• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN NILAI MANDIRI PADA ANAK KELUARGA TENAGA KERJA WANITA (TKW) LUAR NEGERI DI DESA MOJO KECAMATAN CLUWAK KABUPATEN PATI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBINAAN NILAI MANDIRI PADA ANAK KELUARGA TENAGA KERJA WANITA (TKW) LUAR NEGERI DI DESA MOJO KECAMATAN CLUWAK KABUPATEN PATI SKRIPSI"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN NILAI MANDIRI PADA ANAK KELUARGA

TENAGA KERJA WANITA (TKW) LUAR NEGERI DI DESA

MOJO KECAMATAN CLUWAK KABUPATEN PATI

SKRIPSI

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh : Pawuri Locananta NIM (3301415052)

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Yang paling saya ingat dari Tuhan kami adalah bahwa rahmat-Nya mendahului takdir-Nya.”

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan skripsi ini untuk : 1. Kedua orang tua saya, Ayah Bahrudin

dan Ibu Yasmi tersayang.

2. Adik-adik saya, Idham Ahmad Sohibul Wafa dan Najwa Tri Indar Parawansa. 3. Nenek yang paling saya sayangi, Miah. 4. Teman-Teman saya : Ika, Vita, Mada,

Faris, Indri, Farida, Putri, Riris, Hida, Devita, Dika dan Ayu windhi.

5. Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

(6)

vi

SARI

Locananta, Pawuri. 2019. Pembinaan Nilai Mandiri pada Anak Keluarga Tenaga

Kerja Wanita (TKW) Luar Negeri di Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. Jurusan Politik dan Kewarganegaraan FIS UNNES. Pembimbing Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd. 79 Halaman.

Kata Kunci : Pembinaan, Nilai Mandiri, Anak, Keluarga, TKW

Pembinaan nilai mandiri pada anak merupakan upaya untuk mempersiapkan anak hidup kerja keras dan tidak bergantung dengan orang lain. Adanya nilai mandiri, membuat anak mampu menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya sendiri. Anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak dari keluarga yang ibunya bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Luar Negeri. Mereka kehilangan pengasuhan oleh ibu kandung mereka, sehingga ada pihak lain yang diminta untuk mengambil alih pengasuhan termasuk melaksanakan pembinaan nilai mandiri.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga TKW; (2) faktor yang mendukung pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga TKW ; (3) faktor yang menghambat pembinaan nilai mandiri pada anak.

Fokus penelitian ini yaitu Pembinaan Nilai Mandiri pada Anak Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) Luar Negeri di Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian berada di Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi metode. Tahapan analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga TKW dilaksanakan oleh wali anak. Pembinaan oleh wali anak dilakukan melalui materi (wejangan terhadap anak), metode (contoh perilaku) dan media (hukuman/hadiah) yang dianggap terbaik oleh keluarga sebagai subjek pembinaan. Faktor-faktor yang mendukung pembinaan nilai mandiri yaitu adanya motivasi anak untuk mandiri, kebiasaan bersikap dan berperilaku mandiri. Faktor-faktor yang menghambat pembinaan nilai mandiri yaitu tidak adanya motivasi anak untuk mandiri, wali anak tidak melakukan pembinaan nilai mandiri dengan efektif.

Saran, pengasuh perlu mengetahui dan memahami dengan baik karakter dan keunikan anak sehingga memudahkan untuk menentukan materi, metode dan media yang digunakan dalam pembinaan nilai mandiri pada anak. Bagi anak sebaikmya memiliki motivasi untuk bersikap dan berperilaku mandiri, sehingga memudahkan dalam proses pembinaan nilai mandiri.

(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembinaan Nilai Mandiri pada Anak Keluarga Tenga Kerja Wanita (TKW) Luar Negeri di Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati”. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi strata satu untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri semarang.

2. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kelancaran dalam perizinan penelitian.

3. Drs. Tijan, M.Si., Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

4. Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd, selaku dosen pembimbing 1 yang telah dengan tulus dan sabar, memberikan bimbingan dan petunjuk serta motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini.

(8)

viii

5. Agus Suharyono, selaku Kepala Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semarang, 26 Juni 2019 Pawuri Locananta NIM 3301415052 DAFTAR ISI HALAMAN COVER ... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

(9)

ix

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv MOTTO ... v SARI ... vi PRAKATA ... vii DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii i BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 5 E. Batasan Istilah ... . 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI ... 9

A. Deskripsi Teoritis ... 9

1. Nilai Mandiri ... 9

2. Pembinaan Nilai Mandiri ... 16

3.Teori Pembinaan Nilai Mandiri ... 20

B. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Latar Penelitian ... 35

B. Fokus Penelitian ... 36

C. Sumber Data ... 37

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Uji Validitas Data ... 43

(10)

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

1. Gambaran Umum Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati ... 47

2. Pembinaan Nilai Mandiri pada Anak Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) Luar Negeri di Desa Mojo ... 52

3. Faktor yang mendukung Pembinaan Nilai Mandiri pada anak keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) Luar Negeri di Desa Mojo ... ... 56

4. Faktor yang mendukung Pembinaan Nilai Mandiri pada anak keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) Luar Negeri di Desa Mojo ... 65

B. Pembahasan ... 68

BAB V PENUTUP ... 75

A. Simpulan ... 75

B. Saran ... 76

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Informan (anak keluarga TKW) ... 38

Tabel 3.2 Daftar Informan (wali anak keluarga TKW) ... 39

Tabel 3.3 Daftar Informan (tetangga anak keluarga TKW)... 39

Tabel 3.4 Daftar Informan (Guru anak keluarga TKW) ... 40

Tabel 4.1 Batas-Batas Wilayah Desa Mojo ... 48

Tabel 4.2 Agama Masyarakat Desa Mojo ... 49

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Mojo ... 50

Tabel 4.4 Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Mojo ... 51

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Tindakan Parsons ... 22

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 34

Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data ... 46

Gambar 4.1 Anak Mencuci Baju ... 53

Gambar 4.2 Anak Menyapu Rumah ... 55

Gambar 4.3 Anak Berprestasi ... 56

Gambar 4.4 Jadwal Piket Kelas ... 62

Gambar 4.5 Pelaksanaan Piket Kelas... 63

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 80

Lampiran 2. Reduksi Data Hasil Wawancara ... 94

Lampiran 3. Hasil Observasi Penelitian ... 102

Lampiran 4. Foto kegiatan ... 106

Lampiran 5. Data Informan ... 112

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Bab I Pasal I (ayat 2) disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Demikian yang dimaksud dengan tenaga kerja wanita sama dengan pengertian tenaga kerja pada umumnya, namun ada beberapa hal yang membedakan tenaga kerja wanita dan pria seperti perbedaan alamiahnya, apa yang dialami tenaga kerja wanita tidak dialami oleh tenaga kerja pria. Astuti (1994) menyatakan bahwa soal haid, mengandung dan melahirkan. Hal ini menyebabkan tenaga kerja wanita mendapatkan perlakuan istimewa seperti cuti mengandung dan melahirkan yang tidak didapat oleh tenaga kerja pria. Selain perbedaan alamiah, tenaga kerja wanita juga mempunyai peran ganda antara dirinya sebagai wanita pekerja dan sebagai ibu rumah tangga yang membedakannya dengan tenaga kerja pria.

