• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Energi Dan Variasi Bahan Pakan Pada Sapi Potong Di Bagian Hulu Dan Hilir Wilayah Daerah Aliran Sungai Jratunseluna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kandungan Energi Dan Variasi Bahan Pakan Pada Sapi Potong Di Bagian Hulu Dan Hilir Wilayah Daerah Aliran Sungai Jratunseluna"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kandungan Energi Dan Variasi Bahan Pakan Pada Sapi Potong Di Bagian Hulu Dan Hilir Wilayah Daerah Aliran Sungai Jratunseluna

(Energy Content and Variation f Material Feed n Beef Cattle n Part Areas f Upo o i o landAnd LowlandJratunseluna River Basin)

L. N. Mayangsari1 urahmanto2 M. Christiyanto2

, S dan

1

Mahasiswa Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang 2

Dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian Unversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Penelitianbertujuanmengkaji kandungan energidan variasibahan pakan pada

sapi potong di hulu dan hilir DAS Jratunseluna dengan pengujian bahan pakan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak yang dipilih secara acak di hulu dan hilir DAS Jratunseluna, pakan untuk mengetahui kandungan energi pada pakan sapi potong dan untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian pada ternak yang berada pada daerah hulu dan hilir DAS Jratunseluna, kawat nikelin, Na2CO3, Methyl red, aquades, dan oksigen dengan tekanan 25-30 Kpa. Data di analisis statistik menggunakan

uji Independent t-test.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ariasi pakan sapi potong div

daerah hulu dan hilir berbeda karena menyesuaikan ketersediaan pakan. Konsumsi bahan kering didaerah hulu lebih tinggi dari daerah hilir DAS Jratunseluna berbeda pada

(P<0,95). Konsumsi energi di daerah hulu lebih rendah dari daerah hilir DAS

Jratunseluna berbeda pada (P<0,70). Pertambahan bobot badan ternak di daerah hulu lebih rendah dari daerah hilir DAS Jratunseluna berbeda pada (P<0,60).

Kata Kunci: Sapi potong, energi, bahan pakan

ABSTRACT

The study aims to examine the energy content and variation of material feed on beef cattle in the uplandandthe lowland ofJratunseluna River basin with the feed material testing. Thematerialused in this study was randomly selected cattle in the upper and lower Jratunseluna River basin, feed to know the energy content in the feed beef cattle and to knowthe average of daily gains onlivestock in the uplandandthe lowland ofJratunseluna, wire nikelin, Na2CO3,methil red, aquades,and oxygen with a pressure of 25-30 Kpa. The datastatistically analyzed using. Independent t-test method. The results show thatthe variation of feed beef cattle in the upland and the lowland different because of the availability of fodder. Theconsumption ofdrymatteringredients in the upland areahigher than in the lowland areas of Jratunseluna on (P<0 95). Energy consumption, in the uplandis lower thaninthelowland ofJratunseluna basinon (P < 0 70)., Weight gain of livestockin the upland area lower than in the lowland on(P < 0 60).,

Keyword: beef cattle, energy, material feed

PENDAHULUAN

Jratunseluna merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terletak di provinsi Jawa Tengah. Peternakan sapi potong merupakan usaha yang sangat menjanjikan apabila dikembangkan di

DAS Jratunseluna karena merupakan wilayah sungai strategis nasional. Populasi sapi potong di daerah tersebut sangat tinggi yaitu sekitar 54,4% dari populasi ternak sapi potong di Jawa Tengah (Badan Pusat Statistik, 2013).

(2)

Kabupaten Semarang memiliki jumlah populasi ternak sapi potong sebanyak 51.901 ekor dan di Kabupaten Pati 93.227 ekor (Badan Pusat Statistik,

2013). Pengembangan sapi potong

harus memenuhi syarat - syarat pendirian usaha peternakan meliputi sumber air, pakan dan lingkungan yang mendukung dalam pendirian usaha sapi potong. Kabupaten Semarang memiliki jumlah populasi ternak sapi potong sebanyak 51.901 ekor dan di Kabupaten Pati 93.227 ekor (Badan Pusat Statistik, 2013).

