• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINKRONISASI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PUSAT DAN DAERAH SERTA ARAHAN KEBIJAKAN UNTUK RPJMD PROVINSI PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINKRONISASI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PUSAT DAN DAERAH SERTA ARAHAN KEBIJAKAN UNTUK RPJMD PROVINSI PAPUA"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SINKRONISASI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

PUSAT DAN DAERAH SERTA ARAHAN KEBIJAKAN UNTUK

RPJMD PROVINSI PAPUA

2013-2018

Oleh:

Menteri PPN/Kepala Bappenas

Disampaikan dalam acara:

Musrenbang RPJMD Provinsi Papua Tahun 2013-2018

Jayapura, 12 September 2013

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

(2)

KERANGKA PAPARAN

RPJMN dalam Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional

 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

 RPJMN 2015-2019 dalam Kerangka RPJPN 2005-2025

 Penyusunan RPJMN dalam kerangka kesinambungan perencanaan pembangunan

Kerangka Makro Pembangunan Berkelanjutan,

2015-2019

Isu-isu Strategis Jangka Menengah 2015-2019 dalam

Kerangka Kesinambungan Perencanaan Pembangunan

Akselerasi Pembangunan Provinsi Papua,

2013-2018

Penutup

(3)

RPJM DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

(4)

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

NASIONAL

Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui

MUSRENBANG RKP RPJM Nasional RPJP Nasional Renstra KL Renja -KL RAPBN RKA-KL APBN Rincian APBN

Pedoman Dijabarkan Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diacu P emerin tah Pus at RPJM Daerah RPJP Daerah RKP Daerah Renstra SKPD Renja -SKPD RAPBD RKA -SKPD APBD Rincian APBD Pedoman Pedoman Pedoman Dijabarkan Pedoman Pedoman Diacu UU SPPN (No.25/2004) P emerin tah Daer ah

Bahan Bahan (diserasikan dlm RAKORPUS &

Trilateral Meeting)

Bahan Bahan

UU KeuNeg (No.17/2003)

(5)

Visi Pembangunan 2005-2025

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

RPJMN 2015-2019 DALAM KERANGKA

RPJPN 2005-2025

(6)

PENYUSUNAN RPJMN

DALAM KERANGKA KESINAMBUNGAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Slide - 6 Rancangan Teknokratis RPJMN 2015-2019 Rancangan RPJMN 2015-2019 Rancangan Akhir RPJMN 2015-2019 Visi – Misi Presiden terpilih Musrenbang RPJMN dan Sidang Kabinet Arahan

RPJPN 2005-2025

Isu Strategis Jangka Menengah 2015-2019

(background studies) Evaluasi

(7)

BAGAN ALUR PENYUSUNAN RPJMN

Platform Presiden RENSTRA K/L Rancangan Renstra K/L Pedoman Penyesuaian 4 Hasil Evaluasi Renstra RPJPN 2005-2025 Hasil Evaluasi RPJMN Aspirasi Masyarakat Pedoman Penyusunan RPJMD Rancangan Teknokratik Renstra K/L Rancangan Teknokratik RPJMN Background Study Pembagian Tugas SIDANG KABINET TRILATERAL MEETING Bilateral Meeting Penyesuaian Renstra K/L Musrenbang Jangka Menengah Nasional Bahan Penyusunan dan Perbaikan SIDANG KABINET Penelaahan PEMERINTAH DAERAH RANCANGAN AWAL RPJMN RANCANGAN RPJMN RANCANGAN AKHIR RPJMN RPJMN 2015-2019 1 3 5 6 2

Agustus 2014 November 2014 Desember 2014 Januari 2015

(8)

 Saat ini, substansi RPJMN 2015-2019 teknokratik belum bisa disampaikan secara spesifik karena Kementerian PPN/Bappenas sedang pada tahapan penyusunan background studies.

 Yang dapat kami sampaikan disini adalah kerangka makro pembangunan berkelanjutan dan isu-isu strategis yang dihadapi dalam jangka menengah 2015-2019 (hasil sementara dari background

studies).

 Penyusunan RPJMD Provinsi Papua 2013-2018 dapat disusun saat ini dengan

mempertimbangkan paparan isu strategis jangka menengah nasional, 2015-2019. Pada Januari 2015, dapat dilakukan revisi RPJMD Provinsi Papua untuk disinkronkan dengan Dokumen Akhir RPJMN 2015-2019.

 Penyusunan Background Studies : identifikasi isu-isu strategis jangka menengah 2015-2019

 Penyusunan Rancangan Teknokratik

RPJMN 2015-2019  Rancangan Awal RPJMN 2015-2019  Rancangan Akhir RPJMN 2015-2019 Januari 2013 – Desember 2013 Januari 2014 – Agustus 2014 mulai November 2014 Januari 2015

AGENDA BESAR PENYUSUNAN RPJMN

(9)

KERANGKA MAKRO

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, 2015-2019

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

(10)

KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS

KERANGKA MAKRO

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN,

2015-2019

Aspek Sosial 1. Pemerataan 2. Kesehatan 3. Pendidikan 4. Keamanan 5. Perumahan 6. Kependudukan Aspek Ekonomi 1. Struktur Ekonomi 2. Pola Konsumsi dan

Produksi 3. Ketahanan Pangan 4. Ketahanan Energi 5. Infrastruktur/ Konektivitas Aspek Lingkungan 1. Atmosfir 2. Tanah

3. Pesisir dan Laut 4. Air Bersih 5. Keaneka-ragaman Hayati Aspek Kelembagaan 1. Kerangka Kelembagaan 2. Kapasitas Kelembagaan dan Aparatur

Framework for Construction of Sustainable Development Indicators, September, 2001

MDG dan

Post-2015 Development Agenda

Tata Kelola dan Pemberantasan Korupsi

Ekonomi Hijau Keanekaragaman HayatiLingkungan dan

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Kelemahan 1: aspek lingkungan

belum berkembang seperti pilar sosial dan ekonomi ukuran dan indikator

Kelemahan 2: valuasi aspek

lingkungan dan internalisasi ke dalam pilar ekonomi dan sosial

(11)

KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS

ISU-ISU STRATEGIS

JANGKA MENENGAH 2015-2019 DALAM KERANGKA

KESINAMBUNGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

(12)

KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS

ISU-ISU STRATEGIS

JANGKA MENENGAH 2015-2019 DALAM

KERANGKA KESINAMBUNGAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN

Pendidikan dan Kesehatan

Penanggulangan Kemiskinan dan Implementasi BPJS

Ketahanan Pangan

Ketahanan Energi

Pengembangan Infrastruktur/Konektivitas

Inovasi Teknologi

Pemberantasan Korupsi

Slide - 12

(13)

KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS

PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

(14)

PENDIDIKAN:

ISU-ISU YANG BELUM TERSELESAIKAN

Kesenjangan akses terhadap pendidikan masih belum

sepenuhnya terselesaikan untuk semua jenjang

pendidikan.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan belum

memberikan hasil sesuai harapan.

Desentralisasi pendidikan dan otonomi pendidikan yang

belum berdampak nyata pada peningkatan mutu

pendidikan.

Isu inefisiensi pembiayaan pendidikan.

(15)

PENDIDIKAN:

ISU STRATEGIS BARU

 Perluasan akses pendidikan anak usia dini yang lebih berkualitas untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak.

Perluasan pendidikan menengah (Pendidikan Menengah Universal) dan

tinggi yang berkualitas untuk meningkatkan supply tenaga kerja (skill

formation) yang lebih terdidik dan mencetak pengembang ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam rangka menangkap peluang mendapatkan bonus demografi.

