• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Bendung Karet S Pappa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desain Bendung Karet S Pappa"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RINGKASAN

Pekerjaan : Detail Desain Bendung Karet Sungai Pappa Kabupaten Takalar

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sungai Pappa terletak di Kecamatan Pattalassang dan Kecamatan Polengbangkeng Selatan Kabupaten Takalar. Daerah aliran sungai Pappa meliputi areal seluas 387,160 km2 dengan panjang 13 km. Potensi aliran tahunan rata-rata sangat besar yang selama ini belum termanfaatkan secara optimal. Demikian besar potensi air tersebut sehingga hampir setiap tahun menimbulkan banjir di Kabupaten Takalar. Disamping itu Sungai Pappa terpengaruh oleh aliran balik pasang surut cukup jauh ke hulu. Disisi lain Kabupaten ini kekurangan air baku, air bersih untuk kebutuhan domestik penduduk. Kebutuhan tersebut yang terus meningkat pesat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.

Sesuai dengan kebijakan penyediaan air bersih dan mencermati kondisi saat ini di Kabupaten Takalar yang masih mengalami kendala dalam penyediaan air baku untuk air minum, maka diperlukan upaya perencanaan / detail desain prasarana air baku yang terpadu, yang tidak menimbulkan kenaikan muka air banjir dan dapat mengatasi pengaruh intrusi air laut. Salah satu bangunan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah bendung karet.

Dengan latar belakang kondisi tersebut, maka dilaksanakan pekerjaan : Detail Desain Bendung Karet Sungai Pappa Kabupaten Takalar.

1.2 INFORMASI PROYEK

Nama Pekerjaan : Detail Desain Bendung Karet Sungai Pappa Kab. Takalar

Lokasi : Kecamatan Pattalassang dan Kecamatan

Polengbangkeng Selatan Kabupaten Takalar

No. Kontrak : KU.08.08/PPK-PP/23/VIII/2011

Tanggal : 15 Agustus 2011

Jangka Waktu Pelaksanaan : 120 hari kalender (15 Agustus 2011 – 12 Desember 2011)

Nama Satker : Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan-Jeneberang, Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Sumber Dana : APBN

(2)

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya pekerjaan ini adalah melaksanakan detail desain bendung karet yang memenuhi kriteria teknis, serta aspek ekonomis, aspek manfaat dan aspek lingkungan. Dari aspek teknis, bendung karet dapat dipertanggungjawabkan kekuatan dan stabilitasnya; dari aspek ekonomi dan manfaat, diperoleh biaya yang paling minimum untuk manfaat yang paling optimum serta aspek lingkungan untuk mencegah intrusi air laut.

Tujuan dari pekerjaan ini adalah : untuk menyiapkan produk / dokumen Detail Desain Bendung Karet Sungai Pappa agar implementasinya dapat dengan mudah, tepat dan mencapai sasaran dalam pelaksanaannya.

Sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan ini yaitu untuk mendapatkan desain / gambar konstruksi sesuai dengan kondisi lokasi proyek dan kebutuhan yang diinginkan untuk meningkatkan potensi air baku yang dapat dijadikan pedoman pada saat pekerjaan fisik yang dilengkapi spesifikasi teknis dan Rencana Anggaran Biaya.

1.4. Lingkup Kegiatan

Secara garis besar kegiatan yang akan dilakukan dibagi dalam 10 (sepuluh) bagian antara lain :

1. Pemilihan Lokasi 2. Pengukuran Topografi

3. Analisa Geologi dan Mekanika Tanah 4. Analisa dari Sudut Morphologi Sungai 5. Analisa Hidrologi

6. Analisa Hidrolika 7. Analisa Struktur

8. Analisa Masalah Lingkungan 9. Analisa Manfaat

10. Detail Desain (perhitungan dan penggambaran)

1.5. Keluaran - Keluaran

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah berupa laporan-laporan yang secara rinci tercantum pada laporan di bawah ini :

1. Rencana Mutu Kontrak (RMK) = 10 rangkap

2. Laporan Pendahuluan = 10 rangkap

3. Laporan Bulanan (4 bulan) = 5 rangkap

4. Laporan Antara / Interim Report = 10 rangkap

5. Laporan PKM I dan PKM II = 5 rangkap

6. Laporan Akhir / Final Report = 15 rangkap

1. Ringkasan Laporan (Summary Report)

2. Laporan Penunjang masing-masing terdiri dari :

a). Buku Ukur = 2 Rangkap

b). Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM = 5 Rangkap

c). Nota Desain = 5 Rangkap

d). Geologi dan Mekanika Tanah = 5 Rangkap

e). Laporan Analisa Hidrologi = 5 Rangkap

(3)

g). Dokumentasi Foto-foto = 5 Rangkap 3. Gambar-gambar desain terdiri dari :

- Cetak biru gambar ukuran A1 = 5 Rangkap

- Gambar ukuran A3 (copy) = 10 Rangkap

- Gambar kalkir A1 = 1 Rangkap

4. Laporan Sosial Ekonomi = 5 Rangkap

5. Laporan Informasi Lingkungan = 5 Rangkap

6. Dokumen Tender / Spesifikasi Teknis = 5 Rangkap

7. RAB dan Analisa Harga Satuan = 5 Rangkap

8. Pedoman Operasi dan Pemeliharaan = 5 Rangkap

9. Daftar Volume Pekerjaan (BOQ) = 5 Rangkap

10. Eksternal Hardisk yang berisi seluruh laporan, = 1 Buah dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan

(4)

2. KONDISI DAERAH

2.1. Daerah Aliran Sungai Pappa

Daerah Aliran Sungai Pappa meliputi daerah seluas 387 km². Sungai utama yang ada pada adalah S. Pamukkulu dan S. Dingau di bagian hulu, serta S. Pappa di bagian hilir sampai ke muara. Sungai Pamukkulu yang mengalir dari arah Timur dari pegunungan Paowang (+ 1133 m) dan pegunungan Damara (+ 1072 m) mengalir ke arah Barat sampai di Kampung Bontosanra (+ 6 m), di percabangan dengan Sungai Dingau. Setelah lokasi ini ke hilir sampai di muara namanya menjadi Sungai Pappa. Sub DAS Dingau sampai di titik percabangan dengan S.Pamukkulu adalah 136.6 km², dengan panjang sungai utama 33 km. Peta DAS Pappa seperti disajikan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Peta DAS Pappa

2.2. Kondisi Fisik 2.2.1. Topografi

Kondisi topografi pada DAS Pappa hulu merupakan daerah pegunungan, sedangkan pada bagian hilirnya merupakan daerah dataran. Ketinggian topografi pada daerah pegunungan antara + 50 m sampai + 1000 m, sedangkan pada daerah dataran antara + 0 sampai + 50 m. Daerah dengan topografi rendah mulai dari percabangan sungai Dingau dan Sungai Pamukkulu (Jembatan Bonto Sanra) ke arah hilir, dimana daerah ini juga merupakan daerah yang rawan terhadap banjir.

