• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT DANA DIPA UNDIKSHA 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT DANA DIPA UNDIKSHA 2016"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

DANA DIPA UNDIKSHA 2016

PELATIHAN PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS

KARAKTER BERDASARKAN KURIKULUM 2013 BAGI

GURU-GURU BAHASA INGGRIS SMP, SMA, DAN SMK SE

KABUPATEN MANGGARAI BARAT”

Pelaksana

Dra. Luh Putu Artini, M.A., Ph.D. Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, MA.

Surat Perjanjian Kerja Pengabdian Kepada Masyarakat No: 36/UN48.16/PM/2016

LEMBAGA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

USUL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT DANA DIPA

1. Judul : “Pelatihan Pembelajaran Inovatif berbasis karakter berdasarkan Kurikulum 2013 bagi guru-guru bahasa Inggris SMP, SMA, dan SMK se Kabupaten Manggarai Barat

2. Ketua Pelaksana :

Nama dan Gelar Akademik : Dra. Luh Putu Artini, M.A, PhD. Pangkat/Golongan/NIP : Pembina/IVa/196407141988102001 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Bidang Keahlian : Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas/Jurusan : Program Pascasarjana/Pendidikan Bahasa Inggris

3. Personalia

a. Jumlah anggota : 1 orang b. Pembantu Pelaksana : - 4. Jangka Waktu Kegiatan : 6 bulan

5. Bentuk Kegiatan : Lokakarya

6. Sifat Kegiatan : Rintisan

7. Biaya yang diperlukan : Rp. 14.500.000,-

(3)

Singaraja, 12 Oktober 2016 Mengetahui

Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Ketua Pelaksana P2M

UNDIKSHA

Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, MA. Dra Luh Putu Artini, MA, PhD NIP. 196226061986101001 NIP. 196407141988102001

Mengetahui

Ketua LPPM Undiksha

Prof Dr.I Nengah Suandi, M.Hum. NIP 1956123119830310022

(4)

DAFTAR ISI A. Judul BAB I 1.1Analisis Situasi ... 1 1.2Kajian Pustaka ... 2 1.3 Tujuan ... 3 1.4 Manfaat Kegiatan ... 3 1.5 Target Pencapaian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kurikulum 2013 dan Pembelajaran Karakter ... 5

2.2 Pembelajaran Inovatif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris ... 5

2.3 Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis ‟Scientific Approach‟ Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 7

BAB III KERANGKA PEMECAH MASALAH 3.1 Khalayak Sasaran Antara yang Strategis ... 12

3.2 Keterkaitan ... 13

3.3 Metode Kegiatan ... 13

3.4 Rancangan Evaluasi ... 16

BAB IV PELAKSANA DAN HASIL 4.1 Pelaksanaan ... 18

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 22

5.2 Saran ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN 1. Lampiran 1: Makalah ... 24

2. Lampiran 2: Biodata Ketua dan Anggota tim P2M ... 36

(5)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

Salah satu strategi yang diambil dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas oleh pemerintah Indonesia adalah dengan melakukan reformasi di bidang pendidikan. Reformasi tersebut dilakukan untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam rangka mensejajarkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia dengan kualitas SDM dari negara-negara yang sudah tergolong lebih maju. Upaya ini perlu dilakukan agar SDM Indonesia mampu bersaing di dunia global. Melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan strategi yang telah diambil saat ini adalah dengan meningkatkan sistem pendidikan nasional melalui penetapan standar-standar pendidikan. Ada delapan buah standar yang telah ditetapkan, beberapa yang relevan dengan program pengabdian masyarakat ini adalah standar isi, standar kompetensi lulusan dan standar proses.

Sejak dibelakukannya kurikulum berbasis kompetensi sejak 2004, pembelajaran sudah mengalami perubahan paradigma dari pembelajaran berposat kepada guru menjadi berpusat pada siswa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang kemudian diberlakukan pada tahun 2006 lebih menekankan perlunya pembelajaran yang inovatif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi dan menantang. Sesungguhnya sejak tahu 2006 itulah istilah pembelajaran mulai gencar dipakai di dunia pendidikan. Berbagai pelatihan tentang pembelajaran inovatif mulai

Kurikulum 2013 yang diperkenalkan sebagai pengganti KTSP memiliki standar proses dan pendekatan pembelajaran yang baru, namun konsep pembelajaran inovatif tidak berubah. Bahkan kebutuhan untuk mampu merancang pembelajaran inovatif semakin dibutuhkan, terutama yang sekaligus memasukkan pendidikan karakter sebagaimana yang dirumuskan dalam salah satu kompetetensi inti Kurikulum 2013.

Di Provinsi Bali, pelatihan, seminar, lokakarna, professional development maupun bentuk kegiatan lain yang mengambil topik pembelajaran inovatif dan juga pendidikan karakter sudah sangat sering dilakukan. Bisa dikatakan bahwa hampir semua guru di Bali sudah tersentuh kegiatan sosialisasi maupun pelatihan tentang pembelajaran inovatif.

(6)

2

Namun demikian, sekolah-sekolah di berbagai wilayah di NTT belum banyak tersentuh oleh kegiatan pelatihan maupun professional development tentang pembelajaran inovatif dan pendidikan karakter. Kebutuhan untuk mengadakan progam-program pelatihan bagi guru-guru, khususnya guru Bahasa Inggris di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kabupaten Manggarai Barat sangat diperlukan karena dua alasan utama. Pertama, memang karena alasana kurangnya kegiatan pelatihan dan professional development yang menyasar guru-guru Bahasa Inggris di Manggarai. Kedua, Kabupaten Manggarai Barat merupan kabupaten yang memiliki potensi wisata yang sangat mengagumkan termasuk adanya Pulau Komodo yang terkenal di seluruh dunia. Ada potensi besar bagi kabupaten ini untuk mengembangkan ekonomi kreatifnya di bidang pariwisata. Dengan demikian kebutuhan untuk bisa berbahasa Inggris menjadi semakin tinggi. Ini disadari oleh lembaga pendidikan tinggi yang ada di Manggarai. Melalui surat permohonan kerjasama di bidang Pengabdian Pada Masyarakat nomor: 059/SK-IIIa/10/d/PSPBI-STKIP/2015, tertanggal 21 Oktober 2015, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan St. Paulus sebagai sebuah LPTK terbesar di Manggarai Barat menyatakan keinginan untuk bekerjasama dalam mengadakan kegiatan P2M yang khusus menyasar guru-guru Bahasa Inggris dari semua tingkatan sekolah (Lihat Lampiran 3)

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Adapun masalah yang mendasari ide pelaksanaan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini adalah

1) Sosialisasi, pelatihan maupun kegiatan-kgiatan Professional Development tentang implementasi Kurikulum 2013 belum banyak dilakukan di NTT, khususnya Kabupaten Manggarai Barat.

2) Pembelajaran dengan kurikulum baru memerlukan strategi inovatif yang bisa memadukan pembelajaran dengan target pengembangan kemampuan kognitif sekaligs karakter sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara natural dan menyenangkan. 3) Perlu adanya pelatihan bagi guru-guru bahasa Inggris se-Kabupaten Manggarai Barat

(7)

3

dan inovatif yang menekankan pembelajaran pada penggunaan bahasa komunikatif serta pendidikan karakter.

1.3 Tujuan

Kegiatan Pengabdian pada masyarakat ini memiliki tujuan agar guru-guru bahasa Inggris SMP, SMA dan SMK se Kabupaten Manggarai Barat agar memiliki:

1. pengetahuan konsep pembelajaran inovatif sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menyasar pencapaian kognitif dan pendidikan karakter

2. kemampuan menggunakan ragam strategi inovatif yang sesuai dengan konteks dan kondisi pembelajaran di sekolah masing-masing

3. kemampuan mengembangkan RPP menggunakan pengalaman belajar yang sesuai dengan kaidah pembelajaran inovatif dan pendidikan karakter berdasarkan kurikulum 2013

1.4 Manfaat Kegiatan

Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini diharapkan akan memberi manfaat yang signifikan terhadap pihak-pihak sebagai berikut:

Bagi Guru Bahasa Inggris:

Kegiatan P2M ini diharapkan mampu menjembatani harapan pemerintah dalam Kurikulum 2013 tentang pembelajaran inovatif dan pendidikan karakter dengan kondisi persekolahan riil yang terjadi di Kabupaten Manggarai Barat.

Bagi SMP dan SMA se-Kabupaten Manggarai Barat:

Kegiatan P2M ini akan secara langsung memiliki kontribusi positif terhadap kualitas pembelajaran bahasa Inggris yang berkualitas yang akan memberi motivasi dan minat peserta didik untuk belajar bahasa Inggris.