Peran sebagai wanita pekerja menyebabkan tenaga kerja wanita melepaskan perannya sebagai ibu rumah tangga. Peran yang dilepaskan tersebut merupakan peran sebagai seorang ibu yang kemudian diambil alih oleh pihak lain. Anak seorang TKW tumbuh dan berkembang tanpa kasih sayang seorang ibu, meskipun telah digantikan oleh pihak lain seperti ayah atau nenek, namun seorang ibu memiliki peran dan kewajiban yang lebih

(15)

2

besar untuk mendidik fisik dan psikologis anak-anaknya. Hal ini karena ibu dianggap memiliki ikatan batin tersendiri telah mengandung dan melahirkan anak-anaknya. Hal ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dika Rahmila Sari pada tahun 2017 berjudul “Pola Asuh Ibu Pekerja Pabrik Ikan dalam Menanamkan Karakter Mandiri pada Anak di Kampung Nelayan Desa Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang”. Berdasarkan penelitian tersebut pembinaan nilai mandiri tetap dilakukan ibu pekerja pabrik meskipun ia sibuk bekerja. Pembinaan nilai mandiri dilakukan melalui membiasakan anak untuk membantu orang tua melakukan pekerjaan rumah tangga sejak dini.

Fokus nilai dalam penelitian ini adalah nilai mandiri. Menurut Parker (2005:226) “Mandiri adalah kemampuan untuk mengelola semua yang dimiliki, tahu bagaimana mengelola waktu, berjalan dan berpikir secara mandiri disertai dengan kemampuan mengambil resiko dan memecahkan masalah”. Kemandirian dalam keluarga berarti sifat yang harus dibentuk oleh orang tua dalam membangun kepribadian anak-anak mereka. Anak yang mandiri adalah anak aktif, independen, kreatif, kompeten dan spontan. Anak yang mandiri adalah orang yang cukup diri (self sufficient) yaitu orang yang mampu berpikir dan berfungsi secara independen, tidak perlu bantuan orang lain, tidak menolak resiko dan bisa memecahkan masalah, bukan hanya khawatir tentang masalah-masalah yang dihadapinya. Anak seperti itu akan percaya pada keputusannya sendiri, jarang membutuhkan orang lain untuk meminta pendapat atau bimbingan orang lain. Anak yang mandiri dapat menguasai kehidupannya sendiri dan dapat menangani apa saja dari kehidupan yang ia hadapi. Anak mandiri juga bukan saja bias

(16)

3

memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Ia pun dapat memenuhi kepentingan keluarganya seperti membantu pekerjaan rumah anggota keluarga.

Kemandirian menjadi sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, karena hal ini menyangkut masa depan anak. Seorang anak tidak selamanya akan hidup dengan orang tua, akan ada saatnya orang tua menginggalkan anak di dunia. Lalu bagaimana jika seorang anak tidak mampu untuk hidup mandiri tanpa orang tua. Seorang anak yang tumbuh dan berkembang tanpa kemandirian maka akan memiliki kecenderungan tergantung kepada orang lain dan tidak mampu menyelesaikan masalah dan kebutuhannya sendiri. Hal ini perlu diperhatikan sebelum adanya penyesalan di masa depan. Oleh karena itu sangat diperlukan pembinaan nilai mandiri pada anak.

Pembinaan merupakan proses, cara membina dan atau penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan nilai merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk menanamkan kebaikan-kebaikan dengan harapan yang lebih baik.Pembinaan nilai sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.Hal ini karena Negara yang kokoh didukung oleh warga negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan.Nilai-nilai kebaikan dalam diri seseorang tidak muncul begitu saja namun perlu adanya sebuah pembiasaan melalui pembinaan-pembinaan. Pembinaan nilai yang pertama dan utama dilakukan pada lingkungan keluarga.Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Oleh karena itu perlu kerja sama yang baik antar anggota keluarga untuk melakukan pembinaan nilai-nilai pada anak.

(17)

4

Pembinaan nilai mandiri pada anak akan berjalan dengan maksimal apabila anak hidup dalam keluarga yang utuh. Keluarga yang utuh terdiri atas ayah, ibu dan anak. Ketidakhadiran salah satu dari orang tua akan menghambat proses pembinaan nilai mandiri pada anak. Seorang anak keluarga TKW ditinggal ibunya untuk bekerja, sehingga pengasuhan diambil alih oleh pihak lain. Beralihnya pengasuhan anak maka beralih pula subjek yang melakukan pembinaan nilai mandiri pada anak.

Penelitian ini dilakukan di Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati karena jumlah Tenaga Kerja Wanita di Desa Mojo cukup tinggi. Berdasarkan Data Monografi Desa Tahun 2016, diketahui bahwa jumlah tenaga kerja wanita di Desa Mojo adalah 46 jiwa. Berdasarkan angka tersebut peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian di Desa Mojo. Selain itu TKW Desa Mojo mayoritas adalah wanita berumur 30-40 tahun yang telah mempunyai anak usia 1-17 Tahun. Oleh karena itu hal ini sangat sesuai dengan apa yang menjadi ketertarikan peneliti bahwa seorang anak keluarga Tenaga Kerja Wanita tumbuh dan berkembang tanpa didampingi seorang ibu, sehingga pembinaan nilai mandiri pada anak diambil alih oleh pihak lain (Wali anak/Pengasuh). Peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pembinaan Nilai Mandiri pada Anak Tenaga Kerja Wanita

(TKW) Luar Negeri di Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga tenaga kerja wanita (TKW) luar negeri di Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati?

(18)

5

2. Faktor apakah yang mendukung pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga tenaga kerja wanita (TKW) luar negeri di Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati?

3. Faktor apakah yang menghambat pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga tenaga kerja wanita (TKW) luar negeri di Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga tenaga kerja wanita (TKW) luar negeri di Desa Mojo KecamatanCluwak Kabupaten Pati. 2. Mengkaji faktor yang mendukung pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga tenaga kerja wanita (TKW) luar negeri di Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati.

3. Mengkaji faktor yang menghambat pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga tenaga kerja wanita (TKW) luar negeri di Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat diantaranya :

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dalam penelitian ini yaitu mengembangkan ide, konsep, serta pengetahuan mengenai pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga tenaga kerja wanita bagi akademisi maupun masyarakat luas. Manfaat khusus dalam penelitian ini adalah pelaksanaan skema AGIL

(19)

6

(Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency) dalam pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga TKW.

2. Manfaat Praktis

Bagi orang tua, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam menentukan materi, metode, dan media pembinaan nilai mandiri pada anak, sehingga anak memiliki kemandirian dalam bersikap dan berperilaku sesuai yang diharapkan orang tua.

E. Batasan Istilah

1. Pembinaan Nilai

Menurut Kupperman (dalam Masrukhi, 2014:5) pembinaan merupakan proses, cara membina dan atau penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Nilai merupakan ukuran untuk menentukan baik-buruk dan benar-salah atas suatu perilaku sosial di tengah-tengah masyarakat. Pembinaan nilai yang kami maksud dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk menanamkan kebaikan-kebaikan dengan harapan yang lebih baik. 2. Mandiri

Menurut Parker (2005:226) “Mandiri adalah kemampuan untuk mengelola semua yang dimiliki, tahu bagaimana mengelola waktu, berjalan dan berpikir secara mandiri disertai dengan kemampuan mengambil resiko dan memecahkan masalah”. Menurut Fadlilah (dalam Sari 2017) mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mandiri

(20)

7

bagi anak sangat penting, dengan mempunyai sifat mandiri anak tidak mudah bergantung. Mandiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mampu mengurus segala kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Anak

Menurut UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang berusia dibawah 18 tahun yang membutuhkan pendampingan orang dewasa. Anak yang dimaksud adalah anak yang mampu untuk berkomunikasi dengan orang lain.

4. Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW)

Menurut Ibrahim, keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus atau sering tinggal bersama si Anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki, saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga, diantara mereka disebabkan mempunyai tanggungjawab. Keluarga yang kami maksud dalam penelitian ini adalah sebuah hubungan yang terjalin dari pernikahan terdiri dari ayah, ibu dan anak. Pada pasal 1 ayat (2) Undang-undang No 12 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa, “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat.Tenaga Kerja Wanita adalah tenaga kerja yang bertempat di luar negeri, berjenis kelamin wanita/perempuan yang mampu melakukan pekerjaan guna

(21)

8

menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri ataupun masyarakat. Tenaga Kerja Wanita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang wanita yang memiliki seorang anak yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di luar negeri. Keluarga TKW yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang kehilangan sosok ibu dalam mendidik anak-anak dalam keluarga tersebut. Peristiwa ini dapat dikatakan bahwa anak-anak yang ditinggalkan oleh si Ibu yang pergi sebagai TKW kehilangan kasih sayang.

(22)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritis

1. Nilai Mandiri

a. Pengertian Nilai Mandiri

Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang kuat untuk mampu menyelesaikan tugasnya sendiri sehingga tidak mudah bergantung kepada orang lain. Menurut Musthafa (dalam Sari, 2017) “Kemandirian adalah kemampuan untuk mengambil pilihan dan menerima konsekuensi yang menyertainya”. Menurut Yusuf (dalam Sari 2017) menjelaskan bahwa kemandirian adalah individu memiliki sikap mandiri dalam cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku di lingkungannya. Menurut Fadlilah dan Khorida (dalam Sari 2017) mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mandiri bagi anak sangat penting ,dengan mempunyai sifat mandiri anak tidak mudah bergantung.

Musatari (2017) menyatakan bahwa “Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas”. Kemandirian dalam keluarga berarti sifat yang harus dibentuk oleh orang tua dalam membangun kepribadian anak-anak mereka.Anak yang mandiri adalah anak aktif, independen, kreatif, kompeten dan spontan. Anak

(23)

10

yang mandiri adalah orang yang cukup diri (self sufficient) yaitu orang yang mampu berpikir dan berfungsi secara independen, tidak perlu bantuan orang lain, tidak menolak resiko dan bias memecahkan masalah, bukan hanya khawatir tentang masalah-masalah yang dihadapinya. anak seperti itu akan percaya pada keputusannya sendiri, jarang membutuhkan orang lain untuk meminta pendapat atau bimbingan orang lain. Anak yang mandiri dapat menguasai kehidupannya sendiri dan dapat menangani apa saja dari kehidupan yang ia hadapi. Anak mandiri juga bukan saja bias memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Ia pun dapat memenuhi kepentingan keluarganya seperti membantu pekerjaan rumah anggota keluarga.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli maka penulis menarik kesimpulan mengenai pengertian mandiri. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang kuat berpikir dan bertindak menyelesaikan tugasnya sehingga tidak mudah bergantung terhadap orang lain.

b. Ciri-Ciri Mandiri

Menurut Antonius (dalam Sari,2017) ciri-ciri mandiri merupakan sifat yang melekat pada seseorang yang memiliki nilai mandiri,yaitu :

1) Mampu Bekerja Sendiri

Anak yang mandiri mampu menyelesaikansegala keperluan hidupnya sendiri mulai dari mencuci baju, menyetrika, belajar, mengerjakan tugas sekolah dan lain sebagainya. Anak mandiri tidak mudah meminta pertolongan orang lain dalam menyelesaikan keperluan hidupnya.

(24)

11

2) Menguasai ketrampilan dan keahlian yang sesuai pekerjaannya

Anak yang mandiri memiliki ketrampilan dan keahlian dalam menyelesaikan segala keperluan hidupnya.Ia memiliki ketrampilan dan keahlian dalam mencuci baju, menyetrika, belajar, mengerjakan tugas dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan anak mandiri mampu menyelesaikan keperluannya sendiri.

3) Tanggung Jawab

Anak yang mandiri tanggung jawab atas apa yang menjadi tugasnya, menyelesaikan tugasnya dengan sebaik mungkin, dan amanah dengan apa yang dipercayakan kepadanya.

4) Memiliki Kepercayaan diri yang Besar

Kepercayaan diri mendorong anak untuk menentukan pilihan dan bertanggung jawab atas pilihannya. Kepercayaan diri yang besar mepukan ciri-ciri dari anak yang mandiri.

Menurut Parker (dalam Sari,2017) kemandirian muncul ketika seseorang memiliki:

1) Tanggung jawab

Kemandirian muncul pada anak yang bertanggung jawab atas tugasnya dalam kehidupan sehari-hari.

(25)

12

Kemandirian muncul pada anak yang memiliki pengalaman yang relevan. Misal seorang anak sudah terbiasa mencuci dan menyetrika baju sendiri maka dia akan mandiri dalam mencuci dan menyetrika baju karena telah memiliki pengalaman yang relevan.

3) Ruang untuk menentukan keputusan sendiri

Kemandirian akan muncul pada anak ketika anak tersebut memiliki ruang untuk menentukan keputusannya sendiri. Misalnya seorang anak diberikan kebebasan untuk memilih sekolah yang diinginkan sehingga anak tersebut dapat mandiri dalam melaksanakan sekolah karena sesuai dengan keinginannya.

4) Otonomi

Kemandirian akan muncul pada anak yang memiliki otonomi dalam kehidupanya. Misal seorang anak diberikan otonomi dalam mengatur uang sakunya, dengan ini anak mandiri dalam menyelesaikan keperluan hidupnya.

5) Akal Sehat

Kemandirian akan muncul pada anak yang memiliki akal sehat. Anak yang mandiri mampu membedakan baik dan buruk sehingga dalam menyelesaikan keperluannya dengan baik.

6) Keterampilan memecahkan masalah

Kemandirian akan muncul pada anak yang memiliki ketrampilan memecahkan masalah. Masalah bisa datang kapan saja meskipun itu pada seorang anak. Misal seorang anak memiliki masalah dengan teman

(26)

13

sekelasnya, seorang anak yang mandiri akan mampu menyelesaikan masalah dengan efektif.

7) Keterampilan yang praktis

Kemandirian akan muncul pada anak yang memiliki ketrampilan yang praktis. Misal seorang anak memiliki ketrampilan menyapu, maka ketika piket di sekolah anak tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

8) Kesehatan yang baik

Kemandirian akan muncul pada anak yang memiliki kesehatan yang baik. Kesehatan tak ternilai harganya. Kerena kegiatan sehebat apapun yang akan kita lakukan tidak akan maksimal jika kita tidak sehat.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Menurut Puan (dalam Sari,2017) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pada anak yaitu:

1) Usia

Bertambahnya usia seorang anak akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari. Anak mulai merasa malu jika terus bergantung dengan orang tuanya.Oleh karena itu anak berusaha menyelesaikan segala keperluannya sendiri.

