• Tidak ada hasil yang ditemukan

Walikota Medan PENDAHULUAN BAB I. LKPJ Tahun LKPJ Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Walikota Medan PENDAHULUAN BAB I. LKPJ Tahun LKPJ Tahun"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Walikota Medan

LKPJ Tahun 2006

BAB I

PENDAHULUAN

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan konsekwensi adanya kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, dalam rangka meningkatkan implementasi prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan serta keragaman daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai implikasinya, Pemerintah Daerah juga dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan kemampuannya, guna dapat menyelenggarakan otonomi yang nyata sekaligus bertanggungjawab. Dalam rangka mendorong implementasi pelaksanaan otonomi daerah yang sejalan dengan upaya menciptakan pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab, serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara nyata, sesuai dengan prinsip tata pemerintahan yang baik, maka rasional Walikota Medan sebagai Kepala Daerah menyusun dan menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran 2006 kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban akhir tahun anggaran 2006 Walikota Medan kepada DPRD Kota Medan, yang selanjutnya disebut LKPJ akhir tahun anggaran 2006 adalah laporan berupa data, informasi dan keterangan penyelenggaraan pemerintahan daerah Kota Medan selama tahun anggaran 2006, yang disampaikan oleh Walikota Medan kepada DPRD. Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban ini berpedoman kepada :

(3)

a. Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dimana disebutkan bahwa, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Kepala Daerah mempunyai kewajiban untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, dan memberikan Laporan Keterangan Pertanggung jawaban kepada DPRD, serta menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan kepada masyarakat.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelengaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat, dimana dalam Pasal 23 ayat (1) dinyatakan bahwa LKPJ disampaikan oleh Kepala Daerah dalam rapat paripurna DPRD.

Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban ini juga sebagai implementasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor : 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang mengamanatkan adanya perubahan menjadi kesetaraan dan kemitraan hubungan antara Kepala Daerah yang menjalankan fungsi eksekutif dengan DPRD yang menjalankan fungsi legistatif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Berpedoman kepada ketentuan tersebut, maka Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Medan Akhir Tahun Anggaran 2006, menjelaskan lima hal pokok, yaitu:

a. Arah kebijakan umum pembangunan Kota Medan tahun 2006;

b. Pengelolaan keuangan daerah secara makro, termasuk pendapatan dan belanja daerah Kota Medan;

c. Penyelenggaraan urusan desentralisasi; d. Penyelenggaraan tugas pembantuan, dan e. Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan.

(4)

A. Dasar Hukum

Penyusunan dan penyampaian Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Medan akhir tahun anggaran 2006 kepada DPRD Kota Medan, memiliki dasar hukum sebagai berikut :

1) Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;

2) Undang - Undang Drt Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Besar dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara, jo.Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1973 tentang Perluasan Daerah Kotamadya Medan;

3) Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang;

4) Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelengaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; 6) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2003 tentang Pokok -

Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

7) Peraturan Walikota Medan Nomor 5 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Medan tahun 2006 - 2010;

(5)

8) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan Tahun 2006.

9) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P.APBD) Kota Medan Tahun 2006.

B. Gambaran Umum Kota Medan

Deskripsi atau gambaran umum Kota Medan dipandang perlu dalam LKPJ akhir tahun anggaran 2006 ini, paling tidak untuk 2 (dua) hal pokok yaitu :

a). Sebagai dasar untuk mengamati hubungan – hubungan lingkungan stratejik Kota Medan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah selama tahun 2006.

b). Menjelaskan kinerja makro pembangunan kota selama tahun 2006, secara sosial ekonomi.

1. Kondisi Geografis

Dilihat dari segi geografis, Kota Medan terletak antara : 2º.27’ - 2º.47’ Lintang Utara dan 98º.35’ - 98º.44’ Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar atau 265,10 Km2 atau sama dengan 3,6% dari total luas wilayah Propinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, selain memiliki modal dasar pembangunan dengan jumlah penduduk dan letak geografis serta peranan regional yang relatif besar, Kota Medan juga memiliki keterbatasan ruang sebagai bagian daya dukung lingkungan.

Luas Kota Medan dapat dikatakan relatif kecil dibandingkan dengan luasan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Keterbatasan ruang lebih dirasakan karena bentuk wilayah administratif Kota Medan yang sangat ramping di tengah, sehingga secara alami dapat menghambat pengembangan perkotaan ke wilayah utara, khususnya di bidang

(6)

penyediaan sarana prasarana kota. Kondisi tersebut juga menyebabkan kurang seimbang dan terintegrasinya ruang kota di Bagian Utara dengan Bagian Selatan. Namun demikian, sebagai salah satu pusat perekonomian regional terpenting di pulau Sumatera dan salah satu dari tiga Kota Metropolitan terbesar di Indonesia, Kota Medan memiliki posisi dan kedudukan strategis sebagai pintu gerbang utama bagi kegiatan jasa perdagangan barang dan jasa domestik secara regional/internasional di kawasan barat Indonesia.

Secara administratif Kota Medan berbatasan dengan :

¾ Sebelah Utara ¾ Sebelah Timur ¾ Sebelah Selatan ¾ Sebelah Barat

: berbatasan dengan Selat Malaka

: berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Kondisi klimatologi Kota Medan menurut Stasiun BMG Sampali suhu minimum berkisar antara 23,30 C – 24,10 C dan suhu maksimum berkisar antara 31,00 C – 31,10 C . Kelembaban udara untuk Kota Medan rata-rata berkisar antara 84 – 58 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0.48 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2003 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 299,5 mm.

Sungai-sungai yang melintas di Kota Medan memiliki pengaruh yang cukup besar pada perkembangan Kota Medan. Sungai-sungai ini digunakan sebagai sumber air untuk masyarakat yang menduduki daerah sekitar sungai, sekaligus berfungsi sebagai drainase primer dalam rangka pengendalian banjir serta tempat pembuangan air hujan. Kota Medan secara hidrologi dipengaruhi dan dikelilingi oleh beberapa sungai besar dan anak sungai seperti Sungai Percut, Sungai Deli, Sungai Babura, Sei Belawan dan sungai-sungai lainnya.

(7)

Berdasarkan ketentuan perundang – undangan, administrasi Kota Medan dipimpin oleh Walikota/Wakil Walikota yang dipilih secara langsung. Kota Medan saat ini terdiri dari 21 Kecamatan dengan 151 Kelurahan, yang terbagi atas 2.001 lingkungan seperti yang disajikan dalam Gambar dan Tabel berikut :

Gambar 1

Peta Kecamatan Kota Medan

Gambar 1.1

Peta Kecamatan Kota Medan

Medan Helvetia Medan Barat Medan Petisah Medan Tembung Medan Perjuangan Medan Timur Medan Marelan Medan Labuhan Medan Deli Medan Kota Medan Sunggal Medan Selayang Medan Johor Medan Polonia Medan Baru Medan Amplas Medan Denai Medan Maimun Medan Area Medan Tuntungan Medan Belawan

U

Sumber: Pemko Medan

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban 2006

PEMERINTAH

KOTA MEDAN

Gambar Peta Kecamatan

(8)

Sedangkan luas Kota Medan untuk tiap Kecamatan disajikan dalam tabel berikut :

TABEL 1.1

LUAS WILAYAH KOTA MEDAN MENURUT KECAMATAN

No Kecamatan Luas (Ha) Persentase Kelurahan Lingkungan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Medan Tuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan 2.068 1.458 1.119 905 552 584 298 901 584 1.281 1.544 1.316 533 682 776 409 799 2.084 3.667 2.382 2.625 7,80 5,50 4,22 3,41 2,08 2,20 1,12 3,40 2,20 4,83 5,82 4,96 2,01 2,57 2,93 1,54 3,01 7,86 13,83 8,99 9,90 9 6 7 6 12 12 6 5 6 6 6 7 7 6 11 9 7 6 6 5 6 75 81 77 82 172 146 66 46 64 63 88 88 69 98 128 128 95 105 99 88 143 26.510 100.00 151 2.001

Sumber : Pemerintah Kota Medan

Berdasarkan kondisi dan situasi geografis tersebut di atas, ditambah dengan dinamika demografis serta sosial ekonomi yang ada sampai saat ini, dapat dikatakan bahwa untuk beberapa Kecamatan, khususnya di kawasan utara sudah sangat diperlukan usulan pemekaran Kecamatan, Kelurahan dan Lingkungan yang ada, dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pelayanan umum yang lebih baik.

