• Tidak ada hasil yang ditemukan

Banar Pujantoko dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): , September 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Banar Pujantoko dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): , September 2014"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

164

KADAR LIGNIN DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK (KBO) KULIT BUAH KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN JAMUR Marasmius sp. DENGAN SUMBER NITROGEN BERBEDA SECARA

IN-VITRO

(IN-VITRO STUDY ON LEVELS OF LIGNIN AND ORGANIC MATERIALS DIGESTIBILITY (OMD) THE FERMENTED CACAO PODS USING Marasmius sp. WITH DIFFERENT NITROGEN SOURCES)

Banar Pujantoko, Suparwi, Sri Utami

Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto e-mail :pujantoko_banar@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kadar lignin kulit buah kakao yang difermentasi dengan jamur Marasmius sp. Dan mengetahui kecernaan bahan organik (KBO) kulit buah kakao yang difermentasi dengan jamur Marasmius sp. secara in-vitro. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah kakao (Theobroma cacao L) dan Jamur Marasmius sp. isolate murni agar miring. Media yang digunakan dedak padi, kepala ikan tongkol dan urea. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan, masing-masing perlakuan diulang lima kali. Hasil analisis variansi menunjukan bahwa pemberian sumber nitrogen urea sebesar 0,75 berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lignin kulit buah kakao. Sedangkan pada hasil yang diperoleh dari analisis variansi kecernaan bahan organik menunjukan berpengaruh nyata (P<0,05) pada perlakuan yang ditambahkan tepung kepala ikan tongkol. Rataan yang diperoleh dari kadar lignin antara 2,63+0,08% sampai 4,02+0,12% dan rataan kecernaan bahan organik (KBO) antara 28,6204+1,3191% sampai 32,8970+2,7545%. Kesimpulan dari penelitian adalah Sumber nitrogen dari urea 0,75% menurunkan kadar lignin sebesar 91%, Sedangkan sumber nitrogen dari tepung kepala ikan tongkol 7,5% hanya menurunkan kadar lignin sebesar 87%. Dan Sumber nitrogen dari urea 0,75% mampu menaikan kecernaan bahan organik (KBO) sebesar 28,62%, Sedangkan sumber nitrogen dari tepung kepala ikan tongkol 7,5% mampu meningkatkan kecernaan bahan organik sebesar 32,89%.

Kata kunci : Jamur Marasmius sp. , kulit buah kakao, urea, tepung kepala ikan tongkol, dedak padi.

ABSTRACT

The research was aimed to determine lignin of cacao pods are fermented with the fungus Marasmius sp. and to know the organic matter digestibility (OMD) cacao pods were fermented with the fungus Marasmius sp. in vitro. The material used in this study the cacao pods (Theobroma cacao L) and fungus Marasmius sp. isolate pure agar slant. Media used were rice bran, tuna heads and urea. This research used Completely Randomized Design (CRD) with four treatments, each treatment was repeated five times. Theresult of analysis of variance showed that administration of 0,75 urea nitrogen source significantly (P<0,01) affected the lignin content of cacao pods. While the results obtained from the analysis of variance organic matter digestibility showed a significant effect (P<0,05) in the treatment of flour added with tuna head. The average of lignin content obtained was between 2,63 %+0.08% and 4,02+0,12 % and the average organic matter digestibility (OMD) was between 28,6204+1.3191% and32,8970+2,7545%. The rescarch conclusion that 0.75% nitrogen lowered lignin content of 91%, while 7,5% nitrogen source of flour tuna head only lowered lignin content by 87 %. Sources of nitrogen from urea of 0,75 % were able to increase the organic matter digestibility (OMD) as much as 28,62 %, while 7,5% nitrogen sources of flour tuna head increased the organic matter digestibility of 32,89 %.

(2)

165

Keywords :FungusMarasmius sp. , Cocoa pods, urea, flour tuna head, rice bran.

