• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

9 1. Pengertian

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar dari kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat (Kusmiran, 2012). Keputihan yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (Manuaba, 2001).

2. Klasifikasi keputihan

a. Keputihan normal (Fisiologis)

Keputihan normal biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi, mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stres berat, sedang hamil, atau mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuningan dan tidak berbau. Selain itu, keputihan jenis ini juga tidak disertai rasa gatal dan perubahan warna. Keputihan ini merupakan sesuatu yang wajar, sehingga tidak diperlukan tindakan medis tertentu.

b. Keputihan abnormal (Patologis)

Berbeda dengan keputihan normal, keputihan abnormal bisa dikatagorikan sebagai penyakit. Keputihan jenis ini ditandai dengan keluarnya lendir dalam jumlah banyak. Selain itu, lendir tersebut berwarna putih atau kekuningan dan memiliki bau yang sangat menyengat, vagina yang terinfeksi mengalami bengkak (Bahari, 2012). 3. Etiologi keputihan

Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang fisiologik dan patologik.

(2)

a. Keputikan fisiologik 1) Penyebab fisiologik

Penyebab keputihan fisiologik adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. Kemudian dijumpai pada waktu menarce karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Rangsangan birahi disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Kelelahan fisik dan kejiwaan merupakan penyebab keputihan (Prawirohardjo, 2002).

2) Penyebab patologik

Menurut Andrews (2009), penyebab terjadinya keputihan secara patologik yaitu :

a) Candida albicans

Candida albicans tumbuh subur dalam lingkungan yang hangat, lembab, dan gelap yang menyebabkan vagina menjadi inang yang ideal untuk infeksi. Faktor predisposisi untuk candida yaitu kehamilan, antibiotik spektrum luas, obat imunosupresan dan steroid, trauma pada mukosa vagina karena vagina kering selama hubungan seksual atau penggunaan tampon, stres sehingga dapat memicu peningkatan hormon adrenalin.

b) Vaginosis bakteri

Vaginosis bakteri kadang disebut gardnerella dan merupakan penyebab lazim keputihan. Manifestasi klinis vagina bakteri yaitu keputihan berbau sangat tidak sedap sering kali digambarkan sebagai cairan seperti susu berkabut dan encer dengan bau amis atau keju dan sering kali memburuk setelah hubungan seksual atau pada waktu haid, ketidak nyamanan abdomen, pruritis, disuria.

c) Trichomonas vaginalis

Manifestasi klinis trichomoniasis yaitu keputihan yang sering digambarkan sebagai keputihan yang banyak, berwarna kuning

(3)

sampai hijau, berbau menyengat,serta berbusa; pruritus vagina dan lesi serta eritema vulva dapat muncul meskipun tidak lazim; dispareunia; disuria; nyeri abdomen bawah; makularis kolpitis (hemoragi, bintik kecil serviks dapat muncul sehingga servik tampak seperti strawberi).

d) Chlamydia trachomatis

Chlamydia trachomatis adalah parasit intraseluler obligat dan tergantung pada sel inang untuk menyediakan sumber energi dan bahan makanan lain yang diperlukan. Manifestasi klinis infeksi ini yaitu keputihan vagina mukopurulen; ektopi serviks hipertropi yang mudah edema, kongesti, dan mengalami perdarahan; uretritis; bartholinitis; endometritis; disuria; perdarahan pascakoitus; nyeri abdomen bawah.

e) Neisseria gonorrhoea

Manifestasi klinis gonore yaitu keputihan mukopurulen; servisitis; perdarahan uterus diantara dua siklus haid; menoragi; eritema dan edema serviks; disuria; nyeri abdomen bawah.

4. Patofisiologi keputihan

Keputihan yang fisiologis terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan progesterone yang berubah keadaannya terutama pada saat siklus haid, sehingga jumlah dan konsistensi sekresi vagina berbeda. Sekresi meningkat pada saat ovulasi atau sebelum haid. Bakteri dalam vagina telah menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan biasanya tidak terjadi gangguan. Laktobasili mengubah glikogen dalam cairan vagina menjadi asam laktat. Asam laktat ini mempertahankan ke-asaman vagina dan mencegah pertumbuhan bakteri yang merugikan. Bila kadar salah satu atau kedua hormone berubah secara dramatis, keseimbangan pH yang ketat ini akan terganggu. Laktobasili tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga mudah terjadi infeksi.