Percepatan peningkatan mutu pendidikan untuk berkontribusi lebih besar

dalam pertumbuhan ekonomi.

Adaptasi pembangunan berkelanjutan di bidang pendidikan melalui

peningkatan pengetahuan dan ketrampilan siswa untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Pembenahan sistem pembiayaan pendidikan yang semakin berat

terutama sebagai dampak pelaksanaan UU Guru dan Dosen (fiscal

(16)

KESEHATAN

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

(17)

CAPAIAN DAN ISU

PEMBANGUNAN KESEHATAN

• Pembangunan kesehatan di Indonesia terus menunjukkan kemajuan,

misalnya dilihat dari usia harapan hidup, dan persalinan oleh tenaga

kesehatan, meningkat penduduk yang mempunyai jaminan pelayanan

kesehatan

• Tetapi sebagaian besar indikator kesehatan dalam MDGs seperti kematian

bayi, kematian ibu dan kekurangan gizi belum tercapai

INDIKATOR STATUS2009 CAPAIAN

2012

TARGET

2014 STATUS

1 Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga

kesehatan terlatih (%) 84,3 83,1 90

2 Angka kematian ibu melahirkan (per 100.000 kelahiran

hidup) 228 259 118

3 Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) 34 32 24 4 Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita (%)

(18)

KESEHATAN:

ISU-ISU YANG BELUM TERSELESAIKAN

Penurunan kematian ibu dan kematian bayi.

Penurunan kekurangan gizi.

Penurunan TFR (fertilitas).

Penanggulangan penyakit TB, Malaria, HIV/AIDS.

Pembiayaan kesehatan.

(19)

KESEHATAN:

ISU-ISU STRATEGIS BARU

Kesiapan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (2014)

dan upaya menuju universal health coverage (2019),

meliputi kesiapan suplai, kesinambungan fiskal dan

pengaturan peran kesehatan publik.

Transisi epidemiologi, yaitu meningkatnya prevalensi

penyakit tidak menular (stroke, cardiovascular, dll).

Kekurangan gizi, terutama stunting pada anak.

Jumlah, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan terutama

menghadapi JKN, transisi epidemiologi dan perubahan

demografi.

(20)

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN

IMPLEMENTASI BPJS

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

(21)

PROYEKSI TINGKAT KEMISKINAN 2015-2019

(sementara)

Diperlukan upaya yang cukup keras untuk dapat mencapai target tingkat kemiskinan yang telah ditetapkan dalam RPJP atau MP3KI

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Pertumbuhan PDB non migas (OPTIMIS) 9 % 9 % 9 % 9 % 9 % 9 % Pertumbuhan PDB non migas (MODERAT) 6,5 % 6,5 % 6,5 % 6,5 % 6,5 % 6,5 % Inflasi (OPTIMIS dan MODERAT) 5,3 % 6,1 % 5,2 % 5,2 % 4,2 % 4,2 %

Masih ada gap antara proyeksi dan target

(22)

SKENARIO PERCEPATAN DAN PERLUASAN

PENGURANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA

Outlook Target Ekonomi dan Kemiskinan Strategi Penanggulangan Kemiskinan 2012 2015 2020 2025 PDB/kapita (US$) Tingkat Kemiskinan 4.963 6.097 10.278 14.963 10,5-11,5 % 8-10% 6-7% 4 - 5 % Program Strategis Kelompok Sasaran RTHM, RTM dan RTSM (40 % terbawah PPLS 2011) 30 % terbawah (PPLS 2014/2017) 20 % terbawah (PPLS 2017/2020) 10 % terbawah (PPLS 2023) PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN EKSISTING Klaster I

Bantuan dan Jaminan Sosial

Klaster II Pemberdayaan Masyarakat Klaster III KUMKM Klaster IV Program Pro-Rakyat

PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL Jaminan Sosial (Social Security):

 Asuransi Kesehatan  Jaminan Kematian  Jaminan Hari Tua  Jaminan Pensiun  Jaminan Kecelakaan Kerja Bantuan Sosial (Social Assistance):

 Food stamps  Temporary shelter  Beasiswa miskin TRANSFORMASI PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL Catatan:

1. PDB/Kapita: target MP3EI

2. Tingkat Kemiskinan: target RPJP

3. Garis Kemiskinan cenderung meningkat

4. Elastisitas tingkat Kemiskinan

terhadap Pertumbuhan PDB/Kapita cenderung menurun Garis Kemiskinan (ribu rupiah) 252 318 467 686 Elastisitas 0,045 0,023 0,083 0,243

PENGEMBANGAN SUSTAINABLE LIVELIHOOD (breakthrough)

Pemberdayaan (Community Empowerment) Akses Berusaha & Kredit (Financial Access) Pengembangan Kawasan berbasis Potensi Lokal

(23)

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Pengembangan penghidupan berkelanjutan sebagai tujuan utama dalam Penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan

Tidak Miskin Hampir Miskin Miskin Menciptakan sistem perlindungan sosial yang komprehensif Meningkatkan

pelayanan dasar bagi penduduk miskin & rentan *

Menciptakan

penghidupan penduduk miskin & rentan yang berkelanjutan

(Sustainable Livelihood)

Jaminan Sosial Bantuan Sosial

Asuransi Sukarela

Infrastruktur dan sarana pelayanan publik

Perluasan jangkauan pelayanan publik untuk penduduk miskin dan rentan • Pendidikan, pelatihan, pendampingan • Memberdayakan UMKM/Penguatan Kelembagaan

• Akses Keuangan Mikro

Aset Manusia Aset fisik Aset SDA Aset Finansial Aset Sosial Sangat Miskin

Kriteria Lepas dari Kemiskinan

Is

u

(24)

AGENDA TRANSFORMASI

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

MP3KI 2013-2025 DAN RPJMN 2015-2019

Sistem perlindungan sosial yang komprehensif

Pengembangan

penghidupan penduduk miskin & rentan

Peningkatan pelayanan dasar bagi penduduk miskin & rentan

Bantuan & perlindungan sosial

Pemenuhan kebutuhan dasar & program pro rakyat

Pemberdayaan

masyarakat dan UMKM

Rekonsiliasi Transformasi & Ekspansi

Sistem jaminan sosial Sistem bantuan sosial

Jaminan layanan dasar Infrastruktur dasar terpadu

Kapabilitas & produktivitas Pembangunan partisipatif Keberlanjutan 2013-2014 2015-2020 2021-2025 RPJMN 2010 - 2014 RPJMN 2015 - 2019 Fase MP3 KI Kla si fikas iProgra m d an Kegiat an Slide - 24

(25)

PENGEMBANGAN SISTEM JAMINAN

SOSIAL NASIONAL

(26)

KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN

(Pasal 4 Perpres Jamkes)

PBI BUKAN PBI

Tidak

mampu

Fakir

miskin Penerima upah Pekerja (dan ART) Pekerja Bukan Penerima upah (dan ART) Bukan Pekerja (dan ART) • PNS • TNI • Polri • Pejabat negara • Pegawai Pemerintah non PNS • Pensiunan • Pegawai Swasta • Pekerja lain yg menerima upah • Pekerja diluar hubungan kerja/pekerja mandiri • Pekerja lain yg tidak menerima upah • Investor • Pemberi kerja • Penerima Pensiun • Veteran • Perintis kemerdekaan • Bukan pekerja lainnya yang mampu membayar iuran Slide - 26

(27)

POTENSI PARTISIPASI DAERAH

DALAM PENGEMBANGAN BPJS KESEHATAN

Integrasi Jamkesda ke dalam skema BPJS Kesehatan (paling lambat

2016).

