• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Jenis ikan ini telah banyak dibudidayakan didaerah Kepulauan Riau dan Sumatera Utara, khususnya Kabupaten/Kota Nias, Tapanuli Tengah, Sibolga, Langkat, Serdang Bedagai dan Medan.

Sistematika Ikan Kerapu Lumpur Filum : chordate Subfilum : vertebrata Kelas : osteichtyes Subkelas : actinopterigi Ordo : percomorphi Subordo : percoidea Family : serranidae Genus : epinephelus

Spesies : Epinephelus suillus

Dalam dunia perdagangan, ikan kerapu lumpur dikenal dengan nama dagang estuaty, grouper, fah paan, chairomaruhata, chi hou.

(2)

Ciri-ciri dan Aspek Biologi

Ciri Epinephelus suillus, ada kemiripan dengan jenis ikan kerapu Lumpur lainnya, Epinephelus tauvina atau Epinephelus coioides, terutama penampakan bintik pada tubuhnya. Bentuk tubuh memanjang bagian kepala dan punggung berwarna gelap dan kehitamansedangkan perut berwarna keputihan, seluruh tubuhnya dipenuhi bintik-bintik kasar berwarna kecoklatan atau kemerahan.

Gambar 1. Ikan Kerapu Lumpur

Adapun pertumbuhan dan perkembangan ikan kerapu lumpur sebagaimana halnya dengan ikan kerapu lain, kerapu lumpur bersifat protogony hermaphrodite. Artinya jenis kelamin ikan berubah sejalan dengan pertumbuhannya. Pada waktu masih berumur 3 tahun atau kurang, ikan ini berkelamin betina. Namun sesudah berumur lebih dari 4 tahun ikan ini berubah kelamin menjadi jantan tanpa perubahan morfologi yang jelas. Ikan ini tumbuh cepat, pertumbuhan ikan kerapu Lumpur beragam, tergantung pada bobot awal, mutu dan jumlah pakan yang digunakan dan kondisi lingkungan. Panjang maksimum yang dapat dicapai sampai 95 cm. Ikan kerapu lumpur hidup diperairan muara sungai dengan kisaran kadar garam 15-30 ppt, suhu air 24-31 derajat Celsius, dan kadar oksigen terlarut antara 7,1-31 ppt.

(3)

Pengelolaan budidaya 1. Wadah budidaya

Wadah budidaya yang digunakan adalah kolam tambak. Adapun ukuran kolam tambak tersebut adalah 30m x 50m untuk proses pembesaran dan 15mx 50m untuk proses penggelondongan.

2. Penyediaan benih ikan kerapu

Benih ikan kerapu dapat diperoleh dari alam atau dari hutchery. Di alam ikan kerapu lumpur banyak hidup diperairan sekitar muara sungai yang berdasar lumpur dan ditumbuhi lamun (seagrass). Adapun musim benihnya berbeda pada setiap tempat. Ukuran benih yang tertangkap bervariasi, mulai 2-10 cm dengan bobot 5 -25gr. Penangkapannya dengan pukat pantai, sudu, pancing, dan bubu. Benih kerapu bisa juga diperoleh di hutchery.

3. Penebaran benih

Waktu penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Keseragaman ukuran benih juga perlu diperhatikan ketika penebaran. Tujuannya untuk mengurangi pemangsaan akibat sifat kanibal. Selain keragaman, kepadatan penebaran benih juga harus diperhatikan.

4. Pendederan

Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran 1,5x3x3 m dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading (pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya kepadatannya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jaring besar ukuran 3x3x3m

(4)

dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian dipindahkan ke dalam tambak pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi (500 gram).

5. Pakan dan Pemberiannya

Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan kerapu. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara ad libitum (sampai kenyang). Kerapu lumpur termasuk karnivora yang memangsa ikan –ikan kecil, udang, cumi-cumi, rajungan dan kepiting. Ikan ini dapat dilatih makan pellet berkadar protein tinggi. Namun pada stadia larva, ikan ini merupakan pemakan plankton. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan berupa ikan rucah dengan dosis 8% bobot badan/hari. Selanjutnya dosis dirutinkan menjadi 5% setelah bobotnya mencapai 300gr/ekor. Perubahan dosis pakan dilakukan setiap bulan setelah dilakukan penimbangan berat. Semakin besar ikan semakin kecil dosis pakan yang diberikan.

Sedangkan untuk pembesaran adalah 8-10% dari total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan lemuru. Benih kerapu yang baru ditebardapat diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4hari, pelet dapat dicampur dengan ikan rucah.