Bagi UNDIKSHA:

Sebagai sebuah LPTK, kegiatan P2M ini akan menjadi salah satu wujud kepedulian lembaga pendidikan ini untuk berperan aktif dalam meningkatkan kualitas SDM (guru) di wilayah Indonesia umumnya dan di Kabupaten Manggarai Barat khususnya.

(8)

4 1.5 Target Pencapaian

Berdasarkan analisis situasi di atas, target pencapaian kegiatan P2M ini adalah: 1) Mengenalkan jenis-jenis strategi inovatif yang sesuai dengan konsep pembelajaran

berbasis „scientific approach‟ pada Kurikulum 2013 yang menargetkan pencapaian kognitif, skills, dan sekaligus membangun karakter.

2) Mengkaji relevansi jenis-jenis strategi inovatif berbasis karakter dalam pembelajaran yang mungkin dilakukan di sekolah-sekolah yang memiliki sumber belajar dan sarana prasarana yang sangat terbatas.

3) Membimbing guru-guru SMP, SMA dan SMK untuk membuat mapping materi dan strategi inovatif yang sesuai dengan mata pelajaran Bahasa Inggris. Dengan demikin para guru akan membangun pola fikir tentang bagaimana menyesuaikan topik dengan strategi yang tepat dan mengimplementasikan di kelas.

4) Melatihkan srategi-strategi inovatif berbasis karakter untuk mengajar materi dengan menerapkan Scientific Approach. Melalui strategi yang dilatihkan, guru diharapkan mampu untuk memahami dan mengimplementasikan metode yang dianjurkan oleh Kurikulum 2013, yaitu: Inquiry-based Learning, Problem-based learning dan Project-based learning. Dengan pemahaman yang baik terhadap konsep pendekatan saintifik dan metode-metode yang dirokemendasikan, diharapkan guru bisa menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan dan sekaligus membangun karakter peserta didik. Dengan demikian pembelajaran inovatif dan pendidikan karakter terjadi secara sinergis dan bermakna.

(9)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kurikulum 2013 dan Pembelajaran Karakter

Pembelajaran di kelas memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam belajar. Strategi pembelajaran yang dipakai guru seharusnya bisa membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran harus menyediakan ruang bagi peserta didik untuk memiliki kesempatan mengemukakan gagasan dan perasaan, yang mana ketrampilan ini pasti akan diperlukan dalam interaksi perserta didik dalam masyarakat serta membangun kepribadian yang sesuai dengan harapan kurikulum baru yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Kompetensi Inti yang mendasari setiap mata pelajaran. Kompetensi Inti yang dimaksud terdiri dari 4 yaitu: 1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;

2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Khusus pendidikan karakter diatur pada KI-2 dimana salah satu contoh rumusannya dalam mata pelajaran bahasa Inggris berbunyi sebagai berikut:

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia (Silabus Bhs Inggris SMA, Kurikulum 2013)

Kutipan KI-2 di atas menunjukkan perhatian pemerintah yang sangat besar terhadap pendidikan karakter yang harus diintegrasikan dalam pembelajaran rutin di kelas.

2.2 Pembelajaran Inovatif dalam Pelajaran Bahasa Inggris

Khusus dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP/MTs, SMA /MA, dan SMK, pembelajaran ditargetkan secara berjenjang yaitu agar peserta didik dapat

(10)

6

mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari, sedangkan untuk SMA/MA diharapkan dapat mencapai tingkat informational karena mereka disiapkan untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Tingkat literasi epistemic dianggap terlalu tinggi untuk dapat dicapai oleh peserta didik SMA/MA karena bahasa Inggris di Indonesia berfungsi sebagai bahasa asing.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs meliputi:

1. kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis secara terpadu untuk mencapai tingkat literasi functional;

2. kemampuan memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek dan monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative, dan report. Gradasi bahan ajar tampak dalam penggunaan kosa kata, tata bahasa, dan langkah-langkah retorika;

3. kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik (menggunakan tata bahasa dan kosa kata, tata bunyi, tata tulis), kompetensi sosiokultural (menggunakan ungkapan dan tindak bahasa secara berterima dalam berbagai konteks komunikasi), kompetensi strategi (mengatasi masalah yang timbul dalam proses komunikasi dengan berbagai cara agar komunikasi tetap berlangsung), dan kompetensi pembentuk wacana (menggunakan piranti pembentuk wacana).

Di tingkat SMA / MA, Mata Pelajaran Bahasa Inggris bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi informational

2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global

(11)

7

3. Mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya.

4. kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis secara terpadu untuk mencapai tingkat literasi informational;

Pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat SMA/MTs adalah kemampuan memahami struktur dan fungsi kebahasaan dari berbagai ungkapan komunikastif yang dikemas dalam berbagai teks fungsional pendek dan monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative, report, news item, analytical exposition, hortatory exposition, spoof, explanation, discussion, review, public speaking. Gradasi bahan ajar tampak dalam penggunaan kosa kata, tata bahasa, dan langkah-langkah retorika; kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik (menggunakan tata bahasa dan kosa kata, tata bunyi, tata tulis), kompetensi sosiokultural (menggunakan ungkapan dan tindak bahasa secara berterima dalam berbagai konteks komunikasi), kompetensi strategi (mengatasi masalah yang timbul dalam proses komunikasi dengan berbagai cara agar komunikasi tetap berlangsung), dan kompetensi pembentuk wacana (menggunakan piranti pembentuk wacana).

2.3 Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis ’Scientific Approach’ Berdasarkan Kurikulum 2013

Sebagai bahasa asing, bahasa Inggris memerlukan pendekatan khusus dalam pembelajarannya di kelas. Tidak sama dengan pembelajaran bahasa Indonesia dimana setelah pembelajaran di kelas, pebelajar langsung terekpos pada bahasa terlebut diluar kelas. Dengan kara lain, proses belajar terjadi baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai asing, pebelajar umumnya hanya mendapat ‟exposure‟ terhadap bahasa hanya di kelas.

Ada empat faktor yang memiliki andil dalam keberhasilan pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Faktor-faktor yang dimaksud terdiri dari Guru

(12)

8

dan Proses Mengajar (teacher and teaching), Pebelajar (learner), Proses Belajar (learning) dan Konteks Belajar (Learning Context). Dari segi guru dan Proses Mengajar, variable penentu adalah materi, silabus, metode, sumber belajar. Guru memiliki peran yang sangat penting karena merekalah yang memiliki otoritas untuk menjabarkan tuntutan kurikulum dan silabus dalam langkah-langkah nyata di kelas. Guru harus bisa merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan menetukan metode dan strategi belajar efeltif yang membuat siswanya bisa belajar secara efektif dan menyenangkan.

Pebelajar (learner) sendiri juga merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan belajar. Masing-masing siswa hadir di kelas dengan beberapa „atribut‟ yang memang sudah melekat pada mereka sebagai mahluk individu dan sosial. Mereka membawa perbedaan yang bersifat internal seperti misalnya: umur, IQ, aptitude, motivasi, attitude, kepribadian, dan cognitive styles. Perbedaan ini tentu tidak bisa diabaikan begitu saja dalam PBM. Menurut teori ini pebelajar dianggap sebagai salah satu dari tiga variabel bebas yang berperan besar dalam menentukan hasil belajar (adapun dua variable bebas lainnya guru+PBM dan konteks belajar). Hasil Belajar (Learning Outcome) sebagai variable terikat meliputi ketrampilan berbahasa yang mencakup mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

Belajar (learning) didefinisikan sebagai suatu proses yang bisa dilakukan secara tidak sadar (subconscious) maupun sadar (conscious). Proses yang dilakukan secara tidak sadar maksudnya adalah belajar yang terjadi secara alamiah tanpa disadari sepenuhnya oleh pebelajar bahwa mereka sebenarnya sedang belajar. Sebaliknya, proses yang conscious (sadar) adalah proses belajar yang secara sadar dilakukan dalam bentuk tingkah laku atau tindakan atau strategi untuk mempelajarai sesuatu.

(13)

9

Konteks belajar juga merupakan salah satu faktor penentu. Pebelajar bahasa Inggris yang ada di negara dimana bahasa Inggris digunakan oleh anggota masyrarakat setempat (ESL) tentu akan meiliki strategi belajar dan hasil belajar yang berbeda dengan pebelajar yang berada di daerah dimana bahasa yang dipelajari tidak dipakai dilingkungannya (EFL). Dalam konteks ESL (English as a Second Language), pebelajar dihadapkan dengan belajar bahasa tidak hanya di sekolah tetapi juga di lingkungannya. Sementara di konteks EFL (English as a Foreign Language), pebelajar hanya mendengar dan mempelajari bahasa tersebut di dalam kelas.

