273 Lampiran 1:
Data Perbandingan Cuci Negeri di Soya, Naku, dan Hukurila CUCI
NEGERI (CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
1. Tujuan 1) Memelihara tradisi kearifan lokal (local
genius) yang
diturun-temurunkan oleh para leluhur, demi
mewujudkan kesadaran dan tanggung jawab bersama dalam mewujudkan persatuan dan persaudaraan, gotong-royong dan toleransi dalam menjaga, membersihkan dan melestarikan serta menata dan menghargai kehidupan yang lebih baik, dalam hubungan antara masyarakat dengan Tuhan dan leluhurnya, dengan sesama dan dengan lingkungan alamnya;
2) Sebagai bagian dari penyucian diri, keluarga dan persekutuan negeri, khususnya dalam menyambut hari Natal,
Konci Tahun dan Tahun
Baru. Diharapkan melalui CN, segala perseteruan, dengki dan
1) Memelihara tradisi kearifan lokal (local
genius) yang
diturun-temurunkan oleh para leluhur, demi mewujudkan kesadaran dan tanggung jawab bersama dalam mewujudkan persatuan dan persaudaraan, gotong-royong dan toleransi dalam menjaga, membersihkan dan melestarikan serta menata dan menghargai
kehidupan yang lebih baik, dalam hubungan antara masyarakat dengan Tuhan dan leluhurnya, dengan sesama dan dengan lingkungan alamnya; 2) Sebagai bagian dari penyucian diri, keluarga dan persekutuan negeri, khususnya dalam menyambut hari Natal, Konci Tahun dan Tahun Baru. Diharapkan melalui
1) Memelihara tradisi kearifan lokal (local
genius) yang
diturun-temurunkan oleh para leluhur, demi mewujudkan kesadaran dan tanggung jawab bersama dalam mewujudkan persatuan dan persaudaraan, gotong-royong dan toleransi dalam menjaga, membersihkan dan melestarikan serta menata dan menghargai
kehidupan yang lebih baik, dalam hubungan antara masyarakat dengan Tuhan dan leluhurnya, dengan sesama dan dengan lingkungan alamnya; 2) Sebagai bagian dari penyucian diri, keluarga dan persekutuan negeri, khususnya dalam menyambut hari Natal, Konci Tahun dan Tahun Baru. Diharapkan melalui
CUCI NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
amarah, dapat ditanggalkan
(dibersihkan), sehingga relasi hidup
antarkeluarga dan orang basudara dapat terwujud.
3) Mendukung pengembangan wisata budaya, sebagai perwujudan Cuci Negeri Soya sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
CN, segala
perseteruan, dengki dan amarah, dapat ditanggalkan (dibersihkan), sehingga relasi hidup antarkeluarga dan orang basudara dapat terwujud.
CN, segala
perseteruan, dengki dan amarah, dapat ditanggalkan (dibersihkan), sehingga relasi hidup antarkeluarga dan orang basudara dapat terwujud.
3) Menopang realisasi pencanangan pemerintah negeri Hukurila dengan program “Dewi Bulan” (Desa Wisata Bahari Berkelanjutan) 2. Waktu pelaksana-an dpelaksana-an semenjak kapan diberlaku-kan serta alasan pilihan waktunya (Tanoar)
1) Setahun sekali, setiap hari Rabu – Sabtu Minggu II bulan Des. 2) Berlaku semenjak
Leluhur, 5 hari berturut-turut 3) Bulan Desember
berkaitan dengan bertiupnya angin Barat (musim Barat) yang diyakini turut menghadirkan para datuk/leluhur. Kini pertimbangan waktu dikorelasikan dengan momentum Adventus, Natal dan Konci Taong.
1) Setahun sekali, setiap tanggal 29 Des. Bila tgl 29 hari Minggu, bisa berubah ke tanggal 27 atau 28 Des 2) Berlaku semenjak Leluhur, walau sempat mengalami kevakuman karena situasional. 3) Pertimbangan waktu Natal dan Konci
Taong. “Ibarat membersihkan kubur orangtua setahun sekali, demikian alokasi waktu CN setahun sekali.”
1) Setahun sekali, setiap tanggal 13 – 16 Des. 2) Berlaku semenjak Leluhur, walau sempat mengalami kevakuman karena situasional. 3) Pertimbangan waktu Natal dan Konci Taong
3. Lokasi 1. Persiapan ke Situs Air
Tempayan di puncak
gunung Sirimau semalam suntuk
1. Persiapan di Baileo oleh bapa raja, saniri
negeri, kepala soa,
pendeta.
1. Persiapan ke Negeri
Lama (lokasi
kediaman pertama oleh para leluhur)
CUCI NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
(Kepala adat dengan sejumlah anak muda) 2. Pemukiman Negeri: a) Baileo (sebidang
areal terbuka) b) Sumber Air, Perigi
(sumur) Raja dan
Soa
c) Areal Tiga Batu
Tungku (Gereja, Sekolah, kantor Pemerintah Negeri/rumah raja) d) Nisan(batu teung) e) Fasilitas umum (jalan, dll) 2. Pemukiman Negeri: a) Baileo (sebidang areal terbuka) b) Sumber Air &
Perigi (sumur) Soa c) Areal Tiga Batu
Tungku (Gereja, Sekolah, kantor Pemerintah Negeri/rumah raja) d) Nisan(batu teung) e) Fasilitas umum (jalan, dll)
oleh Kepala adat dengan Saniri Negeri 2. Pemukiman Negeri: a) Baileo (sebidang
areal terbuka) b) Batu Peringatan c) Sumber Air dan
Perigi (sumur) Soa d) Areal Tiga Batu
Tungku (Gereja, Sekolah, kantor Pemerintah Negeri/rumah raja) e) Nisan(batu teung) f) Fasilitas umum (jalan, dll) 4. Petugas dan Partisipan
1) 1) Raja (Upu Latu) 2) 2) Pendeta
3) 3) Staf Saniri Negeri
4) 4) Kepala Adat 5) 5) Mauweng 6) 6) Kepala Soa 7) 7) Kapitang 8) 8) Malesi (Wakil 9) Kapitang) 10) 9) Kewang 11) (“polisi”/penjaga 12) hutan) 13) 10) Marinyo 14) 11) Mata Ina Baru 15) (sekelompok wanita 16) dari “luar” yang baru 17) menikah dengan pria 18) dari negeri setempat) 19)
20) 12) Unsur 3 Batu 21) Tungku (Pihak 22) Sekolah)
1) 1) Raja (Upu Latu) 2) 2) Pendeta
3) 3) Staf Saniri Negeri
4) 4) Kepala Adat 5) 5) Mauweng 6) 6) Kepala Soa 7) 7) Kapitang 8) 8) Malesi (Wakil 9) Kapitang) 10) 9) Kewang 11) (“polisi”/penjaga 12) hutan) 13) 10) Marinyo 14) 11) Mata Ina Baru 15) (sekelompok 16) wanita dari “luar” 17) yang baru menikah 18) dengan pria dari 19) negeri setempat) 20) 12) Unsur 3 Batu
Tungku (Pihak
Sekolah)
1) 1) Raja (Upu Latu) 2) 2) Pendeta
3) 3) Staf Saniri Negeri
4) 4) Kepala Adat 5) 5) Mauweng 6) 6) Kepala Soa 7) 7) Kapitang 8) 8) Malesi (Wakil 9) Kapitang) 10) 9) Kewang 11) (“polisi”/penjaga 12) hutan) 13) 10) Marinyo 14) 11) Mata Ina Baru 15) (sekelompok 16) wanita dari “luar” 17) yang baru menikah 18) dengan pria dari 19) negeri setempat) 20) 12) Unsur 3 Batu 21) Tungku (Pihak 22) Sekolah)
CUCI NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
23) 13) Marga dalam 2 24) kelompok Soanya 25) (baik orang dalam 26) maupun orang luar) 27) 14) Pemusik adat 28) (Peniup tahuri, 29) Penabuh Tifa-Gong, 30) Totobuang) 15) Penari Cakalele 31) 16) Pembawa Kain 32) Gandong 33) 17) Basudara gandong 34) (dari negeri Muslim 35) Morela) dan 36) Basudara Pela (dari 37) negeri Kristen 38) Urimessing) 39) 18) Pelayan makanan 40) (Makan Patita) 41) 19) Undangan 42) disesuaikan, 43) misalnya pejabat 44) pemerintahan seperti 45) Walikota, dll. 46) 47) 20) Masyarakat Umum 21) 13) Marga dalam 3 22) kelompok Soanya 23) (baik orang dalam 24) maupun orang luar) 25) 14) Pemusik adat 26) (Peniup tahuri, 27) Penabuh Tifa-Gong, 28) Totobuang) 29) 15) Penari Cakalele 30) 16) Pembawa Kain 31) Gandong 32) 17) Basudara 33) Gandong dan Pela 34) 35) 36) 37) 38) 18) Pelayan makanan 39) (Makan Patita) 40) 19) Undangan 41) disesuaikan, 42) misalnya pejabat 43) pemerintahan 44) seperti Walikota, 45) dll. 46) 20)Masyarakat Umum 23) 13) Marga dalam 2 24) kelompok Soanya 25) (baik orang dalam 26) maupun orang luar) 27) 14) Pemusik adat 28) (Peniup tahuri, 29) Penabuh Tifa-Gong, 30) Totobuang) 31) 15) Penari Cakalele 32) 16) Pembawa Kain 33) Gandong 34) 17) Basudara 35) Gandong dan Pela 36) 37) 38) 39) 40) 18) Pelayan makanan 41) (Makan Patita) 42) 19) Undangan 43) disesuaikan, 44) misalnya pejabat 45) pemerintahan 46) seperti Walikota, 47) dll. 48) 20)Masyarakat Umum 5.Perleng-kapan, Simbol dan Mitos 1) Seluruh petugas mengenakan busana dan lenso adat atau asesoris lainnya yang lazim dipakai untuk sebuah acara ritual adati. 2) Sirih-Pinang,
Tembakau (tabaku) Jawa, Kapur makan sirih, Sebotol Air, Sebotol Sopi, dupa
1) Seluruh petugas mengenakan busana dan lenso adat atau asesoris lainnya yang lazim dipakai untuk sebuah acara ritual adati.