(5)

6. Hama dan Penyakit

Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam budidaya ini adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah : (a) penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm, (b) penyakit akibatprotozoa, seperti :

cryptocariniasis dan broollynelliasis, (c) penyakit akibatjamur (fungi), seperti :

saprolegniasis dan ichthyosporidosis, (d) penyakit akibat serangan bakteri, (e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus).

7. Panen dan Penanganan Pasca Panen

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ntuk menjaga kualitas ikan kerapu yang dibudidayakan antara lain : penentuan waktu panen, peralatan panen, teknik panen, serta penanganan pasca panen. Waktu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan merupakan ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada padi atau sore hari sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen. Peralatan yang digunakan pada saat panen, berupa : scoop, kerancang, timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan peralatan aerasi.

Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dengan metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual.

(6)

Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak ½ sampai 2/3 bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalananyaitu 19-210C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi. Kepadatan ikan sekitar 50kg/wadah.

Aspek Produksi dan Pemasaran

Perkembangan ekspor Ikan, khususnya produksi perikanan laut termasuk ikan kerapu budidaya Kajapung dan hasil penangkapan para nelayan, dari Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1995 Indonesia mengekspor hasil produksi perikanan (belum termasuk komoditas udang) sebesar 25.000 ton dengan nilai US $ 65.326.000, kemudian meningkat menjadi 27.000 ton dengan nilai US $ 64.058.000 pada tahun 1996, dan meningkat pesat pada tahun 1998 menjadi 708.000 ton dengan nilai US $ 680.639.000 (Anonimous, 2009)

Yang paling penting dengan pengembangan usaha ini adalah, bahwa harga jual produksi dari tahun ke tahun semakin baik dan sangat prospektif. Selain itu dengan teknologi budidaya karamba ini, produksi ikan dapat dipasarkan dalam keadaan hidup, dimana untuk pasaran ekspor ikan hidup nilainya lebih mahal

(7)

hingga mencapai 10 kali lipat dari pada ekspor ikan fresh. Ditinjau dari sisi pemasaran, peluang pengembangan usaha agribisnis perikanan masih sangat terbuka, oleh karena laju pertumbuhan produksi perikanan dunia yang masih didominasi oleh perikanan laut dan telah menunjukkan trend yang baik, terutama dengan semakin meningkatnya konsumsi dunia sejalan dengan bertambahnya penduduk dunia serta peningkatan pendapatan. Sementara itu produksi perikanan dari negara-negara maju mengalami penurunan, sehingga kian membuka peluang bagi kelompok negara-negara berkembang terutama Indonesia untuk meningkatkan produksi (Anonimous, 2010)

Pertimbangan lain adalah, bahwa usaha budidaya ikan kerapu ini dapat dikembangkan hampir di sebagian besar wilayah pantai di tanah air, asalkan memenuhi persyaratan teknis seperti keadaan gelombang dan angin yang tidak terlalu keras, bebas polusi, serta aspek teknis lainnya. Dan yang terakhir, usaha budidaya ikan kerapu relatif lebih mudah dari pada budidaya udang tambak, sehingga dari segi kemampuan dan keterampilan SDM pada umumnya tidak menjadi masalah, apalagi di beberapa daerah para nelayan telah berinisiatif merintis usaha semacam ini secara tradisional, yaitu pembesaran ikan kerapu dengan karamba jaring apung dan tambak yang bibitnya berupa ikan tangkapan.(Anonimous, 2010)

Permintaan ikan kerapu alias grouper, di dalam negeri maupun diluar negeri terus meningkat karena rasa, keindahan (sebagai ikan hias), dan aroma yang khas. Harga ikan karang ini boleh dikatakan tinggi, apalagi dalam keadaan hidup dan ditangkap dilaut. Sayangnya, kerapu tangkapan sudah mulai berkurang

(8)

sehingga diperlukan budidaya agar potensi mendatangkan rupiah juga besar. Di beberapa sentra produksi, justru kerap mengalami kekerangan pasokan untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat (Khoironi, 2009).

Harga ikan kerapu sekalipun fluktuatif, rata-rata masih cukup tinggi. Harga berabagai jenis ikan kerapu di pasaran internasional meningkat sekitar US$ 12 per kilogram (kg) hingga US$ 50 per kg dibandingkan dengan harga di tingkat pembudidaya di indonesia (Anonimous, 2009).

Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan pengekspor ikan kerapu terbesar pada awal 1990-an, melampaui Filipina. Namun posisi itu hanya bertahan sekitar lima tahun, dan belakangan posisi Indonesia merosot (Anonimous, 2009).

