BALAI PELATIHAN KONSTRUKSI DAN PERALATAN JAKARTA
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Disusun oleh :
Kelompok 2
1. MAULANA ASRAFI
2. RIZKY PUTRA ALFIANTO
3. SITI NUR SARAH MAYANGSARI 4. HANUM GUSBIY W
5. SENO MARIS UTOMO 6. FATIMAH AZ ZAHRAH
7. MOHAMMAD FAUZAN KASYFI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2014
iii
DAFTAR ISI ... i
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Sistematika Penulisan ... 2
BAB II PENGENALAN PROYEK ... 3
2.1 Tinjauan Umum ... 3
2.2 Gambaran Umum Proyek... 3
2.3 Data Umum ... 7
2.3.1 Data Umum Proyek ... 7
2.3.2 Data Teknis Proyek ... 8
2.4 Pekerjaan Teknis ... 10
BAB III PEMBAHASAN ... 11
3.1 Pekerjaan Konstuksi Pondasi Bore Pile ... 11
3.2 Metode Pelaksanaan ... 13
3.3 Test Bore Pile ... 24
3.4 Kendala Pada Pelaksanaan Bore Pile ... 24
BAB IV KESIMPULAN ... 26
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya kemacetan pada jalan dikota-kota besar seperti Jakarta khususnya di Jl. Yos Sudarso, yang disebabkan oleh lalu lintas yang kebanyakan dilalui oleh kendaraan-kendaraan berat. dan kurang tertibnya para pengguna jalan yang merupakan persoalan utama dibanyak negara.
Urbanisasi meningkat dikarenakan Jakarta memiliki daya tarik bagi seluruh penduduk Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan dalam bidang ekonomi maupun sosial. Hal ini merupakan salah satu faktor meningkatnya kebutuhan kendaraan dan bertambahnya volume lalu lintas dan menyebabkan terjadinya kemacetan. Kondisi ini menuntut pemerintah untuk meningkatkan sarana dan prasarana penunjang untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang menjadi masalah sehari-hari penduduk Jakarta.
Karena volume lalu lintas yang rata-rata dilalui kendaraan berat dan luas jalan yang tidak seimbang, kemacetan merupakan fenomena yang tidak dapat di hindarkan dalam hiruk pikuknya Jakarta. Dalam hal ini jalan layang bebas hambatan sebagai alternatif pilihan yang diharapkan menjadi solusi mengurangi kemacetan di Jakarta.
Proyek yang kami amati ini adalah jalan layang bebas hambatan / access road Tanjung Priok Paket 5 section NS Direct dan judul dari studi kasus ini adalah “STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT”
2 1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan dari penulisan ini ialah
- Menjelaskan mengenai tahapan pelaksanaan Bored Pile pada Proyek NS Direct.
- Menguraikan kendala yang terjadi pada pelaksanaan Bored Pile Proyek NS Direct.
- Menguraikan solusi pada kendala yang terjadi pada pelaksanaan Bored Pile Proyek.
1.3. Batasan Masalah
Dalam Studi Kasus ini dibatasi hanya pelaksanaan pekerjaan Bored Pile pada lokasi Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok Seksi NS Direct.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dalam penulisan ini ialah ; BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan serta sistematika penyusunan dalam penulisan ini.
BAB II PENGENALAN PROYEK
Menjelaskan mengenai gambaran umum Jalan Bebas Hambatan Tajung Priok Seksi NS Direct.
BAB III PEMBAHASAN
Menjelaskan tahapan pelaksanaan dan kendala yang terdapat pada pelaksanaan Bored Pile Proyek Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok Seksi NS Direct. BAB IV KESIMPULAN
3
BAB II
PENGENALAN PROYEK
2.1. Tinjauan Umum
Proyek tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2) Package 5, Section NS Direct Ramp adalah proyek jalan layang yang dimiliki oleh Kementerian Pekerjaan Umum dengan nilai Proyek senilai Rp. 291.000.000.000,- (dua ratus sembilan puluh satu milyar rupiah). Proyek ini dapat terealisasi berkat pinjaman dana dari Japan Bank for International Coorperation (JBIC).
Sebagai syarat kerjasama antara kementerian pekerjaan umum dan JBIC tersebut, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya:
- Penyedia jasa konstruksi dalam proyek tersebut harus merupakan kerja sama antara kontraktor dari Jepang dan Indonesia.
