• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Suhu Vulkanisasi dan Komposisi Bentonite Clay yang Dimodifikasi dengan Alkanolamida dari Bahan Baku RBDPKO Pada Produk Lateks Karet Alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Suhu Vulkanisasi dan Komposisi Bentonite Clay yang Dimodifikasi dengan Alkanolamida dari Bahan Baku RBDPKO Pada Produk Lateks Karet Alam"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LATEKS KARET ALAM

Lateks karet alam adalah getah pohon karet (Havea Brasiliensis) yang diperoleh dari pohon karet berwarna putih dan berbau segar [11]. Lateks karet alam merupakan cis-1,4- poliisopropena, yang dapat disintesa oleh lebih dari 2000 spesies tanaman yang tergolong kepada Euphorbiaceae. Karet alam diproduksi secara besar-besaran dari pohon karet Havea Brasiliensis. Cis-1,4-poliisoprena merupakan konstituen utama yang mengandung minimum 90% hidrokarbon karet dengan sebagian kecil pengotor seperti resin, asam lemak, gula dan mineral [12]. Lateks karet mentah biasanya diubah menjadi produk karet oleh proses vulkanisasi yang mengarah ke cross-link antara rantai polimer baik dengan pemanasan dan adanya unsur sulfur. Misalnya, selama pembuatan ban yang mengandung jenis lain dari karet sintetis atau dengan iradiasi dan peroksidasi , masing-masing, seperti pada kasus Natural Rubber (NR) sarung tangan karet [13].

Karet alam sering digunakan dalam bentuk terisolasi. Untuk aplikasi praktis, beberapa agen digabungkan dengan pilihan yang didasarkan pada set sifat yang diperlukan untuk penggunaan tertentu. Sebuah elastomer dicampur dengan satu sama lain dengan tiga alasan utama: untuk meningkatkan sifat dari bahan aslinya, untuk meningkatkan kemampuan proses, atau untuk menurunkan biaya. Sebagian besar teknik umum dari campuran polimer mempersiapkan mekanis pencampurannya. Nanocomposites Polymer / tanah liat dapat dibuat dengan banyak metode, termasuk dalam polimerisasi ini disertai dengan interkalasi, interkalasi dari larutan atau mencair atau bahkan menggunakan emulsi. Dibandingkan dengan metode lain, emulsi interkalasi adalah metode yang menjanjikan untuk industrialisasi karena kesederhanaan persiapan, biaya rendah dan kinerja yang unggul [14].

(2)

redam getaran, sifat lekuk lentur (flex-cracking) dan umur kelelahan (fatigue) [11]. Data-data sifat fisis lateks karet alam ditunjukkan pada table 2.1.

Tabel 2.1 sifat fisis lateks karet alam [11].

No. Konstanta Keterangan

1. Berat molekul 68.12 g/mol

2. Titik leleh -145.95 oC

3. Titik didih 34.067 oC

4. Viskositas 48,6.10 N.s/m2

5. Rapat jenis 913 kg/m3

6. Konduktivitas termal 0,134 W/m K

7. Difusivitas termal 7.10-8 m/detik2

8. Kapasitas panas 1905J/kg K

Penelitian-penelitian yang terkait dalam pembuatan produk lateks karet alam antara lain sebagai berikut:

1. Yuniati, Cebro, I.S (2013) melakukan analisa densitas sambung silang berpengisi karbon. Dari hasil penelitian diperoleh dengan densitas sambung silang menurun dengan meningkatnya bahan pengisi. Hal ini menunjukkan bahwa film tersebut telah mengalami sambung silang yang baik semasa proses pemvulkanisasian dilakukan [3].

(3)

3. Yudha Widyanata, Indah M.S. Sitorus, Indra Surya (2013) melakukan analisa sifat uji tarik vulkanisat karet alam dengan penambahan alkanolamida berpengisi kaolin. Dari hasil penelitian diperoleh kekuatan tarik vulkanisat karet alam berpengisi kaolin meningkat dengan penambahan alkanolamida. Peningkatan kekuatan tarik dapat disebabkan karena alkanolamida dapat meningkatkan kerapatan sambung silang dari vulkanisat karet alam. Analisa pemanjangan saat putus dari vulkanisat karet alam berpengisi kaolin meningkat dengan penambahan alkanolamida, sehingga dapat dikatakan penambahan alkanolamida kedalam kompon karet alam berpengisi kaolin dapat meningkatkan ekstensibilitas dari vulkanisat karet berpengisi kaolin. Efek dari bahan tersebut sama seperti bahan pemlastis (minyak) plastizicer [15].