(5)

Kondisi curah hujan bulanan rata-rata dari stasiun yang ada pada daerah studi seperti disajikan pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Curah Hujan Bulanan Rata-rata DAS Pappa

Gambar 2.2. Grafik Curah Hujan Bulanan DAS Pappa

2.3. Daerah Rawan Banjir

Ruas sungai Pappa yang rawan terjadi luapan banjir adalah mulai dari titik percabangan antara Sungai Pamukkulu dan Sungai Dingau di Kelurahan Maradekaya, menuju ke arah hilir sampai di muara di Desa Takalar. Elevasi rata-rata daerah yang rawan banjir ini adalah antara + 0.00 sampai + 6.50. Terjadinya aliran balik (back water) dari lokasi pertemuan tersebut pada saat banjir juga menyebabkan luapan ke arah hulunya sepanjang  1.0 km, terutama pada sungai Dingau, di Kelurahan Sabintang. Luapan sungai Pappa dari lokasi ini pada saat debit banjir besar juga menyebabkan genangan banjir pada daerah permukiman dan daerah perkotaan Takalar sampai batas jalan poros.

2.4. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Takalar menurut data statistik tahun 2009 serta proyeksinya sampai tahun 2030 adalah seperti tercantum pada Tabel 2.12. Kecamatan yang akan dilayani air baku dari bendung karet S.Pappa adalah Kec, Mangarabombang dan Kec. Polombangkeng Selatan.

(6)

Penduduk th.2009 Pertumbuhan(%) Jml Pendudukth.2030 1 Mangarabombang 35.237 0,96 42.003 2 Mappakasunggu 14.562 0,83 16.979 3 Sanrobone 12.726 0,84 14.864 4 Polombangkeng Selatan 25.692 0,82 29.923 5 Polombangkeng Utara 43.629 2,27 48.221 6 Galesong Selatan 22.811 0,77 50.304 7 Galesong 35.838 1,08 27.730 8 Galesong Utara 34.302 1,86 49.166 9 Pattalassang 33.177 1,74 46.234 Total 257.974 325.424

2.7. Kondisi PDAM Kota Takalar

PDAM kota Takalar berdiri sejak tahun 1998. Pada awal berdirinya PDAM Kota Takalar hanya memiliki satu instalasi pengolahan air bersih, dengan kapasitas produksi 10 liter/detik, dengan jaringan pelanggan hanya berada di Kota Takalar dengan jumlah pelanggan 100 rumah tangga dan instansi.

Pada tahun 2010, IPA milik PDAM Takalar telah mampu memproduksi hingga 50 liter/detik. Cakupan wilayah layanannya meliputi : Di antaranya, Kecamatan Sanrobone, Mappakasunggu, Galesong Selatan, Polongbangkeng Utara, dan Kelurahan Canrego Polongbangkeng Selatan. Jumlah pelanggan telah mencapai 5.000 lebih. Sebagai sumber air PDAM Takalar saat ini adalah beberapa sumur dan beberapa bangunan pengambilan di sungai Palleko.

Total kapasitas PDAM Takalar pada tahun 2011 ini mencapai 90 l/dt. Beberapa kecamatan yang akan disuplai air bersih hingga wilayah Galesong Utara (Ujung Takalar), Kota Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Bulukunyi, Desa Lantang dan sekitarnya. Demikian juga ditargetkan untuk memberikan pelayanan air bersih di daerah yang masuk kawasan kering seperti Desa Laikang, Mangarabombang. Instalasi pengolahan air segera dibangun di beberapa kecamatan.

(7)

3. SURVEY DAN PENYELIDIKAN 3.1 Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan survey dan investigasi meliputi :

1. Survey Kondisi Morfologi Sungai, meliputi : survey kondisi meandering sungai, kondisi daerah rawan longsor dan gerusan tebing, serta kondisi sedimentasi pada sungai.

2. Survey Pemilihan Lokasi Bendung Karet, yaitu survey beberapa alternatif lokasi yang memungkinkan untuk dibangun bendung karet, ditinjau dari beberapa segi, seperti : geologi, morfologi, pemanfaatan, dan ekonomis.

3. Survey Pengukuran Topografi Sungai dan Lokasi Bendung Karet, meliputi : pengukuran trase sungai, pengukuran profil memanjang dan melintang sungai, pengukuran situasi bendung karet, pengukuran saluran pengambilan air baku ke IPA.

4. Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah Lokasi Bendung Karet, meliputi : pemboran inti sebanyak 3 titik, masing-masing sedalam 20 m; sumuran uji sebanyak 3 titik; dan penyelidikan laboratorium mekanika tanah 8 parameter masing-masing 6 sampel.

3.2. Survey Pemilihan Lokasi Bendung

Sebelum dilakukan kegiatan pengukuran topografi dan penyelidikan geologi teknik, terlebih dahulu dilakukan survey pemilihan lokasi bendung. Dari survey yang dilakukan, serta kajian-kajian alternatif lokasi (sebagaimana diuraikan pada bab 5 perencanaan bendung karet), ditetapkan alternatif lokasi-2 yang terletak di km.10,20 dari muara, di sebelah hulu jembatan Jalan Poros, yang terletak di perbatasan Kelurahan Maradekaya dan Kelurahan Pappa.

3.3. Survey Pengukuran Topografi 3.3.1. Lingkup Kegiatan

Kegiatan survey pengukuran topografi yang dilakukan meliputi :

1. Pengukuran profil memanjang sungai (1 km ke hulu dan 1 km ke hilir dari as rencana bendung karet)

2. Pengukuran Profil melintang sungai setiap jarak 50 m 3. Pengukuran situasi lokasi bendung karet

3.3.2.Titik Referensi Pengukuran

Titik referensi pengukuran yang digunakan diambil dari BM yang ada di dekat lokasi as bendung, yaitu BM yang dipasang pada pekerjaan pengukuran Sungai Pappa pada pekerjaan “Feasibility Study of Dam for Pamukkulu Irrigation Project", CTI Engineering Co, Ltd., Januari 2002. Data BM yang dimaksud adalah sebagai berikut :

(8)

Tabel 3.1 Daftar BM Referensi Pengukuran

No. Nama Koordinat Elevasi

X (m) Y (m) Z (m)

1 BM.5R 495,153.225 9,398,787.585 3.41

2 BM.5L 495,266.647 9,398,679.471 2.84

3 BRG.1L 494,153.350 9,397,831.171 6.15

3.3.3. BM Yang Dipasang

Daftar BM yang dipasang pada pekerjaan pengukuran ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Daftar BM yang Dipasang

No. Nama Koordinat Elevasi

X (m) Y (m) Z (m)

1 BM.01 494,578.29 9,398,127.46 2.247

2 BM.02 495,222.75 9,399,953.56 3.530

3 BM.03 495,636.78 9,399,780.00 3.612

3.3.4. Hasil Pekerjaan Pengukuran

Hasil pekerjaan pengukuran berupa data pengukuran dan gambar pengukuran sebagai berikut :

1. Peta situasi sungai skala 1 : 2000

2. Potongan memanjang sungai skala 1:2000 H ; 1:200 V 3. Potongan melintang sungai skala 1 : 200 (H & V) 4. Peta situasi bendung karet skala 1 : 500

5. Laporan Pengukuran Topografi dan Deskripsi BM 6. Buku Data Pengukuran

3.4. Survey Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah 3.4.1. Lingkup Pekerjaan

Penyelidikan geologi teknik dan mekanika tanah pada pekerjaan detail desain bendung karet sungai Pappa antara lain meliputi :

a) Pekerjaan Lapangan :