Penguatan kualitas dan peningkatan ketersediaan fasilitas layanan

kesehatan di daerah.

Mempercepat tercapainya cakupan semesta (universal coverage)

Jaminan Kesehatan melalui:

Melaksanakan sosialisasi dan edukasi masyarakat, terutama kepada

pekerja sektor informal non miskin di daerah masing-masing, untuk berpartisipasi menjadi peserta Jaminan Kesehatan.

Menambah cakupan Jaminan Kesehatan untuk masyarakat miskin

yang belum tercakup dalam kelompok Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui APBD.

(28)

KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS

KETAHANAN PANGAN

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

(29)

KERANGKA KEBIJAKAN

KETAHANAN PANGAN

KETAHANAN

PANGAN

KUALITAS

KONSUMSI

(Diversifikasi Pangan dan Kualitas Gizi)

KETERSEDIAAN

(Produksi, Cadangan & Impor)

AKSESIBILITAS

(Distribusi & Harga Terjangkau)

MASALAH PANGAN

(30)

KETAHANAN PANGAN:

KONDISI UMUM

Kontribusi sektor pertanian dalam PDB rata-rata sebesar

14,3 persen.

Tanaman bahan makanan masih yang terbesar sekitar 49,1

persen; cenderung menurun.

Selama periode 2004-2012 rata-rata pertumbuhan PDB

Pertanian sebesar persen 3,5 ; Nasional 5,80 persen.

Produktivitas tenaga kerja Pertanian rata-rata mencapai

7,02 juta rupiah; Nasional 20,43 juta rupiah.

(31)

No Pembangunan Sasaran RPJMN 2010-2014 REALISASI 2012 Rata-rata 2010-2012 RKP 2013 RKP 2014 1 PDB Pertanian Tumbuh 3,7-3,9

persen per tahun 3,97 persen 3,44 persen 3,7 persen 3,7 persen

2

Padi Tumbuh 3,6 persen

per tahun *) 5,0 persen 2,38 persen 6,25 persen 6,25 persen Jagung Tumbuh 10,02

persen per tahun 9,8 persen 3,35 persen 8,3 persen

10,03 persen Kedelai Tumbuh 20,05

persen per tahun 0,04 persen -4,34 persen 18,4 persen

20,05 persen Gula Tumbuh 12,55

persen per tahun 16,75 persen 2,16 persen 9,2 persen

12,55 persen Daging Sapi Tumbuh 7,3 persen

per tahun 4,2 persen 7,33 persen 9,5 persen 7,30 persen

Perikanan Tumbuh 21,09 persen per tahun

11,8

persen 15,99 persen 21,09 persen

21,09 persen

3 Nilai Tukar Petani

115-120 (Tahun dasar 1993) (105-110 - tahun dasar 2007) 113,6 (Tahun Dasar 1993) 105,2 (Tahun Dasar 2007) 105,2 NTP diatas 105 (Tahun dasar 2007) NTP diatas 105 (Tahun dasar 2007)

REVIEW PENCAPAIAN SASARAN

PRIORITAS KETAHANAN PANGAN

(32)

KETAHANAN PANGAN:

TANTANGAN YANG DIHADAPI (1/2)

1. Peningkatan kebutuhan kuantitas konsumsi.

Komponen Satuan 2012 2015 2016 2017 2018 2019

Penduduk Juta 247,21 256,62 259,66 262,64 265,57 268,44

Kebutuhan Beras Juta Ton 38,18 39,98 40,64 41,33 42,05 42,78

Kebutuhan Daging

Sapi Ribu Ton 485,50 582,03 620,62

662,28

707,27 755,88

Kebutuhan Daging

Unggas Juta Ton 0,89 1,06 1,13 1,21 1,29 1,38

Kebutuhan Kedelai Juta Ton 2,55 2,76 2,86 2,97 3,10 3,23

(33)

2. Peningkatan kebutuhan industri pangan baik final maupun produk antara (industri) – seiring berkembangnya industri pangan – mie instant, bakso dll meningkatkan konsumsi bahan pangan industri.

3. Sementara alih fungsi lahan terutama sawah terus terjadi

4. Pola produksi skala RT tidak dapat mengimbangi dinamika pasar/konsumsi

5. Perubahan pola konsumsi:

i. Kepraktisan – bentuk olahan

ii. Kualitas: jenis dan kualitas tertentu iii. Brand: jaminan konsistensi kualitas

iv. Trend konsumen terhadap konsumsi pangan olahan dan protein hewani meningkat seiring dengan peningkatan pedapatan masyarakat

6. Karakteristik konsumsi tidak dapat secara fleksibel direspon produsen yang mayoritas IRT  respon dilakukan oleh pedagang pengumpul, pengolah sehingga nilai tambah hanya dinikmati oleh pedagang

KETAHANAN PANGAN:

(34)

KETAHANAN PANGAN:

ISU STRATEGIS YANG PERLU DIPERHATIKAN

UNTUK KEBIJAKAN KEDEPAN (1/2)

Menjaga basis/kapasitas produksi dan meningkatkan produktivitas:

Wujudkan lahan pertanian (pangan) abadi terutama untuk padi.  Revitalisasi sistem perbenihan dan perbibitan.

Pengawalan produksi –penyuluhan dan penerapan teknologi tepat dan

ramah lingkungan.

Putihkan KUT – agar akses kredit meningkat.

 Mensinergikan dengan subsidi agar tepat sasaran dan efektif mencapai target.

Mensinergikan produksi dan pengolahan :

Pengembangan supply chain – hulu hilir

(produsen-pengumpul-pengolah)

 Pengembangan entrepreneurship – pedagang pengumpul untuk

menjembatani permintaan pasar yang semakin heterogen

(35)

Transparansi dan koordinasi kebijakan pangan

Sinkronisasi dan transparansi pengambilan keputusan untuk

mempertahankan stabilitas harga yang menjaga kepentingan

produsen-pengolah-konsumen (stok, impor, harga dll).

Pengambilan keputusan lintas instansi dirumuskan secara

komprehensif dan konsisten oleh Tim yang dilengkapi dengan

data dan kemampuan analisa yang mencukupi.

Peningkatan nilai tambah:

Penyediaan bahan baku dari dalam negeri.

Komoditas ekspor unggulan yang lebih baik.

KETAHANAN PANGAN:

ISU STRATEGIS YANG PERLU DIPERHATIKAN

UNTUK KEBIJAKAN KEDEPAN (2/2)

(36)

KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS

KETAHANAN ENERGI

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

(37)

KERANGKA KEBIJAKAN KETAHANAN ENERGI

PENINGKATAN PRODUKSI DAN CADANGAN MINYAK DAN GAS BUMI

(INTENSIFIKASI)

PENGANEKARAGAMAN SUMBER DAYA ENERGI PRIMER

(DIVERSIFIKASI) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PEMERATAAN PEMANFAATAN ENERGI (EFISIENSI) Terpenuhinya kebutuhan bahan bakar dan bahan baku

industri dalam negeri

Mengurangi ketergantungan yang berlebihan terhadap minyak bumi dan menambah pasokan energi

primer melalui pemanfaatan sumber daya energi lainnya

Efisiensi penggunaan energi dan meningkatkan produksi nasional serta penurunan emisi karbon,

memperbaiki daya saing dan mendorong pertumbuhan ekonomi

KETAHANAN DAN

KEMANDIRIAN

ENERGI

Didukung:

• Ekonomi: fiskal dan moneter • Infrastruktur

• IPTEK

(38)

Indikator Satuan Baseline (2009) Capaian Target 2014 Status 2010 2011 2012 Produksi Minyak Bumi