- Penyedia jasa konstruksi yang berasal dari Indonesia harus berupa BUMN atau BUMD yang berpengalaman menangani proyek sejenis dengan nilai kontrak diatas Rp. 100.000.000.000,-
- Sebesar 30% pengadaan material untuk proyek tersebut harus didatangkan dari jepang.
2.2. Gambaran Umum Proyek
Pembangunan Tanjung Priok Access Road Construction Project
(Phase-2) Package 5, Section NS Direct Ramp merupakan pekerjaan dari
kementerian pekerjaan umum dengan sumber dana pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC Loan). Rencana waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 540 hari kalender.
4 Pembangunan Access Road ini merupakan konstruksi fly over yang menggunakan pondasi dalam berupa bore pile beton bertulang, Pile Cap, Pilar, Pile Slab, Pier Head, Concrete Girder, Steel Girder dan Concrete Barier yang lokasinya berada di atas Jalan Raya Yos Sudarso.
Lingkup pekerjaan Pembangunan Tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2) Package 5, Section NS Direct Ramp, adalah :
1. Umum (Pemeliharaan dan Perlindungan Lalu Lintas, Laboratorium,
mobilisasi serta
pekerjaan penangann aliran air yang sudah ada).
2. Pekerjaan Pembersihan Tempat Kerja
3. Pekerjaan Pembongkaran
4. Pekerjaan Tanah
5. Pekerjaan Galian Struktur
6. Pekerjaan Widening
7. Pekerjaan Pile Slab
8. Pekerjaan Instalasi Bore Pile
9. Pekerjaan Instalasi Pile cap
10. Pekerjaan Instalasi Kolom Beton
11. Pekerjaan Instalasi Pier Head
12. Pekerjaan Instalasi Girder
13. Pekerjaan Plat Beton ( Concrete Barrier )
14. Pekerjaan Drainase
15. Pekerjaan Struktur Beton
Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang lainnya yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, misalnya : direksi keet, gudang, barak kerja, posisi peralatan, dan fungsi lainnya. Dalam menempatkan
5 barang dan material kebutuhan pelaksanaan, baik di gudang maupun di halaman terbuka akan diatur sedemikian rupa sehingga :
- Tidak mengganggu kelancaran dan keamanan lingkungan disekitar proyek.
- Memudahkan pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh konsultan pengawas.
- Memudahkan pelaksanaan tahap lanjutannya.
- Tidak menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
- Terjamin kebersihannya.
Untuk penerangan lokasi kerja akan digunakan daya listrik dari PLN melalui unit kerja yang terkait di lingkungan proyek atau menggunakan Genset terutama untuk pekerjaan lapangan. Kebutuhan air bersih, bila mungkin akan dicukupi dari sambungan lokal seijin pemegang otoritas yang mengurusi air bersih, bila hal tersebut tidak memungkinkan maka kebutuhan air akan dicukupi dari sumur dalam yang dibuat ditempat. Barang-barang dan material yang tidak akan digunakan lagi untuk kebutuhan langsung pada pekerjaan sesegera mungkin akan dikeluarkan dari site, dan seandainya masih bisa dimanfaatkan akan digunakan di dalam areal proyek dengan seijin Direksi lapangan. Berikut ini adalah site plan pada pembangunan Tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2) Package 5, Section NS Direct Ramp.
6
Gambar 2.1 Lokasi proyek tanjung priok access road
7 2.3. Data Umum
2.3.1. Data Umum Proyek
Data umum proyek mengacu pada dokumen kontrak pembangunan Tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2) Package 5, Section NS Direct Ramp No: HK.02.03/Bv.PJBHTP-PLN/NS-DIRECT/XI/2013.