2.2 PEMBUATAN SENYAWA LATEKS KARET ALAM

Campuran lateks karet alam dengan bahan kimia karet disebut senyawa (compound) lateks karet alam. Bahan kimia karet terdiri atas bahan kimia pokok dan bahan kimia tambahan. Bahan kimia pokok yaitu bahan vulkanisasi, pencepat reaksi, pengaktif, penstabil, antioksidan, dan pengisi. Sedangkan bahan kimia tambahan adalah bahan penyerasi antara pengisi dengan lateks karet alam.

2.2.1 Bahan Vulkanisasi

Vulkanisasi adalah suatu reaksi sambung silang (crosslinking) molekul-molekul karet oleh sulfur (belerang), sehingga dihasilkan suatu vulkanisat karet yang elastis dan kuat Reaksi ini merubah karet yang bersifat plastis (lembut) dan menjadi karet yang elastis, keras dan kuat. Vulkanisat karet tidak lagi bersifat lengket (tacky), tidak melarut tetapi hanya mengembang didalam pelarut organik tertentu. Penambahan pengisi-pengisi penguat untuk tujuan penguatan karet (rubber reinforcement) dilakukan pada saat pencampuran. Penguatan (reinforcement) disebabkan oleh daya interaksi antara karet dengan pengisi penguat [7]. Vulkanisasi juga merupakan proses kimia yang diperlukan untuk mengubah struktur mekanik karet dari visco–elastic dan terjadi perubahan bentuk untuk struktur tiga dimensi yang cukup kaku [16]

(4)

Charles Goodyear tahun 1839, untuk proses vulkanisasi ini sering dipakai senyawa belerang (sulfur) sebagai pengikat polimer karet tersebut. Pada proses vulkanisasi konvensional yang menggunakan belerang ini, dibutuhkan tiga sampai empat macam bahan kimia yaitu bahan pemvulkanisasi yaitu belerang, bahan pencepat (accelerator) berupa senyawa karbamat, bahan pengaktif (activator), dan bahan penstabil (stabilizer) yaitu KOH lalu dipanaskan pada suhu 40-50 °C selama 2-3 hari, pemanasan kedua 70 °C selama 2 jam, dan pemanasan akhir 100 °C selama 1 jam [11].

Secara umum sistem pemvulkanisasi di klasifikasikan menjadi tiga yaitu pemvulkanisasi konvensional, pemvulkanisasi semi effisien, dan pemvulkanisasi effisien. Untuk membedakan ketiga sistem ini dibedakan berdasarkan jumlah kuratif (perbandingan antara sulfur dan pencepat). Untuk sistem konvensional mengandung sulfur lebih banyak bila dibandingkan dengan pencepat. Sistem efisiensi mengandung pencepat lebih banyak dari pada sulfur. Sedangkan sistem semi effisiensi jumlah sulfur dan pencepat sama banyaknya [17].

2.2.2 Bahan Pencepat Reaksi (Accelerator)

Reaksi vulkanisasi dengan menggunakan sulfur biasanya berlangsung sangat lambat. Dalam dunia industri hal ini kurang efisien karena menambah waktu produksi secara tidak langsung juga menambah biaya, dan kekuatan film lateks yang dihasilkan rendah atau lemah. Kekuatan film lateks yang dihasilkan dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan-bahan pencepat reaksi dan bahan-bahan penggiat [18].

2.2.3 Bahan Pengaktif (Activator)

(5)

digunakan bahan pengaktif (activator) yaitu ZnO (zink oksida). ZnO (zink oksida) dipilih karena selain sebagai bahan pengaktif (activator), ZnO (zink oksida) juga berfungsi sebagai pengisi yang dapat memperkuat produk lateks karet alam [20].

2.2.4 Bahan Penstabil (Stabilizer)

Pada karet alam telah terdapat penstabil alami, tetapi bahan penstabil tambahan masih diperlukan yaitu KOH. Potasium hidroksida (KOH) selain berfungsi sebagai pengawet yang dapat mencegah pembiakan bakteri, dan dapat juga menjaga kestabilan koloid lateks dengan menghindarkan berlakunya fenomena pemekatan ZnO yang digunakan sebagai pengaktif. Selain daripada itu dapat juga meningkatkan kemampuan partikel lateks dan kemudian meningkatkan kestabilan lateks tersebut [21].