Pada kurikulum sebelumnya (KTSP, 2006), keempat faktor ini kurang mendapat perhatian. Perhatian lebih difokuskan ada guru dimana para guru mendapat banyak kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan strategi untuk meningkatkan proses pembelajaran. Pada Kurikulum terbaru (Kurikulum 2013) perhatian tidak saja ditujukan pada guru tetapi juga proses, siswa, dan konteks belajar. Ini didasari oleh target yang ingin dicapai oleh kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum 2006. Kurikulum lama menekankan pada pencapaian kompetensi sehingga pembelajaran ditekankan pada pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Kurikulum 2014 dicanangkan untuk mencapai empat kompetensi inti yaitu: sikap spiritual, sikap social (karakter), pengetahuan dan ketrampilan atau dengan kata lain, selain mencapai apa yang ingin dicapai kurikulum sebelumnya, siswa mendapat perhatian serius agar memiliki karakter yang kuat, bermoral, bisa berinteraksi dengan efektif dalam scope lokal, nasional ataupun internasional. Sekolah harus bisa mencetak sumber daya manusia yang produktif, kreatif dan inovatif. Jadi Kurikulum 2013 menyediakan petujuk yang jelas tentang langkah-langkah pembelajaran yang diharapkan bisa mencapai target kualitas sumberdaya manusia yang diinginkan. Adapun langkah-langkah yang disarankan dalam implementasi Kurikulim 2013 dirumuskan dalam 5 M

(14)

10

yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Penjelasan dari masing-masing kegiatan ini dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 1. Langkah Pemebelajaran menurut kurikulum 2013 LANGKAH

PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN

Menanya Mengajukan

pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan

informasi tambahan tentang apa yang diamati

(dimulai dari

pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat

Mengumpulkan

informasi/ eksperimen - melakukan eksperimen - membaca sumber lain selain buku teks - mengamati objek/

kejadian/ - aktivitas

- wawancara dengan nara sumber Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,

mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Mengasosiasikan/

mengolah informasi - mengolah informasi yang sudah

dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/ekspe rimen mau pun hasil dari kegiatan

mengamati dan

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,

kemampuan

menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam

(15)

11 Mengomunikasikan kegiatan mengumpulkan informasi. - Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada

pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang

Menyampaikan hasil pengamatan,

kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan

berbahasa yang baik dan benar.

Berdasarkan penjelasan di atas, perlu adanya upaya untuk membantu guru-guru bahasa Inggris di NTT, khususnya Kabupaten Manggarai Barat dalam memilih strategi inovatif dalam pembelajaran berbasis sains untuk mencapai kompetensi kognitif (pengethuan & ketrampilan) maupun metakognitif (pendidikan karakter).

(16)

12 BAB III

KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

Adapun tahapan dari identifiasi masalah sampai dengan dilaksanakannya kegiatan P2M ini mengikuti alur seperti yang digambarkan pada diagram di bawah ini

H. Khalayak Sasaran Antara Yang Strategis

Peserta sasaran yang akan diundang untuk mengikuti kegiatan P2M ini adalah 50 orang guru-guru Bahasa Inggris SMP, SMA dan SMK se kabupaten Manggarai Barat P2M ini akan melibatkan khalayak sasaran untuk mendukung pelaksanaan pengabdian ini, antara lain: (1) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Manggari Barat, NTT. (2) Rektor Universitas Pendidikan Ganesha, (3) Para guru Bahasa Inggris SMP, SMA, dan SMK se Kabupaten Manggarai Barat, NTT dan, (4) Para kepala sekolah terkait.

Adapan peran dan manfaat setiap instansi tersebut adalah sebagai berikut:

PROGRAM : Pelatihan Pembelajaran Inovatif berbasis karakter

berdasarkan Kurikulum 2013 bagi guru-guru bahasa Inggris SMP, SMA, dan SMK se Kabupaten Manggarai Barat, NTT

Analisis Situasi

Kurikulum 2013 Pembelajaran Inovatif dan

Pendidikan Karakter

Keterampilan Sumber Daya di Jur. Bahasa Inggris

Kondisi Riil Pembel. Bhs Inggris di Kab. Manggarai Barat, NTT

Penentuan Model Bantuan

Pemilihan dan Penentuan Tenaga Pelatih

(17)

13 I. Keterkaitan

No Institusi Peran dan Manfaat

1 Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Manggarai Barat, NTT

Koordinasi

2 Rektor Universitas Pendidikan Ganesha Koordinasi dan Pengawasan

3 Para guru Bahasa Inggris SMP, SMA dan SMK se Kabupaten Manggarai Barat, NTT

Sasaran Program

4 Para Kepala sekolah terkait Pengawasan

J. Metode Kegiatan

Bentuk aktivitas (modes of activitiy) dirancang menggunakan strategi pelatihan (training) dalam bentuk „pelatihan, mengingat para calon peserta sedikit tidaknya telah memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang pembelajaran bahasa Inggris dan strategi pembelajaran bahasa Inggris untuk siswa SMP, SMA dan SMK. . Tahapan-tahapan aktivitas secara umum menggunakan strategi pembelajaran Information Processing Theory, yaitu: penyemaian informasi (encoding), pengintegrasian informasi menjadi suatu pemahaman (decoding), perekaman informasi (storing), pelatihan informasi (rehearsal), dan pembelajaran informasi (learning). Oleh karena itu, pelatihan ini akan dimulai dengan pemberian informasi secara kelompok, pemberian daftar strategi pembelajaran inovatif dan contoh implementasi pembelajaran inovatif berbasis karakter dalam pembelajaran bahasa Inggris, pemberian tugas individual dan kelompok, kegiatan praktek dalam kelompok kecil. Adapun langkah terakhir adalah proses evaluasi dan refleksi terhadap efektifitas program. Selanjutnya, seusai kegiatan pelatihan, diharapkan semua pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta bisa dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris di sekolah masing-masing. Kegiatan dirancang dalam

(18)

14

bentuk pelatihan 2 hari yang secara operasional bisa dijabarkan dalam tabel dibawah ini:

1. Kegiatan Hari Pertama NO JENIS

KEGIATAN/METODE

MATERI WAKTU KETERANGAN

1 Registrasi Peserta 8.00 – 8.30 Panitia

2 Pembukaan 8.30-9.00

3 Rehat (morning Tea) 9.00 – 9.15 Panitia

4 Penyemaian Informasi (encoding) / auditory 1

Strategi Inovatif Pembelajaran Bahasa Inggris berbasis sains di SMP, SMA, dan SMK

9.15 – 10.15 Dr Luh Putu Artini, MA

5 Penyemaian Informasi (encoding) / auditory 1 Pemilihan Strategi Inovatif berbasis pendidikan karakter dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

10.15-11.15 Dr Luh Putu Artini, MA

6 Pelatihan Mengembangkan Pengalaman belajar dengan penggunaan strategi inovatif berbasis pendidikan karakter 11.15-12.15 Prof Dr. N. Padmadewi, MA

7 Rehat Makan siang 12.15-13.00 Panitia

8 Kerja Kelompok Mapping materi/topik dan strattegi pembelajaran inovatif

13.00 – 14.00 Dr. L.P. Artini, M.A. Prof. Dr. N. Padmadewi, MA.

9 Rehat Afternoon Tea 14.00 – 14.15 Panitia

(19)

15

materi / topik dan strategi pembelajaran Inovatif.

Prof. Dr. N. Padmadewi, MA.

11 Kegiatan Hari Pertama

berakhir

15.00 Panitia

1. Kegiatan Hari Kedua NO JENIS

KEGIATAN/METODE

MATERI WAKTU KETERANGAN

1 Pemodelan dan Diskusi Video pembelajaran inovatif

8.30-9.30 Tim P2M

3 Rehat (morning Tea) 9.30 – 10.00 Panitia

4 Kerja Kelompok Mengembangkan RPP dengan strategi pembelajaran inovatif dan pendidikan karakter

10.00 – 12.00 Tim P2M

5 Rehat Makan siang 12.00 – 12.30 Dr Luh Putu Artini, MA

6 Refleksi Pemberian feedback

pada rancangan RPP

12.30 – 13.30 Prof Dr. N. Padmadewi, MA

7 Rehat Makan siang 12.30-13.00 Panitia

8 Simulasi Simulasi implementsi strategi inovatif berbasis karakter

13.00 – 14.45 Dr. L.P. Artini, M.A. Prof. Dr. N. Padmadewi, MA.

9 Rehat Afternoon Tea 14.45 – 15.00 Panitia

10 PENUTUP Pengisian angket

evaluasi

Pembagian sertifikat Penutupan Kegiatan P2M

(20)

16 K. Rancangan Evaluasi

Scriven (1967) menyebutkan tujuan umum monitoring dan evaluasi adalah menyediakan jawaban atau solusi terhadap pertanyaan-pertanyaan penting tentang perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan. Sedangkan peran monitoring dan evaluasi menekankan pada cara-cara menggunakan jawaban atau solusi yang diperoleh.

