• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR DAN KERAGAMAN GENETIK POPULASI LOKAL MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI JAWA TIMUR, BALI, DAN LOMBOK I NENGAH WANDIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR DAN KERAGAMAN GENETIK POPULASI LOKAL MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI JAWA TIMUR, BALI, DAN LOMBOK I NENGAH WANDIA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR DAN KERAGAMAN GENETIK

POPULASI LOKAL MONYET EKOR PANJANG

(Macaca fascicularis) DI JAWA TIMUR, BALI, DAN LOMBOK

I NENGAH WANDIA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Struktur dan Keragaman Genetik Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Jawa Timur, Bali, dan Lombok” adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Februari 2007

I Nengah Wandia

(3)

ABSTRAK

I NENGAH WANDIA. Struktur dan Keragaman Genetik Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Jawa Timur, Bali, dan Lombok. Di bawah bimbingan BAMBANG SURYOBROTO, SRI SUPRAPTINI MANSJOER, dan HADI S. ALIKODRA.

Monyet ekor panjang tersebar luas di Daratan Asia Tenggara, Lempeng Sunda, Kepulauan Filipina, dan daerah Wallacea Selatan. Di Indonesia hewan ini diduga berasal dari Daratan Asia Tenggara dan penyebarannya di kepulauan selatan diyakini dari barat ke timur dengan Jawa sebagai awal. Pulau Bali dan Lombok terpisah oleh selat yang dalam sehingga menimbulkan ketidakjelasan cara penyebaran monyet ekor panjang ke daerah sebelah timur garis Wallace. Penelitian ini mengungkapkan struktur populasi, keragaman fenotipe kualitatif, dan keragaman genetik populasi lokal monyet ekor panjang di Jawa Timur (sebagai asal) serta Pulau Bali dan Lombok yang mengapit garis Wallace dengan tujuan untuk mengetahui sejarah kehidupan yang telah dilaluinya. Penelitian dilakukan di dua populasi lokal di Kawasan Jawa Timur, enam populasi lokal di Pulau Bali, dan dua populasi lokal di Pulau Lombok.

Hasil penelitian menunjukkan parameter-parameter demografi bervariasi dan monyet muda adalah anggota terbanyak di masing-masing populasi lokal. Rasio monyet jantan dan betina dewasa beragam dengan kisaran sempit antara 1:1,7 dan 1:3,7 dengan rataan 1:2,3. Nisbah antara ukuran populasi efektif terhadap jumlah monyet dewasa rata-rata 0,75 untuk seluruh populasi lokal. Dua rasio ini mungkin merupakan karakter khas populasi lokal monyet ekor panjang di Indonesia.

Secara umum, monyet ekor panjang di Jawa Timur, Bali dan Lombok memiliki warna yang sama untuk mahkota, rambut punggung, rambut paha lateral, dan kulit abdomen. Warna mahkota, rambut pungggung, dan rambut paha lateral tersebut adalah kuning keemasan-kecokelatan, serta warna kulit abdomennya kebiruan. Selain itu, seluruh monyet ekor panjang yang diobservasi memiliki cambang transzigomatikus. Karakter jambul dan pusaran kepala, secara umum, ditemukan di seluruh populasi lokal di Kawasan Jawa Timur, Pulau Bali, dan Pulau Lombok. Dapat disimpulkan bahwa populasi monyet ekor panjang di Jawa Timur, Pulau Bali, dan Pulau Lombok memiliki fenotipe yang sama.

Keragaman genetik populasi lokal dikaji menggunakan penanda DNA mikrosatelit. Populasi lokal yang diteliti, secara umum, berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg yang berarti bahwa anggotanya melakukan perkawinan secara acak. Analisis genetik menunjukkan populasi monyet ekor panjang di Kawasan Jawa Timur memiliki rataan heterosigositas dan rataan jumlah alel per lokus (berturut-turut 0,653 dan 4,89) lebih tinggi daripada yang ditemukan di Pulau Bali (0,580 dan 3,98) dan Pulau Lombok (0,481 dan 3,56). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa penyebaran monyet ekor panjang di kepulauan selatan Indonesia berjalan dari barat ke timur dengan Jawa Timur sebagai pintu penyebaran.

