• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN BURUNG KAWASAN HUTAN NDALIR DI TAMAN NASIONAL WASUR (Birds Diversity Forest Ndalir In Wasur National Park)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKARAGAMAN BURUNG KAWASAN HUTAN NDALIR DI TAMAN NASIONAL WASUR (Birds Diversity Forest Ndalir In Wasur National Park)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN BURUNG KAWASAN HUTAN NDALIR

DI TAMAN NASIONAL WASUR

(Birds Diversity Forest Ndalir In Wasur National Park)

Hadi Warsito dan Titiek Setyawati

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari Jl. Inamberi, Susweni Po. Box. 159 Manokwari 98131, Papua Barat

Telp. (0986) 213440 Fax. (0986) 213441; 213437; website : www.balithutmanokwari.com. email: warsito08@gmail.com; ; titiek29@yahoo.com

Abstrak

Taman Nasional Wasur adalah salah satu kawasan konservasi yang perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya. Baik flora dan fauna di dalamnya merupakan aset bagi negara dari bidang konservasi jenis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan pengelompokan jenis pakan burung di beberapa tipe hutan di kawasan hutan Seksi Ndalir. Dengan menggunakan metode Timed Count Species (TSCs) ditemukan sedikitnya 63 jenis dari 32 famili di daerah tersebut. Dari lokasi pengamatan hutan monson ditemukan 21 jenis, hutan pantai 17 jenis, hutan, melalueca 10 jenis dan 15 jenis pada ketiga tipe hutan tersebut. Dari kelompok jenis pemakan diketahui Carnivora 34 (54%) merupakan jenis burung dalam kelompok pemakan serangga, av/vertebrata, artropoda, ikan dan beberapa hewan kecil lainnya, kelompok Herbivora pemakan buah dan nektar 11 (17%), sedangkan kelompok Omnivora pemakan serangga, nektar dan buah 13 (21%). Sementara itu kelompok Insektivora pemakan serangga sebanyak 5 (8%)

Kata kunci: keanekaragaman burung, komposisi jenis, tipe habitat, Ndalir Wasur.

Pendahuluan

Kawasan konservasi adalah suatu unit kesatuan ekologi sangat penting sebagai upaya pelestarian fungsi-fungsi ekologis dan penjaga keseimbangan alam. Penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi merupakan salah satu cara untuk dapat menjamin agar sumberdaya alam dapat dilestarikan dalam memenuhi kebutuhan umat manusia dan mahluk hidup lainnya sekarang dan dimasa yang akan datang. Konsep pelestarian yang modern adalah pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya bumi secara bijaksana bukan hanya sekedar melindungi yang menutup peluang pemanfaatan (MacKinnon et al., 2005). Konsep kawasan konservasi di Indonesia saat ini mengacu pada UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang membagi kawasan konservasi menjadi dua yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Taman Nasional termasuk dalam KPA dan termasuk kawasan

(2)

konservasi terpenting yang dikelola dalam bentuk zonasi dan diharapkan dapat memberikan jalan tengah dalam pengelolaan kawasan yaitu guna tujuan perlindungan dan pemanfaatan.

Secara geografis Taman Nasional Wasur (TNW) terletak pada 8o04’ – 9o07’ LS dan 140o29’ – 141o00’ BT. Luas kawasan TNW sesuai dengan SK Menhut No. 282/Kpts-VI/1997 adalah sebesar 413.810 Ha. Secara umum kawasan TNW dibagi menjadi dua daerah geografis yaitu dataran pantai dan dataran berbukit yang bergelombang (plato), terbentang mulai dari pantai laut Arafuru ke arah utara melalui dataran pantai yang rata dana perlahan-lahan bergelombang (kemiringan lahan kurang dari 12o), serta dataran rata yang terpotong oleh plato yang bergelombang di bagian utara kawasan dengan titik tertinggi 90 meter diatas permukaan laut yaitu terdapat di daerah Waam.

Seksi Ndalir adalah salah satu dari 3 unit Seksi yang ada di TN. Wasur yang terletak sebelah timur kota Merauke. Wilayah kerja dari seksi ini, hingga pada daerah perbatasan wilayah Papua dengan Papua Nugini. Kawasan di seksi ini secara umum dapat dibagi dalam kelompok hutan yang beragam, antara lain hutan pantai mangrove, melalueca dan hutan monson (dek). Data dan informasi keberadaan burung di hutan tersebut masih sangat minim. Padahal burung merupakan indikator perubahan lingkungan yang dapat diandalkan (Primack et al., 2007). Sehingga adanya data dan informasi yang terhimpun diharapkan menjadi bahan masukan dan rujukan dalam pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan dan lestari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung dan pengelompokan feeding

guilds pada tipe hutan di Seksi Ndalir TN. Wasur.

Metode

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilakukan pada tanggal 15-28 Juli 2013 yang berlokasi di kawasan hutan Seksi II Ndalir, Taman Nasional Wasur. Merauke.