Ribu Barrel per

Hari 949 945 902 860 1.010 *) Kapasitas Pembangkit Tambahan (MW) 31.959 2.024 5.902 4.179 3.000 MW/ Tahun Terpasang (Kumulatif MW) 33.983 39.885 44.064 Rasio Elektrifikasi Persen 65,79 67,15 72,95 76,56 80 Kapasitas PLTP Terpasang (Kumulatif MW) 1.179 1.189 1.226 1.341 5.000 Pembangunan Jaringan Gas Kota Kota/Sambungan Rumah (Kumulatif) 2/ 6.210 6/ 19.376 9/ 45.576 13/ 57.000 19/ 80.000 Pembangunan

SPBG Unit (Kumulatif) n.a **) FEED

***) 4 8 21

MIDTERM REVIEW RPJMN 2010-2014

*) 1,01 juta adalah target Renstra KESDM yang diperkirakan dapat dilaksanakan, sedangkan target kinerja Presiden adalah 1,2 juta **) Belum ada pembangunan melalui APBN;

***) Front End Engineering Design

Perlu kerJa Keras

Sangat sulit tercapai On Track/On Trend

(39)

TANTANGAN PRODUKSI MINYAK DAN

GAS BUMI

 Produksi minyak bumi tersendat, dibawah satu juta barel per hari, karena

sebagian besar berasal dari lapangan yang sudah tua (mature fields) – 62% dari total jumlah lapangan migas yang ada saat ini.

Peningkatan produksi dari sumur yang sudah tua (mature) terkendala oleh kemampuan pemanfaatan Teknologi Enhanced Oil Recovery untuk

meningkatkan produksi dari secondary/tertiary recovery membutuhkan biaya yang mahal (cost recovery)

 BUMN (Pertamina EP) menyumbang sekitar 14-15% dari produksi minyak bumi

nasional.

 35-40% (350-400 ribu barel/hari) produksi minyak berasal dari lapangan minyak yang dikelola oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Sumatra, yakni lapangan Duri dan Minas (SLC -Sumatran Light Crude), yang sudah mulai menurun.

Sejak tahun 1985 lapangan Duri sudah menggunakan teknologi EOR injeksi uap untuk meningkatkan produksi minyak (secondary/tertiary recovery).

(40)

SASARAN BAURAN ENERGI PRIMER

(Draft KEN)

2030

2010

2025

2050

Gas Bumi Batubara EBT 25% 22% 30% 23% 22% 23% 30% 25% 20% 24% 25% 31% 49% 22% 24% 5%

Realisasi tahun 2010, Pusdatin, KESDM

Minyak

 KEN – mendorong pemanfaatan EBT untuk menggantikan energi fosil, memanfaatkan gas dengan lebih optimal. Ketergantungan terhadap minyak bumi dikurangi seminimum mungkin, mengingat cadangan minyak bumi yang ada terus menurun.

 Batubara tetap manjadi andalan sumber energi, mengingat cadanganya yang besar, namun penggunaannya dibatasi mengingat potensi emisi karbon yang tinggi.

(41)

Lapangan

Sumber Daya (MWe) Cadangan (MWe)

Kapasitas Terpasang (MWe)

Speculative Hypothetic Probable Possible Proven

Sumatera 4,925 2,076 5,983 15 380 122 Jawa 1,935 1,946 3,415 885 1,815 1,134 Bali-Nusa Tenggara 410 359 973 - 30 5 Sulawesi 1,000 127 992 150 78 80 Maluku 545 43 341 - - -Kalimantan 45 - - - - -Papua 70 - - - - -Total 285 Lapangan 8,935 4,551 11,704 1,050 2,303 Cadangan/Kapasitas Terpasang (MW) 28,543 1,341

PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK

PEMBANGKIT LISTRIK

 Pemanfaatan baru 4% dari total potensi panas bumi dan kapasitas terpasang pembangkit listrik

tenaga panas bumi (PLTP) baru mencapai 1.341MW, dari total potensi 28.000 MW.

 Lapangan yang sudah menghasilkan listrik adalah lapangan Pertamina, sedangkan yang telah

diserahkan ke Pemda (Green Fields) belum ada yang berproduksi – masih dalam proses lelang/tender dan negosiasi (Power Purchase Agreement – PPA) dengan pihak pembeli listrik (PLN)

Dari total potensi 28.000 MW, sebanyak 6.000 MW (21%) diidentifikasi berada di hutan konservasi

dan 6.600 MW (23%) berada di hutan lindung. Pengembangan lapangan panas bumi terkendala konflik lahan.

(42)

WILAYAH JUMLAH KENDARAAN UMUM SPBG YANG DIBUTUHKAN ALOKASI GAS (MMSCFD)

PEMBANGUNAN OLEH PEMERINTAH s.d

2014 PARTISIPASI BADAN USAHA MEMBANGUN SPBG MULAI 2015 SPBG JARINGAN PIPA (km) KONVERTER KIT Jabodetabek 77.983 68 23,1 9*) 109,2 20.500**) 59 Jawa Timur (Surabaya,

Gresik, Sidoarjo) 10.774 13 10,2 4 - 9

Sumsel (Palembang) 3.101 5 2,2 4 - 1

Kaltim (Balikpapan) 5.775 4 1 4 -

-Jawa Tengah (Semarang) 4.762 4 1 4 35,0

-Kepri (Batam) 2.976 4 1 4 31,8

-Total 105.371 98 38,5 29 176,0 69

*) Tahun 2013 dan 2014 disediakan juga 8 Mobile Refueling Unit

**) Tahun 2013 dan 2014 ada alokasi 19 ribu konverter kit yang belum diketahui secara pasti pendiistribusiannya ke masing-masing wilayah

PEMANFAATAN BBG UNTUK SEKTOR TRANSPORTASI

Program Konversi BBM ke BBG untuk kendaraan umum – stimulan

pemanfaatan BBG di sektor Transportasi

 Sampai dengan 2013, telah dibangun 16 SPBG, 22 km jaringan pipa gas, dan konverter kit 7.500 unit. Tahun

2014 akan dibangun 13 SPBG, jaringan pipa sepanjang 153,8 km, dan penyediaan konverter kit 13.000 unit.

 Pada tahun 2015, diharapkan badan usaha mulai terlibat didalam penyediaan BBG untuk kendaraan

umum, baik dalam membangun jaringan pipa BBG maupun SPBG (60-70 unit), termasuk dalam penyediaan konverter kit (80-85 ribu unit), serta penyediaan BBG di kota-kota lain.

(43)

PEMANFAATAN BATUBARA KALORI RENDAH

UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (PLTU)

0 5 10 15 20 25 30 35

Low Rank Coal (<5100 kcal/kg) Medium Rank Coal (5100-6100 kcal/kg)

High Rank Coal (>6100 kcal/kg)

Low rank coal mendominasi penggunaan batubara dalam pembangkit listrik

(75-80%), atau sekitar 35 juta ton

Sebagain besar batubara berkalori tinggi di ekspor, sehingga hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik

(44)

LOW-GROWTH REGIME HIGH-GROWTH REGIME 0 20 40 60 80 100 120 140 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

PROYEKSI PEMANFAATAN BATUBARA KALORI RENDAH (2001-2020)

Dalam akhir tahun 2019/20, penggunaan batubara kalori rendah mencapai 120 juta ton Juta Tons

PEMANFAATAN BATUBARA KALORI RENDAH

UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (PLTU)

Seiring dengan meningkatnya permintaan listrik, penggunaan Low

rank coal akan terus meningkat, dan

dalam akhir tahun

2019/2020, penggunaan batubara jenis ini akan mencapai 120 juta ton

(45)

KEMENTERIAN PPN/ BAPPENAS

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR/KONEKTIVITAS

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

(46)

TANTANGAN PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR (1/2)

Pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar sesuai dengan standar

pelayanan minimum;

Pemenuhan infrastuktur untuk mendukung ketahanan pangan dan

energi;

Peningkatan pemerataan pembangunan antar wilayah dan

mendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi melalui konektivitas

nasional;

Peningkatan koordinasi investasi Pusat, Daerah, BUMN dan Swasta;

Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur serta

pengembangan mekanisme pendanaan alternatif (creative financing

scheme).