(9)

2. Kondisi Demografis

Ciri penting dari penduduk Kota Medan adalah kemajemukan serta plural, baik dilihat dari pengelompokan agama, maupun adat istiadat, seni budaya dan suku. Hal ini menjadikan karakter menonjol sebahagian besar penduduk Kota Medan adalah bersifat ” terbuka ”.

Dalam demografi dikenal istilah transisi demografis. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi. Ciri demografi Kota Medan cenderung menuju transisi tingkat kelahiran dan kematian rendah.

Di samping itu, ciri kependudukan Kota Medan juga menggambarkan berbagai dinamika yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), juga mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

(10)

TABEL 1.2

JUMLAH, LAJU PERTUMBUHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA MEDAN TAHUN 2004 - 2006

T a h u n Penduduk Jumlah Pertumbuhan Laju Penduduk Luas Wilayah (KM²) Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM²) [1] [2] [3] [4] [5] 2004 2.006.142 0,63 265,10 7.567 2005 2.036.185 1,50 265,10 7.681 2006 2.067.288 1,53 265,10 7.798

Sumber BPS Kota Medan

Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa selama tahun 2004 – 2006 jumlah penduduk Kota Medan cenderung mengalami

peningkatan yaitu dari 2,006 juta jiwa pada tahun 2004 menjadi 2,067 juta jiwa pada tahun 2006. Demikian juga kepadatan penduduk Kota Medan, meningkat dari 7.567 jiwa/Km2 pada tahun 2004 menjadi 7.798 jiwa/Km2

tahun 2006.

Tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi tersebut merupakan salah satu masalah yang harus diantisipasi, terutama dengan semakin menyempitnya luas lahan yang ada, sehingga berpeluang menjadi tidak seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada. Kombinasi antara kepadatan, commuter dan peran Kota Medan sebagai pusat pelayanan regional menyebabkan tuntutan pelayanan dasar menjadi tinggi pula.

Faktor alami yang mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran dan kematian, sedang faktor lainnya adalah disebabkan meningkatnya arus urbanisasi dan commuters serta kaum pencari kerja ke Kota Medan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor utama yang menyebabkan komutasi ke Kota Medan adalah adanya pandangan bahwa : (1) bekerja di kota lebih bergengsi (2) di kota lebih gampang mencari pekerjaan, (3) tidak ada lagi yang dapat diolah (dikerjakan) di daerah asalnya, dan (4) upaya mencari nafkah yang

(11)

Walaupun selama periode 2004 – 2006, pertumbuhan penduduk Kota Medan cenderung meningkat, tetapi pertambahannya relatif sedikit yaitu rata-rata 1,22% per tahun. Agar pertambahan penduduk dapat ditekan menjadi relatif lebih kecil lagi, upaya-upaya dan kebijakan pengendalian kelahiran, melalui program Keluarga Berencana (KB) lebih ditingkatkan agar menjadikan angka kelahiran menurun.

Ciri lain kependudukan Kota Medan adalah besarnya arus commuters. Jumlah penduduk Kota Medan pada siang hari diperkirakan mencapai 2,5 juta jiwa, sedang pada malam hari diperkirakan 2.067.288 jiwa. Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakan secara keseluruhan.

Bila arus commuters cenderung mendorong terjadinya peningkatan jumlah penduduk di siang hari, maka peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara umum menyebabkan angka pertumbuhan penduduk selama periode 2004 - 2006 berada pada persentase yang relatif kecil. Peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung meningkatkan rata-rata pendidikan “calon orang tua” yang akan memasuki kehidupan rumah tangga. Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai, apresiasi, dan pandangan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarga juga semakin meningkat. Pandangan bahwa jumlah anggota keluarga yang tidak terlalu besar akan memudahkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena beban ekonomi yang harus dipikul menjadi lebih ringan, telah mendorong Pasangan Usia Subur (PUS) cenderung mengikuti konsep untuk menjadi Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Sebagian PUS baru, bahkan memilih untuk menunda kelahiran dengan berbagai alasan ekonomi (bekerja) ataupun alasan sosial dan physikologis lainnya.

(12)

Komposisi Penduduk

Kebijakan pembangunan kota juga dipengaruhi komposisi penduduk Kota Medan, baik sebagai obyek maupun subjek pembangunan. Keterkaitan komposisi penduduk dengan upaya-upaya pembangunan kota yang dilaksanakan, didasarkan kepada kebutuhan pelayanan yang harus disediakan kepada masing-masing kelompok penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan bahkan pelayanan kesejahteraan sosial lainnya.

TABEL 1.3

JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DI KOTA MEDAN TAHUN 2006

Laki-laki Perempuan

Gol umur

Jiwa Persen Jiwa Persen Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 0-4 103.340 10,06 97.231 9,35 200.572 5-9 102.827 10,01 96.394 9,27 199.221 10-14 105.245 10,24 100.405 9,66 205.650 15-19 119.440 11,62 122.706 11,80 242.146 20-24 113.386 11,03 128.253 12,34 241.638 25-29 101.445 9,87 110.684 10,65 212.128 30-34 89.145 8,68 90.830 8,74 179.976 35-39 73.317 7,13 74.296 7,15 147.613 40-44 63.581 6,19 61.408 5,91 124.989 45-49 48.506 4,72 45.644 4,39 94.150 50-54 33.019 3,21 31.761 3,05 64.780 55-59 25.985 2,53 26.041 2,50 52.026 60-64 20.879 2,03 21.031 2,02 41.911 65+ 27.492 2,68 32.998 3,17 60.490 1.027.607 100,00 1.039.681 100,00 2.067.288

Sumber BPS Kota Medan

Proporsi anak-anak balita dalam kelompok penduduk Kota Medan lebih kurang 10% dari total jumlah penduduk. Besarnya proporsi dan jumlah penduduk anak-anak balita ini berimplikasi pada kebutuhan prasarana dan sarana pendidikan anak usia dini yang harus disediakan, baik kualitas maupun kuantitasnya.

(13)

Gambar 1.2

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Di Kota Medan Tahun 2006

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000 Jiw a Laki-laki 311412 688702 27492 Perempuan 294030 712654 32998 Total 605442 1401356 60490 0-14 15-64 65+

Bila dilihat dari kelompok umur seperti grafik di atas, orang-orang yang tercakup pada kelompok umur 0-14 dan 65 tahun ke atas, secara ekonomis tidak aktif. Kelompok umur orang yang tidak aktif secara ekonomis ini akan ditanggung oleh orang yang berada pada kelompok umur aktif, hal ini sering disebut dengan angka beban tanggungan total (ABT). Dari grafik di atas ABT Kota Medan berkisar 47,52 atau 47 sampai 48 orang ditanggung oleh 100 orang produktif.

Di samping memenuhi kebutuhan pendidikan anak dan remaja, maka kebijakan yang ditempuh selama ini juga diarahkan untuk dapat meningkatkan status gizi anak, pengendalian tingkat kenakalan anak dan remaja, dan lain-lain. Upaya ini diharapkan dapat terus mempersiapkan masa depan anak dan remaja, dengan kualitas sumber daya manusia yang semakin tinggi.

(14)

Beberapa masalah Kependudukan dapat disajikan sebagai berikut :

1. Kecenderungan peningkatan secara fluktuasi laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun yaitu, tahun 2004 (0,63%), tahun 2005 (1,50%), dan tahun 2006 (1,53%).

2. Kecenderungan peningkatan arus ulang alik ke Kota Medan yang berimplikasi kepada pemenuhan fasilitas sosial yang dibutuhkan.

3. Masalah kemiskinan, tenaga kerja dan permasalahan sosial lain yang dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional dan global.

4. Penyediaan pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar

lainnya termasuk sarana dan prasarana permukiman.

Jumlah penduduk Kota Medan yang diperkirakan saat ini mencapai 2,067 juta jiwa lebih, dan diproyeksikan mencapai 2,167 juta penduduk pada tahun 2010, ditambah dengan arus comuters merupakan beban pembangunan kota, bila tidak ditangani secara terpadu. Untuk itu sangat diperlukan kebijakan serta strategi terpadu dan komprehensif pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas, dan pengarahan mobilitas penduduk, yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi wilayah.

3. Kondisi Sosial Ekonomi

Pembangunan selalu menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif. Oleh karena itu diperlukan indikator sebagai tolok ukur kinerja pembangunan. Indikator sosial ekonomi Kota Medan akan diuraikan melalui indikator-indikator ekonomi maupun sosial yang dikenal dalam pembangunan.