Data Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) pada 2001 menunjukkan bahwa budi daya ikan kerapu pada tahun itu mencapai 7.500 ton dari total produksi (budi daya dan tangkap) secara nasional sekitar 58.905 ton. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada 1999, yang mencatat jumlah 1.759 ton untuk budi daya dari total produksi sekitar 45.231 ton. Sementara untuk ekspor kerapu tercatat 1.098 ton (1999), 1.167 ton (2000), dan 1.284 ton (2001). Berdasarkan data DKP, produksi ikan kerapu Indonesia pada 2004 sebanyak 6.552 ton sedangkan pada 2006 diperkirakan mencapai 12 ribu ton dan pada 2009 diproyeksikan naik menjadi 30 ribu ton. Sedangkan untuk ekspornya, pada 2006 mencapai 4.800 ton senilai 24 juta dolar AS sementara pada tahun ini diperkirakan sebanyak 6.340 ton atau 31,7 juta dolar AS.

(9)

Masyarakat Nelayan Wilayah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah ±12.586 jiwa dengan hasil penangkapan 21.821 ton per tahun (data produksi tahun 2007). Dengan hasil produksi tersebut dapat dikembangkan beberapa usaha pengelolahan hasil perikanan selain yang dipasarkan di pasar lokal maupun di pasar ekspor seperti pengelolaan lanjutan dari surimi (bakso dan kerupuk ikan) .(Dinas Perikanan Serdang bedagai, 2009).

Pemasaran ikan sampai saat ini belum ada kendala, hanya saja membutuhkan banyak biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan karena Kabuapten Serdang Bedagai berjarak ± 60 km atau 1 (satu) jam perjalanan dari Medan (ibukota Propinsi Sumatera Utara) yang menjadi pusat pemasaran ikan di Propinsi Sumatera Utara dan juga pintu eksport ke luar negeri (Dinas Perikanan Serdang bedagai, 2009).

Setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis tertentu pasti berharap banyak untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai. Apalagi jika keuntungan itu dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya. Pengetahuan tentang ikan yang akan dibudidayakan dan keberanian untuk memulai usaha saja tidak mendukung kegiatan usaha ini. Untuk itu, diperlukan modal untuk mengelolanya agar usaha dapat berkembang seperti yang diharapkan. Di pasaran terlihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen tidak hanya satu jenis saja, tetapi bermacam-macam. Oleh karenanya, pemilihan produk dapat dilakukan pada satu atau jenis ikan, diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi jenis (yang dipilih) tersebut (Pusat Riset, 2009).

Sistem dan usaha agribisnis yang sedang dipromosikan adalah sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing tinggi. Hal ini dapat dicirikan dengan

(10)

efisiensi yang tinggi mampu merespons perubahan pasar secara cepat dan efisien, menhasilkan produk bernilai tambah tinggi, menggunakan inovasi teknologi sebagai sumber pertumbuhan dan produktivitas dan nilai tambah. Hal ini dapat disikapi dengan pembangunan industri hulu da industri hilir pertanian yang dapat memperbaiki sistem dan prospek pertanian ke arah yang berpotensi positif (David, 2002).

Jenis ikan yang akan diproduksi perlu dipertimbangkan dan ditentukan terlebih dahulu. Jenis ikan yang dipilih hendaknya dapat memenuhi selera pasar dengan baik dan disesuaikandengan lahan yang tersedia. Hasil produksi ikan yang memenuhi selera pasar akan lebih memudahkan pemasaran sehingga tidak ada kekhawatiran ikan tidak terjual (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008).

Perusahaan dikatakan break even apabila setelah dibuat perhitungan laba rugi dari satu periode kerja atau dari satu kegiatan usaha tertentu, perusahaan itu tidak mengalami laba dan tidak juga mengalami kerugian (Sigit, 1990).

Usaha budidaya ikan kerapu ini menjadi menarik karena produknya memiliki nilai jual tinggi, meski durasi masa panen mencapai 6-7 bulan, namun dengan harga untuk pasar lokal mencapai kisaran Rp.60.000-Rp.70.000 per kilogram menjadi sektor usaha yang prospektif . apalagi bila produksi ikan kerapu itu dikelola dengan pengawasan kualitas yang ketat, sehingga bisa menembus pangsa mancanegara maka harganya pun semakin tinggi. Di pasar ekspor, dihargai tidak kurang dari Rp.100.000 per kilogram.(Hendra, 1987)

Pada tahun 2006, Indonesia menargetkan produksi kerapu sebanyak 100.000 ton. Itu hanya untuk memenuhi permintaan pasar Asia. Untuk itulah, sebagai salah satu komoditas unggulan, produksinya perlu terus digenjot melalui

(11)

budi daya untuk memenuhi kebutuhan pasar Asia dan memacu perolehan devisa (Anonimous, 2009).