1. Nama Proyek :
2. Lokasi : Jalan Yos Sudarso
3. Pemilik Proyek : Kementerian pekerjaan umum.
4. Konsultan Perencana : Katahira Associate.
5. Konsultan Pengawas : Katahira Associate.
6. Kontraktor Utama : Tobishima Corporation - PT.Wijaya Karya
7. Sub Kontraktor :
- PT. Berdikari Pondasi Perkasa (Bore pile dan Tiang pancang) - PT. DCA dan PT. WIKA KOBE (PCU Girder)
- IHI Co. Ltd. (Steel Girder)
- PT. Cigading H-beam Centre (Fabrication Steel) - PT. DCA (Beton Ready Mix)
8. Masa Pelaksanaan : 540 (Lima Ratus Empat Puluh) hari
Kalender dimulai pada 6 Januari 2014
9. Masa Pemeliharaan :
10. Kontrak
- Sifat Kontrak : Fixed Unit Price
- No. Kontrak : HK.02.03/Bv.PJBHTP-PLN/NS-DIRECT/XI/2013
Tanjung Priok Access Road
Construction Project (Phase-2)
Package 5, Section NS Direct Ramp.
365 (Tiga Ratus Enam Puluh Lima) hari kalender, terhitung sejak tanggal serah terima pertama (PHO)
8 - Tanggal Kontrak
o Kontrak awal : 18 November 2013
o Addendum I : 18 Desember 2013
- Nilai Kontrak : Rp. 291.000.000.000,-, sudah termasuk PPN 10%, pajak-pajak lainnya dan biaya asuransi.
2.3.2. Data Teknis Proyek
Pekerjaan Tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2) Package 5, Section NS Direct Ramp terdiri dari dari 2 Ramp yaitu Ramp A dan Ramp B
RAMP A
Panjang : 1519 m
Kecepatan rencana : 80 km/jam
Lebar lajur : 3 m
Lebar jalur : 9 – 12,25 m
Tebal pelat lantai : 0,25 m
Panjang pile slab : 260 m
Jumlah pilar : 20
RAMP B
Panjang : 1727 m
Kecepatan rencana : 80 km/jam
Lebar lajur : 3 m
Lebar jalur : 9 – 12,25 m
Tebal pelat lantai : 0,25 m
Panjang pile slab :240 m
Jumlah pilar : 22
9
10 2.4. Pekerjaan Teknis
Secara teknis jenis-jenis pekerjaan pada proyek pembangunan Tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2) Package 5, Section NS Direct Ramp dapat diuraikan sesuai flowchart pekerjaan berikut:
11
BAB III
PEMBAHASAN
Pondasi yang digunakan pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok Section NS Direct adalah tipe pondasi Bore Pile. Pemilihan tipe Pondasi Bore Pile dikarenakan kondisi proyek yang berdekatan dengan bangunan lain sehingga pelaksanaan pekerjaan pondasi diharapkan tidak menimbulkan kebisingan atau getaran yang mengganggu bangunan lain disekitarnya. Pondasi Bore Pile yang digunakan memiliki diameter 1,2 m dan kedalaman sesuai dengan hasil N-SPT perencanaan atau yang tertera pada gambar. Proses pelaksanaan pekerjaan pondasi Bore Pile yaitu dimulai dari survey/pengukuran, perakitan tulangan, pekerjaan preboring, pemasangan casing sementara, pekerjaan pengeboran & pembersihan lubang bor, instalasi tulangan pada lubang bor, pekerjaan pengecoran, dan pekerjaan uninstall casing sementara.
Selama melakukan kegiatan Studi Kasus di Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok Section NS Direct ini, kami mengamati berbagai macam kegiatan konstruksi namun tidak semua kegiatan yang terlibat dalam proyek ini kami amati dikarenakan terbatasnya waktu kegiatan. Pembahasan yang akan dibahas pada penulisan ini hanya Pelaksanaan Pekerjaan Bored Pile dan Kendala yang terjadi pada Pelaksanaan Pekerjaan Bored Pile.
3.1. Pekerjaan Konstruksi Pondasi Bored Pile
Pada proyek yang kami amati dilaksanakan pekerjaan Bore Pile dengan metode casing dikarenakan struktur tanah dan kondisi tanah yang dinilai kurang bagus sehingga dimungkinkan terjadinya keruntuhan pada lubang bor.
12
1. Drilling machine (Diameter 1200 mm) 7. Truck mixer 7m3
2. Service crane (35 Ton) 8. Ultrasonic measurement
3. Excavator (0.60 m3) 9. Genset
4. Dump truck (11 Ton) 10. Vibro
5. Pipa tremie (untuk pengecoran, D 0,26) 11. Mixing tank
6. Pipa tremie (untuk airlifting, D 0,14) 12. Chasing
Berikut ini penjelasan dan urutan proses pekerjaan bore pile yang berlangsung dilapangan.