PENDAHULUAN

Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam usaha peternakan. Ketersediaan pakan hijauan sangat berfluktuasi, berlimpah pada musim hujan dan terjadi kekurangan saat kemarau (Islamiyati, 2010). Hal tersebut menjadi hambatan sekaligus tantangan bagi para peternak untuk tetap menyediakan pakan dengan kandungan protein yang tinggi, murah dan berkelanjutan.Nelson (2011), penyediaan pakan telah bergeser kepada upaya eksplorasi dan pemanfaatan bahan pakan nonkonvensional dengan nilai kompetisi yang masih rendah. Pemanfaatan limbah hasil perkebunan atau limbah agroindustri berfungsi sebagai sumber pakan bagi ternak ruminansia. Efektif tidaknya pemanfaatan suatu limbah faktor penentu utamanya adalah ketersediaan bahan, harga dan kandungan nutrien. Limbah perkebunan sebagai pakan ternak salah satunya adalah kulit buah kakao, Mujnisa (2007). Wulan (2001), menyatakan bahwa kulit buah kakao adalah limbah utama hasil pengolahan buah kakao yang sangat potensial untuk dimanfaatkan, diantaranya sebagai sumber pakan ternak ruminansia.

Kulit buah kakao adalah limbah hasil perkebunan yang dapat dijadikan sebagai pakan alternatif ternak ruminansia dan unggas (Nuraini dan Maria, 2011). Kulit buah kakao merupakan hasil ikutan tanaman kakao dengan proporsi mencapai 75% dari buah segar (Suparjo et al, 2011) biji kakao sebanyak 23% dan plasenta 2% (Wawo, 2008). Saleh (1998) setiap tahun produksi biji kakao meningkat, hal tersebut mengakibatkan sernakin meningkatnya kulit buah kakao yang terbuang.

Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana.Di Provinsi Jawa tengah pada tahun 2011 luas areal perkebunan kakao mencapai 5.900,11 ha dan menghasilkan produksi kakao sebesar 1.417 ton (Badan Pusat Statistik, 2012). Produksi kulit buah kakao mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan produktivitas dan luas areal tanam kakao. Jika persentase kulit buah kakao adalah 75 % dari buah kakao secara utuh maka akan dihasilkan limbah kulit buah kakao sebesar 1.062,75 ton dalam satu tahun. Sudirja et al (2005) kulit buah kakao dapat mencemari lingkungan akan tetapi dapat diatasi dengan penanganan dan teknologi yang tepat untuk dimanfaatkan. Nelson (2011) menyatakan bahwa pemanfaatan kulit buah kakao sebagai pakan ternak akan memberikan dua dampak utama yaitu peningkatan ketersediaan bahan pakan dan mengurangi pencemaran lingkungan akibat pembuangan kulit buah kakao yang kurang baik.

Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kecernaan bahan pakan adalah dengan cara menggunakan enzim dan asam yang dihasilkan oleh jamur Marasmius sp. Jamur Marasmius sp digunakan untuk merombak antinutien dan lignin yang terkandung dalam kulit buah kakao. Hasil penelitian Suhermiyati (2003), penggunaan jamur Marasmius sp. Dapat menurunkan kandungan lignin kulit buah kakao sebanyak 78,76 % dari 15,54 % menjadi 3,3 %.

Agar jamur Marasmius sp. dapat tumbuh dengan baik diperlukan sumber nitrogen yang mencukupi.Sumber nitrogen untuk pertumbuhan jamur Marasmius sp. diantaranya di dapat dari urea dan tepung kepala ikan tongkol. Tepung kepala ikan tongkol mempunyai kandungan nitrogen sekitar 19% (Suhermiyati, 2003). Tepung kepala tongkol dapat dijadikan sumber nitrogen bagi pertumbuhan jamur Marasmius sp. Sedangkan urea merupakan sumber nitrogen dengan kandungan nitrogen sekitar 42%. Karena kandungan nitrogen yang tinggi menyebabkan urea

