LAPORAN SEMINAR
Kajian Taman Tirto Agung dilihat dari Aspek
Taman Lingkungan
Oleh:
Arif Rahman Hakim (21020113120069)
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Ir. Bambang Setioko, M.Eng
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
ii KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmatNya hingga akhirnya penulis mampu menyelesaikan Laporan Seminar ini.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Setioko, M.Eng sebagai dosen pembimbing seminar 2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan seminar ini 3. Keluarga yang telah membantu saya baik moral maupun moril
Laporan ini masih banyak sekali kekurangannya, oleh karena itu penulis meminta saran dan masukan yang sifatnya membangun agar dikesempatan berikutnya penulis mampu membuat laporan yang lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya Mahasiswa dalam bidang ilmu arsitektur dan masyarakat pada umumnya.
Semarang, 10 April 2016
iii ABSTRAK
Taman merupakan bagian dari ruang terbuka kota, yang memberi kontribusi bagi masyarakat dan lingkungannya, terutama secara sosial dan estetis. Fungsi sosial dari taman memberi pengaruh besar pada kehidupan masyararakat, Sedangkan fungsi estetis memberikan nilai tambah pada pengalaman ruang di taman sekaligus memperindah lingkungan. Salah satu taman yang ada di Kota Semarang adalah Taman Tirto Agung. Keberadaan taman ini mampu menarik minat masyarakat untuk menggunakan taman. Taman Tirto Agung sendiri merupakan sebuah taman yang dibuat pada tahun 2014 oleh Pemkot Semarang. Taman ini tergolong taman lingkungan karena menggambarkan suatu pemenuhan kebutuhan rekreasi di ruang terbuka, dimana Penggunanya tidak hanya yang berasal dari lingkungan perumahan saja tetapi juga berasal dari tempat lain di sekitar wilayah Tirto Agung.
Selanjutnya dilakukan penelitian dengan metode kuanlitatif, dimulai dari pendekatan penelitian, menentukan sumber data, menentukan instrumen penelitian dan langkah kerja penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai kriteria perancangan taman lingkungan yang baik serta penerapan kriteria taman lingkungan tersebut pada Taman Tirto Agung.
Berdasarkan kajian, dapat disimpulkan bahwa kriteria perancangan taman lingkungan yang baik adalah memiliki aksesibilitas yang baik, memiliki fasilitas yang baik dan mampu menampung aktivitas masyarakat dan komunitas di sekitar taman. Sedangkan delapan unsur perancangan taman lingkungan pada umumnya adalah lokasi yang baik dan strategis, akses yang mudah, tempat untuk duduk, pencahayaan pada malam hari, pengolahan permukaan taman (hard & soft surface), aktivitas sebagai daya tarik taman, aksen (vocal point) sebagai pusat dan pemberi vitalitas ruang, dan area bermain anak. Taman Tirto Agung sudah memenuhi kriteria-kriteria taman lingkungan. Banyak masyarakat yang sudah menggunakan fungsi taman lingkungan pada Taman Tirto Agung ini setiap harinya, namun jika turun hujan/ cuaca mendung taman ini akan seketika kosong tanpa ada pengunjung.
iv DAFTAR ISI Halaman Judul ... i Kata Pengantar ... ii Abstrak ... iii Daftar Isi ... iv Daftar Gambar ... vi
Daftar Tabel ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan Penulisan ... 2 D. Batasan Penulisan ... 2 E. Metode Penulisan ... 3 F. Sistematika Penulisan ... 3 G. Kerangka Pemikiran ... 4
BAB 2 LANDASAN TEORI... A. Bentuk-bentuk Ruang Terbuka Hijau ... 6
B. Jenis-jenis Taman ... 24
C. Fungsi Taman ... 25
D. Standart Taman sebagai Tempat Rekreasi ... 27
E. Kriteria Perancangan Taman Lingkungan ... 29
BAB 3 METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 32
B. Sumber Data ... 32
C. Instrumen Penelitian ... 33
D. Langkah Kerja Penelitian ... 33
BAB 4 LOKUS KAJIAN ... A. Sebaran Taman di Kota Semarang ... 35
B. Taman di BWK VII ... 35
C. Taman Tirto Agung ... 36
BAB 5 KAJIAN TAMAN TIRTO AGUNG DILIHAT DARI ASPEK TAMAN LINGKUNGAN ... 38 ...
v BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...
A. Kesimpulan ... 57 B. Rekomendasi ... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 58
vi DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram Alur Pemikiran ... 5
Gambar 2 Taman Kota – Simpang lima... 8
Gambar 3 Taman Wisata Alam – Selecta Malang ... 9
Gambar 4 Taman Rekreasi – Kyai Langgeng Magelang ... 9
Gambar 5 Taman Lingkungan – Bebekan pekalongan ... 10
Gambar 6 Taman Hutan Raya – Bukit Soeharto Kaltim ... 10
Gambar 7 Hutan Kota - Batang ... 12
Gambar 8 Hutan Lindung – Tanjung Puting Kaltim ... 13
Gambar 9 Bentang Alam - Dieng ... 13
Gambar 10 Cagar Alam – Tagunu Sulteng ... 14
Gambar 11 Kebun Raya - Bogor ... 14
Gambar 12 Pemakaman Umum – San Diego Hills Karawang ... 15
Gambar 13 Lapangan Olahraga – Golf Sentul Bogor ... 16
Gambar 14 Lahan Pertanian Perkotaan - Jakarta ... 17
Gambar 15 Sutet - Tangerang ... 18
Gambar 16 Sempadan Rawa - Rawapening ... 20
Gambar 17 Jalur Pengaman Rel Kereta - Bojonegoro ... 21
Gambar 18 Daerah Penyangga – Desa Sumber Brantas ... 22
Gambar 19 Roof Garden - Jakarta ... 22
Gambar 20 Skema Tata Letak RTH Perkotaan ... 23
Gambar 21 Skema Tata Letak Taman Kota dan Taman Lingkungan ... 23
Gambar 22 Persebaran Taman di BWK VII ... 36
Gambar 23 Lokasi Taman Tirto Agung ... 37
Gambar 24 Fasilitas di Taman Tirto Agung ... 37
Gambar 25 Aksesibilitas pada Taman Tirto Agung ... 38
Gambar 26 Taman Tirto Agung dilihat dari Jalan Tirto Agung... 38
Gambar 27 Taman Tirto Agung dilihat dari Jalan Durian Raya (Mulawarman menuju Sukun) ... 38
vii Gambar 28 Taman Tirto Agung dilihat dari Jalan Durian Raya (Sukun
menuju Mulawarman)... 39
Gambar 29 Jembatan sebagai entrance taman ... 39
Gambar 30 Tulisan “Taman Tirto Agung” sebagai Vocal Point... 39
Gambar 31 Selokan dan kotak tanaman sebagai batas luar taman ... 40
Gambar 32 Potongan Taman Tirto Agung ... 40
Gambar 33 Anak tangga bermaterial batu alam ... 41
Gambar 34 Sirkulasi yang meliuk-liuk ... 41
Gambar 35 Paving Blok dan Batu alam sebagai material hard space ... 41
Gambar 36 Rerumputan sebagai material soft space ... 42
Gambar 37 Tempat Duduk Masif ... 42
Gambar 38 Tempat Duduk Besi ... 42
Gambar 39 Denah Titik Lampu Taman Tirto Agung ... 43
Gambar 40 Lampu Bulat ... 43
Gambar 41 Lampu Sokong ... 44
Gambar 42 Lampu Center ... 44
Gambar 43 Area Bermain Anak 1 ... 44
Gambar 44 Area Bermain Anak 2 ... 45
Gambar 45 Aktivitas Olahraga Volley ... 45
Gambar 46 Aktivitas Olahraga Panjat Tebing ... 45
Gambar 47 Tulisan “Taman Tirto Agung” sebagai Vocal Point... 46
Gambar 48 Tempat Parkir di Sisi Jalan Tirto Agung ... 46
Gambar 49 Tempat Parkir di Sisi Jalan Durian Raya ... 47
Gambar 50 Toilet Umum pada Taman Tirto Agung ... 47
Gambar 51 Tempat Sampah pada Taman Tirto Agung ... 48
Gambar 52 Aktivitas Jual Beli di dalam Taman ... 48
Gambar 53 Aktivitas Jual Beli di luar Taman ... 48
Gambar 54 Taman Tirto Agung dimanfaatkan oleh masyarakat ... 49
viii DAFTAR TABEL
Tabel 1 Persebaran Taman di Kota Semarang ... 35
Tabel 2 Standart Taman sebagai Tempat Rekreasi ... 52
Tabel 3 Kriteria Perancangan Taman lingkungan ... 52
Tabel 4 Data Fisik dan Aksesibilitas Taman Tirto Agung ... 53
Tabel 5 Data Fasilitas Taman Tirto Agung ... 55
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman-taman yang ada di Kota Semarang saat ini kondisinya tidak seluruhnya memadai. Beberapa di antaranya kurang berfungsi secara optimall maupun disalahgunakan untuk kepentingan kelompok tertentu. Misalnya, banyak taman-taman yang dipagari atau dinikmati secara visual saja maupun taman yang didominasi oleh fungsi komersil atau fungsi lain yang tidak semestinya. Hal-hal seperti ini membuat fungsi dari taman menjadi berkurang bahkan hilang. Padahal, taman sebagai bagian dari ruang terbuka kota seharusnya dapat memberi kontribusi bagi lingkungan dan masyarakatnya secara umum.