13 3.2. Metode Pelaksanaan
A. Penentuan Titik Bore Pile
Setelah pekerjaan mobilisasi selesai, pekerjaan selanjutnya adalah menentukan titik bored pile dengan menggunakan alat theodolit. Penentuan titik bored pile mengacu pada data perencanaan yang sebelumnya sudah dilakukan untuk menentukan titik Bench Mark (BM) dilapangan. Perhitungan kembali sangat mungkin dilakukan pada pekerjaan ini, agar titik yang akan digali sesuai dengan yang tertera pada gambar kerja.
Gambar 3.2. Pekerjaan Survey/Penentuan Titik
B. Pengeboran Awal ( Pre Boring)
Setelah pekerjaan penentuan titik stake out bore pile telah selesai dan titik sudah ditetapkan maka tahap selanjutnya adalah pemasangan chasing, sebelum pemasangan chasing tahap sebelumnya adalah pengeboran awal dengan menggunakan mata bor augher. Augher sendiri adalah mata bor yang berbentuk spiral, digunakan karena tanah permukaan yang dinilai cukup keras sehingga lebih efektif menggunakan mata bor augher. Selain itu, mata bor augher juga memiliki titik sentris, sehingga bisa menancapkan mata bor tepat di atas titik yang telah ditentukan. Pengeboran awal dilakukan untuk membuat casing dapat berdiri dan tidak menyimpang dari titik yang direncanakan, tidak
14 ada batasan khusus berapa kedalaman pengeboran awal, namun menurut site engineer pengeboran awal ini sebaiknya sedalam 1-1,5 meter. Pipa casing yang dipasang memiliki diameter 1300 mm dan memiliki panjang 7 dan 9 meter, panjang 9 meter digunakan apabila tanah yang nantinya akan dibor memiliki kemungkinan keruntuhuan yang tinggi hal ini terlihat pada jenis tanah di lapisan permukaan. Mata bor augher pada saat pengeboran awal dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 3.3. Mata Bor Augher Pada Saat Pengeboran Awal
C. Pemasangan Casing
Pemasangan casing dilakukan dengan menggunakan alat vibrator, alat ini diletakan diatas casing dengan bantuan mobile crane. Pengendalian kemiringan juga harus dilakukan dengan menggunakan alat water pass atau bias juga menggunakan unting – unting, namun dalam hal ini tidak memiliki batasan berapa kali harus dilakukan. Pemasangan pipa casing dihentikan apabila tinggi atas pipa casing sudah berada 0,5 m dari dasar tanah dan setelah pipa casing terpasang maka tahap selanjutnya adalah menimbun kembali galian disekitar pipa casing. Setelah semua selesai maka tugas seorang surveyor mencari data elevasi top casing yang nantinya data tersebut akan digunakan site
15 engineer untuk menentukan kedalaman lubang dilapangan. Pemasangan chasing dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 3.4. Pemasangan Chasing
D. Pekerjaan Pengeboran
Pengeboran adalah proses pengerjaan penggalian menggunakan mata bor untuk menghasilkan lubang yang bulat pada lahan atau tanah yang sudah rencanakan. Penggalian dilakukan dengan drilling bucket dengan mata bor diameter 1200 mm. Tahap sebelum melakukan pengeboran adalah dengan meletakan plat baja untuk menjadi pijakan mesin bor yang apabila tidak dilakukan ditakutkan akan mengakibatkan runtuhnya tanah disekitar pengeboran. Ketika penggalian berlangsung untuk menjaga agar tidak terjadi keruntuhan didalam lubang galian maka ketika proses ini berlangsung ditambahkan air yang mengandung polimer ke dalam lubang galian, air polimer ini sebelumnya diaduk pada mixing tank dan diuji terlebih dahulu spesifikasinya, spesifikasi yang disyaratkan adalah viscosity >42 detik, pH > 8,
dan Density 1,03-1,05 g/cm3. Selama proses pengeboran berlangsung
16 ke dalam lubang galian dan toleransi galian yang dapat diterima adalah ± 10 cm dari kedalaman rencana.