(47)

Aturan perundang-undangan: masih terdapat kelemahan dan disharmoni dalam

aturan perundang-undangan antar bidang infrastruktur maupun dengan bidang non-infrastruktur (contoh: kehutanan, otonomi daerah, pertanahan, keuangan)

Kapasitas kelembagaan: belum optimalnya tatakelola (governance), hubungan

antar lembaga dan kapasitas SDM

Pembebasan tanah: kesulitan pembebasan tanah untuk kepentingan

pembangunan infrastruktur secara tepat waktu dan tepat biaya

Pendanaan: efektifitas alokasi dan keterbatasan dana untuk pembangunan

infrastruktur

Prioritisasi: belum sinkron-nya prioritas pembangunan infrastruktur lintas

sektor, lintas wilayah maupun antar tingkatan (nasional, propinsi, kabupaten/kota)

TANTANGAN PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR (2/2)

(48)

KOORDINASI INVESTASI

PUSAT, DAERAH, BUMN DAN SWASTA

Peningkatan kualitas proyek KPS yang bankable untuk menjamin

kepastian bagi investor melalui pengintegrasian proses KPS dalam

mekanisme perencanaan dan penganggaran pada masing-masing

sektor infrastruktur.

Menegaskan kriteria dan ruang lingkup penugasan BUMN di dalam

pembangunan infrastruktur.

Memperjelas kewenangan antara pusat dan daerah di dalam

pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur.

Pengintegrasian proses KPS dan penugasan BUMN

ke dalam masing-masing sektor infrastruktur

(49)

SKEMA ALTERNATIF PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

• Infrastructure Bond yang penggunaannya dikhususkan hanya untuk

pembiayaan proyek-proyek infrastruktur

• Penugasan BUMN (seperti penugasan Hutama Karya dalam proyek Trans

Sumatera Highway) yang didukung melalui penyertaan modal pemerintah

dan direct-lending yang dijamin oleh pemerintah

• Private Finance Initiative (PFI) – multi-year contract 15 hingga 30 tahun

• Performance-Based Annuity Scheme (PBAS) atau Availability Payment

• Pengenaan tariff/biaya akses seperti Electronic Road Pricing (ERP)

• Infrastruktur swasta (private infrastructure)

• Pembangunan infrastruktur berbasis partisipasi masyarakat

(50)

AKSELERASI PEMBANGUNAN

PROVINSI PAPUA, 2013-2018

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

(51)

PERAN STRATEGIS PROVINSI PAPUA

Pintu gerbang dari wilayah Pacifik

dan perbatasan dengan Papua Nugini.

Potensi perekonomian Provinsi Papua kaya akan sumber daya alam berupa tambang migas dan non migas.

Provinsi Papua diberikan

kewenangan yang lebih besar dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pengaturan pemanfaatan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Papua sesuai dengan UU 21/2001.

(52)

PERMASALAHAN PROVINSI PAPUA:

EKONOMI DAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN

Slide - 52

Triwulan II-2013, perekonomian Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun tingkat pertumbuhan ekonomi masih dibawah pertumbuhan ekonomi nasional. Ekonomi Provinsi Papua tumbuh sebesar 0,25 % (yoy) atau lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,81 %.

Selama periode 2005 – 2013 (Q2), kontribusi ekonomi Provinsi Papua terhadap PDB Nasional semakin menurun dari 1,63 % di tahun 2005 menjadi 0,98 % di tahun 2013 (Q2).

Provinsi Papua berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 37,53 % pada tahun 2009 menjadi 31,13 % pada Maret 2013. Namun, angka kemiskinan tersebut lebih tinggi dari angka nasional antara 2008 (15,42 %) sampai Maret 2013 (11,37 %).

Pembangunan ekonomi Provinsi Papua tidak merata. Kawasan Pegunungan Tengah

cenderung masih tertinggal dan lambat pertumbuhannya.

Kegiatan ekonomi hanya terkonsentrasi di beberapa pusat kota, sedangkan

penduduk kurang berinteraksi satu sama lainnya karena kondisi ekstrim topografi daerah, terlihat pada pola permukiman yang tersebar dan sering hanya

(53)

PERMASALAHAN PROVINSI PAPUA:

PENDIDIKAN

Taraf pendidikan penduduk di Provinsi Papua masih rendah. Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun keatas pada tahun 2011 baru mencapai 5,8 tahun, yang artinya rata kelompok usia tersebut belum lulus sekolah dasar. Sementara rata-rata lama sekolah di tingkat nasional sudah mencapai 7,9 tahun.

Angka buta aksara penduduk usia 15 tahun keatas di Provinsi Papua pada tahun 2012 masih sangat tinggi (34,3%). Angka buta aksara penduduk usia muda (15-44 tahun) juga masih cukup tinggi (33.3%).

Angka partisipasi murni (APM) jenjang SMP/MTs sederajat Provinsi Papua pada

tahun 2011/2012 baru mencapai 62,5%, lebih rendah dari rata-rata nasional (77,7%). Selain itu, kesenjangan APM antarkabupaten/kota juga masih cukup lebar, dari

44.2% di Kab. Nduga sampai 82,1% di Kota Jayapura(Data Kemdikbud, 2011/2012).

Angka partisipasi kasar (APK) jenjang menengah provinsi Papua pada tahun 2011/2012 (66,8%) juga jauh lebih rendah dibanding rata-rata nasional (76,4%). Kesenjangan APK antar kab/kota sangat lebar, yaitu dari 3,6% di Kab. Membramo Tengah sampai lebih dari 100% di kota Jayapura (Data Kemdikbud, 2011/2012)*).

(54)

PERMASALAHAN PROVINSI PAPUA:

KESEHATAN

Slide - 54

Beberapa indikator menunjukkan kesehatan masyarakat di Provinsi Papua masih

kurang baik; misalnya kematian bayi 54 per 1.000 kelahirah hidup1 (rata-rata nasional

32); bayi tidak diimunisasi 34% (rata-rata nasional 7.4%)1

Angka Fertilitas (TFR) masih tinggi, yaitu 3.5 anak per ibu (rata-rata nasional 2,6)

antara lain karena kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) cukup tinggi yaitu 23,8% (rata-rata nasional 11,4%)1

Kualitas fasilitas kesehatan perlu ditingkatkan. Misalnya hanya 8.8% Pusksemas perawatan yang memiliki fasilitas PONED (rata-rata nasional 16%); dan 32% Puskesmas tidak mempunyai dokter umum (tertinggi di Indonesia)2

Dalam menghadapi SJSN, perlu:

• penguatan sistem suplai yaitu fasilitas (puskesmas, rumah sakit), ketersediaan dokter tenaga (dokter, bidan dan perawat)

• sistem pelayanan (sistem rujukan) serta keseimbangan kuratif dengan promotif dan preventif, termasuk upaya kuat dalam penganggulangan HIV/AIDS

Menghadapi kendala geografis perlu pendekatan yang local specific misalnya Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB)

(55)

PERMASALAHAN PROVINSI PAPUA:

INFRASTRUKTUR/KONEKTIVITAS

Kondisi geografis dan topografi wilayah yang sulit (bukit, rawa, gunung dan kepulauan)

Belum terhubungkannya jaringan jalan antar kabupaten maupun antar distrik

(kecamatan)

Belum terciptanya transportasi terpadu (moda darat, moda laut dan moda

udara);

Tingginya biaya transportasi menuju wilayah terisolir di pegunungan yang hanya dapat dijangkau melalui moda udara;

Terpencarnya lokasi permukiman masyarakat di wilayah pegunungan

(56)

AKSELERASI PEMBANGUNAN

PROVINSI PAPUA (1/7)

Untuk mengatasi permasalahan di Provinsi Papua tersebut, diperlukan

langkah-langkah strategis dalam rangka percepatan pembangunan Provinsi

Papua, yang meliputi:

1.