Namun di sisi lain, beberapa taman yang baru dibangun, maupun yang baru diperbaiki, seperti Taman Tirto Agung di Banyumanik ternyata dapat menarik minat masyarakat untuk menggunakan taman. Hal tersebut menunjukkan masih adanya kebutuhan masyarakat akan taman di suatu area permukiman. Seperti yang dikatakan oleh Simonds (1994) bahwa gaya hidup masyarakat yang berteknologi tinggi dan mekanistik membutuhkan nutrisi jiwa yang baru untuk melawan ketegangan/stress. Karena itulah manusia membutuhkan hubungan keseharian dengan alam. Taman-taman publik memberi kesempatan bagi masyarakat untuk dapat menikmati waktu senggang di tengah aktifitasnya yang tinggi.
Secara sederhana, taman dapat dibedakan menjadi taman kota dan taman lingkungan. Pengelompokkan taman ini mempengaruhi karakteristik taman dan kriteria perancangannya. Taman kota memiliki fungsi lebih publik bagi kehidupan kota dibandingkan dengan taman lingkungan yang secara fisik lebih kecil luasannya. Namun taman lingkungan tidak hanya berperan sebagai pengindah lingkungan saja, melainkan juga berperan aktif sebagai tempat berinteraksi dan rekreasi di lingkungan tersebut. Jarak tempuh dan aksesibilitas menuju taman juga menjadi penting dalam pembentukkan pola penggunaan taman. Karena
2 sebagian besar masyarakat memilih untuk menuju taman yang menarik dan lokasinya lebih dekat dan mudah dicapai dari tempatnya berada, contohnya taman-taman lingkungan.
Salah satu taman lingkungan yang ada di Kota Semarang adalah Taman Tirto Agung. Keberadaan taman ini mampu menarik minat masyarakat untuk menggunakan taman. Taman Tirto Agung sendiri merupakan sebuah taman yang dibuat pada tahun 2014 oleh Pemkot Semarang.
B. Rumusan Permasalahan 1. Problem Area
Sebuah taman jika dilihat dari teori perancangan taman lingkungan harus memiliki 9 jenis kriteria, salah satunya yaitu fasilitas untuk segala cuaca, hal ini dimaksudkan agar para pengunjung tetap dapat menikmati taman dan fasilitas-fasilitas yang ada di dalamnya disegala cuaca.
2. Problem Finding
Taman Tirto Agung sebagai taman lingkungan setiap harinya selalu ramai, namun akan menjadi sepi apabila hujan tiba
3. Problem Statement
Kurangnya pemenuhan kriteria taman lingkungan berdampak terhadap sepinya Taman Tirto Agung jika hujan tiba
Berdasarkan problem finding, problem area dan problem statement, maka permasalahan yang ditemukan kemudian penulis kerucutkan menjadi beberapa pertanyaan, yaitu:
1. Bagaimana kriteria perancangan taman lingkungan yang baik? 2. Bagaimana Taman Tirto Agung dilihat dari teori pertamanan?
a. Berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007
b. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 c. Berdasarkan ukuran luas
3 e. Berdasarkan 5 fungsi taman
f. Berdasarkan standart taman sebagai tempat rekreasi
3. Apakah kriteria perancangan taman lingkungan sudah diterapkan pada Taman Tirto Agung?
C. Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai penulis dalam seminar ini, yaitu mengetahui Taman Tirto Agung sudahkah memenuhi teori taman lingkungan atau belum.
D. Batasan Penulisan
Dalam seminar ini, penulis mengawali pembahasan dalam lingkup makro mengenai taman sebagai bagian dari ruang terbuka, yang dilanjutkan dengan pembahasan mengenai rekreasi sebagai alasan masyarakat menggunakan taman lalu kriteria perancangan taman lingkungan. Penulis membatasi kajian penulisan pada Taman Tirto Agung, Banyumanik, Semarang.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan seminar ini penulis menggunakan metode diskriptif kualitatif, melalui:
1. Studi literatur; mengenai teori-teori yang mendukung topik seminar, melalui referensi bacaan maupun media elektronik.
2. Studi kasus; melalui pengamatan langsung terhadap contoh-contoh kasus terkait di lapangan dan dilengkapi dengan data visual berupa foto, sketsa maupun gambar.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan seminar ini dibagi menjadi empat bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan latar belakang masalah, perumusan masalah yang akan dibahas, tujuan, batasan, metode, dan sistematika penulisan,
4 serta kerangka pemikiran.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini berisi pembahasan teori mengenai taman sebagai bagian dari ruang terbuka, fungsi dan hierarki taman. Kemudian pembahasan difokuskan pada pemanfaatan taman di area pemukiman kota, khususnya taman lingkungan, dan penjelasan mengenai gaya hidup waktu senggang masyarakat kota, serta kesimpulan kajian teori berupa kriteria perancangan taman lingkungan.
BAB 3 STUDI KASUS
Bab ini berisi deseminar dan analisis studi kasus berdasarkan kesimpulan kajian teori yang telah dibahas pada bab sebelumnya, serta kesimpulan analisis berupa tabel perbandingan dan penjelasannya.
BAB 4 KESIMPULAN
Bab ini berisi hasil akhir pemikiran penulis dari bab-bab yang telah dibahas.
G. Kerangka Pemikiran
Penyusunan seminar ini didasarkan pada kerangka pemikiran yang meliputi latar belakang dan topik penulisan, kemudian membentuk pertanyaan seminar berupa isu yang akan dibahas, dan dilanjutkan dengan tujuan penulisan, metode pembahasan, hingga kesimpulan akhir untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah. Berikut ini diagram alur pemikiran seminar:
5 LATAR BELAKANG
Kondisi taman-taman yang ada di Kota Semarang saat ini tidak seluruhnya memadai, terutama taman lingkungan. Namun di sisi lain, terdapat beberapa taman yang baru dibangun yang ternyata dapat menarik minat masyarakat untuk menggunakan taman, salah satunya adalah Taman Tirto Agung. Hal tersebut menimbulkan rasa ingin tahu penulis mengenai kriteria-kriteria taman lingkungan yang baik yang mampu menarik minat masyarakat.
PERTANYAAN
1. Bagaimana kriteria perancangan taman lingkungan yang baik?
2. Bagaimana Taman Tirto Agung dilihat dari teori pertamanan?
a. Berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007
b. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 c. Berdasarkan ukuran luas
d. Berdasarkan fungsi rekreasi e. Berdasarkan 5 fungsi taman
f. Berdasarkan standart taman sebagai tempat rekreasi
3. Apakah kriteria perancangan taman lingkungan sudah diterapkan pada Taman Tirto Agung?
TUJUAN PENULISAN
Mengetahui Taman Tirto Agung sudahkah memenuhi teori taman lingkungan atau belum.
METODE PEMBAHASAN Kajian teori:
1. Bentuk-bentuk Ruang Terbuka Hijau 2. Jenis-jenis taman
3. Fungsi Taman
4. Standart taman sebagai tempat rekreasi 5. Kriteria perancangan taman lingkungan
KESIMPULAN
1. Kriteria perancangan taman lingkungan yang baik adalah memiliki aksesibilitas yang baik, memiliki fasilitas yang baik dan mampu menampung aktivitas masyarakat dan komunitas di sekitar taman.
2. Taman Tirto Agung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 termasuk dalam Ruang Terbuka Hijau Publik
b. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 termasuk dalam taman lingkungan
c. Berdasarkan ukuran luas termasuk dalam taman kecil
d. Berdasarkan fungsi rekreasi termasuk dalam taman aktif
e. Taman Tirto Agung telah memenuhi 5 fungsi taman
f. Taman Tirto Agung telah memenuhi 9 dari 11 standart taman sebagai tempat rekreasi 3. Taman Tirto Agung sudah menerapkan 8 dari 9
kriteria perancangan taman lingkungan.