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat mempengaruhi kemandirian bagi seorang anak. Hal ini karena adanya anggapan-anggapan tertentu terhadap apa yang bisa dilakukan oleh laki-laki dan perempuan (gender). Oleh karena itu

(27)

14

jenis kelamin seseorang akan mempengaruhi seseorang mampu mandiri pada bidang tertentu.

3) Konsep Diri

Konsep diri yang positif mendukung adanya peranan yang kompeten pada individu untuk mentukan langkah yang diambil. Seorang anak perlu untuk menghargai dirinya terlebih dahulu, sehingga ia akan menjadi anak yang baik. Sebaliknya, jika seorang anak tidak menghargai dirinya dengan baik, maka akan ada hambatan untuk menjadi seorang yang baik.

4) Pendidikan

Meningkatnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi kemandiriannya. Pengetahuan yang didapat dari pendidikan akan menghantarkan si anak memiliki ketrampilan tertentu dalam kehidupannya. Sehingga akan menjadikan anak mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

5) Keluarga

Keluarga memiliki peran penting untuk melakukan transfer nilai kepada anak-anak mereka. Oleh karena itu jika keluarga mampu untuk melaksanakan transfer nilai dengan baik maka akan meningkatkan kemandirian pada anak.

6) Interaksi Sosial

Anak yang mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan memiliki perilaku bertanggung jawab, mempunyai perasaan aman,

(28)

15

dan mampu menyelesaikan segala sesuatu yang dihadapi dengan baik, tidak mudah menyerah akan mendukung untuk berperilaku mandiri.

d. Bentuk Kemandirian

Menurut Yusuf (dalam Sari, 2017) bentuk-bentuk kemandirian yaitu :

1) Kemandirian Emosi

Ditandai dengan kemampuan memecahkan keterganguannya dari orang tua dan mereka yang dapat memuaskan kebutuhan kasih sayang dan keakraban diluar rumahnya

2) Kemandirian Perlakuan

Ditandai oleh kemampuan untuk mengambil keputusan tentang

tingkah laku pribadinya, seperti dalam memilih

sekolah/pendidikan/pekerjaan.

3) Kemandirian dalam Nilai

Ditandai pada saat remaja telah memiliki seperangkat nilai-nilai yang dikontruksikan sendiri, menyangkut baik dan buruk, benar-salah atau komitmennya terhadap nilai agama.

2. Pembinaan Nilai Mandiri

Mangunhardjana (dalam Triana 2017) menyatakan bahwa “pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan

(29)

16

kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk tujuan hidup dan kerja, yang sedang dialami, secara lebih efektif”. Sylvianah (dalam Triani 2017) menyatakan bahwa “Pembinaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara formal maupun non formal denganmendayagunakan semua sumber, baik berupa unsur manusiawi maupun non manusiawi, dimana dalam proses kegiatan berlangsung upaya membantu, membimbing dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan sesuai dengan kemampuan yang ada sehingga pada akhirnya tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai secara efektif dan efesien”.

Menurut B Simanjuntak, I L Pasaribu (dalam Triani 2017) berpendapat bahwa :

Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggungjawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat, kecenderungan/ keinginan serta kemampuan-kemampuanya sebagai bekal, untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkunganya kearah tercapainya martabat, mutu dan kemaapuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.

Mangunhardjana (dalam Triani 2017) menyatakan bahwa “pembinaan adalah terjemahan dari kata training, yang berarti latihan, pendidikan, pembinaan”. Sejauh berkenaan dengan pengembangan manusia pembinaan merupakan bagian dari pendidikan akan tetapi sebenarnya pembinaan berbeda dengan pendidikan.

(30)

17

Mangunraharja (dalam Prisaji 2016) menyatakan bahwa pembinaan memiliki manfaat bagi menusia yaitu : a) melihat diri dan pelaksaan hidup serta kerjanya, b) menganalisis situasi hidup dan kerjanya dari segi positif dan negatifnya, c) menemukan masalah hidup dan masalah kerjanya, d) menemukan hal dan atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah dan diperbaiki, e) merencanakan saran dan progam di bidang hidup dan kerjanya, sesudah mengikuti pembinaan.

b. Pendekatan Utama dalam progam pembinaan

Mangunhardjana (1986:17-18) berpendapat ada pendekatan utama dalam progam pembinaan yaitu:

1) Pendekatan Informatif

Pendekatan (informativve approach) pada dasarnya menjalankanprogram dengan menyampaikan informasi kepada pada peserta. Pendekatan informatif biasanya progam pembinaan diisi dengan ceramah atau kuliah oleh berbagai pembicara tentang berbagai hal yang dianggap perlu bagi para peserta.Dengan pendekatan itu partisipasi peserta dalam pembinaan kecil saja. Partisipasi peserta terbatas dalam permintaan penjelasan tau penyampaian pertanyaan mengenai hal yang belum dimengerti benar-benar.

2) Pendekatan Partisipasif

Pendekatan partisipatis (partisipative approach) berlandaskan kepercayaan bahwa para peserta sendiri merupakan sumber pembinaan yang utama. Pembinaan lebih merupakan situasi belajar bersama, dimana Pembina dan para peserta belajar satu sama lain. Pendekatan ini banyak

(31)

18

melibatkan para peserta. Pembina tidak bertindak sebagai guru, tetapi sebagai koordinator dalam proses belajar, meskipun dia juga wajib memberikan masukan, input, sejauh dibutuhkan oleh tujuan progam. 3) Pendekatan Eksperiensial

Pendekatan ekperiensial (experiencial approach) berkeyakinan bahwa belajar yang sejati terjadi karena pengalaman pribadi dan langsung.Jika Pendekatan informatif para peserta dilibatkan aktif. Pendekatan partisipatif peserta dilibatkan aktif. Namun dalam pendekatan eksperiensial para peserta langsung dilibatkan dalam situasi dan pengalaman dalam bidang yang dijadikan pembinaan. Untuk itu dituntut keahlian tinggi dari pembinanya.

c. Macam-Macam Pembinaan

Mangunhardjana (1986:21) berpendapat bahwa macam-macam pembinaan nilai mandiri yaitu:

1) Pembinaan Orientasi

Pembinaan orientasi (orientation training progam) diadakan untuk sekelompok orang yang baru masuk dalam suatu bidang hidup dan kerja. Orang yang belum berpengalaman dalam bidangnya, pembinaan orientasi membantunya untuk mendapatkan hal-hal pokok. Orang yang sudah berpengalaman pembinaan orientasi membantunya untuk mengetahui perkembangan dalam bidangnya.

(32)

19

Pembinaan kecakapan (skill training) diadakan untuk membantu para peserta guna mengembangkan kecakapan yang sudah dimiliki atau mendapatkan kecakapan baru yang diperlukan untuk pelaksanaan tugasnya.

3) Pembinaan Pengembangan Kepribadian

Pembinaan pengembangan kepribadian (personality development training) juga disebut pembinaan pengembangan sikap (attitude development training).Tekanan pembinaan ini berguna untuk membantu para peserta, agar mengenal dan mengembangkan diri menurut gambaran atau cita-cita hidup yang sehat dan benar.

