OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN TNI GUNA MELAHIRKAN FIGUR OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN TNI GUNA MELAHIRKAN FIGUR
PEMIMPIN NASIONAL YANG BERKARAKTER DALAM PEMIMPIN NASIONAL YANG BERKARAKTER DALAM
RANGKA MENCAPAI TUJUAN N
RANGKA MENCAPAI TUJUAN NASIONALASIONAL
BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1. Umum 1. Umum
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat dalam Pembukaan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “
Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “Kemudian daripada itu untukKemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial 11…”.…”. Dari rumusan Dari rumusan tersebut, tersirat adanya tujuan nasional yang ingin dicapai sekaligus merupakan tugas tersebut, tersirat adanya tujuan nasional yang ingin dicapai sekaligus merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh negara, tidak hanya dalam lingkup bangsa Indonesia yang harus dilaksanakan oleh negara, tidak hanya dalam lingkup bangsa Indonesia sendiri melainkan juga m
sendiri melainkan juga mencakup peradaban dunia. Untuk dapat encakup peradaban dunia. Untuk dapat melaksanakan ketertibanmelaksanakan ketertiban dunia tentunya membutuhkan sosok pemimpin nasional
dunia tentunya membutuhkan sosok pemimpin nasional yang berkarakter.yang berkarakter.
Pemimpin nasional yang berkarakter harus mempunyai kredibilitas, menjadi Pemimpin nasional yang berkarakter harus mempunyai kredibilitas, menjadi inspirasi keteladanan dan mampu menumbuhkan harapan
inspirasi keteladanan dan mampu menumbuhkan harapan22. Pemimpin berkarakter sudah. Pemimpin berkarakter sudah barang tentu bukan sosok karbitan atau yang hanya mengandalkan pengalaman jabatan, barang tentu bukan sosok karbitan atau yang hanya mengandalkan pengalaman jabatan, jam
jam terbang terbang politik politik dan dan deretan deretan panjang panjang aktivitas aktivitas kemasyarakatan. kemasyarakatan. Pemimpin Pemimpin yangyang berkarakter juga mampu membuat skenario masa depan bagi rakyat dan berkarakter juga mampu membuat skenario masa depan bagi rakyat dan memperjuangkan skenario itu dengan melakukan perubahan mendasar dalam memperjuangkan skenario itu dengan melakukan perubahan mendasar dalam pemerintahan dan masyarakatnya dengan bertopang pada nilai-nilai masyarakatnya pemerintahan dan masyarakatnya dengan bertopang pada nilai-nilai masyarakatnya sendiri. Pemimpin berkarakter juga menjadi inspirasi keteladanan dan banyak pemimpin sendiri. Pemimpin berkarakter juga menjadi inspirasi keteladanan dan banyak pemimpin di negeri yang gagal menjadi sumber inspirasi keteladanan, mereka tidak sanggup berdiri di negeri yang gagal menjadi sumber inspirasi keteladanan, mereka tidak sanggup berdiri di barisan terdepan dalam memberi teladan dari dirinya
di barisan terdepan dalam memberi teladan dari dirinya dan lingkungan sekitarnya.dan lingkungan sekitarnya.
Di masa mendatang, masalah yang dihadapi seorang pemimpin semakin rumit Di masa mendatang, masalah yang dihadapi seorang pemimpin semakin rumit dengan eskalasi perubahan yang sangat tinggi. Kehormatan dan kepercayaan yang dengan eskalasi perubahan yang sangat tinggi. Kehormatan dan kepercayaan yang
1
1 Pembukaan UUD 1945 Pembukaan UUD 1945 2
diemban oleh seorang pemimpin haruslah dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung diemban oleh seorang pemimpin haruslah dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab
jawab disertai disertai moralitas moralitas yang yang tinggi. tinggi. Saat Saat ini ini kepemimpinan kepemimpinan TNI TNI dihadapkan dihadapkan dengandengan tantangan yang cukup besar, sejak reformasi tahun 1998 kepercayaan terhadap institusi tantangan yang cukup besar, sejak reformasi tahun 1998 kepercayaan terhadap institusi negara berkurang termasuk TNI. Oleh karena itu diperlukan sosok pemimpin TNI yang negara berkurang termasuk TNI. Oleh karena itu diperlukan sosok pemimpin TNI yang berkarakter yang dapat membawa pada pencapaian tujuan nasional Indonesia yang dapat berkarakter yang dapat membawa pada pencapaian tujuan nasional Indonesia yang dapat berperan dipentas dunia atau global.
berperan dipentas dunia atau global.
Kepemimpinan adalah subyek yang telah lama menarik perhatian banyak orang. Kepemimpinan adalah subyek yang telah lama menarik perhatian banyak orang. Istilah yang mengkonotasikan citra individual yang kuat dan dinamis yang berhasil Istilah yang mengkonotasikan citra individual yang kuat dan dinamis yang berhasil memimpin di bidang kemiliteran, memimpin perusahaan yang sedang berada di puncak memimpin di bidang kemiliteran, memimpin perusahaan yang sedang berada di puncak kejayaan, atau memimpin negara. Istilah ini juga sering dipakai untuk menggambarkan kejayaan, atau memimpin negara. Istilah ini juga sering dipakai untuk menggambarkan tentang keberanian dan kemampuan memimpin dalam berbagai legenda dan mitos.
tentang keberanian dan kemampuan memimpin dalam berbagai legenda dan mitos.33 Saat Saat ini banyak kejadian-kejadian yang bersifat negatif bagi TNI, hal ini menjadikan gambaran ini banyak kejadian-kejadian yang bersifat negatif bagi TNI, hal ini menjadikan gambaran permasalahan di internal TNI yang diakibatkan oleh menurunnya moral dan etika, permasalahan di internal TNI yang diakibatkan oleh menurunnya moral dan etika, melemahnya integritas dan
melemahnya integritas dan kurangnya kompetensi seorang pemimpin yang menyebabkankurangnya kompetensi seorang pemimpin yang menyebabkan pandangan masyarakat terhadap pemimpin TNI akan
pandangan masyarakat terhadap pemimpin TNI akan semakin menurun.semakin menurun.
Untuk menjawab permasalahan di atas sudah seharusnya Pimpinan TNI segera Untuk menjawab permasalahan di atas sudah seharusnya Pimpinan TNI segera melakukan langkah-langkah strategis dan menginventarisir permasalahan-permasalahan melakukan langkah-langkah strategis dan menginventarisir permasalahan-permasalahan intern yang terjadi. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah-langkah yang segera dan intern yang terjadi. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah-langkah yang segera dan strategis agar konsisi moral dan etika, integritas dan kompetensi seorang pemimpin TNI strategis agar konsisi moral dan etika, integritas dan kompetensi seorang pemimpin TNI benar benar unggul. Beberapa penekanan pada faktor-faktor
benar benar unggul. Beberapa penekanan pada faktor-faktor pendidikan, profesionalisme,pendidikan, profesionalisme, integritas, pembentukan karakter perlu dikembangkan agar tercipta atau muncul integritas, pembentukan karakter perlu dikembangkan agar tercipta atau muncul pemimpin-pemimpin potensial TNI yang berkarakter dalam rangka mencapai tujuan pemimpin-pemimpin potensial TNI yang berkarakter dalam rangka mencapai tujuan nasional.
nasional.
2.
2. Maksud Maksud dan dan TujuanTujuan
a. Maksud.
a. Maksud. Maksud Maksud penulisan penulisan Kertas Kertas Karya Karya Kelompok Kelompok (Taskapok) (Taskapok) iniini adalah untuk memberikan gambaran tentang upaya optimalisasi kepemimpinan adalah untuk memberikan gambaran tentang upaya optimalisasi kepemimpinan TNI guna melahirkan figur pemimpin nasional yang berkarakter dalam rangka TNI guna melahirkan figur pemimpin nasional yang berkarakter dalam rangka rangka mencapai tujuan nasional.
rangka mencapai tujuan nasional.
b. Tujuan.
b. Tujuan. Penulisan Penulisan Taskapok Taskapok ini ini bertujuan bertujuan memberikan memberikan sumbang sumbang saransaran pemikiran bagi pemimpin TNI dalam mengambil kebijakan berkaitan dengan pemikiran bagi pemimpin TNI dalam mengambil kebijakan berkaitan dengan regenerasi kepemimpinan TNI guna membentuk sosok pemimpin yang berkarakter regenerasi kepemimpinan TNI guna membentuk sosok pemimpin yang berkarakter dalam rangka mencapai tujuan nasional.
dalam rangka mencapai tujuan nasional. 3.