Gambar 1 Diagram Alur Pemikiran (Analisa Penulis, 2016)
6
BAB II KAJIAN TEORI A. BENTUK-BENTUK RUANG TERBUKA HIJAU
1. Menurut Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007
Menurut pasal 29 Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007, menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau dibagi menjadi ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
a. Ruang Terbuka Hijau Publik
Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau publik, antara lain adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai.
b. Ruang Terbuka Hijau Privat
Sedangkan yang termasuk ruang terbuka hijau privat, antara lain, adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.
2. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007
Menurut pasal 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri no 1 Tahun 2007 mengenai Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, menyebutkan bahwa Ruang Terbuka Hijau diklasifikasikan kedalam 23 kategori yaitu:
a. Taman kota;
b. Taman wisata alam; c. Taman rekreasi;
d. Taman lingkungan perumahan dan permukiman; e. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial;
7 f. Taman hutan raya;
g. Hutan kota; h. Hutan lindung;
i. Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah; j. Cagar alam;
k. Kebun raya; l. Kebun binatang; m. Pemakaman umum; n. Lapangan olah raga; o. Lapangan upacara; p. Parkir terbuka;
q. Lahan pertanian perkotaan;
r. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET); s. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa;
t. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian;
u. Kawasan dan jalur hijau;
v. Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan w. Taman atap (roof garden).
a. Taman kota
Taman kota merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa, sehingga mempunyai keindahan, kenyamanan dan keamanan bagi pemiliknya atau penggunanya. Kota-kota di negara maju lebih mengutamakan taman kota untuk tujuan rekreasi dan sekaligus untuk menyegarkan kembali badan dan pikiran setelah bekerja lama dan terjadi kejenuhan. Taman kota merupakan fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan nampaknya merupakan suatu unsur yang penting bagi kegiatan rekreasi
8 1. Memberikan kesempatan rekreasi bagi masyarakat kota, aktif
maupun pasif
2. Memberikan efek visual dan psikologis yang indah dalam totalitas ruang kota.
Dalam perkembangannya, taman kota tidak lagi terbatas untuk menampung kegiatan santai dan piknik saja, tetapi harus dapat menampung kegiatan-kegiatan lain secara maksimal seperti rekreasi aktif, olah raga, kegiatan kebudayaan, hiburan dan interaksi sosial. Karenanya, suatu taman kota memiliki berbagai fungsi yakni ekologis, biologis, hidrologis, estetis, rekreasi dan sosial.
Gambar 2 Taman Kota - Simpang Lima Semarang (Sumber: www.google.com)
B. Taman wisata alam
Taman Wisata Alam (TWA) adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Pengelolaan taman wisata alam berada di bawah kewenangan BKSDA (Balai Konservasi Sumberdaya Alam) bersama dengan pengelolaan ruang terbuka hijau lainnya seperti taman nasional berukuran kecil, kawasan suaka alam, taman hutan raya dan taman buru (SNI 01-5009.5-2001 tentang istilah dan definisi berkaitan dengan pengusahaan pariwisata alam berasaskan konservasi hayati).
9 Gambar 3 Taman Wisata Alam – Selecta Malang
(Sumber: www.google.com)
C. Taman rekreasi
Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 2007. Rekreasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu rekreasi aktif dan rekreasi pasif. Rekreasi aktif adalah bentuk pengisian waktu senggang yang didominasi kegiatan fisik dan partisipasi langsung dalam kegiatan tersebut, seperti olah raga dan bentuk-bentuk permainan lain yang banyak memerlukan pergerakan fisik. Sedangkan rekreasi pasif adalah bentuk kegiatan waktu senggang yang lebih kepada hal-hal yang bersifat tenang dan relaksasi untuk stimulasi mental dan emosional, tidak didominasi pergerakan fisik atau partisipasi langsung pada bentuk-bentuk permainan atau olah raga. Sehingga taman rekreasi merupakan suatu tempat/areal yang dapat menampung kebutuhan dalam berekreasi
Gambar 4 Taman Rekreasi – Kyai Langgeng Magelang (Sumber: www.google.com)
10
D. Taman lingkungan
Dikatakan taman lingkungan apabila memenuhi kriteria: 1) sebagai ruang publik; 2) digunakan dalam kegiatan sehari-hari; 3) memiliki sirkulasi udara, penyinaran matahari yang cukup; 4) menyediakan area penghijauan berupa rumput, bunga, tanaman pot, taman hias, kolam, dan sebagainya; 5) memberikan dampak yang besar terhadap warga dilingkungan taman.
Gambar 5 Taman Lingkungan – Bebekan Pekalongan (Sumber: www.google.com)
E. Taman hutan raya
Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/ atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan jenis asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) berada di bawah kewenangan Departemen Kehutanan.
Gambar 6 Taman Hutan Raya – Bukit Soeharto Kaltim (Sumber: www.google.com)
11
F. Hutan kota
Menurut PP Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang
Hutan selain berfungsi sebagai sarana rekreasi dapat juga menjadi sarana pendidikan, darah penyangga kebutuhan air, mencegah banjir, erosi, melindungi sistem tata air dan sebagai sumber air minum kota yang perlu dilindungi dari segala bentuk pencemaran. Karena itu lokasi hutan yang dilindungi semestinya dikaitkan dengan faktor kemiringan tanah (Keppres No 32 Tahun 1990).
Tujuan penyelenggaraan hutan kota sebagai bagian dari ruang terbuka hijau kota adalah untuk kelestarian, keserasian, dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial, dan budaya. Fungsi hutan kota adalah untuk:
1. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro serta nilai estetika 2. Meresapkan air
3. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota
4. Mendukung pelestarian keaneka ragama hayati Indonesia Luas hutan kota dalarn satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 (dua puluh lima per seratus) hektar. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat
12 Gambar 7 Hutan Kota – Batang
(Sumber: www.google.com)
G. Hutan lindung
Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
Menurut Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Hutan Lindung adalah hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan lindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Hutan lindung juga merupakan kawasan hutan yang pengelolaannya bertujuan untuk memperoleh fungsi sebesar besarnya terhadap pengaturan tata air, pemeliharaan kesuburan tanah serta pencegahan bencana banjir dan erosi (pasal 7 ayat 2 PP No 33 tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan).
13 Gambar 8 Hutan Lindung – Tanjung Puting Kaltim
(Sumber: www.google.com)
H. Bentang alam
Bentang alam menurut SNI 01-5009.5-2001 tentang istilah dan definisi berkaitan dengan pengusahaan pariwisata alam berasaskan konservasi hayati adalah kenampakan alam secara visual atau panorama alam. Pengelolaan bentang alam dilakukan dalam rangka membangun kawasan, baik perlakuan yang mengubah bentuk muka tanah/ topografi, maupun perlakuan dalam rangka membangun di atas permukaan tanah.
Gambar 9 Bentang Alam - Dieng (Sumber: www.google.com)
I. Cagar alam
Kawasan cagar alam merupakan kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami (Pasal 1 ayat 3
14 Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 1998).
Upaya pengawetan kawasan cagar alam dilaksanakan dalam bentuk kegiatan antara lain:
a. Perlindungan dan pengamanan kawasan b. Inventarisasi potensi kawasan
c. Penelitian dan pengembangan dalam menuju pengawetan
Gambar 10 Cagar Alam – Tagunu Sulteng (Sumber: www.google.com)
J. Kebun raya
Kebun raya merupakan suatu kawasan/areal yang memiliki fungsi dan peranan utama dalam melakukan inventarisasi, eksplorasi dun konservasi tumbuh-tumbuhan dataran rendah kering yang mempunyai nilai ilmu pengetahuan dan ekonomi (http://www.cifor.cgiar.org). Saat ini kebun raya yang dimiliki oleh Indonesia sebanyak 4 unit yaitu Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya Eka Karya Bedugul.
Gambar 11 Kebun Raya - Bogor (Sumber: www.google.com)
15
K. Pemakaman umum
Tempat Pemakaman Umum adalah areal tanah yang disediakan untuk keperluan pemakaman jenazah bagi setiap orang tanpa membedakan agama dan golongan, yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II atau Pemerintah Desa (PP No 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman)
Penggunaan tanah untuk pemakaman jenazah seseorang baik pada pemakaman umum maupun pemakaman bukan umum ditetapkan panjang makan tidak lebih dari 2,5 m, lebar makam tidak lebih dari 1,5 m dengan kedalaman minimum 1,5 m, dan jarak antar makam satu sama lain tidak lebih dari 0,5 m. Tempat pemakaman disamping berfungsi sebagai makam juga dapat berfungsi sebagai taman atau penghijauan, kelestarian dan keindahan lingkungan. Lampu taman juga sebaiknya tersedia pada kawasan pemakaman, sehingga pemakaman tidak gelap dan tidak menimbulkan kesan angker. Selain itu lampu taman tersebut dapat dijadikan sebagai hiasan bagi taman di pemakaman.