4) Pembinaan Kerja

Pembinaan kerja (in-service training) diadakan oleh suatu lembaga usaha bagi para anggota stafnya.Makapada dasarnya pembinaan diadakan bagi mereka yang sudah bekerja dalam bidang tertentu. Tujuanya untuk membawa orang keluar dari situasi kerja mereka, agar dapat menganalisis kerja mereka dan membuat rencana peningkatan untuk masa depan. Bersamaan dengan itu dalam pembinaan para peserta mendapatkan penambahan pandangan dan kecakapan serta diperkenalkan pada bidang-bidang yang baru.

5) Pembinaan Penyegaran

Pembinaan penyegaran (refreshing training) hampir sama dengan pembinaan kerja. Hanya bedanya, dalam pembinaan penyegaran biasanya tidak ada penyajian hal yang sama sekali baru, tetapi sekadar

(33)

20

penambahan cakrawala pada pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada. Banyak sekali dalam pembinaan penyegaran para peserta meninjau pola kerja yang ada dan berusaha mengubahnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan baru.

6) Pembinaan Lapangan

Pembinaan lapangan (feld training) bertujuan untuk menempatkan para peserta dalam situasi yang nyata, agar mendapat pengetahuan dan memperoleh pengalaman langsung dalam bidang yang diolah dalam pembinaan.

3. Teori yang Mendasari Pembinaan Nilai Mandiri a. Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons

Fungsi adalah “Kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu ataukebutuhan system.” (Rocher dalamRitzer & Goodman, 2010:123). Berdasarkan definisi ini Parsons yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem untuk terus bertahan yang dikenal dengan skema AGIL yaitu:

1) Adaptation (Adaptasi)

Sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat.Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.

2) Goal attainment (Pencapaian tujuan)

Sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utama. 3) Integration (integrasi)

(34)

21

Sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya.Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainya (A, G, L).

4) Latency (Latensi atau pemeliharaan pola):

Sebuah sistem harus melengkapi,memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.

Parson mendesain skema AGIL ini untuk digunakan di semua tingkat dalam sistem teoritisnya. Bahasan empat sistem tindakan, akan dicontohkan bagaimana cara Parsons menggunakan skema AGIL.

Organisme perilaku adalah sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dan mengubah lingkungan eksternal. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya. Sistem sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Terakhir, sistem cultural melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak.

(35)

22

Gambar 2.1 Skema Tindakan Parsons

Berdasarkan skema tersebut menunjukkan bahwa Parsons mempunyai gagasan yang jelas mengenai “Tindakan” analisis sosial maupun mengenai hubungan antara berbagai tingkatan itu. Susunan hierarkinya jelas, dan tingkat integrasi menurut sistem Parsons terjadi dalam dua cara : Pertama, masing-masing tingkat yang lebih rendah menyediakan kondisi atau kekuatan yang diperlukan untuk tingkat yang lebih tinggi. Kedua, tingkat yang lebih tinggi mengendalikan tingkat yang berada di bawahnya.

Berdasarkan asumsi yang dibuat Parsons dalam sistem tindakannya, kita berhadapan dengan masalah yang sangat diperhatikan Parsons dan telah menjadi sumber utama kritikan atas pemikiranya Schwanenberg (dalam George Ritzer & Douglas J. Goodman, 2003: 123). Problem Hobbesian tentang keteraturan yang dapat mencegah perang sosial semua lawan semua.

1. Lingkungan tindakan : reaksi akhir 2. Sistem Kultural 3. Sistem Sosial 4. Sistem Kepribadian 5. Organisme Perilaku 6. Lingkungan Tindakan: Lingkungan fisik-organis Informasi Tertinggi (Kontrol) Informasi Tertinggi (Kontrol) Hierarki Faktor yang mengkondisik an Hierarki Faktor yang mengkondisi kan Energi Tinggi (Kontrol) Energi Tinggi (Kontrol)

(36)

23

Menurut Parsons tak dapat dijawab oleh filsuf kuno. Parsons menemukan jawaban problem di dalam fungsionalisme struktural dengan asumsi sebagai berikut :

1) Sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung.

2) Sistem cenderung bergerak kearah mempertahankan keteraturan diri atau keseimbangan.

3) Sistem mungkin statis atau bergerakdalam proses perubahan yang teratur.

4) Sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentuk bagian-bagian lain.

5) Sistem memelihara batas-batas dengan lingkunganya.

6) Alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental yang diperlukan untuk memelihara keseimbangan sistem.

7) Sistem cenderung menuju ke arah pemeliharaan keseimbangan diri yang meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan sistem, mengendalikan lingkungan yang berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan untuk merubah sistem dari dalam.

Asumsi-asumsi ini menyebabkan Parsons menempatkan analisis struktur keteraturan masyarakat pada prioritas utama. Hal ini menyebabkan, ia sedikit sekali memperhatikan masalah perubahan sosial. Perlu diperhatikan bahwa empat sistem tindakan itu tidak muncul dalam kehidupan nyata; keempat itu

(37)

24

lebih merupakan peralatan analisis untuk menganalisis kehidupan nyata. Pertama, Sistem Sosial. Konsep Parsons dalam sistem sosial berawal pada interaksi tingkat mikro antara ego dan alter-ego yang mendefinisikan sebagai bentuk sistemsosial paling mendasar. Kedua, Aktor dan Sistem Sosial. Dalam menganalisis sistem sosial ini, Parsons tidak mengabaikan masalah hubungan antara aktor dan struktur sosial. Ketiga, Masyarakat. Meskipun pemikiran tentang sistem sosial meliputi semua jenis kehidupan kolektif, satu sistem sosial khusus dan sangat penting adalah masyarakat. Keempat, Sistem Kultural, Parsons membayangkan kultur sebagai kekuatan utama yang mengikat berbagai unsur dunia sosial. Kelima, Menurut Parsons, meskipun kandungan utama struktur kepribadian berasal dari sistem sosial dan cultural melalui proses sosialisasi, namun kepribadian menjadi suatu sistem yang independen melalui hubungannya dengan organisme sendiri dan melalui keunikan pengalaman hidupnya sendiri;kepribadian bukanlah merupakan sebuah epifenomenon semata (George Ritzer & Douglas J. Goodman, 2003: 130). Keenam, Organisme behavioural, Meskipun Parsons memasukkan organisme behavioural (perilaku) sebagai salah satu diantara empat sistem tindakan, Parsons sangat sedikit membicarakannya. Ketujuh, Media Pertukaran umum.Salah satu cara Parsons memasukkan aspek dinamis, yang berubah-ubah (Alexander dalam George Ritzer & Douglas J. Goodman, 2003: 135) kedalam teorinya adalah melalui gagasannya tentang media pertukaran umum di dalam dan di antara empat sistem tindakan yang telah dibahas.