(4)

ABSTRACT

I NENGAH WANDIA. Population Structure and Genetic Variation in Local Populations of Long Tailed Macaques (Macaca fascicularis) in East Java, Bali, and Lombok. Under the supervision of BAMBANG SURYOBROTO, SRI SUPRAPTINI MANSJOER, and HADI S. ALIKODRA.

The long tailed macaque is widely distributed in Mainland Southeast Asia, Sunda Shelf, Philippine Archipelago, and southern archipelago of Wallacea. Mainland Southeast Asia was regarded as their origin and subsequent migration in Southern Archipelago of Indonesia was predicted from west to east with Java as the gate. Bali and Lombok Islands are separated by deep strait which causes uncertainty about mode of their transportation to the eastern region of Wallace line. This study explored the population structures, the qualitative phenotypes, and the genetic variations of long-tailed macaques in East Java Region (as the origin) and Bali and Lombok Islands which flank Wallace line with the aim to infer their past migration. Sampling was conducted at two local populations in East Java Region, six in Bali Island, and two in Lombok Island.

Results showed that the parameters of demography varied and juvenile macaques comprised the most portions in each local population. Ratios of adult male to adult female varied in small range from 1:1.7 to 1:3.7 with an average of 1:2.3. Ratios of effective population size to total number of adult males and females were homogeneous with an average of 0.75 across local populations. The two ratios may be regarded as typical characters of macaque populations in Indonesia.

In general, the macaques in East Java, Bali, and Lombok have the same color of crown, dorsal pelage, lateral thigh pelage, and abdominal skin. The color of the crown, the dorsal pelage, and the lateral thigh pelage was golden-yellow to brown, and that of the abdominal skin was bluish. Furthermore, all of the long tailed macaques observed had transzygomatic type lateral facial crest. The characteristics of the phenotypes of crest and swirl on head were, generally, to be found throughout the local populations. It can be concluded that the populations of long tailed macaques in East Java Region (Java), Bali, and Lombok have the same phenotypic characters.

The genetic variation in the local populations was examined using microsatellite DNA markers. The populations examined, in general, were regarded as being in Hardy-Weinberg equilibrium which means that the members of the local populations mate randomly. The genetic assessment demonstrated that the populations in East Java had average heterozygosity per individual and average number of alleles per locus (0.653 and 4.89, respectively) relatively higher than those of the populations in Bali (0.580 and 3.98) and Lombok (0.481 and 3.56). The results indicated that the migration patterns of long tailed macaques in Southern Archipelago of Indonesia went from west to east with East Java (Java) as the origin.

Key words: population structure, phenotype, genetic variation, long tailed macaques

(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

(6)

STRUKTUR DAN KERAGAMAN GENETIK

POPULASI LOKAL MONYET EKOR PANJANG

(Macaca fascicularis) DI JAWA TIMUR, BALI, DAN LOMBOK

I NENGAH WANDIA

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Progam Studi Primatologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(7)

Judul Disertasi : Struktur dan Keragaman Genetik Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Jawa Timur, Bali, dan Lombok

Nama Mahasiswa : I Nengah Wandia Nomor Pokok : P067030011

Program Studi : Primatologi (PRM)

Disetujui

Komisi Pembimbing

(Dr. Bambang Suryobroto) Ketua

(Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer) (Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS) Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Primatologi Dekan Sekolah Pascasarjana

(Prof. Drh. Dondin Sajuthi, MST, PhD) (Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS)

(8)

PRAKATA

Pertama-tama, penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya disertasi yang berjudul “Struktur dan Keragaman Genetik Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Jawa Timur, Bali, dan Lombok” dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Bambang Suryobroto, Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer, dan Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, M.S atas semua arahan dan bimbingan dari sebelum penelitian sampai penulisan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dekan FKH dan Rektor Univesitas Udayana yang telah memberikan izin tugas belajar, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB dan Rektor IPB yang telah menerima penulis sebagai mahasiswa di Sekolah Pascasarjana IPB, dan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi yang telah memberikan beasiswa BPPS.