Pakan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam

usaha peternakan. dengan tanpa

mengganggu kesehatan hewan yang bersangkutan (Sutardi et al., 2003). Pemberian pakan harus memenuhi kebutuhan zat - zat nutrisi yang seimbang

dan tepat. Bahan pakan adalah suatu

bahan yang dapat dimakan oleh hewan yang mengandung energi dan zat gizi (atau keduanya) di dalam pakan tersebut

(Hartadi, 1990). Energi merupakan

indikator utama dalam menentukan k e b u t u h a n p a k a n r u m i n a n s i a . Kebutuhan energi dipengaruhi oleh kondisi ternak serta faktor lingkungan. Kebutuhan energi untuk hidup pokok (maintenance) ternak di daerah tropis sekitar 30% lebih tinggi di bandingkan di daerah subtropis (Haryanto, 2012).

Penelitian bertujuan mengkaji

kandungan energi bahan pakan pada sapi potong di hulu dan hilir DAS

Jratunseluna dengan pengujian bahan pakan.

MATERI DAN METODE

Penelitian Kandungan Energi dan Variasi Bahan Pakan pada Sapi Potong di Bagian Hulu dan Hilir Wilayah Daerah Aliran Sungai Jratunseluna dilaksanakan pada tanggal 19 November sampai dengan 2 Desember 2015. Daerah hulu sebagai lokasi penelitian yaitu di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran dan Desa D a d a p a y a m , K e c a m a t a n S u r u h , Kabupaten Semarang serta daerah hilir yaitu Desa Sukorukun, Kecamatan Jaken dan Desa Sidomulyo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati.

Materi

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak di bagian hulu dan hilir DAS Jratunseluna, pakan, kawat

nikelin, Na2CO3, Methyl red, aquades,

dan oksigen dengan tekanan 25-30 Kpa.

Metode

Metode pengambilan sampling

ternak sebanyak 15 ekor ternak di etiaps

desa dengan cara sampling acak bertingkat (Stratified Random Sampling). Sampel ternak diperoleh dari 4 lokasi yang memiliki populasi ternak tertinggi di daerah sekitar DAS Jratunseluna yaitu Kecamatan Tengaran dan Kecamatan Suruh di Kabupaten Semarang serta Kecamatan Jaken dan Kecamatan Jakenan di Kabupaten Pati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Rata-rata Konsumsi BK, Efisiensi, Konsumsi Energi dan PBBH di hulu dan hilir DAS Jratunseluna

(3)

Konsumsi Bahan Kering (BK) Ternak Sapi Potong Antara Daerah Hulu dan

Hilir DAS Jratunseluna

Rata-rata konsumsi BK yang diperoleh di daerah hulu dan hilir berbeda pada (P<0,95) dapat dilihat konsumsi di d a e r a h h u l u 8 , 3 8 k g l e b i h t i n g g i dibandingkan daerah hilir 8,31 kg. Konsumsi BK kurang dari kebutuhan ternak yaitu di hulu kebutuhan BK sebanyak 9,30 kg di hilir kebutuhan BK sebanyak 9,31 kg. Menurut Tillman et al. (1991) kebutuhan konsumsi ransum pada sapi potong dalam BK sebanyak

3-4% dari bobot badannya. Konsumsi

pakan dipengaruhi oleh suhu lingkungan

dan palatabilitas, menurut Mas yurin eth

al. (2013) tingkat konsumsipakanternak

dipengaruhi oleh faktor internal (kondisi ternak itu sendiri) dan faktor eksternal

(lingkungan) seperti palatabilitas

ransum, dan pemberian ransum. Daerah hulu memiliki suhu yang lebih rendah yaitu rata – rata 29 ºC dan di daerah hilir

rata-rata 31 ºC pada siang hari,

perbedaan tersebut dipengaruhi oleh

topografi daerah hulu dan hilir. Suhu

d a e r a h h i l i r y a n g l e b i h t i n g g i menyebabkan konsumsi ternak lebih rendah dibandingkan daerah hulu.