(38)

25

b. Teori Kognisi Sosial Albert Bandura

Para teoretisi belakangan melangkah jauh melampaui pandangan behavioris sederhana Miller dan Dollard mengenai imitasi.Salah satu kontributor yang paling berpengaruh dalam bangkitnya minat kepada imitasi adalah Albert Bandura dari Stanford University. Bandura dan Richard Walters bekerja sama menyusun sebuah buku mengenai sejumlah teori yang terkait dengan imitasi menurut pandangan mereka yaitu sebagai berikut :

1) Analisis mengenai Pemodelan (Modeling)

Berkenaan dengan imitasi, Bandura dan Walters bertolak mulai dari titik perhentian Miller dan Dollar. Mereka menunjukkan bahwa tikus-tikus bisa belajar mengikuti (tidak mengikuti) tikus-tikus lainnya dalam sebuah maze berbentuk T, dan bahwa anak-anak bisa belajar membuat (atau tidak membuat) respon-respon sama yang dibuat oleh seorang dewasa atau anak lainnya. Oleh karena itu Bandura dan Walters meyakini bahwa kita sebagai manusia bisa belajar melakukan serangkaian operasi yang lebih rumit dengan mengamati begaimana orang lain melakukan hal itu dan kemudian memodelkan perilaku kita sendiri menurut apa yang telah kita amati. Memang tetap menjadi pertanyaan apakah kita bisa memperoleh respon-respon baru sepenuhnya melalui imitasi, namun yang jelas kita bisa belajar menyusun respon-respon sederhanadalam urutan kompleks semata-mata dengan mengamati dan mengimitasi orang lain. Contohnya adalah fakta bahwa seorang pelajar bisa mengamati dan mengimitasi seorang

(39)

26

pengemudi yang berpengalaman akan meningkatkan kecepatan belajar maupun peluangnya untuk menjalani semuanya hingga akhir.

Cara yang kedua adalah inhibisi (inhibition) dan disinhibisi (disinhibition) atas respons-respons yang telah dipelajari. Pada kasus inhibisi, ia belajar dari mengamati orang lainnya untuk tidak membuat respons yang cenderung akan ia perbuat sendiri. Contohnya saat guru menegur seorang siswa yang gaduh didalam kelas, sehingga siswa tidak gaduh lagi. Pada kasus disinhibisi menunjuk pada contoh seorang yang telah melakukan pembelajaran cara membuat respons dalam situasi tertentu, namun sekarang mengamati orang lain membuat respon tersebut sehingga ia pun melakukannya.

Cara ketiga berlangsungnya imitasi adalah dengan memunculkan respons yang telah dipelajari. Pemunculan atau elisitasi (elicitation) seperti ini amat kentara pada anak-anak, meskipun juga lazim pada orang dewasa: begitu seseorang mulai melakukan sesuatu, beberapa orang lainnya pun ingin melakukan hal yang sama, meskipun sebelumnya mereka telah diberi kesempatan untuk tidak memikirkan hal itu. Kecenderungan ini bisa menjadi gangguan bila sumber daya untuk melakukan aktivitas tersebut terbatas (hanya ada satu set krayon untuk selusin anak-anak yang semuanya tiba-tiba ingin mewarnai), namun akan bermanfaat bila aktivitas semacam itu membutuhkan sejumlah orang agar tercapai hasil terbaik.

(40)

27

Bandura menunjukkan bagaimana belajar melalui pengamatan diperoleh melalui empat komponen dasar:atensi, retensi, produksi, motivasi. Atensi, berarti kita tidak secara otomatis belajar sesuatu yang terpapar di hadapan kita. Kita memperhatikan peristiwa-peristiwa secara selektif, baik dengan cara-cara yang jelas bersifat fisik, seperti apa yang kita lihat maupun dengan cara yang lebih halus. Retensi, menunjukkan bahwa apa yang kita pelajari tidak menghasilkan efek praktis kecuali kita mengingatnya cukup lama sehingga bisa menggunakannya. Produksi, mengamati perilaku orang lain tidak secara otomatis menghasilkan kemampuan untuk mengimitasinya secara akurat.

B. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

1. Skripsi Apriyanti Tahun 2011

Penelitian yang telah dilakukan oleh Apriyanti (2011) dalam skripsi berjudul “Pendidikan Karakter Anak di Desa Rungkan Kecamatan Losari Kabupaten Brebes”.Bahwasannya dengan tidak adanya peran ibu dalam mendidik anak, maka pendidikan karakter yang diterapkan menjadi kurang maksimal atau terhambat karena peran ibu digantikan oleh sosok lain.

2. Skripsi Dika Rahmila Sari Tahun 2017

Penelitian yang telah dilakukan Dika Rahmila Sari pada tahun 2017 berjudul “Pola Asuh Ibu Pekerja Pabrik Ikan dalam Menanamkan Karakter Mandiri pada Anak di Kampung Nelayan Desa Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang”.Hasil dari penelitian ini adalah pola asuh yang dilakukan oleh

(41)

28

orang tua, adalah dengan mengajarkan anak untuk membantu orang tua melakukan pekerjaan rumah tangga.

3. Skripsi Rahayu Pribandari Tri Sunarsih Tahun 2016

Skripsi dengan judul “Penanaman kemandirisn pada anak kelompok bermain di kenderstation Maguwoharjo Sleman Yogyakarto” hasilnya adalah aktor pendukung dalam penanaman kemandirian dari diri individu yaitu kesiapan fisik anak. Faktor yang mendukung penanaman kemandirian anak dlaam lingkungan anak diantaranya dalam aspek kurikulum, dukungan fasilitas lembaga, komitmen warga sekolah, pembiasaan yang konsisten dan dukungan dari teman serta orang tua.

4. Skripsi Siti Hajar Riyanti Tahun 2013

Skripsi dengan judul “Pola pengasuhan anak pada keluarga TKW dari perspektif sosiologi hukum keluarga Islam (studi kasus di Desa legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua yang berbeda menghasilkan kepribadian yang berbeda pula. Ada dua dampak yang terjadi pada anak di Desa legokjawa yang ditinggal ibunya bekerja di luar negeri. Dampak positifnya adalah anak menjadi mandiri, pintar bersosialisasi dan rajin. Adapun dampak negatifnya adalah nakal, putus sekolah dan pergaulan bebas.

5. Jurnal Nur hidayah Tahun 2008

Jurnal ini berjudul Pengaruh Ibu Pekerja dan Peran Ayah dalamCoparenting terhadap Prestasi Belajar Anak. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara

(42)

29

terhadap 25 responden yang dijadikan sebagai random sampling dalam penelitian ini, di-peroleh data bahwa sebagian besar responden melakukan pola asuh dan pendampingan belajar kepada anak-anaknya secara mandiri. Hal ini membuktikan bahwa orang tua lebih memilih melakukan sendiri pola asuh dan pendampingan belajar kepada anak-anaknya dan tidak menyerahkannya kepada orang lain, misalnya pembantu rumah tangga.

6. Jurnal Riyayan Dwi Saputro Tahun 2016

Jurnal dengan judul “Pendidikan Karakter Anak Keluarga TKW (Studi kasus di Desa Nglangdung Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Tahun 2015)” Hasilnya adalah bahwa pemberian tugas rumah kepada anak laki-laki sebenarnya tidak ada salahnya karena hal tersebut melatih kemandirian dan tanggung jawab anak kelak sebagai bekal hidup dalam keluarga, karena tidak selamanya peran domestik dipegang oleh perempuan. Dalam hal ini ada ketidakpercayaan kepada anak untuk melakukan pekerjaan rumah. Seharusnya anak diajari mulai dari kecil, tentu saja hal itu membutuhkan proses yang panjang, karena anak butuh untuk belajar.

7. Jurnal Janet Loebach dan Jason Gilliland Tahun 2019

Jurnal dengan judul “Examining the social and built enviroment factors influencing childrens independent use of their neigborhoods and the experience of local setting as child friendly” hasilnya adalah bahwa lingkungan secara tradisional berfungsi sebagi pengaturan penting untuk kegiatan mandiri anak-anak, tetapi penggunaannya telah menurun drastis.