(3)

166

mudah larut dalam air. Jamur Marasmius sp yang di tambahkan dengan sumber nitrogen dari urea akan cepat dalam proses penguraian kandungan lignin di bandingkan dengan sumber nitrogen dari tepung kepala ikan tongkol. Dalam hal pendegradasian fraksi serat kasar berupa lignin dan selulosa, penggunaan nitrogen dalam senyawa lain sangat diperlukan untuk pertumbuhan jamur Marasmius sp. Sumber nitrogen dapat ditambahkan menggunakan 1,75% KNO3 dan 0,5% urea (Hendritomo, 1995).

Kulit buah kakao adalah salah satu limbah hasil perkebunan yang dapat dijadikan sebagai pakan ternak ruminansia. Kulit buah kakao mempunyai kandungan nutrien yang cukup baik, akan tetapi juga mengandung anti-nutrien serta zat toksin yang merupakan faktor pembatas untuk bahan pakan ternak. Faktor pembatas tersebut yaitu 3,5 dimetilsantin atau yang lebih dikenal dengan nama trinialnya yaitu teobromina, yang kandunganya sebesar 0,17 - 0,20 %. Teobromina mempengaruhi jaringan myocardial (sel pada jantung) dan sistem diuretic (ingin kencing). Antinutrien lain yang terkandung pada kulit buah kakao adalah kadar selulosa 27 – 31 %, hemiselulosa 10 – 13 % serta lignin 12 – 19 %. Faktor – faktor tersebut menyebabkan rendahnya tingkat kecernaan. Untuk menurunkan kadar lignin dan menghilangkan antinutrien dapat dilakukan dengan fermentasi menggunakan jamur Marasmius sp. Jamur Marasmius sp. dalam kehidupanya menghasilkan enzim lignin peroksidase dan selulase. Enzim lignin peroksidase merupakan enzim ekstraseluler yang berfungsi memecah lignin menjadi air, oksigen, dan senyawa yang lebih sederhana dengan bobot molekul rendah sehingga dapat dicerna oleh enzim hewan. Fermentasi menggunakan jamur Marasmius sp. dapat mengurangi kadar lignin dalam limbah kakao (Hutagalung dan Chang, 1978).

Jamur Marasmius sp. yang diberi tambahan sumber nitrogen dari urea akan mengalami pertumbuhan yang cepat dan mampu mendegradasi kandungan lignin pada kulit buah kakao. Sedangkan jamur Marasmius sp. yang diberi tambahan sumber nitrogen dari tepung kepala ikan tongkol pertumbuhanya jauh lebih lambat dibandingkan dengan jamur Marasmius sp. yang ditambah dengan sumber N dari urea (Suhermiyati,2003).

METODE

Materi yang digunakan dalam penelitian adalah kulit buah kakao (Theobroma cacao L) yang diperoleh dari PT. Rumpun Sari Antan desa Kradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas. Jamur Marasmius sp. isolate murni agar miring diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Kelompok Pusat Penelitian Antar Universitas (KPPAU) Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung. Media yang digunakan Dedak Padi, Kepala Ikan Tongkol didapat dari daerah Wonosobo dan Jatilawang, Banyumas, Seperangkat alat dan bahan yang digunakan untuk analisis kadar lignin dan kecernaan bahan organik.

Penelitian untuk mengukur kadar lignin di lakukan dengan analisis Van Soest (Goering,H.K dan P.J. Van Soest, 1970) dan kecernaan bahan organik (KBO) dilakukan menggunakan metode experimental secara in vitro (Tilley dan Terry, 1963).