 Pemboran inti dengan kedalaman per titik 20 m, sebanyak 3 titik  Pengujian SPTsetiap interval 2 m, sepanjang kedalaman titik bor  Pengambilan sampel sumur uji 3 titik

b) Analisa Laboratorium :

 Analisa Butir 6 sampel

 Batas Aterberg 6 sampel

 Berat Jenis 6 sampel

 Natural Moisture Content 6 sampel  Shear Strength Caracteristic 6 sampel

(9)

 Permeability 6 sampel

 Triaxial Test 6 sampel

Tabel 3.3. Lokasi Titik Pengeboran Inti

No. Posisi Titik Bor Kedalaman

(m) Elevasi

1 As bendung kiri BH. 01 20 +2.40

2 As bendung kanan BH. 02 20 +1.75

3 Tengah kolam olak BH. 03 20 -0.40

Total 60

Tabel 3.4. Lokasi Titik Test Pit

No. Posisi Titik Test

Pit

Kedalaman

(m) Elevasi

1 Tebing kanan sungai TP. 01 2-3 +2.80

2 Tebing kiri sungai TP. 02 2-3 +2.78

3 Lokasi gedung kontrol TP. 03 2-3 +2.96

3.4.2. Kondisi Geologi Teknik

a. Tanah Tumpuan Pondasi

Bangunan direncanakan bertumpu pada batuan tufa pasiran yang cukup padat. Pekerjaan penggalian pada lokasi bendung karet perlu menggunakan tenaga mekanis pada batuan yang dilengkapi dengan pemecah batuan (breaker). Pada lokasi batuan yang lapuk penggalian dapat dilakukan dengan excavator dengan bucket biasa.

Dari hasil test SPT pada ke tiga titik bor inti menunjukkan bahwa dibawah lapisan tanah atas (top soil) atau pada kedalaman yang rata dengan elevasi dasar sungai, kondisi batuan cukup padat dengan bacaan N SPT > 60. Pondasi lantai utama bendung karet maupun dinding talud di kedua sisi bendung karet bertumpu pada jenis batuan ini.

b. Kedalaman Pondasi

Lapisan batuan tufa sebagai batuan dasar sebagian telah mengalami pelapukan diperkirakan setebal 1 - 2,0 m, sehingga untuk mencapai posisi kedudukan pondasi yang aman terhadap rembesan minimal pada kedalaman 2,0 meter di bawah lapisan aluvium sungai.

3.4.3. Mekanika Tanah

Hasil uji laboratorium dari sample Tanah pada BH-01, BH-02, TP-01, dan TP-02. Grain size, kandungan gravel 0%, sand antara 2 – 11%, silt antara 20 – 40% dan clay antara 52 – 78%. Nilai Indeks Plastis antara 20 – 33%, triaxial test (C) 0,10 – 0,20 kg/cm2, (Ø) antara 6.3 – 11.2, konsolidasi (Cv) antara 3,5x10-3 – 5,0 x10-3 cm2/sec, (Cc) antara 0,51 – 0,93 dan kadar air antara 17,21 – 28,99%.

(10)

4. ANALISIS HIDROLOGI 4.1. Data Yang Digunakan

Data hujan, data klimatologi, dan data duga muka air yang digunakan untuk analisis hidrologi adalah seperti yang tercantum pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Daftar Stasiun Hidrologi yang digunakan pada Perencanaan Bendung Karet

No. Nama Stasiun Kode Periode Keterangan

A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sts. Hujan Cakura Jenemarung Takalar Malolo Bend. Pamukkulu Palekko 17 H 18 H 19 H 20 H 21 H 77 OP 1990 – 2010 1990 – 2010 1990 – 2010 1990 – 2010 1990 – 2010 1990 – 2010 Lengkap Lengkap Kosong th. 2007 Lengkap Kosong th.2007-2010 Lengkap B.

1. Sts. Duga Muka AirS.Pappa - Bontocinde 65 H 1990 – 2010 Lengkap

C. 1.

Sts. Klimatologi

Bonto Bili 2 H 1986 – 2009 Lengkap

Sumber : Hasil Identifikasi dan Observasi di Lapangan 4.2. Pembagian Sub DAS

Tabel 4.2. Pembagian Sub DAS Pappa

Luas (A) Panjang

Sungai Elevasi

No. Sub DAS/TitikTinjauan Utama H1 H2

(ha) (km²) (km) (+m) (+m)

1 Sub DAS Pamukkulu 13326 133.26 43 750 6

2 Sub DAS Dingau 13657 136.57 33 450 6

3 Sub DAS Barana 9550 95.50 23 350 3

4 Sub DAS Pappa Hulu 788 7.88 3.8 6 3

5 Sub DAS Pappa Hilir 1577 15.77 9.6 3 0

Total DAS Pappa 38898 388.98

Sumber : Hasil Perhitungan

4.3. Analisis Data Klimatologi

4.3.1. Data Klimatologi

(11)

4.3.2. Analisis Evapotranspirasi

Dalam pekerjaan ini untuk memperkirakan besarnya evapotranspirasi digunakan rumus Penman Modifikasi yang disederhanakan, dengan menggunakan data klimatologi stasiun Bontobili.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Evapotranspirasi (ETo) di Lokasi Pekerjaan

Sumber : Hasil running aplikasi program CropWat 4 4.4. Kebutuhan Air Baku

Bendung karet S.Pappa yang utama direncanakan untuk melayani kebutuhan air baku di 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Polombangkeng Selatan dan Kecamatan Mangarabombang. Sedangkan untuk kebutuhan air irigasi pompa seluas 200 ha akan dipenuhi jika ketersediaan air mencukupi, mengingat kondisi saat ini masyarakat sudah memanfaatkan air sungai untuk mengairi sawah dengan irigasi pompa.

Tabel 4.5 Proyeksi Jumlah Penduduk (jiwa)

(12)

Kebutuhan air irigasi dihitung menggunakan data klimatologi stasiun Bonto Bili dan data hujan rata-rata dari stasiun yang ada, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi

Daerah irigasi yang akan dilayani dari bendung karet S.Pappa (jika ketersediaan air mencukupi) adalah daerah persawahan yang ada di hulu bendung karet di sebelah kiri sungai, dengan luas areal 200 ha. Areal persawahan tersebut sebenarnya merupakan bagian dari areal irigasi dari D.I. Cakura yang luas total layanannya 2060 ha. Namun karena ketersedian air dari bendung Cakura tidak mencukupi maka petani menggunakan pompa air untuk mengambil air dari Sungai Pappa dengan membuat bendung sederhana untuk menahan intrusi air laut.

4.6. Ketersediaan Air

Debit andalan (Q80 dan Q99) dihitung menggunakan data pencatatan muka air (staf gauge) stasiun Bonto Cinde pada hulu sungai Pappa, yang terletak di percabangan sungai Dingau dengan Sungai Pamukkulu. Data pencatatan muka air yang ada merupakan data harian, yang diolah menjadi data debit harian rata-rata berdasarkan lengkung debit di lokasi stasiun tersebut. Persamaan lengkung debit dicari berdasarkan data pengukuran debit tahun 1992 -2010.

Persamaan lengkung debit yang digunakan adalah :

Q = 13.36 H2 + 7.56 H + 1.07 , dengan koefisien korelasi R = 0.97 Dimana :

Q = debit dalam m3/dt H = tinggi muka air (m)

Dari hasil perhitungan debit harian, selanjutnya dihitung debit harian rata-rata bulanan, selanjutnya diurutkan dari kecil ke besar untuk mendapatkan Q80 dan Q99. Hasil perhitungan debit andalan seperti yang tercantum pada Tabel 4.8.