Gambar 3.5. Pekerjaan Pengeboran dengan Drilling Bucket
Setelah selesainya pekerjaan galian dengan menggunakan Drilling
Bucket, lubang galian harus segera dibersihkan dari lumpur dikarenakan lumpur
yang berada digalian apabila tidak dibersihkan nantinya akan mempengaruhi kualitas dari beton bore pile. Metode yang digunakan adalah dengan mengganti mata bor pada Drilling Bucket dengan Clearing Bucket. Ketebalan lumpur pun dapat dihitung dengan menggunakan meteran hasil perbandingan tinggi lubang sebelum di bersihkan dengan tinggi lubang setelah dibersihkan.
E. Pekerjaan Air-Lift 1
Setelah pembersihan dasar galian selesai dengan Cleaning Bucket, dasar galian perlu dibersihkan kembali untuk meyakinkan lubang galian bersih dari
17 lumpur. Pada proyek ini pembersihan menggunakan metode Air-Lift, prinsip kerja air lift adalah memasukan air bersih kedalam lubang dan menekan air dengan udara melalui pipa tremie diameter 0.14 m yang berada dibawahnya dengan tekanan dari kompresor dengan cara tersebut diharapkan air yang mengandung lumpur akan terangkat keluar dan mengalir ke water pit atau penampungan air semetara.
Gambar 3.6. Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lubang Bor
dengan Metode Air Lift
D. Pekerjaan Polymer
Ketika penggalian berlangsung untuk menjaga agar tidak terjadi keruntuhan didalam lubang galian maka ketika proses ini berlangsung ditambahkan air yang mengandung polimer ke dalam lubang galian, air polimer ini sebelumnya diaduk pada mixing tank dan diuji terlebih dahulu spesifikasinya.
Pada proyek NS Direct digunakan jenis polymer Bentonite. Bubuk Bentonite dicampur dengan air didalam penampung air dengan kapasitas 2m per satu kali batching.
18 Pada dasarnya , adukan terdiri dari campuran yang seragam dalam air. Tempat pengujian Bentonite Slurry dilakukan di mixing tank dan pengujian
bentonite slurry dilakukan bila proses casting bored pile akan di mulai.
Proses pencatatan laporan lab hasil pengujian bentonite slurry disimpan dan kemudian dilampirkan dengan Bore Log.
Peralatan pengujian Bentonite Slurry terdiri dari: 1. Mud Balance (Density Test)
2. March Cone (Viscosity Test) 3. pH paper (mengukur pH)
dengan spesifikasi yang disyaratkan adalah viscosity >42 detik, pH > 8, dan Density 1,03-1,05 g/cm3.
F. Pekerjaan Air Lift 2
Pada metode Air Lift ini dimulai dengan pelepasan tekanan udara kedalam lubang galian dari tekanan kecil kemudian perlahan-lahan diperbesar. Pekerjaan Air Lift ini dilakukan mulai dari interval saringan atas ke bawah secara berurutan hingga ke dasar sumur dalam.
Setelah terpasangnya pipa tramie maka sebelum dilakukan pengecoran sebaiknya dilakukan pembersihan secara Air-Lift yang dimaksudkan agar lubang galian benar-benar tidak memiliki endapan lumpur, berbeda dengan Air-Lift sebelumnya pada tahapan kali ini tidak digunakan pipa Air-Air-Lift diameter 0.14 namun langsung menggunakan pipa tramie untuk pengecoran diameter 0.26 hal ini dimaksudkan agar pekerjaan berjalan secara efektif.
Prinsip kerja Air-Lift adalah dengan memasukan air bersih kedalam lubang dan menekan air dengan udara melalui pipa tremie diameter 0.26 m yang berada dibawahnya dengan tekanan dari kompresor untuk memastikan sudah tidak ada lagi kandungan lumpur didalamnya. Proses Air-Lift selesai ketika air buangan telah bersih.
19 G. Test Ultrasonic Measurement
Setelah proses Air-Lift selesai dan diperkirakan sudah tidak ada lagi lumpur didalam lubang bore pile maka langkah selanjutnya adalah melakukan Test Ultrasonic Measurement (KODEN) pada tahapan ini seorang quality control bertugas melakukan pengujian Non Destructive terhadap lubang yang nantinya akan dilakukan pengecoran. Test Ultrasonic Measurement adalah suatu alat dengan menggunakan gelombang ultrasonic sebagai untuk mengetahui bentuk dari lubang bore plie dengan cara mengukur kecepatan dari frekuensi gelombang yang ada dalam lubang ke alat penerima gelombang. Syarat dari test ini adalah titik sensor harus berada tepat ditengah-tengah lubang, dan persyaratan kemiringan yang diizinkan adalah <1/100.