(3)

Gambar 1. Lokasi penelitian (research location)

Bahan dan Alat Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan kegiatan pengamatan seperti: Binocular Taxon 18x35, GPS Garmin 76CSx, peta 1:50.000 Km., alat tulis menulis dan kamera sebagai alat dokumentasi.

Metode

Pengamatan keanekaragaman burung di kawasan ini dengan menggunakan metode Timed Count Species (TSCs) (Bibby et al., 2000), dimana mencatat semua jenis yang dijumpai di lokasi pengamatan dengan interval waktu selama 20 menit pertama. Dan pada 20 menit berikutnya mencatat semua jenis yang baru ditemukan dan seterusnya, sehingga akan diperoleh akumulasi jenis burung yang dilakukan di lokasi pengamatan. Pengamatan dilakukan pada keterwakilan kawasan pantai, melalueca dan monson di Seksi II Ndalir. Observasi lapang terlebih dahulu dilakukan dan sekaligus mendata keragaman jenis burung yang ditemukan.

Data yang diperoleh di analisis dengan menggambarkan persentase komposisi jenis dan kurva akumulasi spesies. Data yang terhimpun dikelompokan dalam beberapa kategori seperti: kehadiran di habitat, kelompok jenis dan jenis yang dimakan/ feeding

guilds. Sementara untuk mengetahui status perlindungan dilakukan dengan telaah

pustaka dengan mengacu beberapa literatur yang ada seperti: Burung-burung Terancam Punah di Indonesia dan Jenis-jenis hayati yang dilindungi Perundang-Undangan Indonesia (Noerdjito & Ibnu M., 2007). Sedangkan untuk identifikasi burung menggunakan Panduan Lapangan Burung-Burung di Kawasan Wallace (Coates &

(4)

Bishop, 1997) dan buku Panduan Lapangan Burung-burung di Kawasan Papua (Beehler

et al., 2001).

I. Hasil dan Pembahasan Keragaman Jenis Burung

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini keragaman burung dikawasan Ndalir, dimana sejak tahun 1999 BTN Wasur tidak lagi melakukan pendataan mengenai keragaman burung di kawasan ini. Kegiatan penelitian yang dilakukan di kawasan hutan Seksi II Ndalir selama 13 (tigabelas) hari efektif pengamatan, telah mendapatkan data dan informasi keanekaragaman burung. Penemuan jenis burung ini merupakan hasil pengamatan di beberapa daerah pengamatan, yaitu: hutan pantai, melalueca (bush) dan monson (dek). Dimana telah ditemukan sedikitnya 63 jenis burung dari 32 famili yang berada di kawasan tersebut (Lampiran 1.). Penemuan jenis ini tergolong sedikit bila dibandingkan penemuan jenis yang dilaporkan Purba (1999) terdapat sedikitnya 419 spesies, dan TN Wasur (1999) mengidentifikasi 403 spesies (74 jenis endemik, 114 jenis dilindungi). Hasil yang dilaporkan tersebut merupakan pengamatan di seluruh kawasan TN Wasur dan dengan waktu pengamatan lebih dari setahun untuk mengetahui keberadaan dan jenis burung di kawasan tersebut. Sedangkan Gunawan (2002) melaporkan 68 jenis burung dari 29 famili yang ditemukan di daerah mangrove Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Sementara itu, pada kawasan yang sama diketahui 30 famili burung yang terdiri dari 76 jenis terdapat di hutan mangrove Lonoluwu (Gunawan dan Anwar, 2004). Perbedaan jumlah penemuan jenis burung di kawasan tersebut kemungkian disebabkan waktu pengamatan, kondisi lokasi dan kondisi pengamat dalam melakukan penelitian.

Berdasarkan hasil pengamatan burung di kawasan seksi Ndalir, ditemukan sedikitnya 17 jenis burung di pantai, melalueca 10 jenis dan monson 21 jenis burung. Sementara itu, diketahui terdapat 15 jenis burung yang tercatat di habitat ketiganya yaitu: pantai/melalueca dan monson. Komposisi jenis burung yang ditemukan di beberapa habitat dapat ditampilkan pada Gambar 2.:

(5)

Gambar 2. Komposisi jenis burung yang ditemukan pada tipe hutan

(Composition bids spesies on type forest)

Pada kawasan melalueca dan monson tercatat 10 jenis burung di kawasan tersebut (Lampiran 1.), dimana beberapa jenis dijumpai di keduanya merupakan kelompok dari famili Alcedinidae, Myiagridae dan Sturnidae. Halcyon macleayi dan

Dacelo gaudichaud adalah salah satu jenis dari famili Alcendinidae dan Aplonis cantoroides dari famili Sturnidae merupakan kelompok satwa burung yang menyukai

habitat yang terbuka untuk mendapat makannya berupa serangga (insektivora) maupun beberapa jenis buah yang berukuran kecil. Jenis dari kelompok tersebut merupakan jenis burung yang menyukai daerah terbuka dalam mencari makan dan beraktifitas lainnya (Beehler et al., 2001; Stefan et al., 2008 ). Lambert & Collar (2002) kelompok spesies sikatan Rhinomyas dan Ficedula yang merupakan kerabat Myiagridae di pengaruhi secara negatif oleh kegiatan penebangan dan/atau fragmentasi hutan, meskipun ada salah satu diantanya yaitu Kehicap Ranting (Hypothymis azuareai) meningkat secara nyata setelah pembukaan lahan (Hussin, 1994). Sedangkan pada Monson penemuan jenis burung relatif lebih tinggi, hal ini kemungkinan adanya faktor pendukung yang mempengaruhi keberadaan burung didaerah tersebut seperti; ketersedianan pakan, jauh dari gangguan dan aman untuk tempat berkembang biak.