2) Sirih-Pinang, Tembakau (tabaku), Sebotol Air, Sebotol Sopi.
1) Seluruh petugas mengenakan busana dan lenso adat atau asesoris lainnya yang lazim dipakai untuk sebuah acara ritual adati. 2) Sirih-Pinang,
Tembakau (tabaku), Sebotol Air, Sebotol Sopi, + Natzar.
CUCI NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
dan kemenyan, belanga. 3) Bendera Merah-Putih, Bendera Tana(Kain Batik bermotif lurik, simbol ular Patola), dan Panji (Simbol) Negeri Soya 4) Tanaman Gadihu 5) Sapulidi dan
perlengkapan kerja 6) Tombak, Parang &
Kuning mai (Kunyit) 7) Tahuri (Kulit Siput/K besar) 8) Tifa, Gong, Totobuang. 9) Kain Gandong. 10) Makan Patita. 11) Nyanyian Adat
(Kapata dan Suhat) 12) Mitos: Naga yang
menelan para pemuda selama 5 hari dalam perutnya. Pada Siang hari ke-5 Naga memuntahkan mereka dan memberikan tanda berupa lukisan berbentuk segi tiga pada dahi, dada, dan perut. Situs Naga menjadi lokasi
matawana pemuka
adat dan para pemuda saat CN. 3) Bendera Merah-Putih, 4) Tanaman Gadihu 5) Sapulidi dan perlengkapan kerja 6) Tombak, Parang 7) Tahuri (Kulit Siput/K besar) 8) Tifa, Totobuang 9) Kain Gandong. 10) Makan Patita. 11) Nyanyian Adat
(Kapata dan Suhat) 12) Mitos: Batu
Tempayan sebagai Cincin Putri Moyang yang hilang saat mandi. Situsnya terdapat di kali yang bermuara di pantai Naku, termasuk menjadi salah satu
nisan yang dipelihara. 3) Bendera Merah-Putih, 4) Tanaman Gadihu 5) Sapulidi dan perlengkapan kerja 6) Tombak, Parang 7) Tahuri (Kulit Siput/K besar) 8) Tifa, Gong 9) Kain Gandong. 10) Makan Patita. 11) Nyanyian Adat
(Kapata dan Suhat) 12) Mitos: “Batu Peringatan” yang ditaruh oleh kapitang pertama Hukurila. Oleh Belanda (misiona-ris) diperintahkan untuk dibuang, namun 3 kali dibuang batu tersebut kembali pada tempatnya. Pada kali ke-4 dibuang dan hilang untuk selamanya. Sejak itu, selalu
CUCI NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
terjadi musibah hilang atau meninggalnya warga hingga mencapai 300 orang. Saran raja Kilang (pela-nya Naku) untuk membuat duplikat Batu Peringatan maka musibah berhenti hingga kini. Batu Peringatan menjadi salah satu nisan yang penting dalam CN. 6. Tahapan
Kegiatan Pokok
1) 1) Rapat Saniri Besar 2) (beberapa hari 3) sebelum pelaksanaan 4) CN; waktu 5) disesuaikan) 2) Pica-Negeri (Rabu Minggu II pagi) 3) Pembersihan Negeri (Rabu Minggu II) 4) 4) Naik ke gunung 5) Sirimau dan 6) Matawana (Kamis 7) malam Minggu II) 8) 5) Turun dari gunung 9) Sirimau dan 10) Penyambutan di 11) Rulimena (Jumat 12) Sore)
13) 6) Upacara Naik Baileo 14) Samasuru
15) 7) Kunjungan ke Wai 16) Werhalouw dan
1) 1) Rapat Saniri Besar 2) di Baileo 3) (disesuaikan) 2) Pertemuan kembali di Baileo sehari sebelum pelaksanaan untuk mematangkan kesiapan (Tgl 28 Des) 4) 3) Tanggal 29 Des: 3.1. 3.1. Jam 08.00 : 3.2. Marinyo bunyikan 3.3. Tifa pertanda 3.4. warga berkumpul 3.5. di Soa-nya masing- 3.6. masing; 3.7. 3.2. Jam 09.00: 3.8. Tifa kedua ditabuh, 3.9. pertanda semua bergerak ke arah Baileo Negeri, 1) 1) Tgl 13 malam (jam 2) 20.00-22.00): 3) Semua unsur 4) Tigabatu tungku 5) berkumpul di Balai 6) Pertemuan Negeri 7) untuk Persiapan 8) Dengan seluruh 9) perlengkapan CN 10) dan simbol yang 11) akan digunakan. 12) Usai petuah dari 13) raja, persiapan 14) diakhiri dengan doa 15) oleh pendeta yang 16) menyerahkan 17) maksud dan juga 18) natzar yang 19) dibawakan.
Selanjutnya raja memerintahkan tokoh adat,
CUCI NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
17) Uniwei 18) 8) Persatuan dalam 19) Kain Gandong 20) 9) Kembali ke rumah 21) Raja/Upulatu 22) 10) Pesta Negeri 23) (Jumat malam) 24) 11) Cuci Air (Sabtu pagi 25) – selesai)
26) 12) Syukur (Ibadah 27) Minggu)
diiringi nyanyian adat (kapata, suhat);
3.3. Jam 10.00: Unsur tiga batu tungku dengan undangan menyambut rombongan 3 Soa di depan Baileo. Masing-masing pemimpin Soa menyampaikan sapaannya (pasopo) kepada para pemimpin sebagai tanda hormat. Seusai semua pemuka mengambil tempat di dalam Baileo, diawali dengan Doa oleh Pendeta. Selanjutnya bapa raja memberikan arahan. 3.2. 3.4. Jam 10.30 –16.00: 3.3. CN di lokasi yang 3.4. telah ditentukan 3.5. 3.5. Jam 16.00-17.00: 3.6. Makan Patita 3.7. diakhiri dengan Doa 3.8. oleh Pendeta.
5) 4. Pesta Negeri dicari 6) waktu tersendiri 7) yang tidak 8) mengganggu
pemimpin Soa dan beberapa warga untuk pergi ke negeri
Lama ditandai dengan tiupan Tahuri. 20) 2) Tgl 13 Malam 21) hingga tgl 14 jam 5 22) subuh: Matawana di Negeri Lama 23) 3) Tgl 14 jam 06.00 24) Pagi seluruh 25) masyarakat sudah 26) bersiap untuk 27) menyambut 28) kembalinya 29) rombongan 30) matawana yang 31) masuk negeri 32) ditandai dengan 33) tiupan tahuri 34) 4) Tgl 14 jam 06.00- 35) 07.00 Rombongan 36) disambut Tigabatu 37) tungku diikuti 38) dengan nyanyian 39) adat dan kain 40) gandong yang 41) dipegang oleh 42) Mataina baru 43) 5) Tgl 14 jam 07.00- 44) 08.30 semua 45) istirahat sejenak di 46) balai pertemuan 47) sambil menikmati 48) makan-minum. 49) LONCENG GEREJA 50) (1) dibunyikan. Pada
CUCI NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
Catatan:
Untuk rinciannya, lihat Deskripsi khusus tentang Tahapan Alur
CN Soya yang diuraikan
dalam BAB IV.
9) persiapan jelang 10) konci taong. 11) Biasanya di akhir 12) bulan Januari.
51) saat itulah, natzar 52) (yang semalam telah 53) didoakan oleh 54) pendeta) disiapkan, 55) Beserta peralatan 56) kerja dan simbol- 57) simbolnya . 58) 6) Tgl 14 jam 08.30- 59) 09.00 LONCENG 60) GEREJA (2) 61) dibunyikan, 62) semuanya bergerak 63) masuk gereja. Istri 64) kepala Soa bertugas 65) untuk
66) Membawa baki yang 67) telah ditempatkan 68) sebotol Air, Sopi, 69) Tabaku, Sirih- 70) Pinang, dan Natzar 71) dibawa ke altar. 72) 7) Tgl 14 jam 09.00 73) Majelis Jemaat 74) menyambut, 75) rombongan 76) memasuki gereja 77) diiringi pukulan 78) LONCENG GEREJA 79) (3). 80) 8) Tgl 14 jam 09.00- 81) 10.00 Ibadah di 82) gereja dipimpin pdt 83) 9) Tgl 14 jam 10.00- 84) 11.00 Semuanya 85) menuju Teung 86) Negeri. Kepala Adat 87) panjatkan doa 88) kemudian raja 89) memberikan arahan.
CUCI NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
90) 10) Tgl 14 jam 11.00- 91) 12.00 Semuanya 92) bergerak ke Batu 93) Peringatan. Setelah 94) raja ber-pasuhat, 95) raja mengangkat 96) salah satu daun 97) yang ada dan 98) mencabut salah satu 99) rumput sebagai pertanda dimulainya CN. 11) Tgl 14 jam 12 –Tgl 15 jam 5 Kegiatan Bersih- bersih di sarana umum (Gereja, Sekolah, Puskesmas, Kuburan, Perigi/Sumur, Sumber Air, Pantai. 11) 12) Tgl 16, bila masih 12) ada yang belum 13) terselesaikan dapat 14) diselesaikan di waktu 15) pagi sampai siang. 16) 13) Tgl 16 siang: 17) Makan Patita. 18) 14) Tgl 16 sore: Raja 19) perintah beberapa 20) Saniri, Kepala adat 21) dan Kepala Soa 22) untuk ke Negeri 23) Lama.
24) 15) Tgl 16 malam: 25) Syukur, yang 26) sebelumnya biasa 27) berupa Pesta Negeri, 28) namun diganti
CUCI NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
29) menjadi Natal Negeri. 7. Doa:
Sapaan/
Pasopo, Isi
1) Sapaan/Pasopo dalam Pasawari (doa adat)
atau Kapata, a.l.: 1.1. Kapua Upu Ilah
Kahuresi Lebehanua
Kedua Yang Mahabesar Tuhan Kami Isa Almasih Ketiga Rohul Kudus; 1.2. 1.2. Upulatu Jisayehu 1.3. (raja)
1.4. 1.3. Upu Ama, Upu 1.5. Wisawosi
1.6. 1.4. Upu Latu Selemau 1.7. Agam Raden Mas 1.8. Sultan Labu Inang 1.9. Modjopahit
1.10. 1.5. Undangan/Tokoh 2) Isinya minta berkat bagi negeri dan anak-cucu, perlindungan dari bencana, sakit-penyakit serta minta
pengampunan
1) Sapaan/Pasopo dalam Pasawari (doa adat) atau Kapata, a.l.:
1.1. Upu Lanite
1.2. Upu (moyang) dari masing-masing Soa 1.3. Upu Latu
Lenawael(raja) 1.4. Upu Ama – Upu Ina
1.5. Undangan/ Tokoh 2)Isinya minta berkat
bagi negeri dan anak-cucu, perlindungan dari bencana, sakit-penyakit serta minta pengampunan
1) Sapaan/Pasopo dalam Pasawari (doa adat) atau Kapata, a.l.: 1.1. Upu Kuaresi
1.2. Upu Latu (raja) 1.3. Upu
masing-masing Soa 1.4. Upu Ama – Upu Ina
1.5. Undangan/ Tokoh 2) Isinya minta berkat
bagi negeri dan anak-cucu, perlindungan dari bencana, sakit-penyakit serta minta pengampunan 8. Aturan Adat dan Sanksi 1) Masing-masing petugas, kelompok (Soa) melakukan tugas dan kewajiban yang telah diatur; 2) Ada tahapan acara yang hanya diikuti secara terbatas sesuai dengan ketentuan (Misalnya: warga yang tidak memiliki garis
1) Masing-masing petugas, kelompok (Soa) melakukan tugas dan kewajiban yang telah diatur; 2) Ada tahapan acara yang hanya diikuti secara terbatas sesuai dengan ketentuan (Misalnya warga yang memiliki
1) Masing-masing petugas, kelompok (Soa) melakukan tugas dan kewajiban yang telah diatur; 2) Ada tahapan acara yang hanya diikuti secara terbatas sesuai dengan ketentuan (Misalnya warga yang memiliki garis
CUCI NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
keturunan adati atau anak gadis yang belum menikah tidak bisa terlibat di tahapan ritual khusus).
3) Minuman adat (sopi) dikonsumsikan secara terkontrol.
4) Bagi kelompok yang
matawana (begadang)
di puncak Sirimau (lokasi Air Tempayang) wajib untuk menjaga keheningan dan pantang (dilarang) untuk buat kegaduhan.
garis keturunan adati). 3) Minuman adat (sopi) dikonsumsikan secara terkontrol. Anjuran kepala adat: “Sopi minuman adat, jangan sampai minuman biadab !” keturunan adati). 3) Minuman adat (sopi) dikonsumsikan secara terkontrol. 9. Tanggapan Umum tentang alasan pentingnya pelaksanaa n Adat Cuci Negeri dan Maknanya (1) Berikanlah kepada
kaisar apa yang kaisar punya dan kepada Allah apa yang Allah punya
(2) Tidak menyembah tetapi menghargai Leluhur dan apa yang telah diperbuat bagi anak-cucu
(3) Bertepatan dengan momentum Minggu Adventus & Natal, CN bermakna
“pembersihan diri, keluarga dan negeri/persekutuan”.
(1) Berikanlah kepada
kaisar apa yang kaisar punya dan kepada Allah apa yang Allah punya
(2) Tidak menyembah tetapi menghargai Leluhur dan apa yang telah diperbuat bagi anak-cucu
(3) Bertepatan dengan momentum Minggu Adventus & Natal, CN bermakna
“pembersihan diri, keluarga dan negeri/persekutuan”.
(1) Berikanlah kepada
kaisar apa yang kaisar punya dan kepada Allah apa yang Allah punya
(2) Tidak menyembah tetapi menghargai Leluhur dan apa yang telah diperbuat bagi anak-cucu
(3) Bertepatan dengan momentum Minggu Natal &Konci Taong (Peralihan Tahun Lama ke Baru), CN bermakna “pembersihan diri, keluarga dan negeri / persekutuan”.
Lampiran 2:
Silsilah Mata Rumah Raja Soya & Periodisasi Pemerintahan (Sumber: Likumahwa, Analisa....,84-85)
....Risapati Patiaras Tomahupati Mahu Taepati MahupatiHinaBeka SoupatiMahualan Patialan? Laimahu Tomahualan Patiaras Araspati Pati JaterpatiNesiKete Mahualan? Tomahu
Patimahu ♥ Dewi Gusti Ayu Putu Sarini Nyi Sia Paulus Amus Esau Elisa Hendrik
Sofietje ♥ Habel Rehatta (1558-1597) Lambertus Rehatta (1597) Andreas Rehatta David Rehatta Salmon Rehatta Jacob Rehatta (1806) Andreas Rehatta Habel Rehatta (1882-1911) Lodewyk Rehatta (1911-1945) Samuel J. Rehatta (1945-1960) Cornelis Rehatta (1960-1976) Renei Rehatta (1976-1994) Ruben Rehatta (1994-2011) Rido Rehatta (2011-2017) Rido Rehatta (2017-2023)
Lampiran 3: GLOSARIUM1
Agama Nunusaku : Corak beragamaan asli tradisional yang diyakini oleh orang Ambon- Maluku sebagai pusat religiositas mereka yang terdapat di Seram sebagai Nusa Ina. Ada juga yang menyebutkannya dengan agama Alifuru
Ale : Anda (kata ganti orang kedua tunggal) Alamanan/Alamane : Juru bicara dewan atau pemerintah
negeri. Fungsi ini dioptimalkan ketika terjadi persoalan adat yang dibawa ke lembaga pengadilan negeri.
Alifuru : Suku bangsa di pedalaman pulau Seram Alune : Salah satu dari kedua kelompok suku
utama yang mendiami Seram Barat
Ama : Bapak (bahasa tana)
Badan Saniri Negeri : Badan Pemerintah Negeri dalam tatanan adat setempat
Badendang : Menari dalam nuansa Ambon
Badonci : Menyanyi dalam nuansa Ambon
Bahasa tana : Bahasa asli di suatu negeri setempat
Baileo : Tempat pertemuan adati; pusat
masyarakat kampung dan agama adat Balele : Melingkari dengan kain panjang
Bapantun : Berpantun
Batu pamali : Batu yang dianggap keramat dan terdapat di tempat tertentu yang memiliki latar historis dan budaya adati.
1 Sumber Glosorarium ini merujuk pada khasanah pengetahuan dan pengenalan
penulis sebagai orang Ambon Kristen, namun diperkaya pula dengan beberapa referensi baku, antara lain: (1) Jan Piet Mailoa, Kamus Bahasa – Harian Dialek Orang Ambon (Jakarta: Kulibia Printing, 2006); (2) Glosorarium dalam Dieter Bartels, Di Bawah Naungan Gunung
Nunusaku – Muslim-Kristen Hidup Berdampingan di Maluku Tengah, Jilid II: Sejarah
(Jakarta: Gramedia,2017), 837-865; (3) Daftar Istilah dalam Chr.G.F. de Jong,
Sumber-Sumber Tentang Sejarah Gereja Protestan di Maluku Tengah 1803-1900- Jilid I: 1803-1854, Seri Sumber-Sumber Sejarah Gereja di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2012), ix-xxii.
Batu stori : Batu tempat seorang pemimpin adat berbicara
Batu tungku : Perkakas masak tradisional (batu perapian) yang lazimnya terdiri dari tiga buah batu yang berada pada ukuran yang sama
Basudara : Bersaudara
Belakang tana : Ungkapan orang Ambon, Maluku yang cenderung bernuansa peyoratif untuk menunjuk pada suatu komunitas asli tradisional setempat yang peradabannya masih dipandang agak terkebelakang
Bikin bae : Berbuat baik
Bruder Sageru : Sejenis kue (bruder) yang bahannya juga pakai sageru, minuman arak lokal. Cakalele : Tarian khas adat dengan menggunakan
parang, salawaku dan tombak
Cidaku : Cawat atau celana tradisional yang dibuat dari kulit kayu yang biasa dipakai oleh kaum lelaki
Gaba-gaba : Tangkai kering daun sagu
Gadihu : Atau Kadihu (katomas), tanaman (bhs. Latinnya Codiaeum variegatum) yang termasuk keluarga Euphorbiacea. Sering dipakai untuk pagar, daunnya bisa dijadikan hiasan, bahkan ekstraknya untuk obat. Dalam tradisi di Ambon, tanaman ini dipandang punya makna simbolik yang kuat sebagai “pembawa berkat, kehidupan, kesuburan”, oleh karena itu sering digunakan dalam acara-acara ritual adat tertentu.
Gandong : Hubungan kekerabatan kultural yang diyakini memiliki keterkaitan historis-genealogis sebagai bersaudara (adik-kakak).
Gosepa : Sebutan Ambon untuk rakit yang terbuat dari bambu.
Goti : Tempat menampung tepung sagu yang sudah disaring, terbuat dari batang pohon sagu yang telah diambil isinya.
GPM : Gereja Protestan di Maluku
Heka-Leka : Konsep filosofis kultural orang Maluku (Tengah) dan Ambon, yang merujuk pada konsep dialektis, sebagaimana yang dimaknai dengan arti kata Heka = perang/pecah untuk dilahirkan kembali (Leka).
Heka Nunusaku : Pecah (Perang/Konflik) Nunusaku. Merujuk pada momentum historis perpecahan di kerajaan Nunusaku, di pusat Seram.
Horas : Hari, waktu yang tepat (Portugis)
Ina : Ibu
Jojaro-mongare : Kalangan muda-mudi yang belum menikah
Kain berang : Kain ikat kepala yang berwarna merah, yang digunakan oleh kaum lelaki. Kain gandong : Kain putih polos ukurang panjang
(disesuaikan) sebagai simbol
kandungan, kerahiman, yang bermakna persatuan dan persaudaraan.
Kain patola : Kain tenunan dengan motif bersuluk-suluk yang menyerupai seekor ular sawa, dan berasal dari Gujarat, India. Kain pikol : Selendang hitam diberi manik-manik
dan dipakai oleh wanita yang sudah sidi ke gereja
Kakehan : Perkumpulan rahasia yang terdiri dari kaum lelaki di Seram Barat
Kapata : Ucapan salam secara tradisional dan
cerita sejarah; pada umumnya berupa lagu-lagu tradisional di mana episode
sejarah masa lalu dinyanyikan. Kapitang : Pemimpin perang (Portugis, capitâo) Katong : Kita, Kami. Kata ganti jamak untuk
Katreji : Tarian quadrille (Portugis)
Kepala Soa : Pemimpin Soa yang dijabat
berdasarkan warisan
Konci Taong : Sebutan orang Ambon untuk
momentum pergantian tahun, tepatnya tanggal 31 Desember.
Kotika : Waktu atau hari yang dipandang baik sesuai dengan ketentuan para leluhur atau aturan adat.
Lanite : Langit, dewa pencipta, dewa langit Lopa-lopa : Tempat sirih-pinang
Ma’atoke : Orang yang ditugaskan untuk menjaga dan merawat baileo.
Malessi : Wakil atau pembantu Kapitang
Marinyo : Kurir kampung, sekaligus sebagai pemberi informasi kepada warga Mata ina (baru) : Mata ina merupakan sebutan kepada
wanita negeri yang telah menikah. Sedangkan Mata in baru, dikenakan kepada wanita yang baru saja menikah dengan pria Soya.
Matawana : Bergadang (tidak tidur semalam suntuk)
Mauweng : Pendeta kakehan yang menunjuk pada penanggung jawab ritual adati, atau sering disebut juga sebagai kepala adat Muhabeth : Berasal dari kata Arab yang berarti
kasih. Persekutuan sosial untuk melayani kedukaan atau menanggung
kerja lainnya (gotong royong bangun rumah, dll)
Negeri, Negri : Kampung, dapat disejajarkan dengan desa
Nitu : Roh para leluhur yang baik. Lawannya
adalah Nite atau Nita, roh yang Jahat. Kendati sering juga ada yang
menggunakannya secara terbalik. Nitu=roh jahat, Nite atau Nita = roh baik
Nitu Ela : Roh yang agung, yang tingkatnya lebih dari Nitu
Noaulu, Nuaulu : Salah satu kelompok suku terasing yang berdiam di pulau Seram
Nusa Ina : Pulau Ibu yang menunjuk ke pulau Seram. Nusa = Pulau; Ina = Ibu.
Orangtatua : Orang tua-orang tua
Pamali : Tabu, suci
Parigi / Parigi : Sumur
Pasawari : Ucapan salam dan juga bisa sebuah doa
adat yang diucapkan dalam acara resmi atau suatu ritual
Patasiwa-Patalima : Aliansi antar kampung/suku di Seram, yang dikelompokkan dalam Patasiwa = kelompok sembilan, dan Patalima = kelompok lima
Pela : Sistim aliansi antarkampung di Maluku
Tengah berrdasarkan hubungan genealogis, kerjasama, perdamaian,
atau perjanjian karena alasan lainnya. Pela-Gandong : Aliansi antarkampung karena ikatan
genealogis.
Pica Negeri : Pecah Negeri. Dalam ritual cuci negeri sebagai pertanda dimulainya tahap-tahapan cuci negeri.
Pinamou : Ritual adat pembersihan diri bagi wanita yang mendapatkan menstruasi
RMS : Republik Maluku Selatan
Rumah tau : Kelompok adati marga yang merupakan penggabungan dari beberapa keluarga batih
Rumah tua : Rumah (bangunan fisik) asali, menunjuk pada rumah yang dibangun pertama kali oleh para leluhur atau orangtatua, dan menjadi ikon serta milik bersama semua keturunan (anak-cucu)
Sabuah : Tempat khusus dengan atap atau tenda yang disiapkan untuk kepentingan acara tertentu. Bisa dengan atap daun sagu atau dengan tenda plastik
Salam-Sarane : Sebuah kearifan lokal di Maluku yang
menunjuk kepada kebersamaan antara warga Islam-Kristen lokal
Salawaku : Perisai yang lazim dipakai berpadanan dengan parang dalam tari cakalele
Saniri : Dewan
Sasi : Tanda larangan. Misalnya, pada
waktu-waktu tertentu dilarang mengambil hasil hutan, kebun atau laut, karena
sedang disasi
Sidi : Status konfirmasi menjadi anggota
gereja penuh setelah menempuh pembinaan gerejawi selama kurun
waktu 1-2 tahun
Sio : Ungkapan yang termasuk jenis kata
injeksi yang memiliki sinonim dengan “aduh” dalam nuansa memelas kepada
orang yang dicintai (orang dekat)
Soa : Kelompok adati marga yang merupakan
penggabungan dari beberapa rumah tau baik yang memiliki hubungan kekerabatan genealogis maupun yang tidak termasuk warga asli, namun dimasukkan menjadi anggota kelompok soa tertentu.
Suhat : Nyanyian adat yang dinyanyikan secara kelompok dengan pola berbalas-balasan.
Tabaos : Seruan berita atau pengumuman yang disampaikan oleh seseorang yang ditugaskan untuk itu (bisa oleh marinyo, atau seseorang lainnya)
Tahuri : Kulit k besar yang dilubangi dan dapat ditiup
Tanoar : Waktu yang diprediksi berdasarkan kearifan lokal setempat
Tete Manis : Sebutan masyarakat Ambon-Maluku Tengah untuk Tuhan
Teung : Nama adat untuk suatu klan
Totobuang : Alat musik tabuh tradisional yang
terdiri dari beberapa gong yang telah diatur nadanya dan dipukul oleh
seorang pemain
Uli : Federasi antar kampung di
Ambon-Lease
Upu : Sebutan penghormatan: tuan, kepala, raja, pemimpin, dewa dan para leluhur VOC : Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda
Lampiran 4:
Perbandingan Bagan Sistem Pemerintahan Negeri Soya
(1) Model – 1 (Data Tahun 2000):2
(2) Model – 2 (Data Tahun 2017):3
2 Sumber: Likumahwa, Analisa...,102. 3 Pemerintah Negeri Soya, RPJM....,16.
Lampiran 5:
Panduan Wawancara Semi-Terstruktur4 dan Daftar Nama Narasumber
A. Panduan Wawancara
(1) Identitas (Nama [bila bersedia disebutkan] dan Umur) (2) Tempat Tinggal: Posisi, dan Waktu Kediaman
(3) Frekuensi keterlibatan di acara CN (sudah sejak kapan dan berapa kali) ?
(4) Masuk kelompok (Marga dan Soa) apa? Posisi di keluarga/marga sebagai apa?
dan bagaimana anda merasakan keberadaan anda dalam lingkup kekerabatan tersebut?
(5) Bisakah disampaikan sejauh mana pemahaman anda tentang CN Soya yang diketahui ?
(6) Apa yang anda rasakan tentang perbedaan CN Soya di waktu dulu dan kini ?
(7) Pendapat dan sikap terhadap Leluhur (Tetenene moyang), dan apa yang dirasakan selama ini dengan keberadaan para leluhur tersebut ?
(8) Bisakah dijelaskan sikap anda terhadap hubungan CN Soya dengan Iman Kristen ?
(9) Bagaimana pandangan, sikap, dan suasana batin yang dirasakanterhadap CN yang dikaitkan dengan Adventus, Natal dan Konci Taong, dan Tahun Baru ?
(10) Apa yang dirasakan ketika berlangsungnya CN Soya dengan Tahap-Tahapannya ?
(11) Tahapan manakah yang dirasa sangat menyentuh? Mengapa ?
(12) Pemahaman dan Sikap terhadap para pemimpin (Raja, Kepala Adat/Saniri, Pendeta)
4 Panduan Wawancara Semi-Terstruktur ini merujuk pada model panduan dalam
penelitian Fenomenologis. Lihat Y.F. LaKahija,Penelitian Fenomenologis, Jalan Memahami
(13) Pemahaman, sikap dan apa yang dirasakan dengan simbol-simbol yang dipakai dalam CN?
(14) Pandangan dan apa yang dirasakan dengan simbol-simbol adat yang dipakai dalam ibadah dan begitupun sebaliknya?
(15) Selain CN, adakah praktik adati atau tradisi lainnya yang dijalani/dipraktikkan ?
Kalau ada, mohon sebutkan dan jelaskan...
(16) Pendapat, usul/masukan bagi pelaksanaan CN ke depan, bagi Pemerintah Negeri, Pemerintah Kota, Gereja, dan seluruh warga
B. Daftar Narasumber
(1) Bp Rido Rehatta, 62 th Raja Soya
(2) Bp Pdt. Piet Kempa, 55th Ketua MJ GPM Soya
(3) Bp Moz Istia, 48 th Wakil Sekretaris MJ GPM Soya (4) Bp Wa Huwa’a,87 th Kepala Soa Adat, telah
mengabdi lebih dari 50 th (5) Bp Thom Tamtelahittu, 55 th Kepala Soa Pera
(6) Bp Ferry Soplanit, 57 th Kepala Soa Eraang
(7) Bp Bomar Pesulima,56th Juru Suhat, Biduan Kapata Adat (8) Bp. Ateng Huwa’a, 56 th Penutur Adat dan Sejarah Soya (9) Bp. Marets Pesulima, 55 th Kapitang
(10) Ibu Omy
Manuputty-Soplanit,63 th Ketua Mataina
(11) Maurits Huwa’a, 42 th Peserta matawana; dalam momentum CN Soya pada tanggal 14 Desember 2018 dilantik menjadi Kepala Soa Adat, menggantikan ayahnya (12) Ois Rehatta, 57th Pimpinan Sanggar Wai Ranang
Soya
(13) Nes Soplanit, 49 th Bendahara Majelis Jemaat, Mantan Ketua AMGPM
(14) Peserta FGD: MP, 47 th Pengurus Unit, Wadah, Anggota Suling, Mantan Majelis, dan Anggota Saniri Negeri
(15) Peserta FGD: GS, 52 th Penatua, Anggota Saniri Negeri (16) Peserta FGD: Nn. JP , 21 th Anggota Angkatan Muda GPM
(17) Peserta FGD: AL, 54 th Warga Soya Pendatang di Soya Atas
(18) Peserta FGD: Ny.DL, 56 th Warga Soya Pendatang di Soya Bawah
(19) Peserta FGD: Ny.SS, 38 th Warga Mata Ina baru (20) Peserta FGD: BP, 43 th Mantan Staf Saniri Negeri (21) Pdt. Drs.A.J.S.
Werinussa,M.Si,55th Ketua Sinode GPM
(22) Pdt. Chris Tamaela, Ph.D, 58
th Pakar Musik dan Liturgi GPM, Budayawan Maluku (23) Pdt. Dr.M. Tapilatu, 77 th Pakar Sejarah GPM
(24) Bp John Marthen, 55 th Raja Hukurila
(25) Bp Bambe Tupan, 71 th Kepala Soa Adat Hukurila (26) Bp Samuel Pesowarissa, 50
th Kepala Soa Adat Naku
(27) Bp Charlie de Fretes, 61 th Anggota Saniri Negeri Naku, Tokoh Masyarakat Naku
Lampiran 6:
Peta Pulau Ambon dan Wilayah Kota Ambon (Kawasan Hijau), Peta Maluku Dan Posisi Lokasi Penelitian, negeri Soya (Arah Panah Merah) Dan Sketsa Negeri Soya
SKETSA NEGERI SOYA
Keterangan:
☼ = Baileo negeri Soya, Gunung Sirimau dan Tempayang
† = Gedung gereja tua Soya di Soya Atas, gereja Lazarus dan gereja Betfage di Kayu Putih
Ӝ = Rumah Raja dan Pastori Ketua Majelis Jemaat
∆ = Balai Saniri Negeri, Kantor Pemerintah Negeri Soya, Sekolah (SD, SMP)
╬ = Pekuburan 1, 2, dan 3 ♥ = Teung Rulimena
≈ = Air Werhalouw dan Air Unuwei — = Jalan raya, Jalan setapak = Batas Petuanan Negeri Soya
Lampiran 7:
Doa Adat di Saat Ritual Cuci Negeri Soya5
Doa Adat (Pasawari) Terjemahan Adaptasi
Kapua Upu Ilah Kahuressy Lebehanua, Kedua Yang Maha Besar Tuhan kami, Isa Almasih,
Ketiga Rohul Kudus. Upu Ama Upu Wisawosi, Upu Latu Selemau Agam Raden Mas Sultan Labu Inang Mojopahit, Upu Latu Yisayehu
Guru Latu Yisayehu
Upu Ama sembahan kupaharehu, Pamesang-pamesang,
Mahina-mahina, Malona-malona Hai Amang Hona-hona Pau Amang penyakit-penyakit tinggalkan negeri ini.
Kahu Erimaang Saka Upu amang Upu Wisa Wosi Wei, Amang.Kalau-kalau sasoi pasala pamanisa o Sasou maniska ampun ilah-ilah.Ene Anak Maingheru yang sekarang ada berdiri di dalam Teung Lapiang Makakuang
Haumalamang,Kalau Sosoupasala pamanisa ou sasou manisaampun ilah-ilah,
karena itu bukan barang areka urung sakakenu menyembah berhala-berhala,
Allah yang Tertinggi, Kedua Tuhan Yesus Kristus, Ketiga Roh Kudus.
Upu Ama Upu Wisawosi
Upu Latu Selemau Agam Raden
Mas Sultan Labu Inang
Mojopahit
Upu Latu Yisayehu Guru Latu Yisayehu
Upu Ama yang disembah semua
orang,
Tolak berbagai macam bahaya dari pria, wanita dan seluruh rakyat. Sehingga semua orang terbebas dari penyakit. Saya yang berdiri di dalam istana
Latu Selemau memohonkan
berkat dan kemurahanMu; dan jika kami berbuat dosa,
ampunilah, karena kami
bukanlah para penyembah berhala tetapi merupakan perintah dari dari pendeta
(mauweng) kami. Saya
5Rumusan doa ini merujuk pada beberapa sumber (a.l. John Rehatta, Negeri
Soya...,15; Stephanus Petrus Likumahwa, Analisa Sosio-Budaya Terhadap Upacara Adat Cuci
Negeri di Soya dalam Upaya Berteologi Secara Kontekstual, Tesis(Salatiga: PPSAM UKSW, 2000), 141-142, Cooley, Mimbar dan Takhta...,216-217), yang penulis temukan beberapa versi rumusan. Oleh karena itu yang penulis tampilkan di sini lebih diutamakan pada struktur dan sapaan (istilah setempat: pasopo) yang dikemukakan dalam doa ini. Sementara isi doa, walaupun tidak sama persis namun substansinya tidak berbeda, antara lain mengandung penyapaan, mohon ampun, mohon berkat dan perlindungan.
bukan sekali-kali,
hanya sebab Hauw Enamaang Eumena Enaam Guru Haji. Upu Ilah Kahuressy Lebehanua komsidana Upulatu Salemau ka hulubalang dewana deperneahau amang Latu Yisayehu Sohiu (Sohia). Anak maingheruw sekarang ada minta kalau boleh tolong-menolong lopang masim-masim
kepada negeri ini supaya jangan negeri ini bersungut-sungut.
Upu Latu Selemau Agam Raden Mas Sultan Labu Inang Mojopahit, Kalau boleh tolong-menolong, parihu-parihu, mahina-mahina, malona-malona
O hija ja mesang henu-henu humuhandeuw minulai halemuli haumeat.
Penu-penu hawa teung tuniwou wala wehalouw rulimena sasamasa enamai. Ka segala selamat.
memohon dari Allah Tertinggi dan upu Ama-upu Wisawosi untuk menjauhkan segala penyakit dari negeri ini supaya
kami tidak mengalami
kesusahan.
Kembali saya memohon dari Allah Tertinggi dan Upu
Ama-Upu Wisawosi, Ama-Upu Latu Selemau, Agam Raden Mas Sultan Labu Inang Mojopahit,
untuk memberkati
musim-musim di negeri ini agar hasil tumbuhan dapat melimpah seperti: durian, cengkih, pala, langsa, manggis, dan lain sebagainya. Supaya negeri ini jangan berada dalam kelaparan dan persungutan.
Ini adalah permohonan kami dari Wai Erhalouw, teung
Tunisou, Wai Unuwei, teung Rulimena sampai teung Paisina. Hormat kami, terima kasih, selamat.
Lampiran 8:
DAFTAR FOTO TAMBAHAN
Salah satu contoh fenomena Religiositas Neo-Nunusaku terwujud dalam acara peresmian Gereja Ebenhaezer jemaat GPM Kariu pada hari minggu tanggal 2 Juli 2017, yang dikemas dalam bingkai pela-gandong orang basudara, antara Kariu (Kristen atau Sarane) dengan keikutsertaan Hualoi (Islam atau Salam), dan juga Booi dan Aboru (Kristen), serta beberapa negeri Islam dan Kristen di Pulau Haruku.
Sumber: http://www.malukuprov.go.id/index.php/2016-10-06-01-23-56/berita/item/237-hidup-orang-basudara-di-maluku
Lampiran 9:
Data Kepelayanan Jemaat Gpm Soya Per 31 Desember 20176 (1) Perangkat pelayanan:
1.1. Pendeta organik jemaat : 3 orang (Ketiganya tamatan S-1 Teologi).
1.2. Majelis Jemaat : 66 orang (Penatua 33, Diaken 33). Dengan jumlah unit sebanyak 33 unit maka karena Majelis jemaat direkruit dari unit, dengan demikian 1 unit direpresentasikan dengan 1 penatua dan 1 diaken. 1.3. Pengurus Unit Pelayanan : 262 orang.
1.4. Pengurus Wadah Pelayanan: 162 orang (Wadah Laki-Laki dan Perempuan). 1.5. Pengurus Wadah lanjut usia: 19 orang
(tersebar di 9 sektor)
1.6. Pengasuh Sekolah Minggu : 219 orang. (2) Wadah Pelayanan dan Organisasi
2.1. Jumlah Sektor dan Unit : 9 sektor dengan 33 unit pelayanan, yang terinci nama sektor dan jumlah unit-nya7
sebagai berikut: (1) Kalvari = 3 unit (2) Karmel = 5 unit (3) Sion = 3 unit (4) Imanuel = 4 unit (5) Zaitun = 3 unit (6) Eden = 3 unit (7) Pniel = 4 unit (8) Tiberias = 3 unit (9) Getsemani= 5 unit.
2.2. Wadah Pelayanan Perempuan dan Laki-Laki, berjumlah 18 wadah yang terdiri dari 9 Wadah Pelayanan Laki-Laki
6 Sumber Data: Buku Renstra (Rencana Strategi) Jemaat GPM Soya Tahun 2016-2020. 7 Nama unit dibuat menurut sebutan angka (Unit 1, 2, dan seterusnya).
dan 9 Wadah Pelayanan Perempuan, yang berbasis Sektor dengan nama wadah masing-masing sebagai berikut: (1) Kalvari : Laki-Laki = Abraham; Perempuan = Rut (2) Karmel : Laki-Laki = Daud; Perempuan = Debora (3) Sion : Laki-Laki = Lazarus; Perempuan = Ester (4) Imanuel : Laki-Laki = Akuila; Perempuan = Priskilia (5) Zaitun : Laki-Laki = Elia; Perempuan = Lidya
(6) Eden : Laki-Laki = Adam; Perempuan = Eva (7) Pniel : Laki-Laki = Paulus; Perempuan = Monica (8) Tiberias : Laki-Laki = Petrus; Perempuan = Tabitha (9) Getsemani : Laki-Laki = Yusuf; Perempuan = Hanna. 2.3. Wadah Lansia (Lanjut usia) : 1 wadah, disebut warga
Gereja Senior.8
2.4. Wadah Pemuda (AMGPM) : 3 ranting, yang menyatu menjadi 1 Cabang Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, dengan nama Cabang Sion-1 Soya.
2.5. Wadah SMTPI & Remaja : 9 wadah (berbasis Sektor). (3) Total Populasi Jemaat
3.1. Jumlah KK : 988 KK (Kepala Keluarga). 3.2. Jumlah Jiwa : 4028 orang
(Laki-laki: 2025 + Perempuan: 2003)
(4) Prosentase Kehadiran Rata-Rata (Median) di Ibadah selama tahun 2017
4.1. Prosentase kehadiran di ibadah unit = 25 %. 4.2. Prosentase kehadiran di ibadah Laki-Laki = 22 %, ibadah
Perempuan = 25 %.
(5) Kelompok Pemusik dan Pendukung Ibadah
Untuk menopang pelayanan ibadah (baik ibadah Minggu, maupun ibadah khusus untuk organisasi/wadah pelayanan serta perayaan hari-hari gerejawi tertentu seperti
8 Sebutan “warga gereja senior” bagi kaum Lansia, merupakan sebutan yang
Natal, Paskah atau HUT Gereja), tercatat ada sejumlah kelompok penopang atau pelayan ibadah, baik yang diprakarsai oleh anggota jemaat, maupun yang dibentuk atau dipersiapkan oleh pihak gereja sendiri, yaitu antara lain: 5.1. Kelompok Paduan Suling Terompet= 1 group 5.2. Kelompok Paduan Suling Bambu = 2 group 5.3. Pemain Musik Keyboard = 5 orang
5.4. Kelompok Paduan Suara = 7 group 5.5. Kelompok Vocal Group = 3 group
5.6. Kelompok Kantoria = 9 group (1 sektor 1 group) 5.7. Pelayan Multimedia = 1 tim, khusus di gereja Lazarus9
5.8. Pelayan Soundsystem= 3 tim di masing-masing gereja 5.9. Pelayan persembahan (kolektan)= 9 group (1 sektor 1
group)
5.10. Kelompok Band= 1 group, khusus di gereja Lazarus untuk melayani ibadah bernuansa pemuda pada setiap minggu IV bulan berjalan.
5.11. Kelompok musik totobuang = 1 group, melayani ibadah etnis atau moment perayaan tertentu seperti persidangan jemaat, dan lainnya.
5.12. Kelompok Sanggar Seni (Pelayanan secara kondisional/sesuai konteks ibadah, dengan menyediakan kelompok Tari, pemusik tifa-totobuang, pentas seni).10
(6) Fasilitas gedung, kendaraan dan kebun milik gereja; 6.1. Gedung ibadah tua di Soya Atas, bernama gereja “Soya”; 6.2. Gedung ibadah di Kayu Putih, bernama gereja “Lazarus”; 6.3. Gedung ibadah di Kayu Tiga, bernama “Betfage”;
9 Menurut pendeta Kempa, sebetulnya 2 gereja lainnya dapat dilakukan pengadaan
LCD-Infocus, namun kondisi interior gedung gereja saja yang tidak memungkinkan, sehingga
tidak dilakukan pengadaan.
10 Tercatat bahwa ada 1 (satu) kelompok Sanggar Seni bernama Sanggar Wierana
pimpinan bapa Ois Rehatta yang dibentuk secara mandiri (bukan oleh pihak gereja atau pihak pemerintah negeri). Namun sanggar tersebut bersedia melayani kebutuhan acara atau ibadah jika diperlukan.
6.4. Pastori (rumah pendeta) sebanyak 3 buah;
6.5. Gedung Sentra pembinaan anak” bernama “Talenta”; 6.6. Mobil dan motor jemaat, masing-masing 1 buah;
6.7. Pohon Cengkeh, yang disebut dengan istilah “Cengkeh Salib”, yakni sejumlah pohon Cengkeh yang diberikan oleh masing-masing dusun kepada gereja.
(7) Komunitas Jemaat / denominasi gereja lainnya (di lingkup petuanan negeri Soya)
7.1. GPM : Ada 5 jemaat GPM lainnya (Pniel Batugajah di Batubulan, Bethabara dan Ebenhaezer di Jembatan Air Kakisetan, Petra di Kopertis, Bukit Kasih Polri Kayuputih);
7.2. Katolik : 1 gereja, di Kayutiga; 7.3. Pentakosta : Tidak ada.
(8) Data Para Pendeta yang pernah mengemban tugas di jemaat GPM Soya hingga tahun 2018, antara lain sebagai berikut:11 1. DS. T. J. Sopacua (1876); 2. DS. Maitimu; 3. DS. Siahaya, 4. DS. J. Hitijahubessy; 5. DS. Corputty; 6. DS. Tahya; 7. DS. M. Haaulussy (1927); 8. DS. F. Haulussy; 9. DS. Tutupary; 10. DS. Siahainenia; 11. DS. M. Rajawane; 12. DS. M. Alfons; 13. DS. F. Alfons;
11 Sumber: https://gpmsoya.blogspot.co.id/p/selayan.htmlDiunduh tanggal 7 Maret
14. Pendeta J. B. Siahaya; 15. Pendeta Nn. Kipuw, Sm. Th.; 16. Pendeta K. Pattinama, Sm.Th.;
17. Pendeta F. Holle, Sm.Th. (1978-Ketua Majelis Jemaat); 18. Pendeta J. Pelapory, Sm.Th.( 1982-Ketua Majelis Jemaat); 19. Pendeta Nn. Rumailaselan, Sm.Th.
(1984-Pendeta Jemaat);
20. Pendeta J. Istia, Sm.Th. (1985-Ketua Majelis Jemaat); 21. Pendeta A. Latuihamallo, Sm.Th.
(1993-Ketua Majelis Jemaat); 22. Pendeta Ny. F. Tutuhatunewa, Sm.Th
(1992-Pendeta Jemaat); 23. Pendeta L. J. Wattimury, Sm.Th.
(1995-Ketua Majelis Jemaat); 24. Pendeta J. Hutubessy, Sm.Th.
(2002-Ketua Majelis Jemaat); 25. Pendeta Ny. J. Marantika, Sm.Th.
(2004-Ketua Majelis Jemaat);
26. Pendeta F Wayabula, STh. (2005-Pendeta Jemaat); 27. Pendeta F. Leassa, Sm.Th. (2009-Pendeta Jemaat); 28. Pendeta , F. Huwae, STh. (2010-Pendeta Jemaat); 29. Pendeta P. A. Kempa, STh.
(2012-Ketua Majelis jemaat saat ini); 30. Pendeta Ny. B. Bakarbessy, STh.
(2013-Pendeta Jemaat) dan
Lampiran 10:
Prosiding Rapat Saniri Besar12
(1) Pembukaan oleh bapa Raja Soya, dengan memukul palu sebanyak 3x. Sebelumnya bapa raja menyampaikan salam (“...Selamat Siang.... dan... Syalom”). Ajakan untuk mewujudkan sikap saling percaya (trust), dan maksud utama dari agenda Rapat Saniri Besar Soya.
(2) Pasawari yang diawali dengan tiupan tahuri sebanyak 3x oleh marinyo. Selanjutnya diikuti dengan ucapan dari Pemuka Adat (opa Huwae) yang intinya: Syukur dan Mohon Penyertaan Tuhan Allah di dalam anakNya Yesus Kristus yang telah menjadi Tuhan atas semuanya, untuk menyertai seluruh pimpinan dan masyarakat tanpa takut atau kecewa.
(3) Doa oleh Pendeta Pieter Kempa (Ketua Majelis Jemaat GPM Soya).
(4) Pembacaan Tata-Tertib oleh Sekretaris Negeri.
(5) Laporan Pertanggungjawaban tentang kegiatan selama setahun (2017) yang disampaikan secara lisan oleh bapa raja, yang a.l. :
(a) Terima kasih dan mohon dukungan terhadap kepemimpinan beliau di masabakti yang baru (2017-2023), yakni periode yang ketiga, yang baru dilantik pada tanggal 21 November 2017.
(b) Ajakan kerja keras semua elemen negeri demi kemajuan bersama.
(c) Informasi tentang Dana Desa (1,6 milyar) pun disampaikan bapa raja dan sekaligus meminta warga untuk turut mengawal realisasi anggaran dimaksud. Kalimat yang diucapkan oleh bapa raja, a.l.: “....Satu sen belah dua pun kami belum pernah melihat kepeng tersebut.... Jadi mari katong sama-sama kawal soal keuangan ini...!”
12Prosiding tersebut dikerjakan oleh penulis ketika turut diijinkan oleh bapa raja
(Terjemahan: “Satu rupiah pun kami belum pernah melihat uang tersebut..., jadi mari kita bersama mengawal keuangan desa tersebut!”).
Seusai penyampaian laporan tahunan tersebut, tidak ada dialog atau pembahasan terbuka, karena tanya-jawab akan disediakan waktunya tersendiri. Selanjutnya agenda berikutnya dilanjutkan.
(6) Pembacaan dan Pembahasan Surat-Surat Masuk.
Kebetulan yang masuk hanya 1 surat dan permasalahan yang disampaikan merupakan persoalan internal keluarga, maka penyelesaiannya oleh raja dikembalikan kepada forum keluarga yang bersangkutan.
Dalam kesempatan ini pula, raja mempersilakan peserta Rapat untuk memberikan tanggapan dan masukan terhadap Laporan Pertanggungjawaban Tahunan. Sebab menurut ingatan raja, selama memimpin 12 tahun lebih banyak kritik daripada masukan warga bagi pembangunan negeri.
Tercatat ada 2 peserta yang memberikan tanggapan dan masukan, yang intinya:
(a) Apresiasi terhadap pemerintah negeri Soya dalam perannya selama ini. Ada ungkapan yang dipakai, “katong pung raja ini sudah tua, tapi his brain is forever young!”
(b) Usulan agar Laporan dapat digandakan dan di-share bagi seluruh warga sehingga usulan dan masukan bisa lebih banyak diperoleh
(c) Mengingat Soya sudah menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata), maka dalam Rapat Saniri Besar tahun berikutnya, diharapkan semua unsur pimpinan (Saniri Negeri) dapat menggunakan busana adati.
Tanggapan raja intinya:
(a) Menyampaikan terima kasih untuk apresiasi dan masukkannya
(b) Mengharapkan partisipasi dan dukungan seluruh elemen di Soya demi pengembangan Soya ke depan
yang lebih baik. Bila perlu ~tantangan raja~ ada orang Soya yang diperjuangkan untuk menjadi wakil rakyat (anggota Dewan) sehingga “Soya punya suara bisa didengar oleh Pemerintah....”
(c) Terkait dengan keuangan desa dan penggunaannya, raja menjamin tidak ada penyimpangan sedikitpun. Dan untuk transparansinya dapat dilihat pada papan-papan publikasi-informasi yang sudah disediakan secara langsung dan terbuka di beberapa lokasi publik di Soya. Menurut raja, semua realisasi keuangan desa diperuntukkan bagi pembangunan negeri dan pemberdayaan warga mayarakat.
--- Raja Menskorsing Rapat untuk Makan Siang ---13 --- Usai makan Siang, Raja mencabut Skorsing dan
melanjutkan agenda berikutnya ---
(7) Soal Keliling: Tercatat ada 11 orang yang berbicara dengan inti pembicaraannya a.l:
(a) Apresiasi terhadap kesediaan bapa Rido Rehatta untuk menjadi raja Soya untuk ketiga kalinya dan sekaligus pula ~oleh mantan Sekretaris Negeri Soya~ apresiasi terhadap mekanisme Rapat Saniri Besar yang sekarang ini nuansanya agak berbeda dari yang sebelumnya. Menurutnya sekarang ini sifat rapat lebih terbuka dan demokratis serta ada ruang untuk dialog antara pemimpin dan warga.14
13 Bagi raja, saniri dan tamu yang dihormati (temasuk penulis) disediakan tempat
makan di rumah raja, sedangkan peserta lainnya (masyarakat) makan di rumahnya masing-masing.
14 Pernyataan ini bila dilihat dari sumber referensi lainnya, ternyata nuansa
demokratis dalam forum Rapat Saniri Besar bukanlah sesuatu yang baru. Artinya sejak lama nuansa keterbukaan itu sudah ada, walaupun tentu nuansa kontemporer tampaknya lebih “vulgar” dalam menyampaikan tanggapan dan kritik dibandingkan dengan beberapa tahun yang lampau. Lihat Likumahwa, Analisa....,130.
(b) Tentang mata-rumah raja (parintah) untuk dilihat secara baik lagi dalam rangka mengantisipasi pewarisan kepemimpinan ke depan.
(c) Ajakan kritis dan tegas untuk bersama-sama:
(i) Membangun Soya agar lebih baik lagi dengan mengharapkan agar “orang-orang pintar yang datang ke Soya, jangan biking Rusak Soya!”;
(ii) Acara adat diharapkan dapat berlangsung dengan baik dan kebersamaan sangat penting guna menyukseskan agenda CN demi promosi pariwisata. Ucapan menggugah, “Stop bicara bangun pariwisata di Soya, kalau untuk kerja bakti saja, tidak ada yang keluar untuk kerja !”
(iii) Melihat batas tanah / petuanan (negeri) dengan tetanaman yang dimiliki, yang rawan rusak karena tidak dipedulikan lagi (a.l. Tanaman Damar, Cengkeh, Cempedak), tapi juga batas petuanan yang tampaknya mulai dirongrong oleh pihak lain yang berdiam di wilayah tapal batas negeri Soya).
(iv) Mempedulikan pendidikan dan pembinaan terhadap generasi muda Soya sehingga dapat turut melestarikan potensi negeri
(v) Mewujudkan spirit kebersamaan, terkhusus di kalangan Saniri Negeri. Terungkap bahasa yang dipakai, “Stop lihat keluarga Saniri saja, dan jangan bergosip !”
(d) Beberapa usulan, a.l.:
(i) Penggunaan simbol budaya (tifa) di lingkup kegiatan gerejawi (ibadah).
(ii) Usulan untuk pengadaan bendera adat (“Bendera Tana”) yang baru karena yang lama telah kusam. (iii) Pengadaan iuran negeri bagi seluruh warga agar
ada pendapatan tetap
(iv) Perlu melibatkan Batu-Merah (Negeri Islam) dalam agenda budaya Soya karena tercatat perwakilan
dari negeri tersebut sudah dua kali menghadiri acara Pelantikan raja Soya.
(v) Penting untuk dilakukan sosialisasi busana adati di acara Makan Patita dan acara-acara budaya lainnya sehingga terkesan baik.
Selanjutnya tanggapan Raja dan Saniri terhadap pokok pembicaraan di agenda Keliling, a.l.:
(1) Dari Raja:
(a) Berterima kasih untuk apresiasinya, dan mengharapkan dukungan yang positip dan sungguh-sungguh demi kebaikan bersama.
(b) Semua usul-saran akan diperhatikan.
(c) Terkait dengan soal mata-rumah parintah, raja menegaskan dengan kata-kata, “....jangan coba-coba ada yang merusak tatanan adat !”
(2) Dari Kepala Adat:
Memang di Soya ada 4 matarumah parintah, namun perlu dilihat dengan baik supaya jangan ada masalah di kemudian hari.
(3) Dari Kepala Kewang (Penjaga Hutan):
Berkaitan dengan masalah batas tanah, petuanan dan potensi hutan/tetanaman Soya, pihak Kepala Kewang berharap ada dukungan dari semua unsur. Menurutnya, pernah diupayakan pelibatan kelompok pemuda untuk membantu menjaga dan melestarikan hutan dan petuanan Soya yang cukup luas itu. Bahkan tercatat pernah ada 40 orang (pemuda) anak Kewang yang menjadi anggotanya. Sehubungan dengan usulan peserta (warga) pada intinya Kepala Kewang siap merealisasikannya namun diharapkan pula hal tersebut dapat menjadi perhatian bersama. Misalnya ada kontribusi sukarela untuk menopang biaya operasional Kewang dan anak kewang.
(8) Pembahasan Persiapan Acara Adat Cuci Negeri tahun 2017 (a) Raja meminta perhatian semua pihak untuk menyukseskan
agenda adat CN tahun 2017, yang dananya diambil dari Dana Pendapatan Negeri (Bukan ADD atau Dana Desa). (b) Ketua Adat mengingatkan jadwal yang telah ditetapkan,
sebagai berikut:
(i) Minggu, tanggal 3 Des 2017, jam 15.30 = Berkumpul di rumah raja.15
(ii) Selasa, tanggal 5 Des 2017 (jam disesuaikan) = Tabaos adat oleh Marinyo
(iii) Rabu, tanggal 6 Des 2017, jam 10.00 = Pica Negeri dilanjutkan dengan Pembersihan Negeri.
(iv) Kamis, tanggal 7 Des 2017= Tahapan sesuai kebiasaan
(v) Jumat, tanggal 8 Des 2017= CN yang diakhiri dengan Pesta Negeri
(vi) Sabtu, tanggal 9 Des 2017= Cuci Air (Pembersihan Mata air).
Mengingat agenda CN sudah rutin dan diketahui bersama maka penulis mencatat tidak ada lagi agenda pembahasan atau dialog terkait dengan persiapan pelaksanaan CN tersebut. Di kesempatan lain, ada pula Rapat Saniri Besar yang mengagendakan “Pelelangan hasil kebun oleh Pemerintah Negeri”.16 Namun agenda tersebut kondisional sifatnya.
Artinya disesuaikan dengan maksud dan kebutuhan material dari pelelangan itu sendiri. Sehingga bila tidak ada lagi tambahan agenda, maka rapat diakhiri dengan penutup.
15 Bapak Rido Rehatta (raja Soya sekarang) memiliki 2 buah rumah, yakni rumah
resmi atau yang sering disebut sebagai rumah tua (warisan raja) yang terletak di bagian atas dan rumah pribadi yang terletak di wilayah Kayu Putih (masih masuk dalam batas wilayah negeri Soya namun terletak di bagian bawah, kurang lebih berjarak 2 Km). Untuk acara-acara adati rumah yang digunakan adalah rumah tua tersebut.
(9) Penutup:
Raja menyampaikan terima kasih dan menutup rapat tepat jam 16.15, dan selanjutnya Doa Penutup oleh Ketua Adat (bapak Thomy Tamtelahittu) dengan narasi doa yang umum bagi seorang kristiani, a.l.: Ucapan terima kasih kepada Tuhan dan mengakhirinya dengan kata-kata“...Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa, Amin.”