Menurut tujuannya, monitoring dan evaluasi berupaya untuk memberikan jawaban terhadap beberapa entitas tertentu. Entitas dapat berupa ragam instrumen (proses, personalia, prosedur, atau program). Pertanyaan-pertanyaan yang umumnya diajukan menurut tujuan dari monitoring dan evaluasi antara lain: Sejauhmana sesuatu itu berjalan dengan baik? Apa manfaat yang dipetik? Apa kelemahan dan kekurangan yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan dengan baik?

Talmage (1982) menyebutkan tujuan umum monitoring dan evaluasi dalam pendidikan adalah (1) pembuatan keputusan tentang manfaat suatu program, (2) memberi bantuan kepada pengambil keputusan dalam menetapkan suatu kebijakan tertentu, dan (3) berfungsi sebagai sarana politis.

Dalam kaitannya dengan workshop “Pelatihan Pembelajaran Inovatif Berbasis Karakter Berdasarkan Kurikulum 2013 Bagi Guru-Guru Bahasa Inggris SMP, SMA, Dan SMK Se Kabupaten Manggarai Barat”, kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan melalui pengamatan langsung terhadap penampilan (performance) para peserta dalam kegiatan kelompok maupun simulasi dan kuesioner kepuasan peserta. Pada hari pertama, kegiatan lebih banyak digunakan untuk brainstorming, pemaparan dan pemodelan tentang strategi pembelajaran inovatif dan pendidikan karakter. Narasumebr pertama (Dra. Luh Putu Artini, MA, Ph.D.) mengenalkan konsep inovasi dalam penggunaan strategi belajar bahasa Inggris di kelas. Selanjutnya guru-guru di ajak menganalisis contoh-contoh strategi dan kaitannya dengan pendidikan karakter. Misalnya, dalam metode Project-based learning, guru-guru diajak untuk menganalisis KI dan KD dari Kurikulum 2013 dan selanjutnya mendiskusikan indikator

(21)

17

pencapaian. Selanjutnya sebuah contoh strategi dalam metode Project-based learning diperkenalkan dan langkah-langkah implementasi di kelas. Berdasarkan ini, guru-guru disuruh berdiskusi untuk menganalisis nilai-nilai karakter yang bisa dikembangkan dalam kegiatan tersebut.

Pada hari kedua, kegiatan dimulai dengan pemodelan perencanaan pembelajaran yang menggunakan strategi inovatif. Selanjutnya evaluasi dilakukan dalam produk dan performace, melalui:

1. Pengembangan kegiatan kelas berdasarkan strategi pembelajaran inovatif berbasis pendidikan karakter: dilaksanakan dengan menganalisis rancangan langkah-langkah kegiatan dalam RPP yang disusun dan melalui simulasi

2. Implementasi rancangan pembeljaran inovatif: dilaksanakan dengan mengamati dan melefleksi dari simulasi pembelajaran yang menerapkan strategi/metode pembelajaran inovatif.

(22)

18 BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

4.1 PELAKSANAAN

Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini dilaksanakan pada tanggal 10-11 Juni 2016. Jadwal ditetapkan setelah secara intens dilakukan komunikasi dengan institusi mitra guru-guru bahasa Inggris di, yaitu: STKIP Santa Paulus Ruteng. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada Masyarakat ini memang merupakan kebutuhan riil di lapangan dimana kabupaten Manggarai Barat memiliki semangat dan motivasi untuk bisa menyerenggarakan proses pembelajaran bahasa Inggris yang berkualitas karena kabupaten Manggarai saat ini sedang berkembang menjadi daerah tujuan wisata internasional. Kebutuhan untuk bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris semakin dirasakan oleh generasi muda khususnya lulusan sekolah (SMP, SMA, dan SMK). Sebagai mitra dalam kegiatan ini, STKIP Santa Pulus membantu mengundang para peserta serta berkoordinasi dengan Dinas pendidikan setempat, serta menyediakan tempat untuk pelatihan. Sementara itu, nara sumber berkordinasi sera menyiapkan materi, baik dalam sesi auditori maupun dalam lokakarya.

(1) Pelaksanaan Hari Pertama, Sabtu 11 Juni 2016.

Pelaksaan Pengabdian pada masyarakat ini dijadwalkan Sabtu dan Minggu agar tidak mengganggu tugas rutin para guru dalam mengajar. Adapun langkah-langkah pelaksanaan sudah sesuai dengan rencana semula sebagaimana yang terlihat pada Bab 3 di atas.

KEGIATAN MATERI WAKTU/

PENANGGUNGJAWAB

Registrasi Peserta - 8.00 – 8.30

Panitia

Pembukaan - 8.30-9.00

Panitia

Rehat (morning Tea) - 9.00 – 9.15

(23)

19

Penyampaian Materi 1 Strategi Inovatif Pembelajaran Bahasa Inggris berbasis sains di SMP, SMA, dan SMK

9.15 – 10.15

Dr L P Artini, M.A.

Penyemaian Informasi (encoding) / auditory 1

Pemilihan Strategi Inovatif berbasis pendidikan karakter dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

10.15-11.15

Dr L P Artini, M.A.

Pelatihan Mengembangkan Pengalaman belajar dengan penggunaan strategi inovatif berbasis pendidikan karakter

11.15-12.15

Prof Dr Ni Nyoman Padmadewi, MA

Rehat Makan siang 12.15-13.00

Panitia Kerja Kelompok Mapping materi/topik dan

strategi pembelajaran inovatif

13.00 – 14.00 Dr L P Artini, M A Prof N M Padmadewi, MA

Rehat Afternoon Tea 14.00 – 14.15

Panitia Diskusi Refleksi Mapping materi / topik

dan strategi pembelajaran Inovatif.

14.15 - 15.00

Dr. L.P. Artini, M.A. Prof. Dr. N. Padmadewi, MA.

Kegiatan Hari Pertama berakhir 15.00 Panitia

Kegiatan embukaan dihadiri oleh para undangan dan peserta. Jumlah undangan ada 14 orang, 10 diantaranya adalah dosen Pendidikan Bahasa Inggris. Selain itu, undangan adalah dari Dinas Pendidikan dan dari Menejemen kampus. Pada sesi pemaparan materi, peserta sangat ktif dan banyak bertanya. Ini menunjukkan bahwa kegiatan memang bermakna / bermanfaat bagi peserta. Ada banyak ‟curhatan‟ dari guru tentang kondisi kelasnya. Selain itu guru juga menjelaskan tentang kendala-kendala untk implementasi metode pembelajaan inovatif. Misalnya, kemampuan siswa yang sangat rendah dalam berbahasa Inggris sehingga guru merasa pesimis jika mengimplementasikan metode inovatif yang mengharuskan siswa berpartisipasi aktif. Tetapi dengan penjelasan dan contoh-contoh sederhana, maka masalah cenderung bisa diatasi.

(24)

20

Pada kegiatan mapping topik, para guru dikelompokkan berdasarkan kelas. Mereka harus menganalisis silabus untuk selanjutnya ditentukan strategi yang kira-kira tepat atau sesuai dengan indikator dan ciri-ciri metode pembelajaran inovatif.

(2) Pelaksaan Hari Kedua (Minggu, 12 Juni 2016)

Pada hari kedua, jumlah peserta bertambah, karena ada mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris yang akan melaksanakan PPL ikut bergabung. Mereka ingin belajar tentang merencanakan pembelajaran yang menggunakan metode inovatif. Para guru

dikelompokkan dengan mahasiswa dan mereka mengembangkan RPP. Adapun rincian kegiatan di hari kedua bisa dirangkum sebagai berikut.

JENIS

KEGIATAN/METODE

MATERI WAKTU/

PENANGGUNGJAWAB Pemodelan dan Diskusi Video pembelajaran

inovatif

8.30-9.30 Tim P2M

Rehat (morning Tea) 9.30 – 10.00

Panitia Kerja Kelompok Mengembangkan RPP

dengan strategi pembelajaran inovatif dan pendidikan karakter

10.00 – 12.00 Tim P2M

Rehat Makan siang 12.00 – 12.30

Dr Luh Putu Artini, MA

Refleksi Pemberian feedback

pada rancangan RPP

12.30 – 13.30

Prof Dr. N. Padmadewi, MA

Rehat Makan siang 12.30-13.00

Panitia Simulasi Simulasi implementsi

strategi inovatif berbasis karakter

13.00 – 14.45

Dr. L.P. Artini, M.A.

Prof. Dr. N. Padmadewi, MA.