Gambar 12 Pemakaman Umum – San Diego Hills Karawang (Sumber: www.google.com)
L. Lapangan olahraga
Olahraga adalah gerak badan untuk menyehatkan, menguatkan badan, pembentukan watak dan kepribadian serta sportifitas, dengan demikian akan tercipta manusia Indonesia yang
16 berkualitas. Dalam kamus arsitektur disebutkan bahwa lapangan olah raga adalah lapangan yang dibangun sedemikian rupa untuk menampung kegiatan olah raga beserta sarana-sarananya. Untuk membantu kebijakan memasyarakatkan olah raga maka diperlukan lapangan olah raga terbuka guna meningkatkan aktivitas olah raga baik di lingkungan sekolah-sekolah, universitas maupun di kawasan permukiman. Dengan demikian perlu dirancang lapangan terbuka dan olah raga dengan baik serta dikaitkan dengan penataan dan pengembangan ruang terbuka hijau kota. Fungsi ruang terbuka kota berupa lapangan olah raga antara lain sebagai wadah berbagai jenis kegiatan olah raga yang relevan dengan jenis lapangan olah raga, misalnya sepakbola, golf, dan lain sebagainya.
Gambar 13 Lapangan Olahraga – Golf Sentul Bogor (Sumber: www.google.com)
M. Lahan pertanian perkotaan
Penggunaan lahan kota ditentukan oleh jumlah penduduk dan aktivitasnya. Sebagian besar penduduk kota bekerja di sektor tersier (service/jasa) dan sektor sekunder (manufaktural) yaitu pengolahan bahan baku menjadi bahan setengah jadi. Aktivitas penduduk kota di sektor primer berupa budidaya pertanian, pengembangan bibit bunga dan buah-buahan serta perikanan. Aktivitas pertanian lahan basah diutamakan pada lahan produktif. Lahan pertanian difungsikan sebagai green belt yang diusulkan sebagai kawasan hijau permanen yang menjadi bagian integral dari kota (Williams,
17 1995). Pertumbuhan penduduk kota yang cepat biasanya menyebabkan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Bila keadaan itu tidak dikendalikan dan juga tidak diimbangi dengan pengembangan ruang terbuka hijau jenis lainnya maka suatu kota akan mengalami kekurangan ruang terbuka hijau kota.
Gambar 14 Lahan Pertanian Perkotaan - Jakarta (Sumber: www.google.com)
N. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET)
Salah satu utilitas yang terpenting adalah jaringan listrik. Jaringan listrik tegangan tinggi diusulkan menjadi satu dengan jaringan listrik tegangan rendah. Untuk itu diperlukan suatu ruang terbuka khusus yang telah diatur dalam Peraturan Umum Instalasi Listrik Tahun 1977 (PUIL 1977) pasal 745, yaitu:
1. Pada setiap persilangan dengan jalan umum, jalan kereta api, jaringan telekomunikasi dan tempat ramai (pasar, terminal bus, dan semacamnya), dimana dapat timbul bahaya terhadap keselamatan umum, maka dalam pemasangan hantaran udara telanjang untuk tegangan tinggi harus diperhitungkan syarat teknis keamanannya, terutama jarak minimum hantaran udara telanjang tersebut terhadap benda-benda yang dilalui serta faktor keamanan dari hantaran sendiri. Cara pengamanan adalah misalnya dengan mempergunakan konstruksi “STOP
18 MAST” pada kedua sisi persilangan atau dengan memasang jala-jala pengaman.
2. Untuk perlindungan terhadap bahaya kebakaran, maka jarak minimum antara gedung dengan proyeksi hantaran yang paling luas pada bidang datar yang melewati bagian bawah kaki tiang adalah:
a. 20 m bagi pondasi yang letaknya paling dekat dengan SUTT b. 20 m bagi pompa bensin diukur sampai bagian yang
menunjukkan dekat dengan SUTT
c. 50 m bagi tempat penimbunan bahan bakar diukur dari sisi tangki yang paling dekat dengan SUTT
d. 3 m bagi pagar
3. Dalam keadaan khusus dimana hantaran SUTT memotong bidang datar yang melalui kaki-kaki tiang tumpu SUTT yang terdekat, jarak antara hantaran benda-benda yang menyilang di sekitar penghantar tersebut (bangunan, pohon-pohon dan semacamnya) harus memperhatikan ketentuan yang telah diatur sebelumnya, yaitu 20 m dari benda hantaran yang paling dekat dengan SUTT.
4. Di sekitar atau di bawah SUTT dilarang atau tidak diperkenankan mendirikan bangunan atau benda lainnya dan menanam atau membiarkan tumbuh pohon atau tanaman lainnya yang bagiannya memasuki daerah terlarang.
Gambar 15 Sutet - Tangerang (Sumber: www.google.com)
19
O. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa
Menurut Peraturan Menteri PU No 63 Tahun 1993 pasal 1, sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai. Daerah sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, penggunaan dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai termasuk danau dan waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.
Penetapan garis sempadan sungai bertanggul didalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kuranguya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Sedangkan garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada kriteria:
a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dan 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnva 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
b. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (duapuluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurangkurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
20 c. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20
(dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tigapuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat (Keppres No 32 Tahun 1990 pasal 15).
Gambar 16 Sempadan Rawa - Rawapening (Sumber: www.google.com)
P. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, dan pedestrian
Jalur pengaman pada ruang terbuka hijau kota meliputi jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian. Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap jalan dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Disamping kiri-kanan jalan bahkan median jalan perlu ditanami pepohonan, rerumputan dan tanaman perdu pada pinggiran jalur pergerakan.
21 Setiap pembangunan jalan baru di perkotaan akan menambah cakupan hijau pepohonan yang ditanam di atas daerah manfaat jalan, media jalan dan jalur pemisah yang sekaligus menyerap sisa pembakaran, debu maupun sebagai perlindungan dari teriknya panas matahari sehingga akan memberikan kenyamanan bagi orang yang lewat atau berteduh di bawah pepohonan tersebut. Akar pepohonan dapat menyerap air hujan sebagai cadangan air di dalam lapisan tanah dan membantu menetralisir limbah industri dan limbah rumah tangga yang dihasilkan kota setiap saat.
Gambar 17 Jalur Pengaman Rel Kereta - Bojonegoro (Sumber: www.google.com)
Q. Daerah penyangga (buffer zone)
Daerah penyangga merupakan wilayah yang berada di luar kawasan pelestarian alam, baik sebagai kawasan hutan lain, tanah negara bebas maupun tanah yang dibebani hak yang diperlukan dan mampu menjaga kawasan pelestarian alam (SNI 01-5009.5-2001 tentang istilah dan definisi berkaitan dengan pengusahaan pariwisata alam berasaskan konservasi hayati).
22 Gambar 18 Daerah Penyangga – Desa Sumber Brantas
(Sumber: www.google.com)
R. Taman Atap (roof garden)
Taman atap (roof garden) adalah salah satu model ruang terbuka hijau berupa taman untuk lahan pekarangan yang terbatas. Taman atap dibangun diatas atap datar sebuah bangunan gedung bertingkat
Gambar 19 Roof Garden - Jakarta (Sumber: www.google.com)
23 Berdasarkan pengertian dari masing-masing RTH, maka dapat dibuat sebuah konfigurasi tata letak RTH-RTH tersebut sebagai berikut:
Gambar 20 Skema tata letak RTH Perkotaan (digambar berdasarkan
pengertian-pengertian yang ada pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007)
Gambar 21 Skema tata letak Taman Kota dan Taman lingkungan
(digambar berdasarkan pengertian-pengertian yang ada pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007)
24 B. JENIS-JENIS TAMAN
1. Berdasarkan Luas dan Jarak Jangkauan dari Tempat Tinggal
Menurut Woolley (2003), jenis-jenis taman berdasarkan luas dan jarak jangakuan dari tempat tinggal dibagi dalam 3 jenis taman, yaitu: a. Taman kecil, yang luasnya < 2 ha diletakkan tidak jauh dari
lingkungan rumah. Sehingga dapat ditempuh dengan berjalan kaki. b. Taman menengah, luasnya 20 ha, terletak sejauh 1,5 km dari
perumahan
c. Taman besar, yang luasnya minimal 60 ha terletak sejauh 8 km dari perumahan.
