• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus: Peran Biro Otonomi Daerah Dan Kerjasama Setdaprovsu Dalam Pembangunan di Kabupaten Nias Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kasus: Peran Biro Otonomi Daerah Dan Kerjasama Setdaprovsu Dalam Pembangunan di Kabupaten Nias Selatan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang saat ini terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsanya seperti yang tertera dalam alinea ke IV Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 bahwa, salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum. Melalui Politik Pembangunan, tujuan kesejahteraan ini bisa terwujud sesuai dengan apa yang telah dicita-citakan.

Salah satu instrumen daripolitikpembangunan adalah menuntut adanya penyerahan wewenang oleh negara kepada daerah-daerah yang ada dalam kawasannya untuk memerintah dan mengatur dirinya sendiri, yang selanjutnya disebut sebagai Otonomi Daerah. Penyelenggaran pemerintahan pada negara yang menganut asas otonomi tidak lagi terpusat pada pemerintah pusat. Masing-masing daerah otonom memiliki hak dan wewenang untuk mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat serta memiliki batas-batas wilayah.1

Penyelenggaraan otonomi daerah juga harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Salah satu bagian dari otonomi daerah adalah dengan melakukan penataan daerah. Penataan daerah terdiri atas

1

(2)

dua bagian, yaitu, Pembentukan Daerah yang terdiri atas pemekaran daerah dan penggabungan daerah, dan Penyesuaian Daerah.

Perkembangan otonomi daerah di Indonesia juga tidak terlepas dari keadaan politik dunia.Pasca berakhirnya perang dingin ditahun 1992, telah mengubah sistem politik hampir diseluruh pelosok negara dunia. Kemenangan kubu Amerika Serikat dan ideologi demokrasi liberal berhasil menghegemoni pemerintahan diberbagai negara dunia dengan mendeklarasikan negara mereka sebagai negara demokrasi. Secara umum demokrasi dianggap sebagai ideologi paling tepat untuk memajukan kehidupan masyarakat abad 20. Tidak sampai hanya disitu melalui berbagai perangkat demokrasi ala Amerika Serikat mulai diperkenalkan di berbagai belahan dunia seperti pemilihan umum, hak asasi manusia, dan kebebasan individu. Secara khusus adalah kebebasan untuk mengolah ekonomi, politik dan sosial daerah bawahaan.

(3)

Malaysia sebagai negara federasi yang tidak pernah ada sampai pada tahun 1963. Sebelumnya, sekumpulan koloni didirikan oleh Britania Raya pada akhir abad ke-18, dan separoh Barat Malaysia modern terdiri dari beberapa kerajaan yang terpisah-pisah. Kumpulan dari wilayah jajahan itu dikenal dengan Malaya Britania hingga pembubarannya pada tahun 1949, ketika kumpulan itu di susun kembali sebagai Uni Malaya. Karena semakin meluasnya pertentangan, kumpulan itu lagi-lagi disusun kembali sebagai Federasi Malaya pada tahun 1948 dan kemudian meraih kemerdekaan pada tahun 31 Agustus 1957. Pada tahun 16 September 1963 sesuai dengan Resolusi Majelis Umum PBB 1514 dalam proses dekolonialisasi, Singapura, Sarawak, Borneo Utara atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Sabah berubah menjadi negara bagian dari federasi bentukan baru yang bernama Malaysia. Termasuk dengan Federasi Malaya dan pada 9 Agustus 1965 Singapura kemudian dikeluarkan dari Malaysia dan menjadi negara merdeka yang bernama Republik Singapura saat tahun-tahun awal pembentukan federasi baru terdapat pula tentangan dari Filipina dan konflik militer dari Indonesia. Bangsa-bangsa di Asia Tenggara mengalami ledakan ekonomi dan menjalani perkembangan yang cepat di penghujung abad ke-20.2

Sistem negara federasi yang dianut di Malaysia, hampir sama halnya dengan indonesia. Namun memiliki ciri khusus, hal ini dikarenakan sistem negara kesatuan yang sudah dibangun masyarakat di Indonesia semasa zaman kolonial hingga pada saat sistem demokrasi mulai dikenalkan sejak era orde lama dibawah kepemimpinan Presiden Soekarno. Otonomi telah memberikan warna tersendiri bagi sistem demokrasi di Indonesia. Rasa senasib sepenanggungan yang dialami

(4)

oleh masyarakat Indonesia atas penjajahan telah memberi pembelajaran demokratisasi di Indonesia.