Dahlen dan Stoltenow (2012) menyatakan bahwa pada saat suhu lingkungan naik menyebabkan konsumsi pakan menurun. Penggunaan pakan yang berbeda yaitu hijauan, pakan kasar, dan konsentrat di daerah hulu dan hilir j u g a m e m p e n g a r u h i b a n y a k n y a konsumsi pakan sapi potong. Ratio pakan di daerah hulu dan hilir masing-masing sebanyak pakan kasar 65,89% dan, 29,68% serta pakan penguat 34,11% dan 70,32% (Lampiran 10. dan 11). Suwignyo (2004) menyatakan bahwa perbedaan jenis pakan yang digunakan sebagai bahan penyusun r a n s u m j u g a d a p a t m e n i m b u l k a n perbedaan palatabilitas dan kandungan n u t r i e n y a n g p a d a a k h i r n y a menyebabkan perbedaan jumlah pakan

yang dikonsumsi oleh ternak. Selain itu, palatabilitas pakan pada ternak lebih berpengaruh penting terhadap konsumsi p a k a n . M e n u r u t M u c r a ( 2 0 0 5 ) palatabilitas bisa lebih penting dari kadar zat makanan, sebab palatabilitas mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi.

Nilai efisiensi penggunaan pakan menunjukkan banyaknya pertambahan bobot badan yang dihasilkan dari satu

kilogram pakan. Efisiensi pakan yang

diperoleh pada sapi potong di hilir dan hulu belum sesuai standar yaitu sebesar 6,01% dan 4,77% , artinya setiap 8,31 kg BK total konsumsi pakan sapi di daerah hilir yang dimanfaatkan oleh tubuh ternak untuk membentuk PBBH 1 kg sebesar 6,01% dan setiap 4,77% total konsumsi pakan sapi di daerah hulu yang dimanfaat kan oleh tubuh ternak unuk membentuk

PBBH 1 kg sebesar 8,38 kg. Menurut

Siregar (2008) yang menyatakan bahwa

efisiensi penggunaan pakan untuk sapi

normal berkisar 7,52-11,29%. Faktor

tinggi rendahnya efisiensi pakan yaitu umur dan kualitas pakan, selain itu banyaknya pakan yang dikonsumsi juga mempengaruhi efisiensi pakan. Menurut Sagala (2011) efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis pakan yang

digunakan. Kandungan energi dalam

ransum dapat membantu memperbaiki efisiensi pakan karena semakin tinggi kadar energi dalam ransum maka ternak mengkonsumsi pakan lebih sedikit tetapi menghasilkan pertambahan bobot badan

yang tinggi. Daerah tropis konsumsi

pakan akan lebih tinggi dibandingkan di daerah subtropis, karena kualitas ransum yang pada umumnya relatif lebih rendah.

Ransum berkualitas rendah m e n y e b a b k a n p r o d u k s i p a n a s metabolisme yang lebih tinggi, dan mengakibatkan efisiensi ransum yang

(4)

lebih rendah.

Konsumsi Energi Ternak Sapi Potong antara Daerah Hulu dan Hilir

DAS Jratunseluna

Rata-rata konsumsi energi di daerah hulu sebesar 140,66 mj lebih rendah dibandingkan hilir sebesar 145,43 mj. Data menunjukkan bahwa konsumsi energi di daerah hulu dan hilir DAS Jratunseluna berbeda pada (P<0,70). Perbedaan konsumsi energi t e r n a k d i d a e r a h h i l i r d a n h u l u disebabkan karena di daerah hilir kandungan energi pada bahan pakan lebih tinggi dibandingkan daerah hulu sehingga mempengaruhi konsumsi e n e r g i s a p i p o t o n g . F a k t o r y a n g mempengaruhi konsumsi energi yaitu kualitas pakan, semakin baik kualitas energi pakan yang diberikan maka semakin tinggi konsumsi energi ternak. Rahardjo (2002) menyatakan bahwa bahan pakan memiliki nilai energi yang tidak sama tergantung dari kandungan dari bahan pakan. Selain itu, banyaknya konsumsi pakan juga mempengaruhi banyaknya konsumsi energi. Menurut Kurniasari et al. (2009) bahwa konsumsi

energi akan meningkat apabila disertai

d e n g a n k o n s u m s i p a k a n y a n g meningkat pula.

Bahan pakan yang mengandung protein, karbohidrat dan lemak dapat menjadi sumber energi. Konsumsi karbohidrat dan protein yang berlebih akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk glikogen dan lemak, tetapi sebaliknya jika energi dari karbohidrat dan protein yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka glikogen dan lemak akan dirombak untuk mencukupi kebutuhan energi untuk hidup pokok ternak yang tidak tercukupi dari pakan.