R1 : Kulit buah kakao +10% dedak padi + 0,75% urea + 125% aquades + 2,5% jamur Marasmius sp. R2 : Kulit buah kakao 10% dedak padi + 1,5% urea + 125% aquades + 2,5% jamur Marasmius sp. R3 : Kulit buah kakao + 10% dedak padi + 7,5% tepung kepala tongkol + 125% aquades + 2,5%

(4)

167

R4 :Kulit buah kakao + 10% dedak padi + 15% tepung kepala tongkol + 125% aquades + 2,5% jamur Marasmius sp.

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah kadar lignin dan kecernaan bahan organik (KBO).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Lignin Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.)

Rataan presentase kadar lignin kulit buah kakao yang difermentasi menggunakan jamur Marasmius sp. disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kadar Lignin (Theobroma cacao L.)

Perlakuan Total

(%) Rataan (%) Standar defiasi (%)

R1 13,16 2,63 +0,08

R2 17,93 3,59 +0,04

R3 20,08 4,02 +0,12

R4 18,17 3,63 +0,08

Total 69,34 3,47

Keterangan: R1: tepung kulit buah + 10% dedak padi + 0,75% urea +125% aqudes + 2,5% jamur

Marasmius sp. R2 : tepung kulit buah + 10% dedak padi + 1,5% urea +125% aqudes + 2,5% jamur

Marasmius sp. R3 : tepung kulit buah + 10% dedak padi + 7,5% tepung kepala ikan tongkol +125%

aqudes + 2,5% jamur Marasmius sp. R4: tepung kulit buah + 10% dedak padi + 15% tepung kepala

ikan tongkol +125% aqudes + 2,5% jamur Marasmius sp.

Dari hasil tabulasi data diperoleh rataan kadar lignin sebesar 3,47%, rataan terkecil pada perlakuan R1 sebesar 2,63 % yaitu kulit buah kakao + 10% dedak padi +0,75% urea+125% aquades

dan 2,5% Jamur Marasmius sp, sedangkan perlakuan dengan rataan tertinggi adalah perlakuan R3

sebesar 4,02%, yaitu kulit buah kakao + 10% dedak padi + 7,5% tepung kepala ikan tongkol + 125% aquades dan 2,5% Jamur Marasmius sp. bila dibandingan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhermiyati (2003) hasil penelitian pada kulit buah kakao yang difermentasi dengan jamur Marasmius sp. dengan penambahan 1% urea + 10% dedak padi + 88% aquades yang di fermentasi selama 7 minggu diperoleh kadar lignin sebesar 15,54%. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2007) yang menggunakan bungkil biji jarak yang difermentasi dengan jamur Marasmius sp. diperoleh kadar lignin sebesar 28,34%.

Tabel 2. BNJ Kadar Lignin Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.)

Perlakuan R1 2,6318 R2 3,5850 R3 4,0166 R4 3,6346 R4 1,0028 ** 0,0496 0,3820 ** R3 1,3848 ** 0,4316 ** R2 0,9532 ** R1

Keterangan: R1: tepung kulit buah + 10% dedak padi + 0,75% urea +125% aqudes + 2,5% jamur

(5)

168

Marasmius sp.R3 : tepung kulit buah + 10%dedak padi + 7,5% tepung kepala ikan tongkol

+125%aqudes + 2,5% jamur Marasmius sp. R4: tepung kulit buah + 10%dedak padi + 15% tepung

kepala ikan tongkol +125%aqudes + 2,5% jamur Marasmius sp.

Berdasarkan hasil analisis variansi perlakuan yang ditambah urea 0,75% dan 1,5% serta perlakuan yang diberikan tepung kepala ikan tongkol sebesar 7,5% dan 15% menunjukan berbeda sangat nyata (P<0,01). Hasil yang diperoleh dari analisis variansi selanjutnya diuji lanjut yaitu dengan menggunakan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil uji lanjut BNJ disajikan pada Tabel 2.