Burung merupakan jenis satwa yang dapat dijadikan indikator kualitas dalam suatu habitat berdasarkan keragaman jenis yang ditemukan (Schultze et al., 2004; Walter et al., 2004). Keragaman dan keberadaan jenis burung yang ditemukan relatif sedikit atau kurang dalam suatu kawasan, dapat menandakan/ditengarai bahwa habitat yang ada telah terdegradasi atau terfragmentasi. Reed (1999) bahwa tingkah laku yang

(6)

menyebar terbatas atau jarak penyebarannya pendek akan berefek pada penurunan hubungan antara habitat terfragmentasi. Pada kondisi tersebut, spesies akan terikat dengan habitat yang terbatas, tidak mampu bertahan mendapatkan habitat baru, dan bila terjadi perubahan kualitas habitat maka spesies akan mati. Sedangkan bila suatu kawasan hutan yang habitatnya masih utuh atau tidak terganggu oleh aktifitas manusia yang dapat merusak, mempunyai kecenderungan lebih tinggi keragaman jenis satwa yang berada dalam kawasan tersebut. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sudjatnika et al. (1995) serta Shannaz et al. (1995) yang mengemukakan bahwa burung dengan penyebaran sempit akan mengalami ancaman yang relatif besar dengan menurunnya kualitas dan kuantitas habitat.

Sementara itu dari ketiga daerah pengamatan yang dilakukan, secara sederhana dapat digambarkan kurva akumulasi jenis burung di daerah tersebut yang disajikan pada Gambar 3. sebagai berikut:

0 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 6 7 Hari pengamatan J u m la h j e n is pantai melalueca monson

Gambar 3. Kurva akumulasi jenis burung di lokasi pengamatan. Seksi II Ndalir.

Taman Nasional Wasur. Merauke ((Accumulation of bird species

during observation Ndalir II Secsion Wasur National Park Merauke)

Pada Gambar 3. nampak bahwa hari pengamatan di pantai lebih panjang dibandingkan lokasi pengamat lainnya. Hal ini disebabkan, pondok kerja/camp terletak di sekitar pesisir pantai. Sehingga mudah dalam melakukan pengamatan, baik pagi maupun sore hari. Ini berbeda dari waktu pengamatan yang dilakukan di hutan monson. Karena keterbatasan tenaga pengamat dan waktu kegiatan, dimana lokasi tersebut jauh dari pondok kerja/pengamatan dan aksebilitas untuk masuk lokasi tersebut cukup sulit,

(7)

sehingga pengamatan dilakukan hanya beberapa hari saja. Meskipun terdapat kemungkinan masih ditemukan penambahan jenis burung di daerah tersebut. Sedangkan pada pengamatan di hutan melalueca dilakukan selama 4 (empat) hari pengamatan. Hal ini disebabkan akses untuk menuju hutan tersebut masih dapat dijangkau hanya dengan bantuan kendaraan roda 2 (dua). Waktu pengamatan di hutan melalueca tidak dilanjutkan pada hari (kelima) berikutnya disebabkan tidak ditemukan lagi penambahan jenis burung di daerah tersebut, sehingga pengamatan di akhiri pada hari tersebut.

Habitat dan Komposisi Pakan

Hutan monson atau dek adalah hutan yang umumnya berada pada daerah yang tidak pernah tergenang air atau hutan yang berada pada daerah yang bertanah tinggi. Beberapa jenis vegetasi yang terdapat di kawasan monson adalah: Decaspermum

fructicosum Forst, Neuburgia sp., Ixora sp, Phaleria macrocarpa Scheff., Acacia mangium Willd, Dillenia indica L, dan Ficus sp., Acacia auriculiformis Benth, Vitex pinnata Linn, Syzygium sp, Buchanania macrocarpa Merr dan Xanthomyrtus sp.

Hutan pantai (Littoral Forest) merupakan hutan yang tumbuh di sepanjang pantai laut berpasir dengan tanah kering, tidak pernah tergenang air dan tidak lebar tetapi justru memanjang. Keadaan hutan ini telah menyesuaikan diri dengan situasi tempat tumbuh yang kering, tidak terdapat air tawar secara terus menerus dan air hujan (Arief, 2003). Hutan pantai pada seksi Ndalir terdapat pada sepanjang pesisir pantai. Kondisi hutan tersebut tidak terlalu luas karena umumnya berbatasan langsung dengan lokasi pemukiman masyarakat dan keadaan hutan pantai di lokasi ini telah banyak mengalami kerusakan yang disebabkan oleh adanya abrasi air laur. Vegetasi pada hutan pantai seksi Ndalir diketahui sedikitnya 5 (lima) jenis yang dominan pada kawasan tersebut, jenis tersebut adalah Exocaria agallocha Linn., Premna corymbosa Burm.f.,

Terminalia catappa Linn., Pongamia pinnata L. dan Thespesia populnea Correa.