(43)

30

Peningkatan pengakuan bahwa lingkungan sehari-hari anak-anak memainkan peran dalam kesehatan dan kesejahteraan mereka telah memberikan dorongan untuk menggali lebih dalam konteks spasial dari kegiatan mereka dan untuk mengeksplorasi secara langsung pengalaman hidup anak-anak di lingkungan sehari-hari mereka.

8. Jurnal Ninuk Indrayani Tahun 2018

Jurnal dengan judul “Eksistensi tenaga kerja wanita dalam kemandirian ekonomi keluarga dan pendidikan anak di Desa Kaliglagah Kecamatan Sumberbaru Kabupaten Jember” adalah bahwa pendidikan anak diserahkan sepenuhnya untuk suami dan keluarga suami, TKW hanya mengurus biaya saja.

9. Jurnal Suid dkk Tahun 2017

Jurnal dengan judul “Analisis Kemandirian siswa dalam proses pembelajaran di kelas III SD Negeri I Banda Aceh” hasilnya adalah siswa yang termasuk dalam kategori mandiri yaitu percaya diri, mampu bekerja sendiri, menghargai waktu dan memiliki hasrat untuk bersaing.

10. Jurnal Nurul Mahmudah tahun 2017

Jurnal dengan judul “Suami TKW yang mengurus rumah” hasilnya adalah suami yang memiliki istri sebagai TKW dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Hal ini karena suami menyerahkan tugasnya sebagai pencari nafkah utama. Suami yang ditinggal istrinya menjadi TKW mengambil alih tugas istri seperti mengurus rumah dan mendidik anak.

(44)

31

11. Jurnal Rizki Ananda tahun 2017

Jurnal dengn judul “Implementasi nilai-nilai moral dan agama pada anak usia dini”. Hasilnya adalah dengan diberikannya landasan pendidikan moral dan agama kepada anak PAUD maka seorang anak PAUD dapat belajar membedakan perilaku yang baik dan buruk, benar dan salah sera terbiasa menjalankan ajaran agama sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembanganya.

12. Jurnal Atik Yuliani Tahun 2018

Jurnal dengan judul “Penanaman nilai kemandirian pada anak usia dini” hasilnya adalah proses pola asuh dilakukan setiap saat karena karakteristik abak sangt unik, sehingga keunikannya anak sering mendapat hal-hal yang dianggap menarik perhatian dnegan demikian ornag tua senantiasa harus mendampingi untuk memberikan pemahaman.

Berdasarkan uraian penelitian relevan terdahulu, telah membahas terkait anak keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) maupun pendidikan atau penanaman karakter mandiri. Namun, dalam penelitian berjudul “Pembinaan Nilai Mandiri pada Anak Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) Luar Negeri di Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati” inimemiliki perbedaan dengan penelitian revelan tersebut. Penelitian ini lebih fokus terhadap pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga TKW Luar Negeri, sehingga menjadi lebih menarik bagaimana pembinaan nilai mandiri pada anak yang ditinggal ibunya ke Luar Negeri dengan jangka waktu yang cukup lama dibandingkan dengan anak yang ditinggal ibunya

(45)

32

sebagai TKW lokal. Selain itu melalui penelitian ini akan didapatkan hasil kajian yang rinci mengenai pembinaan yang dilakukan melalui materi, metode dan media pembinaan nilai mandiri. Anak keluarga TKW benar-benar disiapkanuntuk menjadi seorang yang mandiri.Penelitian ini juga mengidentifikasi “Siapa yang mengambil alih peran ibu?” untuk mendampingi dan memastikan perkembangan fisik dan psikis anak berkembang dengan optimal. Pihak yang mengambil alih biasa disebut wali anak/pengasuh dari berbagai peran baik itu ayah kandung, nenek, paman, bibi maupun orang lain. Hal inilah yang akan mempengaruhi perbedaan pembinaan nilai mandiri yang dilakukan oleh wali anak/pengasuh tersebut.

C. Kerangka Berpikir

Anak- Anak yang ditinggal ibunya menjadi Tenaga kerja Wanita (TKW) luar negeri kehilangan pengasuhan. Oleh karena itu pengasuhan diambil alih pihak lain yang biasa disebut wali anak/pengasuh. Hal ini menjadikan pengasuh menjalankan peran dan fungsi yang seharusnya dijalankan oleh seorang Ibu dalam membesarkan anak-anak mereka. Pengasuh bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikologis anak. Pengasuh juga memiliki peran dan fungsi melaksanakan pembinaan nilai pada anak. Pembinaan nilai yang dilakukan oleh pengasuh bertujuan untuk mendidik anak menjadi anak yang mandiri meskipun ditinggal oleh ibunya yang dilakukan pengasuh menggunakan materi, metode, dan media. Materi berisi wejangan untuk bersikap dan berperilaku mandiri, metode yang digunakan adalah permodelan atau contoh

(46)

33

perilaku mandiri dari orang tua, dan media yang digunakan adalah penggunaan hukuman atau hadiah untuk melakukan pembinaan nilai mandiri.

Teori yang digunakan dalam pembinaan nilai mandiri adalah teori struktural fungsional oleh talccot Parsons dan teori kognisi sosial oleh Albert Bandura. Teori structural fungsional oleh talccot Parson memberikan pijakan kepada pengasuh untuk melakukan pembinaan nilai mandiri melalui skema AGIL (Adaptation, Goal Attaiment, Integration, Latency), sedangkan teori kognisi sosial oleh Albert Bandura memberikan pijakan kepada pengasuh untuk melakukan pembinaan nilai mandiri melalui permodelan contoh perilaku mandiri. Materi, metode, media dan teori yang digunakan memberikan hasil yaitu kemandirian anak Keluarga TKW.

(47)

34

KERANGKA BERPIKIR

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Anak-anak yang ditinggal ibunya kehilangan

Pengasuhan, Pengasuhan diambil alih pihak lain (pengasuh)

Pengasuh/wali anak

melakukan pembinaan nilai mandiri pada anak keluarga TKW Materi Wejangan untuk mandiri (verbal) Metode (Contoh perilaku mandiri)mandiriman diri) Media (Hadiah/hukuman) Teori struktural fungsional (Talcott Parsons) Teori Kognisi Sosial (Albert Bandura) Hasil : Kemandirian Anak Keluarga TKW

(48)

75

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya, adapun simpulan yang diperoleh yaitu:

1. Pembinaan nilai mandiri yang dilakukan terhadap anak keluarga TKW dilakukan melalui materi, metode dan media oleh keluarga. Materi yang disampaikan berupa verbal yang diharapkan mampu untuk meningkatkan nilai mandiri pada pikiran maupun perilaku anak. Metode digunakan untuk melaksanakan pembinaan nilai melalui meniru atau permodelan dari keluarga maupun isyarat. Media dilakukan dalam wujud hukuman maupun hadiah yang diberikan oleh keluarga terhadap anak TKW.