Berdasarkan uji Beda Nyata Jujur hasil fermentasi yang ditambahkan sumber nitrogen urea 0,75% dan 1,5% maupun yang ditambahkan sumber urea tepung kepala ikan tongkol 7,5% dan 15% masing – masing menunjukan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01). Hanya fermentasi yang ditambahkan urea 1,5% dan tepung kepala ikan tongkol 15% yang pengaruhnya relatif sama terhadap kadar lignin kulit buah kakao yang difermentasi dengan jamur Marasmius sp. dari keempat perlakuan tersebut hasil terbaik diperoleh pada perlakuan R1 sebesar 2,63%, sedangkan

perlakuan dengan kadar lignin tertinggi diperoleh pada perlakuan R3 sebesar 4,02%. (Pahlevi,1987)

Urea dapat menyokong pertumbuhan dan produksi konidia yang baik, pertumbuhan sklerontium yang cepat terhadap kapang (Agnihotri, 1968).

Kecernaan Bahan Organik (KBO)

Nilai kecernaan bahan organik dalam batas normal berkisar antara 50-60% (Sutardi, 1979). Berdasarkan hasil tabulasi data rataan kecernaan bahan organik (KBO) kulit buah kakao yang difermentasi menggunakan jamur Marasmius sp. secara In-vitro dengan sumber nitrogen berbeda yaitu sebesar 30,4986 %, dengan kisaran antara 28,6204 % sampai 32,8970 %, hasil penelitian ini lebih besar jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fajri (2008) yang menggunakan substrat kulit buah kakao dan jamur Aspergillus niger secara berurut-urut dari substrat yang tidak difermentasi dan yang difermentasi adalah 16,60% dan 11,28%, sedangkan hasil penelitian ini lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil penelitian Yulistiani dkk. (2011) yang menggunakan substrat berbeda yaitu tongkol jagung yang tidak dan diberi perlakuan menggunakan urea, Aspergillus niger dan Aspergillus niger + 0,5 urea menghasilkan KBO yang lebih tinggi secara berurutan yaitu 42,5; 60,8; 47,5 dan 52,7.

Berdasarkan hasil analisis variansi kecernaan bahan organik (KBO) kulit buah kakao berbeda nyata (P<0,05) dari perlakuan yang diberikan. Rataan persentase kecernaan bahan organik (KBO) perlakuan berkisar antara 28,6204 % - 32,8970 %. Nilai kecernaan bahan organik (KBO) pada penelitian yang paling rendah yaitu pada perlakuan R1yaitu 28,6204. Data rataan KBO disajikan

pada Tabel 3.

Tabel3. Rataan Persentase Kecernaan Bahan Organik (KBO)

Perlakuan. Total.(%) Rataan.(%)

R1 143,102 28,6204+1,3191

R2 149,203 29,8406+1,0745

R3 164,485 32,8970+2,7545

R4 153,182 30,6463+2,5900

(6)

169

Keterangan: R1: tepung kulit buah + 10% dedak padi + 0,75% urea +125% aqudes + 2,5% jamur

Marasmius sp. R2 : tepung kulit buah + 10%dedak padi + 1,5%urea +125%aqudes + 2,5% jamur

Marasmius sp.R3 : tepung kulit buah + 10%dedak padi + 7,5% tepung kepala ikan tongkol

+125%aqudes + 2,5% jamur Marasmius sp. R4: tepung kulit buah + 10%dedak padi + 15% tepung

kepala ikan tongkol +125%aqudes + 2,5% jamur Marasmius sp.

Dari hasil yang diperoleh diuji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ). Berdasarkan hasil uji BNJ pada perlakuan yang ditambahkan sumber nitrogen urea berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan yang ditambahkan sumber nitrogen dari tepung kepala ikan tongkol. Hasil tersebut lebih besar bila dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2004) dalam penelitiannya telah mencoba memfermentasi kulit buah kakao dengan menggunakan kapang Pestalotiopsis guiepinii untuk meningkatkan kualitas kulit buah kakao. Namun dari hasil penelitian tersebut bahwa fermentasi dengan kapang Pestalotiopsis guepinii belum mampu memperbaiki kecernaan kulit buah kakao (KBO 10,501%).

Table 4.BNJ Kecernaan Bahan Organik

Perlakuan. R1 28,6204 29,8406 R2 32,8970 R3 30,6463 R4 R4 2,0160 0,7958 2,2606 R3 4,2766* 3,0564 R2 1,2202 R1

Keterangan: R1: tepung kulit buah + 10% dedak padi + 0,75% urea +125% aqudes + 2,5% jamur

Marasmius sp. R2 : tepung kulit buah + 10%dedak padi + 1,5%urea +125%aqudes + 2,5% jamur

Marasmius sp.R3 : tepung kulit buah + 10%dedak padi + 7,5% tepung kepala ikan tongkol

+125%aqudes + 2,5% jamur Marasmius sp. R4: tepung kulit buah + 10%dedak padi + 15% tepung

kepala ikan tongkol +125%aqudes + 2,5% jamur Marasmius sp.

Pada uji Beda Nyata Jujur menunjukan hasil berbeda nyata (P<0,05) dimana pada perlakuan R3berbeda nyata dengan R4, R2 dan R1.Namum pada R2 dan R4 relatif sama. Hal ini dipengaruhi oleh

kandungan nitrogen yang terdapat pada urea dan tepung kepala ikan tongkol yang mampu dioptimalkan oleh jamur Marasmius sp, Sehingga dapat menurunkan kandungan serat kasar dan kandungan lignin sehingga mampu meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik. Hasil yang diperoleh pada penelitian tersebut diperoleh kadar lignin terendah pada perlakuan R1

sebesar 2,63% dan kecernaan bahan organik yang diperoleh pada perlakuan R1 sebesar 28,6204%,

sedangkan hasil kadar lignin yang terdapat pada perlakuan R3 merupakan perlakuan dengan kadar

lignin tertinggi yaitu sebesar 4,02%, pada kecernaan bahan organik diperoleh juga nilai kecernaan yang tertinggi dibandingkan dengan R1, R2 dan R4 yaitu sebesar 32,8970%. Pada penelitian ini tinggi

rendahnya kadar lignin tidak mempengaruhi kenaikan kecernaan bahan organik. Rendahnya kecernaan bahan organik disebabkan tingginya kandungan lignin. Anggorodi (1994) menyatakan bahwa serat kasar merupakan faktor yang mempengaruhi kecernaan.Semakin tinggi kandungan serat kasar terutama lignin berkorelasi negatif dengan kecernaan zat-zat makanan (Komar, 1984). Menurut Suhermiyati (2003), kandungan nitrogen yang terdapat pada tepung kepala ikan tongkol yaitu sebesar 19%, sedangkang kangdungan nitrogen pada urea sebesar 42%. Kegunaan penentuan kecernaan adalah untuk mendapatkan nilai bahan makanan secara kasar, sebab hanya bahan makanan yang dapat dicerna yang dapat diserap oleh tubuh. Tinggi rendahnya nilai manfaat

(7)

170

dari bahan pakan menjadi tolak ukur kecernaan suatu bahan pakan dan merupakan pencerminan dari bahan pakan tersebut. Apabila kecernaannya rendah, maka nilai manfaatnya rendah pula.Sebaliknya, apabila kecernaannya tinggi, maka nilai manfaatnya tinggi pula.