(13)

Tabel 4.8. Debit Andalan Bendung Karet S.Pappa

4.7. Kesetimbangan Air

Kesetimbangan air pada bendung karet S.Pappa untuk melayani kebutuhan air baku (2 kecamatan) dan air irigasi pompa (200 ha) seperti disajikan pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.1.

Tabel 4.9 Debit Tersedia dan Kebutuhan Air pada Bendung Karet S.Pappa (m3/dt)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Q99 14.92 16.43 16.66 12.69 7.85 2.77 0.68 0.6 0.45 1.02 3.01 13.03 Air baku 0.102 0.102 0.102 0.102 0.102 0.102 0.102 0.102 0.102 0.102 0.102 0.102 Irigasi 0.060 0.069 0.090 0.134 0.266 0.259 0.221 0.133 0.041 0.030 0.006 0.036 Total 0.162 0.171 0.192 0.236 0.368 0.361 0.323 0.235 0.143 0.132 0.108 0.138 Balance 14.76 16.26 16.47 12.45 7.48 2.41 0.36 0.36 0.31 0.89 2.90 12.89

(14)

4.8. ANALISIS CURAH HUJAN RANCANGAN 4.8.1. Curah Hujan Harian Maksimum Rata-rata

Curah hujan harian maksimum wilayah (rata-rata daerah) dihitung dengan mengambil nilai rata-rata curah hujan harian maksimum pada hari dan tahun yang sama dari masing-masing stasiun yang digunakan. Curah hujan rata-rata daerah pada studi ini dihitung dengan metode rata-rata hitung (rata-rata aljabar). Rekapitulasi hasil perhitungan curah hujan harian maksimum rata-rata daerah untuk masing-masing DAS seperti disajikan pada Tabel 4.10 di bawah ini :

Tabel 4.10 Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rata (mm)

Sub DAS

Tahun Barana Dingau Pamukkulu Pappa Hulu

1990 53.50 77.00 85.00 19800 1991 40.00 81.50 128.00 70.00 1992 64.00 89.50 47.00 108.00 1993 119.00 109.00 130.00 128.00 1994 100.50 162.50 74.00 208.00 1995 95.00 125.00 110.00 109.00 1996 110.00 115.50 81.00 140.00 1997 63.00 85.00 65.00 130.00 1998 50.00 101.50 134.00 145.00 1999 108.00 160.00 165.50 196.00 2000 172.50 94.00 106.50 190.00 2001 154.00 160.00 335.50 310.00 2002 54.00 114.00 133.50 144.00 2003 150.00 104.50 135.50 155.00 2004 50.00 75.00 66.50 103.00 2005 52.50 76.50 122.50 131.00 2006 132.50 67.50 115.00 190.00 2007 83.00 89.50 69.00 0.00 2008 66.50 181.00 76.00 163.00 2009 50.00 159.50 87.00 180.00 2010 65.00 75.50 69.50 117.00

Sumber : Hasil Analisis Perhitungan 4.8.2. Curah Hujan Rancangan

Curah hujan rancangan dihitung menggunakan distribusi frekuensi Normal dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.11 Curah Hujan Rancangan DAS Pappa (Distribusi Normal)

Periode Sub DAS

No. Ulang Barana Dingau Pamukkulu Pappa Hulu

1 2 87.29 109.69 111.29 150.14 2 5 120.79 139.14 161.75 197.95 3 10 138.34 154.57 188.18 222.99 4 20 152.70 167.19 209.81 243.47 5 25 155.43 169.59 213.91 247.36 6 50 169.05 181.57 234.44 266.80 7 100 180.22 191.38 251.26 282.74

(15)

4.8.3. Uji Distribusi Frekuensi

Tabel 4.12 Uji Distribusi Frekuensi Metode Chi Kuadrat

Parameter Sub DAS

Barana Dingau Pamukkulu Pappa Hulu

dk 1 1 1 1

α 0.05 0.05 0.05 0.05

X² hitung 0.90 1.67 3.19 1.67

X² kritis 3.84 3.84 3.84 3.84

Hasil akhir Diterima Diterima Diterima Diterima

Sumber : Hasil Analisis Perhitungan 4.9. Debit Banjir Rancangan

Debit puncak banjir rancangan dihitung menggunakan hidrograf satuan sintetik Nakayasu, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.13 Debit Banjir Rancangan DAS Pappa

Periode Sub DAS Lokasi

No. Ulang Barana Dingau Pamukkulu Pappa Hulu Bendung karet

1 2 194.53 247.53 224.59 67.63 561.25 2 5 268.00 320.99 325.14 89.21 763.54 3 10 306.48 368.50 377.81 98.86 877.89 4 20 337.97 414.73 420.90 104.47 976.97 5 25 343.95 424.69 429.08 107.39 997.80 6 50 373.83 474.45 469.98 111.85 1092.33 7 100 398.32 519.40 503.49 115.17 1170.29

Untuk hidrograf banjir di lokasi bendung karet S. Pappa (Lokasi Alternatif-2) dihitung dengan cara melakukan routing banjir dari hidrograf banjir yang masuk ke sistem sungai, yaitu dari Sub DAS Pamukkulu, Dingau, Pappa Hulu, dan Barana. Karena tersedia data pengukuran profil memanjang dan melintang sungai di lokasi ini, maka Routing banjir dilakukan dengan analisa hidrolika inflow dan outflow di sungai pada kondisi aliran tidak tunak (unsteady flow) dengan model HEC RAS. Hasil selengkapnya hidrograf banjir pada lokasi bendung karet disajikan pada Tabel 4.14

4.10. Periode Ulang Banjir

Untuk perencanaan bendung karet, digunakan debit banjir rencana sesuai dengan debit rencana pengendalian banjir di sungai Pappa. Karena pada saat terjadi banjir posisi bendung karet dalam keadaan mengempis, sehingga tidak ada efek pembendungan dari bendung karet. Berdasarkan studi-studi terdahulu dalam pengendalian banjir sungai Pappa, digunakan debit banjir rencana periode ulang 25 tahun.

(16)

Tabel 4.14 Hidrograf banjir Lokasi Bendung Karet (km.10.20) (hasil Flood Routing dengan HEC-RAS)

(17)

5. PERENCANAAN BENDUNG KARET 5.1. Pemilihan Lokasi Bendung Karet

Dari survey dan studi penentuan lokasi diperoleh 3 alternatif lokasi yang memungkinkan untuk bendung karet (lihat gambar 5.1). Perbandingan keuntungan dan kerugian dari ketiga alternatif lokasi tersebut adalah seperti diuraikan pada Tabel 5.1 berikut :

Tabel 5.1 Perbandingan Alternatif Lokasi Bendung Karet Sungai Pappa

Alternatif-1

Posisi 1.7 km dari muara Posisi 10.2 km dari muaraAlternatif-2 Posisi 12.6 km dari muaraAlternatif-3 Luas catchment areanya

paling besar, yaitu : 408 km2, sehingga ketersediaan airnya lebih terjamin

Luas catchment areanya 306 km2, sehingga ketersediaan airnya lebih sedikit

Luas catchment areanya 269 km2 Ketersediaan air dari sungai paling kecil.