Rehat Afternoon Tea 14.45 – 15.00

Panitia

PENUTUP Pengisian angket

evaluasi Pembagian sertifikat Penutupan Kegiatan P2M 15.00 - 15.30 Panitia

(25)

21

Kegiatan pertama di hari kedua adalah pemodelan implementasi metode inovatif dengan lagu dan permaianan. Para peserta disuguhi sebuah video pembelajaran dan setelah itu dilakukan diskusi tentang langkah-langkah yang diterapkan dan nilai karakter yang mungkin bisa dikembangkan. Selanjutnya mereka diberi contoh RPP dan diskusi kembali dilakukan tentang RPP tersebut. Setelah itu barulah mereka dikelompokkan dan disuruh memutuskan KD dan indikator yang ingin dicapai dan dari sini RPP mereka kembangkan secara bersama-sama. Saat kegiatan diskusi kelompok, narasumber berkeliling untuk mengamati serta melayani pertanyaan dari peserta. Mereka dimotivasi untuk menggunakan pemikiran inovatif di setiap segmen pembelajaran, yaitu: mengobservasi, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Waktu yang disediakan untuk pengembangan RPP adalah 2 jam. Waktu tersebut digunakan dengan sangat baik oleh setiap kelompok dimana di akhir waktu yang dialokasikan, semua kelompok sudah menyelesaikan rancangannya. Selanjutnya ketua kelompok mempresentasikan RPP tersebut dan peserta lain dan fasilitator memberikan komentar dan masukan untuk menyempurnakan perencanaan pembelajaran tersebut.

Setelah makan siang, dilakukan simulasi yang menggambarkan hasil peltihan yang diikuti oleh peserta. Kegiatan ini sangat menarik karena peserta sangat bersemangat untuk menunjukkan hasil pemikiran kreatif mereka. Semua peserta bisa belajar dari simulasi kelompok lain. Karena bersemangatnya, waktu terasa berjalan cepat sehingga tidak semua kelompok mendapat giliran. Tepat pukul 3 sore, kegiatan pelatihan dan lokakarya diakhiri. Pengisisan angket untuk evaluasi terpaksa ditiadakan, digantikan engan wawancara dengan beberapa peserta. Berdasarkan pengamatan dan wawancara secara random bisa disimpulkan bahwa acara pelatihan dan lokakarya tergolong sukses.

(26)

22 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN

Pengabdian pada Masyarakat yang dilakukan di Ruteng, Flores, tergolong sukses karena tujuan yang direncanaan bisa tercapai. Tujuan yang dimaksud antara lain untuk (i) membangun pengetahuan konsep pembelajaran inovatif sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menyasar pencapaian kognitif dan pendidikan karakter, (ii) untuk meningkatkan kemampuan menggunakan ragam strategi inovatif yang sesuai dengan konteks dan kondisi pembelajaran di sekolah masing-masing, dan (iii) untuk menyembangkan kemampuan mengembangkan RPP menggunakan pengalaman belajar yang sesuai dengan kaidah pembelajaran inovatif dan pendidikan karakter berdasarkan kurikulum 2013.

Dari hasil evaluasi, pencapaian ini dikonfirmasi dari wawancara dengan guru. Pada dasarnya para guru merasa telah belajar sesuatu yang penting dari kegiatan pelatihan dan berharap bahwa kegiatan semacam ini bisa dilakuan lagi di masa yang akan datang.

5.2 SARAN

Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat yang dilaksanakan di luar daerah ternyata bisa

bermanfaat bagi para guru di daerah tersebut. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik yang didasari oleh MOU antara LPTK dengan Dinas-dinas Pendidikan di daerah sehingga kegiatan semacam ini bisa terjadwal secara berkelanjutan.

(27)

23

L. Daftar Pustaka

Artini, L.P. (2010). Feasible Bilingual Education Model in International Standard School in Indonesian Context: Theoretical Perspectives. A paper presented at Multidisciplinary International Conference on Education and Culture, Flores, 16 – 15 July 2010.

Artini, L.P. (2009). Profil Penggunaan Bahasa Inggris Dalam Pembelajaran Matematika dan Sains di Kelas Bilingual di Sekolah Negeri Rintisan Berstandar Internasional di Bali. Laporan Penelitian: IMHERE Project.

Artini, L.P. (2006). T Learning English in Bali: Investigating Beliefs and Language Learning Strategies . Unpublished PhD Thesis. Newcastle University.

Anderson & Krathwohl. (2004). Taxonomy of Teaching, Learning, and Assessing a Revision of Bloom’s Taxonomy. N.Y: Allyn and Bacon.

Cummins, J. (2003). ‟Bilingual Education: Basic Principles‟ in Dewaele J.M, Alex Housen & Li Wei (eds). Bilingualism: Beyond Basic Principles. Clevedon: Multilingual Matters Ltd.

Dardjowidjojo, S. (2000). English teaching in Indonesia. English Australia Journal. 18 (1). 22-30.

Depdiknas. (2008). Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan SMP-SBI. Jakarta: Depdiknas.

--- (2007). Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

--- (2007). Panduan penyelenggaraan Rintisan SMA Bertaraf Internasional. Jakarta: Depdiknas.

--- (2006). Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

Dewaele, J.M., Alex Housen & Li Wei (2003) (eds) Bilingualism: Beyond Basic Principles. Sydney: Multilingual Matters Ltd.

Elliott, S.N. et al. (2000). Educational Psychology: Effective Teaching, Effective Learning. Boston: Mc.Graw Hill.

Faltis, C.J. and S.J Hudelson. (1998). Bilingual Education in Elementary and Secondary School Communities. Toward Understanding and Caring. Boston: Allyn and Bacon Hudson, P. (2009). Learning to Teach Science Using English as a Medium of Instruction.

Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol 5 No.2, pp. 165 - 170

National Association for Bilingual Education (2004). What is a Bilingual Education? Internet: http//www.nabe.org (upload tgl 20 Maret 2009).

Sutman, F.X. (1993). Teaching Science Effectively to Limited English Proficient Students. In ERIC/CUE Digest, No. 87 (download 31 July 2010)

(28)

24 Lampiran 1: Makalah

Strategi Pembelajaran Inovatif berbasis Karakter

dalam Implementasi Kurikulum 2013

Oleh:

Luh Putu Artini (Dra, M.A., Ph.D.)

Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Email: putu.artini@undiksha.ac.id

(29)

25

Disampaikan dalam Pelatihan Guru-Guru SMP, SMA. Dan SMK Se-Kabupaten Manggarai Barat, di Ruteng, Flores, NTT

10 – 11 Juni 2016

Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis Karakter

Dalam Implementasi Kurikulum 2013

Oleh: Luh Putu Artini

Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Gansha Email: putu.artini@undiksha.ac.id

Pendahuluan

Kurikulum 2013 (selanjutnya disebut K13) memiliki beberapa perbedaan dengan Kurikulum sebelumnya (KTSP). Perbedaan yang dimaksud antara lain: Pertama, K13 dikembangkan berbasis sains, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menuntun siswa mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis dan kreatif melalui model-model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Model yang dirokemendasi adalah pembelajaran berbasis inkuiri/discovery (Inquiry/Discovery-based Learning), Pembelajaran berbasis projek (Project-(Inquiry/Discovery-based Learning), dan Pembelajaran berbasis Masalah (Problem-based Learning). Semua model pembelajaran ini memberi kesempatan yang luas kepada peserta didik mengembangkan strategi dan target belajarnya.

Kedua, secara tersurat K13 mencantumkan nilai-nilai karakter yang harus diinsersi pada setiap pembelajaran di kelas. Nilai-nilai tersebut tercantum dalam dua di antara 4 Kompetensi Inti (selanjutnya disebut KI) yang merupakan acuan pengembangan karakter, pengetahuan, dan ketrampilan. Adapun setiap KI tersebut memiliki sasaran yang berbeda tetapi saling melengkapi dalam upaya menghasilkan generasi muda yang religious, cakap, cerdas dan berkarakter. Keempat KI tersebut memiliki target pencapaian sebagai berikut: 1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk membangun sikap/karakter spiritual; 2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk membangun

(30)

26

sikap/karakter sosial; 3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk membangun pengetahuan/keilmuan; dan 4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk membangun keterampilan/kecakapan (Permen Mendikbud No. 67, Th. 2013).