Munasik (2007) melaporkan bahwa selulosa merupakan salah satu bahan organik yang terdapat dalam jumlah banyak dan merupakan energi yang sangat potensial bagi ruminansia, apabila selulosa telah didegradasi sempurna dan cepat, maka dapat diharapkan mampu meningkatkan kecernaaan bahan organik. Anggorodi (1994) menyatakan bahwa serat kasar merupakan faktor yang mempengaruhi kecernaan. Semakin tinggi kandungan serat kasar terutama lignin dan silica berkorelasi negatif dengan kecernaan zat-zat makanan (Komar, 1984). Komposisi bahan organik yaitu terdiri atas karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Karbohidrat merupakan bagian dari bahan organik yang utama serta mempunyai komposisi yang tertinggi (50-70%) dari jumlah bahan kering (Tillman dkk, 1998). Nilai kecernaan bahan organik suatu pakan dapat menentukan kualitas pakan. Sutardi (1980) bahwa kecernaan bahan organik erat kaitannya dengan kecernaan bahan kering, karena sebagian besar komponen bahan kering adalah bahan organik. Selanjutnya juga dijelaskan oleh Darwis (1990) meningkat sebab kecernaan bahan kering berbanding lurus dengan kecernaan bahan organik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kualitas pakan yang difermentasi Marasmius sp. cukup tinggi tingkat kecernaannya oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan perbandingan level ataupun menggunakan jamur yang lain.

SIMPULAN

Sumber nitrogen dari urea 0,75% menurunkan kadar lignin sebesar 91% sedangkan sumber nitrogen dari tepung kepala ikan tongkol 7,5% hanya menurunkan kadar lignin 87%. Dan pada kecernaan bahan organik sumber nitrogen urea mampu menaikan kecernaan bahan organik menjadi 28,62%, sedangkan sumber nitrogen tepung kepala ikan tongkol mampu menaikan kecernaan bahan organik menjadi 32,89%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Ketua LPPM Unsoed atas Dana Hibah Kompetensi dan Ir. H. Suparwi, MS selaku ketua proyek penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Agnihotri, V. F. 1968. Effect of nitrogenous compounds on sclenrontium formation in Asnerqillus niqer.Can.J.Microbiol. 14: 1253 -1258.

Anggorodi, R. 1994. Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Areal Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2011 (ha) dan Produksi Komoditi Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Jawa Tengah Tahun 2007 - 2011. Badan Pusat Statistik.

Darwis, A. 1990. Produksi enzim sellulase dan biomasa untuk pakan ternak dan biokonversi coklat oleh Trichorderma viridae . Karya Ilmiah. FakultasPeternakan Universitas Jambi. Jambi. Fajri, F. 2008. Kajian Fermentabilitas Dan Kecernaan In VitroKulit Buah Kakao (Theobroma Cacao

L.) yang difermentasi Dengan Aspergillus niger. Skripsi.Institut Pertanian Bogor. (Tidak Dipublikasikan)

(8)

171

Hutanggalung R. L. dan C. C.Chang, 1978.Utilization of cacao by product as Animal Feed.Proceding of International Conference on Cacao and Coconuts, Kualalumpur.

Islamiyati, R. 2010. Kecernaan Bahan Kering In Vitro Kulit Buah Kakao yang Direndam dengan Larutan Basa Yang Berbeda. JITP Vol. 1 No. 1, Juli.

Irawan .A. 2007 .Kadar Lignin dan Serat Kasar Bungkil Biji Jarak (Jatropha Carcess) yang difermentasi dengan Jamaur Marasmius Sp. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak.Fakultas Peternakan.Universitas Jenderal Soedirman.

Komar, A. 1984.Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan ternak Yayasan Dian Grahita, Jakarta.

Mujnisa, A. 2007. Kecernaan Bahan Kering In Vitro, Proporsi Molar Asam Lemak Terbang dan Produksi Gas Pada Kulit Kakao, Biji Kapuk, Kulit Markisa Dan Biji Markisa. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol 6 (2).

Munasik.2007. Pengaruh Umur Pemotongan Terhadap Kualitas Hijauan Sorgum Manis (Shorgum Bicolor l. Moench) Variets RGU.Prosising Seminar Nasional:248-253.

Nelson. 2011. Degradasi Bahan Kering dan Produksi Asam Lemak Terbang In Vitro pada Kulit Buah Kakao Terfermentasi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, Vol. XIV, No.1.