Menurut Tillman et al (1991) bahwa.

k e l e b i h a n k o n s u m s i e n e r g i a k a n disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Pakan yang dikonsumsi jika tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan dirombak menjadi

energi sehingga dapat mempengaruhi produksi dan pertumbuhan ternak. M e n u r u t P a r a k a s i ( 1 9 9 9 ) t e r n a kk m e m a n f a a t k a n e n e r g i u n t u k pertumbuhan dan produksi setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi.

P e r t a m b a h a n B o b o t B a d a n Harian Ternak Sapi Potong antara Daerah Hulu dan Hilir DAS Jratunseluna

Rata-rata PBBH di daerah hilir yaitu 0,50 kg lebih tinggi dibandingkan daerah hulu yaitu 0,40 kg berbeda pada (P<0,60). P e r t a m b a h a n b o b o t b a d a n s a p i dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

faktor lingkungan dan pakan. Menurut

Kedang dan Nulik. (2004) lingkungan

merupakan faktor yang berpengaruh cukup besar terhadap penampilan

produksi seekor ternak. Kandungan

energi tiap bahan pakan di daerah hilir memiliki kandungan energi yang lebih tinggi dibandingkan di daerah hulu sehingga mempengaruhi PBBH di daerah

hulu dan hilir. Menurut Mucra (2005),

ternak yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan zat-zat makanan yang berbeda akan memperlihatkan PBBH berbeda pula, disamping itu adanya hubungan antara kualitas pakan dengan PBBH yaitu semakin baik kualitas r a n s u m m a k a s e m a k i n e fi s i e n pembentukan energi sehingga PBBH juga tinggi.

K e c e p a t a n p e r t u m b u h a n d i p e n g a r u h i o l e h k u a n t i t a s a t a u banyaknya pakan yang dikonsumsi. Menurut Yuwono dan Subiharta (2011) yang menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan diantaranya dipengaruhi o l e h p a k a n , b a i k k u a l i t a s d a n kuantitasnya. Ratio penggunaan pakan kasar dan pakan penguat di daerah hilir sebesar 29,68% dan 70,32% serta di daerah hulu yaitu sebesar 65,89% dan 34,11%. Pemberian pakan yang tinggi serat kasar yang terdiri hijauan dan jerami m e n y e b a b k a n p e n i n g k a t a n h e a t increment (HI) dibandingkan pemberian pakan penguat sehingga menyebabkan

(5)

PBBH di daerah hilir lebih tinggi dibandingkan daerah hulu karena ternak di daerah hulu kehilangan energi yang diperlukan untuk produktivitas. Menurut pendapat Ramdani (2008) Hijauan umumnya memiliki HI yang lebih besar daripada konsentrat jika dihubungkan d e n g a n l a m a n y a d i c e r n a d a n peningkatan kadar asam asetat.

KESIMPULAN

Penelitian dapat disimpulkan bahwa Konsumsi energi di daerah hilir lebih baik dibandingkan di daerah hulu dikarenakan kandungan energi bahan pakan di daerah hilir lebih baik. Konsumsi energi di daerah hilir lebih tinggi dibandingkan di daerah hulu menjadi faktor utama pertambahan bobot badan di daerah hilih lebih baik dibandingkan di daerah hulu.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Tengah dalam Angka 2013. Jawa Tengah : Badan Pusat Statistik Dahlen C. R., dan C. L. Stoltenow. 2012.

Dealing With Heat Stress n Beefi

Cattle operation. North Dakota State University Fargo, North Dakota.

Maluyu H., M. Christiyanto, S. Sunarso., dan F. Ballo. 2013. Intake and Digestibility of Cattle's Ration on C o m p l e t e F e e d B a s e d - O n Fermented Ammonization Rice Straw with Different Protein Level. International Journal of Science and Engineering. Vol 2(4).

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo., dan A . D . T i l l m a n . 1 9 9 0 . Ta b e l Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Haryanto, B. 2012 Perkembangan.

penelitian nutrisi ruminansia. Balai Penelitian Ternak. WARTAZOA Vol 22 (4).