Selepas Indonesia memproklamasikan diri ditahun 1945, Indonesia sudah memiliki 8 provinsi yang tersebar dari Sumatera sampai Provinsi Sunda Kecil. Provinsi-provinsi ini sudah terbentuk sejak akhir masa penjajahan Jepang. Sampai di tahun 1959 pasca Konferensi Meja Bundar yang menjadi cikal bakal masuknya kembali kolonialisme Belanda ke Indonesia, semangat untuk membentuk daerah otonomi baru mulai terbentuk dengan dimekarkannya menjadi 21 provinsi dan pemberian status provinsi istimewa kepada Provinsi Jakarta, Yogyakarta dan Aceh Darussalam.

Tidak terhenti sampai disitu,pemekaran-pemekaran di Indonesia semakin pesat dimulai sejak runtuhnya kekuatan rezim Orde Baru. Kebijakan tentang otonomi daerah diikuti dengan pemekaran-pemekaran kabupaten/kota untuk mendorong masyarakat daerah tingkat dua mengekspoitasi pendapatan daerah mereka secara mandiri serta menggugat pondasi kekuatan ekonomi dan politik agar tidak lagi sentralistik. Inilah menjadi tonggak awal kemunculan semangat otonomi daerah di daerah tingkat dua. Sebab otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5)

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah untuk mengoreksi UU No.5 Tahun 1974 yang dianggap sudah tidak sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pemerintahan dan perkembangan keadaan. Kedua Undang-Undang tersebut merupakan skema otonomi daerah yang diterapkan mulai tahun 2001. Undang-undang ini diciptakan untuk menciptakan pola hubungan yang demokratis antara pusat dan daerah.

Undang-undang Otonomi Daerah bertujuan untuk memberdayakan daerah dan masyarakatnya serta mendorong daerah merealisasikan aspirasinya dengan memberikan kewenangan yang luas yang sebelumnya tidak diberikan ketika masa orde baru. Di dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945 disebutkan bahwa setiapwarga negara berhak untuk mendapatkan kesejahteraan secara merata di setiap aspek kehidupan. Kedudukan warga negara dalam menciptakan kesejahteraannya menjadi hal baru dalam perkembangan perpolitikan di Indonesia. Pasca disahkannya UU No 22 tahun 1999, gejolak daerah otonom mulai berkembang di Provinsi Aceh dengan dimekarkannya Kabupaten Simeuleu dari Kabupaten Aceh Barat di tahun 1999. Semangat otonom ini terus diikuti oleh beberapa masyarakat di kabupaten/kota di hampir seluruh Provinsi di Indonesia.

(6)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ini bertujuan untuk menyelenggarakanpelaksanaan otonomi daerah yang mengandalkan kemandirian dan kemajuan daerah.

Kedudukan pemerintahan pusat sebagai pusat dari seluruh perkembangan kemajuan daerah, menilai bahwa perkembangan daerah otonom sering ditujukan kepada kepentingan pemerintahan daerah sendiri tanpa memberikan sumbangsih kepada pemerintahan pusat. Inilah menjadi persoalan kebijakan otonomi, yang terkadang dinilai hanya untuk memuaskan semua daerah dengan memberikan ruang partisipasi politik yang tinggi melalui desentralisasi politik dari pusat kepada daerah, dan memberikan kesempatan dan kepuasan politik kepada masyarakat yang bertujuan memberikan kesempatan untuk menikmati simbol-simbol utama demokrasi lokal (misal, pemilihan Kepala Daerah). Atau sisi lain dari otonomi daerah bertujuan hanya untuk memuaskan daerah-daerah kaya sumber daya alam yang ‘memberontak’ dengan memberikan akses yang lebih besar untuk mengolah serta menikmati sumber daya alam yang ada di daerah mereka masing-masing.