2.2.5 Bahan Antioksidan (Antioxidan)

Antioksidan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah oksidasi (mencegah reaksi dengan oksigen) pada produk karet. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif [22]. Bahan antioksidan ditambahkan dalam pembuatan lateks karet alam agar melindungi karet sebelum dan sesudah vulkanisasi, terhadap pengusangan oleh oksidasi, panas, sinar matahari (ozon) dan pengaruh mekanis. Karet alam telah memiliki bahan antioksidan alami, tetapi karena kadarnya rendah tidak cukup untuk melindungi karet terhadap proses oksidasi. Bila tidak ditambahkan bahan antioksidan tersebut pada karet, maka karet akan mudah lengket dan lunak serta menjadi keras dan retak – retak ataupun rapuh [23].

2.2.6 Bahan Pengisi (Filler)

(6)

besar dengan tujuan meningkatkan sifat fisik, memperbaiki karakteristik pengolahan lateks, dan menurunkan biaya [17].

Dalam penelitian ini bahan pengisi yang digunakan adalah bentonite clay. Bentonite Clay adalah suatu istilah nama dalam dunia perdagangan yang sejenis

lempung plastis yang mempunyai kandungan mineral monmorilonit lebih dari 85% dengan rumus kimianya Al2O3.4SiO2 x H2O. Bentonite dapat dibagi menjadi 2

golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Bentonite ini juga dikenal di Indonesia dengan nama cadas (batuan lempung), yang terdapat di permukaan bumi dan di bawah tanah (dibawah tanah antara 0.5 M s/d 2.5 M) dan biasanya di daerah perbukitan dan pegunungan [20]. Mulai terjadinya endapan bentonite karena:

Pelapukan

Pembentukan endapan bentonite hasil pelapukan kondisi komposisi mineral batuan, komposisi kimia dari air, dan daya air pada batuan asal. Dan terproses karena iklim, berbagai relief dan tumbuh-tumbuhan yang berada diatas batuan. Dan pembentukannya bentonite hasil dari pelapukan akibat reaksi kimia ion-ion Hidrogen (H+) dalam air tanah dengan senyawa silikat. Ion H+ berasal dari asam karbon akibat pembusukkan zat zat organik dalam tanah [20].

Larutan Hydrotermal

Larutan hydrotermal merupakan larutan yang bersifat asam dengan kandungan klorida,belerang,karbondioksida, dan silika. Komposisi larutan berubah karena ada reaksi dengan batuan gamping menjadi larutan alkali yang bersifat basa, lalu terbawa keluar dan akan tetap bertahan selama unsur alkali dan alkali tanah tetap terbentuk akibat penguraian batuan asal. Dengan adanya unsur alkali dan alkali tanah akan membentuk Monmorillonit. Monmorillonit terjadi karena adanya unsur Magnesium [20].

(7)

Endapan bentonite hasil transformasi atau devitrifikasi debu gunung api terjadi dengan sempurna, apabila debu diendapkan di dalam cekungan seperti danau atau laut, mineral gunung api lambat laun akan akan mengalami devitrifikasi [20].

Mineralogi

Bentonite adalah istilah lempung Monmorillonit dalam dunia perdagangan [20].

2.2.7 Bahan Penyerasi (Compatibilizer)

Kendala yang terdapat dalam penyediaan produk lateks karet alam yaitu kurang serasinya sifat kimia antara pengisi yang hidrofilik dan lateks karet alam yang hidrofobik. Maka untuk itu, diperlukan suatu modifikasi seperti pertukaran ion pada kation di bagian luar pengisi dengan menggunakan surfaktan organik [24].

Surfaktan merupakan bahan kimia yang berpengaruh pada aktifitas permukaan dan memiliki kemampuan untuk larut dalam air dan minyak. Molekul surfaktan terdiri dari dua bagian yaitu gugus yang larut dalam minyak (hidrofob) dan gugus yang larut dalam air (hidrofil). Surfaktan yang memiliki kecenderungan untuk laryt dalam minyak dikelompokkan dalam surfaktan oil soluble, sedangkan yang cenderung larut dalam air dikelompokkan sebagai surfaktan water soluble [25].