Kedang A dan J Nulik. 2004. Evaluasi produktivitas sapi berdasarkan karakteristik bioklimat di Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Nasional Komunikasi Hasil-hasil P e n e l i t i a n T e r n a k d a n Pengembangan Peternakan dalam Sistem Usaha Tani Lahan Kering, K e r j a s a m a B a l a i P e n g k a j i a n T e k n o l o g i P e r t a n i a n d a n Pemerintah Kabupaten Sumba Timur, Sumba Timur.

Kurniasari, F., N. A. Rahmadani, R. Adiwinarti, E. Purbowati, E. Rianto d a n A . P u r n o m o a d i . 2 0 0 9 . P e n g a r u h le v e l k o n s e n t r a t terhadap pemanfaatan energi pakan dan produksi nitrogen mikroba pada sapi Peranakan O n g o l e . S e m i n a r N a s i o n a l Te k n o l o g i P e t e r n a k a n d a n Veteriner.

Masyhurin, A , H. Nugroho,. dan M.

Nasich. 2013. Pertambahan Bobot

Badan, Konsumsi dan Konversi

Pakan Induk Sapi Brahman Cross dengan Pakan Basal Jerami Padi dan Suplementasi Yang Berbeda. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.

Mucra D A., 2005. Pengaruh Pemakaian, .

Pod Coklat sebagai Pengganti

Jagung salam Ransum erhadapt

Pertambahan Bobot Badan dan Efisiensi Penggunaan Ransum p a d a S a p i B r a h m a n C r o s s . Fakultas Peternakan. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Rahardjo. 2002. Ilmu Teknologi Bahan Pakan. UNSOED: Purwokerto Ramdani, D. 2008. Pengaruh heat stress

terhadap performa sapi potong. Prosiding Seminar Nasionat Sapi Potong. Palu. Hal 67-77.

(6)

Sagala, W. 2011. Analisis Biaya Pakan dan Performa Sapi Potong Lokal Pada Ransum Hijauan Tinggi yang Disuplementasi Ekstrak Lerak ( S a p i n d u s r a r a k ) . F a k u l t a s Peternakan.Institut Pertanian B o g o r . B o g o r . ( S k r i p s i S 1 Peternakan)

Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suwignyo, B., A. Agus dan R. Utomo. 2004. Efektivitas penggunaan complete feed berbasis jerami padi fermentasi pada ternak Australian Commercial Cross. Proseding Seminar Nasional Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering. LUSTRUM VII Fak. Peternakan UGM, Yogyakarta.

Hal.: 74-80.

Tillman, A. D., S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, H. Hartadi dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Te r n a k D a s a r. G a d j a h M a d a University Press, Yogyakarta.

Yuwono D. M, dan Subiharta. 2011.

Pengaruh Kualitas Pakan erhadapt

Pertambahan Bobot Badan Sapi P o t o n g P a d a K e g i a t a n

Pendampingan PSDS i Kabupatend

Magelang. J litbang Pertanian.

Widyanto W., S. Surahmanto, M.

Mulyono, dan E. Kusumanti. 2011. Pelleted Field Grass to Increases T h e J a v a T h i n Ta i l S h e e p P r o d u c t i v i t y. J o u r n a l o f t h e I n d o n e s i a n T r o p i c a l A n i m a l Agriculture. Vol 36 (4)

Gambar

Tabel 1. Rata-rata Konsumsi BK, Efisiensi, Konsumsi Energi dan PBBH di hulu dan hilir DAS Jratunseluna

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan tugas akhir ini adalah menerapkan Perangkat Lunak LEAP untuk memproyeksikan energi listrik, memproyeksikan jumlah pelanggan listrik, kebutuhan energi listrik

Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi kemampuan ekstrak jahe (Zingiber officinale) dengan berbagai konsentrasi untuk menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus,

[r]

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika. © Wulan Indah Pratiwi, 2014

[r]

(dilengkapi photo copy SK Penugasan Guru/Beban mengajar dan lampiran pendukung lainnya dan dilegalisir yang berwenang);.. Mengumpulkan photo copy Sertifikat Pendidik

Dinata, Cintya Agreayu, Yuliarni Safrita dan Susila Sastri, 2013, Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok

Setelah kita merasa sudah memiliki sifat-sifat itu, mari kita ajak teman-teman kita agar dunia ini dapat menjadi tempat yang lebih baik bagi kita semua.. Sekian pidato yang bisa