Proses infeksi dimulai dengan perlekatan candida pada sel epitel vagina. Kemampuan melekat ini lebih baik pada candida albizans daripada

(4)

spesies candida lainnya. Kemudian candida mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan protein sel penjamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu candida juga mengeluarkan mikro-toksisn diantaranya glikotoksis yang mampu meng-hambat aktivitas fagositosis dan menekan system imun lokal. Terbentuknya kolonisasi candida memudahkan proses imunisasi tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada penjamu (Kusmiran, 2012).

5. Tanda dan gejala

Gejala yang timbul pada keputihan bisa bermacam-macam tergantung penyebabnya. Cairan yang keluar bisa sedikit atau sedemikian banyak sehingga memerlukan ganti celana dalam berulang kali atau bahkan memerlukan pembalut. Warna cairan bisa hijau, kekuningan, keabu-abuan atau jernih tanpa warna. Kekentalannya pun bervariasi, bisa encer, kental, berbuih atau bergumpal kecil menyerupai susu (Dalimartha, 2002).

Tanda gejala yang lain yaitu gatal pada organ intim, rasa terbakar dan panas, kemerahan daerah organ intim bagian luar, nyeri saat berkemih dan nyeri saat hubungan intim (Kusmiran,2012).

6. Cara pencegahan keputihan

Menurut Bahari (2012), berikut adalah beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari keputihan yaitu menghindari berganti-ganti pasangan hubungan seksual, menjaga kebersihan alat kelamin, menggunakan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH di sekitar vagina, membilas vagina dari arah depan ke belakang, menghindari pemakaian bedak pada vagina, menghindari membilas vagina di toilet umum, meringkan vagina sebelum menggunakan celana dalam, kurangi konsumsi makanan manis, memilih celana dalam yang tidak terlalu ketat dan mudah menyerap keringat, menghindari berganti-ganti celana dalam dengan orang lain, ketika haid sering-sering

(5)

berganti pembalut, jika sudah terkena keputihan, menggunakan kondom ketika hendak berhubungan seksual.

7. Pemeriksaan keputihan

Sebelum melakukan tindakan pengobatan, perlu dilakukan langkah-langkah pemeriksaan guna mengetahui penyebab keputihan. Berbagai langkah pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan usia, keluhan yang dirasakan, sifat-sifat cairan yang keluar, kaitannya dengan menstruasi, ovulasi, serta kehamilan. Selain itu, tindakan ini juga harus ditunjang oleh pemeriksaan laboratorium yang memadai (Bahari, 2012).

Pada pemeriksaan langsung di sekitar alat kelamin luar, bisa terlihat bibir kemaluan, muara kandung kencing, anus, dan lipatan paha. Perhatikan apakah tampak bercak kemerahan yang terasa gatal, perhatikan juga ada luka lecet, kutil berbentuk jengger ayam, gelembung-gelembung kecil berisi cairan yang dasarnya kemerahan, dan cairan keputihan yang bisa ditentukan jumlahnya (sedik atau banyak), konsistensi (encer, agak kental, kental), warna (putih, putih kekuningan, kuning kehijauan), sifat (bergumpal, berbuih), dan baunya (tidak berbau, bau amis, asam, apak, busuk) (Dalimartha, 2002).

Berbeda dengan pemeriksaan langsung, pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium dilakukan dengan cara mengambil sampel cairan keputihan. Cairan keputihan tersebut bisa langsung diperiksa dengan mikroskop atau diberi warna terlebih dahulu, kemudian diperiksa dengan mikroskop (Bahari, 2012).

Dari pemeriksaan darah juga bisa diketahui apakah penderita terinfeksi oleh penyakit kelamin seperti melalui pemeriksaan Venereal Desease Research of Laboratory (VDRL) dan Trephonema Pallidum Hemaglutination Test (TPHA) (Dalimartha, 2002).

Pemeriksaan dalam dilakukan pada perempuan yang telah menikah dengan menggunakan alat untuk melebarkan saluran vagina yang disebut spekulum. Dengan alat ini bisa dilihat saluran vagina dan leher rahim (serviks), apakah ada peradangan (kemerahan), erosi, atau bercak putih.

(6)

Juga bisa terlihat bila ada benda asing yang tinggal di saluran vagina, tumor, papiloma atau kecurigaan adanya kanker serviks (Dalimartha, 2002).

Untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, bisa dilakukan tindakan biopsi, yaitu dengan cara mengambil sel-sel lepas. Proses pengambilan ini dilakukan dengan cara mengeroknya dari selaput lendir rahim kemudian hasil biopsi tersebut diperiksa oleh ahli patologi anatomi. Tujuannya adalah mengetahui adanya kemungkinan kanker atau infeksi yang terjadi hanya merupakan infeksi biasa (Bahari, 2012).

8. Masalah pada remaja

Perkembangan dan perjalanan yang sehat menuju usia remaja merupakan salah satu tantangan cukup sulit yang harus dilalui oleh seorang anak dalam pertumbuhannya. Salah satu masalah remaja adalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit anak muda, karena remaja atau anak muda adalah kelompok terbanyak yang menderita Infeksi Menular Seksual (Soetjiningsih, 2007).

B. Remaja 1. Pengertian

Istilah remaja (adolescent) berasal dari bahasa latin yaitu ad alescere, yang berarti "bertumbuh" Sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah fisik, sosial, dan psikologis bergabung untuk menciptakan karakteristik, perilaku, dan kebutuhan yang unik (Bobak, 2004). Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandangan menurut Kusmiran (2012), yaitu :

a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia 11 -12 tahun sampai 20-21 tahun.

b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan dan penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang berkaitan dengan kelenjar seksual.

(7)

c. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, dianatara masa anak-anak menuju masa dewasa.

2. Ciri-ciri perubahan somatik remaja

Pertumbuhan dan perkembangan somatik remaja ditandai dengan beberapa ciri khas. Perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan berakhir, kecepatannya dan sifatnya, tergantung dari masing-masing individu. Karena itu umur yang normal saat tercapainya suatu perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat ditentukan dengan pasti melainkan hanya dikatakan pada rata-rata anak. Perubahan yang telah terjadi selama abad terakhir ini mengenai ukuran dan umur individu-individu yang mengalami masa pubertas. Pada umumnya karena perbaikan gizi dan upaya-upaya kesehatan masyarakat (Narendra, 2002) 3. Hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan somatik

Terdapat 4 daerah kerja utama hormon, yaitu pada tumbuh kembang; reproduksi; mempertahankan lingkungan internal; pertumbuhan, penggunaan dan penyimpanan energi. Pertumbuhan melibatkan interaksi antara reaksi antara endokrin dan sistem tulang. Banyak hormon yang mempengaruhi pertumbuhan, termasuk hormon pertumbuhan (GH), tiroksin, insulin, dan kortikosteroid (semuanya mempengaruhi kecepatan pertumbuhan); leptin (mempengaruhi komposisi tubuh); dan hormon paratiroid; 1,25 dihydroxy vitamin D, dan calcitinin (semuanya mempengaruhi mineral tulang). Sedangkan maturasi tulang dipengaruhi terutana oleh hormon tiroid, androgen adrenal, dan seks steroid, terutama estrogen (Soetjiningsih, 2007).

Perubahan hormonal secara kualitatif dan kuantitaf terjadi antara masa prepubertas dan dewasa. Akibatnya pertumbuhan yang cepat dari berat dan panjang badan, perubahan dalam komposisi tubuh dan jaringan tubuh serta timbulnya ciri-ciri seks primer dan sekunder, yang menghasilkan perkembangan “ boy into a man” dan “girl into a woman” (Narendra, 2002).

(8)

4. Pertumbuhan organ reproduksi remaja putri

Pada remaja perempuan tanda pubertas pertama pada umumnya adalah pertumbuhan payudara stadium 2 atau disebut brest bud yaitu terdiri dari benjolan puting yang disertai pembesaran areola sekita 8-12 tahun. Haid pertama (menarche) terjadi pada stadium lanjut dari pubertas dan sangat bervariasi pada umur berapa masing-masing individu mengalaminya, rata-rata pada umur 10,5-15,5 tahun (Soetjiningsih, 2007). 5. Tugas perkembangan remaja putri

Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah mencapai nilai-nilai kedewasaan. Ciri-ciri kedewasaan tersebut antara lain emosi relatif lebih stabil (mampu mengendalikan emosi), mandiri (baik secara ekonomi, sosial, dan emosi), mampu melakukan upaya menyerahkan sumber daya dalam diri dan lingkungan untuk memecahkan masalah, adanya interpendensi (saling ketergantungan) dalam hubungan sosial, memiliki tanggung jawab, dan peka terhadap orang lain (Kusmiran, 2012). 6. Pemeliharaan organ reproduksi remaja putri

Cara pemeliharaan organ reproduksi remaja putri adalah tidak memasukkan benda asing ke dalam vagina, menggunakan celana dalam yang menyerap keringat, tidak menggunakan celana terlalu ketat, pemakaian pembilas vagina secukupnya (tidak berlebihan). Alat reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman apabila tidak dirawat kebersihannya. Mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, penggunaan pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan adanya benda asing dalam vagina dapat menyebabkan keputihan yang abnormal (Kusmiran, 2012).