2. Berhasilnya pembinaan nilai mandiri pada anak TKW didukung oleh faktor-faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi anak dan keterpaksaan. Adanya motivasi atau kesadaran pada anak akan mempermudah proses pembinaan nilai mandiri. Keterpaksaan yang ada dalam hati anak, juga mampu mendukung kemandirian anak. Pada faktor eksternal dipengaruhi oleh pola asuh keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan bermain. Pola asuh keluarga berperan sangat penting dalam mendukung pembinaan nilai mandiri pada anak. Seluruh anggota keluarga memiliki kewajiban untuk mendukung pembinaan nilai mandiri pada anak. Lingkungan di sekitar anak juga merupakan faktor penting dalam proses pembinaan nilai mandiri pada

(49)

76

anak. Lingkungan yang baik maka mampu mendukung pembinaan nilai mandiri sedangkan lingkungan yang buruk akan menghambat pembinaan mandiri pada anak.

3. Beberapa hal juga mampu menghambat pembinaan nilai mandiri pada anak. Hambatan-hambatan itu meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu tidak adanya motivasi atau kesadaran pada anak untuk mandiri bahkan anak cenderung menyalahkan keadaan. Faktor eksternal meliputi pola asuh keluarga yang kurang tepat, lingkungan sekolah dan bermain yang tidak mendukung bahkan cenderung menghambat pembinaan nilai mandiri.

B. Saran

Ada beberapa masukan yang peneliti berikan untuk berbagai peran pengasuh yang melakukan pembinaan nilai mandiri terhadap anak TKW adalah sebagai berikut :

1. Pengasuh/Wali Anak

Pengasuh sebaiknya memahami dengan baik karakter dan keunikan anak sehingga memudahkan untuk menentukan materi, metode dan media yang terbaik untuk anak tersebut. Pengasuh sebaiknya menerapkan komunikasi dua arah, sehingga anak tidak merasa diperintah untuk melakukan pekerjaan, namun lebih pada permintaan tolong. Proses ini bisa dilakukan melalui pembiasaan penggunaan kata maaf, tolong, terima kasih, pemisi dan lain sebagainya sehingga anak merasa dihargai dalam melaksanakan pekerjaan.

(50)

77

2. Anak

Anak sebaiknya cepat beradaptasi dengan lingkungan tanpa ibu. Menyalahkan keadaan bukanlah pilihan yang tepat. Anak yang yang mandiri mampu menyelesaikan semua tugasnya sendiri dan tidak merepotkan orang lain.

(51)

78

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Achmad, Uchiyah. 2008. Pembinaan Nilai, Moral dan Sikap Remaja melalui Pendidikan Keluarga di Era Global. Semarang: UNNES.

Astuti, Tri Marheni Pudji.1994. ‘Tenaga Kerja Wanita antara harapan dan Kenyataan’.Dalam Amien, Moch (Ed.).Mimbar Keguruan dan Ilmu Sosial.Semarang: IKIP Semarang.

Daroni. 2007. Peran Keluarga dalam Pendidikan dan Proses Belajar Anak Usia Dini. FIP UNNES.

Fadlillah, Muhammad dan Lilif Mualifatu khorida. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Heldawati. 2014. Pendidikan Keluarga. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Hill, Winfred F. 2011. Theories of Learning. Bandung: Nusa Media

Jihad, Asep, dkk. 2016. Pendidikan Karakter (Teori dan Implementasi). Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Mangunhardjana, A. 1998.Pembinaan (Arti dan Metodenya). Yogyakarta: Kanisius. Masrukhi. 2014. Nilai dan Moral Sebuah Diskursus. Yogyakarta: Diandra Pustaka

Indonesia

Moleong, Lexy J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Mustari, Mohamad. Nilai Karakter (Refleksi untuk Pendidikan). Depok: Rajagrafindo. Nazir.Moh. 2014.Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rachman, Maman. 2017. Pendidikan dan Pembinaan Karakter bangsa. Semarang : Fastindo.

Ritzer, George dan Duoglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter (Stretegi Membangun Karakter Bangsa Berkepribadian). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

(52)

79

Riyanti, Siti Hajar. 2013. ‘Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga TKW dari Perspektif Sosiologi Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Saputri, Rani Puji. 2010. ‘Pola Asuh Anak dalam Keluarga Pasca Perceraian di Kelurahan Leteh Kabupaten Rembang’. Skripsi. Semarang: UNNES.

Sari, Dika Rahmila. 2017. ‘Pola Asuh Ibu Pekerja Pabrik Ikan dalam Menanamkan Karakter Mandiri pada Anak di Kampung Nelayan Desa Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang’. Skripsi. Semarang: UNNES.

Triani, Ani. 2017. ‘Pembinaan Karakter Kejujuran Siswa Melalui kegiatan Ekstrakulikuler Bank Mini di SMP Negeri 12 Semarang’. Skripsi.Semarang :UNNES.

Artikel Jurnal

Ananda, Rizki. 2017. ‘Implementasi Nilai-Nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini’. Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Vol 1. Hal.19-31.

Loebach, janet dkk. 2019. ‘Examining the Social and Built Environment Factors Influencing Children’s Independent Use of Their Neighborhoods and the Experience of Local Setting as Child-Friendly’. Dalam PlanningEducation and Research. Hal 1-15.

Mahmudah, Nurul. 2017. ‘Suami TKW Mengurus Rumah’. Dalam Sosiologi FISIP. Surabaya : Universitas Airlangga.

Saputro, Riyayan Dwi. 2016. ‘Pendidikan Karakter Anak Pada Keluarga TKW (Studi Kasus di Desa Nglandung, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun Tahun 2015)’.Dalam Pancasila dan Kewarganegaraan. No 2. Hal 517.

Siti, NurHidayah. 2008. ‘Pengaruh Ibu Pekerja dan Peran Ayah dalam Coparenting terhadap Prestasi Belajar Anak’. Dalam Seul. No 2. Hal 10-11.

Suid, dkk. 2017. ‘Analisis Kemandirian Siswa dalam Proses Pembelajaran di Kelas III SD Negeri 1 Banda Aceh’. Dalam Pesona Dasar. No. 5. Hal. 70-81. Yuliani, Atik, dkk. 2018. ‘Penanaman Nilai Kemandirian pada Anak Usia Dini’.

Bandung: UPI.

Perundang-Undangan

Gambar

Gambar 2.1 Skema Tindakan Parsons
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Anak-anak yang ditinggal

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa perbandingan kriteria A (pada baris) dan kriteria D (pada kolom) menghasilkan nilai 3 yang menunjukan bahwa kriteria harga agak lebih

Bagi peserta didik yang mengikuti mata pelajaran Public Area diharapkan dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan Public Area melalui penggunaan media proyeksi. Bagi

Dari hasil pembahasan disarankan agar IPI harus menggunakan sebuah Pangkalan data (Database), untuk dapat mengawasi dan mengetahui informasi para anggotanya dan

Selain keperkasaan dalaman yang melibatkan keperkasaan individu itu sendiri iaitu keyakinan diri dengan melibatkan diri dalam program pembangunan, berurusan dengan pihak

Jika sebelumnya untuk mencetak laporan dilakukan secara manual yaitu dengan copy paste satu persatu laporan dari tiap puskesmas kemudian digabungkan dalam satu laporan

Sebagai salah satu pengukuran kinerja panduan mutu CKIB, manajemen UUPI harus memastikan bahwa produk yang tidak sesuai dengan persyaratan produk, harus dilakukan

Na temelju provedenog istraţivanja čimbenika koji utječu na ponašanje pojedinca prilikom odvojenog prikupljanja otpada, moţe se uočiti razlika izmeĎu predstavljenih

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted