpapar. cablin) mengandung berbagai bahan metabolit Insektisida yang populer di masyarakat biasanya sekunder seperti saponin, flavonoid, sesquiterpen

17

terdiri dari empat jenis sediaan, yaitu semprot, bakar, dan alkohol patchouli. Menurut penelitian yang elektrik dan losion. Obat nyamuk semprot dan bakar dilakukan oleh Widawati dan Eka, didapatkan hasil memiliki efek yang berbahaya untuk kesehatan bahwa minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat

18,19 18

karena dapat terhirup dan proses pembakaran yang fiksatif yang dapat mengikat wangi repelan. membuat oksigen dalam ruangan berkurang. Formulasi pembuatan insektisida dari daun

Insektisida semprot, bakar dan elektrik dapat sirih bisa melalui proses penyulingan atau ekstraksi. dengan mudah masuk ke sistem pernafasan menuju Penyulingan adalah suatu metode pemisahan paru-paru dan dapat diteruskan ke peredaran darah. senyawa kimia berdasarkan perbedaan kecepatan

8

Efeknya bisa bermacam-macam, seperti gangguan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.

9

saraf, liver, pernafasan, bahkan dalam penggunaan Menurut Eliningaya, senyawa yang diekstrak dari

4

jangka panjang dapat menimbulkan kanker. tanaman dapat menghasilkan minyak atsiri dari daun Obat nyamuk losion merupakan salah satu cengkeh diantaranya yaitu eugenol dan terbukti alternatif insektisida yang tidak terlalu mengganggu dapat dipakai untuk mengendalikan jentik dan

10

sistem pernafasan dikarenakan aplikasinya langsung nyamuk dewasa. Berdasarkan Agus Kardinan pada kulit manusia. Losion digunakan untuk minyak atsiri daun cengkeh memiliki eugenol menghindari gigitan serangga. Pada umumnya dengan kandungan 70-93% dan berpotensi untuk losion yang dijual di pasaran mengandung bahan mengusir nyamuk. Walaupun tidak sebesar daun aktif kimiawi yaitu DEET (diethyl toluamide). cengkeh, daun sirih juga merupakan salah satu DEET yang diperbolehkan di Indonesia hanya dalam tanaman yang memiliki eugenol, umumnya sirih

5 11

konsentrasi 15%. Seperti senyawa sintetik lain, mengandung 30% eugenol. Oleh karena itu, DEET pun memiliki efek negatif diantaranya efek penelitian ini akan menguji losion hasil modifikasi

6

iritasi pada kulit, urtikaria hingga ensefalopati. dari minyak atsri daun sirih sebagai repelan. Penggunaan minyak atsiri sebagai repelan secara Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi langsung kurang efektif karena sifat minyak atsiri losion minyak atsiri daun sirih sebagai repelan yang mudah menguap, maka perlu dibuat dalam terhadap nyamuk Ae. aegypti.

bentuk sediaan yang sesuai agar mudah dipakai dan

lebih tahan lama. Penggunaan bahan-bahan alami METODE

sebagai bahan aktif losion sudah mulai banyak Penelitian dilakukan dengan rancangan acak digunakan oleh berbagai penelitian sebagai salah lengkap dimana pengujian dilakukan pada kondisi satu cara untuk mencegah penyebaran DBD. yang disamakan dan dilakukan selama tahun 2013. Dalam penelitian ini, minyak atsiri akan Jenis penelitian yaitu penelitian eksperimental diformulasikan dalam bentuk losion dengan sederhana dengan desain post test only control group

12

penambahan zat fiksatif berupa minyak nilam. design. Nyamuk yang digunakan yaitu Ae. aegypti

Losion berbentuk cair sehingga memudahkan bahan yang terdapat di Insektarium Laboratorium Loka aktif losion cepat menyebar sehingga dapat Litbang P2B2 Ciamis. Sampel penelitian adalah memberikan perlindungan pada pemakainya. nyamuk Ae. aegypti betina dari populasi. Sampel Penambahan zat fiksatif bertujuan agar efek didapatkan dengan metode purposive sampling,

SEDIAAN LOSION MINYAK ATSIRI Piper betle L. DENGAN PENAMBAHAN MINYAK NILAM SEBAGAI REPELAN NYAMUK Aedes aegypti

Mutiara Widawati* Loka Litbang P2B2 Ciamis

Jl. Raya Km 3 Kampung Kamurang Desa Babakan Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandara, Provinsi Jawa Barat, Indonesia

*E_mail: mutiara_w61@yahoo.com

Received date: 28/3/2014, Revised date: 7/11/2014, Accepted date: 11/11/2014

LOTION PREPARATION FROM Piper betle L. ESSENTIAL OIL WITH THE ADDITION OF PATCHOULI OIL AS AN Aedes aegypti REPELLENT

ABSTRAK

Daun Sirih (Piperbetle L.) merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku repelan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi minyak atsiri dari daun sirih dengan penambahan minyak nilam sebagai repelan. Penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design dilakukan tahun 2013, menggunakan sampel nyamuk

Ae. aegypti betina lapar darah. Konsentrasi digunakan yaitu 2%, untuk kontrol positif digunakan losion DEET dengan ulangan lima kali. Lengan diolesi losion sirih selanjutnya dimasukkan pada kurungan berisi 100 ekor nyamuk uji, kemudian dihitung rata-rata jumlah nyamuk hinggap selama lima menit pengamatan setiap jam periode (uji efikasi repelan dilakukan selama 6 jam). Pada kondisi yang sama, diujikan pula losion biasa tanpa minyak sirih dan fiksatif yang dioleskan ke lengan yang lain terhadap nyamuk Ae. aegypti (kontrol negatif). Efektifitas penolakan hinggapan nyamuk Ae. aegypti dianalisis menggunakan daya proteksi, kemudian dianalisis lebih lanjut dengan uji paired t-test. Losion sirih hasil modifikasi yang dioleskan pada lengan mampu menolak hinggapan nyamuk Ae. aegypti. Losion sirih dengan penambahan minyak nilam memiliki daya proteksi rata-rata 90,33%. Walaupun daya proteksi losion sirih tidak berbeda secara nyata dengan daya proteksi DEET, tetapi masih memenuhi syarat efektivitas repelan. Minyak sirih dengan penambahan minyak nilam berpotensi untuk digunakan sebagai repelan terhadap nyamuk Ae. aegypti.

Kata kunci: losion, daun sirih, minyak nilam, repelan, Aedes aegypti

ABSTRACT

Betel leaf (Piper betle L.) is a plant that can be used as raw material for repellent. This study aimed to determine the potential of essential oil of betle leaf with a modified formulation by adding patchouli oil as a repellent. This study was an experimental study with a post-test only control group design done in 2013 and using samples of blood hungry Ae. aegypti females. The concentration used is 2%, DEET lotion for the positive control repellent with five times repetition. Arms that have been smeared by lotion then put in a cage containing 100 of mosquitoes, and then the average number of mosquitoes that land on each treatment on observations ranging from 1 hour to up to six hours were calculated. At the same condition, also tested regular lotion without betle oil and fixative, this data is used as a negative control. Aedes aegypti repellent effectiveness were analyzed using power protection. The data were analyzed further with paired t-test. The modified betle lotion is applied to the arm to resist the perch of Ae. aegypti, and effectively used as repellent. Betle lotion by adding patchouli oil has 90.33% power protection. Although power protection of betel lotion not significantly different with power protection of DEET, but it still

qualify repellent effectiveness. Betle oil by adding of patchouli oil has the potential to be used as repellent against Ae. aegypti.

Keywords: lotion, Piper betle L. leaf, patchouli oil, repellent, Aedes aegypti

PENDAHULUAN cenderung tinggi dari tahun ke tahun dengan nilai

Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor CFR (Case Fatality Rate) rata-rata di atas 1% per

2

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). DBD lima tahun.

merupakan salah satu penyakit menular yang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya memiliki tingkat endemisitas tinggi di negara tropis untuk menurunkan angka kejadian DBD di dan hingga kini tiap tahun selalu memiliki Indonesia. Ada dua upaya utama yang dilakukan

1

(3)

kandang dan dilanjutkan dengan random sampling stearat, lanolin dimasukkan kedalam cawan porselen dimana nyamuk Ae. aegypti betina di kandang (bagian I), dilebur di atas penangas air hingga suhu diambil secara acak. Seratus ekor nyamuk digunakan 75oC, metil paraben dilarutkan kedalam aquades untuk perlakuan, ulangan dilakukan sebanyak lima panas, lalu ditambah gliserin, trietanolamin (T.E.A) kali dan satu kontrol positif sehingga total sampel (bagian II). Kemudian dimasukkan bagian I ke dalam nyamuk yang digunakan sebanyak 600 ekor lumpang porselen panas, lalu ditambahkan bagian II,

13

nyamuk. diaduk sampai homogen. Untuk formulasinya, Nyamuk yang digunakan yaitu nyamuk d iti m bang minyak sirih sesuai formula, kemudian

Ae. aegypti betina berumur 3-5 hari, hanya diberi ditambahkan basis losion hingga mencapai 100 g, pakan gula. Nyamuk uji kenyang darah dan yang diaduk homogen dan dimasukkan ke dalam wadah mati tidak digunakan dalam penelitian ini. Pengujian yang sesuai. Sambil diaduk hingga homogen untuk dilakukan selama enam jam. Daya proteksi dari mendapatkan formula losion anti nyamuk dengan

13

masing-masing perlakuan dihitung dengan rumus: konsentrasi yang optimum, kemudian pH dicek. Setelah semua campuran bahan tercampur homogen kemudian ditambahkan air suling hingga 100% (b/b). Pada saat pengujian, suhu tubuh probandus, suhu lingkungan, kelembaban lingkungan dan cara Keterangan : pengolesan dibuat sehomogen mungkin.