Hutan Melaleuca adalah hutan yang terdapat pada daerah yang sering tergenang air pada musim hujan. Tipe hutan ini umumnya banyak ditumbuhi oleh vegetasi

Melaleuca spp. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada hutan dominan melaleuca adalah

sebagai berikut; Melaleuca cajuputi Powell., Laphostemon sp., Terminalia sp.,

Alpitonia macrocarpa Mansf., Trichospermum sp., Decaspermum fruticosum J.R.

(8)

Berdasarkan Gambar 2., penemuan jenis burung di monson lebih tinggi dan beragam dibandingkan kawasan lainnya. Kondisi hutan monson (dek) merupakan hutan primer yang masih lebat dan rapat vegetasinya yang kemungkinan membuat burung merasa lebih nyaman akan kondisi lingkungannya. Hutan primer pada umumnya merupakan tipe habitat yang mendukung lebih banyak bentuk kehidupan (Schultz et al., 2004; Primack et al., 2007; Indriyanto, 2006). Pada hutan ini (monson), penemuan jenis burung (Lampiran 1.) umumnya merupakan dari jenis burung teristerial yang relatif lebih beragam dibandingkan jenis burung pantai. Selain itu, adanya vegetasi yang rapat dan ketersediaan pakan bagi burung yang cukup melimpah menjadikan kawasan tersebut menjadi habitat ideal bagi burung teristerial.

Penemuan jenis burung di kawasan melalueca sangat rendah, hal ini kemungkinan disebabkan karena kondisi hutan melalueca bukan habitat yang ideal bagi beberapa jenis burung. Jenis tanaman melalueca merupakan jenis invasif dan tidak menghasilkan buah yang tumbuh di daerah tersebut, sehingga ketersedian berupa pakan buah alami bagi burung tidak diperoleh. Hal ini yang kemungkinan menyulitkan bagi beberapa jenis burung lainnya untuk mencari makan. Namun ketersediaan pakan berupa insekta relatif lebih mudah. Sehingga pada penemuan jenis burung pemakan insektivora relatif banyak dijumpai pada hutan ini (Lampiran 2.).

Ketersedian pakan di suatu habitat berpengaruh pada kehadiran satwa di daerah tersebut (Guevera, 1986; Hietz-Seifert et al., 1996; Primack et al., 2007). Jenis burung yang ditemukan di hutan Monson diketahui sebagian besar adalah dari jenis pemakan buah, nektar dan seranga lainnya. Sedangkan pada penemuan jenis burung di pantai yang pada umumnya dari kelompok pemakan vertebrata kecil, artropoda dan kadal.

Dari hasil komposisi jenis berdasarkan kelompok jenis makanannya (feeding

guild) ditampilkan pada Gambar 4.

Serangga; 5; 8% Buah/nektar; 11; 17% Ve/Invertebrata,ikan, artropoda; 34; 54% Serangga/nektar/buah ; 13; 21%

Gambar 4. Kelompok pakan jenis burung di Seksi II Ndalir (Fiding guild bird spesies

(9)

Berdasarkan kelompok jenis makanannya (Lampiran 1.), diketahui 34 jenis atau 54% dikelompokan dalam Carnivora (serangga, ikan, av/invetebrata, crustacea, artropoda dan kadal), Omnivora 13 jenis atau 21% (buah, kadal dan serangga), Herbivora 17% (buah) dan tercatat 8% dari kelompok hanya pemakan serangga. Gunawan et al. (2005) mencatat 30 jenis burung yang ditemukan di Wanariset Malili dikelompokan berdasarkan jenis pakan, diketahui 35% merupakan kelompok herbivora dan 24% dalam kelompok pemakan serangga. Adanya perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan karena kondisi hutan Wanariset Malili pada sebagian kawasannya telah menjadi habitat buatan dimana didalamnya perkebunan rakyat. Sementara kawasan hutan Ndalir lebih cenderung pada kawasan perairan, dimana jenis burung yang sebagian kehidupan atau seluruhnya tergantung pada perairan sangat mendominasi kawasan tersebut.

Diketahui famili Alcidinidae dari jenis raja udang yang termasuk dalam kelompok carnivora, jenis ini banyak di jumpai di kawasan hutan mangrove dan merupakan penghuni tetap kawasan tersebut. Beehler (2001), banyak jenis dari kelompok famili Alcidinidae di pulau Papua, hidup di hutan dan savana dan memakan artropoda, jenis-jenis kadal dan katak kecil, beberapa lainnya memangsa burung dan mamalia kecil. Sedangkan pada jenis burung yang dikelompokkan dalam herbivora diketahui dari famili Psittacidae dan Columbidae. Famili Psittacidae dari jenis Cacatua

galerita dan Psittaculilostris desmarestii merupakan jenis yang dapat di jumpai di hutan

mangrove maupun di kawasan hutan lainnya. Watling (1983); Coates and Bishop (1997), mengatakan di Sulawesi, burung Kakatua jambul kuning merupakan burung yang hidup di hutan primer dan sekunder yang tinggi di dataran rendah, perbukitan dan pinggiran hutan, di antara perdu dan lahan pertanian. White & Bruce (1986), MacKinnon & Phillipps (1993), Jones et al. In prep. dalam Shannaz et al. (1995) melaporkan, di Sulawesi ditemukan di habitat berhutan di dataran rendah sampai pada ketinggian 500 m dan di Nusa Tenggara sampai pada ketinggian 800 m, kadang-kadang 1.200 m. Sementara itu, Beehler et al. (2001) mengemukakan jenis kakatua dapat dijumpai sendirian, dalam kelompok kecil (lek) di hutan, tepi hutan dan lahan yang ditumbuhi pepohonan. Sedangkan pada famili Columbidae dari jenis D. bicolor dan D.

pristrinaria merupakan kelompok burung yang menyinggahi kawasan pulau-pulau

(10)

pengelompokan berdasarkan status burung (Lampiran 2.) yang ditemukan di kawasan hutan mangrove selama pengamatan yang mengacu telaah pustaka (Noerdjito. M & Ibnu M., 2007., Shannaz et al., 1995. dan Beehler et al., 2001 ), diketahui terdapat 12 (35,29%) jenis burung yang termasuk kedalam status endemik Papua dan 13 jenis burung yag mendapatkan perlindungan berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Kawasan hutan seksi Ndalir diketahui sebanyak 63 jenis dari 32 famili burung yang ditemukan di kawasan tersebut. Penemuan jenis burung di hutan Ndalir yang terbagi dalam seksi pengamatan, di ketahui hutan Pantai 17 jenis burung, Monson 21 jenis burung, Melalueca 10 jenis burung dan ketiganya (Pantai, Monson, Melalueca ) diperoleh sebanyak 15 jenis burung. Berdasarkan kelompok jenis pemakan terbagi dalam Carnivora 34 (54%) merupakan jenis burung dalam kelompok pemakan serangga, av/vertebrata, artropoda, ikan dan beberapa hewan kecil lainnya, kelompok Herbivora pemakan buah dan nektar 11 (17%), sedangkan kelompok Omnivora pemakan serangga, nektar dan buah 13 (21%). Sementara itu kelompok Insektivora pemakan serangga sebanyak 5 (8%).

Saran

Perlunya pengawasan secara menyeluruh di kawasan hutan Ndalir, hal ini disebabkan karakteristik yang dimiliki hutan ini cukup beragam (pantai, Monson dan melalueca), demikian pula kawasan ini merupakan akses penghubung antara kota Merauke dengan daerah perbatasan Papua New Guinia (PNG). Selain itu perlu dilakukan inventarisasi satwa burung secara berkala untuk mengetahui tren (naik-turunnya) jenis burung dikawasan Ndalir, dimana berkaitan adanya burung migran yang datang dari benua lain (Australia) di pesisir pantai Ndalir.

Daftar Pustaka

Arief, A. 2003. Hutan dan Kehutanan.. Yogyakarta. Penerbit Kanisius

Balai Taman Nasional Wasur. 1999. Rencana pengelolaan Taman Nasional Wasur. Buku II. Balai Taman Nasional Wasur – WWF. Merauke.

Beehler, T.K. Pratt dan. D.A. Zimwerman. 2001. Panduan lapangan burung-burung di

(11)

Bibby., C. M. Jones and Stuart Marsden. 2000. Teknik-teknik ekspedisi lapangan.

survey burung. BirdLife International Programme.

Coates, B.J. dan K.D. Bishop. 1997. Panduan lapangan burung-burung di Kawasan

Wallacea. Bird Life International-Indonesia Programme and Dove Publication.

Guevera, S. S. 1986. Plant spesies availability and regeneration in Mexican tropical

rain forest. Acta Universitatis Upsaliensis, Comprehensive Summaries if

Uppsala Dissertations for the Faculty of Science 48.

Gunawan, H. 2002. Peranan hutan mangove sebagai habitat satwaliar di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Buletin Penelitian

Kehutanan 8 (2) : 17-35.

Gunawan, H. dan C. Anwar. 2004. Keanekaragaman jenis burung mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Hutan

dan Konservasi Alam I (3) : 294-308.

Gunawan, H., I.A.S.L.P. Putri dan M. Qiptiyah. 2005. Keanekaragaman jenis burung di Wanariset Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian

Hutan dan Konservasi Alam Vol II No. 3 Tahun 2005; 241-250. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Hussin, Bin. M. Z. 1994. Ecologial effec of selective logging in lowland dipterocarp

forest on avifauna, with special reference to frugivorous birds. Thesis tidak

diterbitkan. University Kebangsaan, Kuala Lumpur. Malaysia.

Hietz-Seifert, U., P. Hietz dan S. Guvera. 1996. Epiphyte vegetation and diversity on remmant trees after forest clerance in southren Veracus Mexico. Biological

Conservation 72 : 103-111.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Lambert, F. R dan N.J Collar 2002. The future for Sundaic lowland forest birds:long-term effects of commercial logging and fragmentation. Forktail 18 : 125-146 MacKinnon, J. K, MacKinnon. G, Child. Dan J, Thorsell. 2005. Pengelolaan kawasan

yang dilindungi di daerah tropika. Gadjah Mada University Press (Cetakan II).

Yogyakarta

Noerdjito. M & Ibnu Maryanto. 2007. Jenis-jenis hayati yang dilindungi

perundang-undangan Indonesia. LIPI.

Purba, M. 1999. Prospek dan kontribusi Taman Nasional Wasur terhadap

pembangunan daerah. Makalah dalam Prosiding, Pertemuan Regional

Pengelolaan Taman Nasional Kawasan Indonesia Timur. Kerjasama Departemen Kehutanan dan NRM/EPIQ Program Protected Areas and Forest. Manado, 12-14 Oktober 1999.

Primack, R.B., J. Supriatna, M. Indrawan dan P. Kramadibrata. 2007. Biologi

konservasi. Indonesia. Yayasan Obor.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999. Jakarta

(12)

Reed, J. M. 1999. The role of behavior in recent avian extinctions and endangerements.

Conservation Biology, Vol. 13 (2) : 232-241.

Sudjatnika, P. Jepson, T. R. Soehartono, M. J. Crosby & A. Mardiastuti. 1995.

Melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia pendekatan daerah burung endemik. PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme. Jakarta.

Stefan L., A. Weiss., S. Calme and Chrisian K. 2008. Bird communitas in rainforest fragments: guild respon to habitat variables in Tabosco, Mexico. Biodiversitas

Conservasi 2008 17 : 173-190.

Shannaz, J., P. Jepson & Rudyanto. 1995. Burung-burung Terancam Punah di Indonesia. PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme. Bogor

Schultze, C.H., M. Waltert, P.J.A. Kess-ler, R. Pitopang, Shahabuddin, D. Veddeler, M. Mühlenberg, S.R. Gradstein, C. Leuschner, I. Steffan-Dewenter, and T. Tscharntke. 2004. Biodiversity indicator groups of tropical land use systems: comparing plants, birds, and in-sects. Ecological Applications 14 (5):1321-1333.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1990. Tentang Konservasi Sumber daya Alam dan Ekosistemnya. Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1990. Jakarta.

Waltert, M., A. Mardiastuti, and M. Mühlenberg. 2004. Effects of land use on bird species richness in Sulawesi, Indonesia. Conservation Biology 18 (5) : 1339-1346

(13)

Lampiran (Appendix) 1. Jenis burung yang dijumpai selama pengamatan di Seksi II Ndalir Taman Nasional Wasur. Merauke (Bird species found in Seksi II Ndalir Nasional Park Wasur. Merauke

during observation). Jenis (Spesies) Famili (Family) Nama Ilmiah (Scientific name) Habitat (Habitat)

1 Egretta sacra Gmelin, 1789 Ardeidae Eastren Reef-Egret Pantai 2 Egretta intermedia Wagler, 1829 Ardeidae Intermdiate Egret Pantai 3 Egretta alba Linn, 1758 Ardeidae Great White Egret Pantai 4 Egretta garzetta Linn, 1766 Ardeidae Little Egret Pantai 5 Egretta ibis Forster, 1817 Ardeidae Catle Egret Pantai 6 Ardeola striata Boie, 1822 Ardeidae Striated Heron Pantai 7 Ardea pasifica Latham 1801 Ardeidae Pasific Heron Pantai 8 Pelecanus conspicullatus Temminck, 1824 Pelecanidae Pelecanus conspicillatus Pantai 9 Threskiornis aethiopicus Latham, 1790 Threskiornithidae Black-necked Pantai 10 Platalea regia Gould, 1838 Threskiornithidae Royal Spoonbill Pantai

11 Accipiter cirrhocepalus Vieillot, 1817 Accipitridae Collared Sparrowhawk Pantai/Melalueca/Monson 12 Accipiter novaehollandiae Gmelin, 1788 Accipitridae Grey Goshawk Pantai/Melalueca/Monson 13 Heliastus leucogaster Gmelin, 1788 Accipitridae White-billed Sea-eagle Pantai/Melalueca/Monson 14 Harpyopsis novaguinea Salvadori, 1875 Accipitridae New Gueinea Harpy-eagle Pantai/Melalueca/Monson 15 Heliastus indicus Boddaert, 1783 Accipitridae Brahminy Kite Pantai/Melalueca/Monson 16 Vanellus miles Boddaert, 1783 Charadriidae Masked Lapwing Pantai

17 Pluvinalis dominica Muller, 1776 Charadriidae Lesser Golden Plover Pantai 18 Pluvinalis squatarola Linnaeus, 1758 Charadriidae Grey Plover Pantai 19 Charadrius lescahenaultii Lesson 1826 Charadriidae Large Sand Plover Pantai 20 Calidris tenuirostris Horsfield, 1821 Scolopacidae Gereat Knot Pantai 21 Himantopus leucochepalus Gould, 1837 Recurvirostridae White-headed Stilt Pantai 22 Haemotopus longirostris Vieillot, 1817 Haematopodidae Pied Oystercather Pantai

23 Rhipidura rufiventris Vieillot, 1818 Rhipiduridae Northen Fantaill Pantai/Melalueca/Monson 24 Rhipidura albolimbata Salvadori, 1874 Rhipiduridae Freindly Faintail Pantai/Melalueca/Monson 25 Rhipidura leuchophrys Latham, 1802 Rhipiduridae Willie-wagtail Pantai/Melalueca/Monson 26 Merops ornatus Latham, 1802 Meropidae Rainbow Bee -eater Pantai/Melalueca/Monson 27 Malurus cyanocephalus Quoy & Gaimard, 1830 Maluridae Emperor Fairy-wren Melalueca

28 Eurystomus orientalis Linn, 1766 Corciidae Oriental Dollar bird Monson 29 Dicrurus hottetontus Linn, 1766 Dicruridae Spangled Drongo Monson

30 Nectariania jugularis Linn, 1766 Nectaridae Yellow -Billed Sunbird Pantai/Melalueca/Monson 31 Nectariania aspia Lesson &Garnot, 1828 Nectaridae Black Sunbird Pantai/Melalueca/Monson 32 Myzomela nigrita G. R. Gray, 1858 Meliphagidae Papuan Black Myzomela Pantai/Melalueca/Monson 33 Toxorhamphus novaeguineae Lesson, 1827 Meliphagidae Yellow-billed Longbill Monson

(14)

34 Collocalia esculenta Linnaeus, 1758 Apodidae Glossy Swiftlet Pantai/Melalueca/Monson 35 Hirundo tahitica J.F Gmelin, 1798 Hirundinidae Pacific Swallow Pantai/Melalueca/Monson 36 Megapodius freycinet Gaimard, 1823 Megapodiidae Dusky Scrubfowl Pantai/Melalueca/Monson 37 Centropus phasianinus Latham, 1802 Cuculidae Pheasant Coucal Monson

38 Centropus bernsteini Schlegel, 1866 Cuculidae Black Billed Coucoll Monson 39 Centropus menbeki Less & Garnet, 1828 Cuculidae Greater black Coucal Monson 40 Zosterops novaeguineae Salvadori, 1878 Zoesteropidae New Guinea White-eye Melalueca 41 Dacelo gaudichaud Quoy & Gaimard,1824 Alcedinidae Rufous-billed Kookaburra Melalueca 42 Halcyon macleayii Jardin & Selby, 1830 Alcedinidae Forest Kingfisher Melaluce 43 Halcyon chloris Boddaert, 1783 Alcedinidae Collared Kingfisher Melalueca 44 Tanysiptera galatea G.R. Gray, 1859 Alcedinidae Common Paradise-Kingfisher Melalueca 45 Gerygone magnirostris Gould, 1843 Acanthizidae Large-billed Gerygone Melalueca 46 Ducula bicolor Scopoli, 1786 Columbidae Pied Imperial Pigeon Monson 47 Ducula pistrinaria Bonaparte, 1855 Columbidae Rainbow Bee-eater Monson 48 Psittaculirostris desmarestii Desmarest, 1826 Psittacidae Large Fig Parrot Monson 49 Lorius lory Linn, 1758 Psittacidae Western Black-capped Lory Monson 50 Eclectus roratus Muller, 1776 Psittacidae Electus Parrot Monson 51 Micropsitta keiensis Salvadori, 1876 Psittacidae Yellow-capped Pygmy-parrot Monson 52 Cacatua galerita Lath, 1790 Psittacidae Sulphur-crested Cockatoo Monson 53 Geoffroyus geoffroyi G.R. Gray, 1858 Psittacidae Red-cheeked Parrot Monson 54 Micropsitta geelvinkiana Schlegel, 1871 Psittacidae Geelvink Pygmy-parrot Monson 55 Rhyticeros plicatus Forster, 1781 Buceroidae Blyth's Hornbill Monson 56 Myagra alecto Mathews, 1912 Myiagridae Shining Monarch Flycatcher Melalueca 57 Coracina lineata Swainson, 1825 Campephagidae Yellow-eyed Cuckoo-shrike Monson 58 Aplonis cantoroides Gray, 1862 Sturninae Singing Starling Melalueca 59 Aplonis magna Schlegel, 1871 Sturninae Long-tailed Starling Melalueca 60 Cracticus cassicus Boddaert,1783 Cracticidae Hooded Butcherbird Monson 61 Corvus orru Bonaparte, 1851 Corvidae Torresian Crow Monson 62 Pitohui kirhocephalus Lesson & Garnot, 1827 Pachycephalidae Variable Pitohui Monson 63 Mino dumonti Lesson 1827 Sturnidae Yellow- faced Myrna Monson

(15)

Lampiran (Appendix) 2. Keragaman jenis burung berdasarkan makananya dan status perlindungan di Seksi II Ndalir Taman Nasional Wasur. Merauke (Bird spesies diversity, fiding guild and

protection status in Seksi II Ndalir, National Park Wasur. Merauke).