(7)

peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka mewujudkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Inilah sebenarnya poros dari pemekaran yang lahir dari nilai demokrasi atas kebutuhan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi terbesar yang merupakan hasil dari pemekaran Provinsi Sumatera tahun 1948. Provinsi ini terbentuk hasil dari gabungan Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli. Pasca dikeluarkannya UU No.22 tahun 1999, Sumatera Utara memiliki 19 kabupaten dan kota.Jumlah ini terus berkembang hingga saat ini tercatat pemekaran daerah telah terbentuk 14 kabupaten/kota baru sehingga saat ini tercatat Provinsi Sumatera Utara telah memiliki 33 daerah kabupaten dan kota. Salah satunya adalah Kabupaten Nias Selatan yang terbentuk pada 25 Februari 2003 kemudian diresmikan pada 28 Juli 2003 sesuai dengan UU no 9 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, Dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utaradan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2002 tanggal 28 Juli 2003, maka Kabupaten Nias resmi dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.

(8)

berdiri atas kepentingan masyarakat Nias Selatan untuk mendapatkan hak atas pengolahan sumber daya lokal masyarakat Nias Selatan. Mereka mengajukan diri untuk melepaskan diri dari Kabupaten Nias dengan meningkatkan status gabungan wilayah kecamatan menjadi kabupaten otonom. Isu strategis yang dibawakan oleh Bamus Pernis untuk menuntut pemekaran Kabupaten Nias Selatan adalah isu ketertinggalan pembangunan dan ketidakmerataan pembangunan dikawasan Nias Selatan.

Selain itu, dorongan tuntutan pemekaran Nias Selatan juga dilatarbelakangi misalnya, dalam berbagai kegiatan pemerintahan orang Nias Selatan merasa tidak diperhatikan atau dimarginalkan sehingga kesempatan mereka untuk turut dalam pemerintahan selalu dianaktirikan. Isu ini sesuai dengan konsep dasar dari pemekaran yang berarti memberikan ruang lebih sempit bagi Pemerintahan Kabupaten Nias Selatan dalam meningktakan dan pemerataan pembangunan Kabupaten Nias Selatan. Asumsi ini lahir dari dasar bahwa pemerintahan Kabupaten akan dapat melihat prioritas pembangunan Kabupaten atas dasar potensi yang dimiliki sebuah kabupaten.

(9)

secara turun temurun oleh masyarakat Nias Selatan, seperti mendapatkan pengakuan atas dasar seperti tuntutan atas wilayah adat (customs teritory rights), penguatan sekat identitas primordial (primordial identity borderlines), hegemoni kebudayaan (hegemomic of culture), demonimasi atas etnis (ethnic demonination), demoninasi kebudayaan atas sub kebudayaan (subculture denomination)3 .

Sebagaimana yang diungkapkan Koestoro dan Wiradnyana bahwa orang Nias Selatan merupakan salah satu kelompok etnik yang memiliki identitas budaya yang berbeda dari etnik Nias Utara, baik dari segi bahasa, marga, adat istiadat, rumah adat maupun kesenian. Oleh karena itulah, orang-orang Nias Selatan menuntut pemekaran agar dapat mengeksistensikan etniknya dan mengaktualisasikan kebudayaannya. Sebab selama bergabung dengan Kabupaten Nias selalu didominasi oleh Nias Utara. Sebagaimana yang dinyatakan Brahmana, bila setiap etnik sudah memiliki wilayahnya sendiri, maka dengan leluasa mereka dapat mengembangkan budayanya sendiri. 4

Tujuan awal dari pemberian otonomi kepada Kabupaten Nias Selatan lewat keputusan Kementerian Dalam Negeri melalui undang-undang sebenarnya diarahkan untuk mempercepat terbentuknya pembangunan melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan masyarakat serta peran masyarakat dalam pembangunan daerah. Disamping itu, dengan adanya otonomi daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan berlandaskan pada prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan di Kabupaten Nias Selatan. Oleh karena itu, dengan

3

HotmariaTampubolon,Pengaruh Pemekaran Wilayah Terhadap Persaingan Politik Antar Kelompok Etnik Nias Di Kabupaten Nias Selatan Propinsi Sumatera Utara. UNIMED Library. Medan. 2012 hal. 3

4

(10)

diberlakukannnya otonomi ini maka pemerintah Kabupaten Nias Selatan diharapkan lebih berorientasi dan bertanggungjawab kepada masyarakat melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) serta masyarakat dalam mencapai tujuan pembangunan Kabupaten Nias Selatan.