2. Berdasarkan Fungsi Rekreasi
Menurut Trancik (1986), Jenis-jenis taman berdasarkan fungsi rekreasi dibagi menjadi 2 jenis taman, yaitu:
a. Taman Aktif
Dikatakan sebagai taman aktif apabila di dalamnya di bangun berbagai fasilitas yang menunjang berbagai kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman dapat menggunakan fasilitas di dalamnya secara aktif seperti olahraga, jalan-jalan dan bermain. Dalam taman aktif juga memungkinkan adanya penjual makanan dan minuman, serta berbagai cindera mata yang terwujud karena adanya kebutuhan dari pemakai taman. Contohnya, Taman Raya Kota, Alun-alun, dan taman-taman rekreasi.
b. Taman Pasif
Disebut sebagai taman pasif apabila suatu taman dibuat cukup sederhana, dengan fasilitas yang minim, dan sangat mengutamakan keindahan visualnya. Sehingga pemakai taman cenderung menikmati taman tersebut sebagai suatu aksen keindahan yang menarik, tanpa ada aktivitas yang aktif di dalamnya. Contohnya seperti taman yang berada di pertigaan, di perempatan, di samping jalan dan lainnya.
25 C. FUNGSI TAMAN
Menurut Simonds (1994), sebuah taman yang baik seharusnya dapat memenuhi 5 fungsi dasar, yaitu:
1. Fungsi Hidrologi
Taman berperan dalam hal penyerapan air dan mereduksi potensi banjir sebuah kawasan perkotaan. Adanya pepohonan dalam taman kota mampu meresapkan air ke dalam tanah melalui perakarannya yang dalam, sehingga pasokan air dalam tanah (water saving) semakin meningkat dan jumlah aliran limpasan air juga berkurang. Sehingga dapat mengurangi terjadinya banjir dalam kota tersebut. Menurut perkiraan, untuk setiap hektar ruang terbuka hijau, setidaknya mampu menyimpan 900 m3 air tanah per tahun. Sehingga kekeringan sumur penduduk di musim kemarau pun dapat diatasi.
2. Fungsi Ekologi
Taman sebagai habitat flora dan fauna dan pengendali iklim mikro. Sebuah taman yang penuh dengan pepohonan dapat berfungsi sebagai produsen oksigen, penyaring polusi dan debu, pengikat karbon, sekaligus pendingin udara bagi warga kota. Pepohonan yang rimbun, dan rindang, terus-menerus menyerap dan mengolah gas-gas beracun yang mencemari kota seperti karbondioksida (CO2), karbon monoksida (CO), timbal (Pb) dan gas-gas beracun lainnya, kemudian merubahnya menjadi oksigen segar yang siap dihirup warga kota setiap saat. Suhu di sekitar taman pun menjadi lebih sejuk, karena mampu mengurangi suhu lima sampai delapan derajat Celsius. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pohon, berarti semakin banyaknya suplai O2, semakin tinggi biodiversitas, dan semakin baik kualitas udara di tempat tersebut. 3. Fungsi Kesehatan
Taman sebagai penjaga kualitas lingkungan. Berkaitan dengan fungsi kesehatan taman, banyaknya pepohonan juga berdampak positif pada kualitas udara dan kesehatan warga sekitar.
26 Pepohonan juga dapat menyaring berbagai cemaran gas berbahaya dan polutan. Dengan tereduksinya polutan di udara maka masyarakat kota akan terhindar dari resiko yang berupa kemandulan, infeksi saluran pernapasan atas, stres, mual, muntah, pusing, kematian janin, keterbelakangan mental anak- anak, dan kanker kulit. Kota menjadi indah, warga kota pun sehat.
4. Fungsi Rekreasi
Taman sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi keluarga yang mempunyai nilai sosial, ekonomi, dan edukatif. Dari fungsi ini, taman dapat di bedakan menjadi 2, yaitu taman aktif dan taman pasif.
Dikatakan sebagai taman aktif apabila di dalamnya di bangun berbagai fasilitas yang menunjang berbagai kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman dapat menggunakan fasilitas di dalamnya secara aktif seperti olahraga, jalan-jalan dan bermain. Dalam taman aktif juga memungkinkan adanya penjual makanan dan minuman, serta berbagai cindera mata yang terwujud karena adanya kebutuhan dari pemakai taman. Contohnya, Taman Raya Kota, Alun-alun, dan taman-taman rekreasi.
Dan disebut sebagai taman pasif apabila suatu taman dibuat cukup sederhana, dengan fasilitas yang minim, dan sangat mengutamakan keindahan visualnya. Sehingga pemakai taman cenderung menikmati taman tersebut sebagai suatu aksen keindahan yang menarik, tanpa ada aktivitas yang aktif di dalamnya. Contohnya seperti taman yang berada di pertigaan, di perempatan, di samping jalan, taman meredian di perkotaan dan lainnya
5. Fungsi Estetika
Taman sebagai elemen visual keindahan lingkungan. Dengan terpeliharanya dan tertatanya taman lingkungan dengan baik akan meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan, sehingga akan memiliki nilai estetika. Taman lingkungan yang indah, dapat juga
27 digunakan warga setempat sebagai sarana rekreasi dan tempat anak-anak bermain dan belajar. Bahkan taman lingkungan yang indah dapat mempunyai daya tarik dan nilai jual bagi pengunjung. Berbagai macam tanaman dan bunga-bungaan yang ada ditaman yang ditata dengan sangat rapi bisa menjadi daya tarik tersendiri dan membuat pengunjung betah berlama-lama ditaman tersebut.
D. STANDART TAMAN SEBAGAI TEMPAT REKREASI
Menurut Simons (1994), hal yang tak kalah penting untuk dipertimbangkan dalam sebuah taman adalah fasilitas taman. Sebuah taman yang betujuan sebagai arena rekreasi, setidaknya harus menyediakan fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
1. Pohon, tanaman dan ornamen taman
Taman identik dengan desain tanaman yang berwarna-warni dan beraneka ragam. Perpaduan antara bunga, padang rumput, dan elemen taman dalam lengkung garis nan indah, merupakan pemandangan yang menarik bagi setiap pengunjung taman. Namun yang tak kalah pentingnya dalam sebuah taman adalah pohon yang rindang. Taman tanpa pohon rindang terasa kurang lengkap sebagai sebuah taman rekreasi. Selain berfungsi sebagai peneduh, pohon juga berfungsi sebagai penyaring udara, penyedia oksigen, dan tempat tinggal burung-burung.
2. Pedestrian
Pemakai taman mayoritas adalah pejalan kaki, sehingga pedestrian harus dibuat senyaman mungkin. Kriteria kenyamanan pedestrian dapat di lihat dari kemulusan jalan sehingga orang dapat berjalan tanpa takut terjungkal atau jatuh, cukup luas sehingga orang dapat berjalan tanpa berdesakan, ada pengaman jalan, dan nyaman untuk orang cacat, manula, dan anak kecil.
28 Setelah berjalan-jalan, bermain, atau jogging, tentunya sangat nyaman jika kita duduk-duduk santai di bangku taman yang nyaman sambil menikmati desain taman yang cantik. Oleh sebab itu, elemen bangku taman merupakan sesuatu yang wajib ada jika taman tersebut memang difungsikan sebagai taman rekreasi.
4. Gazebo
Gazebo ini dimaksudkan untuk istirahat dan berteduh jika turun hujan. Gazebo tidak perlu dibuat terlalu mewah, namun cukup nyaman, aman, dan sesuai dengan tema taman agar tidak kelihatan asing di taman tersebut.
5. Arena bermain anak-anak
Untuk arena bermain anak berumur 3-10 tahun hendaknya di buat luas dan tertutup rumput hijau demi kenyamanan. Atau dapat disediakan bak pasir untuk anak-anak bermain pasir. Di sisi arena bermain dapat disediakan tempat duduk untuk istirahat.
6. Arena olahraga
Arena olah raga dibuatkan seperti jalur untuk berlari (jogging track) yang harus dibedakan dengan jalan pedestrian. Untuk manula, dapat disediakan jalur pendek tersendiri yang tersusun dari batu-batuan dengan tekstur yang disesuaikan untuk refleksi
7. Toilet
Toilet perlu disediakan agar pengunjung tidak buang air sembarangan. Penyediaan toilet ini harus dibedakan antara toilet pria dan wanita serta harus selalu dijaga kebersihannya.