Secara khusus, penulis menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Dr. Bambang Suryobroto (Kepala Laboratorum Zoologi FMIPA, IPB), Dr. Agustin Fuentes (Notredame University), Dr. N. K. Mahardika (Direktur Biomedik FKH-UNUD), Dr. drh. Diah Iskandariati (Kepala Laboratorium Mikrobiologi PSSP), drh. Nengah Budiarsa (APPERI), dan drh. Aida L. Rompis (Direktur Pusat Kajian Primata UNUD) atas bantuan fasilitas, bahan kimia, dan finansial sehingga penelitian dapat diselesaikan sesuai yang direncanakan. Juga, kepada drh. I Gd. Soma MKes, drh. IGA. Arta Putra, MS, Dr. drh. I Kt. Suatha, drh. I Pt. Yasa, dan Islamul Hadi, SSi, MSi, sebagai tim inti penangkap monyet saat penelitian lapangan, serta anggota lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, penulis menyampaikan penghargaan atas bantuan tenaga fisik di lapangan.

Penulis tidak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada pengelola atau pemangku adat di Pura Gunung Pengsong, Pura Bukit Gumang, Wanara Wana Ubud, Sangeh, Alas kedaton, Pura Uluwatu, Pura Pulaki, dan Pura Giri Sloka Alas Purwo. Demikian pula, kepada petugas polisisi hutan di lokasi Alas Purwo, Baluran, dan Sangeh atas segala bantuan fisiknya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kepada staf dan teman-teman di Laboratorium Zoologi FMIPA IPB, penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya atas bantuan dan kerjasamanya. Akhirnya, kepada isteri dan keluarga, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas kesabaran dan dukungan moral serta materialnya selama menempuh studi di IPB.

Semoga disertasi ini ada manfaatnya.

Bogor, Februari 2007 I Nengah Wandia

(9)

RIWAYAT HIDUP

I NENGAH WANDIA, anak kedua dari pasangan suami istri Ketut Singra dan Ni Nengah Wengsi, lahir tanggal 1 Oktober 1966 di Jembrana, Bali. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada tahun1979 di SD 2 Dangintukadaya, Negara, Jembrana. Pada tahun 1982, pendidikan menengah pertama ditamatkan di SMP 1 Negara, dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 1985 di SMA 1 Negara, Jembrana. Selanjutnya, penulis mengikuti pendidikan kedokteran hewan di Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Udayana dan memperolah gelar Sarjana Kedokteran Hewan (Drs. Med. Vet.) pada tahun 1989, dan gelar Dokter Hewan diraih oleh penulis di tempat yang sama pada tahun 1991. Tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan pascasarjana S2 di Program Studi Primatologi, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor, dan tahun 2003 penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan S3 di program studi yang sama.

Sejak tahun 1994 sampai sekarang penulis menjadi staf pengajar di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Pada bulan Oktober 1999, penulis mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan dan seminar Asian Science

Seminar on Biodiversity selama dua minggu di Primate Research Institute, Kyoto

University, Inuyama, Aichi, Jepang.

Penulis menikah dengan Ni Wayan Deani pada tanggal 19 September 1997, dan sampai saat ini telah dikaruniai dua orang putra, Yayang Putra Dewanta dan Dewangga Putra Dewanta.

(10)

ix

DAFTAR ISI

halaman DAFTAR TABEL ………. xii

DAFTAR GAMBAR ……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvi PENDAHULUAN ……… Latar Belakang ……… Identifikasi Masalah ……… Tujuan Penelitian ……… Pemecahan Masalah ……….. Hipotesis ………. Manfaat Penelitian ……….. 1 1 4 4 4 5 6 TINJAUAN PUSTAKA ………

Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis) ……… Reproduksi ……….. Morfologi ……… Genetika Populasi Monyet Ekor Panjang ………... DNA Mikrosatelit ………... Amplifikasi Fragmen DNA ……….. Keragaman Genetik ……… 7 7 11 11 13 14 15 16 MATERI DAN METODE PENELITIAN ………

Pendekatan Populasi ……….. Waktu dan Lokasi Penelitian ……… Koleksi dan Analisis Data ……… Pendekatan Morfologi Eksternal (Fenotipe Kualitatif)………….. Waktu dan Lokasi Penelitian ……… Alat dan Bahan ………. Koleksi dan Analisis Data Fenotipe ………. Pendekatan Genetik (Mikrosatelit) ……… Waktu dan Lokasi Penelitian ……… Alat dan Bahan ……….. Primer Mikrosatelit ……… Pengambilan Contoh Darah Monyet Ekor Panjang ………... Ekstraksi dan Purifikasi DNA Total ……….