C. Persepsi 1. Pengertian

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

(9)

melalui alat indera. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi (Walgito, 2002).

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan penyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah persepsi. Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Rakhmat, 2005).

2. Macam-macam persepsi

Ada dua macam persepsi, yaitu : External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi obyek adalah dirinya sendiri (Sunaryo, 2004).

3. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Rachmat (2005), berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi baik dari faktor internal maupun eksternal antara lain sebagai berikut :

a. Faktor Internal 1) Alat Indra

Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

2) Perhatian

Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan

(10)

merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. 3) Pengalaman

Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman bisa bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi.

b. Faktor Eksternal

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

Objek yang dapat dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia. Manusia itu sendiri dapat menjadi objek persepsi. Orang yang menjadikan dirinya sendiri sebagai objek persepsi, ini yang disebut persepsi diri atau self-prerception. Apabila yang dipersepsi itu manusia dan yang nonmanusia, maka adanya kesamaan tetapi juga adanya perbedaan dalam persepsi tersebut. 2) Informasi

Era teknologi zaman sekarang ini lebih dari kata maju, banyak sekali cara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber yang terpercaya. Baik dari media cetak seperti koran, majalah, tabloid, dll. Serta dari media elektronik seperti televisi, internet dengan acara yang kita bisa langsung ikut dalam interaktif didalamnya

3) Budaya / lingkungan

Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat.

(11)

4. Syarat terjadinya persepsi

Menurut Sunaryo (2004), supaya individu dapat mengadakan persepsi diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu adanya objek yang dipersepsikan lalu objek tersebut menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor, adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi, adanya alat indera atau reseptor sebagai penerima stimulus dan saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak lalu dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat untuk mengadakan respon.Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaran). Dan otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respon. 5. Organisasi persepsi

Dalam organisme atau individu mengadakan persepsi timbul suatu masalah apa yang dipersepsi lebih dahulu, apakah bagian merupakan hal yang dipersepsi lebih dahulu, baru kemudian seluruhnya, ataukah keseluruhan persepsi lebih dahulu baru kemudian bagian-bagiannya (Walgito,2002).

6. Konsistensi persepsi

Adanya aktivitas dalam diri seseorang yang berperan sehingga menghasilkan persepsi :

a. Konsisten bentuk

Pengalaman memberikan pengertian bahwa bentuk uang logam itu bulat. Hal tersebut sebagai hasil persepsi, yaitu bahwa uang logam itu bulat, dan disimpan dalam ingatan seseorang (Walgito, 2002). b. Konsistensi warna

Atas dasar pengalaman orang mengerti bahwa susu murni itu barwarna putih. Walaupun pada suatu waktu orang dijamu minuman susu yang penerangannya agak remang-remang berwarna merah sehingga susu itu kelihatan merah, tetapi dalam mempersepsi susu tersebut orang akan berpendapat bahwa susu itu berwarna putih. Inilah yang disebut sebagai konsistensi warna (Walgito, 2002).

(12)

c. Konsistensi ukuran

Pengalaman menberikan pengertian bahwa yang namanya gajah yang telah dewasa itu ukurannya besar, lebih besar daripada seekor harimau. Apabila seseorang melihat seekor gajah dari jauhan, maka gajah tersebut kelihatannya kecil, maka jauh jaraknya kelihatannya akan makin kecil. Sekalipun yang dilihat itu kecil, namun hasil persepsi tetap orang menyatakan bila gajah itu tetap mempunyai ukuran yang besar. Inilah yang disebut sebagai konsistensi ukuran (Walgitgo, 2002). 7. Proses terjadinya persepsi

Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki, setelah itu diberikan respon sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang lain. Setelah diterima rangsangan atau data yang ada diseleksi. Untuk menghemat perhatian yang digunakan rangsangan-rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah data diterima dan diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi setelah data atau rangsang tersebut berhasil ditafsirkan (Rakhmat, 2005).