Pasca dimekarkannya, setiap Daerah Otonomi Baru (DOB)tidak dibiarkan begitu saja. Pemerintah memiliki tanggungjawab untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan daerah otonomi terutama daerah otonomi yang baru. Inilah yang menjadi bentuk dari kordinasi antara pemerintahan provinsi dan pemerintahan DOB. Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara mempunyai sebuah biro yang bertanggung jawab dalam menangani perkembangan daerah. Secara khusus dalam melihat perkembangan Daerah Otonom Baru ini.Tugas ini menjadi tanggung jawab sebuah lembaga khusus yang dinamakan Biro Otonomi Daerah dan Kerjasama. Biro Otonomi Daerah dan Kerjasama sendiri berperan sebagai biro/badan yang khusus menangani proses koordinasi, pembinaan, fasilitasi, monitoring, evaluasi dan pengendalian urusan pemerintahan dan/atau kewenangan otonomi provinsi di bidang pendapatan daerah, administrasi hubungan pengembangan daerah, kerjasama, dan otonomi daerah. Untuk melaksanakan perannya Biro Otonomi Daerah dan Kerjasama memiliki empat struktur organisasi yang mengurus bagian pendapatan daerah, pengembangan daerah, fasilitasi kerjasama, serta bagian penyelenggara otonomi daerah.

(11)

Pelaksanaan Evaluasi Perkembangan Daerah Otonomi Baru dengan kategori penilaian perkembangan DOB.

Fungsi-fungsi Biro Otonomi tersebut dinilai dapat memberikan pengaruh terhadap suatu daerah otonomi, khususnya Daerah Otonomi Baru dalam hal ini Kabupaten Nias Selatan sesuai dengan misi Biro Otonomi Daerah dan KerjasamaSetdaprovsu,yakni:

1. Meningkatkan koordinasi, monitoring, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan Otonomi Daerah, Pengembangan kemampuan dan potensi daerah.

2. Membangun kinerja staf yang profesional dalm melaksanakan tugas dan kewajiban.

3. Membangun organisasi yang mampu menyesuaikan diri dan mampu mengatasi perubahan serta perkembangan yang terjadi di masyarakat.

Maka dari penjelasan di atas, penulis tertarik mengangkat judul tentang

Politik Pembangunan,dengan studi kasus “PeranBiro Otonomi Daerahdan Kerjasama Dalam Pembangunan di Kabupaten Nias Selatan”.

1.2. RumusanMasalah

(12)

atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana Peran Biro Otonomi Daerahdan KerjasamaDalam Pembangunan Di Kabupaten Nias Selatan Pasca Pemekaran Daerah?

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian tersebut. Maka untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan uraian yang sistematis diperlukan adanya batasan masalah. Adapun masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Dalam hal ini penulis melihat peran biro otonomi daerah dan kerjasamasetdaprovsu dalam pembangunan di kabupaten Nias Selatan selama proses pemekaran,hingga evaluasi pasca pemekaran.

2. Penulis menilai otonomi daerah sebagai salah satu cara untuk menjalankan politik pembangunan.

1.4.TujuanPenelitian

Adapuntujuandaripenelitianiniadalah:

1. Untuk mendeskriptifkan kondisi dan perkembangan Kabupaten Nias Selatan pasca pemekaran sebagai daerah otonom.

(13)

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara akademik, penelitian ini bertujuan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana ilmu politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Secarateoritis, penelitianinimerupakankajianilmupolitik yang dapatmemberikankontribusipemikiranmengenaiPemekaran Daerah.

3. Secaralembaga,

penelitianinidiharapkanmampumemberikankontribusiterhadapperkemba nganilmupengetahuankhususnyadalamkajiantentang Politik Pembangunan .

4. Bagimasyarakat,

penelitiandapatmenambahwawasanmasyarakatdalammemahami Peran Biro Otonomi Daerah.