Dapat menahan intrusi air laut

sepanjang 12 km ke hulu. Hanya dapat menahan intrusiair laut sepanjang 2 km ke hulu

Tidak dapat menahan intrusi air laut, karena lokasi ini sudah tidak terpengaruh oleh pasang air laut

Volume tampungan di palung sungai paling besar, yaitu sekitar 2.2 juta m3, sehingga daerah yang bisa dilayani air bakunya lebih luas

Volume tampungan di palung sungai lebih kecil, yaitu sekitar 0.5 juta m3.

Volume tampungan di palung 0.2 juta m3, di waduk tunggu 0.9 juta m3, total 1.1 juta m3.

Lebar bendung 165 m Lebar bendung 65 m Lebar bendung 65 m

Dasar pondasi berupa tanah lunak, sehingga perlu pondasi dalam dengan tiang pancang

Dasar pondasi berupa batuan keras, dan cukup dengan pondasi dangkal

Dasar pondasi berupa batuan keras, dan cukup dengan pondasi dangkal

Pelaksanaan konstruksi lebih sulit

Pelaksanaan konstruksi lebih mudah

Pelaksanaan konstruksi lebih sulit. Pembangunan bendung karet tergantung pada jadi tidaknya dibangun waduk tunggu

Berdasarkan perbandingan teknis tersebut, selanjutnya ditetapkan lokasi Alternatif-2 yang dipilih untuk sebagai lokasi bendung karet Sungai Pappa, dengan pertimbangan-pertimbangan : bendung tidak terlalu lebar, lokasi berada tanah pondasi batuan yang lebih stabil, serta pelaksanaan konstruksi nantinya lebih mudah. Sedangkan tampungan air di palung yang hanya 0.5 juta m3 diperkirakan sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air baku. Disamping itu bendung direncanakan bendung karet memanfaatkan ketersediaan air dari aliran dasar di sungai.

5.2. Perencanaan Tipe Bendung Karet

Ditinjau dari komponen pengisi bendung karet pada saat dikembangkan, terdapat dua tipe bendung karet, yaitu :

1. Bendung Karet isi air 2. Bendung karet isi udara

Bendung karet S.Pappa direncanakan isi udara, dengan pertimbangan : beban pondasi yang lebih kecil, pemeliharaan yang lebih mudah, serta sesuai dengan karakteristik sungai Pappa, dimana kondisi banjir yang datang sangat cepat sehingga diperlukan pengempisan bendung yang cepat, biaya keseluruhan lebih ekonomis. Disamping itu juga berdasarkan pengalaman yang telah ada seperti yang telah diterapkan pada

(18)
(19)

5.3. Perencanaan Tata Letak Bendung Karet

Posisi pada Alternatif ke 2, berada 10.2 km dari muara sungai, sekitar 1.5 km di sebelah hulu jembatan jalan poros Takalar-Jeneponto. Pada lokasi ini saat ini telah ada bendung sementara yang dibangun swadaya masyarakat. Lokasi as bendung ditempatkan sejauh 50 m ke hulu dari as bendung swadaya masyarakat yang ada. Mengingat bendung tersebut saat ini masih difungsikan oleh masyarakat, dan dari hasil pertemuan konsultasi masyarakat disepakati lokasi tersebut, sehingga tidak akan mengganggu bangunan pada saat dilaksanakan pengeboran untuk penyelidikan geologi teknik. Namun karena bendung ini dari pasangan batu kali, dan hanya disediakan beberapa lubang untuk pengaliran pada saat banjir, sehingga mercu yang ada akan menambah ketinggian muka air banjir di lokasi ini pada saat terjadi banjir. Maka direkomendasikan bendung swadaya ini untuk dibongkar pada saat pembangunan bendung karet nantinya.

5.4. Perencanaan Dimensi Bendung Karet

Perencanaan bendung karet mengikuti kriteria Pedoman Perencanaan Bendung Karet Isi Udara (PdT-09-2004-A). Perencanaan dimensi pokok bendung karet Sungai Pappa seperti disajikan pada Tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2. Perencanaan Dimensi Bendung Karet Sungai Pappa

No. Uraian Dimensi Keterangan

1. Panjang bentang bersih bendung

pada mercu atas, L 66.00 m Diambil sama dengan lebar rata-rata sungai di sekitar lokasi bendung (1 km ke hulu dan 1 km ke hilir)

2. Panjang mercu bagian bawah 2 x 28.35 m

3. Jumlah panel bendung 2 bh Dibuat 2 panel untuk kemudahan pengangkutan

bahan ke lokasi, untuk pengaturan muka air hulu, dan untuk kemudahan pada saat perbaikan/ penggantian

4. Tebal pilar pembagi 1.00 m Bentuk trapesium, tebal atas 1.00 m, kemiringan

lereng 1:0.5

5. Panjang panel bendung 2x25.00 m Panjang bagian bawah tubuh bendung karet

kondisi mengembang

6. Elevasi lantai muka -0.50 m Elevasi minimum dasar sungai di lokasi bendung

- 0.75 m, diambil 0.25 m diatasnya

7. Ketebalan pondasi bendung 1.20 m Dari bahan beton bertulang

8. Panjang lantai muka 10.00 m Direncanakan agar cukup untuk landasan bagi

penggelaran lembaran karet bendung.

9. Elevasi mercu bendung +2.00 m Elevasi pasang tertinggi di lokasi ini + 0.90 m,

elevasi muka air rencana pengambilan +1.85m (elevasi tebing sungai rata-rata +2.90m, tinggi pemompaan rata-rata 1.05m)

10. Tinggi tubuh bendung, H 2.50 m

11. Tinggi aliran maksimum, 0.24H 0.60 m Tinggi aliran yang diijinkan sebelum bendung

karet mengempis, maksimum 0.3 H = 0.75m. Diambil 0.24 H = 0.60 m. (dalam praktek muka air pengempisan tidak lebih dari 0.60 m)

+4.50 5.00 +2.00 -0.50 0.80 0.80 3.10 61.00 3.10 1.00 1.65 +4.50 1.65 5.00 28.35 71.00 35.00 28.35 35.00 +2.00 -0.50 2 .5 0 +2.60 +2.60

(20)

5.5. Hidrolis Bendung Karet 5.5.1. Dimensi Hidrolis

Ringkasan dimensi hidrolis bendung karet S.Pappa sebagaimana disajikan pada Tabel 5.2. diatas.

5.5.2. Elevasi Mercu Bendung

Mercu bendung diletakkan pada elevasi yang diperlukan untuk pelayanan muka air pengambilan, atau didasarkan pada perhitungan bagi penyediaan volume tampungan air di hulu bendung. Direncanakan elevasi mercu bendung + 2.00 m, dengan pertimbangan elevasi muka air yang disediakan untuk pemompaan bagi pengambilan air untuk PDAM dan irigasi pompa di hulu bendung. Dimana rata-rata elevasi sawah yang ada di lokasi adalah + 3.00 m, sehingga tinggi pemompaan rata-rata 1.00 m. Disamping itu berdasarkan pengamatan ketinggian muka air pasang tertinggi di lokasi ini +0.90 m, sehingga bendung karet dapat menahan agar tidak bercampurnya air asin dengan air tawar di hulu bendung. Dengan elevasi lantai bendung -0.50 m, maka ketinggian bendung karet H=2.50 m.