Mengingat pentingnya indikator sebagai suatu pendekatan, maka laporan keterangan pertanggungjawaban ini juga memaparkan berbagai indikator kinerja pembangunan kota secara makro, sehingga dapat dimanfaatkan untuk melakukan penilaian situasi, memfasilitasi perumusan berbagai alternatif strategi, mengidentifikasi permasalahan stratejik dan operasional yang ada, dalam rangka memberikan umpan balik bagi formulasi

(15)

kebijakan, dan program serta kegiatan-kegiatan operasional dalam pembangunan kota pada masa yang akan datang.

Relevansi penyajian indikator makro kinerja pembangunan kota tersebut juga didasarkan kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 yang secara eksplisit mewajibkan pengelolaan anggaran mengacu kepada keberhasilan atau prestasi kinerja. Berdasarkan hal tesebut perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan kota, tidak hanya harus dapat memberikan argumentasi input yang digunakan, juga menguraikan output, outcome, benefit dan impact yang dihasilkan, sebagai tolok ukur kinerja dalam pembangunan kota.

Paradigma baru dalam pembangunan adalah mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Pentingnya pertumbuhan ekonomi yang didasari dengan perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. Kondisi ini dilandasi dengan argumen adanya dimensi kualitatif yang jauh lebih penting dibanding pertumbuhan ekonomi. Dengan perkataan lain, pembangunan ekonomi tidak lagi memuja Produk Domestik (PDRB) sebagai sasaran pembangunan, namun lebih memusatkan perhatian pada kualitas dari proses pembangunan. Pembangunan ekonomi diwujudkan dalam upaya meniadakan atau setidaknya mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan. Sehingga strategi baru dalam pembangunan berorientasi kepada menimbulkan kesempatan kerja, mewujudkan pemerataan, pengentasan kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan pokok

Berdasarkan orientasi konseptual di atas, maka indikator kinerja pembangunan Kota Medan Tahun 2006 ini, diharapkan dapat memberikan gambaran secara makro berbagai hasil, manfaat, dan dampak pembangunan kota yang dilaksanakan Pemerintah Kota Medan beserta seluruh stakeholders yang terlibat, baik masyarakat, swasta, pers,

(16)

profesional, dan komponen pembangunan kota lainnya selama tahun 2006, dan dalam tiga tahun terakhir.

3.1 Indikator Makro Pembangunan Kota

Indikator kinerja makro yang digunakan untuk mengukur capaian pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan kota selama tahun 2006 di bagi dalam dua bidang yaitu:

a. Indikator Kinerja Makro untuk bidang ekonomi.

b. Indikator Kinerja Makro untuk bidang kesejahteraan rakyat.

Salah satu indikator kinerja makro untuk bidang ekonomi yang sering digunakan secara luas adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kota Medan merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan (nilai barang dan jasa akhir dikurangi biaya untuk menghasilkannya atau sering disebut dengan biaya antara) oleh berbagai unit produksi di wilayah Kota Medan, dalam jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan ke dalam sembilan lapangan usaha yaitu:

1. Pertanian (tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan);

2. Pertambangan dan penggalian; 3. Industri pengolahan (manufaktur); 4. Listrik, gas dan air bersih;

5. Konstruksi;

6. Perdagangan, hotel dan restoran/rumah makan; 7. Transportasi dan komunikasi;

8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan;

9. Jasa perorangan dan kemasyarakatan, termasuk jasa pelayanan pemerintah.

(17)

Nilai PDRB dapat dihitung berdasarkan harga berlaku (current

price) maupun berdasarkan harga konstan (constant price). PDRB

Kota Medan yang dihitung menurut harga berlaku (current price) menunjukkan kontribusi atau pangsa masing-masing sektor dalam struktur perekonomian kota, berdasarkan harga yang berlaku dalam tahun yang bersangkutan, yang di dalamnya tercakup unsur tingkat inflasi makro. Oleh karena itu, tinggi rendahnya persentase pertumbuhan ekonomi yang dihitung, akan dipengaruhi tinggi rendahnya tingkat inflasi dalam periode yang bersangkutan. Dengan demikian, harus diakui PDRB-harga berlaku belum secara riil menggambarkan pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

Untuk menjelaskan pertumbuhan PDRB secara riil, digunakan PDRB harga konstan. PDRB harga konstan menggambarkan pertumbuhan ekonomi Kota Medan tanpa dipengaruhi oleh masalah perubahan harga atau inflasi yang terjadi atas barang dan jasa yang diproduksi, karena menggunakan harga yang konstan, yakni harga dasar tahun tertentu yang dipilih (saat ini menggunakan harga konstan tahun 2000).

Indikator kinerja lain yang terkait dengan besaran Produk Domestik Regional Bruto adalah PDRB per kapita dan tingkat pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, inflasi, ekspor dan impor serta investasi. PDRB per kapita dihitung dengan cara membagi jumlah PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka PDRB per kapita memperlihatkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk, yang dapat menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk Kota Medan. Sementara itu, tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan persentase kenaikan atau penurunan PDRB-harga konstan suatu tahun, dibandingkan harga tahun sebelumnya. Selaras dengan indikator kinerja PDRB, kedua

(18)

indikator kinerja makro ini juga menggambarkan keberhasilan atau kinerja pembangunan kota, dalam mewujudkan kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat Kota Medan.

Berbeda dengan indikator kinerja makro bidang ekonomi, maka indikator kinerja makro untuk bidang kesejahteraan rakyat mencakup indikator kinerja pembangunan Kota Medan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, ditinjau dari aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan distribusi pendapatan. Beberapa konsep indikator kinerja makro bidang kesejahteraan rakyat disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.4

Indikator Kinerja Bidang Kesejahteraan Rakyat Indikator Kinerja

Urusan

Nama Indikator Keterangan Indikator Kependudukan Pertumbuhan

Penduduk

Menunjukkan perubahan secara persentase penduduk tahun tertentu dibanding dengan tahun sebelumnya. Perhitungannya biasanya dilakukan dengan metode eksponensial atau deret ukur.

Pendidikan Angka Partisipasi Kasar (APK)

Menunjukkan perbandingan antara jumlah siswa pada level pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah level pendidikan tertentu kali 100 %. Misal: APK SD/MI adalah banyaknya murid yang sekolah SD/MI dibagi penduduk usia 7-12 tahun dikali 100

(19)

Angka Partisipasi Murni (APM)

Menunjukkan perbandingan antara jumlah siswa pada level pendidikan tertentu dan berusia pada level sekolah tertentu dengan penduduk usia sekolah level pendidikan tertentu kali 100 %. Misal: APM SD/MI adalah banyaknya murid yang sekolah SD/MI dan berusia 7-12 tahun dibagi penduduk usia 7-12 tahun dikali 100

Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Menunjukkan jumlah penduduk usia tertentu/usia sekolah yang masih bersekolah.

Angka Melek Huruf

Menunjukkan besarnya persentase penduduk usia

10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis.

Angkatan Kerja Orang yang berusia 15 tahun ke atas yang sedang bekerja atau mencari pekerjaan

Bukan Angkatan

Kerja Orang yang berusia 15 tahun ke atas yang sedang sekolah,

mengurus rumahtangga, pensiunan atau sudah tidak

mampu melakukan pekerjaan karena tua, sakit dan cacat.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Persentase penduduk yang aktif secara ekonomi (bekerja atau mencari kerja) atau angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (15 tahun ke atas).

Ketenagakerjaan

Tingkat

Pengangguran Terbuka

Persentase penduduk yang mencari kerja terhadap angkatan kerja

Tingkat Kelahiran

Bayi Menunjukkan tingkat bayi lahir hidup pada setiap 1.000 kelahiran.

Tingkat Kematian

Bayi Menunjukkan banyak kematian bayi berumur di bawah satu tahun per 1.000 kelahiran hidup.

Kesehatan

Angka Kematian

Ibu Menunjukkan tingkat kematian ibu melahirkan pada setiap 100.000 kelahiran hidup.

(20)

Angka Harapan Hidup

Menunjukkan perkiraan rata-rata lama hidup yang dapat dicapai penduduk.

Rasio Gini Menunjukkan gambaran distribusi pendapatan untuk seluruh kelompok pendapatan. Bila rasio gini < 0,4 berarti tingkat ketimpangan rendah ; antara 0,4–0,5, ketimpangan sedang (moderat) ; >0,5 berarti ketimpangan tinggi.

Kesenjangan

Tingkat

Kemiskinan Persentase orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Keadaan Maret 2006, garis kemiskinan perkotaan adalah Rp 175.324/ kapita/bulan.