Gambar3.7. Pemasangan UMT diatas casing
20 H. Fabrikasi Tulangan
Fabrikasi tulangan sebaiknya dikerjakan pada saat pekerjaan pengukuran berlangsung agar pada saat pekerjaan pemasangan tidak terganggu atau tidak terlambat. Pada proyek ini fabrikasi tulangan untuk pekerjaan bore pile dilakukan di lokasi proyek hal ini diperkirakan akan mempermudah atau membuat pekerjaan bore pile menjadi efektif, namun dikarenakan pekerjaan dilakukan langsung dilapangan maka pengendalian pekerjaan fabrikasi tulangan harus dikerjakan dengan sangat hati-hati karena dilihat sangat pentingnya tulangan pada kekuatan yang nantinya akan menjadi kualitas beton pondasi bore pile. Tulangan yang digunakan dilapangan berdasarkan gambar perencanaan.
Gambar 3.9.Perakitan tulangan Pondasi Bore Pile
I. Pemasangan Tulangan
Setelah pekerjaan fabrikasi tulangan selesai dan lubang bore pile telah dilakukan Test Ultrasonic Measurement dan telah disetujui oleh quality control maka tahap selanjutnya adalah pemasangan tulangan ke dalam lubang bore pile, dikarenakan dalamnya lubang galian melebihi 12m maka tulangan dibagi menjadi beberapa segmen dan untuk sambungannya dilakukan secara las dengan overlap nya 50 dari diameter tulangan, dikarenakan dasar tulangan tidak
21 boleh menyentuh dasar galian maka untuk membuatnya tetap menggantung digunakan hook yang terbuat dari besi dengan panjang 2,5 m sebanyak 3 buah, yang dibuat menggantung dengan atap casing.
Gambar 3.10. Pengangkutan Rangkaian Tulangan Ke Titik Bore Pile
J. Pengecoran
Setelah lubang galian diyakini sudah tidak mengandung lumpur dan pemasangan tulangan sudah selesai dan pipa tremie telah terpasang, maka tahap selanjutnya adalah pengecoran. Pada tahap ini site engineer malakukan analisa kebutuhan beton bore pile untuk dilapangan. Namun, seorang site engineer tidak akan memesan sesuai dengan yang dianalisa namun akan ditambahkan
sekitar 1-2m3 untuk memastikan bahwa pengecoran tidak akan kurang. Setelah
volume beton yang dibutuhkan dilapangan sudah didapat maka site engineer akan menghubungi staff batching plant untk pengiriman beton tersebut.
Setelah truk mixer yang membawa mortar sudah berada dilokasi pengecoran maka tahap selanjutnya adalah mengambil sample dari setiap truk mixer untuk dilakukan analisa lab, namun seorang quality control akan tetap
22 menguji slump masing-masing truk mixer dilapangan dengan ketentuan slump 18 ±2 cm dan membuat benda uji sebanyak 8 buah setiap 60m³.
Gambar 3.11. Uji Slump Pada Pelaksanaan Bored Pile
Setelah truk mixer selesai dari pengujian maka pengecoran sudah bisa dimulai, hal yang terpenting dalam proses ini adalah pelepasan pipa tramie. Pipa tremie harus diangkat dan kemudian dilepas pada saat yang tepat, dimana bila pipa tremie dicabut terlalu cepat, beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, sehingga terjadi terjadi segregasi. Bila dicabut terlalu lama, beton yang tertuang terlalu banyak sehingga membuat pencabutan tremie lebih sulit
23
Gambar 3.12. Instalasi Tremie
K. Pelepasan Casing
Setelah pengeceoran selesai, dilanjutkan dengan pencabutan casing dengan menggunakan vibrator (vibro-hammer). Untuk mencabut casing , sebelumnya kait (hook) yang sebelumnya terpasang perlu dilepas, kemudian casing dijepit dengan vibrator dan dicabut dengan bantuan mobile crane. Setelah casing selesai dicabut maka tiang bor pile tersebut sudah jadi dan selanjutnya lubang yang baru di cor tersebut harus dijaga agar tidak rusak.
