TUJUAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium pada infeksi bertujuan:
1.
Menegakkan diagnosis penyakit
2.
Dasar pengobatan penyakit
3.
Pemantauan perjalanan penyakit
4.
Pemantauan terapi
DEMAM DENGUE
DEFINISI DEMAM DENGUE DAN DBD
Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinik demam, nyeri otot, atau
nyeri sendi disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopeni, dan diatesis hemoragik
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh
Sindroma renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome)
adalah demam berdarah yang ditandai renjatan atau syok
Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. IV ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam; 2006. p. 1731-5.
INFEKSI DENGUE
EPIDEMIOLOGI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI DENGUE
EPIDEMIOLOGI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI DENGUE
EPIDEMIOLOGI
Asia Tenggara sejak th 2000 dengue epidemik menyebar
ke beberapa daerah baru dan mengalami peningkatan
angka kejadian
Negara dimana terdapat kasus dengue adalah Indonesia,
Bangladesh, India, Maldives, Myanmar, Sri lanka,
Thailand, dan Timor Leste, Bhutan (2004), dan Nepal
(2006)
KLASIFIKASI DENGUE
KLASIFIKASI DENGUE
KLASIFIKASI DENGUE FEVER MENURUT WHO 2009 (REVISI)
PERJALANAN PENYAKIT DENGUE MENURUT WHO 2009 (REVISI)
Dibagi menjadi 3 fase: 1. Fase Febris
2. Fase kritis
3. Fase pemulihan (recovery phases)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS
Pemilihan metode diagnosis yang sesuai dengan efisiensi
dan keakuratan tergantung :
Tujuan tes
Fasilitas tipe laboratorium
Tenaga ahli teknis yang tersedia
Waktu pengumpulan sampel
Jenis pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis:
1.
Deteksi virus kultur virus
2.
Deteksi asam nukleat virus PCR atau NSBA
(Nucleic Acid Sequence Based Amplification)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS
DETEKSI ANTIGEN
Antigen yang dideteksi adalah non structural protein-1 (NS-1) atau antigen envelope/membrane (E/M)
Deteksi antigen yang sering digunakan adalah NS-1
NS-1 terdapat dalam jumlah besar dalam darah pasien infeksi primer maupun sekunder sampai hari ke 9 setelah onset sakit
DETEKSI ANTIBODI
Deteksi total IgM dengan ELISA
Bahan pemeriksaan bisa serum, darah pada kertas filter, atau saliva
Tidak semua serotipe dengue tercakup dalam satu kit pemeriksaan untuk deteksi IgM dengue
Reaksi silang dengan infeksi flavivirus lain seperti Japanese encephalitis dan yellow fever, bahkan ada dilaporkan false positif dengan infeksi malaria dan leptospirosis
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS
DETEKSI ANTIBODI
Deteksi IgG dengan ELISA
Bahan pemeriksaan bisa serum, plasma, atau darah pada kertas filter
Digunakan untuk deteksi infeksi saat ini atau infeksi lalu (bila digunakan serum berpasangan)
Peningkatan kadar IgG 4x atau lebih pada serum berpasangan yaitu serum fase akut dan penyembuhan mengkonfirmasi adanya infeksi dengue
Deteksi ratio IgM/IgG
Untuk membedakan antara infeksi primer atau sekunder
Ratio > 1,2 dengan pengenceran serum 1/100 atau 1,4 dengan pengenceran serum 1/20 infeksi primer
Ratio < 1,2 dengan pengenceran serum 1/100 atau 1,4 dengan pengenceran serum 1/20 infeksi sekunder
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS
DETEKSI ANTIBODI
Deteksi IgA
Bahan serum dan saliva
Metode ELISA
IgA dengue positif 1 hari setelah IgM positif
Puncak pada hari ke 8 demam dan menurun cepat
sampai tidak terdeteksi pada hari ke-40
Tidak terdapat perbedaan titer antara infeksi primer dan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS
DETEKSI ANTIBODI
Hemaglutinaasi inhibisi (HI)
Dilakukan berdasarkan kemampuan antigen dengue untuk
mengaglutinasi eritrosit
HI mengukur potensi antibodi anti dengue yang terdapat dalam serum pasien untuk menghambat aglutinasi tersebut
Dilakukan dengan serum berpasangan yaitu serum fase akut dan konvalescent atau jarak pengambilan serum 1 dan ke 2 adalah 7 hari atau lebih
Infeksi primer titer antibodi HI rendah pada fase akut dan
meningkat lambat pada fase konvalescent
Infeksi sekunder titer antibodi HI meningkat cepat sampai titer 1:1280
HEMAGLUTINASI INHIBISI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS
UJI FIKSASI KOMPLEMEN
Kurang sensitif
Untuk konfirmasi infeksi dengue pada serum berpasangan
yang diambil sesudah infeksi
Peningkatan 4x pada dari serum akut ke konvalescent
menunjukkan infeksi sekunder
TES NEUTRALISASI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS
WAKTU PEMERIKSAAN
Setelah onset sakit virus dapat dideteksi dalam
serum/plasma/darah dan jaringan lain dalam 4-5 hari
STADIUM AWAL PENYAKIT untuk deteksi antigen berupa
isolasi/kultur virus, deteksi asam nukleat atau antigen virus
AKHIR FASE AKUT serologi (pemeriksaan antibodi)
RESPONS IMUN UNTUK PEMBENTUKAN ANTIBODI
Pada infeksi primer, terbentuk IgM :
1.
50% pasien pada hari ke 4-5
2.80% pasien hari ke-5
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS
PEMBENTUKAN ANTIBODI PADA INFEKSI PRIMER
Pada infeksi primer, terbentuk IgM :
1.
50% pasien pada hari ke 4-5
2.80% pasien hari ke-5
3.
99% pasien pada hari ke-10
Kadar IgM mencapai puncak sekitar 2 minggu setelah
gejala muncul dan menurun sampai tidak terdeteksi
setelah 2-3 bulan
IgG anti dengue terdeteksi dg kadar rendah pada akhir
minggu pertama sakit, kemudian meningkat perlahan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS
PEMBENTUKAN ANTIBODI PADA INFEKSI SEKUNDER
Imunoglobulin yang terdeteksi dg kadar tinggi bahkan
pada fase akut adalah IgG (menetap selama 10 bulan)
Akhir stadium penyembuhan (konvalescent) IgM
terdeteksi dgn kadar rendah pada infeksi sekunder
dibandingkan pada infeksi primer
Untuk membedakan infeksi primer atau sekunder
digunakan:
1.
Rasio IgM/IgG lebih sering digunakan
2.Hemagglutinasi inhibisi (HI)
JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS DEMAM DENGUE DAN WAKTU PEMERIKSAANNYA
PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN ANTIBODI DENGUE PADA INFEKSI PRIMER DAN SEKUNDER DENGAN ELISA DAN TES HI
PENGAMBILAN SAMPEL
Volume darah yang diambil 2-5 mL
Bila pemeriksaan ditunda keesokan harinya, segera
pisahkan serum dan serum disimpan dalam freezer
Darah lengkap tidak boleh disimpan dalam freezer
supaya tidak hemolisis
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI RUTIN
1.
Pemeriksaan trombosit dan hematokrit digunakan
untuk membantu diagnosis pada stadium akut infeksi
2.
Trombosit dibawah 100.000/µL DHF tetapi juga
dapat ditemukan pada dengue fever
3.
Trombositopenia ditemukan pada hari ke-3 hingga 8
onset sakit
4.
Hemokonsentrasi ditandai dengan peningkatan
hematokrit >20% atau lebih dibandingkan serum
konvalescent menunjukkan adanya hipovolemia
akibat peningkatan permeabilitas vaskuler dan terjadi
kebocoran plasma
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MONITORING DAN
PENATALAKSANAAN PASIEN
Hematologi lengkap harus dilakukan pada saat pasien datang
Nilai hematokrit yang didapat merupakan baseline nilai
hematokrit pasien
Hasil pemeriksaan hematologi lengkap :
1.Eritrosit normal
2.
Leukosit leukopeni, tetapi bisa dijumpai normal atau
leukositosis. Pada fase akhir demam terjadi limfositosis
relatif, terdapat limfosit plasma biru (4%) pada hari ke-3 s/d
ke-7
3.
Trombosti trombositopenia pada fase kritis,
trombosit<100.000/µL dapat ditemukan pada hari ke-3 s/d
8 sakit
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MONITORING DAN
PENATALAKSANAAN PASIEN
Pemeriksaan laboratorium lain bila terdapat indikasi :
1.
Fungsi hati ALT dan AST, PT, dan bilirubin
2.
Pemeriksaan kadar protein total dan albumin bila
terdapat tanda2 kebocoran masif seperti asites atau efusi
pleura
3.
Elektrolit dan analisis gas darah syok
4.
Ureum dan kreatinin bila terdapat tanda2 gagal ginjal
akut akibat syok hipovolemik
5.
Pemeriksaan koagulasi (PT, aPTT, fibrinogen, dan
D-dimer) untuk melihat kelainan koagulasi, koagulopati,
ataupun adanya tanda DIC pada pasien
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK INFEKSI VIRUS
INFEKSI EBV
Infeksi mononukleosis merupakan syndroma klinis akut akibat infeksi primer Epstein Barr Virus (EBV)
Pemeriksaan laboratorium penunjang diagnosis antara lain:
Pemeriksaan hematologi Pemeriksaan mikrobiologi Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan Hematologi:
Leukositosis dan limfositosis (ditemukan limfosit atipik)
Jumlah limfosit meningkat hingga 50% dari jumlah leukosit dan limfosit atipik 10% dari jumlah limfosit
Neutropenia (jml neutrofil <1000/µL
Beberapa pasien trombositopenia
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK INFEKSI VIRUS EBV
Pemeriksaan Hematologi:
Bila terjadi neutrofilia maka gambaran neutrofil adalah granulasi toksik, shift to the left, dan dohle bodies
Limfosit atipik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK INFEKSI VIRUS
INFEKSI VIRUS LAIN
Pemeriksaan yang dilakukan:
1. Pemeriksaan hematologi
2. Pemeriksaan serologi deteksi antigen-antibodi untuk
menegakkan diagnosis
3. Pemeriksaan mikrobiologi kultur atau isolasi virus untuk
diagnosis
4. Pemeriksaan kimia sesuai indikasi , untuk memantu perjalanan
penyakit, komplikasi, dan penatalaksanaan
Pemeriksaan hematologi
Biasanya limfositosis tetapi beberapa infeksi virus terdapat neutrofilia
Terdapat limfosit atipik
Hitung eosinofil menurun pada akut infeksi virus dan meningkat kembali pada fase pemulihan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK INFEKSI VIRUS
INFEKSI VIRUS LAIN
Pemeriksaan hematologi
Trombositopenia dapat terjadi pada beberapa infeksi virus akibat pemakaian trombosit selama infeksi virus aktif
Pada infeksi rubella pada fase penyembuhan (recovery phase) terjadi trombositopenia akibat interaksi kompleks imun dengan platelet
Hemolisis akut dapat terjadi pada infeksi measles (cacar)
Infeksi Parvovirus dapat menyebabkan
aplasia eritrosit akut dan transient dengan sedikit penurunan
Hb dan tidak ditemukannya retikulosit
Neutropenia atau trombositopenia Anemia berat tetapi transient
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK INFEKSI VIRUS
INFEKSI VIRUS LAIN
Pemeriksaan hematologi
Infeksi Herpesvirus dapat menyebabkan
Syndroma hemofagositik pansitopenia