5.5.3. Penampungan dan Pelepasan

Volume penampungan yang terjadi pada saat bendung karet mengembang dihitung berdasarkan data penampang melintang sungai di hulu bendung karet, dengan elevasi muka air pada pembendungan maksimum + 2.60 m. Dari hasil perhitungan diperoleh volume tampungan bendung karet sungai Pappa sebesar 0.70 juta m3, dengan panjang aliran balik ke hulu sejauh 5,4 km. Aliran balik ini sampai 2 km di hulu dari titik percabangan S.Dingau dan S.Pamukkulu. Pengaruh aliran balik dari pembendungan maksimum ini juga cukup aman dan tidak menimbulkan luapan banjir dari penampang sungai yang ada. Sedangkan pada elevasi muka air sama dengan elevasi mercu + 2.00 m, adalah sebesar 0.56 juta m3. Karena debit sungai Pappa pada musim kemarau kecil, maka volume tampungan ini sangat berarti untuk penyediaan air baku di lokasi ini.

5.5.4. Perencanaan Panelisasi Bentang Bendung

Untuk menghindari pelepasan volume tampungan pada operasi pengempisan, direncanakan bendung karet dibagi menjadi dua panel. Elevasi rencana pembendungan maksimum panel ke-1 adalah + 2.57 m, dan panel ke-2 adalah + 2.60 m.

5.5.5. Debit limpasan pada pembendungan maksimum

Total debit limpasan pada pembendungan maksimum dihitung dengan rumus: Qw = Cw L h13/2

dengan :

Qw = debit limpasan pada pembendungan maksimum (m3/s), Cw = koefisien limpasan (m1/2/s),

L = panjang bentang bendung (m),

h1 = tinggi pembendungan maksimum (m). Besarnya Cw bisa didekati dengan rumus:

Cw = 1.77 (h1/H) + 1.05 (untuk 0 < h1/H < 0,3)

Direncanakan tinggi pembendungan maksimum h1 = 0.24 H = 0.24 * 2.5 = 0.60 m Cw = 1.77 (0.60/2.50) + 1.05 = 1.475

L = 2 x (B+m1(H+1/2.h)+m2(H+1/2.h)) Dimana :

(21)

B = panjang bentang bendung bagian bawah = 28.35 m, (lihat gambar 6.4) m = kemiringan lereng pilar (1:0.5) dan dinding tepi (1:1)

sehingga :

L = 2 x (28.35 + 0.5*(2.50 + 0.30) + 1.0*(2.5+0.30)) = 65.10 m Qw = 1.475 * 65.10 * 0.603/2 = 44.63 m3/dt 45 m3/dt

5.5.6. Debit spesifik pada V-Notch

Debit pada V-notch dihitung dengan asumsi karet pada pusat V-notch mengempis total, sedangkan di bagian lain masih mengembang sempurna. Sementara itu, muka air hulu sama dengan muka air pada pembendungan maksimum.

Besarnya debit dihitung dengan rumus: qv = Cv (H+h1)3/2

dengan:

qv = debit spesifik pada V-notch (m3/dt/m)

Cv = koefisien aliran yang bisa diambil 1,38 (m1/2/dt) H = tinggi bendung (= 2.50 m)

h1 = tinggi pembendungan maksimum (=0.60 m) qv = 1.38 (2.50 + 0.60)3/2 = 7.532 m3/dt/m 3.10 28.35 1.55 33.00 H h1 Asumsi mercu terjadi V-notch 28.35 2. 50 5. 00

Gambar 5.3. Aliran Pada Saat Terjadi V-notch Total debit limpasan pada saat terjadi V-notch :

Qtot = (Qw + Qv) + Qp

= 2 * (Cw.Lw.h13/2 + Lv.qv)

= 2 * (1.475*(1.55+3.10)*0.601.5 + 28.35*7.532) = 433.44 m3/dt

5.5.7. Profil Muka Air Banjir

Pada kondisi bendung karet mengempis penuh, mercu bendung karet akan rata dengan lantai beton pondasi, yaitu pada elevasi – 0.50 m. Pengaliran pada kondisi ini merupakan pengaliran tenggelam. Tinggi muka air banjir pada kondisi bendung karet mengempis dapat diketahui dari analisa hidrolika profil muka air di sungai dengan kondisi aliran tidak seragam sesuai penampang melintang sungai dengan program

(22)

Dari analisa profil muka air sungai pada kondisi setelah ada bendung karet dengan dimensi bendung sebagaimana diuraikan diatas, diketahui bahwa tinggi muka air rata-rata hampir sama dengan kondisi sebelum ada bendung, dimana hanya ada peningkatan sekitar 0.05 sampai 0.08 m ke arah hulu, pada debit banjir rencana periode ulang 25 tahun. Tinggi muka air banjir pada lokasi as + 4.41.

Gambar 5.4 Profil Muka Air Sungai Pappa Kondisi Eksisting

Gambar 5.5. Profil Muka Air Sungai Pappa Kondisi Ada Bendung Karet (kondisi mengempis)

5.5.8.Perencanaan Kolam Peredam Energi

As Bendung Karet

As Bendung Karet

(23)

Energi terjunan diperhitungkan untuk kemungkinan yang paling membahayakan yaitu pada kondisi dengan asumsi sebagai berikut:

1) muka air hulu setinggi muka air pengempisan, yaitu + 2.60 m.

2) terjadi v-notch hingga mencapai dasar tubuh bendung, dengan muka air hulu + 2.60, dan debit aliran spesifik sebesar qv = 7.532 m3/dt (lihat sub bab 6.5.6) Dari perhitungan hidrolis kolam peredam energi bendung karet Sungai Pappa diperoleh dimensi hidrolis sebagai berikut :

Digunakan kolam olak datar dengan terjunan dan ambang ujung hilir. Elevasi rencana kolam olak :

El.2 = El. M.a hilir – Y2 = 0.82 – 2.61 = - 1.79 Tinggi ambang ujung hilir :

n = ½ Y1 = ½ * 1.16 = 0.58 m  0.60 m Panjang kolam olak :

Lj = 5 (n+Y2) = 5(0.60+2.78) = 16.90 m, direncanakan Lj = 17.00 m 5.00 10.00 10.00 17.00 1.50 +4.50 -0.50 -1.00 -2.00 mab. +2.60 man. +2.00 +0.82

Gambar 5.6 Potongan Memanjang Bendung Karet

5.6. Perencanaan tubuh bendung 5.6.1.Bahan karet

Lembaran karet terbuat dari bahan karet asli atau sintetik yang elastik, kuat, keras, dan tahan lama. Bahan karet yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut :

1) Kekerasan

tes abrasi menggunakan metode H18 dengan beban 1 kg pada putaran 1000 kali tidak melampaui 0,8 m3/mil

2) Kuat tarik

kuat tarik pada suhu normal ≥ 150 kg/cm2 kuat tarik pada suhu 100o ≥ 120 kg/cm2

Bahan karet diperkuat dengan susunan benang nilon yang memberikan kekuatan tarik untuk menahan gaya sebesar 58960 N/m. Ketebalan karet yang digunakan 11.8 mm.

5.6.2.Kekuatan

Kekuatan lembaran karet harus mampu menahan gaya tekanan air dikombinasikan dengan gaya tekanan udara dari dalam tubuh bendung.