8. Saluran air
Saluran air atau selokan difungsikan untuk menampung air hujan dan mengalirkannya ke saluran pembuangan agar tidak membanjiri kawasan taman.
9. Tempat sampah
29 menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan taman.
10. Lampu taman
Lampu taman ini difungsikan sebagai penerangan di malam hari sekaligus sebagai elemen taman yang dapat menambah keindahan taman.
11. Tempat parkir
Agar pengunjung yang membawa kendaraan tidak parkir sembarangan. Diluar area taman perlu disediakan tempat parkir. Tempat parkir yang baik memiliki jalur masuk dan jalur keluar yang jelas, aman, serta memiliki batas parkir yang jelas agar parkir kendaraan dapat terlihat rapi dan bersih.
12. Pusat informasi dan pos penjagaan
Pusat infromasi dan keamanan ini diperlukan agar pengunjung tidak kesulitan mendapatkan informasi yang mereka butuhkan berkaitan dengan taman kota dan sekitarnya. Selain itu dapat berfungsi sebagai tempat mengadukan laporan kehilangan yang terjadi di area taman. Oleh sebab itu, pos informasi dan penjagaan ini harus selalu siap sedia agar bila sewaktu-waktu ada pengunjung yang membutuhkan informasi atau kehilangan sesuatu dapat segera mendapatkan pelayanan.
E. KRITERIA PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN
Menurut Susanti (2010), terdapat delapan persyaratan perancangan taman lingkungan, yaitu sebagai berikut:
1. Lokasi yang baik dan strategis.
Lokasi ini berkaitan dengan pola penggunaan taman yang ditentukan oleh jarak pencapaiannya, yaitu sekitar 2 kilometer dari taman. Bila dikaitkan dengan pola ini, taman-taman lokal/wilayah yang berjarak kurang dari 2 kilometer dari area asal pengunjung memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan rekreasi masyarakat kota dengan mobilitasnya yang
30 tinggi. Masyarakat tidak harus bepergian jauh-jauh untuk memenuhi kebutuhan rekreasinya.
2. Akses yang mudah, secara fisik dan visual.
Kemudahan akses secara fisik dan visual menjadi penarik pengunjung untuk bisa berada di dalam taman. Akses ini dibagi menjadi akses makro dan akses mikro. Akses makro berupa pencapaian menggunakan kendaraan umum melalui jalan-jalan besar. Sedangkan akses mikro berupa pintu masuk (entrance) menuju taman, yang berkaitan dengan batasan ruang taman. Batasan masif pada taman lingkungan dapat mengurangi dan menghilangkan fungsinya. Jalan sebaiknya juga menjadi bagian dari ruang sosial, terutama jalur pedestrian yang menghubungkan taman dengan sekitarnya. Selain itu, level permukaan taman diharapkan sama atau hampir sama dengan level jalan.
3. Tempat untuk duduk.
Istirahat merupakan salah satu bagian dari aktivitas yang dilakukan di taman. Jeda waktu ketika beristirahat biasanya digunakan untuk duduk-duduk santai. Duduk itu sendiri menjadi salah satu aktivitas yang membentuk suatu ruang sosial dan interaksi. Tempat untuk duduk dapat berupa desain yang terintegrasi, seperti anak tangga dan dinding rendah, maupun bentuk tambahan seperti bangku-bangku taman yang dapat dipindahkan.
4. Pencahayaan pada malam hari.
Elemen pencahayaan menjadi penting dalam desain taman-taman tropis, karena tingkat keramaian pengunjung taman sangat signifikan pada sore hingga malam hari. Kebanyakan aktivitas dilakukan ketika cuaca tidak panas. Pencahayaan juga dapat memberi nilai estetis tambahan terhadap suatu objek dan taman itu sendiri.
5. Pengolahan permukaan taman (hard & soft surface).
Adanya variasi lingkungan taman dengan mengubah penggunaan rumput dan hortikultura menjadi pengolahan permukaan taman yang lebih
31 bervariasi termasuk jarak area alami dan semi-alami, atau berhubungan dengan perawatan dan artikulasi dari bidang dasar, yaitu material, tekstur dan komposisinya.
6. Adanya fasilitas untuk segala cuaca.
Panas dan terik matahari merupakan unsur yang dihindari oleh kebanyakan masyarakat tropis. Hujan pun seringkali membatasi aktivitas manusia di ruang terbuka. Untuk itu, dibutuhkan fasilitas naungan dan peneduh yang tahan terhadap cuaca panas dan hujan, misalnya gazebo atau pergola.
7. Aktivitas dan event sebagai daya tarik taman.
Aktivitas, terutama rekreasi aktif, dapat ditunjang melalui penyediaan bentuk fasilitas baru seperti jalur sepeda dan fitnes, penambahan layanan seperti toilet dan tempat beristirahat, serta dengan mengatur dan mempromosikan kegiatan- kegiatan dan hiburan sebagai bentuk penemuan yang dapat menjadi penarik bagi pengunjung, termasuk kegiatan komersil untuk pemenuhan kebutuhan kuliner di taman.
8. Aksen (Vocal point) sebagai pusat dan pemberi vitalitas ruang.
Aksen berhubungan dengan penempatan objek dalam ruang dan cara melihat objek, yang bergantung pada cahaya yang mengenai objek, proporsi, dan sudut pandangnya. Objek dalam ruang merupakan elemen-elemen, seperti patung, fitur air, dan pepohonan yang dapat menjadi aksen atau focal point serta membuat suatu ruang dapat diingat dan dikenang. 9. Area bermain anak.
Taman menyediakan kesempatan bagi anak-anak untuk bermain, baik permainan formal yang dilengkapi dengan perlengkapan/struktur bermain maupun permainan informal yang berdasarkan perlakuan kreatif anak-anak terhadap suatu kondisi atau desain.
32 BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatiF deskriptif. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Pengertian deskriptif menurut Nazir (2005) dalam Martono (2010) adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suau sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif asalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dalam metode deskriptif penelitii dapat membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu sudi komparatif.
B. SUMBER DATA
Sumber data adalah subyek dimana data yang diinginkan diperoleh. Pengetahuan tentang sumber data merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih sumber data yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung, sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber
33 yang ada. Metode pengumpulan data primer yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dari studi kasus yaitu melalui observasi atau pengamatan. Metode pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara mengutip, menyadur dokumen-dokumen yang didapat, tulisan para penulis baik yang berupa buku-buku, jurnal ilmiah, maupun internet.
C. INSTRUMEN PENELITIAN
Pengumpulan data di lapangan menggunakan teknik pengukuran dan perekaman alat dan bahan penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data di lapangan yaitu sebagai berikut:
1. Kertas catatan
Kertas catatan, pensil, dan pulpen untuk mencatat dan merekam obyek dan detail melalui gambar sketsa atau ilustrasi.
2. Kamera Handphone
Kamera Handphone digunakan sebagai alat pemotretan obyek bangunan yang berhubungan dengan proses penelitian.
3. Meteran
Alat ukur berupa meteran untuk mengetahui dimensi-dimensi obyek penelitian.
D. LANGKAH KERJA PENELITIAN 1. Penentuan tempat penelitian
Peneliti memilih Taman Tirto Agung, karena pada Taman Tirto Agung dirasa memiliki kriteria-kriteria terkait judul penelitian, sehingga dipandang tepat sebagai objek penelitian.
2. Survei Lapangan
Survei lapangan bertujuan untuk mendapatkan data primer. Data primer dapat diperoleh melalui pengamatan langsung.
34 3. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan suatu teknik dalam penelitian yang dilakukan setelah data lapangan terkumpul. Data terbagi menjadi dua, yaitu data lapangan (data mentah) dan data jadi (Satori dan Komariah, 2010).
Data lapangan atau data mentah merupakan data yang diperoleh saat pengumpulan data. Data mentah pada penelitian ini adalah berupa data tertulis serta foto. Data tertulis tersebut diperoleh melalui pengamatan objek penelitian. Data yang berupa foto merupakan data yang berfungsi mendeskripsikan suatu hal, benda, maupun kejadian saat observasi maupun saat pengumpulan data. Data tertulis didokumentasikan ke dalam bentuk tulisan atau catatan penelitian.
Pengolahan data dapat dilakukan dengan cara persiapan dan penyeleksian. Persiapan dilakukan dengan menyiapkan seluruh data lapangan, baik yang berupa catatan lapangan, maupun foto. Sedangkan data yang berupa foto dideskripsikan sesuai gambar.
4. Analisa hasil pengolahan data
Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber, dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisa dengan mengkomparasikan data yang didapatkan dari Taman Tirto Agung.
5. Pembahasan hasil penelitian
Merupakan hasil akhir dari penelitian, berisi tentang pembahasan mengenai hasil penelitian yang diperoleh. Membandingkan data-data yang ada di lapangan dengan dokumen-dokumen serta literatur yang berkaitan dengan aspek-aspek taman lingkungan.
35 BAB IV
LOKUS KAJIAN A. Sebaran Taman di Kota Semarang
Berdasarkan Data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang, Kota Semarang secara keseluruhan memiliki taman sejumlah 242 taman, yang terbagi kedalam 162 Taman Pasif dan 80 Taman Pasif. 242 taman tersebut, 89 dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang sedangkan 153 sisanya dikelola oleh masyarakat.
No BWK Kecamatan Jumlah Taman
1 I Semarang Tengah, Semarang Selatan*),
Semarang Timur 81
2 II Gajahmungkur, Candisari 30
3 III Semarang Barat, Semarang Utara 71
4 IV Genuk*) 0 5 V Gayamsari, Pedurungan 38 6 VI Tembalang 1 7 VII Banyumanik 14 8 VIII Gunungpati*) 0 9 IX Mijen 3 10 X Ngaliyan, Tugu 4 Jumlah Keseluruhan 242 *)Tidak memiliki taman
Tabel 1 Persebaran Taman di Kota Semarang (Sumber: Data DKP Kota Semarang, 2016) B. Taman di BWK VII
Menurut PERDA Kota Semarang No.14 Tahun 2011 tentang Rencana Pembagian Wilayah Kota (BWK), BWK VII meliputi Kecamatan Banyumanik dengan Luas Kurang lebih 2509 hektar.
36 Taman Rasamala, Taman Kruing, Taman Ulin Raya, Taman Gaharu Utara, taman Gaharu Timur, Taman Jati, Taman Gaharu Raya, Taman Ulin, TamanRengas, Taman Saninten, Taman Damar dan Taman Tirto Agung (Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang, 2016). Ke-14 taman tersebut diklasifikasikan kedalam 8 Taman Pasif dan 6 Taman Aktif.
Gambar 22 Persebaran Taman di BWK VII Sumber: Peta CAD (setelah mengalami perubahan)
C. Taman Tirto Agung
Taman Tirto Agung merupakan sebuah taman yang berlokasi di Tirto Agung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Taman ini dibangun di tanah seluas 0,9 hektar, dibangun bersamaan dengan pembangunan 10 taman lainnya di Kota Semarang yaitu Taman Sudirman, Taman Randusari, Taman Pemuda, Taman Beringin, Taman Rejomulyo Jalan Kartini, Taman Menteri Supeno (Taman KB), Taman samping Makam Pahlawan Sriwijaya, Taman Pandanaran, Taman Lalu Lintas di Mangkang, dan Taman Jatisari di Mijen.
37 Gambar 23 Lokasi Taman Tirto Agung
Sumber: Google Earth (setelah mengalami perubahan)
Taman ini berada di dekat area permukiman warga, yaitu di Banyumanik dan sekitarnya. Dibatasi oleh Jalan Tirto Agung (A), Jalan Durian Raya (B), Permukiman warga (C) dan Cafe De Lasco (D).
Taman ini memiliki fasilitas penunjang berupa lapangan olahraga (volley), arena panjat tebing dan tempat bermain anak-anak.
Gambar 24 Fasilitas di Taman Tirto Agung Sumber: Dok. Pribadi
A
B
C D
38 BAB V
KAJIAN TAMAN TIRTO AGUNG DILIHAT DARI ASPEK TAMAN LINGKUNGAN 1. Aksesibilitas
Secara fisik, Taman Tirto Agung berada di sudut persimpangan jalan sehingga bisa diakses oleh kendaraan pribadi dan kendaraan umum, baik dari Jalan Tirto Agung maupun dari Jalan Durian Raya (Mulawarman menuju Sukun dan sebaliknya) .
Gambar 25 Aksesibilitas pada Taman Tirto Agung
Sumber: Sketsa dan olahan pribadi (berdasarkan pengamatan visual)
Gambar 26 Taman Tirto Agung dilihat dari Jalan Tirto Agung Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 27 Taman Tirto Agung dilihat dari Jalan Durian Raya (Mulawarman menuju Sukun) Sumber: Dokumen Pribadi
39 Gambar 28 Taman Tirto Agung dilihat dari Jalan Durian Raya
(Sukun menuju Mulawarman) Sumber: Dokumen Pribadi
Sedangkan secara Visual, akses utama menuju taman disambut dengan bukaan berupa jembatan dan letter bertuliskan nama taman.
Gambar 29 Jembatan sebagai entrance taman Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 30 Tulisan “Taman Tirto Agung” sebagai Vocal Point Sumber: Dokumen Pribadi
Dengan demikian, secara aksesibilitas, Taman Tirto Agung dapat dikatakan mudah dijangkau baik secara fisik maupun secara visual.
40 Sekeliling taman yang berbatasan dengan jalan memiliki ketinggian sama dengan perkerasan jalan, dibatasi oleh selokan selebar 90 cm dan kotak tanaman setinggi 60 cm dan lebar 90 cm. Permukaan taman dibuat naik ke arah tengah taman. Untuk menuju tengah taman diberikan jalur perkerasan untuk berjalan. Sepanjang sisi kanan dan kiri jalur perkerasan digunakan sebagai area tumbuh rerumputan. Dari pusat taman, terdapat akses menuju area bermain anak, area panjat tebing, dan area lapangan volley.
Gambar 31 Selokan dan kotak tanaman sebagai batas luar taman Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 32 Potongan Taman Tirto Agung Sumber: Olahan Pribadi (menggunakan AutoCad)
41 2. Fasilitas dan Furniture
a. Jalur sirkulasi
Jalur sirkulasi yang terdapat pada Taman Tirto Agung berupa anak tangga bermaterial batu alam dan jalan setapak berpaving dengan alur meliuk-liuk.
Gambar 33 Anak tangga bermaterial batu alam Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 34 Sirkulasi yang meliuk-liuk Sumber: Dokumen Pribadi b. Penutup Tanah
Material perkerasan yang digunakan pada hard space-nya berupa paving block berwarna putih, semen dan batu alam. Sementara material soft space-nya berupa rerumputan.
Gambar 35 Paving Blok dan Batu alam sebagai material hard space Sumber: Dokumen Pribadi
42 Gambar 36 Rerumputan sebagai material soft space
Sumber: Dokumen Pribadi
Dari analisa tersebut, penutup tanah pada Taman Tirto Agung sudah memenuhi kriteria pemenuhan hard space dan soft space sebuah taman.
c. Tempat untuk Duduk
Tempat duduk di taman ini terdiri dari tempat duduk yang menyatu dengan desain, berupa desain masif berbentuk melingkar yang terbuat dari beton dengan finishing batu alam dan pecahan keramik. Tempat duduk masif dipasang menempel dengan permukaan paving block. Selain itu juga terdapat tempat duduk tambahan berupa bangku taman bermaterial besi di beberapa area taman.
Gambar 37 Tempat Duduk Masif (Sumber: Dokumen Pribadi)
43 Dengan disediakannya dua jenis tempat duduk, maka pengunjung bebas untuk memilih tempat duduk sesuai keinginan.
d. Pencahayaan
Pencahayaan pada malam hari merupakan salah satu pengikat pengunjung taman. Terdapat 3 jenis lampu di taman ini, yaitu lampu bulat, lampu sokong dan lampu center.
Gambar 39 Denah Titik Lampu Taman Tirto Agung Sumber: DKP Kota Semarang, 2016
Gambar 40 Lampu Bulat Sumber: Dokumen Pribadi
44 Gambar 41 Lampu Sokong
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 42 Lampu Center Sumber: Dokumen Pribadi
Dengan adanya lampu penerangan pada taman, maka pengunjung tetap dapat menikmati taman hingga malam hari tiba. e. Area Bermain dan Olah Raga
Terdapat 2 area bermain anak di Taman Tirto Agung, area ini berisi ayunan, jungkat-jungkit, duduk berputar dan memanjat keatas.
Gambar 43 Area Bermain Anak 1 Sumber: Dokumen Pribadi
45 Gambar 44 Area Bermain Anak 2
Sumber: Dokumen Pribadi
Bagi pecinta olahraga, taman ini menyediakan lapangan volley dan tempat untuk panjat tebing.
Gambar 45 Aktivitas Olahraga Volley Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 46 Aktivitas Olahraga Panjat Tebing Sumber: Dokumen Pribadi
Tersedianya area bermain anak di taman ini merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan rekreasi bagi anak. Sedangkan fasilitas olahraga menjadi daya tarik bagi para pecinta olahraga untuk datang ke taman ini.
46 f. Aksen (Vocal point)
Gambar 47 Tulisan “Taman Tirto Agung” sebagai Vocal Point Sumber: Dokumen Pribadi
Tulisan “Taman Tirto Agung” menjadi daya tarik bagi pengunjung taman. Kebanyakan dari para pengunjung menjadikan tulisan ini sebagai background foto atau sebagai penanda utama ketika mereka datang ke taman ini. Posisi tulisan ini juga berada di salah satu sudut taman, sehingga pengguna jalan dari Jalan Tirto Agung, Jalan Durian Raya (dari arah Tusam) dan Jalan Durian Raya (dari arah Sukun) dapat dengan mudah melihat tulisan ini ketika berkendara
3. Fasilitas Penunjang a. Parkir
Terdapat dua tempat parkir di taman ini, yaitu pada sisi taman yang berbatasan dengan Jalan Tirto Agung dan Jalan Durian Raya.
Gambar 48 Tempat Parkir di Sisi Jalan Tirto Agung Sumber: Dokumen Pribadi
47 Gambar 49 Tempat Parkir di Sisi Jalan Durian Raya
Sumber: Dokumen Pribadi
Penyediaan lahan parkir Taman Tirto Agung memang dimaksudkan tidak terlalu besar karena sebagai taman lingkungan, sebagian besar pengunjung yang datang diharapkan dapat mencapai taman ini melalui berjalan kaki.
b. Toilet Umum, Fitur Kebersihan dan Keamanan
Taman ini juga menyediakan fasilitas toilet umum berupa satu bangunan kecil, masing-masing terdiri dari dua bilik toilet untuk laki-laki dan 2 bilik toilet untuk perempuan. Tidak ada pos jaga di taman ini, pengawasan dilakukan sesekali oleh petugas patroli untuk mengecek keamanan dan kondisi taman secara keseluruhan.
Gambar 50 Toilet Umum pada Taman Tirto Agung Sumber: Dokumen Pribadi
Taman ini cukup banyak menyediakan tempat sampah, tempat-tempat sampah ini diletakkan menyebar di setiap area taman.
48 Gambar 51 Tempat Sampah pada Taman Tirto Agung
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 52 Aktivitas Jual Beli di dalam Taman Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 53 Aktivitas Jual Beli di luar Taman Sumber: Dokumen Pribadi
Dengan adanya tempat sampah di berbagai titik, Kebersihan taman ini cukup terjaga meskipun banyak pedagang yang menjajakan dagangannya di area taman, baik di dalam maupun diluar.
49 D. ANALISA
1. Taman Tirto Agung dilihat dari bentuk-bentuk Ruang Terbuka Hijau
a. Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007
Melihat dari karakter bentuk RTH Publik dan Privat sesuai Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007, Taman Tirto Agung dapat dianalisa sebagai berikut:
a. Taman ini dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah yang dalam ini adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang.
b. Bahwa taman ini digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.
Berdasarkan 2 analisa tersebut, maka Taman Tirto Agung dapat dikatakan termasuk kedalam RTH Publik
Gambar 54 Taman Tirto Agung dimanfaatkan oleh masyarakat secara umum (Sumber: Dokumen Pribadi)
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007
Kaitannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 yang membagi RTH menjadi 23 kategori, Taman Tirto Agung dapat dianalisa memilik kriteria 1) sebagai ruang publik; 2) digunakan dalam kegiatan sehari-hari; 3) memiliki sirkulasi udara, penyinaran matahari yang cukup; 4) menyediakan area penghijauan berupa rumput, bunga, tanaman pot, taman hias, kolam, dan sebagainya; 5) memberikan dampak yang besar terhadap warga dilingkungan taman. Berdasarkan 5 kriteria yang ada pada Taman
50 Tirto Agung tersebut, maka Taman Tirto Agung dapat dikatakan termasuk kedalam kategori Taman Lingkungan.
Gambar 55 Aktivitas Jual Beli dalam taman yang terjadi setiap hari Sumber: Dokumen Pribadi
2. Taman Tirto Agung dilihat dari Jenis-jenis Taman
a. Berdasarkan ukuran luas dan jarak jangkauan dari tempat tinggal Taman Tirto Agung dapat dianalisa sebagai berikut:
1. Taman ini memilik luas 0,9 ha (luasnya <2 ha) 2. Terletak tidak jauh dari lingkungan rumah.
3. Akses menuju taman ini bisa ditempuh melalui jalan kaki
Berdasarkan 3 analisa tersebut, jika dikembalikan pada teori taman kecil, taman sedang dan taman besar, maka Taman Tirto Agung dapat dikatakan masuk kedalam kategori taman kecil
b. Berdasarkan fungsi rekreasi
Berdasarkan fungsi rekreasi, Taman Tirto Agung dapat dianalisa sebagai berikut:
1. Taman Tirto Agung memiliki banyak sekali fasilitas penunjang kegiatan bagi para pengguna taman, seperti fasilitas olahraga (lapangan volley dan panjat tebing)
2. Taman ini juga memiliki 2 area bermain anak
3. Didalamnya dapat dijumpai adanya penjual makanan dan minuman
51 Dari 3 analisa tersebut, maka Taman Tirto Agung termasuk kedalam kategori Taman Aktif.
3. Taman Tirto Agung dilihat dari Fungsi Taman 5 fungsi taman adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Hidrologi (semakin banyak pohon semakin banyak penyerapan)
b. Fungsi Ekologi (kualitas udara yang baik karena banyak terdapat pohon)
c. Fungsi Kesehatan (banyak pohon dapat mereduksi polutan) d. Fungsi Rekreasi (nilai sosial ekonomi edukatif)
e. Fungsi Estetika (visual keindahan lingkungan)
Taman Tirto Agung, selain memiliki hard cover juga memiliki soft cover. Soft cover yang ada di Taman Tirto Agung berupa pepohonan tinggi dan rerumputan. Banyak sekali jenis pohon dalam taman ini, seperti mangga, akasia dan pepohonan lainnya. Taman Tirto Agung juga merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau bagi area Banyumanik dan sekitarnya. Dengan demikian Fungsi Hidrologi, Fungsi Ekologi dan Fungsi kesehatan pada Taman Tirto Agung telah terpenuhi.
Sebagai fungsi rekreasi, Taman Tirto Agung memiliki nilai sosial ekonomi berupa aktivitas jual beli dan aktivitas olahraga yang terjadi didalamnya. Sebagai nilai edukatif, di Taman Tirto Agung terdapat lapangan panjat tebing bagi yang ingin belajar mengenai olahraga panjat tebing ini.
Sebagai fungsi estetika, Taman Tirto Agung ini menjadi daya tarik para pengguna jalan dari arah Jalan Durian maupun Jalan Tirto Agung karena letaknya yang persis berada di samping jalan.
Dengan demikian, Taman Tirto Agung memiliki 5 dari 5 fungsi taman, yaitu Fungsi Hidrologi, Fungsi Ekologi, Fungsi kesehatan, Fungsi Rekreasi dan Fungsi Estetika.
52 4. Taman Tirto Agung dilihat dari Standart Taman sebagai Tempat
Rekreasi
No Unsur Ada Tidak Ada
1. Pohon/tanaman X
2. Pedestrian X
3. Bangku taman X
4. Gazebo X
5. Area bermain anak X
6. Arena olahraga X 7. Toilet X 8. Saluran air X 9. Tempat sampah X 10. Lampu taman X 11. Parkir X
12. Pusat informasi dan penjagaan X
Tabel 2 Standart Taman sebagai Tempat Rekreasi
Sumber: analisa
Berdasarkan tabel tersebut, Taman Tirto Agung memiliki 9 dari 11 standart taman sebagai tempat rekreasi. Dengan demikian Taman Tirto Agung dapat dikatakan sudah memeuhi syarat untuk dapat dikatakan sebagai tempat rekreasi.
5. Taman Tirto Agung dilihat dari Kriteria Perancangan Taman Lingkungan
No Unsur Terpenuhi Tidak
Terpenuhi
1. Lokasi baik dan strategis X
2. Akses yang mudah X
3. Tempat duduk X
4. Pencahayaan pada malam hari X 5. Pengolahan permukaan X
6. Fasilitas untuk segala cuaca X 6. Aktivitas sebagai daya tarik X
7. Aksen sebagai pemberi vitalitas
ruang X