• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filsafat Cina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filsafat Cina"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Di dalam Bab I yang berupa pendahuluan ini mencakup tentang: latar belakang filsafat Cina, kekhasan filsafat Cina, kedudukan dan fungsi filsafat dalam peradaban Cina, dan asal-mula aliran-aliran filsafat Cina. Hal-hal yang bersifat umum terkait dengan filsafat Cina tersebut perlu dipahami oleh mahasiswa, sebelum mahasiswa dapat menjelaskan dan akhimya menilai pemikiran-pemikiran filsafat Cina pada Jaman Kuno Awal yang akan diuraikan dalam bab II.

Setelah mengikuti proses pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan latar belakang filsafat Cina, kekhasan filsafat Cina, kedudukan dan fungsi filsafat dalam peradaban Cina, serta asal mula aliran-aliran filsafat Cina.

A. Latar Belakang Filsafat Cina

Latar belakang geografi bangsa Cina menunjukkan bahwa Cina adalah negeri daratan. Karena Cina merupakan suatu negeri kontinental, maka bangsa Cina pada awalnya harus mencari nafkah di bidang pertanian. Dalam suatu negeri agrarian, tanah merupakan dasar kekayaan. Oleh karena itu sepanjang sejarah Cina, pemikiran serta kebijakan sosial ekonomi berpusat di sekitar pembagian serta penggunaan tanah.

Dalam pemikiran para filsuf Cina mengenai bidang sosial dan ekonomi, ada pemilahan antara apa yang mereka namakan “akar” dengan “cabang”. “Akar” mengacu kepada bidang pertanian dan “cabang” mengacu kepada bidang perdagangan. Argumentasinya ialah, bahwa pertanian bersangkutan dengan produksi, sedangkan perdagangan sekedar bersangkutan dengan pertukaran. Secara logis sebelum terjadi pertukaran harus terdapat produksi terlebih dahulu. Di suatu negeri agraris, pertanian merupakan bentuk pokok produksi, oleh karena itu sepanjang sejarah Cina teori-teori serta kebijakan sosial ekonomi semuanya berusaha untuk mengutamakan, “akar” dan meremehkan “cabang”.

Dalam pemikiran kiasik Cina, orang-orang yang berkecimpung dalam “cabang”, artinya para pedagang dipandang rendah. Mereka merupakan yang terakhir di antara empat kelas masyarakat tradisional Cina. Keempat kelas tersebut ialah: para sarjana, para petani, para pekerja tangan, serta para pedagang (shih, nung, kung, shang). Oleh karenanya suatu keluarga yang mempunyai tradisi belajar dari bertani merupakan sesuatu yang memberi kebangaan.

(2)

Nilai bidang pertanian mendapatkan tempat yang tertinggi dalam pemikiran filsuf Cina. Oleh karena itu teori gerak-balik tao yang diilhami oleh para kaum petani, yang memberi dukungan utama bagi “ajaran jalan tengah” sama-sama disukai oleh dua aliran besar di Cina yaitu Confucianisme dan Taoisme. Teori gerak-balik tao mengatakan bahwa balk dalam lingkungan alam maupun dalam lingkungan manusia, jika perkembangan sesuatu hal membawa titik yang mengujung, maka akan terjadi pembalikan ke titik ujung yang lain. Teori ini merupakan isi pokok filsafat Cina, yaitu keharmonisan, “jalan tengah”.

Teori tersebut juga memberikan pengaruh yang besar terhadap bangsa Cina. “Jangan sampai berlebihan” dan “sifat keharmonisan” merupakan dalil pokok dua aliran filsafat di Cina, yaitu Confucianisme dan Taoisme.

Di dalam filsafat Cina, pandangan petani bukan hanya menentukan isi filsafatnya - seperti pembalikan merupakan gerakan Tao, melainkan juga menentukan metodologinya, yaitu intuisi (Fung Yu lan, 1964: 23). Pemikiran filsafat Cina jika dirunut pada mulanya ternyata amat dipengaruhi oleh keadaan geografi dan ekonomi bangsa Cina.