3.1.1. Indikator Ekonomi Makro

Ekonomi adalah aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi. Oleh karenanya, ekonomi sangat terkait dengan kemampuan setiap orang atau siapapun memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraannya, baik kemampuan untuk berproduksi atau mengkonsumsi berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan. Mengingat keterkaitan yang begitu tinggi antara kemajuan, dan kemakmuran, bahkan kesejahteraan dengan aspek ekonomi, maka aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai tingkat kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Pemanfaatan aspek ekonomi sebagai bagian dari ukuran kinerja dalam pembangunan juga menjadi semakin penting sebab secara teknis operasional, konsep ekonomi menyediakan berbagai alat ukur kuantitatif yang relevan, untuk mengevaluasi proses pembangunan secara ekonomi. Oleh karena itu, untuk melihat keluaran, hasil dan manfaat serta dampak pembangunan yang telah dilaksanakan, sekaligus untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya,

(21)

sangat lazim digunakan indikator makro perekonomian. Berdasarkan hal tersebut, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Medan, khususnya di bidang ekonomi selama tahun 2006 dan periode 2004 – 2006 secara makro akan mengungkapkan hasil-hasil pembangunan kota yang telah dicapai melalui penyajian beberapa variabel ekonomi seperti : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), PDRB Perkapita, pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, ekspor dan import serta lain-lain.

Sebagai ukuran makro yang sangat luas dimanfaatkan dalam analisis ekonomi pembangunan, adanya evaluasi dengan menggunakan indikator ekonomi ini sekaligus sangat membantu untuk mengamati apakah kebijakan-kebijakan pembangunan kota dalam bidang ekonomi yang selama ini diterapkan telah sesuai atau belum, efektif atau tidak, dengan rencana-rencana ekonomi yang telah ditetapkan, sehingga menggambarkan kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat sebagaimana yang diharapkan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku

Selama periode 2004 – 2006, perkembangan perekonomian Kota Medan ditandai oleh peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku dari 33,12 trilyun rupiah pada tahun 2004 menjadi 42,79 trilyun rupiah pada tahun 2005 dan 48,92 triliyun rupiah pada tahun 2006, atau mengalami peningkatan rata-rata 23,87 persen/tahun.

(22)

TABEL 1. 5

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA MEDAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2004 – 2006

(Milyar Rupiah)

Sektor / Lapangan Usaha 2004*) 2005*) 2006**)

[1] [2] [3] [4]

1. PERTANIAN 1.012,23 1.306,92 1.447,70

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2,20 2,60 3,28

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5.602,44 7.094,92 7.960,60

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 899,98 917,53 1.093,03

5. KONSTRUKSI 2.908,82 3.502,80 4.795,79

6. PERDAGANGAN, HOTEL &

RESTORAN 8.945,38 11,271,82 12.679,93

7. TRANSPORTASI & TELEKOMUNIKASI 5.689,84 7.979,78 9.024,10

8. KEUANGAN & JASA PERUSAHAAN 4.654,51 6.063,88 6.673,03

9. JASA-JASA 3.399,95 4.652,21 5.245,46

PDRB 33.115,35 42.792,45 48.922,90

Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Berdasarkan data tabel di atas, diketahui bahwa penataan kembali perekonomian kota agar menjadi lebih baik, setelah semenjak pertengahan tahun 1997 sempat mengalami penurunan yang tajam akibat terjadinya resesi ekonomi secara nasional, dapat dikatakan cukup berhasil. Hal tersebut ditandai oleh pertumbuhan positif di berbagai sektor/ subsektor lapangan usaha ekonomi yang berjalan.

Lapangan usaha yang memberikan konstribusi cukup besar terhadap pembentukan PDRB Kota Medan selama periode 2004–2006 adalah sektor perdagangan/hotel/restoran, disusul transportasi/telekomunikasi, sektor industri pengolahan, dan sektor keuangan/jasa perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian Kota Medan digerakkan sektor-sektor tersier dan sekunder secara dominan.

Struktur Ekonomi

Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang (mengikuti pertumbuhan PDRB), akan membawa suatu perubahan mendasar dalam

(23)

struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer, khususnya industri pengolahan dengan increasing return to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi.

Perubahan struktur ekonomi umum disebut transformasi struktural dan didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat (produksi dan pengginaan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2004–2006 menunjukkan, lapangan usaha utama seperti industri pengolahan, lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha transportasi/telekomunikasi serta lapangan usaha keuangan/persewaan/ jasa, merupakan lapangan usaha yang dominan dalam perekonomian Kota Medan. Masing-masing lapangan usaha ini memberikan kontribusi yang relatif stabil, bahkan secara total keempat sektor ini pada tahun 2006 memberikan kontribusi sekitar 74,28 persen.

(24)

TABEL 1.6

STRUKTUR PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2004 - 2006 (Persentase)

Sektor / Lapangan Usaha 2004*) 2005*) 2006**)

[1] [2] [3] [4]

1. PRIMER 3,06 3,06 2,97

PERTANIAN 3,06 3,05 2,96

PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,01 0,01 0,01

2. SEKUNDER 28,42 26,91 28,31

INDUSTRI PENGOLAHAN 16,92 16,58 16,27

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,72 2,14 2,23

KONSTRUKSI 8,78 8,19 9,80

3. TERTIER 68,52 70,03 68,73

PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 27,01 26,34 25,92

TRANSPORTASI & TELEKOMUNIKASI 17,18 18,65 18,45

KEUANGAN & JASA PERUSAHAAN 14,06 14,17 13,64

JASA-JASA 10,27 10,87 10,72

JUMLAH 100,00 100,00 100,00

Sumber BPS Kota Medan

Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Bila diamati lebih rinci, maka pada tahun 2006 masing-masing sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 16,27 persen untuk sektor industri pengolahan, 25,92 persen dari sektor perdagangan/hotel/ restoran, 18,45 persen dari sektor pengangkutan dan telekomunikasi dan 13,64 persen dari sektor keuangan/persewaan/jasa perusahaan. Tahun 2004, peranan empat sektor utama ini dalam pembentukan PDRB sebesar 75,17 persen, dengan rincian : sektor industri pengolahan sebesar 16,92 persen, sektor perdagangan/hotel/restoran sebesar 27,01 persen, sektor pengangkutan/telekomunikasi sebesar 17,18 persen serta sektor keuangan/persewaan/jasa perusahaan sebesar 14,06 persen.

Bila diamati lebih lanjut, terjadi perubahan share yang menurun pada sektor pertanian, industri pengolahan, hal ini disebabkan sudah semakin terbatasnya lahan-lahan untuk kawasan pertanian dan industri di Kota Medan. Sedangkan pada sektor yang perubahan share-nya meningkat

(25)

pesatnya penggunaan alat telekomunikasi dan dinamisnya kegiatan sosial ekonomi masyarakat Kota Medan. Sedangkan sektor lainnya cenderung fluktuatif perubahan share-nya.

Gambar 1.3

Struktur PDRB Menurut Penggolongan Sektor Tahun 2004-2006

0 10 20 30 40 50 60 70 80 Pe rs e n PRIMER 3,06 3,06 2,97 SEKUNDER 28,42 26,91 28,31 TERTIER 68,52 70,03 68,73 2004 2005 2006

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan

Sejalan dengan perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku, maka PDRB atas dasar harga konstan 2000, selama periode 2004-2006 juga mengidentifikasi peningkatan cukup berarti, yang menggambarkan tumbuhnya sektor dan sub sektor produksi serta perdagangan barang dan jasa secara riil.

(26)

TABEL 1.7

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA MEDAN

ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2004 – 2006 (Milyar Rupiah)

Sektor / Lapangan Usaha 2004*) 2005*) 2006**)

[1] [2] [3] [4]

1. PERTANIAN 661,96 670,58 696,01

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,77 0,78 0,73

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3.725,21 3.842,15 4.095,39

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 404,19 413,36 435,64

5. KONSTRUKSI 2.522,96 2.712.63 3.011,37

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6.202,57 6.850,44 7.274,04

7. TRANSPORTASI & TELEKOMUNIKASI 4.308,89 4.637,20 5.255,18

8. KEUANGAN & JASA PERUSAHAAN 3.343,87 3.507,54 3.683,04

9. JASA-JASA 2.452,72 2.637,75 2.784,74

PDRB 23.623,14 25.272,42 27.236,13

Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Peningkatan PDRB atas dasar harga konstan ini rata-rata sebesar 7,38 persen/tahun atau dari Rp 23,62 trilyun tahun 2004, menjadi Rp 27,24 trilyun tahun 2006. Berdasarkan data tabel tersebut di atas, juga

diketahui bahwa peningkatan PDRB secara riil terjadi hampir di seluruh lapangan usaha sektoral. Terutama sektor perdagangan/hotel/restoran dan transportasi/telekomunikasi menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Yakni sektor perdagangan/hotel/restoran dari 6,20 triliyun pada tahun 2004 menjadi 7,27 triliyun pada tahun 2006. Sedangkan sektor transportasi/telekomunikasi, dari 4,31 triliyun pada tahun 2004 menjadi 5,26 triliyun pada tahun 2006.