24 3.3. Test Bore Pile
a. Test PDA
Test PDA merupakan test uji beban yang dilakukan minimal pada 1 titik pondasi bore pile dalam 1 pier. Berat beban yang di gunakan pada test PDA di proyek NS Direct ini seberat 600 Ton.
b. Test Sonic
Test Sonic merupakan test untuk melihat keretakan beton. Dengan memasukan alat test sonic yang menggunakan gelombang ultrasonic yang dimasukan ke dalam pipa yang telah dipersiapkan di dalam pondasi tiang pancang bore pile.
c. Test Kekuatan
Pada uji Kuat Tekan yang dilakukan pada 7 hari dan 28 hari setelah pengecoran berlangsug di dapatkan dari beton segar pada saat pengecoran sebanyak 8 pasang benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm pada setiap 60 m3.
3.4. Kendala Pada Pelaksanaan Bore Pile
Kendala yang terjadi pada saat pekerjaan bore pile cukup beragam, kasus yang terjadi antara lain :
a. Pipa Utilitas
Permasalahan utilitas adalah hal yang umum ditemui pada proyek yang berlangsung di kota-kota besar, pada proyek ini ditemukan pipa utilitas yang tidak tertera pada gambar pelaksanaan yang terjadi pada saat pelaksanaan pengeboran awal berlangsung, Site engineer mengetahui hal ini ketika pada saat pengeboran awal berlangsung mata bor pada drilling machine terdapat patahan yang mengakibatkan pekerjaan pengeboran dihentikan.
25 Solusi
Solusi yang dilakukan dimulai dengan menghubungi bagian bertanggung jawab menangani utilitas pada proyek untuk mengetahui keaktifan dan berbahaya atau tidaknya pipa tersebut, setelah dihubungi bagian utilitas dan bagian utilitas memberikan arahan untuk penaganan utilitas tersebut.
b. Kondisi Pengeboran di dalam Sungai
Gambar 3.15. Posisi Pier yang berada didalam Air
Kondisi pier yang terletak di atas sungai mengakibatkan pelaksanaan pekerjaan bore pile yang terletak di atas sungai menimbulkan masalah yang menyebabkan pelaksanaan pekerjaan. Sehingga dalam metode pelaksanaan memerlukan penanganan yang berbeda pada pekerjaan pemasangan pondasi bore pile di atas tanah.
Solusi
Solusi yang dilakukan pada saat menangani kondisi tersebut yaitu dengan memancangkan sheet pile baja di lokasi pier yang akan di laksanakan pekerjaan konstruksi dengan menggunakan vibrator. Kemudian air sungai yang terdapat di titik pelaksanaan pekerjaan pier dipompa ke dalam sungai tersebut. Lalu dilakukan penimbunan guna ditempatkannya alat-alat konstruksi untuk pelaksanaan pekerjaan pengeboran.
26
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
1. Proses pelaksanaan pekerjaan pondasi Bore Pile yaitu dimulai dari
survey/pengukuran, perakitan tulangan, pekerjaan preboring,
pemasangan casing sementara, pekerjaan pengeboran & pembersihan lubang bor, instalasi tulangan pada lubang bor, pekerjaan pengecoran, dan pekerjaan uninstall casing sementara. Pelaksanaan pekerjaan bore pile juga menggunakan alat ultra sonic measurement test hal ini diharapkan dapat memastikan mutu lubang bore pile.
2. Permasalahan atau kendala yang terjadi diproyek tersebut sangatlah beragam, namun kami melihat masalah yang diperlukan penanganan khusus adalah perihal pipa utilitas yang tidak terdapat pada gambar kerja yang harus dipindahkan dari lokasi proyek.
3. Solusi untuk permasalahan utilitas yang dilakukan dimulai dengan menghubungi bagian yang bertanggung jawab menangani utilitas pada proyek untuk mengetahui keaktifan dan berbahaya atau tidaknya pipa tersebut, setelah dihubungi bagian utilitas dan bagian utilitas akan memberikan arahan untuk penaganan utilitas tersebut maka pipa tersebut baru dipindahkan sesuai dengan yang telah di arahkan.