2.2. Landasan Teori

Perikanan merupakan salah satu ekspor pembangunan yang memberikan pendapatan devisa yang tidak kecil. Walaupun beberapa komoditas perikanan seperti rumput laut, kerapu, udang memberikan prospek bisnis yang menguntungkan, industri pengolahan belum memberikan kontribusi nilai tambah yang semestinya dalam pembangunan nasional. Ternyata pengusahaan sumber daya perikanan di Indonesia yang telah mencapai 62% ternyata tidak di imbangi melalui industri pengolahan hasil perikanan. Ekspor perikanan masih berkisar pada produk segar, beku, kaleng. Akibatnya daya saing produk perikanan Indonesia baik dipasaran domestik maupun global rendah. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kinerja sistem industri pengolahan ikan di Indonesia masih rendah dan lemah.(Sudrajat A, 2008).

Pemasaran merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan. Jika produksi besar, tetapi tidak memiliki sasaran pasar maka hasil produksi tidak akan bisa terjual. Oleh karena itu, sebelum melangkah ke usaha produksi, sebaiknya pengusaha perikanan berpikir dan berorientasi ke aspek pemasaran terlebih dahulu. Perubahan dan perkembangan yang terjadi dipasar sebaiknya dapat dianalisa secara akurat. Pengusaha yang ingin maju harus selalu tanggap akan hal ini (Sofyan, 2004)

Menurut Pusat Riset Perikanan Budidaya, (2000) Srategi pengembangan agribisnis, merupakan suatu upaya sangat penting untuk mencapai tujuan, yaitu:

(12)

menarik dan mendorong munculnya industi baru disekitar perikanan; menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien, dan fleksibel; menciptakan nilai tambah; menciptakan penerimaan devisa; menciptakan lapangan kerja.

Aspek finansial mencakup pembiayaan proyek pembangunan yang akan maupun yang sedang dikerjakan dan relevansinya dengan manfaat yang akan diperoleh. Aspek ini akan diawali dengan memperhitungkan aspek pembiayaan dari kegiatan yang paling kecil sampai yang paling besar. (Soekartawi, 1995)

Menurut Achmad Sudrajat (2008) Untuk analisis kelayakan usaha, perhitungan biaya yang sering dilakukan yaitu, break even point (BEP), return of investment (ROI) serta benefit cost ratio (B/C).

Reveniuw cost ratio lebih besar dari 1 (satu) berarti manfaat (benefit) lebih

besar dari biaya (cost) yang digunakan untuk memeperoleh benefit itu. Bukan hanya sekedar benefit lebih besar dari biaya, tetapi B/C ratio lebih besar dari satu sedemikian rupa sehingga benefit dapat menutupi selain dari biaya, juga dapat mengembalikan (repayment) investasi. Bukan hanya sekedar dapat munnutupi biaya dan pengembalian investasi , tetapi benefit juga harus dapat memberikan keuntungan (profit) bagi perusahaan ( Radiks, 1997).

Benefit merupakan manfaat atau faedah yang diperoleh atau dihasilkan

dari suatu kegiatan yang produktif. Misalnya pembangunan atau rehabilitasi atau perluasan sehingga diperoleh hasil yang lebih besar. Benefit yang diperoleh mungkin sama tiap-tiap periode dan mungkin berbeda. Maka dalam disiplin penelitian dan penilaian proyek. Benefit diberlakukan sebagai benefit tetap (fixed

(13)

Penggunaan ROI bertujuan untuk :

1. Mengetahui tingkat (%) kembalinya modal yang digunakan.

2. Merumuskan apakah untuk membiayai aktivitas bisnis digunakan modal sendiri atau modal dari luar (pinjaman). Hal ini ditinjau dari ROI (%) dengan tingkat (%) pinjaman(dari luar) (Radiks, 1997).

Biaya merupakan pengeluaran yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan dimasa yang akan datang. Biaya dapat digolongkan kedalam 2 jenis yaitu biaya eksplisit yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi. Kedua biaya implisit yaitu biaya yang dimiliki faktor produksi apabilah digunakan (Soekartawi, 2002).