Menurut para ahli pendidikan, peran sekolah sangat strategis dalam membangun karakter anak karena sekolah bisa mengkondisikan lingkungan, situasi dan pengalaman belajar peserta didik sehingga pembentukan karakter terbangun secara sistematis dan berstandar (Han & Thomas, 2010; Zakin, 2012). Untuk itu guru harus memiliki kemampuan untuk menginsersi pendidikan karakter dalam proses belajar mengajar di kelas maupun kegiatan-kegiatan lain yang menunjang hasil belajar (Lewis, Robinson & Hayes, 2011; McClellan, 1999; Noddings,1984; Weissbourd, 2003). Sesungguhnya memang guru harus memiliki idealism tinggi dalam menjalankan profesinya sehingga pembelajaran yang dirancang dan diimplementasikannya bisa menuntun peserta didik untuk meraih suskses dalam bidang keilmuannya, yaitu melalui mata pelajaran di sekolah; dan sekaligus sukses dalam kehidupan bermasyarakatnya. Untuk mencapai keduanya, pembelajaran setiap mata pelajaran harus menginsersi pendidikan karakter (Elias, 2010).

Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang arah pendidikan berdasarkan K13, berikut adalah kutipan tentang 4 KI dalam K 13.

KI 1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

KI 2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya.

KI 3: Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena

dan kejadian dalamkehidupan sehari-hari.

KI 4: Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

Ketiga, K13 mengaitkan pendidikan dengan kehidupan nyata, bernegara dan peradaban sebagaimana yang tersurat dalam kutipan berikut.

(31)

27

“Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian”

Kutipan di atas menekankan pentingnya pendidikan dalam membentuk anak bangsa yang cerdas, kreatif, trampil, berwawasan, menguasai teknologi, memiliki nilai seni dan budaya, memiliki rasa kemanusiaan yang kuat, cinta tanah air dan peka terhadap fenomena sosial atau kejadian-kejadian di sekitar mereka.

Keempat, K13 menekankan pada pengembangan kemampuan berfikir, baik berfikir logis, objektif, kritis dan kreatif sebagaimana yang ditunjukkan pada kutipan berikut.

“Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri”. (Kemendikbud, 2013)

Jadi proses belajar mengajar di kelas dengan sendirinya melatih peserta didik untuk menggunakan daya fikirnya, baik yang logis, objektif, kritis dan kreatif. Daya fikir ini akan membentuk peserta didik menjadi manusia yang utuh yang selalu mengatasi masalah dengan efektif.

Keempat, K13 mencanangkan standar proses dimana pembelajaran memiliki 5 tahapan yang sering disingkat menjadi 5M, yaitu: Mengobservasi, Menanya, Mengumpulkan informi/Menalar, Mengasosiasi, dan Mengomunikasikan. Langkah-langkah ini memiliki tujuan masing-masing, yang pada akhirnya menghasilkan lulusan yang selalu berprilaku scientic yaitu selalu menggunakan logika berfikir, langkah-langkah sistematis, berdasar fakta dan logika dalam menyelesaikan masalah atau membat keputusan dalam kehidupan nyata di kemudian hari.

Keempat perubahan besar yang menjadi ciri dari K13 sudah tentu bukan hal yang mudah untuk diimplementasikan. Pendidikan di Indonesia sudah puluhan tahun terbiasa dengan pembelajaran yang berpusat ke guru (teacher-centered learning) dan berorientasi pada nilai akhir. Dengan kata lain, pembelajaran di sekolah yang selalu diakhiri dengan tes dan daftar nilai sudah membudaya dan perlu waktu dan upaya yang keras dari pembuat kebijakan dan guru untuk melakukan perubahan. Upaya yang keras yang dimaksud disini adalah menyesuaikan pendekatan dan metode pembelajaran yang dipilih dengan tuntutan kurikulum, yaitu belajar yang berpusat

(32)

28

pada siswa, menumbuhkan kemampuan berfikir dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan karakter secara terpadu.

Makalah ini ditulis untuk memaparkan bagaimana metode-metode pembelajaran inovatif berdasarkan K13 bisa diimplementasikan dan menginsersi nilai-nilai karakter di dalamnya. Metode yang dimaksud meliputi Inquiry/Discovery learning, Problem-based learning, dan Project-based learning

Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran inovatif adalah proses belajar mengajar yang terjadi secara formal di kelas dan berpusat pada siswa (student-centered learning). Kata inovatif sebenarnya berarti „baru‟ yaitu bentuk atau versi baru dari sesuatu sebagai akibat dari pemikiran kreatif dan kritis. Dalam konteks pembelajaran di kelas, kata inovatif biasa digandengkan dengan metode atau strategi (metode/strategi inovatif). Selama ini guru-guru di Indonesia sudah terbiasa menggunakan metode ceramah, dimana guru menjelaskan dan siswa mendengarkan (teacher-centered learning) dan sulit untuk keluar dari zona nyaman. Itu sebabnya walaupun berbagai pelatihan tentang pembelajaran inovatif sudah dilakukan, tetapi praktek pembelajaran klasikal (atau disebut juga dengan konvensional) masih tetap ditemukan. Jadi metode klasik / konvensional adalah metode yang secara konsisten tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu dimana guru menjadi tokoh sentral di kelas. Sementara itu pembelajaran inovatif lebih

menekankan pada kreatifitas guru dimana metode/strategi yang dipakai

dikembangkan/dimodifikasi agar sesuai dengan tujuan pembelajaran, minat dan usia siswa, serta kondisi/situasi dan fasilitas pendukung yang tersedia. Jadi pembelajaran inovatif bersifat fleksibel, kreatif dan efektif. Dalam konteks implementasi K13, pembelajaran di kelas harus dikemas sedemikian dengan langkah-langkah terstruktur dan berorientasi pada proses dan produk.

Untuk menjadi guru yang inovatif, guru harus memiliki empat kompetensi guru profesional yaitu: 1) kompetensi professional yaitu kompetensi pada subjek / mata pelajaran yang diampu, 2) kompetensi pedagogis, yaitu kompetensi untuk mengajar menggunakan metode/strategi inovatif. Menurut McCroskey (2009) kompetensi pedagogis mendorong peserta didik belajar secara optimal dan membentuk karakter mereka. Jadi guru yang pedagogically competent adalah guru yang memiliki kemampuan memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, 3) kompetensi sosial, yaitu kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi, bersosialisasi dan berinteraksi baik dengan komunitas sekolah maupun lingkungan sosialnya, dan 4) kompetensi personal yaitu

(33)

29

kompetensi yang berhubungan dengan etos kerja, dedikasi, komitmen, semangat, motivasi, sikap dan kepribadian guru yang secara langsung berhubungan secara langsung dengan kinerjanya di dalam kelas.

Ada beberapa ciri dari strategi inovatif sebagaimana yang disampaikan oleh McKeachie (1998). Ciri yang dimaksud mencakup:

(1) Implementasi prinsip demokratis di kelas.

Menurut prinsip ini peserta didik diberi hak untuk berbicara dan didengarkan serta dihargai. (2) Pemahaman terhadap perbedaan individu (individual difference). Peserta didik berasal dari

latar belakang sosial, ekonomi dan budaya yang berbeda, memiliki pengetahuan awal yang berbeda, memiliki minat dan semangat yang berbeda dan sebagainya. Ini perlu diketahui guru dan dijdikan bahan pertimbangan dalam menentukan srategi atau kegiatan kelas.

(3) Keterbukaan menerima kritik/saran. Keterbukaan ini sangat perlu untuk dikembangkan sehingga peserta didik menjadi terbiasa mendengar, menghargai dan merespon lawan bicara secara spontan dan bermakna

(4) Pengembangan pengetahuan dan ketrampilan melalui pengalaman belajar dan kemampuan berfikir. Dalam proses pembelajaran, siswa difasilitasi untuk selalu aktif dalam setiap kegiatan sehingga memiki pengetahuan, ketrampilan sikap, nilai-nilai karakter yang kuat untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Keempat karakteristik di atas menyiratkan adanya pembelajaran yang mengoptimalisasi potensi peserta didik untuk mencapai prestasi maksimal. Dengan implementasi yang benar, pembelajaran inovatif akan berdampak langsung terhadap prestasi belajar dan sekaligus pembentukan karakter yang kuat. Pergeseran pendekatan pembelajaran dari yang berpusat ke guru (klasikal) ke siswa (inovatif) bisa dibayangkan terjadi di kelas. Dalam implementasi pembelajaran inovatif, guru memiliki peran penting dalam memfasilitasi proses belajar dengan menyediakan materi dan media belajar, menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, dan merancang kegiatan atau pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus efektif. Ini mendukung pendapat Brown &Atkins (1991) yang menyatakan bahwa dalam institusi pendidikan, siswa dan guru memiliki peran yang sejajar yaitu sama-sama sebagai agen belajar, tetapi masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Keduanya harus bekerjasama secara kooperatif untuk mencapai tujuan yang sama.