DP : daya proteksi

K : jumlah nyamuk yang hinggap pada lengan Analisis Data

kanan (kontrol negatif) Data daya proteksi dianalisis lebih lanjut R : jumlah nyamuk yang hinggap pada lengan dengan uji paired t-test menggunakan program SPSS kiri (perlakuan) 17, untuk mengetahui perbedaan daya proteksi

antara pengolesan losion sirih dan DEET. Uji pendahuluan dilakukan terlebih dahulu

untuk mengetahui jumlah volume pengolesan losion HASIL

ke lengan dan didapatkan jumlah optimal yaitu Suhu tubuh, suhu ruang dan kelembaban sebanyak 1 mg. Sebanyak 1 mg losion dioleskan dari ruang uji merupakan variabel pengganggu ujung jari hingga siku lengan kiri, dan sebanyak 1 mg dikarenakan dapat berpengaruh pada kondisi losion tanpa minyak atsiri dioleskan sebagai kontrol. nyamuk dan kondisi probandus. Besarnya variabel Konsentrasi yang digunakan yaitu 2%, untuk kontrol ini sulit untuk dikendalikan. Rata-rata suhu tubuh, positif digunakan losion DEET sebagai repelan. suhu ruang dan kelembaban ruang disajikan pada Lengan kanan dan kiri dimasukan secara bergantian Tabel 1.

ke dalam kandang uji. Uji dilakukan selama 5 menit

13 Tabel 1. Rata-rata Suhu Tubuh, Suhu Ruang dan

per lengan diawal jam selama 6 jam. Jumlah

Kelembaban Ruang nyamuk yang hinggap di lengan pada perlakuan dan

kontrol dihitung per jam dan menjadi variabel terikat. Data hinggapan nyamuk di lengan diolah lebih lanjut untuk mendapatkan nilai daya proteksi.

Metode Pembuatan Losion

Hasil pengujian selama 6 jam dari awal Basis losion dibuat dengan ditimbang semua

pengolesan (0 jam) hingga jam ke-6 menunjukkan bahan yang diperlukan yaitu: acetil alkohol, asam

Perlakuan Suhu Tubuh (oC)

Suhu Ruang (oC)

Kelembaban Ruang (%)

DEET 35.84 27.28 90

Losion 35.92 27.28 90

Tabel 2. Rata-rata Daya Proteksi Losion Minyak Atsiri Daun Sirih dengan Penambahan Minyak Nilam Terhadap Nyamuk

Ae. aegypti

No Perlakuan Daya Proteksi (%), pada jam ke Rata -rata

0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam 6 jam

1 DEET 100 100 100 100 80 80.77 85.37 92.31

2 Losion 100 100 98.64 96.89 76.06 80.15 80.6 90.33

76

DAFTAR PUSTAKA 11. Focks DA. A review of entomological sampling

methods and indicators for dengue vectors. 1. Nugroho FS. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

UNICEF/UNDP/WORLD BANK/WHO; 2003. keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa

Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 12. Wati WE. Beberapa faktor yang berhubungan dengan [ D i a k s e s 6 A p r i l 2 0 1 0 ] . D i u n d u h d a r i : kejadian demam berdarah dengue (DBD) di http://etd.eprints.ums.ac.id. Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan 2. Siregar FA. Epidemiologi dan pemberantasan demam

Universitas Muhammadiyah; 2009. berdarah dengue (DBD) di Indonesia. [Diakses 2

A g u s t u s 2 0 1 0 ] . D i u n d u h d a r i : 13. Astuti D. Upaya pemantauan nyamuk Aedes aegypti

http://respiratory.usu.ac.id. dengan pemasangan ovitrap di Desa Gonilan Kartasura Sukoharjo. Warta. 2008; 11 (1): 90-8. 3. Putra AE. Faktor lingkungan dan perilaku kesehatan

yang berhubungan dengan endemisitas demam 14. Adrial. Beberapa aspek indikator entomologi nyamuk berdarah dengue: studi di wilayah kerja di Puskesmas Aedes spp. dalam rangka perencanaan pengendalian Pandian dan Pamolokan Kabupaten Sumenep. vektor penyakit demam berdarah dengue (DBD) di [Diakses 2 Agustus 2010]. Diunduh dari: Kecamatan Padang Barat, Kodya Padang. Majalah http://www.adln.lib.unair.ac.id. Kedokteran Andalas. 2006; 30 (2): 59-68.

4. Sitorus H dan Ambarita LP. Pengamatan larva Aedes 15. Salim M dan Febrianto. Survei jentik Aedes aegypti

di Desa Sukaraya Kabupaten Oku dan di Dusun di Desa Saungnaga Kec. Oku Tahun 2005. [Diakses 7 Martapura Kabupaten Oku Timur tahun 2004. Media Maret 2011]. Diunduh dari: http://www.scribd.com/. Litbang Kesehatan. 2007; XVII (2): 28-33. 16. Rasyad SL. Perbedaan house index, container index,

5. Fitriani SM dan Keman S. Perbedaan kepadatan breteau index di daerah endemis, sporadis, dan jentik Aedes aegypti pada daerah endemis, sporadis, potensial demam berdarah dengue Kecamatan dan potensial DBD di wilayah kerja Puskesmas Banyumanik Kotamadya Semarang. [Diakses 3 Kedungwaru Kabupaten Tulungagung. Skripsi. M a r e t 2 0 1 1 ] . D i u n d u h d a r i : Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat http://eprints.undip.ac.id/5104/.