Amplifikasi Lokus Mikrosatelit ………... Peubah Genetika Populasi ………. Analisis Data Mikrosatelit………..

18 18 18 18 21 21 21 21 23 23 24 24 25 25 27 28 28

(11)

x

HASIL DAN PEMBAHASAN ……… Struktur Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang di Kawasan Jawa Timur, Pulau Bali, dan Pulau Lombok ………...

Hasil Penelitian ……… Kelompok Sosial dan Komposisi Umur Anggota Populasi Lokal ……….. Kepadatan Populasi Lokal………. Rasio Monyet Ekor Panjang Jantan dan Betina Dewasa serta Ukuran Populasi Efektif ………. Pembahasan ……… Simpulan ……… Keragaman Fenotipe Kualitatif Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang di Kawasan Jawa Timur, Pulau Bali, dan Pulau Lombok

Hasil Penelitian ……… Kelas Fenotipe Kualitatif dan Sebaran Karakter……… Warna Mahkota, Rambut Punggung, Rambut Paha Lateral, dan Kulit Abdomen ……….. Cambang (Crest Lateral Wajah) dan Jambul ………… Pusaran Rambut Kepala ……… Analisis Korespondensi Karakter Fenotipe Kualitatif Monyet Ekor Panjang Penelitian ……….. Pembahasan ………

Warna Mahkota, Rambut Punggung, Rambut Paha Lateral, dan Kulit Abdomen ……….. Cambang dan Jambul ……… Pusaran Rambut Kepala Monyet Ekor Panjang………. Kekhasan Fenotipe Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang ……….. Simpulan ……… Struktur Genetik Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang di Kawasan Jawa Timur, Pulau Bali, dan Pulau Lombok……… Hasil Penelitian ………

Alel dan Lokus Polimorfik ……… Distribusi Frekuensi Alel ……….. Variasi Genetik dan Keseimbangan Hardy-Weinberg... Deferensiasi Genetik Populasi Lokal Dalam Pulau dan Aliran Genetik ………... Diferensiasi Genetik Populasi Lokal Seluruh Pulau …. Jarak Genetik Antar Populasi Lokal ………. Pembahasan ………

Lokus Mikrosatelit Polimorfik dan Penyebaran Alel… Keragaman dan Diferensiasi Genetik ………... Jarak Genetik Antar Populasi Lokal ………. Simpulan ……… Pembahasan Umum ………

Struktur Populasi, Keragaman Fenotipe Kualitatif, dan Keragaman Genetik Populsi Lokal ………

30 30 30 30 32 32 33 40 41 41 41 42 45 49 52 59 59 61 62 63 66 67 67 67 70 79 83 84 85 88 88 91 96 99 101 101

(12)

xi

Filogeografi Monyet Ekor Panjang Jawa Timur, Bali, dan Lombok ……… Spesiasi Aloptrik ……… Keragaman Genetik Sebagai Basis Pengelolaan Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang ………..

104 107 109 SIMPULAN DAN SARAN ………..