Surfaktan dapat digolongkan berdasarkan muatan pada gugus hidrofiliknya, yaitu:

Surfaktan anionik

Surfaktan anionik adalah molekul yang bermuatan negatif pada bagian hidrofilik atau aktif permukaan (surface-aktive). Sifat hidrofilik disebabkan karena keberadaan gugus ionik yang sangat besar, seperti gugus sulfat atau sulfonat [25].

Surfaktan kationik

Surfaktan kationik adalah senyawa yang bermuatan positif pada gugus hidrofilik atau bagian aktif permukaan (surface-aktive). Sifat hidrofilik umumnya disebabkan karena keberadaan garam amonium, seperti quaternary ammonium salt (QUAT) [25].

(8)

Surfaktan non-ionik adalah surfaktan yang tidak bermuatan atau tidak terjadi ionisasi molekul. Sifat hidrofilik disebabkan karena keberadaan gugus oksigen eter atau hidroksil [25].

Surfaktan amfoterik

Surfaktan amfoterik adalah surfaktan yang bermuatan positif dan negative pada molekulnya, dimana muatannya tergantung kepada pH, pada pH rendah akan bermuatan negatif dan pada pH tinggi bermuatan positif [25].

Dalam penelitian ini, jenis surfaktan yang digunakan adalah alkanolamida yang disintesa dari bahan baku RBDPKO (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil). Alkanolamida adalah surfaktan bukan ionik dimana gugus hidroksil

yang dimilikinya tidak cukup hidrofilik untuk membuat alkanolamida larut dalam air dengan sendirinya [10]. Oleh karena itu, diharapkan penggunaan alkanolamida dapat membuat interaksi antar fasa (interphase) antara bentonite clay dan lateks karet alam menjadi lebih kuat, dengan asumsi rantai hidrokarbon yang panjang akan berinteraksi dengan lateks karet alam yang bersifat non polar, sedangkan gugus amida akan berinteraksi dengan bentonite clay yang bersifat polar [26].

Alkanolamida yang merupakan surfaktan ini mempunyai bagian polar dan non polar, sehingga surfaktan akan membentuk sebuah jembatan antara pengisi bentonite clay dengan lateks. Terutama bagian OH dari bentonite clay yang

dimodifikasi dan terjadi interkulasi alkanolamida pada bentonite clay. Jenis alkanolamida yang paling penting adalah dietanolamida. Senyawa N-etanol alkil amida adalah senyawa yang termasuk dalam golongan fatty amida yang dapat dimanfaatkan sebagai surfaktan dalam produk deterjgen, kosmetik dan tekstil. Senyawa ini dapat dibuat dengan mereaksikan asam lemak sawit distilat dengan senyawa yang mengandung gugus atau atom Nitrogen seperti alkanolamida [10].

(9)

menggunakan larutan NaCl jenuh yang terlebih dahulu dilarutkan dalam dietil eter sehingga diperoleh senyawa alkanolamida [10].

Dalam penelitian ini, sumber trigliserida yang digunakan adalah asam palmitat dari turunan minyak kelapa sawit yaitu RBDPKO (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil). RBDPKO (Refined Bleached Deodorized Palm

Kernel Oil) dipilih sebagai sumber trigliserida karena memiliki kadar asam lemak

bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan [25].

Mekanisme reaksi pembuatan alkanolamida dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Reaksi Amidasi Trigliserida dengan Dietanolamina Menjadi Alkanolamida [10]

2.3 PROSES PENCELUPAN

(10)

produk lateks akan terhasil. Dalam industri, teknik pencelupan ini selalu digunakan untuk menghasilkan produk yang tipis dan berongga seperti sarung tangan, balon dan lain-lain [27].

2.4 PENGUJIAN/KARAKTERISASI

2.4.1 Uji Kekuatan Tarik (Tensile Stength)

Kekuatan tarik dari karet lebih sering diukur dibandingkan sifat-sifat yang lain kecuali kekerasan dan karet sering digunakan pada berbagai aplikasinya, contohnya sarung tangan dan kondom tergantung pada sifat kekuatan tariknya. Alasannya adalah bahwa kekuatan tarik merupakan ukuran kualitas senyawa tersebut dan ikut berperan dalam pengaturan penggunaan bahan pengisi berbiaya rendah. Senyawa-senyawa yang dipakai untuk industri umumnya memiliki kualitas yang tinggi, sehingga kekuatan tarik mengambil bagian penting pada spesifikasi senyawa-senyawa yang dipakai untuk industri [28].