B. Kekhasan Filsafat Cina

Pemikiran filsafat Cina memiliki kekhasan sebagai berikut: bersifat kemanusiaan dan humanisme, bersifat jauh dari hal-hal yang adikodrati, bersifat this worldly dan toleran terhadap filsafat maupun agama lain, bersifat demokratis, bersifat pragmatis, bersifat hormat terhadap orang tua, dan bersifat keharmonisan (Lasiyo, 1982: 16-22). Penjelasan tentang hal ini secara singkat akan diuraikan dalam paparan berikut.

Mengenai sifat kemanusiaan dan humanisme. Bahwa filsafat Cina tema pokoknya adalah perikemanusiaan. Oleh karena itu filsafat Cina dimaksudkan untuk mempertinggi taraf kejiwaan manusia. Titik berat filsafat Cina untuk memperbaiki serta menyeimbangkan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Pemikiran filsafat Cina bertitik tolak pada kebutuhan manusia, sedangkan tujuannya adalah sikap kemanusiaan yang tulus dan perasaan setia kawan terhadap manusia yang lain.

Filsafat cina bersifat jauh dari hal-hal yang adi kodrati. Orang Cina sudah merasa puas jika sudah dapat hidup selaras dengan alam semesta. Selaras dengan sifat ini, maka menurut pemikirannya orang yang lain berbahaya dalam hidupnya ialah orang yang selalu hidup dekat dengan alam. Orang-orang tersebut

(3)

adalah para petani dan para nelayan. Para pemikir Cina ingin memikirkan dan membereskan keadaan dunia ini terlebih dahulu, mereka enggan membicarakan hal-hal dibalik dunia in Bukannya berarti mereka tidak percaya atau tidak ber-Tuhan, tetapi mereka tetap percaya bahwa Tuhan sebagai pendipta.

Sifat this worldly, “kesinian”, atau sering disebut sifat keduniawian dimiliki oleh filsafat Cina selain toleran terhadap filsafat dan agama lain. Pemikiran filsafat Cina pada umumnya membahas persoalan-persoalan dunia ini, bukan mengenai persoalan kehidupan setelah manusia mati. Hal ini karena semua pemikiran bersumber kepada kebutuhan manusia. Mengenai rasa toleran dapat dibuktikan dengan adanya filsafat yang datang dan Negara lain yang dapat hidup di daratan Cina, walaupun filsafat ataupun agama ini mendapatkan pengaruh dan filsafat dari kebudayaan asli Cina.

Sifat demokratis filsafat Cina bersumber pada sifat kemanusiaan, yaitu diakuinya derajat yang sama bagi semua manusia dan adanya kasih sayang universal. Para filsuf Cina bersifat demokratis dan toleran terhadap filsuf atau pun penganut agama lain semuanya didasarkan kepada kebutuhan manusia.

Filsafat Cina bersifat pragmatis. Pemikiran filsafat Cina pada umumnya cenderung untuk mengukur segala sesuatu dengan nilai kegunaan praktis. Manusia hendaknya berfungsi dalam hidup ini sesuai dengan kedudukannya masing-masing, Segi positip sifat pragmatis akan menjadikan orang hidup lebih hemat dan hati-hati. Di lain pihak segi negatifnya orang akan mau melakukan sesuatu jika menguntungkan diri dan golongannya. Oleh karena itu sifat pragmatis akan menjadi baik jika selalu dikaitkan dengan sifat kemanusiaan.

Sifat hormat kepada orang tua merupakan ciri khas pemikiran filsafat Cina. Kedudukan anak terhadap orang tuanya dianggap dosa yang lebih besar dari pada dosa membunuh, demikian juga orang tua yang tidak berlaku baik terhadap anaknya, kakak terhadap adiknya dan adik terhadap kakaknya, isteri terhadap suaminya dan suami istrinya. Dengan adanya sifat saling menghormati terutama bhakti anak terhadap tua akan menjamin kehidupan keluarga menjadi kuat, masyarakat dan akhirnya bangsa dan Negara akan lebih tertib dan teratur. Namun di lain pihak akan terdapat family system dan sifat tertutup.