Nuraini Dan Maria Endo Mahata. 2011. Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Fermentasi Sebagai Pakan Alternatif Ternak Di Daerah sentra Kakao Padang Pariaman. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas Padang.

Pahlevi, I. 1987. Pemanfaatan Kulit Buah Coklat Sebagai Media Untuk Memproduksi Enzim Pektinase Oleh Asperqillus nigerDengan Cara Fermentasi Media Padat.Skripsi.Fateta-IPB. Bogor.

Purnama, I. N. 2004. Kajian potensi isolate kapang pemecah tanin pada kulit buahkakao(Theobroma cacao L.) Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut PertanianBogor, Bogor.

Saleh, E. R. M. 1998. Ekstrak Kulit buah Kakao. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sri Suhermiyati, 2003. Biokonversi limbah buah kakao oleh marasmiussp dan SaccharomycesCerevisiae serta Implikasi Efeknya Terhadap Tampilan Produksi Ayam Broiler.Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Padjajaran. Bandung.

Sudirja, R., Muhammad Amir Solihin, Dan Santi Rosniawati. 2005. Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao dan Kascing Terhadap Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Fluventic Eutrudepts. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran.

Suparjo,K. G. Wiryawan, E. B. Laconib, dan D. Mangunwidjajac. 2011. Performa Kambing yang Diberi Kulit Buah Kakao Terfermentasi.Media Peternakan, hlm.35-41.

Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikrobarumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak.ProsidingSeminar dan Penunjang Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan, Bogor.

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Fakultas Peternakan. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Tilley, J. M. A. and R. A. Terry. 1963. A Two-Stage Technique for In Vitro Digestion of Forage Crops.

(9)

172

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo, 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wawo, B. 2008. Mengolah limbah kulit kakao menjadi bahan pakanternak.Http://disnaksulsel.info/index.php?option=comdocman&task=dodetails&gid=3. Diaksestanggal6 Februari2008.Pukul14.45-17.00 WIB.

Wulan, S. N. 2001. Kemungkinan Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Theobroma Cacao, L) Sebagai Sumber Zat Pewarna (Β-Karoten). Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 2, No. 2, Agustus 2001 : 22-29.

Yulistiani, D., W. Puastuti, E. Wina Dan Supriati. 2011. Effect Of Processing On Nutritive Value Of Corn Cobs: Chemical Composition And In Vitro Digestibility. Jitv 17(1): 59-66.

Gambar

Tabel 2. BNJ Kadar Lignin Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk maksud tersebut telah ditetapkan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 589/IX/6/Y/99 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

berasal dari diri kami sendiri melainkan selalu karena orang lain … kami mulai saling menuduh dan curiga … kami mulai berusaha mengalahkan orang lain sambil menyemai dendam …

Suatu contoh embolisme tetesan cairan adalah embolisme lemak traumatic.Sesuai dengan namanya, emboli ini terdiri butir-butir lemak, cenderung terbentuk di dalam

Dengan memperhatikan berbagai pendapat yang berkaitan dengan kritik hadis, baik yang berkaitan dengan kritik sanad maupun kritik matan, dapat disimpulkan bahwa hadis

Perlakuan pupuk kandang sapi mampu meningkatkan jumlah cabang, jumlah daun, diameter batang, jumlah bunga, jumlah bintil akar, dan luas daun per pot tanaman kacang pinto

Doni menjelaskan bahwa proses yang dilakukan saat pra produksi pada program Indonesia Pintar yaitu diskusi bersama tim programming lainnya, apa yang membuat

Soekarno Hatta, Kota Probolinggo maka dapat menurunkan pendapatan sebesar 0,013 juta rupiah, akan tetapi karena variabel lama usaha dinyatakan tidak berpengaruh terhadap

KKG dan KKS, gugus, serta PGRI; dan karya ilmiah atau penelitian, untuk karya ilmiah beberapa guru mengaku bahwa pernah membuat untuk kepentingan guru berprestasi.