1.6KerangkaTeori

1.6.1 Teori Otonomi Daerah

(14)

sumber-sumberpendapatan baru bagi daerah bersangkutan karena PAD ini sangat diharapkandapat membiayai pengeluaran rutin daerah.

Menurut Hanif Nurcholis,otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri dengan menghormati peraturan perundangan yang berlaku.5 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah juga mendefinisikan daerah otonom sebagai berikut: “Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayahyang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Contoh daerah otonom (local self-government) adalah kabupaten dan kota.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi adalah pola pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kondisi ini semakin diperkuat melalui UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan DaerahPasal 1 ayat 5 “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerahotonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dankepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan.

(15)

Sejalan dengan bergulirnya pelaksanaan otonomi daerah di tanah air,setiap Pemerintah Kabupaten dan Kota melakukan berbagai pembenahanmenuju kearah terselenggaranya otonomi di masing-masing daerah Kabupatendan Kota. Hal yang sangat penting dalam menjawab berbagai isu dalamimplementasi otonomi daerah tersebut adalah tersedianya sistem danmekanisme kerja organisasi perangkat daerah.

Sesuai dengan Undang-Undang No.33 pasal 4, 5, dan 6 sumberpendanaan Pemerintah Daerah Kebupaten dan Kota untuk memenuhikebutuhan belanja pemerintah daerahnya dalam pelaksanaan kegiatannyaadalah sebagai berikut :

1. Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota

dapatmemperolehdanadarisumber-sumberyang dikategorikanPendapatanAsli Daerah (PAD).

2. Memperoleh transfer danadari APBN yang

dialokasikandalambentukdanaperimbangan yang terdiridaribagihasilpajak, bagihasilbukanpajak, DAU dan DAK.

Pengalokasiandanaperimbanganiniselainditujukanuntukmemberikan

kepastiansumberpendanaan APBD, jugabertujuanuntukmengurangi/memperkecilperbedaankapasitas

fiscal antardaerah. 3. Daerah

memperolehpenerimaandarisumberlainnyasepertibantuandanakontij ensidanbantuandanadarurat.

(16)

Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk mampu meningkatkan pertumbuhan daerah dan secara khusus untuk kepentingan pemerataan daerah. Sehingga inilah sebenarnya tujuan utama dari otonomi daerah tersebut. Para ahli banyak yang menggambarkan tentang tujuan dari otonomi, salah satunya seperti:

a. Menurut Mardiasmo:melihattujuanotonomiuntukmeningkatkanpelayanan publik danmemajukanperekonomiandaerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah yaitu: (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, (2) menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, dan (3) memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

b. Menurut Deddy S.B. & Dadang Solihin:

Tujuanpeletakankewenangandalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Dengan demikian pada intinya tujuan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara meningkatkan pelayanan publik kepadamasyarakatdanmemberdayakanmasyarakatuntukberpartisipasidalam proses pembangunan.

(17)

negatif ataupun positif kepada masyarakat. Secara umum otonomi daerah akan memberikan dampak:6

a. Dampak Positif:

1. Setiap daerah bisa memaksimalkan potensi masing-masing.

2. Pembangunan untuk daerah yang punya pendapatan tinggi akan lebih cepat berkembang.

3. Daerah punya kewenangan untuk mengatur dan memberikan kebijakan tertentu.

4. Adanya desentralisasi kekuasaan.

5. Daerah yang lebih tau apa yang lebih dibutuhkan di daerah itu, maka diharapkan dengan otonomi daerah menjadi lebih maju.

6. Pemerintah daerah akan lebih mudah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya, jika SDA yang dimiliki daerah telah dikelola secara optimal maka PAD dan pendapatan masyarakat akan meningkat.

7. Dengan diterapkannya sistem otonomi dareah, biaya birokrasi menjadi lebih efisien.

8. Pemerintah daerah akan lebih mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut. (Kearifan lokal yg terkandung dalam budaya dan adat istiadat daerah).

b. Dampak Negatif :

1. Daerah yang miskin akan sedikit lambat berkembang.

2. Tidak adanya koordinasi dengan daerah tingkat satu karena merasa yang punya otonomi adalah daerah Kabupaten/Kota.

(18)

3. Kadang-kadang terjadi kesenjangan sosial karena kewenangan yang di berikan pemerintah pusat kadang-kadang bukan pada tempatnya.