Kekuatan tarik karet juga memiliki ketertarikan sains tersendiri dan tipe ikat silang serta derajat ikat silang mempunyai pengaruh yang signifikan pada kekuatan tarik karet alam. Umumnya, kekuatan tarik akan mencapai maksimum seiring dengan meningkatnya derajat ikat silang. Nilai maksimum kekuatan tarik terjadi pada densitas ikat silang yang lebih tinggi [28].

Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer yang terpenting dan sering digunakan untuk karakteristik suatu bahan polimer. Kekuatan tarik suatu bahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum (F maks) yang digunakan untuk memutuskan spesimennya bahan dibagi dengan luas penampang awal (Ao) dapat ditunjukkan pada persamaan 2.1 [29].

σ =

Dimana :

(11)

2.4.2 Uji Swelling Index Untuk Mendapatkan Kerapatan Sambung Silang

(Crosslink Density)

Swelling merupakan sifat non-mekanis, tetapi secara luas digunakan untuk mengkarakterisasi material elastomer. Swelling merupakan suatu perubahan bentuk yang tidak biasa karena perubahan volume merupakan suatu faktor yang tidak dapat diabaikan begitu saja, seperti halnya perubahan mekanik dan juga pembesaran tiga dimensi dimana jaringan mengabsorpsi pelarut hingga mencapai derajat keseimbangan swelling [19]. Pada titik ini, energi bebas berkurang diakibatkan pencampuran pelarut dengan rantai jaringan diseimbangkan oleh energi bebas yang meningkat seiring dengan meregangnya rantai. Pada prakteknya, polimer ditempatkan pada suatu wadah yang mengandung pelarut dimana polimer akan mengabsorpsi sampai peregangan rantai melebar, mencegah absorpsi yang lebih jauh lagi [19].

Uji Swelling adalah dilakukan dengan memotong film lateks sampel karet yang dibentuk secara bulat diameter 38 mm dan ketebalan 0,2 mm dengan metode perendaman dalam sikloheksana pada suhu kamar selama 30 menit untuk

memungkinkan pengembangan guna mencapai kesetimbangan difusi Kemudian permukaan sampel yang mengembang dihitung dengan menggunakan persamaan berikut [19] :

Dimana Ws dan Wi adalah berat dari benda uji sebelum mengembang dan setelah perendaman selama selang waktu. Rasio ini tentu merupakan ukuran

langsung dari tingkat hubungan silang. Berat sampel benda uji sebelum mengembang 38 mm [17].

Uji kerapatan sambung silang (crosslink density) juga dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Flory-Rehner seperti persamaan 2.2 berikut [30] :

(12)

Dimana :

(2MC-1) = densitas sambung silang

V0dan χ = volume molar dan parameter interaksi dari pelarut

(untuk toluene, V0 = 108,5 mol.cm-3and χ = 0,39)

ρNRL = densitas karet = 0,932 [31]

Vr adalah fraksi volume karet dalam gel yang membengkak, dihitung dari persamaan

2.3 [30] :

2.4.3 Karakterisasi Fourier Transform Infra Red (FT-IR)

Pada tahun 1965, Cooley dan Turky mendemonstrasikan teknik spektroskopi FT-IR. Pada dasarnya teknik ini sama dengan spektroskopi infra merah biasa, kecuali dilengkapi dengan cara perhitungan Fourier Transform dan pengolahan data untuk mendapatkan resolusi dan kepekaan yang lebih tinggi. Teknik ini dilakukan dengan penambahan peralatan interferometer yang telah lama ditemukan oleh Michelson pada akhir abad 19 [32].

Penggunaan spektrofotometer FT-IR untuk analisa banyak diajukan untuk identifikasi suatu senyawa. Hal ini disebabkan spektrum FT-IR suatu senyawa (misalnya organik) bersifat khas, artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum berbeda pula. Vibrasi ikatan kimia pada suatu molekul menyebabkan pita serapan hampir seluruh di daerah spektrum IR 4000-450 cm-1 [32].