(27)

Gambar 1.4

PDRB Kota Medan ADH Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2004-2006

0,00 10.000,00 20.000,00 30.000,00 40.000,00 50.000,00 60.000,00 Mily ar r upiah ADH Berlaku 33.115,35 42.792,45 48.922,90 ADH Konstan 00 23.623,14 25.272,42 27.236,13 2004 2005 2006 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus dan berarti kebutuhan ekonomi juga terus bertambah, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini hanya bisa diperoleh lewat peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau sering disebut PDRB atas dasar harga konstan setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDRB atas dasar harga konstan.

Sejalan dengan peningkatan PDRB ADH Konstan 2000 Kota Medan selama periode 2004–2006, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode yang sama, meningkat rata-rata di atas 5 persen per tahun yaitu 6,98 persen dari tahun 2004-2005 dan 7,77 persen dari tahun 2005-2006. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai, selain relatif tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil.

(28)

Pertumbuhan ekonomi selama periode 2004–2006 juga menunjukkan trend positif, dimana pertumbuhan tahun 2006 relatif tinggi (7,77 persen). Hal ini menunjukkan perkembangan perekonomian yang terjadi, lebih disebabkan faktor-faktor fundamental ekonomi yang terus membaik, walaupun pada bulan Oktober 2005 Pemerintah telah menaikkan harga bahan bakar minyak.

TABEL 1.8

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2004 – 2006 (PERSENTASE)

Sektor / Lapangan Usaha 2004-2005*) 2005-2006**)

[1] [2] [3]

1. PERTANIAN 1,30 3,79

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,88 - 5,89

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3,14 6,59

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,27 5,39

5. KONSTRUKSI 7,52 11,01

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 10,45 6,18

7. TRANSPORTASI & TELEKOMUNIKASI 7,62 13,33

8. KEUANGAN & JASA PERUSAHAAN 4,89 5,00

9. JASA-JASA 7,54 5,57

PDRB 6,98 7,77

Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Berdasarkan data tabel tersebut di atas, diketahui perekonomian Kota Medan selama periode 2004–2006 menunjukkan kinerja yang relatif cukup baik, dalam arti di samping dapat keluar dari situasi krisis multidimensional yang cukup berat yang dialami sebelumnya, pemulihan ekonomi lokal yang dilakukan juga cukup berhasil mendorong pertumbuhan positif hampir untuk semua lapangan usaha ekonomi.

Lapangan usaha yang memberikan kontribusi pertumbuhan terbesar dalam perekonomian Kota Medan selama periode 2004–2005 adalah lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran yaitu sebesar 10,45 persen,

(29)

sebesar 7,62 persen, sektor konstruksi dan jasa-jasa masing-masing tumbuh sebesar 7,52 dan 7,54 persen. Sedangkan selama periode 2005-2006, kontribusi pertumbuhan sektor mengalami pergeseran, sehingga sektor penggerak pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2006 lebih disebabkan pertumbuhan sektor transportasi/telekomunikasi yang tumbuh sebesar 13,33 persen dan sektor konstruksi yang tumbuh sebesar 11,01 persen.

PDRB Perkapita

PDRB per kapita merupakan indikator makro ekonomi penting lainnya yang menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk Kota Medan, sebagai dampak proses pembangunan kota yang dilaksanakan. Walaupun PDRB per kapita tidak dapat dijadikan dasar untuk melihat sepenuhnya kesejahteraan suatu daerah, tetapi minimal dapat dijadikan indikator sederhana apakah perubahan perekonomian dapat mengimbangi perubahan penduduk.

TABEL 1.9

PDRB PERKAPITA KOTA MEDAN ADH BERLAKU DAN ADH KONSTAN 2000 TAHUN 2004-2006

PDRB Perkapita

(Jutaan Rupiah) Perubahan (%) T a h u n

ADH Berlaku ADH Konstan ADH Berlaku ADH Konstan

[1] [2] [3] [4] [5]

2004*) 16,47 11,75 - -

2005*) 20,91 12,35 26,96 5,11 2006**) 23,67 13,17 13,20 6,64 Sumber BPS Kota Medan

Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga konstan lebih kecil dibandingkan pertumbuhan ekonomi. Berarti proporsi pertambahan jumlah penduduk Kota Medan

(30)

lebih tinggi dibanding proporsi pertambahan PDRB atas dasar harga konstan.

PDRB per kapita Kota Medan selama tahun 2004–2006 atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan rata-rata sebesar 20,08 persen/tahun yakni dari Rp. 16,47 juta pada tahun 2004 menjadi Rp. 23,67 juta pada tahun 2006. Nilai riil pertumbuhan PDRB per kapita adalah atas dasar harga konstan, yang tumbuh rata-rata sebesar 5,88 persen/tahun yakni dari 11,75 juta rupiah tahun 2004 menjadi 13,17 juta rupiah tahun 2006. Melihat trend pertumbuhan ekonomi yang terjadi sejak tiga tahun terakhir, perekonomian Kota Medan dapat dikatakan mulai pulih, dan mengalami percepatan pertumbuhan yang menggembirakan.

Gambar 1.5

PDRB Perkapita Kota Medan ADH Berlaku dan ADH Konstan Tahun 2004-2006 0 5 10 15 20 25 Ju ta r upi ah

PDRB Per Kapita ADHB 16,47 20,91 23,67

PDRB Per Kapita ADHK 11,75 12,35 13,17

2004 2005 2006

Inflasi

Perkembangan inflasi di Kota Medan selama periode tahun 2004–2006 dipengaruhi berbagai faktor, baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, mekanisme pasar dan kebijakan Pemerintah Pusat.

(31)

Selama periode tahun 2004–2006, inflasi tertinggi terjadi tahun 2005 mencapai 22,91 persen. Hal ini disebabkan pada bulan Oktober 2005, Pemerintah menaikkan harga BBM sehingga melonjaknya inflasi lebih disebabkan faktor kebijakan yang mengakibatkan jenis inflasi disebabkan faktor dorongan biaya produksi barang dan jasa meningkat (cost push

inflation), sedang inflasi tahun 2006 sebesar 5,97 persen, dimana lebih

rendah dibanding tahun 2004 yang besarnya 6,64 persen. Dengan berhasilnya inflasi dikendalikan pada tahun 2006, untuk

tahun-tahun kedepannya diharapkan berbagai kebijakan dan dukungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara agar inflasi tahun yang akan datang diharapkan juga dapat ditekan berada diangka 1 digit.

TABEL 1.10

LAJU INFLASI KOTA MEDAN MENURUT KELOMPOK KOMODITI TAHUN 2004 – 2006 (PERSEN) T A H U N Kelompok Komoditi 2004*) 2005*) 2006**) [1] [2] [3] [4] - Bahan Makanan 7,87 23,80 4,58 - Makanan Jadi, Minuman/ Rokok dan

Tembakau 1,89 11,74 5,09

- Perumahan,Air,Listrik,Gas dan Bahan

Bakar 9,71 17,11 10,50

- Sandang 7,20 8,72 8,80

- Kesehatan 6,19 4,88 8,22

- Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 4,05 3,52 8,02

- Transport dan Komunikasi 5,41 62,21 1,21

Umum 6,64 22,91 5,97

Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Bila dilihat dari komoditinya, sumbangan inflasi pada tahun 2006 didorong oleh kelompok komoditi perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Hal ini perlu menjadi perhatian, khususnya komoditi perumahan, dimana sewa rumah sangat tinggi di Kota Medan, sehingga pendapatan

(32)

masyarakat begitu besar proporsinya terserap kepada sewa rumah. Memperbanyak pembangunan rumuh susun atau yang sejenisnya seperti Rusunawa, Perumnas, yang sewanya murah, kiranya dapat menjadi solusi agar supply rumah dapat mengimbangi pertambahan penduduk di Kota Medan

Gambar 1.6

Laju Inflasi Kota Medan Tahun 2004-2006

0 5 10 15 20 25 per se n

Inflasi Kota Medan 6,64 22,91 5,97

2004 2005 2006

Bila dilihat menurut kelompok komoditi, inflasi tertinggi selama tahun 2004 terjadi pada kelompok komoditi perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar yakni sebesar 9,71 persen, disusul kelompok bahan makanan sebesar 7,87 persen dan sandang sebesar 7,20 persen. Sedangkan selama tahun 2006, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditi perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yakni sebesar 10,50 persen, disusul kelompok sandang, kesehatan dan pendidikan, rekreasi/olahraga masing-masing 8,80 , 8,22 , 8,02 persen.