Mengenai sifat keharmonisan filsafat Cina dapat dijelaskan bahwa filsafat Cina menginginkan adanya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hal yang satu dengan hal yang lain. Sifat keharmonisan meliputi hubungan antara manusia dengan manusia (mikro kosmos) dan hubungan antara manusia dengan

(4)

alam semesta (makro kosmos). Agar manusia dapat hidup bahagia, manusia harus menjaga keharmonisan 4 tersebut, caranya rnelalui “jalan tengah”.

C. Kedudukan dan Fungsi Filsafat di Cina

Kedudukan filsafat di Cina sering disamakan dengan agama, terutama di kalangan kaum cerdik pandai. Hampir setiap agama yang timbul di Cina mengandung ajaran filsafat yang tinggi. Bagi orang Cina filsafat dapat membawa manusia kepada kepuasaan terhadap keinginannya untuk mengerti dan memahami sesuatu yang ada dibalik dunia mi (Lasiyo, 1982: 24). Bahkan menurut Fung Yu lan (1990: 6) orang-orang Cina berkepribadian kefilsafatan. Dalam filsafat tercukupi kedambaan mereka akan sesuatu yang terdapat dibalik dunia nyata. Selain itu dalam filsafat mereka mengungkapkan serta menghargai nilai-nilai adi-susila, dan dengan jalan hidup menurut filsafat mereka menghayati nilai-nilai adi-susila ini.

Fungsi filsafat menurut tradisi Cina digunakan untuk: meningkatkan kejiwaan manusia, memahami segala sesuatu yang ada di balik dunia ini, dan mencapai nilai yang lebih tinggi dan pada nilai moral (Lasiyo, 1982: 23). Meningkatkan taraf kejiwaan manusia artinya dengan berfilsafat orang akan tahu tentang dirinya sendiri bahkan menurut Mencius “segala sesuatu sudah lengkap di dalam diriku” (Baskin, 1974: 178). Dengan demikian manusia dalam menyelidiki segala sesuatu di dunia ini harus selalu introspeksi dan mawas diri.

Dengan filsafat diharapkan manusia bisa memahami hal-hal yang ada di balik dunia ini. Dengan filsafat yang diketahui bukan sekedar gejala-gejala yang tampak saja, tetapi suatu makna atau kenyataan di balik semua yang tampak itu.

Tentang nilai yang lebih tinggi dan pada nilai moral, artinya dengan berfilsafat orang akan melakukan suatu tindakan bukan karena ingin mendapatkan imbalan, tetapi karena perbuatan itu memang bernilai baik di dalam dirinya.

Bentuk tertinggi yang ingin dicapai seorang manusia seharusnya menjadi orang yang bijaksana. Kemudian setelah ia berhasil selanjutnya kembali kepada masyarakat untuk ikut menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta membantu untuk mencapai kebahagiaan (Lasiyo, 1982: 23). Fung Yu Lan (1964: 5) menyatakan sebagai berikut:

“According to the tradition of Chinese philosophy, its function is not the increase of positive knowledge (by positive knowledge I mean information regarding matters of fact), but the elevation of the mind --- a reaching out for what is

(5)

beyond the present actual world, and for the values that are higher than the moral ones”.

Jelaslah bahwa tugas filsafat dalam tradisi Cina bukan untuk menambah pengetahuan positif, tetapi untuk menaikkan taraf kejiwaan seseorang.

D. Asal-mula Aliran-aliran Filsafat Cina

Pada Jaman Kuno di Cina terdapat beraneka aliran/mazhab pemikiran. Pada masa tersebut jumlah aliran/mazhab demikian besarnya sehingga bangsa Cina menyebutnya sebagai “mazhab nan seratus”. Di kemudian hari para sejarawan mengadakan pengelompokan atas aliran-aliran tersebut.