4. Karena merasa melaksanakan kegiatannya sendiri sehingga para pimpinan sering lupa tanggung jawabnya

1.6.2 Politik Pembangunan

(19)

Sama dengan konsep politik,pembangunan juga merupakan satu konsep yang masih diperdebatkan dan menuai banyak kritik. Misalnya, sekelompok pemikir yang tergabung Dag Hammarsjkjold Foundation (Swedia) mengajukan apa yang disebut “Pembangunan yang lain” (Another Development).Mereka percaya pembangunan harus berorientasi kebutuhan, sanggup mempertemukan keperluan materi dan non materi manusia, berasal dari hati masyarakat, percaya kepada diri sendiri, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap masyarakat intinya mengandalkan kekuatan dan sumberdayanya sendiri; mempunyai pertimbangan ekologis, pemanfaatan secara rasional sumberdaya biosphere, dan didasarkan pada transformasi struktural serta keseluruhan yang terpadu. Dalam satu hal,kelompok ini menolak gagasan jalan pembangunan yang universal dan menganjurkan bahwa setiap masyarakat memiliki strateginya sendiri (Mansour Faqih,2008:9).7

Menurut Saul M. Katz8 , pembangunan adalah “major societal change from one state of national being to another, more valued, state” yang lebih kurang berarti perubahan besar-besaran suatu bangsa dari suatu keadaan menuju keadaan yang lebih baik. Hal ini juga berlaku bagi daerah, ketika diberlakukannya otonomi daerah.Masing-masing daerah secara mandiri melakukan pembangunan daerah agar terwujud kesejahteraan masyarakat di daerah otonomnya.Secara

7

Warjio..Dilema Politik Pembangunan PKS (Islam dan Konvensional).Perdana Publishing.Medan.2013

8

(20)

gamblang tujuan pembangunan adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, materiil maupun spirituil.9

Adapun prioritas pembangunan daerah dapat didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut.10

1. Program dan sektor yang diprioritaskan sebaiknya berhubungan erat dengan visi dan misi pembangunan daerah yang ditetapkan semula sehingga pencapaian visi dan misi tersebut menjadi lebih terjamin sesuai dengan janji yang diberikan pada masyarakat.

2. Program dan sektor yang diprioritaskan sebaiknya mencakup sebagian besar dari kehidupan sosial ekonomi pada negara dan daerah bersangkutan, seperti sektor pertanian, sumber daya manusia, sektor industri dan lain-lainnya.

3. Kegiatan dan sektor tersebut merupakan sektor unggulan dan mempunyai keuntungan komperatif tinggi sehingga dapat diharapkan untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pada negara dan daerah bersangkutan.

4. Program dan kegiatan tersebut dapat mendukung dan bersinerrgi dengan kegiatan lainnya sehingga proses pembangunan secara keseluruhan akan menjadi lebih maju dan berkembang.

5. Program kegiatan yang diprioritaskan haruslah yang layak dalam arti manfaatnya yang dapat diberikan adalah lebih besar dari biaya yang diperlukan untuk pelaksanaannya.

9

(21)

6. Program dan kegiatan pembangunan harus sesuai dengan kondisi sosial ekonomi daerah bersangkutan sehingga pembangunan tidak mendapat reaksi negatif dari masyarakat setempat.

1.7Metodologi Penelitian

1.7.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau kelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertaanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data-data yang spesifik dari para partisan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsifkan makna data11.

Penulis menggunakan metode kualitatif untuk dapat melihat peran Biro Otonomi Daerah Dalam Pembangunan Di Kabupaten Nias Selatan Pasca Pemekaran Daerah.

1.7.2 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Jenis penilitian deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan ihwal masalah atau objek tertentu secara rinci.

11

(22)

Penelitian deskriptif dilakukan untuk menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau subjek amatan secara rinci.12

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian untuk dapat melihat sehingga dapat mengetahui peran serta menjelaskan bagaimana proses pengkajian/pengevaluasian perkembangan DOB.