Peningkatan Infrastruktur Dasar Transportasi;

2.

Peningkatan Pelayanan Pendidikan;

3.

Peningkatan Pelayanan Kesehatan;

4.

Membangun Sistem Konektivitas untuk Percepatan Pembangunan

Provinsi Papua

5.

Pengembangan ekonomi kecil dan tradisional di wilayah terisolir;

6.

Pemihakan bagi Orang Asli Papua (Affimative Action) untuk

memperoleh pendidikan berkualitas dan pekerjaan yang baik;

(57)

AKSELERASI PEMBANGUNAN

PROVINSI PAPUA (2/7)

1.

Peningkatan Infrastruktur Dasar Transportasi

 Pengembangan jaringan transportasi trans Papua, melalui pembukaan jaringan jalan dari selatan menuju wamena, mengingat 60 persen

penduduk Papua bermukim di wilayah pegunungan tengah;

 Pengembangan depo BBM di wilayah selatan Papua (Sorong Selatan dan Asmat) untuk distribusi BBM menuju wilayah pegunungan tengah;

 Peningkatan bandara, lapter, pelabuhan laut dan dermaga sungai;

(58)

AKSELERASI PEMBANGUNAN

PROVINSI PAPUA (3/7)

2.

Peningkatan Pelayanan Pendidikan

 Peningkatan dan pembangunan prasarana sekolah, SD di setiap Kampung, SMP dan SMA di setiap Distrik/Kecamatan;

 Pemenuhan jumlah guru bidang eksakta (Matematika, IPA) bahasa inggris di wilayah terisolir melalui Kolese Pendidikan Guru, beasiswa S-1 fakultas keguruan dan pengadaan guru kontrak untuk wilayah terisolir;

 Pemerataan guru di wilayah terisolir melalui penyediaan rumah guru dan insentif (biaya kemahalan) bagi guru;

 Pembangunan sekolah berpola asrama untuk menjangkau terpencarnya siswa di permukiman terisolir;

 Peningkatan kualitas manajemen dan kurikulum pendidikan.

(59)

AKSELERASI PEMBANGUNAN

PROVINSI PAPUA (4/7)

3.

Peningkatan Pelayanan Kesehatan

 Pembangunan sarana prasarana puskesmas pembantu (1 pustu 3

kampung), puskesmas (1 Puskesmas 3 Distrik), RSUD (Ibukota Kab) dan Mobile klinik yang menjangkau wilayah terisolir;

 Pemenuhan jumlah tenaga medis (dokter, bidan, perawat) dan paramedis (apoteker, petugas lab dll) melalui beasiswa akademi dan fakultas

kedokteran maupun dokter kontrak;

 Peningkatan kualitas tenaga medis dan pemerataan tenaga medis di wilayah terisolir;

 Pemerataan prasarana kesehatan yang tidak sesuai dengan penyebaran permukiman penduduk;

(60)

AKSELERASI PEMBANGUNAN

PROVINSI PAPUA (5/7)

4.

Membangun Sistem Konektivitas untuk Percepatan Pembangunan

Provinsi Papua (Sesuai dengan Perpres 40/2013)

a. Pembangunan Jalan Strategis Nasional:

Log Center Power Station Urumuka; Jalan Base – G; Sentani – Depapre – Bongkrang; Sami – Kasonaweja; Arbais – Kasonaweja; Arbais – Sarmi; Logpond – Suator; Lagari – Wapoga – Botawa – Kalibaru; Wapoga – Ingerus – Otodemo; Bagusa – Kelapa Dua; Sp Tiga Gesa – Barapasi – Waropen (Kalibaru); Ilaga – Mulia – Karubaga – Bokondini; Lingkar Supiori; Sumber Baba – Randawaya; Yetti – Ubrub – Oksibil; Oksibil – Kawor (Iwur) – Waropkp; Kenyam – Gearek – Pasir Putih – Suru suru – Dekai; Mindiptana – Kombut; Habema – Tiom; Batas Batu – Dermaga Mumugu; Sumo – Holuwon – Mugi (Batas Jayawijaya); Lingkar Yapen (Woi – Poom – Rosbori – Woda – Waindu – Dawai); Dodalin – Poletom; Okaba – Wanam; Wanam – Nakias – Kaliki; Merauke – Jagebob – Erambu; Waemeanam – Sumuraman; Jl. Agats; dan Bade – Taga Emon – Mur (Keppi – Merauke).

b. Pembangunan Ruas Jalan Tertentu pada Jalan Strategis Nasional:

Lagari – Wapoga – Botawa – Kalibaru; Sp Tiga Gesa – Barapasi – Waropen (Kalibaru); Sarmi – Kasonaweja; Wapoga – Ingerus – Otodemo; Kenyam – Gearek – Pasir Putih – Suru suru – Dekai; Batas Batu – Dermaga Mumugu; Oksibil – Kawor (Iwur) – Waropko; Lingkar Yapen (Woi – Poom – Rosbori – Woda – Waindu – Dawai); Habema – Tiom; Sumo – Holuwon – Mugi (Batas Jayawijaya); Logpond – Suator; Bagusa – Kelapa Dua; dan Mulia – Mewoluk – Sinak.

(61)

AKSELERASI PEMBANGUNAN

PROVINSI PAPUA (6/7)

5.

Pengembangan Ekonomi Kecil Dan Tradisional di Wilayah Terisolir

 Pengembangan ekonomi kecil dan tradisional di setiap kampung berupa pembangunan pasar tradisional (pasar mama-mama);

 Penataan distribusi barang dari pusat produksi menuju pusat pemasaran;  Pendampingan kegiatan ekonomi masyarakat melalui UKM;

 Pengembangan manajemen usaha ekonomi rakyat;  Peningkatan permodalan ekonomi masyarakat;  Peningkatan jiwa kewirausahaan masyarakat.

(62)

AKSELERASI PEMBANGUNAN

PROVINSI PAPUA (7/7)

6.

Pemihakan bagi Orang Asli Papua (Affimative Action)

 Pemberian Kuota bagi putra-putri Asli Papua untuk dapat menempuh pendidikan tinggi terbaik di luar Papua;

 Pemberian Kuota bagi putra-putri Asli Papua untuk dapat untuk dapat kesempatan bekerja pada perusahaan nasional/swasta terbaik;

 Pemberian kesempatan bagi pengusaha lokal/asli papua untuk memperoleh proyek pemerintah/swata.

(63)

MENINGKATKAN PERAN AKTIF GUBERNUR

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH

(dibantu oleh UP4B)

Mengefektifkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan secara

sinergis dan partisipatif dengan instansi vertikal, kabupaten/kota,

serta koordinasi antar kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua;

Meningkatkan koordinasi dalam penyusunan rencana pembangunan,

pelaksanaan dan monev baik di tingkat provinsi maupun tingkat

kabupaten/kota;

Meningkatkan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan

(64)

PENUTUP

Sinkronisasi perencanaan menjadi kunci bagi peningkatan

sinergi pembangunan antara pusat dan daerah

Perencanaan pembangunan daerah yang baik perlu menjaga

kesinambungan pembangunan disertai adaptasi dengan

dinamika internal dan eksternal

Keberhasilan pembangunan daerah akan membentuk daya

tahan nasional yang tangguh dalam menghadapi

perubahan-perubahan di tingkat global yang semakin sulit

diprediksi.

(65)

TERIMA KASIH

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

(66)

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN I:

PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG TRANSPORTASI

PROVINSI PAPUA TA. 2014

(67)

KEGIATAN INFRASTRUKTUR TA. 2014

PROVINSI PAPUA

(68)

Program Transportasi 2014

Sektor Jalan (Provinsi Papua)

Kegiatan Lokasi Alokasi (Rp

juta) Rekontruksi/ Peningkatan Struktur jalan dan Jembatan Kabupaten Jayapura 127.690 Kabupaten Jayawijaya 148.250 Kabupaten Merauke 102.950 Kabupaten Mimika 23.300 Kabupaten Nabire 119.110 Kabupaten Paniai 17.000

Kabupaten Kepulauan Yapen 22.540

Kota Jayapura 102.950

Kabupaten Sarmi 94.030

Kabupaten Keerom 108.860

Kabupaten Boven Digoel 250.340

Kabupaten Dogiyai 86.960

Kabupaten Lanny Jaya 77.780

Kabupaten Deiyai 53.750

Prov. Papua Peningkatan Struktur Jalan

Timika-Waghete 7.000

Jalan Jayapura – Wamena 100.000

Isu Strategis: Penyediaan infrastruktur yang mengurangi kesenjangan antarwilayah

Kegiatan Strategis :

1. Pembangunan Jalan dan Jembatan

2. Rekontruksi/Peningkatan Struktur jalan dan Jembatan

Prioritas Nasional : Infrastruktur

Kegiatan Lokasi Alokasi (Rp juta)

Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional Kabupaten Jayapura 127.690 Kabupaten Jayawijaya 148.250 Kabupaten Merauke 102.950 Kabupaten Mimika 38.300 Kota Jayapura 167.640 Kabupaten Deiyai 53.750

(69)

Program Transportasi 2014

Sektor Perhubungan Udara (Provinsi Papua)

Kegiatan Lokasi Alokasi

(Rp juta)

Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara

Kabupaten Jayapura

210.000

Kabupaten Nabire 21.500

Kabupaten Yahukimo 42.000

Isu Strategis: Penyediaan infrastruktur

yang mengurangi kesenjangan

antarwilayah

Kegiatan Strategis :

Pembangunan Bandar Udara

Prioritas Nasional :

Infrastruktur

(70)

Program Transportasi 2014

Sektor Perhubungan Laut, Udara, Perkeretaapian

(Provinsi Papua)

LA

UT

NO UNIT KERJA/PROGRAM/KEGIATAN-SUB KEGIATAN JUMLAH JUMLAH RAYA

(Ribu Rupiah)

PAPUA

01 Dukungan Manajemen & Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Hubla 111.655.982 02 Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Lalu Lintas

Angkutan Laut 75.357.177

03 Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pelabuhan dan

Pengerukan 173.512.157

04 Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Perkapalan dan

Kepelautan

-05 Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Kenavigasian 37.837.522 06 Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Penjagaan Laut dan

Pantai

(71)

UD

A

R

A

UNIT KERJA/PROGRAM/KEGIATAN-SUB KEGIATAN JUMLAH JUMLAH RAYA (Ribu Rupiah)

BANDAR UDARA SENTANI-JAYAPURA 264.734.171

BANDAR UDARA MOPAH-MERAUKE 123.220.311

BANDAR UDARA WAMENA 189.885.175

BANDAR UDARA NABIRE 43.477.790

BANDAR UDARA SOEDJARWO TJODRONEGORO-SERUI 23.769.851

BANDAR UDARA TANAH MERAH 19.436.439

BANDAR UDARA MARARENA-SARMI 11.656.642

BANDAR UDARA MINDIPTANAH 18.135.135

BANDAR UDARA OKSIBIL 21.265.492

BANDAR UDARA ENAROTALI 10.959.794

BANDAR UDARA WAGHETE 19.833.732

BANDAR UDARA MULIA 14.318.870

BANDAR UDARA TIOM 18.216.771

BANDAR UDARA MOZES KILANGIN-TIMIKA 115.911.228

BANDAR UDARA KIMAM 6.744.439

BANDAR UDARA SENGGO 10.973.936

BANDAR UDARA KAMUR 16.055.985

BANDAR UDARA BOMAKIA 7.383.578

BANDAR UDARA WARIS 2.500.617

BANDAR UDARA LEREH 12.652.200

BANDAR UDARA DABRA 5.525.452

BANDAR UDARA BOKONDINI 16.889.863

BANDAR UDARA KEPI 29.169.745

BANDAR UDARA OKABA 5.211.012

BANDAR UDARA MOANAMANI 20.588.081

BANDAR UDARA KOKONAO 12.184.251

BANDAR UDARA NUMFOR 13.205.819

BANDAR UDARA KARUBAGA 20.430.651

BANDAR UDARA EWER 15.967.979

BANDAR UDARA ILU 24.145.714

BANDAR UDARA OBANO 16.961.543

Program Transportasi 2014

(72)

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN II:

PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG SUMBER DAYA AIR

PROVINSI PAPUA TA. 2014

(73)

Program Kegiatan Perhubungan Tahun 2014

Sektor Sumber Daya Air (Provinsi Papua)

Kegiatan Target Alokasi

(Rp juta)

Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya

Pembangunan/peningkatan

layanan jaringan irigasi Kabupaten Nabire seluas 2.000 ha

55.000,00

Pembangunan Bendung Nuhoa dan Jaringan Irigasi DI Nuhoa dan Peningkatan Saluran Sekunder D.I Maidey seluas 525 ha

24.000,00

Pembangunan Jaringan Primer dan Sekunder seluas 250 ha di Kabupaten Yahukimo

10.700,00

Pengendalian Banjir, Lahar Gunung Berapi dan Pengamanan Pantai

Pembangunan sarana/prasarana

pengaman pantai di Kota 22.000,00 Isu Strategis: Kualitas dan Cakupan Pelayanan

Infrastruktur, Ketahanan Pangan, Ketahanan Energi Diversifikasi Sumber Energi serta Pemanfaatan Energi Baru dan Terbaharukan

Kegiatan Strategis :

1. Rounding up jaringan irigasi Kalibumi Kiri 2. Pembangunan pengaman Pantai Dok II

(74)

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN III:

PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG ENERGI, TELEKOMUNIKASI,

DAN INFORMATIKA - PROVINSI PAPUA TA. 2014

(75)

Program Kegiatan Perhubungan Tahun 2014

Sektor ETI (Provinsi Papua) (1/2)

Kegiatan Lokasi Target Fisik Alokasi (Rp juta)

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya Ditjen Listrik Kabupaten Jayawijaya 1 Unit PLTMH 17.461

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis Lainnya Ditjen Listrik Kabupaten Biak Numfor 18 unit PLTS terpusat 112.363,4

Isu Strategis: Penyediaan infrastruktur untuk mendukung ketahanan pangan dan energi

Kegiatan Strategis : 1. Pembangunan PMTLH

(76)