Pembelajaran Inovatif Menurut K13

Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bagian awal dari makalah ini, K13 merekomendasi metode-metode pembelajaran inovatif yang bisa mendorong peserta didik

(34)

30

untuk sampai pada pencapaian akademik dan karakter yang maksimal. Metode-metode tersebut terdiri dari: Project-based learning, Problem-based learning, dan Discovery/Inquiry Learning. Masing-masing dari metode ini dijelaskan di bawah ini.

1. Project-based Learning

Project-based learning (selanjutnya disebut PBL) adalah metode yang menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan penggunaan pemikiran dan bahasa kreatif. Adapun langkah-langkah implementasi PBL adalah sebagai berikut.

[Sumber: http://www.bie.org/index.php/site/PBL...]

Sebagaimana digambarkan di bagan di atas, metode PBL meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Bayangkan produk akhir

Ketika merancang sebuah projek dalam PBL, guru terlebih dahulu harus bisa membayangkan produk yang akan dihasilkan oleh siswa. PBL merupakan metode pembelajaran yang menantang dan menuntut siswa untuk memiliki pemahaman dan ketrampilan yang kuat tentang konsep kunci materi, memiliki inisiatif, kreatifitas dan kemampuan bekerjasama sebagai sebuah tim.

2. Rancang pertanyaan Menuntun to PBL sangat mirip dengan inquiry learning dalam hal prosedur implemetasinya. Untuk

membangun tantangan, guru memulai dengan pertanyaan yang menuntun atau pernyataan yang menantang. Menyusun Pertanyaan yang menuntun Membayangkan hasil/Produk akhir Merancang Langkah Mengelola Proses Merencana kan Assessment

(35)

31

3. Rancang Assessment

Assessment dalam PBL mengukur pengetahuan tentang konten materi, ketrampilan dalam bekerjasama, berkomunikasi, dan pemecahan masalah. Yang diases adalah:

a) Seberapa baik pemahaman siswa terhadap topik/materi

b) Seberapa baik penguasaan siswa terhadap ketrampilan utama dari proses penyelesaian project. c) Seberapa baik siswa mengimplementasikan pengetahuan dan ketrampilannya dalam

mengerjakan project. (termasuk upaya dan progress siswa).

4. Menentukan Langkah-langkah

Dalam rancangan langkah-langkah, siswa memulai dengan diskusi perencanaan project. Selanjutnya mereka mulai bekerja secara kooperatif, mengevaluasi hasil kerja, melakukan revisi, dan melakukan asesmen diri. Selanjutnya mereka harus menyiapkan presentasi secara teamwork. Peran guru disini adalah mendampingi, membantu, mengarahkan, dan mengingatkan batas waktu.

5. Mengelola Proses

Selama proses, siswa juga dilatih melakukan pengelolaan (management) yang meliputi pengelolaan teamwork (deskripsi kerjaanggota tim), pengelolaan diri (fokus, bersemangat, berprestasi), pengelolaan waktu (sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan), pengelolaan strategi (presentasi, publikasi kelas). Menejemen juga mendidik siswa untuk bertanggung jawab dengan pekerjaanya, mengelola strategi belajar melalui mencari dan menemukan sendiri dan melakukan refleksi. Proses pengerjaan project juga mengajarkan siswa mengemukakan pendapat dan memutuskn pilihan (voice and choice) sehingga pembuatan keputusan yang dibuat menjadi kreatif dan merupakan keputusan bersama. Untuk memberi gambaran nyata tentang bagaimana pembelajaran berbasis project dilakukan, berikut diberikan sebuah contoh dalam pelajaran bahasa Inggris.

Contoh Pembelajaran berbasis Project Topic: Transportation

Project Orientation

Poor public transportation services have made people decide to go on their own vehicles so that the number of cars and motorbikes on the road is uncontrollable.

(36)

32

1) Menonton video kemacetan lalu lintas di jalan raya (observing) 2) Melakukan diskusi kelas tentang video (Questioning)

3) Membuat daftar nama-nama alat transportasi yang ada di jalan raya dan menuliskan perannya dalam membuat kemacetan (exploring/experimenting)

4) Mengerjakan project (associating)

1. Design a public vehicle that can transport many people. The vehicle must be convenient, safe, environmentally friendly and look very attractive so that public prefer to go on this vehicle rather than on private vehicles.

2. Describe your design to a group of businessmen who might be interested in producing your design

Dari contoh di atas bisa dilihat bagaimana langkah-langkah pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga pembelajaran dimulai dengan pengenalan, penanaman konsep, latihan penggunaan Bahasa dengan menggunakan konsep yang diajarkan, dan melakukan atau mengerjakan projek. Project dirancang agar siswa bisa menggunakan konsep dan mengembangkan bahasa yang sudah dipelajarinya. Mendesain alat transportasi umum yang bisa mengangkut banyak orang, bebas polusi dan menarik merupakan kegiatan yang selain mendorong siswa menggunakan Bahasa secara kreatif juga bertujuan agar mereka menggunakan dan melatih kemampuan berfikirnya. Jadi dalam kegiatan seperti ini siswa secara tidak langsung dilatih untuk berfikir kreatif, berkomunikasi secara efektif, bekerjasma dalam tim, menghargai dan mendengarkan pendapat teman, membuat keputusan bersama, mengelola diri, waktu dan strategi belajar, serta melakukan refleksi. Dalam pembelajaran berbasis project, yang paling penting sebenarnya adalah terjadinya belajar secara natural di dalam proses pengerjaan project. Untuk mencegah adanya masalah, sebelum mulai mengerjakan project, siswa diberikan daftar kata-kata yang diramalkan akan diperlukan, contoh kalimat-kalimat yang menunjukkan bagaimana kata-kata tersebut dirangkai, dan contoh deskripsi lengkap yang akan menjadi model ketika mereka harus mendeskripsikan desainnya.

2. Problem-based Learning

Metode ini tidak jauh berbeda dengan Project based Learning. Bedanya adalah, kalau Project based learning menghasilkan produk, Problem based learning menghasilkan solusi atau pemecahan suatu masalah. Langkah-langkahnya juga mirip, hanya saja langkah pertama disini adalah orientasi masalah.

Contoh yang bisa diberikan disini adalah sebagai berikut. Topic: Giving Suggestion

(37)

33

Problem Orientation:

Plastic waste become a big problem in your community. Even though there is a strict sanction applied that a tosser will be fined, the problem never comes to an end.

Langkah-langkah:

1) Menonton video tentang bahaya sampah plastic (observing)

2) Melakukan diskusi kelas dengan saling bertanya dan menjawab (Questioning)

3) Membuat daftar alasan mengapa plastik banyak digunakan di masyarakat

(exploring/experimenting)

4) Melakukan simulasi diskusi panel (Associating)

Now work in a group of 5. Each of you play a role as an important figure to talk in a tv show: 1. As the chief of the community,

2. As a green peace activist, 3. As an educator,

4. As a local government, and 5. As the host of the tv show.

Each of you must give suggestion to the problem. The host lead the discussion and then make a conclusion.

Dalam kegiatan di atas bisa dibayangkan bahwa setiap siswa harus aktif mencari informasi tentang sampah plastic dan menggunakan kemampuan berfikirnya untuk memberi saran terbaik dalam diskusi di acara tv tersebut. Dalam kegiatan ini terjadi penanaman nilai-nilai yang merupakan pendidikan karakter yang terinsersi secara alamiah. Siswa belajar tentang bekerjasama, bertanggung jawab, tekun dan fokus, belajar mandiri, mengembangkan rasa percaya diri dan belajar mandiri.

3. Discovery /Inquiry Learning

Discovery / Inquiry learning merupakan metode pembelajaran yang mengedepankan proses menemukan dan mencari sendiri. Pada dasarnya kedua metode belajar sebelumnya mengandung unsur ini. Pada saat mengerjakan project, siswa mungkin perlu mencari kata-kata baru melalui kamus, mencari contoh desain kendaraan melalui internet, membaca tentang penemuan baru di bidang otomotif melalui google.com dan seterusnya. Dalam Problem-based learning proses mencari dan menemukan sendiri juga pasti terjadi sehingga pemecahan masalah menjadi bermakna. Dalam metode Discovery/Inquiry learning, hasil akhirnya adalah

(38)

34

sebuah informasi baru. Langkah pertama yang dilakukan adalah orientasi konsep. Berikut adalah contoh penggunaan metode ini dalam pelajaran Bahasa Inggris.

Topic: Food and Drink

Concept Orientation: Healthy vs unhealthy food

1) Reading a short report about food and nutrition (observing)

2) Ask and answer questions about the information in the text (questioning) 3) Discuss what is meant by good/healthy food.

4) Explain the situation: students usually have a bad eating habit. They prefer to buy cheap food

that they can buy around school. Bad food is related to bad health.

(exploring/experimenting)

5) Discovery Learning: “How healthy is the eating habit of the class community?”