Menurut Sunaryo (2004), proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu proses fisik, proses fisiologis dan proses psikologis. Proses fisik berupa objek menimbulkan stimulus, lalu stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses fisiologis berupa stimulus yang diterima oleh indera diteruskan oleh saraf sensoris ke otak. Sedangkan proses psikologis berupa proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima.

Sedangkan faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang dapat disebut sebagai faktor-faktor personal, yang menentukan

(13)

persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli (Rakhmat, 2005).

Jadi syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik, fisiologis, dan psikologis. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut:

8. Persepsi penyakit dan sakit

Beraneka ragam konsep sehat-sakit yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggara pelayanan kesehatan menimbulkan perbedaan konsep sehat-sakit, hal ini disebabkan karena adanya persepsi sakit yang berbeda. Secara objektif seseorang terkena penyakit,salah satu organ tubuh terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa sakit. Atau sebaliknya, seseorang merasa sakit bila merasa sesuatu didalam tubuhnya, tetapi pemeriksaan klinis tidak diperoleh bukti bahwa dirinya sakit (Notoatmodjo, 2010).

Individu dalam bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007):

Objek Stimulus Reseptor

Saraf sensori Otak

Saraf motorik

persepsi

(14)

a. Persepsi Kerentanan.

Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut. Dengan kata lain, suatu tindakan pencegahan suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan bahwa dirinya atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut.

b. Keparahan

Tindakan individu untuk mencari pengobatan dam pencegahan penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat. Penyakit kurang gizi misalnya akan dirasakan lebih serius bila dibandingkan dengan penyakit flu biasa. Oleh karena itu pencegahan kurang gizi lebih ditekankan dibandingkan pencegahan atau pengobatan penyakit flu.

c. Manfaat dan rintangan yang dirasakan

Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang dianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan lebih menentukan daripada rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan di dalam melakukan tindakan tersebut.

d. Isyarat atau tanda-tanda

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kagawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut, misalnya pesan-pesan pada media masa, nasehat atau anjuran kawan-kawan anggota keluarga lainnya dari si sakit dan sebagainya.

(15)

D. Kerangka Teori

Bagan 2.2 Kerangka teori

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu, persepsi remaja putri tentang keputihan di SMP Negeri 29 Semarang.

Faktor terbentuknya persepsi : 1. Proses fisik

- Objek - Stimulus

- Reseptor atau alat indra 2. Proses fisiologis

- Stimulus - Saraf sensori - Otak

3. Proses psikologis

- proses di dalam otaksehingga menyadari stimulus yang diterima

Faktor yang mempengaruhi persepsi: 1. Faktor internal

- Alat indra - Perhatian - Pengalaman 2. Faktor eksternal

- Obyek yang dipersepsi - Informasi - Budaya / lingkungan Internalisasi pemahaman Persepsi remaja : 1. Persepsi positif : pemahaman atau pemberian makna yang benar atas informasi tentang keputihan. 2. Persepsi negatif :

pemahaman atau pemberian makna yang salah tentang keputihan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari 2 Sekolah Dasar (SD) dan 2 Madrasah Ibtidaiyah (MI) regular di Jakarta Selatan pada tahun 2011 yang

k adet eleman içeren bir y fonksiyonuna Hızlı fourier dönüşümü komutu uygulandığında ancak k/2 kadar harmonik ve bunların genlikleri hakkında bilgi sahibi

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang

Penataan halaman dalam buku dilakukan dalam grid dan breaking grid sesuai dengan ekpresi yang ingin disampaikan agar penyampaian pesan lebih dinamis, layout di

Tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan definisi kebudayaan, terutama pada pertanyaan tentang kehamilan merupakan proses alamiah sebagai kodratnya sebagai perempuan,

Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab tulisan, tetapi merupakan kesatuan dari sejumlah kalimat yang mendukung satu ide atau gagasan

Meningkatkan sikap positif dari para petugas kesehatan dalam menangani ibu-ibu melahirkan ataupun pasien yang datang yang memerlukan tindakan yang terkait dengan

Sistem Informasi Geografis berbasis web atau WebGIS Zona Nilai Tanah untuk desa Kota Gajah Timur, Kecamatan Kota Gajah, memiliki tiga tampilan web yaitu tampilan