Pertama kali yang mengelompokkan aliran-aliran filsafat Cina adalah Ssu-ma T’an. Ia mengelompokkan aliran-aliran filsafat Cina menjadi enam Ssu-mazhab pokok. Keenam mazhab tersebut yakni: Yin-Yang Chia atau mazhab Yin-Yang, Ju Chia atau mazhab cendekiawan, Mo Chia atau mazhab Mo Ming Chia atau mazhab Nama, Fa Chia atau mazhab Pendukung Hukum, dan Taote Chia atau mazhab Jalan serta Dayanya.

Sejarawan kedua yang mencoba untuk mengadakan pengelompokan atas “mazhab nan seratus” ialah Liu Hsin. Menurut Liu Hsin aliran-aliran filsafat Cina dapat dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok. Enam diantaranya sama dengan yang disusun oleh Ssu-ma T’an, sedangkan empat lainnya ialah Tsung-Heng Chia atau mazhab Perunding, Tsa Chia atau mazhab Pemandu Aliran, Nung Chia atau mazhab Petani, dan Hsiao-shuo Chia atau mazhab Pengisah Cerita.

Sementara itu dalam teorinya Fung Yu Lan (1964: 37) mengelompokkan “mazhab nan seratus” di Cina menjadi enam mazhab --- seperti halnya Liu Hsin, dengan ditambahkan asal-mula aliran-aliran tersebut. Menurut Fung Yu Lan para anggota Ju berasal dan kaum cendekiawan, para anggota mazhab Mo berasal dari kaum ksatria, para anggota mazhab Tao berasal dan kaum pertapa, para anggota mazhab Nama dan kaum pendebat, para anggota mazhab Yin-Yang berasal dari para pelaku ilmu ghaib, dan para anggota mazhab Pendukung Hukum berasal dan “manusia-manusia metode”.

Sebagai penutup dalam Bab I ini, sebelum melanjutkan ke materi pembahasan Bab II, dan guna mengukur pencapaian hasil belajar mahasiswa perlu dikemukakan soal-soal tes sebagai berikut:

1. Jelaskan latar belakang filsafat Cina!

(6)

3. Jelaskan kedudukan dan fungsi filsafat di Cina!

4. Jelaskan pengelompokan aliran-aliran filsafat Cina menurut Ssu-ma T’an dan menurut Liu Hsin!

5. Jelaskan pengelompokan dan asal-mula aliran-aliran filsafat Cina menurut Fung Yu Lan!

Kunci jawaban soal-soal tes tersebut secara berturut-turut dapat dicermati dalam Bab I Sub bab A, B, C, dan D Bahan Ajar ini.

Referensi

Dokumen terkait

untuk membeli atau tidak, sehingga ada beberapa konsumen yang memiliki sikap negatif terhadap image HP Cina tetapi adapula konsumen yang tetap memiliki sikap positif meskipun

Penggunaan video pembelajaran pada saat pembelajaran jarak jauh ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu diantaranya siswa dapat menonton video pembelajaran yang diberikan oleh guru

Dengan adanya kekhasan dalam bentuk format musik yang terdapat di stasiun radio tersebut, pemetaan audiens menjadi lebih teratur, sebagaimana korelasi yang

4. Jujun S, Suriasumantri menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan atau epistemologi yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala

Membahas mengenai hubungan antara filsafat dengan dakwah, maka bisa dikatakan bahwa ini sangat berhubungan, karena seperti yang kita ketahui bahwa filsafat adalah induk

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan pada kekhasan penelitian, yaitu pada penelitian ini akan lebih menggali pada sikap remaja dan tradisi/nilai sosial yang ada di

Dengan timbulnya tuntutan tersebut, maka banyak sekali pemikiran – pemikiran dan ide – ide yang bersifat membangun yang menginginkan perubahan dan kemajuan, yang disampaikan baik

1.6 Kerangka Pemikiran Berikut di bawah ini adalah kerangka pemikiran dalam untuk mengidentifikasi hubungan perkembangan Kawasan Strategis Pariwisata terhadap length of stay