Universitas Airlangga; 2009. 17. Wuryadi S. Masalah penyakit demam berdarah

6. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Laporan kasus dengue pada Pelita VI. Majalah Cermin Dunia DBD Kota Semarang. Semarang: Seksi P2P. Kedokteran. 1995; 101.

7. Santoso dan Budiyanto A. Hubungan pengetahuan, 18. Roose A. Hubungan sosiodemografi dan lingkungan sikap dan perilaku (PSP) masyarakat terhadap vektor dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue DBD di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. (DBD) di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Jurnal Ekologi Kesehatan. 2008; 7 (2): 732-39. Tahun 2008. Tesis. Medan: Universitas Sumatera

Utara; 2008. 8. Kementerian Kesehatan RI. Modul pengendalian

demam berdarah dengue. Jakarta: Dirjen P2PL; 2011. 19. Yuswulandary V. Karakteristik penderita demam berdarah dengue di wilayah kerja Dinas Kesehatan 9. Purnama SG. Pengendalian vektor DBD. [Diakses 16

Kota Lhokseumawe dan kegiatan pemberantasannya Juli 2010]. Diunduh dari: http://staff.unud.ac.id.

tahun 2003-2007. Skripsi. Medan: Universitas 10. Departemen Kesehatan RI. Pencegahan dan

Sumatera Utara; 2008. pemberantasan demam berdarah dengue di Indonesia.

(4)

Tabel 3. Hasil Uji Beda Daya Proteksi Losion Sirih dan Repelan nyamuk losion sirih yang dibuat pada DEET Terhadap Nyamuk Ae. aegypti penelitian ini terfokus pada palpi dan antena

nyamuk, dikarenakan palpi dan antena nyamuk sangat peka terhadap aroma dari senyawa eugenol. Jika aroma ekstrak tanaman dapat menutupi bau tubuh manusia sehingga mengganggu kemampuan

15

nyamuk untuk mendeteksi manusia.

Walaupun berdasarkan uji statistik antara Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

rata-losion sirih dan DEET menunjukkan tidak berbeda rata daya proteksi DEET dan losion sirih tidak

walaupun DEET memiliki daya proteksi yang lebih macam diversitas spesies tanaman merupakan

besar, akan lebih bijaksana jika penggunaan losion sumber bahan pembuat repelan dan insektisida

sirih ini dapat menjadi alternatif dari DEET. nyamuk yang aman dan dapat terdegradasi oleh

Masalah utama dari anti nyamuk alami yaitu alam. Repelan yang terbuat dari bahan alam tidak

daya tahannya yang sangat jauh berbeda dengan berbahaya dan beracun terhadap manusia, hewan

DEET. Beberapa hasil penelitian menunjukkan dan alam. Produk alam lebih aman jika dibandingkan

jarang terdapat bahan alami yang memenuhi

16

dengan produk kimia buatan.

ketentuan efektivitas repelan. Penelitian ini Hasil penelitian menunjukan DEET dan

membuktikan bahwa modifikasi pada formulasi losion sirih memiliki rata-rata daya proteksi di atas

sediaan yaitu dengan penambahan zat fiksatif berupa 90% selama 6 jam terhadap nyamuk Ae. aegypti.

minyak nilam dapat meningkatkan potensi bahan Walaupun jumlah hinggapan nyamuk menurun

alam untuk dijadikan repelan. cukup drastis pada jam ke empat, tetapi dikarenakan

Beberapa penelitian tentang uji repelan telah pada kontrol pun terjadi hal yang serupa, maka tidak 9 7

dilakukan, diantaranya oleh Eliningaya, Aminah, terlalu mempengaruhi besarnya daya proteksi. Pada 15 16

Kardinan, Sharma dan Ansari. Akan tetapi, jam ke empat saat pengujian terjadi setelah jam 12

perbandingan hasil langsung diantara uji-uji repelan siang, mulai terjadi penurunan aktifitas nyamuk, hal

ini tidak dapat dilakukan dikarenakan adanya ini dikarenakan setelah jam 12 siang merupakan

perbedaan spesies nyamuk yang digunakan dan masa istirahat nyamuk sehingga hinggapan nyamuk

terdapatnya perbedaan protokol uji, yang berujung

14

mulai berkurang. Daun sirih mengandung berbagai

pada perbedaan waktu proteksi. Waktu proteksi yang senyawa kimia seperti senyawa saponin, fenolik dan

didapatkan pada penelitian ini tidak dapat dianggap alkaloid. Selain senyawa-senyawa tersebut, daun

sebagai nilai estimasi proteksi absolut, karena sirih juga memiliki kandungan minyak atsiri, dan

penelitian ini menggunakan produk buatan terhadap

7

dapat digunakan sebagai insektisida. Berdasarkan

Ae. aegypti yang diuji pada kondisi laboratorium.