Simpulan ………. Saran ……… 112 112 112 DAFTAR PUSTAKA ………... 113 LAMPIRAN ……….. 120

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah monyet ekor panjang dewasa yang diamati untuk data

fenotipe kualitatif di masing-masing populasi lokal …………... 22 2 Jumlah contoh darah monyet ekor panjang pada masing-masing

populasi lokasi ………... 23 3 Struktur populasi, luas habitat, dan kepadatan populasi lokal

monyet ekor panjang di Jawa Timur, Pulau Bali, dan Pulau

Lombok ……… 30

4 Rasio jantan dan betina dewasa serta ukuran populasi efektif (Ne) populasi lokal monyet ekor panjang di Kawasan Jawa

Timur, Pulau Bali, dan Pulau Lombok ……… 32 5 Sebaran karakter kelas fenotipe kualitatif di sepuluh populasi

lokal monyet ekor panjang………. 41 6 Distribusi frekuensi warna mahkota, rambut punggung, rambut

paha lateral, dan kulit abdomen monyet ekor panjang di sepuluh

populasi lokal ………... 44 7 Frekuensi karakter transzigomatikus dan infrazigomatikus kelas

fenotipe jambul pipi monyet ekor panjang di sepuluh populasi

lokal………. 46

8 Frekuensi karakter tengah/tegak, kiri/ke kiri, kiri/tegak, dan tanpa jambul kelas fenotipe jambul monyet ekor panjang di

sepuluh populasi lokal………... 47 9 Frekuensi karakter kanan/searah, kiri/berlawanan,

kanan-kiri/searah-berlawanan, sepan/searah, depan/berlawanan, dan tanpa pusaran kelas fenotipe pusaran kepala monyet ekor

panjang di sepuluh populasi lokal ……...………. 50 10 Jumlah alel pada masing-masing lokus mikrosatelit di sepuluh

populasi lokal monyet ekor panjang ……… 68 11 Heterosigositas dan simpangan baku masing-masing lokus

mikrosatelit pada populasi lokal monyet ekor panjang di

Kawasan Jawa Timur, Pulau Bali, dan Pulau Lombok ………… 80 12 Rataan heterosigositas (H) dan galat baku (SE) populasi lokal

monyet ekor panjang di Kawasan Jawa Timur, Pulau Bali, dan

Pulau Lombok ... 81 13 Nilai FIT masing-masing lokus mikrosatelit pada populasi lokal

(14)

xiii

14

Diferensiasi genetik (FST) dan jumlah migran efektif (Nem)

pada populasi lokal dalam Kawasan Jawa Timur, Pulau Bali,

dan Pulau Lombok ……….. 84 15 Jarak genetik standar Nei (DS) antar populasi lokal monyet ekor

panjang ………. 86 16 Rataan jarak genetik standar Nei (DS) antar populasi kawasan

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Diagram alur kerangka pikir penelitian ………. 6 2 Populasi lokal monyet ekor panjang yang diteliti untuk struktur

populasi dan fenotipe kualitatif ………. 18 3 Lokasi pencuplikan darah monyet ekor panjang ………... 23 4 Komposisi monyet anak, muda, dan dewasa di masing-masing

populasi lokal monyet ekor panjang………... 31 5 Komposisi gabungan monyet anak dan muda, betina dewasa, dan

jantan dewasa di masing-masing populasi lokal monyet ekor

panjang……… 31

6 Warna mahkota, rambut punggung, dan rambut paha lateral monyet

ekor panjang ………. 43 7 Warna kulit adomen monyet ekor panjang ……… 45 8 Cambang (A) dan jambul (B) monyet ekor panjang ………. 46 9 Sebaran frekuensi jenis (posisi dan kecondongan) jambul monyet

ekor panjang di seluruh populasi lokal ……….. 48 10 Pusaran kepala pada monyet ekor panjang ……… 49 11 Proyeksi karakter fenotipe monyet ekor panjang pada sumbu F1

dan F2 analisis korespondensi berganda ……….. 54 12 Proyeksi karakter fenotipe monyet ekor panjang, jenis kelamin, dan

populasi lokal pada sumbu F1 dan F2 analisis korespondensi

berganda ……… 56 13 Proyeksi karakter fenotipe monyet ekor panjang, jenis kelamin, dan

populasi lokal pada sumbu F1 dan F3 analisis korespondensi

berganda ……… 58 14 Alel lokus D1S533 ……… 67 15 Rataan jumlah alel seluruh populasi lokal di dalam Kawasan Jawa

Timur, Pulau Bali, dan Pulau Lombok ……….. 69 16 Rataan alel per lokus seluruh populasi lokal di dalam Kawasan

(16)

xv

17

Distribusi frekuensi alel lokus D1S533 di sepuluh populasi lokal

monyet ekor panjang ………. 70 18 Distribusi frekuensi alel lokus D1S548 di sepuluh populasi lokal

monyet ekor panjang ……… 71 19 Distribusi frekuensi alel lokus D1S550 di sepuluh populasi lokal

monyet ekor panjang ………..