Perkembangan inflasi lainnya selama tahun 2004 yang patut dikemukakan adalah inflasi terkecil, yakni pada kelompok komoditi makanan/minuman jadi dan rokok/tembakau yakni hanya 1,89 persen. Sedangkan tahun 2006, inflasi terkecil pada kelompok komoditi transport dan komunikasi yakni sebesar 1,21 persen. Hal ini karena sudah adanya penyesuaian pada pasar terhadap kenaikan BBM pada Oktober 2005.

(33)

Tingkat inflasi pada tahun 2005, sebesar 22,91%, lebih disebabkan kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), sehingga secara berantai menyebabkan meningkatnya harga-harga komoditi lainnya seperti bahan makanan jadi, (23,80 persen), makanan jadi (11,74 persen), perumahan (17,11 persen), sandang (8,72 persen), kesehatan (4,88 persen), pendidikan (3,52 persen) dan transportasi (62,21 persen).

Untuk mencapai tingkat inflasi yang terkendali, juga tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kota, dunia usaha, dan masyarakat, untuk menjamin keseimbang sisi permintaan dan penawaran, sehingga permintaan total tidak jauh melebihi penawaran totalnya. Dalam rangka memonitor dan pengendalian angka inflasi tersebut, Pemerintah Kota melalui BPS secara berkala (bulanan) membuat laporan perubahan indeks harga konsumen, melalui pengamatan terhadap harga-harga umum, sehingga jika terjadi gejolak harga-harga dapat diantisipasi secara dini. Untuk itu juga, dilakukan koordinasi intensif dengan Instansi terkait sehingga program-program yang sifatnya antisipatif dapat dilakukan oleh masing-masing pihak.

Ekspor Dan Impor

Kegiatan ekonomi Kota Medan selama tahun 2006 juga tidak dapat dilepaskan dari kegiatan ekspor dan impor, bahkan dapat dikatakan memiliki peran penting untuk memperluas pasar produk yang dihasilkan, sekaligus mendukung perekonomian Kota Medan yang semakin terbuka. Namun, oleh karena kegiatan ekspor dan impor secara administrasi merupakan barang yang keluar dan atau masuk melewati wilayah kepabeanan, maka pengertian ekspor dan impor untuk Kota Medan juga merupakan barang yang keluar atau masuk melewati wilayah kepabeanan, baik melalui Pelabuhan Laut Belawan maupun Bandara Polonia Medan. Sehingga belum tentu ekspor – impor yang terjadi pada

(34)

kedua pelabuhan tersebut seluruhya adalah hasil kegiatan ekonomi masyarakat Kota Medan.

Nilai ekspor Kota Medan dicatat berdasarkan nilai Free On Board (FOB) yaitu nilai barang ekspor hingga berada di atas kapal di pelabuhan, dan siap diekspor. Berdasarkan data yang tercatat, nilai ekspor Kota Medan yang melalui pelabuhan muat Belawan dan bandara Polonia selama tiga tahun terakhir sejak 2004–2006 menunjukkan kondisi yang meningkat, dengan nilai eksport 2,64 milyar US dolar pada tahun 2004 kemudian meningkat menjadi 3,86 milyar US dolar pada tahun 2005, selanjutnya tahun 2006 menjadi 4,52 milyar US dolar atau tumbuh rata-rata pertahun sebesar 31,81 persen.

Kinerja ekspor ini diharapkan tidak hanya merupakan indikasi semakin bergairahnya perekonomian kota, juga akan dapat mendorong peningkatan produksi produk-produk yang berorientasi ekspor.

TABEL 1.11

NILAI EKSPOR DAN IMPOR MELALUI WILAYAH KOTA MEDAN TAHUN 2004-2006

T a h u n (Nilai FOB, Ekspor Milyar US $) Impor (Nilai CIF, Milyar US $) Surplus Perdagangan (Milyar US $) [1] [2] [3] [4] 2004*) 2,64 0,73 1,91 2005*) 3,86 1,00 2,86 2006**) 4,52 1,17 3,35

Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Sesuai dengan kecenderungan ekonomi terbuka pada saat ini dan masa yang akan datang, sekaligus untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, maka dapat dipastikan setiap daerah cenderung hanya akan menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan kompetitif baik

(35)

produk-produk yang tidak dihasilkan sendiri biasanya akan didatangkan dari luar atau impor.

Nilai impor yang dicatat di Kota Medan didasarkan kepada nilai Cost Insurance & Freight (CIF) yang merupakan nilai barang ketika berada di atas kapal di pelabuhan bongkar. Impor melalui Kota Medan selama tahun 2004–2006 juga cenderung meningkat dengan nilai import 0,73 milyar US dolar pada tahun 2004, lalu meningkat menjadi 1,00 milyar US dolar pada tahun 2005 dan meningkat lagi menjadi 1,17 milyar US Dolar pada tahun 2006 atau tumbuh rata-rata 27,62 persen pertahun.

Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa selama tahun 2004-2006 terjadi surplus perdagangan sebesar 1,91 milyar US Dolar pada tahun 2004, kemudian 2,86 milyar US Dolar pada tahun 2005 dan 3,35 milyar US Dolar pada tahun 2006 atau rata-rata tumbuh 33,40 persen pertahun.

Investasi

Investasi merupakan salah satu mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Pada perekonomian tertutup, sumber dana investasi semata-mata berasal dari tabungan domestik. Sedangkan pada perekonomian terbuka sumber dana dapat diperoleh melalui dana dari luar wilayah.

Pertumbuhan produksi pada dasarnya dipengaruhi oleh perkembangan faktor-faktor produksinya. Salah satu faktor produksi tersebut adalah modal (investasi). Banyak studi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah erat kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan modal (investasi).

Sebagaimana diketahui sejak dilanda krisis ekonomi pada akhir tahun 1997, penanaman modal (investasi) di Kota Medan secara

(36)

berangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh letak geografis dan potensi demografis yang cukup strategis, tetapi didukung juga oleh kebijakan-kebijakan yang bersahabat dengan pasar, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu.

Langkah-langkah proaktif yang ditempuh dengan mengembangkan kemitraan stratejik diantara sesama pelaku usaha dengan Pemerintah Kota, kenyataannya secara signifikan mampu menumbuhkan minat berinvestasi para pemilik modal untuk menanamkan modalnya di Kota Medan, di berbagai bidang lapangan usaha potensial. Hal ini juga tidak terlepas dari persepsi yang sama dari seluruh stakeholders tentang perlunya menarik investasi lebih besar, untuk menggerakkan roda perekonomian dalam volume yang lebih besar di Kota Medan, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja lebih banyak, sekaligus memperbaiki tingkat pendapatan masyarakat.

Perkembangan positif penanaman modal selama tahun 2006 dapat dilihat dari nilai investasi di berbagai sektor lapangan usaha, baik yang berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA), di samping sektor Pemerintah dan rumah tangga.

Berdasarkan data pada Tabel 1.12 diketahui bahwa total nilai investasi di Kota Medan pada tahun 2004 diperkirakan sebesar 4,47 triliun Rupiah dan meningkat menjadi 5,24 triliun Rupiah pada tahun 2005, selanjutnya meningkat lagi menjadi 5,63 triliun Rupiah. Dengan demikian, rata-rata akumulasi nilai investasi selama tiga tahun terakhir diperkirakan mencapai 5,11 trilyun Rupiah.

(37)

TABEL 1.12

PERKIRAAN JUMLAH INVESTASI DI KOTA MEDAN TAHUN 2004 - 2006 (Milyar Rupiah)

Sektor /Lapangan Usaha 2004*) 2005*) 2006**) Rata-rata pertahun

[1] [2] [3] [4] [5]

1. PERTANIAN 66,64 85,41 88,20 80,08

2. PENGGALIAN 0,14 1,61 1,02 0,92

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 915,94 873,81 1.038,15 942,63 4. LISTRIK, GAS DAN AIR 876,89 868,96 1.012,68 919,51

5. BANGUNAN 301,19 497,00 462,99 420,39 6. PERDAGANGAN 1.217,48 1.353,12 1.491,09 1.353,90 7. PENGANGKUTAN 572,57 973,44 896,76 814,26 8. KEUANGAN 281,63 336,43 358,51 325,52 9. JASA-JASA 241,83 246,87 283,47 257,39 JUMLAH 4.474,31 5.236,66 5.632,86 5.114,61

Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Lapangan usaha utama yang menjadi tujuan utama berinvestasi di Kota Medan pada tahun 2006 adalah sektor perdagangan sebesar 1,35 triliyun Rupiah pertahunnya, kemudian disusul sektor industri pengolahan sebesar 942,63 milyar Rupiah pertahun, sektor listrik, gas dan air sebesar 919,51 milyar Rupiah pertahun dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 814,26 milyar Rupiah pertahun.