1.7.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Utara Biro Otonomi Daerah.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data-data yang terkait dengan penelitian. Bentuk data yang dikumpulkan terdiri atas Data Primer dan Data Sekunder.13

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperolehdariobjekataulokasipenelitian.Dalamhalini, perolehan data dilakukandengancarawawancara. Wawancaraadalahalat yang dipergunakandalamkomunikasi yang

berbentuksejumlahpertanyaan-12

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial. Berbagai Alternatif Pendekatan.Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2005. hal.17-18.

(23)

pertanyaanlisan yang diajukanolehpengumpul data sebagaipencariinformasi yang dijawabsecaralisan pula

olehinforman.Dengan kata lain, wawancarasecarasederhanaadalahalatpengumpul data

berupatanyajawabantarapihakpencariinformasidengansumberinformasi yang berlangsungsecaralisan.14 Adapun yang menjadi narasumber yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :

• Kepala Biro Otonomi Daerah Provinsi Sumatera Utara.

• Badan Pembangunan Daerah Kabupaten Nias Selatan. • Masyarakat Kabupaten Nias Selatan

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang

diperolehpenelitidarisumberkeduaatau data yang sudahada. Data tersebutdapatdiperolehmelaluibuku, jurnal, internet, ataupunliteratur lain yang berkaitandenganjudulpenelitian. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, berupa buku,artikel, majalah, jurnal, surat kabar, serta website yang berkaitan dan dibutuhkan dalam penelitian ini.

1.7.5 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang digunakan penulis untuk menganalisa data. Langkah pertama, peneliti akan melakukan pengumpulan data yang didapat dari data sekunder dan primer. Kemudian dilakukan pemilahan

14

(24)

terhadap data dan mengklasifikasikan data-data tersebut sehingga tersusun secara sistematis dan terurut. Data ini bersumber dari data hasil studi pustaka dan studi lapangan. Kemudian, penulis akan melakukan pengolahan terhadap hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitian dengan kondisi objektif di Kabupaten Nias Selatan dengan tujuan agar penulis dapat membandingkan hasil data dengan kondisi konkreatnya.

Ketiga, hasil wawancara yang telah menjadi data tersebut akan dipilah untuk mendapatkan hubungan antar data yg sebelumnya. Pengolahan data akan dianggap optimal apabila data yang dijadikan objek penelitian, baik itu dari hasil wawancara maupun data-data berkaitan dengan masalah penelitian telah lengkap. Terakhir, dilakukan analisis terhadap data-data tersebut agar mampu menjawab masalah dalam penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulan pada penelitian ini.

1.8SistematikaPenulisan

Dalam penelitian ini, digunakan sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I: PENDAHULUAN

Bab pendahuluan iniberisitentanglatarbelakangmasalah,

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada akhirnya penulis sampaikan permintan maaf yang setulus-tulusnya dan kepada Allah SWT penulis memohon ampun, bila terdapat kata-kata yang kurang berkenan baik

Membangunkan satu persembahan multimedia interaktif tak linear yang mempunyai elemen multimedia dengan tidak melebihi had saiz fail persembahan yang ditentukan. Menilai

AJÉN BUDAYA DINA SENI AJÉNG DI DÉSA CIPELANG KECAMATAN UJUNGJAYA KABUPATÉN SUMEDANG PIKEUN BAHAN PANGAJARAN MACA DI SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Perusahaan yang fokus pada pembuatan produk tertentu yang akan dijual kepada berbagai segmen pasar. Contoh : ChateauOnline, yang fokus pada ritel anggur, berkonsentrasi pada

Distribusi frekuensi berdasarkan umur mayoritas berada pada umur 20 – 35 tahun sebanyak 30 orang (63,8%), berdasarkan pendidikan mayoritas pada tingkat pendidikan SMA sebanyak

Skripsi Orientasi Kesehatan Masyarakat Miskin : Studi... ADLN Perpustakaan

Adidas sebagai salah satu vendor olahraga terkemuka di dunia tidak ketinggalan dalam menghasilkan produk sepatu futsal yang memiliki desain yang menarik dan berkualitas