72 20 Distribusi frekuensi alel lokus D2S367 di sepuluh populasi lokal

monyet ekor panjang ……… 73 21 Distribusi frekuensi alel lokus D3S1768 di sepuluh populasi lokal

monyet ekor panjang ………. 74 22 Distribusi frekuensi alel lokus D4S243 di sepuluh populasi lokal

monyet ekor panjang ………. 75 23 Distribusi frekuensi alel lokus D4S2456 di sepuluh populasi lokal

monyet ekor panjang ……… 77 24 Distribusi frekuensi alel lokus D5S820 di sepuluh populasi lokal

monyet ekor panjang ………. 78 25 Distribusi frekuensi alel lokus D2S1368 di sepuluh populasi lokal

monyet ekor panjang ………. 79 26 Rataan heterosigositas (H) seluruh populasi lokal di dalam

Kawasan Jawa Timur, Pulau Bali, dan Pulau Lombok ……… 82 27 Diferensiasi genetik populasi lokal monyet ekor panjang (FST)

untuk seluruh kawasan atau pulau (Jawa Timur, Pulau Bali, Pulau

Lombok) ……… 85

28 Pengelompokan populasi lokal monyet ekor panjang berdasaran

jarak genetik standar Nei (DS) dengan metode UPGMA ………….. 87

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Preparasi membran dialisis, larutan dialisis, dan urea lysis buffer…. 121 2 Pewarnaan perak (silver staining) pada gel poliakrilamid 7% …….. 122 3 Rumus yang digunakan dalam analisis fenotipe dan genetik ……… 123 4 Kelas fenotipe jambul monyet ekor panjang dan Uji T ………... 127 5 Kelas fenotipe pusaran kepala monyet ekor panjang dan Uji T …… 128 6 Analisis korespondensi karakter fenotipe monyet ekor panjang …... 129 7 Frekuensi alel masing-masing lokus mikrosatelit pada sepuluh

populasi lokal monyet ekor panjang ………. 132 8 Ideks Fiksasi (FIT) lokus mikrosatelit pada masingmasingpopulasi

lokal monyet ekor panjang dan nilai ?2 ………. 134 9 Runutan nukleotida primer mikrosatelit yang digunakan untuk

penelitian ………

136 10 Alel mikrosatelit yang terobservasi pada monyet ekor panjang

(Elektroforesis pada gel poliakrilamid 7% dengan pewarnaan

perak) ……… 137

Referensi

Dokumen terkait

Hasil jagung P 27 pada perlakuan pupuk kandang (T1) dan sludge (T2) secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 5) disebabkan karena kandungan

Dalam pengertian yang luas sebagai perasaan na- sional lagu-lagu perjuangan disebut sebagai lagu wajib yang diajarkan mulai pada tingkat pendidikan dasar, hingga perguruan tinggi

Terna merupakan ide pusat dalam suatu cerita, atau merupakan pokok pikiran yang utama atau yang terpenting. Pokok pikiran utama dalam naskah Ma'rifatul Bayan ini,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aransemen lagu etnik pada gitar tunggal dengan studi kasus pada karya-karya Jubing merupakan kontribusi sebuah ilmu pengetahuan

Kompor gasifikasi dengan diameter 10 cm membutuhkan waktu startup lebih lama yaitu mencapai 4.36 menit jika dibandingkan dengan kompor berdiameter 12 cm yang

Pada akhir pembelajaran kegiatan belajar 1 ini diharapkan siswa dapat: memahami pengetahuan dasar teknologi yang meliputi: perkembangan teknologi dan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.. Menguak Tabir

Sebagian besar wisatawan datang ke objek wisata Gunung Dempo karena untuk melepaskankan diri dari kejenuhan (Escape) sebagai faktor pendorong berkunjung ke