11

penelitian yang dilakukan oleh Ido, umumnya sirih

Perlu digaris bawahi juga bahwa efektifitas produk mengandung 30% eugenol.

ini bisa saja berbeda jika diterapkan di lapangan.

9

Berdasarkan penelitian Eliningaya, senyawa

P e n g e n d a l i a n v e k t o r D B D d e n g a n eugenol yang diekstrak dari minyak atsiri daun

menggunakan repelan alami hasil penambahan cengkeh terbukti dapat dipakai untuk mengendalikan

bahan lain merupakan salah satu alternatif dari jentik dan nyamuk dewasa. Selain itu, menurut

berbagai cara yang sering digunakan. Tetapi akan penelitian Kardinan, minyak atsiri daun cengkeh

lebih baik jika dilakukan secara bersama-sama, dari memiliki eugenol dengan kandungan 70-93% dan

segi lingkungan, biologi, fisik dan kimianya. Jika berpotensi untuk mengusir nyamuk. Walaupun tidak

cara-cara untuk mengendalikan nyamuk Ae. aegypti

sebesar daun cengkeh, daun sirih juga memiliki

ini dilakukan dengan seksama, maka angka kejadian kandungan eugenol dan setelah ditambahkan dengan

DBD tentunya akan berkurang. minyak nilam terbukti berpotensi menjadi repelan

nyamuk Ae. aegypti.

No Perlakuan Rata -rata Standar

Deviasi dF p

1 DEET 92.31 9.74 6 0.037

2 Losion Sirih 90.33 10.81

Rasyad pada tahun 1997 di Kecamatan Banyumanik yang paling tinggi dimiliki daerah sporadis, Kota Semarang yang menyatakan bahwa Angka HI, kemudian diikuti daerah endemis, dan yang paling CI, BI di daerah endemis lebih rendah daripada rendah di daerah potensial. Di daerah endemis angka

16

daerah sporadis. Upaya pemerintah dalam DF mempunyai skala 5, artinya daerah ini mengantisipasi kenaikan dan penyebaran penyakit mempunyai risiko penularan sedang. Di daerah DBD melalui program pencegahan/pemberantasan sporadis angka DF mempunyai skala 7, artinya dilakukan berdasarkan prioritas. Daerah wabah akan daerah ini mempunyai risiko penularan tinggi. Di mendapat prioritas utama, disusul daerah endemis, daerah potensial angka DF mempunyai skala 4,

17

sporadis, dan terakhir daerah potensial. Oleh karena artinya daerah ini mempunyai risiko penularan daerah endemis DBD sudah mendapat intervensi sedang. Daerah yang memiliki risiko tinggi dari pemerintah setempat, maka kepadatan jentik di penularan DBD merupakan daerah sporadis, bukan daerah endemis lebih rendah. Hal ini menunjukkan daerah endemis. Daerah endemis dalam penelitian keberhasilan program pemerintah dalam ini mengambil daerah penelitian di Kelurahan menurunkan angka kepadatan jentik di daerah Sendangmulyo karena daerah ini merupakan daerah endemis DBD. Selain itu, sebagian besar penduduk dengan kasus DBD paling tinggi di Kota Semarang. Kelurahan Sendangmulyo memiliki tingkat Walaupun Kelurahan Sendangmulyo terdapat kasus pendidikan yang tinggi. Masyarakat dengan DBD tinggi dan tergolong daerah endemis, daerah pendidikan tinggi diharapkan lebih banyak ini memiliki kepadatan jentik yang tergolong sedang mengetahui informasi tentang upaya pencegahan berdasarkan nilai DF yang didapat. Kepadatan jentik

18

terjadinya DBD dari berbagai sumber dan media. dalam penelitian ini tidak berkorelasi dengan Adanya pengetahuan masyarakat tentang DBD akan stratifikasi endemisitas wilayah DBD. Salah satu hal mendorong masyarakat dalam melakukan upaya yang berperan dalam hal ini yaitu mobilitas pencegahan DBD misalnya kegiatan PSN sebagai penduduk. Mobilitas penduduk sangat berpengaruh upaya pengendalian vektor, sehingga dapat terhadap penularan DBD. Mobilitas penduduk akan menurunkan angka kepadatan jentik. memudahkan penularan dari suatu tempat ke tempat Kepadatan jentik di Kelurahan Terboyo yang lainnya. Semakin tinggi mobilitas makin besar

1 9

Wetan tergolong tinggi. Berdasarkan hasil kemungkinan penyebaran penyakit DBD. penelitian, jenis kontainer yang paling banyak Tingginya kasus DBD di Kelurahan Sendangmulyo ditemukan di Kelurahan Terboyo Wetan berupa bak dapat dipengaruhi adanya mobilitas penduduknya mandi/WC. Bak mandi merupakan tempat yang tinggi. Penularan DBD dapat terjadi di sekolah,