3. Metode Metode dan dan PendekatanPendekatan
3
Penulisan Taskapok ini menggunakan metode deskriptif analisis, sedangkan Penulisan Taskapok ini menggunakan metode deskriptif analisis, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah studi kepustakaan.
pendekatan yang digunakan adalah studi kepustakaan. a.
a. Landasan Landasan pemikiran pemikiran menggunakan menggunakan metodemetode content analysiscontent analysis untuk untuk memperoleh kajian aturan dan teori yang tepat untuk menjelaskan dan memperoleh kajian aturan dan teori yang tepat untuk menjelaskan dan menganalisis permasalahan kebijakan mengenai Kepemimpinan TNI.
menganalisis permasalahan kebijakan mengenai Kepemimpinan TNI. b.
b. Pendekatan Pendekatan yang yang digunakan digunakan adalah adalah menggunakan menggunakan pendekatan pendekatan empiris empiris dandan studi kepustakaan dengan mempelajari berbagai literatur yang ada.
studi kepustakaan dengan mempelajari berbagai literatur yang ada. c.
c. Penyusunan Penyusunan kebijakan kebijakan dilaksanakan dilaksanakan menggunakan menggunakan analisis analisis penyusunanpenyusunan kebijakan (
kebijakan ( policy policy ) dengan memperhatikan peluang dan kendala serta kriteria) dengan memperhatikan peluang dan kendala serta kriteria keberhasilan.
keberhasilan.
4.
4. Ruang Ruang Lingkup Lingkup dan dan Tata Tata UrutUrut a.
a. Ruang Ruang Lingkup.Lingkup. Ruang Ruang lingkup lingkup dari dari penulisan penulisan Taskapok Taskapok ini ini adalahadalah mengoptimalkan Kepemimpinan TNI guna melahirkan Pemimpin Nasional yang mengoptimalkan Kepemimpinan TNI guna melahirkan Pemimpin Nasional yang berkarakter dalam rangka mencapai tujuan nasional, yaitu antara lain:
berkarakter dalam rangka mencapai tujuan nasional, yaitu antara lain: 1)
1) Pemimpin Pemimpin TNI TNI belum belum Sepenuhnya Sepenuhnya Memiliki Memiliki KarakterKarakter 2)
2) Pemimpin Pemimpin TNI TNI Kurang Kurang Mampu Mampu Memberikan Memberikan Contoh Contoh KeteladananKeteladanan 3)
3) Pemimpin Pemimpin TNI TNI Kurangnya Kurangnya Kemampuan Kemampuan Berinteraksi Berinteraksi dandan Berkomunikasi
Berkomunikasi b.
b. Tata Tata UrutUrut. . Tata Tata urut urut penulisan penulisan Taskapok Taskapok ini ini disusun disusun berdasarkan berdasarkan tatatata urut sebagai berikut:
urut sebagai berikut: Bab
Bab I I : : PendahuluanPendahuluan Bab
Bab II II : : Landasan Landasan PemikiranPemikiran Bab
Bab III III : : Kondisi Kondisi Kepemimpinan Kepemimpinan TNI TNI saat saat iniini Bab
Bab IV IV : : Faktor-faktor Faktor-faktor yang yang mempengaruhimempengaruhi Bab
Bab V V : : Kondisi Kondisi Kepemimpinan Kepemimpinan TNI TNI yang yang diharapkandiharapkan Bab
Bab VI VI : : Pembahasan Pembahasan dan dan pemecahan pemecahan masalahmasalah Bab
Bab VII VII : : PenutupPenutup
5. Pengertian 5. Pengertian
a.
a. Optimalisasi Optimalisasi adalah adalah suatu suatu proses proses untuk untuk mencapai mencapai hasil hasil yang yang ideal ideal atauatau optimalisasi (nilai efektif yang dapat dicapai). Optimalisasi dapat diartikan sebagai optimalisasi (nilai efektif yang dapat dicapai). Optimalisasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk mengoptimalkan sesuatu hal yang sudah ada, ataupun merancang suatu bentuk mengoptimalkan sesuatu hal yang sudah ada, ataupun merancang dan membuat sesuatu secara optimal.
b.
b. Pemimpin Pemimpin ((leader leader ) adalah orang yang mempengaruhi pihak lain melalui) adalah orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komunikasi, sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu proses kewibawaan komunikasi, sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
dalam mencapai tujuan tertentu. 4 4 c.
c. Kepemimpinan Kepemimpinan ((leadership)leadership) adalah kemampuan dan kepribadian seseorang adalah kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan untuk dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama.
mencapai tujuan bersama.55 d.
d. Karakter Karakter adalah adalah sesuatu sesuatu yang yang mengualifikasi mengualifikasi seorang seorang pribadi. pribadi. KarakterKarakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap yang mengatasi menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Jadi karakter adalah seperangkat nilai pengalaman kontingen yang selalu berubah. Jadi karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap dalam diri yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, pantang menyerah, jujur, sederhana, dan seseorang, misalnya kerja keras, pantang menyerah, jujur, sederhana, dan lain-lain.
lain.66
4
4 Freddy Numberi, Laksamana Madya TNI (Purn). 2009. Kepemimpnan Sepanjang Zaman, PT. Bhuana Ilmu Freddy Numberi, Laksamana Madya TNI (Purn). 2009. Kepemimpnan Sepanjang Zaman, PT. Bhuana Ilmu
Populer Jakarta, hal.5 Populer Jakarta, hal.5
5 5 Ibid Ibid
6
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN
6. Umum
Kepemimpinan TNI dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan TNI yang identik dengan sejarah pejuangan bangsa. Kemanunggalannya dengan rakyat sepanjang sejarah perjuangan bangsa, konsistensinya dalam memperjuangkan cita-cita bangsa, kemampuannya dalam menampung aspirasi rakyat dan dalam menyesuaikan tuntutan jaman, telah dan akan tetap menjadi faktor penentu keberhasilan kepemimpinan TNI.
Proklamasi 17 Agustus 1945 bagi bangsa Indonesia merupakan puncak keberhasilan dari suatu wujud perjuangan yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia dalam membentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat. Perjuangan merebut kemerdekaan ini telah melahirkan TNI yang terbentuk dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, sehingga totalitas perjuangan ini telah melahirkan Nilai-nilai 45 dan nilai-nilai TNI 45 yang memberikan hak moril kepada berdirinya Republik Indonesia dan berdirinya Tentara Nasional Indonesia,7 sekaligus memberikan bentuk pada Kepemimpinan TNI yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Sapta Marga.
7. Landasan Historis
a. Periode Perang Kemerdekaan
Setelah BKR dibentuk oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 23 Agustus para pemuda bergabung secara sukarela dalam BKR yang bertugas untuk membantu mengatasi korban perang, Dalam menghadapi sekutu putra-putra Indonesia yang direkrut melalui Peta, Seinendan, Keibondan dan kesadaran perwira-perwira Ex Knil Urip Sumoharjo, Naustion, Simatupang dan lain-lain merupakan cikal bakal kepemimpinan TNI. BKRI telah menyebar keseluruh wilayah dan mempelopori perebutan senjata dari Jepang, motivasi siap mati untuk mempertaruhkan Republik tercinta menjadi motivasi yang berhasil dibangkitkan para pemimpin TNI diawal pembentukannya. Belanda berhasil membonceng sekutu masuk ke Indonesia, untuk menjajah kembali. Benturan bersenjata tidak bisa dihindari, terutama di daerah-daerah. Pada awal pertempuran Surabaya, berkat motivasi dan kepemimpinan para Komandan di lapangan mampu memotivasi semangat juang para pemuda dan rakyat telah berhasil
7 Menhankam Pangab, Amanat dalam menyambut berlakunya “DHARMA PUSAKA 45” dalam lingkungan
menghancurkan Brigade musuh yang memiliki organisasi dan persenjataan yang lebih modern, sekalipun akhirnya harus bertahan dan mundur dari Surabaya, sekutu tetap tidak dapat masuk ke pedalaman. Berkat kepemimpinan Panglima Jenderal Sudirman, seluruh kekuatan berhasil di konsolidasikan dan dimotivasi untuk tetap memiliki jiwa berkobar-kobar, rela mati untuk kemerdekaan. Belanda telah mengingkari perjanjian Renvile, dengan melakukan serangan dan menduduki Jogyakarta. Jenderal Sudirman sebagai pimpinan TNI telah mengeluarkan perintah siasat No. 1, pasukan melaksanakan Long march dan kembali ke Kantong-kantong Gerilya yang pernah diduduki dan kembali melakukan aksi melakukan penetrasi dan infiltrasi serta terjadi perlawanan gerilya yang besar dan mengakibatkan Belanda kewalahan yang akhirnya setuju mengadakan perundingan tanpa melalui perlawanan TNI.