Gaya tarik pada selubung tabung karet :

T = 0,5 H pb = 0.5 * 2.50 * 2000 = 2500 N/m

Dimana tekanan udara di dalam tabung karet direncanakan 2000 Pa. Gaya tekanan air dari hulu bendung :

(24)

Gaya pada angker udik :

Tu = T - 0,5 Fw = 2500 – 0.5 * 9741 = -2370 N/m Kekuatan tarik lembaran karet pada arah aliran air :

KT = n Ti = 8 * 7370 = 58960 N/m

Kekuatan tarik searah as bendung ditentukan sebesar 60% KT = 35376 N/m.

Tebal lembaran karet ditentukan oleh tebal susunan benang nilon ditambah lapisan penutup di kedua sisinya untuk menjamin kedap udara. Lapisan penutup sisi luar dibuat lebih tebal untuk pengamanan terhadap goresan ataupun abrasi oleh benda keras. Tebal lapisan penutup diambil 3 mm di permukaan dalam dan 7 mm di permukaan luar.

5.6.3.Sistem penjepitan

Perletakan tabung karet pada fondasi berupa penjepitan yang menggunakan baja yang diangker. Untuk bendung karet Sungai Pappa, karena tingginya 2.50 m > 1.00 m, dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, maka digunakan angker ganda.

5.6.4.Kebutuhan Luasan Karet

Bentuk dan panjang lembaran karet yang diperlukan untuk masing-masing panel adalah sebagai berikut : 28.35 2. 50 35.825 4. 44 3 4. 44 3 8. 88 6 3.231 28.524 4.070 0. 19 8 0.269 0.5 1 1 1

Gambar 5.7 Ukuran Lembaran Karet

Penjepitan pada ujung tabung karet yang menaiki tembok tepi atau pilar dibuat hingga ketinggian H + 10% H = 2.50 + 0.1*2.50 = 2.75 m. Lebar sirip (fin) untuk tinggi bendung 2.50 m, diambil = 110 mm.

5.7. Perencanaan Stabilitas

Direncanakan bendung karet Sungai Pappa menggunakan pondasi langsung, karena kondisi tanah pondasi dasar merupakan batuan yang cukup keras dengan daya dukung yang besar. Untuk menahan geser pada pondasi bendung direncanakan dipasang angker-angker pada batuan yang mengikat ke lantai pondasi dengan jarak 2.0 x 2.0 m2. Panjang angker masuk ke batuan sedalam 1.0 m, dengan di bor, dan digrouting.

5.7.1. Stabilitas Terhadap Erosi Buluh (piping)

Panjang lintasan garis rembesan yang aman terhadap bahaya piping dihitung dengan menggunakan metode Lane dan Bligh, dengan asumsi kondisi tanah dasar berupa batu lempung, dengan harga koefisien Lane CL = 1.60.

(25)

Faktor rembesan Lane = Lw/Hw = 29.55/3.45 = 8.57 > CL=1.60 - Aman

5.7.2. Stabilitas Lantai Pondasi Bendung Karet

Rekapitulasi gaya-gaya yang bekerja

5.8. Perencanaan Instalasi 5.8.1. Lubang angin

Lubang angin merupakan lubang bagi pemasukan dan pengeluaran udara pada tabung karet. Jumlah lubang minimum dua lokasi, yaitu di kedua ujung tabung karet dengan

(26)

sepanjang pipa baja dalam tabung karet. Dalam tabung karet juga perlu dilengkapi lubang drainase yang diperlukan untuk menguras akumulasi air yang terjadi akibat pengembunan udara yang dimampatkan.

5.8.2. Pompa dan saluran udara

Pompa udara disediakan untuk mengembangkan tabung karet. Pemompaan udara ke dalam tabung karet dilengkapi dengan instrumen pengontrol tekanan udara (manometer).

Sehingga kapasitas pompa yang dibutuhkan :

Kp = ( 0.2 * 160 ) / 15 = 2.13 m3/menit, digunakan pompa udara dengan kapasitas 2.20 m3/menit, untuk setiap panel. Sehingga digunakan 2 buah pompa dan motor dengan kapasitas masing-masing 2.20 m3/menit.

Diameter pipa saluran udara ditentukan berdasarkan waktu pengempisan, dimana diperoleh hasil diameter pipa udara 3 inci dengan waktu pengempisan 19.5 menit. Tekanan udara dalam tabung 2000 Pa. Kecepatan udara keluar 29.92 m/dt.

5.8.3. Sistem otomatisasi

Prinsip kerja sistem otomatisasi adalah apabila muka air sungai di hulu bendung sudah mencapai muka air pengempisan yang direncanakan, akan terjadi aliran masuk ke dalam sistem, yang diatur untuk menggerakan tuas pembuka tutup saluran udara dari tabung karet.

Sistem penggerak tuas yang akan digunakan adalah sistem ember, aliran air ditampung dalam suatu ember yang diikatkan pada kotak otomatisasi. Dengan makin besar berat ember, posisi ember akan turun hingga memutar tuas pembuka tutup saluran udara.

(27)

Keterangan :

A. Tubuh bendung B. Lubang ventilasi C. Ember penampung air

D. Tuas pembuka katup pembuang E. Sistem transmisi pembuka katup F. Pipa pembuang udara

G. Manometer H. Pompa udara I. Motor

J. Saringan udara masuk K. Pipa pengisian/pembuang L. Lubang masukan air M. Pipa masukan air N. Pipa drainase

(28)

6. RENCANA ANGGARAN BIAYA

Total biaya yang diperlukan untuk pembangunan bendung karet Sungai Pappa adalah sebesar Rp. 34,788,100,000,- (Terbilang : Tuga puluh empat milyar tujuh ratus delapan puluh delapan juta seratus ribu rupiah), dengan rincian sebagaimana tercantum pada Tabel Rekapitulasi Daftar Kuantitas dan Harga.

(29)

7. PENUTUP 7.1. SIMPULAN

Dari pembahasan-pembahasan dalam laporan akhir dapat diambil beberapa kesimpulan pokok sebagai berikut :

1. Sungai Pappa di Kabupaten Takalar memiliki potensi debit aliran tahunan yang sangat besar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dimana pada musim kemarau ketersediaan air sangat kecil, namun pada musim hujan selalu menimbulkan banjir besar. Disatu sisi kebutuhan air baku untuk PDAM Kota Takalar semakin meningkat, namun sumber air yang tersedia semakin terbatas. Disamping itu pengaruh intrusi air laut yang masuk ke sungai Pappa cukup jauh ke dalam. Dalam rangka penyediaan air baku dan upaya untuk menahan intrusi masuk ke daratan, serta tidak menimbulkan banjir yang semakin besar, maka salah satu alternatif bangunan yang cocok untuk dibangun pada Sungai Pappa adalah Bendung Karet.

2. Terdapat 3 (tiga) alternatif lokasi yang potensial untuk dibangun bendung karet pada sungai Pappa, yaitu : (1). Alternatif-1 : lokasi di hilir, posisi 1.70 km dari muara; (2). Lokasi tengah, posisi 10.20 km dari muara; (3). Lokasi hulu, posisi 12.60 km dari muara.