Berbagai variabel penting yang cukup berpengaruh terhadap minat berinvestasi di Kota Medan adalah kondisi keamanan dan ketertiban umum serta stabilitas politik, harga berbagai faktor produksi, suku bunga dan lain-lain.

(38)

TABEL1.13

STATISTIK EKONOMI PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN 2004 - 2006

T A H U N

No. INDIKATOR Satuan

2004*) 2005*) 2006**)

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1 PDRB (ADH berlaku) Milyar Rp 33.115,35 42.792,45 48.922,90 2 PDRB (ADH konstan) Milyar Rp 23.623,14 25.272,42 27.236,13 3 PDRB Perkapita ADHB Jutaan Rp 16,47 20,91 23,67 4 PDRB Perkapita ADHK Jutaan Rp 11,75 12,35 13,71 5 Pertumbuhan Ekonomi Persen 7,29 6,98 7,77

6 Inflasi Persen 6,64 22,91 5,97

7 Eksport (FOB) Milyar US$ 2,64 3,86 4,52 8 Impor (CIF) Milyar US$ 0,73 1,00 1,17 9 Surplus Perdagangan Milyar US$ 1,91 2,86 3,35

10 Investasi Milyar Rp 4.474,31 5.236,66 5.632,86

Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

3.1.2. Indikator Kesejahteraan Rakyat

Proses pembangunan ekonomi biasanya tidak hanya ditandai dengan terjadinya perubahan atau pergeseran pada struktur permintaan dan penawaran barang dan jasa yang diproduksi, namun juga ditandai dengan terjadinya perubahan struktur penduduk dan ketenagakerjaan, perubahan ini adalah proses perubahan demografi. Proses demografi ini terutama terjadi sebagai akibat dari perubahan pada struktur permintaan, struktur produksi dan perbaikan fasilitas kesehatan, gizi serta pendidikan yang timbul seiring pertumbuhan pendapatan per kapita.

Pembangunan kota adalah pembangunan seluruh aspek penghidupan dan kehidupan masyarakat Kota Medan. Oleh karena itu, kemajuan pembangunan kota selama tahun 2004 - 2006 juga harus meliputi kemajuan pembangunan kesejahteraan sosial seperti; aspek kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan distribusi pendapatan, yang salah satu indikatornya ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

(39)

Pendidikan

Pembangunan di bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Telah diakui bahwa pembangunan sumberdaya manusia di suatu kota akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan soaial, karena manusia adalah pelaku aktif yang dapat mengakumulasikan modal, mengeksploitasi berbagai sumberdaya, serta menjalankan berbagai kegiatan ekonomi, sosial dan politik yang sangat penting bagi pembangunan sosial. Dengan demikian, peningkatan pendidikan suatu kota menjadi sangat penting artinya bagi pembangunan kota tersebut.

Melalui peningkatan pendapatan per kapita, kemampuan masyarakat untuk membiayai pendidikan menjadi lebih tinggi, sehingga permintaan akan jenjang pendidikan menjadi lebih tinggi dan waktu untuk sekolah pun menjadi lebih lama. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan dan rehabilitasi prasarana - sarana pendidikan, penataran guru-guru, pengadaan peralatan belajar serta penyempurnaan kurikulum, yang dapat dilihat dalam pengeluaran pembangunan untuk sektor pendidikan.

Tingkat partisipasi pendidikan menunjukkan kesadaran masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Tingkat partisipasi ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti sarana dan fasilitas pendidikan, biaya pendidikan dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat baik dari Angka Partisipasi Kasar

(APK) maupun Angka Partisipasi Murni (APM) selama periode 2004 – 2006.

(40)

TABEL 1.14

ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) DI KOTA MEDAN TAHUN 2004- 2006 T A H U N Jenis Pendidikan 2004*) (%) 2005*) (%) 2006**) (%) [1] [2] [3] [4] SD/MI 103,72 104,28 103,17 SMP/MTs 98,26 99,79 99,31 SMA/MA 89,20 89,04 90,96

Sumber BPS Kota Medan (Olahan SUSENAS) Keterangan : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Semakin tinggi angka APK, berarti semakin banyak penduduk usia sekolah SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA yang bersekolah, sehingga semakin baik. APK untuk SD/MI melewati 100 karena adanya penduduk dari Kabupaten/Kota hinterland yang bersekolah di Kota Medan, dan hal ini tercatat sebagai siswa sekolah di Kota Medan.

Tabel 1.15

Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Medan Tahun 2004 – 2006 T A H U N Jenis Pendidikan 2004*) (%) 2005*) (%) 2006**) (%) [1] [2] [3] [4] SD/MI 91,50 91,36 90,72 SMP/MTs 77,43 78,49 79,48 SMA/MA 69,90 71,90 73,86

Sumber BPS Kota Medan (Olahan SUSENAS) Keterangan : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Berdasarkan data tabel di atas diketahui, Angka Partisipasi Kasar (APK), maupun Angka Partisipasi Murni (APM) baik SD, SMP, maupun SMA

selama tahun 2004 – 2006 cenderung ada peningkatan. Untuk APK SD/MI, tahun 2004 telah mencapai 103,72% sedangkan pada

(41)

tahun 2004 menjadi 99,31% tahun 2006. selanjutnya, APK SMA/MA juga mengalami peningkatan dari 89,20% tahun 2004 menjadi 90,96% tahun 2006.

Tahun 2004, APM SD/MI mencapai 91,50%, sedikit menurun menjadi 90,72% tahun 2006. Sedangkan APM SMP/MTs, meningkat dari 77,43% tahun 2004, menjadi 79,48 tahun 2006. Selanjutnya, APM SMA/MA, mengalami peningkatan dari 69,90% tahun 2004, menjadi 73,86% tahun 2006.

Gambar 1.7

Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) Di Kota Medan Tahun 2006

0 20 40 60 80 100 120 Pe rs en APK 103,31 99,31 90,96 APM 90,72 79,48 73,86 SD/MI SMP/MTs SMA/MA

Berdasarkan hal tersebut, salah satu keluaran dan hasil penting penyelenggaraan pendidikan selama periode 2004 – 2006 adalah berhasilnya Kota Medan menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun pada tingkat “Tuntas Paripurna”.

(42)

TABEL 1.16

ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) MENURUT USIA SEKOLAH DI KOTA MEDAN TAHUN 2004 – 2006

T A H U N Jenis Pendidikan 2004*) (%) 2005*) (%) 2006**) (%) [1] [2] [3] [4] 07 – 12 98,58 99,06 99,16 13 – 15 93,75 95,04 95,01 16 – 18 76,31 78,11 78,23 19 - 24 21,77 24,09 22,09

Sumber BPS Kota Medan (Olahan SUSENAS) Keterangan : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Indikasi kemajuan penyelenggaraan pendidikan masyarakat Kota Medan selama periode 2004 - 2006 juga ditunjukkan oleh Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut usia sekolah. Jumlah penduduk usia sekolah yang masih bersekolah mengalami kenaikan pada seluruh kelompok usia sampai tahun 2006, anak usia 07 - 12 tahun yang bersekolah mencapai hampir 100 persen (99,16%), dan sebanyak 95,01 persen anak usia 13 – 15 tahun masih bersekolah. Adanya anak usia sekolah yang putus sekolah, khususnya pada usia 16 -18 tahun lebih disebabkan alasan-alasan ekonomi. Upaya penting yang dilakukan Pemerintah Kota Medan untuk menjadikan penduduk usia 7 - 18 tahun untuk tetap bersekolah bagi yang putus sekolah dan mendorong anak usia sekolah untuk bersekolah adalah menempuh kebijakan pemberian beasiswa terarah, baik di jenjang pendidikan SD sampai ke tingkat SMP dan SLTA. Melalui kebijakan ini diharapkan biaya pendidikan, khususnya bagi anak kurang mampu dapat diatasi sehingga mereka tidak perlu lagi memikul biaya pendidikan untuk

dapat bersekolah sesuai dengan bakat dan potensi yang dimiliki. Di samping itu, penyelenggaraan pendidikan di Kota Medan, juga semakin

baik, khususnya untuk tetap mendorong anak usia bersekolah, agar tetap bersekolah, dengan dilaksanakannya PKPS – BBM bidang pendidikan, sejak semester ke dua tahun 2005 hingga sekarang.