(13)

aditif, panjang rantai, dan struktur rantai polimer. Di samping itu, analisis IR dapat digunakan untuk karakterisasi bahan polimer yang terdegradasi oksidatif dengan munculnya gugus karbonil dan pembentukan ikatan rangkap pada rantai polimer [32].

2.4.4 Karakterisasi Scanning Electron Microscope (SEM)

Scanning Electron Microscope (SEM) adalah alat yang dapat membentuk bayangan permukaan spesimen secara mikroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm diarahkan pada spesimen. Interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, Sinar X, elektron sekunder dan absorbsi electron [17].

Teknik SEM pada hakikatnya merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 20 μm dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan tofografi segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan [17].

Gambar topografi diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap oleh detektor dan diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas yang menggambarkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya gambar dimonitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket [17].

Sampel yang dianalisa dengan teknik ini harus mempunyai permukaan dengan konduktifitas tinggi, karena polimer mempunyai konduktifitas rendah, maka bahan perlu dilapisi dengan bahan konduktor (bahan penghantar) yang tipis. Yang biasa digunakan adalah perak, tetapi jika dianalisa dalam waktu yang lama, lebih baisk digunakan emas atau campuran emas dan palladium [17].

2.5 ANALISIS BIAYA

Dalam penelitian ini, dilakukan suatu analisa biaya terhadap pembuatan produk lateks karet alam. Adapun biaya untuk perancangan bahan mentah (raw material) produk membutuhkan bahan-bahan yakni sebagai berikut:

(14)

2. Bantonite Clay

3. Alkanolamida yang disintesa dari bahan RBDPKO (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil)

4. Wadah Pencelupan

Rincian biaya bahan, peralatan dan analisa diberikan dalam Tabel 2.3, Tabel 2.4 dan Tabel 2.5.

Tabel 2.3 Rincian Biaya Bahan Pembuatan Produk Lateks Karet Alam

Bahan Jumlah Harga (Rp) Biaya Total (Rp)

Lateks Karet Alam 6 kg Rp 28.000,-/kg 168.000,-

Bentonite Clay 4 kg Rp 25.000,-/kg 100.000,-

Alkanolamida 300 ml Rp 200.000,- 200.000,-

Plastik Zipper 2 buah Rp 17.000,-/buah 34.000,- Aluminium Foil 2 buah Rp 20.000.-/buah 40.000,-

TOTAL 542.000,-

Tabel 2.4 Rincian Biaya Peralatan Pembuatan Produk Lateks Karet Alam

Peralatan Jumlah Harga (Rp) Biaya Total (Rp)

Pembuatan Cetakan Wadah Pencelupan

5 buah Rp 20.000,-/ buah 100.000,-

(15)

Tabel 2.5 Rincian Biaya Analisa Pembuatan Produk Lateks Karet Alam

Analisa Jumlah Harga (Rp) Biaya Total (Rp)

a Fourier Transform Infra-Red

(FTIR)

Alkanolamida

1 sampel Rp 50.000,-/sampel 50.000,-

a Fourier Transform Infra-Red (FTIR) Produk Lateks Karet Alam

3 sampel Rp 75.000,-/sampel 225.000,-

Analisa Scanning

on Microscopy (SEM) 4 sampel Rp 250.000,-/ sampel

1.000.000,-

TOTAL 1.275.000,-

Gambar

Tabel 2.1 sifat fisis lateks karet alam [11].
Gambar 2.1  Reaksi Amidasi Trigliserida dengan Dietanolamina Menjadi
Tabel 2.3 Rincian Biaya Bahan Pembuatan Produk Lateks Karet Alam
Tabel 2.5 Rincian Biaya Analisa Pembuatan Produk Lateks Karet Alam

Referensi

Dokumen terkait

FOTO KEGIATAN RAPAT PENYUSUNAN DRAFT RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG RKP DESA TAHUN 2018. Jatilor, 25

Agar mekanisme penyelenggaraan Bimbingan Teknis Penguatan Metodologi Penelitian dapat dipahami oleh seluruh peserta secara baik, efektif dan komprehensif, Direktorat Karier

Peraturan Bupati Grobogan Nomor 8 Tahun 2015 tentang. Pedoman Penyusunan Peraturan Di Desa

[r]

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

[r]

Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 41 Rehabilitasi.. Jaringan