Biaya biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contohnya pajak, sewa lahan, sewa gedung, dan penyusustan peralatan. Biaya variabel dapat didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya tenaga kerja, pupuk, bibit, peralatan dan lain-lain (Soekartawi, 1995)

2.4. Kerangka Pemikiran

Kerapu merupakan jenis ikan laut yang paling populer dan bernilai ekonomis tinggi diantara jenis ikan karang di kawasan Asia-Pasifik. Permintaan ikan kerapu khususnya dalam kondisi hidup untuk tujuan ekspor, seperti ke hongkong dan Cina bagian Selatan cenderung meningkat setiap tahun.

(14)

Faktor-faktor yang mempengaruhi budidaya laut memeliki peluang bisnis yang tinggi adalah : permintaan ekspor hasil laut yang tinggi, teknologi budidaya yang terus berkembang, budidaya yang berkelanjutan,dan potensi lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran atau biaya (R/C) usaha budidaya ikan kerapu maka dapat memberikan informasi tentang proporsi keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha . Jika R/C ratio > 1 maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan dan layak untuk diusahakan atau dikembangkan. Namun jika R/C ratio < 1 maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk diusahakan atau dikembangkan.

Dengan diketahuinya biaya( pengeluaran) yang terdiri dari biaya tetap ( fixed cost) dan biaya variabel ( variabel cost) pada proses produksi dan penerimaan yang diperoleh maka dapat diketahui keuntungan yang diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Jika penerimaan lebih besar daripada total biaya yang dikeluarkan maka usaha tersebut memperoleh keuntungan. Sedangkan jika penerimaan lebih kecil daripada total biaya yang dikeluarkan maka usaha tersebut mengalami kerugian.

Titik impas pulang modal (BEP atau break event point). BEP merupakan titik impas, yaitu kondisi usaha saat itu tidak mendapat keuntungan maupun kerugian:

BEP Volume Produksi = Total biaya (TC)

Pq

BEP Harga Produksi = Total Biaya (TC) Q

(15)

Di mana :

Pq : Harga per satuan produk (Rp/kg)

Q : Total produksi (kg)

TC : Total Biaya (Rp)

Nilai efisiensi penggunaan modal (ROI atau return on investment). ROI dihitung untuk mengetahui keuntungan dari modal yang telah digunakan, yaitu:

ROI = Keuntungan (NP) x 100% Biaya Operasional (TC)

Nilai kelayakan usahatani (R/C ratio atau return/cost ratio). R/C ratio merupakan angka perbandingan hasil penjualan ( penerimaan) dengan total biaya produksi, sekaligus menunjukkan tingkat efisiensi pendapatan suatu usahatani. Semakin besar R/C ratio (>1) maka semakin menguntungkan usahatani tersebut.

R/C ratio = Total Penerimaan (TR) Total Biaya (TC)

(16)

Perencanaan Bisnis Ikan Kerapu (Epinephelus sp.)

Menyatakan Proses Menyatakan Terdiri dari

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Budidaya ikan kerapu

Biaya Input Penerimaan R/C ROI Strategi pemasaran BEP Volume Produksi BEP Harga Produksi Layak Tidak Layak BEP

(17)

2.5 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah Budidaya ikan kerapu yang di usaha oleh petani di daerah penelitian layak untuk dijalankan.

Gambar

Gambar 1. Ikan Kerapu Lumpur

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil Uji t yang dilakukan untuk melihat perbedaan persepsi antara petani di kabupaten Jombang dan peta- ni di Kabupaten Deli Serdang diperoleh nilai t

Walaupun demikian, informasi yang diperoleh dari kegiatan ini relevan dengan kriteria PHPL terutama kriteria 3.1 dan Informasi yang diperoleh dari kegiatan ini secara umum

Tujuan menghasilkan sistem yang mendukung proses kinerja pada Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa khususnya dalam melakukan pelayananan terhadap donatur yaitu

Dalam proses membuat kartu anggota perpustakaan melalui aplikasi Senayan Library Management System (SLiMS), 10 orang mahasiswa yang peneliti uji dapat melakukan

Dengan demikian berdasarkan pemaparan masalah di atas belum ada penelitian yang mengkaji tentang Implementasi Aritificial Neural Network (ANN) untuk Klasifikasi

Tujuan dari kampanye ILM Sikantun (Sikap Kata Santun) adalah mengajak anak untuk membudayakan berperilaku dan berkata santun pada lingkungan sekitar serta

- Senyawa Mg(OH)2 digunakan dalam pasta gigi untuk mengurangi asam yang terdapat di mulut dan mencagah terjadinnya kerusakan gigi, sekaligus sebagai pencegah maag - Mirip

Komponen – komponen yang terdapat dalam sistem pakar yaitu User Interface yang dalam sistem ini adalah halaman cek penyakit kucing, basis pengetahuan yang