3. Berdasarkan perbandingan teknis, selanjutnya ditetapkan lokasi Alternatif-2 yang dipilih, dengan pertimbangan : bendung tidak terlalu lebar (66 m), lokasi berada tanah pondasi batuan yang lebih stabil (batuan tufa kepasiran), lokasi lebih dekat dengan daerah layanan air baku, pelaksanaan konstruksi nantinya lebih mudah, biaya konstruksi yang ekonomis dibanding 2 alternatif lain. Sedangkan tampungan air di palung yang hanya 0.7 juta m3 diperkirakan sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air baku (102 l/dt).

4. Untuk kebutuhan perencanaan, dilakukan pengukuran topografi sungai sejauh 1 km ke hulu dan 1 km ke hilir dari as bendung, sedangkan untuk kebutuhan analisa hidrolika profil muka air sungai digunakan data pengukuran profil sungai sepanjang 13 km dari muara, dari studi pengendalian banjir sungai Pappa tahun 2008.

5. Penyelidikan geologi teknik di lokasi as bendung dilaksanakan dengan bor inti sebanyak 3 titik, masing-masing dengan kedalaman 20 m. Dari hasil pengeboran menunjukkan bahwa dasar sungai di lokasi bendung merupakan batuan tufa berpasir, dengan tingkat kepadatan sedang, dan daya dukung batuan cukup bagus sehingga cukup menggunakan pondasi langsung, namun masih diperlukan kolam olak mengingat batuan kurang tahan terhadap gerusan. 6. Bendung karet Sungai Pappa direncanakan untuk penyediaan sumber air baku

untuk PDAM Kota Takalar, yang akan digunakan untuk melayani penduduk kecamatan Mangarabombang dan Polombangkeng Selatan untuk proyeksi sampai tahun 2030, dengan total jumlah penduduk 81,310 jiwa, dengan total kebutuhan air 102 l/dt. Dan apabila tampungan air tersedia, akan dimanfaatkan untuk irigasi pompa areal di hulu sebelah kiri sungai seluas ± 200 ha.

7. Berdasarkan analisis ketersediaan air, dengan menggunakan data AWLR Stasiun Bonto Cinde yang terletak di S.Pappa bagian hulu (lokasi percabangan S.Dingau dan S.Pamukkulu), bahwa ketersediaan air pada musim kemarau (Agustus-Nopember) sangat terbatas (untuk Q99 nilainya 0 m3/dt selama 4 bulan tersebut). Hal ini diakibatkan di hulu posisi AWLR terdapat bendung

(30)

karena kondisi lapisan tanah penutup batuan di daerah ini relatif dangkal, sehingga kemampuan untuk menyimpan airnya kurang.

8. Karena dalam kondisi banjir bendung karet mengempis, sehingga tidak ada efek pembendungan, maka bendung karet direncanakan dengan debit banjir rencana sesuai dengan debit banjir rencana sungai, yaitu debit rencana tanggul pengendalian banjir sungai Pappa, dengan periode ulang 25 tahun.

9. Tipe bendung karet yang digunakan adalah bendung karet isi udara.

10. Dimensi utama bendung karet Sungai Pappa adalah : elevasi mercu bendung kondisi mengembang +2.00 m, elevasi lantai utama -0.50 m, tinggi bendung kondisi mengembang 2.50 m, elevasi pembendungan maksimum + 2.60 m, panjang mercu bagian atas 2x 33.1 m, panjang mercu bawah 2x 28.35 m, bendung karet tidak dilengkapi dengan pintu penguras, panjang kolam olak 17.50 m, panjang lantai utama 10 m, panjang lantai muka 15 m, elevasi dasar kolam olak -2.00m. Pondasi lantai bendung bertumpu pada batuan tuffa kepasiran, dengan nilai N SPT > 60, dengan kedalaman galian pondasi rata-rata 1.50 m yang merupakan lapisan batuan keras.

11. Total biaya pembangunan bendung karet Sungai Pappa sebesar Rp. 31.696 Milyar, yang terdiri dari : pekerjaan persiapan Rp. 641 juta, pekerjaan tanggul sementara, pengelak dan pengeringan Rp. 5.14 Milyar, pekerjaan bendung utama Rp. 10.04 milyar, pekerjaan karet bendung, mekanik dan instalasi Rp. 8.26 milyar, pekerjaan gedung kontrol Rp. 1.00 Milyar, pekerjaan pintu Rp. 74 juta, biaya contingency 2.6 milyar, biaya konsultan supervisi 1 milyar, dan PPN (10%) 2.88 Milyar.

7.2. SARAN-SARAN

1. Perlu dilakukan sosialisasi pada masyarakat setempat sebelum dilakukan pembangunan dan pembebasan lahan, agar tidak terjadi permasalahan sosial dalam pelaksanaan pembangunan nantinya.

2. Karena penyelidikan geologi dengan pengeboran hanya dilakukan sebanyak 3 titik di lokasi bendung, maka dalam tahap pelaksanaan nantinya kondisi geologi teknik masih harus diselidiki lebih mendetail antara lain pada saat penggalian pondasi bendung karet maupun basement dari gedung kontrol, dimana bisa diamati kekerasan batuan dan ketebalan lapisan batuan.

3. Prioritas pertama dari pemanfaatan air yang tersedia dari bendung karet adalah untuk penyediaan air baku, baru selanjutnya adalah untuk kebutuhan air irigasi pompa. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi mengenai pengaturan penggunaan air nantinya, agar tidak terjadi konflik kepentingan yang bisa menimbulkan permasalahan sosial.

4. Perlu dilakukan studi lingkungan seperti UKL, dan UPL sebelum dilakukan pembangunan bendung karet sungai Pappa ini.

5. Masyarakat setempat harus dilibatkan dalam setiap tahapan kegiatan yang berkaitan dengan rencana pembangunan bendung karet, mulai dari perencanaan, persiapan konstruksi, konstruksi dan pada saat bendung karet sudah dioperasikan.

Gambar

Gambar 2.1. Peta DAS Pappa
Tabel 2.1 Curah Hujan Bulanan Rata-rata DAS Pappa
Tabel  3.3.  Lokasi Titik Pengeboran Inti
Tabel 4.1 Daftar Stasiun Hidrologi yang digunakan pada Perencanaan Bendung Karet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan kerja merupakan hal penting bagi karyawan baru untuk diketahui serta dipahami dengan jelas,sehingga mempermudah penyesuaian dalam pelaksanaan tugas dan

Sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024, secara substansi mengamanatkan penyusunan rencana

Sebelum memutuskan apakah juri tersebut dapat atau tidak dapat lagi menjadi juri, Dewan Juri dan Pusat Prestasi Nasional untuk mengambil langkah apakah masalah dapat

Berdasarkan kedua persamaan di atas menunjukkan pula bahwa pada ikan kaloso mempunyai kecenderungan yang sama dengan ikan siluk dan jenis lainnya (Anonim, 1987), yaitu

Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan 1,665 894 2,559 Tenaga produksi,operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar 915 0 915. Lainnya 0

Rainforest Alliance (RA) di Desa Tanjung Rejo, serta desa lainnya di beberapa kecamatannya. Petani kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus terdiri dari petani

megatherium  var  phosphaticum  yang  diperbanyak pada media Pikovskaya cair pada  penggojogan 100 rpm dan diambil pada umur  3  hari.  Pupuk  fosfat  alam 

Terdapat keragaman genetik dan fenotip yang tinggi pada beberapa karakter kedelai sayur, yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong pertanaman, berat