Program Kegiatan Perhubungan Tahun 2014

Sektor ETI (Provinsi Papua) (2/2)

Kegiatan Target Fisik Alokasi (Rp juta)

Pembinaan, Pengawasan dan Pengusahaan Aneka Energi Baru Terbarukan

1 Unit PLTMH dan 18 unit PLTS

terpusat 129.824

Isu Strategis: Penyediaan infrastruktur untuk mendukung ketahanan pangan dan energi

Kegiatan Strategis :

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

Prioritas Nasional : Prioritas Energi

(77)
(78)
(79)
(80)

Rencana Pengembangan Pembangkit

Provinsi Papua

(81)

Rencana Pengembangan SUTT 70 kV dan

150 kV Provinsi Papua

(82)

Rencana Pengembangan Gardu Induk

Provinsi Papua

(83)

Ringkasan Proyeksi Kebutuhan Tenaga

Listrik, Pembangunan Fasilitas Ketenagalistrikan dan

Kebutuhan Investasi Provinsi Papua

(84)

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN IV:

KEGIATAN MP3EI

(85)
(86)

Sebagai fokus implementasi MP3KI untuk wilayah Papua sebagai bagian dari

koridor Kepulauan Maluku-Papua, telah dipilih dua lokasi usulan quick wins

2014 ditambah satu lokasi kecamatan yang telah dilaksanakan sejak tahun

2013 dan dilanjutkan tahun 2014.

Lokasi-lokasi yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat tersebut adalah:

Provinsi Papua

1. Kabupaten Lanni Jaya, Kecamatan Kuyawage

2. Kabupaten Lanni Jaya, Kecamatan Makki

3. Kabupaten Merauke, Kecamatan Merauke.

(87)

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN V:

KEGIATAN MP3KI

(88)

USULAN LOKASI QUICK WINS MP3KI

TA. 2014 DI WILAYAH PAPUA

(89)

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN VI:

PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

PROVINSI PAPUA TA. 2014

(90)

PROGRAM & KEGIATAN DIRJEN CIPTA KARYA

DAN KEMENPERA TAHUN 2013 dan 2014

NO KEGIATAN / OUTPUT SATUAN

2013 2014

VOL ALOKASI

(RP JUTA) VOL

ALOKASI (RP JUTA) DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA, KEMENTERIAN PU

Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Permukiman

1 Infrastruktur Kws Permukiman Perkotaan Kws 6 11.088,00 5 10.077,00 2 Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Kws 6 13.974,00 4 12.712,00

Pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan PBL dan pengelolaan gedung negara

3 Keswadayaan Masyarakat Kel/Desa 42 11.282,07 40 12.490,76

Pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan infrastruktur sanitasi dan persampahan

4 Infrastruktur Air Limbah Kws 1 3.000,00 2 5.000,00 5 Infrastruktur Drainase Perkotaan Kota/Kab 2 13.700,00 1 8.000,00 6 Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Kab/Kota 3 22.500,00 2 17.350,00 7 Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R Kws 0 - 2 1.250,00

Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan dan Pelaksanaan Pengembangan SPAM

8 SPAM di Kws Mbr Kws 7 16.535,00 8 24.342,00 9 SPAM di Ibu Kota Kec (Ikk) IKK 6 45.201,00 6 47.852,00 10 SPAM Perdesaan Desa 18 37.450,00 11 13.000,00 11 SPAM di Kws Khusus Kws 4 5.840,00 4 8.908,00

12 SPAM Regional Kws 0

-KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

Program Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman

13 PSU Kawasan Perumahan dan Permukiman Unit 300 1.250 354 1.639,02

14 Pembangunan Baru Perumahan Swadaya Unit 375 4.875 -

-15 Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Unit 3.750 116.250 8.500 145.000

16 Pembangunan Rusunawa Twin Block 3 30.000 2 21.624

(91)

-LAMPIRAN VII:

HASIL EVALUASI RPJMN 2010-2014

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

(92)

2010 2011 2012 TARGET RPJM REALISASI TARGET RPJM REALISASI TARGET RPJM REALISASI Pertumbuhan Ekonomi 5,5- 5,6 6,2 6,0 - 6,3 6,5 6,4 - 6,9 6,23 Inflasi 4 - 6 7 4,0 - 6,0 3,8 4,0 - 6,0 4,30 Pengangguran 7,6 7,1 7,3 - 7,4 6,6 6,7 - 7,0 6,14 (Agt) Kemiskinan 12,0 - 13,5 13,33 11,5 - 12,5 12,49 10,5 - 11,5 11,66 (Sept)

HASIL PENCAPAIAN KINERJA

RPJMN 2010-2014

2013 2014 STATUS TARGET RPJM TARGET APBN 2013 TARGET RPJM TARGET RKP Pertumbuhan Ekonomi 6,7 - 7,4 5,9 7,0%-7,7% 6,4 – 6,9 Inflasi 3,5 – 5,5 9,2 3,5 – 5,5 3,5 – 5,5 Pengangguran 6,0 - 6,6 5,8 – 6,1 5%-6% 5,0 – 6,0 Kemiskinan 9,5 - 10,5 9,5 – 10,5 8%-10% 8,0 – 10,0

1 = Sudah tercapai atau On Track/on Trend 2 = Perlu Kerja Keras

2

1

1

2

(93)

REKAPITULASI REVIEW RPJMN 2010-2014

Beberapa indikator utama pembangunan sudah on track dan bahkan telah tercapai. Namun, beberapa sasaran masih memerlukan perhatian khusus di 2014.

NO PRIORITAS NASIONAL

1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 4 2 4

2 Pendidikan 6 0 0

3 Kesehatan 3 3 4

4 Penanggulangan Kemiskinan 4 1 0

5 Ketahanan Pangan 3 5 1

6 Infrastruktur 8 2 1

7 Iklim Investasi dan Iklim Usaha 3 3 1

8 Energi 3 1 2

9 Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana 11 0 0

10 Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik 1 3 0

11 Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi 5 0 0

12 Politik, Hukum, dan Keamanan 8 5 0

13 Perekonomian 1 2 0

14 Kesejahteraan Rakyat 6 0 0

JUMLAH 66 27 13

PERSENTASE 62% 26% 12%

= Sangat Sulit tercapai

1 = Sudah tercapai atau On 2 = Perlu Kerja Keras 3

3

2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang yang telah dianalisis secara statstik dipeoleh hasil akhir yang menunjukkan ada hubungan positif antara prestasi aqidah akhlak dengan budi

Informasi yang diterima seseorang sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pola pikir penerimanya, sebab baik langsung atau tidak langsung, informasi akan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pemimpin Kota Medan dalam perspektif Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.. Penelitian ini dapat memperkaya kajian

Puncak populasi Daphnia yang dibudi- daya dengan memakai media kotoran ayam ter- jadi pada hari ke tujuh, dengan jumlah individu yang hanya mencapai antara 20.8 – 30.7% dari

Agar mendapatkan kadar bioetanol lebih dari 95% dan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, alkohol hasil fermentasi yang mempunyai kemurnian sekitar 30 - 40% tersebut

Program acara Srawung Kampung ini belum bisa dijadikan tolak ukur tentang sejauh mana proses pemberdayaan dan pendampingan masyarakat yang dilakukan Yayasan Pondok

Seiring perkembangan perbankan syariah di Indonesia, kajian-kajian dan penelitian-penelitian mengenai perbankkan syariah umumnya dan perilaku kinerja keuangan secara

Menurut Pasal 1917 KUH Perdata putusan hakim hanya mengikat bagi para pihak yang berperkara, namun tidak tertutup kemungkinan putusan Hakim dapat saja merugikan