(43)

Selain indikator yang telah dibicarakan di atas, ada lagi indikator pendidikan lain yang disebut dengan rata-rata lama sekolah penduduk 10 tahun ke atas di Kota Medan. Bila dilihat dari rata-rata lama sekolah, terlihat peningkatan dari tahun 2004 - 2006 walaupun kecil. Pada tahun 2004 rata-rata lama sekolah penduduk 10 tahun ke atas di Kota Medan adalah 10,6 tahun meningkat menjadi 10,8 tahun pada tahun 2006.

Kesehatan

Selain pendidikan, kesehatan merupakan faktor penting bagi pembangunan suatu kota, karena erat kaitannya dengan mutu sumberdaya manusia sebagai salah satu modal pembangunan. Jaminan kesehatan yang semakin baik akan menghasilkan kualitas manusia yang lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, selain urusan pendidikan, Pemerintah Kota juga sangat berkepentingan atas peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara umum.

Derajat kesehatan masyarakat Kota Medan juga merupakan indikator penting yang mengindikasikan kemajuan pembangunan kota selama tahun 2004 – 2006. Hal ini disebabkan, derajat kesehatan pada dasarnya dapat digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas SDM yang ada. Masyarakat dengan pendidikan yang memadai, ditunjang dengan kesehatan yang baik, dapat menjadi aset pembangunan kota yang berkualitas.

Salah satu indikator kesehatan penduduk adalah angka kelahiran kasar. Angka ini menunjukkan banyaknya bayi lahir dalam keadaan hidup per 1000 penduduk. Tinggi – rendahnya angka ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain : kondisi kesehatan, perumahan, pendidikan, penghasilan, agama, maupun sikap terhadap besarnya anggota keluarga.

(44)

Besarnya angka kelahiran kasar pada tahun 2004 adalah 2,37 dan menurun pada tahun 2006 menjadi 2,25.

Indikator lain yang digunakan adalah angka kesakitan (Morbidity rate). Berdasarkan perhitungan selama tahun 2004 – 2006, angka kesakitan umum pada masyarakat Kota Medan relatif tidak mengalami perubahan berarti dari 12,30 persen pada tahun 2004 menjadi 11,70 persen pada tahun 2006. Angka ini menunjukkan bahwa banyaknya penduduk Kota Medan yang mengalami keluhan kesehatan ringan dengan tanda-tanda fisik dapat dideteksi, seperti demam, batuk, pilek, dan lain-lain dalam sebulan yang mengganggu aktivitas sehari-hari, dibandingkan jumlah penduduk secara keseluruhan cenderung atau relatif kecil, sehingga mengindikasikan kondisi kesehatan masyarakat yang semakin baik.

Derajat kesehatan masyarakat yang relatif semakin membaik, juga tidak terlepas dari upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dijalankan. Dalam rangka ini Pemerintah Kota Medan dalam beberapa tahun terakhir telah melaksanakan kebijakan dan program-program yang mendukung pelayanan kesehatan masyarakat seperti rujukan, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pengembangan pembinaan lingkungan sehat dan PHBS, pembinaan posyandu, peningkatan quality assurance di Puskesmas, imunisasi, dukungan Forum Kesehatan Kota, dan lain-lain.

Berdasarkan indikator makro kesehatan masyarakat tahun 2004 – 2006 diketahui juga bahwa, peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan ditunjukkan oleh Angka Kematian Bayi/1000 Kelahiran Hidup yang menurun dari 21 bayi pada tahun 2004 menjadi 15,09 bayi pada tahun 2006, Angka Kematian Ibu melahirkan/100.000 kelahiran hidup yang menurun, dari 162 pada tahun 2004 menjadi 110 pada tahun 2006. Adanya perbaikan-perbaikan kesehatan masyarakat tersebut secara

(45)

keseluruhan juga telah menjadikan bertambahnya Umur Harapan Hidup dari 69,90 pada tahun 2004 menjadi 71,40 pada tahun 2006.

TABEL 1.17

INDIKATOR KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA MEDAN TAHUN 2004 - 2006 T A H U N No. Jenis Indikator

2004*) 2005*) 2006**)

[1] [2] [4] [5] [6]

1 Angka Kelahiran Kasar 2,37 2,27 2,25

2 Umur Harapan Hidup 69,90 70,70 71,40

3 Angka Kematian Kasar per 1000 penduduk 1,70 1,59 1,50 4 Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup 21,00 15,84 15,09 5 Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup 162 120 110

6 Angka Kesakitan Umum 12,30 12,21 11,70

Sumber BPS Kota Medan dan Kompilasi Data Instansi terkait Keterangan : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan selama tahun 2004 - 2006 juga dibarengi oleh peningkatan mutu dan jangkauan

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang diberikan. Pelayanan dasar kesehatan ini diberikan oleh Puskesmas/Puskesmas Pembantu yang saat ini mencapai 39 unit dan 41 unit Puskesmas Pembantu, di samping Puskesmas Keliling 27 unit, Rumah Sakit Pemerintah, Swasta, Praktek Dokter, dan lain-lain. Jangkauan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat berpenghasilan rendah juga meningkat, seiring dengan adanya pelayanan kesehatan dasar tanpa bayar di tingkat Puskesmas.

Ketenagakerjaan

Dalam membahas aspek ketenagakerjaan, umumnya orang tertarik untuk mengamati tingkat partisipasi angkatan kerja, pengelompokan tenaga kerja menurut lapangan kerja, jenis dan status pekerjaan serta masalah pengangguran. Selama tahun 2004 – 2006, keadaan ketenagakerjaan di Kota Medan dipengaruhi oleh 2 (dua) sisi, yaitu sisi permintaan yang

(46)

didorong oleh dinamika pembangunan ekonomi kota, dan sisi penawaran yang dipengaruhi oleh perubahan struktur umur penduduk Kota Medan.

a) Komposisi Penduduk Usia Kerja

Sesuai dengan pengelompokan statistik yang dipergunakan, maka batasan penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 10 tahun ke atas, bila data bersumber dari SUSENAS, sedangkan yang bersumber dari SAKERNAS sudah digunakan 15 tahun ke atas. Data pada tabel di bawah ini sudah bersumber dari SAKERNAS.

Penduduk usia kerja dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Angkatan Kerja adalah penduduk yang aktif secara ekonomi, yaitu mereka yang bekerja dan mencari pekerjaan, sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk yang tidak aktif secara ekonomi dengan kegiatan antara lain sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya (pensiunan, orang jompo, orang cacat, penerima pendapatan dan lainnya).

TABEL 1.18

BANYAKNYA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS (SUSENAS), 15 TAHUN KE ATAS (SAKERNAS) MENURUT JENIS KEGIATAN UTAMA DI KOTA MEDAN

TAHUN 2004 – 2006 T A H U N Jenis Indikator 2004*) 2005**) 2006**) [1] [2] [3] [4] 1. Angkatan Kerja 855.880 763.123 815.710 a. Bekerja 744.530 668.038 718.804 b. Mencari Kerja 111.350 95.085 96.906

2. Bukan Angkatan Kerja 761.310 676.731 646.136

a. Sekolah 389.800 331.164 321.188

b. Mengurus Rmh Tangga 298.370 273.575 277.751

c. Lainnya 73.140 71.993 47.197

Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka SUSENAS

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pendapatan ibu rumah tangga Sebagai pekerja

Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok di dalam rumah dan gambaran perilaku merokok di dalam rumah kepada masyarakat

berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Sandjaja No. Saat ini Universitas Katolik Soegijapranata Semarang memiliki 13 program studi yaitu Arsitek, Sipil, Manajemen,

Sebelum metode inkuiri diterapkan, keaktifan belajar siswa pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial kelas VC masih rendah, ada peningkatan keaktifan belajar siswa

Strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) dapat terjadi karena.. faktor kekuatan dan peluang yang jumlahnya besar. Kondisi

Model yang ada hanya dapat dilakukan untuk menilai kinerja industri asam stearat, dan dapat dikembangkan lagi untuk melakukan penilaian terhadap produk sampingan dari industri

VFA merupakan suatu hasil perombakan senyawa karbohidrat didalam rumen ternak ruminansia yang digunakan sebagai sumber energi bagi ternak itu sendiri, semakin tinggi

Perusahaan memiliki masalah yang sering timbul, yaitu kurangnya informasi yang tersedia, kurangnya pemanfaatan informasi yang dihasilkan, pelaksanaan sistem akuntansi yang