Pada langkah 5, siswa sudah mulai melakukan discovery learning dengan dipandu oleh pertanyaan; “How healthy is the eating habit of the class community?”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, siswa harus bekerja dalam kelonpok 3-4 orang. Secara bersama mereka membuat daftar pertanyaan yang akan dipakai untuk mengeumpulkan data tentang kebiasaan makan dari setiap anggota kelas. Selanjutnya mereka secara bersama berkeliling kelas mewawancarai setiap siswa di luar kelompoknya untuk mendapat data tentang apa saja yang mereka makan untuk sarapan, makan siang, makan malam dan jenis camilan yang biasa dibeli. Selanjutnya mereka menganalisis data dengan mengelompokkan makanan yang dimakan oleh teannya ke dalam klasifikasi healthy dan unhealthy food. Pada akhirnya mereka membuat laporan dan mempresentasikan temuan mereka.

Ketiga metode yang dijelaskan di atas memiliki kesamaan, yaitu sama-sama mendorong terjadinya student-centered learning, memotivasi siswa untuk bekerjasama, mengelola diri, waktu, dan strategi belajar sehingga mereka mencapai target optimal. Semua metode mengandung unsur „menemukan dan mencari sendiri‟ serta merangsang proses berfikir kreatif dan krisis, serta dan memotivasi siswa menggunakan Bahasa secara kreatif. Perbedaannya adalah, bahwa Project based learning mnghasilkan produk, Problem-based learning menghasilkan pemecahan / susi masalah, dan discovery/inquiry learning menghasilkan informasi baru. Jadi hasil pembelajaran yang ditargetkan melalui indicator pencapaian bisa tercapai, dan sekaligus membentuk karakter anak bangsa menjadi individu yang selalu menggunakan daya fikir dalam pemecahan masalah, cerdas, kreatif dan berprestasi, serta memiliki kemauan untuk belajar sepanjang hayat.

(39)

35

Makalah ini sudah memaparkan keterkaitan antara metode pembelajaran inovatif menurut K13 dengan pendidikan karakter. Metode-metode yang dianjurkan memiliki persamaan yaitu berorientasi pada proses dan hasil / produk, mendorong siswa menjadi pusat belajar dimana mereka dididik untuk bekerja keras, menemukan atau mencari sendiri, mengembangkan strategi dan menejemen belajar, serta mendengarkan dan menghargai dalam kerja kelompok serta melakuka refleksi diri dalam belajar. Bila dilakukan dengan benar, maka sekolah akan menghasilkan SDM berkualitas dan belajar sepanjang hayat tidak lagi menjadi sekedar slogan tetapi benar-benar terjadi karena adanya budaya belajar yang terbangun melalui implementasi pembelajaran inovatif di sekolah.

Daftar Pustaka

Artini, L.P. (2013). Penyediaan Lingkungan Kaya Bahasa untuk Pembiasaan Belajar Bahasa Inggris secara Mandiri di Sekolah Dasar. Senari Proceeding (22-23 Desember, 2013)

Artini, L.P. (2014). Establishing Rich Language Learning Environment at Schools: Preparing Children to Become Autonomous EFL Learners. Proceeding SULE-IC, Palembang (16-18 Mei 2014).ISBN: 978-602-70378-0-9 (hal. 378-386)

Cross, K.P. (2011). Adult as Learners. Increasing Participation and Facilitating Learning. Sun Francisco: Jossey-Bass Inc.

Kemdikbud (2013). Pergeseran Paradigma Belajar abad 21 (online), dalam

http://www.kemendikbud.go.id/kemdikbud.go.id./kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-2 Kemendikbud (2013). Press Release http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/ Paparan%20Mendikbud%20pada%20Workshop%20Pers.pdf

Lee, G.L., and Manning, L. (eds). (2013). Character Education around the World. Character Education for world peace and well-being of all mankind [E-book}

McCroskey, J.C. 2009.Communication Competence and Performance : A Research and Pedagogical Perspective. Communication Education. Vol. 31, issue 1, 1982, pages 1-7 Noddings, N. (2003). Happiness and Education. Cambridge: Cambridge University Press. Ogbu, J.U. (1992). Understanding Cultural Diversity and Learning. Educational Researcher No.21 (8), (pp. 5-14)

Padmadewi, N.N., Artini,L.P., dan Nitiasih, P.K., (2009). „Model konseptual pembelajaran Bahasa Inggris berbasis budaya untuk sekolah dasar di Bali‟. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Jilid 42, No. 3. ISSN 0215-8250 (hal. 222-229)

Penn, H. (2005). Understanding Early Childhood. Issues and Controversies. New York: Open University Press.

Snowman, J., R. McCown, and R. Biehler. (2009). Psychology Applied to Teaching. Wadsworth: Cengage Learning.

(40)

36

Tyre, C. (2012). „Bringing Books to Life: Teaching characters education through children‟s literature. Rising Tide Journal., No.5. (p: 1-10).

White, R., and Warfa, N. (2011). „Building schools of characters: A case study investigation of character education‟s impact on school climate, pupil behavior and curriculum delivery‟. Journal of Applied Social Psychology, Vol.41, No.1. (p. 45-60)

Yelland, N. (ed.). (2006). Critical Issues in Early Childhood Education. New York: Open University Press.

Yorks, L. and Kasl, E. (2002). Collaborative Inquiry as a Strategy for Adult Learning. Creating Spaces for Generative Learning. New Direction, No.4, Chap. 8. ECCW (p.2-11) Zakin, A. (2012). Hand in hand: Teaching tolerance and social justice on child at atime. Childhood Education, vol. 88, no. 1 (p. 3-12)

Lampiran 2. Biodata Ketua dan Anggota tim P2M (1) Ketua Tim

CURRICULUM VITAE I. IDENTITAS DIRI

1.1 Nama Lengkap dan Gelar Dra Luh Putu Artini, MA, PhD 1.2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala

1.3 NIP 196407141988102001

1.4 Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 14 Juli 1964

1.5 Alamat Rumah Perum Asri Agung Persada Blok D/4, Jalan Tri Brata, Singaraja, Bali

1.6 Nomor Telepon/Fax -

1.7 Nomor HP 081337212460

1.8 Alamat Kantor Prodi Bahasa, Program Pascasarjana Undiksha Singaraja

1.9 Nomor Telepon Ph. (0362) 32558

(41)

37

1.11 Lulusan yang telah dihasilkan S1= 70 orang, S2= 36 orang, S3= 0 orang

1.12 Mata Kuliah yang diampu  Teaching English as a Foreign Language (TEFL) (S1)

 Teaching English for Young Learners (TEYL)

 Developmental Psychology (S1)

 Bilingualism and Bilingual Education (S2)  ELT Methods (S2)

 Instructional Design (S2)

II.A. RIWAYAT PENDIDIKAN

2.1 Program S1 S2 S3

2.2 Nama PT FKIP UNUD La Trobe University, Melbourne,

Australia

Newcastle University, NSW, Australia

2.3 Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris

Applied Linguistics English Education

2.4 Tahun Masuk 1982 1992 2002 2.5 Tahun Lulus 1986 1994 2006 2.6 Judul Skripsi/Thesis/ Disertasi Impact of How Test Items are Graded to Students‟ Achievement

Style Shifting and Focussing Strategy in Balinese

Discourse

Learning English in Bali: Investigating Student Beliefs and Language Learning Strategies 2.7 Nama Pembimbing/Prom otor Drs Sunaryono, MA Dr D.K Tantra, MSc

Prof Barry Blake Prof Doug Absalom Dr Philip Morgan Dr Chris Weckert

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dengan ekstrak etanol daun sirih merah tidak mempunyai efek pada respon imun spesifik, yaitu pada proliferasi limfosit dan titer antibodi tetapi dapat

Kameisah    Putri   

Apakah pengaruh “ Price to book value (PBV) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan jasa sub

Dengan pendekatan rekayasa teknologi simulasi sistem yang dilakukan pada model memberikan hasil bahwa luas mangrove akan mengalami penurunan yang di pengaruhi oleh

Pre-Eklamsi Adalah Penyakit dengan tanda-tanda Hipertensi, Oedema, dan Proteinuria yang timbul karena kehamila. Penyakit ini biasanya timbul pada.. Triwulan ke-3

pribadi untuk kepentingan pendidikannya. 4) Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran. 5) Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrawi maupun

Setujukah Anda, bahwa dari segi kesehatan makanan cepat saji tidak baik dikonsumsi jika terlalu sering.. Setujukah anda, jika mengkonsumsi makanan cepat saji sebaiknya

Setelah mendapat hasil dari pekerjaan yang bisa di crash, maka dapat dilihat pada Tabel 4.6 yaitu tabel perhitungan waktu dan biaya, serta perbandingan antara data sebelum di