b. Periode Demokrasi Liberal-Orde Lama
Kepemimpinan TNI semakin menonjol setelah berhasil mengatasi berbagai pemberontakan daerah-daerah seperti PRRI di Sumatera Barat, Andi Azis di Sulawesi Selatan, Karto Suwiryo di Jawa Barat dan Jawa Tengah, Permesta di Sulawesi Utara dan RMS di Maluku. Melalui Gerakan Operasi Militer (GOM) para pemimpin TNI pada waktu itu telah berhasil menyiapkan organisasi militer yang memiliki jiwa juang yang tinggi dan didukung persenjataan lebih modern dari keadaan sebelumnya. Keberhasilan TNI telah mendapat tempat di hati masyarakat apalagi setelah berhasil merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda. Kemudianya para pemimpin TNI memberikan jalan ke luar terhadap kemacetan sidang konstituante yang berwujud pemberlakukan kembali UUD 1945. PKI kembali melakukan pemberontakan melalui peristiwa G 30 S/PKI, sekali lagi ABRI tampil ke depan menyelematkan bangsa. Pada peristiwa 17 Oktober 1952 pimpinan TNI telah mendesak presiden untuk menanggalkan kehidupan yang liberal dan kembali ke UUD 1945. Saat ini merupakan titik kulminasi tertinggi pengakuan Kepemimpinan TNI oleh Masyarakat dan Bangsa Indonesia.
c. Periode Orde Baru
Peran kepemimpinan di awal Orde Baru telah menyelesaikan dualisme Pimpinan Nasional tahun 1966-1967 lewat jalan konstitusional yang melahirkan pemerintah Orde Baru. ABRI sebagai pendukung utama Orde Baru tampil mengatasi kedalam, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya. Melalui strategi pembangunan Orde Baru berhasil menciptakan pemerintahan yang kuat,
dari waktu ke waktu kesejahteraan masyarakat mulai dapat diatasi. Dwi Fungsi ABRI telah menempatkan TNI lebih mementingkan bidang sosial politik
dibandingkan tugas pokoknya dibidang pertahanan dan keselamatan bangsa. ABRI terlibat pada day to day politik , pernyataan setiap Perwira ABRI adalah Kader
Golkar menjadikan ABRI tidak berdiri pada semua golongan. Diakhir-akhir masa Orde Baru, sekalipun kekaryaan begitu besar mendominasi jabatan-jabatan sipil merupakan saat terjadinya penurunan terhadap kebanggaan, rasa simpatik pada kepemimpinann TNI, karena ABRI cenderung menjadi alat pemerintah dari pada alat negara dan lebih ekstrim lagi ABRI menjadi alat penguasa.
d. Periode Era Reformasi
Gelombang reformasi telah berhasil memaksa Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatan dan digantikan oleh BJ. Habibi. TNI mengadakan Reformasi bidang Sospol untuk menjawab tuntutan masa Reformasi, yang lebih dikenal dengan Reformasi Internal TNI, pemisahan Polri dari TNI dan penentuan peran serta tugas TNI termasuk larangan menyelenggarakan politik praktis. Melalui TAP No. VII MPR/2000 telah menyulitkan posisi TNI dan komitmennya dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbagai isu negatif dan pelanggaran HAM dilemparkan TNI, kehidupan politik telah menyalahi etika moral berpolitik yang menyebabkan timbulnya saling menjatuhkan, hujat menghujat, maraknya korupsi dan premanisme serta kehidupan euforia kaum elit politik mengakibatkan situasi politik tidak kondusif. Perasaan risih dan cemas akan nasib bangsa dimanfaatkan daerah tertentu memunculkan ide separatisme. Reformasi telah kebablasan, kepercayaan terhadap pemerintah pusat semakin kecil dan hal tersebut telah memicu disintegrasi bangsa.
8. Pancasila sebagai Landasan Idiil8
Pancasila merupakan ideologi negara dan dasar negara Republik Indonesia, sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sangat asasi dan diyakini kebenarannya dalam mempersatukan bangsa Indonesia yang terkenal dengan kemajemukannya. Sebagai ideologi negara Pancasila menjiwai seluruh kehidupan aspek masyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga penyelenggaraan pemerintahan tidak keluar dari aturan-aturan dasar yang tercantum di dalam Pancasila. Selain itu Pancasila juga sebagai Dasar Negara yang merupakan sumber hukum dari segala hukum yang berlaku di negara Indonesia. Dalam perjalanan sejarah Pancasila telah teruji
keampuhannya, kesaktiannya dan kebenarannya dalam perikehidupan berbangsa dan bernegara, untuk itu setiap warga negara Indonesia wajib untuk menjaga, menghayati dan mengamalkannya.
Penerapan kepemimpinan TNI dalam aplikasinya yang dijabarkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak lepas dari penerapan budaya politik Pancasila yang pelaksanaannya tertuang dalam nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai filosofis tersebut harus dapat diaplikasikan dan diaktualisasikan kedalalam seluruh tata kehidupan nasional oleh setiap penyelenggara negara dalam melaksanakan kepemimpinannya sebagai pedoman, landasan dan arah dalam menerapkan peranannya sebagai aparatur negara demi terpeliharanya NKRI dari bahaya disintegrasi bangsa yang sekarang semakin hangat dibicarakan dalam berbagai media masa baik media cetak maupun elektronika.
9. UUD 1945 Sebagai Landasan Konstitusional.
Pada hakikatnya UUD 1945 terdiri dari pembukaan dan batang tubuh, sebagai pembukaan UUD 1945 merupakan dasar konstitusi berdirinya suatu negara karena memuat : Asas Negara, Falsafah Negara dan Tujuan Negara9. Oleh karena itu batang tubuh UUD 1945 sangat memungkinkan untuk dilakukan perubahan/amandemen sepanjang perubahan tersebut tidak bertentangan dengan Udang-Undang Dasar dan atas kehendak rakyat. Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat asas, falsafah dan tujuan negara terkandung aspirasi langgeng yang rumusannya sangat luhur dan tinggi yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Untuk mencapai cita-cita nasional, pemerintah Indonesia menyelenggarakan berbagai fungsi sebagai penentu tercapainya tujuan nasional. Kalau cita-cita nasional bersifat abstrak, maka tujuan nasional bersifat kongkrit yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh karena itu pemimpin bangsa sebagai penentu maju mundurnya suatu bangsa dituntut suatu kesadaran yang tinggi dengan mengedepankan moral, etika dan kebijakan yang tepat dan dapat menyejukan hati rakyat dalam praktek penyelenggaraan memimpin negara dengan tetap berpegang kepada Undang-Undang Dasar 1945.
10. Ketahanan Nasional Sebagai Landasan Konsepsional
Ketahanan Nasional adalah Kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam meghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung untuk menjamin identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai Tujuan Nasional10. Dalam penjelasan yang lain Ketahanan Nasional11, juga diartikan sebagai ketangguhan suatu bangsa dan negara merupakan hasil dari proses perjuangan dari suatu generasi ke generasi. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia telah membuktikan keuletan dan daya tahan bangsa Indonesia menghadapi segala tantangan dalam mencapai cita-cita kemerdekaan. Pada awal perkembangannya , ketahanan Nasional dipengaruhi oleh faktor ancaman dari luar negeri maupun dalam negeri yang menyimpulkan bahwa didalam menghadapi dan mengatasi ancaman tersebut bangsa Indonesia harus mempunyai keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan potensi Nasional.
11. Landasan Teoritis
a. Teori Kepemimpinan Pancasila12
Kepemimpinan yang berdasarkan Pancasila adalah kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila, memiliki wibawa dan daya kekuatan untuk membimbing dan memimpin masyarakat lingkungannya kedalam kesadaran kehidupan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Beberapa prinsip utama dalam penyelenggaraan kepemimpinan Pancasila adalah :
1) Ing Ngarso Sung Tulodo, yang berarti seorang pemimpin harus mampu memberikan contoh tauladan, yang dibuktikan dengan sikap dan perbuatannya, menjadikan dirinya sebagai panutan dari orang-orang yang dipimpinnya.
2) Ing Madyo Mangun Karso, yang berarti seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat swakarsa dan berkreasi pada orang yang dipimpinnya.
10 Soemarno Soedarsono, Ketahanan Pribadi & Ketahanan Keluarga Sebagai Tumpuan Ketahanan
Nasional, PT. Intermasa Cetakan Ke II 1997, hal. 23-25
11 H.Budisantoso Suryosumarto, Ketahanan Nasional Indonesia (Pustaka Sinar Harapan), hal. 4
12 Ermaya Suradinata, Pemimpin Dan Kepemimpinan Pemerintahan Pendekatan Budaya, Moral dan Etika,
3) Tut Wuri Handayani , yang berarti seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab atas segala yang diperbuatnya.
b. Teori Pemimpin Masa Depan
Dalam buku Pemimpin Masa Depan13 dikatakan terdapat dua prinsip kepemimpinan sebagai berikut :
1) Prinsip pertama kepemimpinan adalah adanya hubungan antara pemimpin dengan pengikutnya. Tanpa pengikut tidak perlu ada orang yang memimpin.
2) Prinsip kedua adalah bahwa pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara sadar dinamika hubungan antara pemimpin dan pengikutnya.
Suatu tantangan pemimpin nasional saat ini adalah bagaimana figur seorang pemimpin masa depan mengangkat bangsa Indonesia kearah yang lebih baik. Pemimpin yang mampu menciptakan suasana yang dapat mendinginkan hati rakyat, mengembalikan reformasi sesuai dengan arahnya, mampu menyatukan hubungan antara misi dan tujuan organisasi, memiliki kepribadian yang dapat menjadi panutan hati rakyat, mempumyai keberanian dan kemampuan dalam mengambil sikap dengan tidak mengorbankan masyarakat banyak, memiliki kepercayaan untuk membangun masa depan dengan dasar keyakinan yang dicerminkan melalui prilaku yang biperbuatnya. Di dalam proses pelaksanaannya ini memerlukan andil seluruh lapisan masyarakat agar adanya satu kesatuan dan kebulatan tekad, sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat terhindar dari bahaya disintegrasi bangsa.
c. Teori Karakter Kepemimpinan
Seorang pemimpin berkarakter berarti memiliki karakter yang kuat sehingga sifat-sifat yang melemahkan menjadi berkurang bahkan hilang ketika menjadi seorang pemimpin. Menurut John C. Maxwell (1998) Jika semua perbuatan seorang pemimpin terus bertentangan dengan niat-niatnya, maka periksalah karakternya untuk mengetahui mengapa demikian.14
13 Richard Beckhard, The Leader of The Future ( Pemimpin Masa Depan ) PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Cetakan ketiga, 2000, hal.125
14 John C. Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of a Leader (Nashville: Thomas Nelson Publishers,
Kepemimpinan berkarakter yang diharapkan oleh bawahan menurut hasil penelitian Kouzes & Posner (2007:48) adalah: jujur, memandang ke depan, memberi inspirasi, cakap, adil, mau memberi dukungan, berpikiran luas, cerdas, lugas, dapat diandalkan, berani, mau bekerja sama, imajinatif, peduli, bertekad bulat, dewasa, ambisius, setia, mampu mengendalikan diri, dan mandiri.15
15 https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/2749 diakses pada tanggal 01 april 2018 pukul 21.18
BAB III
KONDISI KEPEMIMPINAN TNI SAAT INI
12. Umum
Secara umum, sikap dan tingkah laku prajurit sesungguhnya cerminan karakter yang dibangun sejak mereka dibentuk di pendidikan pembentukan, pendidikan lanjutan dan pembinaan selama penugasan. Sebuah sikap dan tingkah laku yang mencerminkan karakter keprajuritan. Sedangkan karakter keprajuritan dibentuk oleh nilai yang membentuk organisasi pada proses pembentukannya. Dalam konteks sejarah TNI, pembentukan nilai keprajuritan TNI merupakan output kristalisasi sejarah terbangunnya TNI itu sendiri. Sebagaimana diketahui, TNI lahir dari rakyat dalam wujud laskar-laskar perjuangan. Mereka melakukan perjuangan bahu membahu dengan seluruh rakyat Indonesia merebut dan memproklamasikan kemerdekaan negara, yang kemudian disebut sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka adalah laskar yang tidak kenal menyerah, pantang mundur serta teguh pada perjuangannya. Mereka adalah orang-orang yang mendahulukan kepentingan perjuangan dan tidak membeda-bedakan apapun latar belakang teman-teman seperjuangan. Mereka adalah orang-orang bertagwa karena mereka memiliki keyakinan bahwa kebenaran yang ada hanya milik Tuhan yang maha kuasa. Itu karenanya mereka adalah orang-orang yang berani menegakkan kebenaran, menegakkan keinginan luhur masyarakat dan bangsa yaitu kemerdekaan Indonesia.
Dari latar belakang sejarah terbentuknya TNI seperti adanya saat ini, nilai yang mendorong perjuangan kelaskaran saat itu, meliputi: Tagwa yang tercermin dari keteguhan mereka terhadap kebenaran Tuhan sehingga mereka adalah orang-orang yang memiliki keberanian luar biasa; Loyalitas tercermin dari kerelaan dan kehendak berjuang hanya untuk memberikan yang terbaik kepada negara dan sesama teman seperjuangan; Mendahulukan tugas tercermin dari watak laskar yang rela meninggalkan segala-galanya untuk mencapai tujuan perjuangan; Memanusiakan orang lain tercermin dalam perlakuan sehari-hari terhadap masyarakat, teman tanpa melihat hubungan dalam kelaskaran; Mendahulukan anak buah tercermin dalam perilaku para pimpinan perjuangan yang terus berusaha mendahulukan anak buah; Kehormatan diri yang tercermin dari sikap dan perilaku lebih baik mati dari pada menyerah; Berani yang tercermin dari keteguhan untuk melanjutkan perjuangan yang kemudian menghasilkan kemerdekaan; Integritas yang tercermin dari sikap para pejuang dalam menegakkan kebenaran. Apalagi sifat dan tingkah laku yang didasari nilai-nilai ini betul betul membentuk dan tercermin dalam kepemimpinan Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Dalam perspektif ini menjadi wajar apabila kedelapan sifat dan tingkah laku para pejuang dan kelaskaran menjadi nilai-nilai yang membentuk nilai keprajuritan TNI yang kemudian menjadi karakter keprajuritan TNI. Bagi para pemimpin TNI apapun pangkat dan tingkatannya, karakter inilah yang seharusnya menjadi sifat kepemimpinan TNI, sebab telah terbukti dalam perjuangan dan sejarah terbentuknya TNI.
13. Pemimpin TNI belum Sepenuhnya Memiliki Karakter
Setiap pemimpin harus mampu menjadi suri tauladan, menjadi figur dan contoh bagi anak buahnya. Setiap perilaku harus menjadi patokan dan contoh yang baik dan bukan justru memberikan contoh yang negatif atau justru menjerumuskan anak buahnya. Pemimpin harus memiliki karakter yang kuat dan memiliki hubungan yang positif baik dengan Tuhannya maupun hubungan dengan manusia yang ada di lingkungan sekitarnya. Hubungan dengan Tuhannya tercermin dari ketaqwaan yang tampak dari keteguhan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sehingga mampu berbuat yang benar sesuai dengan keimanan yang diyakininya. Pemimpin juga harus memiliki loyalitas yang tinggi yang tercermin dari kerelaan dan berkehendak untuk bekerja yang terbaik bagi bangsa dan negara. Mendahulukan kepentingan anak buah merupakan cerminan para pemimpin terdahulu pada masa perjuangan yang seharusnya harus dipertahankan oleh para pemimpin pada saat ini sehingga bawahan merasa terlindungi dan bangga serta memiliki loyalitas yang tinggi pada pimpinannya. Pemimpin juga harus mampu menjaga kehormatan diri dan keluarganya serta selalu menghargai
dan memanusiakan anak buah sehingga segan terhadap pimpinannya, melaksanakan tugas dengan ikhlas bukan karena takut.
Selain karakter pimpinan juga harus memiliki mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan setiap penugasan dan memimpin anak buahnya dengan sukses. Mental yang jelek yang dimiliki seorang pimpinan akan mempengaruhi kinerjanya. Pada situasi sekarang ini telah banyak pemimpin yang bermental kurang baik sehingga terkadang menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri. Kolusi, korupsi dan nepotisme merupakan wujud tindakan pemimpin yang bermental rendah dan berfikir secara instant untuk kepentingan pribadi.
Memiliki fisik yang handal merupakan syarat seorang pemimpin TNI karena akan selalu bersama prajuritnya, bertempur, sukses maupun mengalami kegagalan dalam suatu tugas akan selalu bersama dengan prajuritnya. Pemimpin harus memiliki postur dan gestur yang mampu mempengaruhi situasi dengan cara memelihara pola hidup sehingga memiliki standar fisik sebagai seorang prajurit yang memiliki stamina baik. Berikutnya yang menjadi syarat pemimpin adalah memiliki kemampuan pengendalian emosional
untuk berfikir dan bertindak rasional berdasarkan fakta dan data yang dimiliki. Kepercayaan diri seorang pemimpin sangat mempengaruhi cara dalam pengambilan keputusan dan menjadi faktor yang terpenting menumbuhkan kepercayaan bawahan.
14. Pemimpin TNI Kurang Mampu Memberikan Contoh Keteladanan
Keteladanan pemimpin sangat dibutuhkan untuk memberikan contoh teladan kepada bawahan agar dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas16. Bila dikaitkan dengan kepemimpinan nasional, Perwira TNI banyak sekali yang kurang mampu memberi contoh keteladanan bagi bawahannya, sehingga kepentingan yang lebih besar atau skala nasional tidak akan mampu tercapai. Hal ini perlu dilaksanakan peningkatan keteladanan kepada para Perwira TNI sedini mungkin. Keteladanan tidak boleh diabaikan apabila menjadi seorang pemimpin, karena sorang pemimpin harus mampu memberi keteladanan dengan menjalankan kepemimpinannya. Banyak pemimpin-pemimpin nasional tersandung kasus korupsi, hal tersebut mengindikasi bahwa menurunnya keteladanan dari seorang pemimpin. Belum lagi di dalam tubuh TNI banyak perwira yang tersandung permasalahan narkoba, perselingkuhan, dan lain-lain. Perwira yang seharusnya menjadi teladan bagi bawahnya malah memberi contoh yang tidak baik.
Bagaimana mungkin seorang pemimpin mampu membawa orang lain ke tujuan bersama, manakala ia sendiri tidak mampu memberikan contoh dan keteladanan yang bisa ditiru oleh bawahannya. Keteladanan merupakan kriteria pokok untuk menjadi pemimpin TNI dan Nasional. Hal tersebut harus dimiliki oleh pemimpin, sehingga integritas dan komitmen yang kuat untuk memimpin secara benar, jujur dan arif dapat terlaksana. Meski keteladanan, kata yang mudah untuk diucapkan, tetapi bukan “cara hidup” yang mudah untuk diwujudkan. Namun, hal tersebut harus menjadi rambu dan acuan bagi setiap pemimpin. Dengan adanya keteladanan yang mampu diwujudkan oleh seorang pemimpin, maka akan ada jalinan erat yang terjalin antara Pemimpin TNI dan prajurit. Kepemimpinan TNI tidak lepas dari gagasan-gagasan tentang kepemimpinan yang hidup dalam kebudayaan bangsa indonesia17. Di lingkungan TNI kita mengenal 11 asas Kepemimpinan TNI yang mana asas ini harus dijadikan sebagai pedoman oleh seluruh prajurit TNI mulai dari pangkat tertinggi sampai pangkat terendah
15. Pemimpin TNI Kurangnya Kemampuan Berinteraksi dan Berkomunikasi
Secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatio” yang artinya “sama”, jadi komunikasi dapat berlangsung apabila terdapat adanya orang-orang
16Maulana E. dan Heriyanto M. “keteladanan Pimpinan, Aktualisasi Diri, Balas Jasa dan Disiplin Kerja” 17 Paket Instruksi MP.Kepemimpinan Nasional dan TNI, Seskoal 2013. hal 4.
yang terlibat didalamnya memiliki sama makna akan sesuatu hal. Sederhananya, apabila seseorang mengerti akan sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi dapat berlangsung. Dengan kata lain, hubungan tersebut memiliki sifat komunikatif. Sebaliknya, jika komunikasi tidak berlangsung, maka hubungan antar orang tersebut tidak bersifat komunikatif walaupun adanya komunikasi.
Oleh karena itu Perwira TNI harus memiliki sikap terbuka (tidak eksklusif), mampu menyampaikan saran dan kririk kepada atasan dan bawahan, mau menerima saran dan kritik, mampu melaksanakan kerjasama yang efektif dan efesien, serta mampu membangun jaring kerja yang baik dengan berbagai pihak, baik pihak dalam maupun luar TNI. Terkait dengan kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, maka diharapkan Perwira TNI:
a. Tidak bersikap eksklusif dan menjaga jarak dengan anggotanya, mengutamakan kebersamaan dan kesetiakawanan untuk dapat terpeliharanya soliditas prajurit yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas. Memiliki empati terhadap setiap permasalahan yang dialami oleh orang-orang di sekitarnya.
b. Mampu menyampaikan saran kepada atasan pada waktu dan dengan media yang tepat. Mampu untuk memberikan kritik/koreksi kepada anggotanya dengan baik. Teguran yang diberikan tidak berangkat dari suatu sentiment pribadi namun murni untuk perbaikan sikap dan perilaku bawahan.
c. Mau menerima saran/kritik dari orang lain, mampu menggali nilai positif dari saran atau kritik yang diterima sepedas apapun. Selain itu juga tidak bereaksi negatif, spontan dan berlebihan terhadap kritik yang dilontarkan kepada dirinya dan menanggapi kritik secara bijak.
d. Mampu melakukan kerjasama yang efektif dan efisien dengan orang-orang disekitarnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain.
e. Mampu membangun jaring kerja yang baik dengan pihak di dalam maupun di luar institusi TNI AL, di dalam dan di luar negeri serta mampu menggandeng stake holders terkait dalam pelaksanaan tugas pokoknya
Sedangkan di dalam sebuah organisasi/instansi kepemimpinan nasional, diharapkan pemimpin mampu menjadi sebagai komunikator. Pemimpin yang efektif serta memiliki kemampuan komunikasi yang efektif pula, sehingga sedikit banyak akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin juga harus piawai dalam melakukan komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan tutur kata yang ramah, sopan,dan lembut. Komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan konsep-konsep yang abstrak misalnya kebenaran, keadilan, etika, dan agama secara non verbal misal menggunakan bahasa tubuh. Perwira TNI yang mampu menguasai hal tentang berinteraksi dan berkomunikasi, maka perwira tersebut mampu melaksanakan tugas diplomasi TNI Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah18.
16. Implikasi
a. Keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai tujuan nasional sangat ditentukan oleh faktor-faktor kepemimpinan. salah satu faktor yang membentuk seorang pemimpin adalah karakter, karakter yang baik dalam jati diri TNI diharapkan mampu membuat skenario masa depan bagi rakyat dan memperjuangkan perannya itu dengan melakukan perubahan mendasar dalam pemerintahan dan masyarakatnya dengan bertopang pada nilai-nilai masyarakatnya sendiri. Tanpa pemimpin yang berkarakter dengan moral dan etika yang baik mustahil stabilitas nasional dapat terwujud, lebih khusus lagi tentang bagaimana tujuan nasional dalam kaitannya mewujudkan perdamaian dunia.
b. Flexible dan adaptable merupakan tuntutan dari perkembangan jaman yang harus disikapi dengan baik sehingga kepemimpinan TNI diharapkan mampu melahirkan pemimpin yang mampu menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Apabila kepemimpinan TNI tidak dapat dipenuhi oleh pemimpin, maka sangat sulit
untuk dapat melahirkan figur pemimpin nasional.
c. Tujuan Nasional yang sesuai dengan Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial …”, diharapkan seorang pemimpin mempunyai kepemimpinan untuk mengamalkan nilai-nilai tujuan Nasional tersebut. Dari tujuan Nasional tersebut pemimpin TNI mampu mengaplikasikan kepemimpinannya dalam suatu organisasi, sehingga pemimpin dapat mensejahterakan yang dipimpinnya.
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
17. Umum
Perkembangan arus globalisasi dunia telah nyata-nyata membawa perubahan besar terhadap Indonesia yang saat ini juga sedang dihadapkan kepada situasi krisis kepemimpinan, isu-isu ideologi dan politik, penyalahgunaan media sosial, korupsi, narkoba dan permasalahan terorisme yang membutuhkan penanganan serius. Kemampuan para pemimpin bangsa saat ini sangat dibutuhkan dalam mengambil sikap yang lebih tegas dan berani untuk menyelesaikan krisis tersebut. Kemampuan tersebut sangat dipengaruhi oleh kesadaran pemimpin dalam menjiwai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tumbuh secara alamiah pada diri bangsa Indonesia karena adanya faktor kesamaan budaya, sejarah dan aspirasi perjuangan bangsa seperti yang disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pengembangan nilai-nilai kebangsaan dan ikatan bersama perlu dilakukan secara berkesinambungan agar tidak luntur seiring dengan perkembangan global tersebut.
Kepemimpinan TNI mencakup usaha-usaha yang dapat membangkitkan perhatian dan semangat anak buah untuk melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan yang digariskan pemimpin guna mencapai hasil tugas yang optimal. Terjadinya penurunan tingkat profesionalisme prajurit TNI semakin dapat dirasakan sebagai dampak dari penurunan karakter dan keteladanan kepemimpinan TNI yang dalam perjalanannya senantiasa dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang datangnya dari luar lingkungan TNI, sedangkan faktor-faktor Internal yaitu semua faktor yang timbul dan diakibatkan dari dalam lingkungan TNI sendiri.
18. Faktor Eksternal
Kepemimpinan yang disandang oleh seorang manusia yang merupakan makhluk sosial akan senantiasa berubah seiring dengan perubahan tata nilai yang berkembang di masyarakat sebagai akibat adanya pengaruh perkembangan lingkungan. Perubahan ini adalah akibat dari adanya hubungan atau interaksi sosial yang antara orang dengan orang, orang dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Perubahan sosial tentunya tidak muncul begitu saja, namun selalu ada faktor penyebabnya, bisa dari dalam sendiri maupun dari luar . Terjadinya perubahan diawali dengan perubahan sikap individu
yang berkembang menjadi perubahan di tingkat kelompok dan apabila itu tidak dapat dicegah akan terus berkembang hingga tingkat yang paling tinggi dalam suatu komunitas bangsa.
a. Globalisasi
Pengaruh globalisasi yang melanda dunia saat ini membawa perubahan kepada nilai-nilai demokrasi, hak azasi manusia, ideologi, sosial budaya, kesejahteraan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan tersebut tidak boleh begitu saja ditelan mentah-mentah, tetapi harus tetap dipertimbangkan dan disesuaikan dengan kultur budaya bangsa Indonesia.
Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia yang didominasi oleh teknologi informasi dan komunikasi dapat mengakibatkan pertukaran informasi yang relatif cepat dan membuat dunia semakin transparan tanpa mengenal batas negara. Sementara kemajuan industri telekomunikasi, transportasi dan pariwisata telah mendorong keterbukaan di berbagai bidang yang mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa tersaring. Hubungan antar bangsa sarat diwarnai oleh proses pertukaran tata nilai, ide dan adat istiadat. Berbagai perubahan tersebut, di satu sisi berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan melalui usaha di bidang telekomunikasi, transportasi dan pariwisata namun disisi lain berdampak negatif, karena dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Bila dampak negatifnya tidak diwaspadai, akan menimbulkan permasalahan baru di bidang ideologi, politik dan keamanan yang dapat membahayakan kehidupan bangsa Indonesia1.
Dengan melihat pengaruh gobalisasi dan perkembangan situasi nasional yang ada, maka dalam menyiapkan perwira TNI untuk menjadi pemimpin TNI masa depan, terutama dalam menghadapi situasi persaingan global, tidak bisa hanya mengandalkan ilmu pengetahuan yang hanya diperoleh dari bangku pendidikan. Tuntutan di masa mendatang memerlukan pemimpin TNI yang memiliki wawasan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka untuk mengoptimalkan pembinaan kepemimpinan TNI yang profesional diperlukan penyiapan yang lebih berwawasan intelektual, semangat kebangsaan serta pembinaan karakter, keteladanan dan kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik.
b. Hubungan Sipil Militer
Hubungan antara sipil dan militer di Indonesia tidak terlepas dari latar belakang sejarah dan perkembangan bangsa dan negara. Dalam masa perang warga sipil ikut terlibat secara aktif melakukan perlawanan bersenjata, sedangkan masa damai pihak militer turut aktif dalam pembangunan di segala aspek kehidupan bangsa. Sipil maupun militer senantiasa berjuang dalam mengatasi segenap ancaman yang dihadapi bangsa dan negara. Sesuai dengan perjalanan waktu, hubungan antara sipil dan militer mengalami fluktuasi. Kadangkala keserasian hubungan tersebut mengalami pasang dan kadang kala mengalami surut. Hal ini tentunya memberikan pengaruh kepada kepemimpinan TNI.
c. Ci vil Society
Dalam kehidupan demokrasi di setiap negara-negara maju peranan sipil lebih dikedepankan, otoritas sipil jauh lebih besar peranannya di pemerintahan daripada peranan yang diperankan oleh militer. Civil Society adalah peran dimana pemerintahan diemban oleh sipil, yang menerima mandat secara konstitusional. Peranan sipil di dalam pemerintahan mempunyai pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan pembentukan kepemimpinan TNI di masa mendatang.
d. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sejarah mencatat bahwa bangsa-bangsa yang maju adalah bangsa yang berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan tuntutan kemajuan di era globalisasi yang berjalan semakin cepat dan tidak mengenal ruang serta waktu, setiap bangsa dituntut untuk bersaing dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Bila suatu bangsa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju termasuk didalamnya teknologi militer yang diperlukan pada sistem pertahanan negaranya maka bangsa tersebut memiliki kemampuan kompetitif sehingga disamping dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, keunggulan yang dimiliki dapat memelihara martabatnya dalam pergaulan dunia.
e. Dukungan Anggaran
Untuk mewujudkan kepemimpinan TNI yang profesional dibutuhkan dukungan anggaran yang memadai. Tanpa adanya anggaran yang memadai, sulit sasaran prajurit profesional dapat tercapai. Krisis keuangan global yang dialami oleh hampir seluruh negara-negara di dunia telah memberikan dampak yang sangat signifikan bagi pertumbuhan perekonomian, sehingga hal ini memberikan pengaruh bagi kemampuan suatu negara untuk meningkatkan anggaran pertahanan termasuk di dalamnya peningkatan profesionalisme prajurit.
f. Masalah Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia dengan jumlah penduduk saat ini yang mencapai + 260 juta jiwa, membuat Indonesia harus menghadapi tantangan yang makin kompleks. Jumlah penduduk yang besar ini menimbulkan masalah yang tidak ringan yang meliputi masalah pengangguran, pemenuhan kebutuhan pokok serta masalah sosial lainnya. Masalah-masalah tersebut memerlukan penanganan agar tidak menimbulkan konflik sosial yang dapat berdampak kepada stabilitas keamanan nasional. Masalah lain yang dapat timbul berkaitan dengan jumlah penduduk adalah bencana alam dimana memerlukan manajemen penanganan dampak bencana alam yang melibatkan seluruh komponen bangsa termasuk TNI.
19. Faktor Internal
a. Ketaatan terhadap Jati Diri
Prajurit TNI harus memahami, bahwa kehadiran dan keberadaannya bukan secara kebetulan, tetapi sudah dirancang untuk memiliki tujuan dan kegunaan bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Secara institusi, jatidiri TNI tercantum dalam undang-undang, yakni Undang- Undang Republik Indonesia No. 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Jati diri TNI yang harus kita pahami dan hayati bersama adalah: Pertama, sebagai Tentara Rakyat, yang berarti bahwa prajurit TNI adalah tentara yang anggotanya berasal dari rakyat atau warga negara indonesia. Kedua, sebagai Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya. Ketiga, sebagai Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi kepentingan negara di atas
kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan serta agama. Keempat, sebagai Tentara Profesional, berarti TNI merupakan tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Terjadinya degradasi pemahaman terhadap Jati Diri TNI, dapat berakibat menurunnya kurangnya integritas moral terhadap kehidupan di lingkungan prajurit, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Kesejahteraan Prajurit
Sebagai akibat dari arus globalisasi yang demikian derasnya berdampak kepada pola hidup masyarakat yang semakin konsumtif. Hal inipun terjadi kepada prajurit dan keluarganya, kesejahteraan prajurit dan keluarganya yang layak dan setara dengan lingkungan akan mempengaruhi kinerjanya, sebaliknya penghasilan yang rendah dapat menimbulkan perilaku negatif yang merugikan pribadi maupun institusi.
c. Penegakan Hukum Disiplin Prajurit
Disiplin prajurit dapat terbentuk diantaranya karena konsistensi penegakan aturan yang keras dengan tetap memperhatikan kondidsi-kondisi terkini yang terjadi. Disiplin bagi seorang prajurit adalah nafas yang harus melekat didalam setiap langkah kehidupannya, sebagai aktualisasinya dapat dilihat dengan tumbuhnya rasa tanggung jawab serta integritas moral yang tinggi didalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Tekad untuk memberantas segala bentuk penyelewengan sesuai tuntutan reformasi seperti korupsi, kolusi, nepotisme, serta kejahatan ekonomi keuangan dan penyalahgunaan kekuasaan di lingkungan TNI secara bertahap diikuti langkah-langkah nyata dan kesungguhan pemerintah serta aparat penegak hukum dalam menerapkan dan menegakkan hukum, meskipun sudah mulai berkurang namun masih dijumpai terjadinya campur tangan dalam proses peradilan (mafia peradilan), serta tumpang tindih dan kerancuan hukum mengakibatkan terjadinya krisis hukum.
d. Pendidikan
Pendidikan dan latihan di lingkungan TNI masih mengahadapi masalah yaitu kurang bermakna bagi pengembangan pribadi dan watak prajurit, yang berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan. Pendidikan kemiliteran lebih mendominasi seorang prajurit, sedangkan mata pelajaran yang berorientasi akhlak dan moralitas serta pendidikan agama kurang diberikan dalam bentuk latihan-latihan pengamalan untuk menjadi corak kehidupan sehari-hari. Hal ini berimbas kepada terbentuknya seorang prajurit yang cenderung tidak memiliki kepekaan yang cukup untuk membangun toleransi, kebersamaan, integritas dan karakter yang baik.
e. Kepemimpinan
Kepemimpinan yang baik yaitu yang dapat memberikan keteladanan bagi anak buah serta lingkungannya, berubahnya pola kehidupan sekarang menuntut seorang pemimpin harus dapat menempatkan dirinya sebagaimana yang tertera dalam azas-azas kepemimpinan TNI. Hal ini berpengaruh besar terhadap anggota termasuk memberikan konstribusi pada sikap kebersamaan, serta menimbulkan soliditas yang baik antar anggota.
20. Peluang dan Kendala
a. Peluang. Pancasila dan UUD 1945 masih diakui atau diterima oleh rakyat dalam berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
1) Letak Geografis Indonesia. Secara geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari beragam suku, agama, ras serta adat istiadat, apalagi adanya perasaan senasib sepenanggungan sebagai bangsa yang terjajah pernah memiliki tekad kuat untuk merdeka dan lepas dari belenggu penjajahan. Sehingga kondisi geografis bukan lagi merupakan faktor pemisah tetapi justru sebaliknya sebagai sarana perekat timbulnya perasaan untuk bersatu dan berdaulat. Hal ini kita kenal dengan Sumpah Pemuda sebagai manifestasi pernyataan kebulatan tekad para pendahulu kita untuk merasa menjadi bangsa yang satu yaitu bangsa Indonesia. Sampai sekarangpun semangat kebhineka tunggal ikaan itu tetap tumbuh dan mengakar pada jiwa dan raga bangsa Indonesia. Hal itu dapat dilihat pada rasa solidaritas bangsa saat terjadi upaya yang
merendahkan integritas bangsa oleh negara lain, maka akan terasa oleh seluruh bangsa.
2) Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita rasakan saat ini sangat berdampak besar terhadap cara pandang dan pola pikir manusia dimanapun ia berada. Kemajuan teknologi dapat pula kita manfaatkan untuk memberikan informasi tentang wawasan kebangsaan dan jiwa patriotisme kepada seluruh bangsa. Melalui kemajuan teknologipun arus informasi dapat baik yang positif ataupun negatif dapat disampaikan dan diklarifikasi dengan cepat sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran informasi.
3) Demokratisasi dan HAM. Seiring dengan kemajuan jaman dan kerasnya tuntutan reformasi yang sedang berkembang di indonesia, juga dihadapkan pada demokratisasi dan hak azasi manusia, hal ini dapat dijadikan peluang oleh bangsa indonesia untuk memperbaiki pandangan seluruh komponen bangsa dalam penjiwaan terhadap nilai-nilai wawasan kebangsaan. Demokratisasi yang sedang berkembang ini tetap mengacu pada demokrasi Pancasila dimana keyakinan akan wawasan kebangsaan ini timbul dari diri sendiri tanpa adanya paksaan. Hak akan bela negara seperti yang tercantum dalam UUD 1945, menjadi ciri bangsa dalam membela tanah air dari penjajahan. Jiwa cinta damai yang dimiliki bagsa indonesia tetap mewarnai setiap langkah demokratisasi dan HAM.
b. Kendala. Kemajemukan suku merupakan salah satu ciri masyarakat Indonesia yang seringkali dibanggakan. Banyak yang belum menyadari bahwa kemajemukan tersebut juga menyimpan potensi konflik yang dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1) Kekeliruan dalam melaksanakan tugasnya di daerah operasi, banyaknya isu pelanggaran Hak Azasi Manusia di ekspose oleh media massa sehingga menyurutkan ketegasan dan profesionalisme para prajurit TNI. Harus dapat disadari dengan bijak oleh seluruh prajurit TNI bahwa isu Hak Azasi Manusia (Human Right ) merupakan isu global yang berlaku secara universal, TNI harus dapat membedakan perlakuan yang dibenarkan maupun tidak dalam pelaksanaan tugasnya tanpa harus mengesampingkan tuntutan professionalisme dan kepentingan bangsan dan negara.
2) Sebagai pengaruh dari globalisasi, ketidak solidtan dalam tubuh TNI yang dapat mengurangi profesionalisme TNI. Hal ini apabila dibiarkan merupakan celah yang dapat dimanfaatkan oleh yang tidak bertanggung jawab untuk menghancurkan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3) Adanya sinyalemen untuk membatasi TNI baik secara institusi maupun secara personil apabila hal ini dibiarkan membuat prajurit terbatas wawasannya. Akibat yang ditimbulkan yaitu lemahnya daya analisis dalam melihat suatu masalah sehingga lambat mengantisipasi untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul. Bila hal ini dibiarkan sangat membahayakan eksistensi bangsa, karena TNI dianggap sebagai satu-satunya institusi perekat bangsa yang masih kuat keberadaannya.
4) Pemenuhan kebutuhan prajurit yang dapat diukur dengan tingkat kesejahteraan yang diperoleh prajurit sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh negara. Kesejahteraan sangat erat dihubungkan dengan loyalitas dan professionalisme. Sebagai makhluk sosial yang juga sudah barang tentu berinteraksi dengan kehidupan disekitarnya, maka perhatian akan kesejahateraan prajurit sebagai kewajiban oleh negara tidak dapat ditunda-tunda lagi walaupun tetap memperhatikan kemampuan keuangan negara. 5) Pendidikan.
a) Rendahnya tingkat pengetahuan dan informasi sebagian masyarakat yang dapat mengakibatkan rendahnya daya tangkal terhadap budaya asing yang negatif, dan keterbatasan dalam menyerap serta mengembangkan nilai-nilai baru yang positif, sekaligus mudah sekali terprovokasi dengan isu-isu yang dianggap mengancam eksistensinya.
b) Paradigma pendidikan yang lebih menekankan
pengembangan intelektual dengan mengabaikan pengembangan kecerdasan emosional, pembentukan sikap moral, dan penanaman nilai budaya.
BAB V
KONDISI KEPEMIMPINAN TNI YANG DIHARAPKAN
21. Umum
TNI telah ikut mewarnai tata kehidupan bangsa dan negara melalui berbagai peristiwa yang cukup pantas untuk dikenang. Melalui kepemimpinan tokoh - tokohnya, TNI telah menjalin hubungan yang sinergis untuk menjaga keutuhan dan kelangsungan Bangsa Indonesia. Dengan perkembangan lingkungan strategis yang terus bergulir, kepemimpinan TNI semakin bertumbuh dan banyak mengalami tantangan. Keteguhan moral dan etika, integritas dalam setiap langkah serta kemampuan kompetensi yang dapat diandalkan merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan sosok pemimpin yang berkarakter. Dewasa ini, Pemimpin TNI dituntut untuk memiliki kemampuan dalam melihat perkembangan ke depan serta berpandangan strategis untuk membawa negara dan bangsa Indonesia tetap kokoh berdiri dalam kancah dunia internasional.
22. sistem dan metoda
Untuk menghadapi tekanan perubahan dewasa ini, Kepemimpinan TNI harus kembali kepada dasar negara yang melandasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Moral kepemimpinan Pemimpin TNI harus bersumber dari nilai dasar Pancasila. Aktualisasi moral kepemimpinan berdasar Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kini menjadi sangat penting apabila dikaitkan dengan tantangan pembangunan nasional serta era globalisasi yang diwarnai dengan triple T revolution (technology, telecomunication/transportation and tourism). Moral kepemimpinan bagi Pemimpin TNI yang bersumber pada Pancasila tercermin secara terpadu dalam ke lima sila dari Pancasila :19
a. Moral taqwa dalam dimensi vertikal dan dimensi horisontal. Moral ketaqwaan dalam dimensi vertikal adalah sikap dan perilaku pemimpin yang melaksanakan ibadah secara konsisten menurut agama yang dianutnya. Moral ketaqwaan dalam dimensi horisontal ditandai oleh sikap dan perilaku pemimpin yang melihat dirinya sama dengan orang-orang yang dipimpinnya sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
b. Moral Kemanusiaan. Aktualisasi moral kemanusiaan dalam kepemimpinan identik dengan sikap dan perilaku pemimpin menyadari adanya hak-hak asasi perangkat aturan kebersamaan yang melapangkan aktualisasi HAM dalam
batas-19 Seskoal (2016) Paket Intruksi Pendidikan Reguler . Mata Pelajaran Kepemimpinan Nasional dan
batas tanggung jawab sosial .
c. Moral Kebersamaan dan Kebangsaan. Aktualisasi moral kebersamaan berkaitan dengan moral ketakwaan dan moral kemanusian yang identik dengan semangat persatuan di antara sesama (pemimpin dan yang dipimpin).
d. Moral Kerakyatan. Aktualisasi moral kerakyatan dalam kepemimpinan ditandai oleh sikap dan perilaku keterbukaan (transparancy), konsistensi (consistency) dan kepastian (certainty) dalam implementasi kebijakasanaan. Moral kerakyatan dalam implementasi kebijaksanaan. Moral kerakyatan maupun lanjutan dari moral ketakwaan, kemanusiaan, dan kebersamaan yang mengharuskan pemimpin menyatu dengan mereka yang dipimpin, menyatu dengan rakyatnya. e. Moral Keadilan. Aktualisai moral keadilan dalam kepemimpinan bagi Pimpinan Tingkat Nasional ditandai oleh sikap dan perilaku keadilan dan kejujuran yang didasarkan pada tuntutan keimanan dan ketakwaan.
23. Karakter Pemimpin Nasional
Kemampuan pimpinan TNI dalam mengimplementasikan tentang jati diri TNI maka pimpinan TNI akan lebih bijaksana dalam mengambil setiap keputusan, melaksanakan tugas-tugasnya dan menempatkan diri dalam lingkungan kerjanya. Jati diri yang kuat yang tertanam pada masing-masing pimpinan TNI akan membentuk seorang pimpinan TNI yang mampu berfikir secara global dan visioner untuk mencapai tujuan nasional yang dicita-citakan bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut pimpinan TNI telah melakukan berbagai kegiatan antara lain :
a. Pelatihan kepemimpinan yang dilakukan dari tingkat atas sampai dengan bawah untuk menyamakan persepsi di lingkungan TNI AL.
b. Memberikan pelatihan yang berkaitan dengan kepemimpinan yang lebih mengutamakan karakter yaitu dengan mengembangkan soft skill seperti kepribadian, nilai-nilai, konsep diri dan traits sehingga para prajurit mengetahui kemampuan dan kepribadiannya yang harus dikoreksi atau dikembangkan.
c. Asas-asas kepemimpinan TNI belum terimplementasikan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, Asas-asas yang perlu dipedomani dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya adalah 11 asas kepemimpinan TNI20
. Apabila asas kepemimpinan TNI ini dapat dilaksanakan dengan baik maka akan lahir pemimpin-pemimpin visioner yang siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Adapun 11 asas tersebut adalah sebagai berikut :
1) Taqwa. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diimplementasikan dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Prajurit TNI sebagai bagian dari warga Negara Indonesia memiliki kewajiban untuk meyakini satu agama. Taqwa merupakan wujud pengakuan kita atas keberadaan Tuhan Yang Maha Esa yang patut diyakini kebenarannya.
2) Ing Ngarso Sung Tulodo. Memberikan suri tauladan terhadap anak buah sesuai dengan aturan dan norma yang ada di masyarakat maupun di kedinasan. Sebagai pemimpin seorang prajurit TNI yang memiliki dan mengemban berbagai tugas yang diberikan oleh negara melalui institusinya masing-masing seorang pemimpin harus mampu memberikan contoh yang baik dan menjadi suri tauladan anak buahnya baik dari kata maupun perbuatan.
3) Ing Madyo Mangun Karso. Ikut terlibat dalam setiap kegiatan dan selalu berada di tengah-tengah anak buah sebagai wujud kehadiran seorang pemimpin. Pemimpin juga memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk berkembang dengan memberikan peluang dan kesempatan pada anak buahnya untuk maju. Sebagai seorang pemimpin juga harus menumbuhkan semangat, etos kerja dan dedikasi anak buah yang dipimpinnya. Dengan tingginya semangat, dedikasi dan etos kerja, maka semua tugas yang diemban mampu untuk dilaksanakan.
4) Tut Wuri Handayani. Apabila contoh telah diberikan, semangat telah diwujudkan maka selanjutnya pemimpin tinggal mempengaruhi dan memberikan dorongan yang positif agar anak buahnya maju dengan selalu memonitoring dan mengontrol satuan yang dipimpinnya.
5) Waspada Purba Wisesa. Pemimpin harus selalu waspada mengawasi serta sanggup dan berani memberi koreksi kepada anak buah apabila ata hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan yang ada. Pemimpin yang mengetahui kondisi bawahannya akan mampu melakukan antisipatif untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Setiap personel prajurit dapat dipastikan memiliki permasalahan, seorang pemimpin harus peka terhadap kondisi tersebut sehingga dapat membantu untuk menyelesaikan setiap permasalahan anak buahnya.
6). Ambeg Parama Arta. Dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan dengan memiliki kemampuan menilai dan membuat skala prioritas dalam melaksanakan setiap tugas. Seorang pemimpin dalam
melaksanakan tugas pada umumnya selain memimpin satuannya juga menerima berbagai beban tugas yang harus diselesaikan. Sebagai seorang pemimpin yang bijak harus mampu memberikan skala prioritas terhadap setiap tugas yang ada.
7) Prasaja. Bertingkah laku sederhana dan tidak berlebihan dengan menunjukan sifat dan sikap kesederhanaan. Pimpinan sebagai cermin bagi anak buah harus memiliki performa dan tetap menjaga sikap kesederhanaan baik dalam bersikap maupun bertindak. Hal tersebut diwujudkan agar dalam di lingkungannya, baik lingkungan kerja atau lingkungan masyarakat dapat mudah bersosialisasi dengan baik.
8) Satya. Bersikap loyal yang timbal balik antara atasan dan bawahan dan dari bawahan ke atasan serta hubungan ke samping sehingga terbentuk sikap loyalitas dengan bentuk disiplin yang tinggi. Loyalitas merupakan wujud pelaksanaan setiap perintah tanpa menjabarkan atau menolak perintah yang diberikan. Apabila seorang bawahan tidak loyal terhadap pimpinan maka harus dipertanyakan mengenai kepemimpinan yang diterapkan. Apabila hal ini terjadi maka akan mengarah pada tindakan insubordinasi.
9) Gemi Nastiti. Memiliki kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada hal yang benar-benar diperlukan untuk mengoptimalkan anggaran yang ada dengan cara merencanakan penggunaan anggaran dan tenaga manusia secara efektif, efisien dan tepat guna. Pada kondisi saat ini efisiensi sangat diperlukan di setiap kedinasan. Lebih-lebih pada saat ini kemampuan anggaran negara dalam mendukung kebutuhan TNI sangat terbatas untuk itu harus disikapi dengan penghematan anggaran dan mengalokasikan pada saran yang tepat dengan berdasarkan urgensinya.
10) Belaka. Memiliki kemauan, kerelaan dan keberanian untuk bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukan. Kesalahan anak buah sebenarnya adalah kesalahan pimpinan, untuk itu seorang pimpinan harus memberikan contoh yang baik bagi bawahannya. Ketika pemimpin membuat suatu kesalahan harus memiliki jiwa ksatria untuk mengakui kesalahan yang telah di buat sebagai wujud integritas dari masing-masing pimpinan. pemimpin harus bertanggung jawab mutlak dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban terhadap setiap hal yang dipimpinnya.
11) Legawa. Memiliki kemauan, kerelaan dan keikhlasan dalam menyerahkan tanggung jawab dan kedudukanya kepada generasi berikutnya. Seorang pemimpin harus memiliki kebesaran hati menyerahkan tongkat estafet pada generasi berikutnya tanpa mengintervensi, selalu memberikan masukan positif kepada generasi berikutnya agar organisasi berkembang dengan baik tanpa meninggalkan jasa-jasa dan sumbang saran generasi sebelumnya.
24. Keteladanan Pemimpin Nasional
Setiap pemimpin harus mampu menjadi suri tauladan, menjadi figur dan contoh bagi anak buahnya. Setiap perilaku harus menjadi patokan dan contoh yang baik dan bukan justru memberikan contoh yang negatif atau justru menjerumuskan anak buahnya. Pemimpin harus menjadi contoh keteladanan yang kuat dan memiliki hubungan yang positif baik dengan Tuhannya maupun hubungan dengan manusia yang ada di lingkungan sekitarnya.
Hubungan dengan Tuhannya tercermin dari ketaqwaan yang tampak dari keteguhan menjalankan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya sehingga mampu berbuat yang benar sesuai dengan keimanan yang diyakininya. Pemimpin juga harus memiliki loyalitas yang tinggi yang tercermin dari kerelaan dan berkehendak untuk bekerja yang terbaik bagi bangsa dan negara. Mendahulukan kepentingan anak buah merupakan cerminan para pemimpin terdahulu pada masa perjuangan yang seharusnya harus dipertahankan oleh para pemimpin pada saat ini sehingga bawahan merasa terlindungi dan bangga serta memiliki loyalitas yang tinggi pada pimpinannya. Pemimpin juga harus mampu menjaga kehormatan diri dan keluarganya serta selalu menghargai dan memanusiakan anak buah sehingga segan terhadap pimpinannya, melaksanakan tugas dengan ikhlas bukan karena takut.
Pimpinan juga harus memiliki mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan setiap penugasan dan memimpin anak buahnya dengan sukses. Mental yang jelek yang dimiliki seorang pimpinan akan mempengaruhi kinerjanya. Pada situasi sekarang ini telah banyak pemimpin yang bermental kurang baik sehingga terkadang menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri. Kolusi, korupsi dan nepotisme merupakan wujud tindakan pemimpin yang bermental rendah dan berfikir secara instant untuk kepentingan pribadi. Memiliki fisik yang handal merupakan syarat seorang pemimpin TNI karena akan selalu bersama prajuritnya, bertempur, sukses maupun mengalami kegagalan dalam suatu tugas akan selalu bersama dengan prajuritnya. Pemimpin harus memiliki postur dan gestur yang mampu mempengaruhi situasi dengan