4

perkembangbiakan nyamuk yang potensial. Bak tempat kerja, pasar, rumah sakit, saat berkunjung ke mandi mempunyai ukuran yang cukup besar rumah saudara, dan sebagainya.

sehingga air yang ada di dalam bak mandi tidak cepat

dikuras. Kondisi bak mandi yang berada di dalam KESIMPULAN

rumah sangat menguntungkan nyamuk Aedes untuk Angka kepadatan jentik Aedes sp. di daerah berkembang biak karena kurangnya cahaya dari luar. endemis lebih rendah daripada daerah sporadis Keadaan rumah yang sedikit gelap dengan suhu yang DBD. Kepadatan jentik tidak berkorelasi dengan tidak terlalu tinggi atau rendah, serta kelembaban stratifikasi endemisitas wilayah DBD. Daerah udara di dalam rumah yang lebih tinggi juga endemis belum tentu kepadatan jentiknya tinggi,

4

mendukung perkembangbiakan nyamuk. sehingga tingginya kasus tidak dipengaruhi oleh Kepadatan jentik di Kelurahan Pesantren kepadatan jentik tetapi dapat dipengaruhi faktor-paling rendah. Sebagian besar rumah di kelurahan faktor lain seperti mobilitas penduduk.

tersebut tidak mempunyai tempat penampungan air

berupa bak mandi, tetapi lebih banyak memakai SARAN

ember sebagai tempat penampungan air untuk Perlu dilakukan intervensi untuk pencegahan keperluan sehari-hari. Ember memiliki ukuran penyakit DBD dan pengendalian vektor nyamuk relatif kecil sehingga air akan cepat habis dan lebih yang tidak hanya dilakukan pada daerah endemis sering diganti dengan air yang baru. Hal ini akan saja, tetapi juga daerah sporadis dan potensial DBD. meminimalkan siklus hidup nyamuk. Peran aktif masyarakat dalam kegiatan PSN penting

(5)

KESIMPULAN 11. Suryana I. Pengujian aktivitas ekstrak daun sirih

Losion sirih dengan penambahan minyak (Piper betle linn) terhadap Rhizoctonia sp. secara in nilam berpotensi menjadi repelan nyamuk vitro. Bul. Littro. 2009; 20 (1): 92-8.

Ae. aegypti dengan daya proteksi rata-rata sebesar 12. Pratiknyo AWatik. Dasar-dasar metode penelitian 90,33%. kedokteran dan kesehatan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada; 2003. SARAN

13. Komisi Pestisida Departemen Pertanian. Metode Penelitian ini membuka kemungkinan

standar pengujian efikasi pestisida (pengujian efikasi penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek

insektisida terhadap larva nyamuk). Jakarta: modifikasi formulasi repelan dari jenis tanaman

Departemen Pertanian; 1995. h. 7-8. pengusir nyamuk yang lain.

14. Soegijanto S. Demam berdarah dengue edisi kedua. Surabaya: Airlangga University Press; 2006.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada 15. Kardinan A. Potensi selasih sebagai repelan terhadap rekan-rekan peneliti dan teknisi yang membantu nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Litri. 2007; 13(2): 39-dalam pelaksanaan penelitian ini. 42.

16. Sharma VP, Ansari MA. Personal protection from DAFTAR PUSTAKA

mosquitoes (Diptera: Culicidae) by burning neem oil 1. Sudarto. Entomologi kedokteran. Jakarta: in kerosene. Indian Med Entomol. 1994; 31(3):

505-EGC;1992, h 96 -105. 507.

2. Depkes RI. Laporan kasus DBD. Jakarta: Subdit 17. Shinta. Potensi minyak atsiri daun nilam Arbovirus Ditjen PPM & PLP; 2009. (Pogostemon cablin B.), daun babadotan (Ageratum

conyzoides L.), bunga kenanga (Cananga odorata

3. Arifin M. Resistensi Aedes aegypti terhadap

hook F & Thoms) dan daun rosemarry (Rosmarinus

insektisida. [Diakses 27 Mei 2012]. Diunduh dari:

officinalis L.) sebagai repelan terhadap nyamuk http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/03/resiste

Aedes aegypti L. Media Litbang Kesehatan. 2012; 22 nsi-aedes-aegypti.html.

(2): 61-9. 4. Hasyimi M, Sukowati S, Kusriastuti R,

18. Widawati M, Santi M. 2013. The effectiveness of Muchlastriningsih E. Situasi vektor demam

fixative addition on Zodia (Evodia suaveolens S.) and berdarah saat kejadian luar biasa (KLB) di

rosemary (Rosmarinus officinalis L.) gel against Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Media

Aedes aegypti. Health Science Journal of Indonesia. Litbang Kesehatan. 2005; XV (2); 32-8.

2013; 4 (2): 103-6. 5. Ditjen POM, Depkes RI. Formularium kosmetika

19. Hutagaol L, Darma GCE. Pengaruh penambahan Indonesia. Jakarta : Depkes RI; 1985.

minyak nilam (Patchouli oil) sebagai fiksatif 6. Koreng G, Matsui D, Bailey B. DEET based insect

terhadap stabilitas aroma parfum melon dan maskulin repelans safety implications for children, pregnant

pada saat pemakaiannya. Laporan Penelitian. Jakarta: and lactating women. Canadian Medical Association

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila; 2007. Journal. 2003; 169: 209-12.

7. Aminah SN. Evaluasi tiga jenis tumbuhan sebagai insektisida dan repellant terhadap nyamuk di laboratorium. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 1995.

8. Ma'mun. Identifikasi Kimiawi Tumbuhan Obat. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat; 2012.

9. Eliningaya JK. Etnobotanical study of some of mosquito repelan plants in north eastern Tanzania. Malaria Journal. 2008; 7: 152.

10. Kardinan A. Pestisida nabati ramuan dan aplikasi. Jakarta: PT Penebar Swadaya; 2001.

74

Kontainer dalam rumah yang positif jentik di kontainer yang banyak dijumpai jentik. Jenis Kelurahan Sendangmulyo paling banyak ditemukan kontainer dalam rumah di Kelurahan Pesantren yang pada bak mandi/WC. Sedangkan di luar rumah jenis positif jentik banyak ditemukan di bak mandi/WC kontainer yang banyak ditemukan jentik adalah jenis dan di luar rumah jenis kontainer yang positif jentik kontainer yang bukan merupakan tempat hanya ditemukan pada tempayan.

penampungan air sehari-sehari (non TPA), antara Identifikasi jentik dilakukan di laboratorium lain tempat minum burung, barang bekas, pot terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas tanaman, tempat tiang bendera, kolam, dan lain-lain. Diponegoro menggunakan alat bantu mikroskop Di Kelurahan Terboyo Wetan jenis kontainer dalam dengan perbesaran 100x. Hasil identifikasi rumah yang positif jentik paling banyak ditemukan didapatkan dua spesies Aedes, yaitu Aedes aegypti

di bak mandi/WC. Di luar rumah, drum merupakan dan Aedes albopictus.

Kelurahan

SpesiesAedessp.

Aedes aegypti Aedes albopictus

D L Total D L Total

n % n % n % n % n % n %

Sendangmulyo 128 68,09 60 31,91 188 100 4 50 4 50 8 100 Terboyo Wetan 63 91,30 6 8,70 69 100 0 - 0 - 0

-Pesantren 46 100 0 0 46 100 0 0 5 100 5 100

B e r d a s a r k a n t a b e l 5 d i K e l u r a h a n Dari survei jentik yang dilakukan dapat Sendangmulyo ditemukan jentik Ae. aegypti dan diperoleh nilai ABJ, HI, CI, dan BI di Kelurahan

Ae. albopictus baik di dalam maupun luar rumah. Sendangmulyo, Terboyo Wetan, dan Pesantren.

Persentase jentik Ae. aegypti yang berada di dalam Suatu daerah dikatakan aman jika ABJ 95%,

13

rumah lebih besar dibanding luar rumah. Sedangkan CI 10%, HI < 5%, dan BI < 50.9, Angka HI, CI, jentik Ae. albopictus mempunyai persentase yang dan BI di Kelurahan Sendangmulyo dan Terboyo sama antara dalam dan luar rumah. Di Kelurahan Wetan melebihi batas aman transmisi DBD. Terboyo Wetan hanya ditemukan jentik Ae. aegypti Demikian juga dengan ABJ di ketiga wilayah dengan persentase jentik dalam rumah lebih besar tersebut kurang dari 95%, menunjukkan daerah dibanding luar rumah. Sedangkan Kelurahan tersebut merupakan daerah sensitif atau rawan DBD Pesantren jentik Ae. aegypti hanya ditemukan di dan memiliki peluang lebih besar untuk terjadinya dalam rumah dan jentik Ae. albopictus hanya transmisi virus Dengue sehingga mempunyai risiko ditemukan di luar rumah. untuk terjadi epidemi apabila tidak diambil tindak

15

lanjut terhadap keberadaan vektor penular DBD.

PEMBAHASAN Upaya pengendalian DBD sangat penting dilakukan

Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko untuk mencegah semakin luasnya transmisi virus terjadinya penularan DBD, semakin tinggi Dengue. Angka bebas jentik di Kelurahan Pesantren kepadatan nyamuk Ae. aegypti, semakin tinggi pula kurang dari batas aman, sedangkan angka CI dan BI

12

risiko masyarakat untuk tertular penyakit DBD. berada pada level aman. Walaupun demikian, upaya Kepadatan nyamuk akan meningkat pada waktu pengendalian vektor tetap harus dilakukan karena musim hujan, dimana terdapat genangan air yang daerah tersebut juga memiliki peluang terjadinya dapat menjadi tempat berkembangbiaknya transmisi virus Dengue.

13

nyamuk. Air hujan yang tertampung di kontainer Angka HI, CI, dan BI tertinggi ditemukan di terutama barang bekas merupakan tempat potensial daerah sporadis (Kelurahan Terboyo Wetan), bagi perkembangbiakan nyamuk. Kepadatan jentik kemudian diikuti daerah endemis (Kelurahan yang tinggi akan meningkatkan populasi nyamuk Sendangmulyo), dan paling rendah di daerah sehingga akan meningkatkan pula kemungkinan potensial (Kelurahan Pesantren). Hasil ini sesuai

14

penyakit DBD terutama di daerah endemis. dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabila L. Tabel 5. Persentase Jentik Ae. aegypti dan Ae. albopictus

(6)

Tabel 2 menunjukkan bahwa daerah dengan di semua lokasi penelitian kurang dari 95%. Density

angka HI, CI, dan BI tertinggi berada di Kelurahan Figure ditentukan dengan cara mencocokkan angka Terboyo Wetan. Sedangkan HI, CI, dan BI terendah HI, CI, dan BI pada tabel larva indeks.

berada di Kelurahan Pesantren. Angka bebas jentik

Tabel 2. Kepadatan Jentik di Kelurahan Sendangmulyo, Terboyo Wetan, dan Pesantren Kota Semarang Bulan Januari-Februari 2011

Keterangan: n = jumlah sampel

Kelurahan Rumah Kontainer Indeks Jentik

n Jentik (+) n Jentik (+) ABJ (%) HI (%) CI (%) BI (%) Sendangmulyo 435 147 1.598 252 66,21 33,79 15,77 57,93

Terboyo Wetan 80 43 195 60 46,25 53,75 30,77 75,00

Pesantren 43 11 163 14 74,42 25,58 8,59 32,56

No. Kelurahan Stratifikasi HI CI BI DF

1 Sendangmulyo Endemis 5 5 6 5

2 Terboyo Wetan Sporadis 7 7 7 7

3 Pesantren Potensial 4 3 4 4

Tabel 3 menunjukkan bahwa kelurahan Kelurahan Pesantren kepadatan jentiknya paling dengan kepadatan jentik tertinggi berada di rendah dengan nilai DF sebesar 4, artinya kepadatan Kelurahan Terboyo Wetan dengan nilai DF sebesar jentiknya sedang.

7, artinya kepadatan jentiknya tinggi, sedangkan

Jenis Kontainer

Kel. Sendangmulyo Kel. Terboyo Wetan Kel. Pesantren

Kontainer diperiksa

Kontainer (+) jentik

Kontainer diperiksa

Kontainer (+) jentik

Kontainer diperiksa

Kontainer (+) jentik

Dalam Rumah:

Bak mandi/WC 461 107 79 31 18 5

Drum 89 20 14 8 6 2

Tempayan 159 28 37 13 35 3

Ember 520 39 40 0 79 3

Lain-lain 47 14 2 1 11 0

Jumlah 1.276 208 172 53 149 13

Luar Rumah:

Bak mandi/WC 19 4 0 0 1 0

Drum 36 4 7 5 0 0

Tempayan 32 8 1 0 1 1

Ember 114 6 9 0 6 0

Lain-lain 121 22 6 2 6 0

Jumlah 322 44 23 7 14 1

Gambar

Tabel 2. Rata-rata Daya Proteksi Losion Minyak Atsiri Daun Sirih dengan Penambahan Minyak Nilam Terhadap Nyamuk Ae
Tabel 3. Hasil Uji Beda Daya Proteksi Losion Sirih dan DEET Terhadap Nyamuk Ae. aegypti

Referensi

Dokumen terkait

Inilah menjadi persoalan kebijakan otonomi, yang terkadang dinilai hanya untuk memuaskan semua daerah dengan memberikan ruang partisipasi politik yang tinggi melalui

Rancangan hanya dapat digunakan dengan beberapa perlakuan (yang tidak banyak) serta untuk unit percobaan yang relatif homogen.. Apabila harus melibatkan cukup banyak unit

Pada kesempatan kali ini, kami akan menyajikan beberapa informasi aspek keamanan beberapa obat antara lain produk obat mengan- dung testosterone dan saxagliptin terkait risiko

Hasil penelitian menunjukkan deskripsi kebiasaan belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta sebagai berikut: (1) 5 siswa memiliki kebiasaan belajar sangat baik, (2) 31

Ambarwati, Denny Ramdhany, Rina Rusman, Hukum Humaniter Internasional Dalam Studi Hubungan Internasional, Rajawati Pers, Jakarta,2009.. Effendi, Masjur, Moh Ridwan, Muslich

Contrary to traditional reconstruction methods, our approach is surface-based (Figure 1b) and advancement is computed in three-dimensional model-space. The advantages

The ruling system of Louis XIV emphasized on the role of the king influenced Molière, the writer of the play, in creating Orgon’s characteristics.. The second influences are in

Hasil pengujian hipotesis tahun 2003/2004 menunjukkan bahwa t hitung &lt; t tabel yang berarti bahwa perubahan laba per lembar saham tidak berpengaruh terhadap perubahan