No (Spesies) Jenis (Family) Famili (Fiding guilds) Jenis makan Kelompok (Claster)

Status perlindungan

(Protection

status)

1 Egretta sacra Gmelin, 1789 Ardeidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora P 2 Egretta intermedia Wagler, 1829 Ardeidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora P 3 Egretta alba Linn, 1758 Ardeidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora P 4 Egretta garzetta Linn, 1766 Ardeidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora P 5 Egretta ibis Forster, 1817 Ardeidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora P 6 Ardeola striata Boie, 1822 Ardeidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora

7 Ardea pasifica Latham 1801 Ardeidae Ikan Carnivora

8 Pelecanus conspicullatus Temminck, 1824 Pelecanidae Ikan Carnivora P 9 Threskiornis aethiopicus Latham, 1790 Threskiornithidae Vertebrata kecil Carnivora P 10 Platalea regia Gould, 1838 Threskiornithidae Vetebrata kecil Carnivora P 11 Accipiter cirrhocepalus Vieillot, 1817 Accipitridae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora P 12 Accipiter novaehollandiae Gmelin, 1788 Accipitridae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora P 13 Heliastus leucogaster Gmelin, 1788 Accipitridae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora P 14 Harpyopsis novaguinea Salvadori, 1875 Accipitridae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora P 15 Heliastus indicus Boddaert, 1783 Accipitridae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora P 16 Vanellus miles Boddaert, 1783 Charadriidae Artropoda/kodok/reptil kecil/ikan Carnivora P 17 Pluvinalis dominica Muller, 1776 Charadriidae Artropoda/kodok/reptil kecil/ikan Carnivora

18 Pluvinalis squatarola Linnaeus, 1758 Charadriidae Artropoda/kodok/reptil kecil/ikan Carnivora 19 Charadrius lescahenaultii Lesson 1826 Scolopacidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora 20 Calidris tenuirostris Horsfield, 1821 Scolopacidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora 21 Himantopus leucochepalus Gould, 1837 Recurvirostridae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora 22 Haemotopus longirostris Vieillot, 1817 Haematopodidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora 23 Rhipidura rufiventris Vieillot, 1818 Rhipiduridae Serangga Carnivora 24 Rhipidura albolimbata Salvadori, 1874 Rhipiduridae Serangga Carnivora 25 Rhipidura leuchophrys Latham, 1802 Rhipiduridae Serangga Carnivora 26 Merops ornatus Latham, 1802 Meropidae Serangga/nektar/buah Omnivora 27 Malurus cyanocephalus Quoy & Gaimard, 1830 Maluridae Serangga/nektar/buah Omnivora 28 Eurystomus orientalis Linn, 1766 Corciidae Serangga/nektar/buah Omnivora 29 Dicrurus hottetontus Linn, 1766 Dicruridae Serangga/nektar/buah Omnivora 30 Nectariania jugularis Linn, 1766 Nectaridae Nektar Herbivora 31 Nectariania aspia Lesson &Garnot, 1828 Nectaridae Nektar Herbivora

(16)

33 Toxorxampus novaguenia Lesson, 1827 Meliphagidae Serangga/nektar Omnivora 34 Collocalia esculenta Linnaeus, 1758 Apodidae Serangga Carnivora 35 Hirundo tahitica J.F Gmelin, 1798 Hirundinidae Serangga Carnivora 36 Megapodius freycinet Gaimard, 1823 Megapodiidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah Carnivora 37 Centropus phasianinus Latham, 1802 Cuculidae Vertebrata kecil/artropoa/kadal/buah Carnivora 38 Centropus bernsteini Schlegel, 1866 Cuculidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah Carnivora 39 Centropus menbeki Less & Garnet, 1828 Cuculidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah Carnivora 40 Zosterops novaeguineae Salvadori, 1878 Zoesteropidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora 41 Dacelo gaudichaud Quoy & Gaimard,1824 Alcedinidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora

42 Halcyon macleayii Jardin & Selby, 1830 Alcedinidae Artropoda/kodok/reptil kecil Carnivora P 43 Halcyon chloris Boddaert, 1783 Alcedinidae Artropoda/kodok/reptil kecil Carnivora P 44 Tanysiptera galatea G.R. Gray, 1859 Alcedinidae Serangga/kodok/reptil kecil Carnivora P 45 Gerygone magnirostris Gould, 1843 Acanthizidae serangga/buah Omnivora

46 Ducula bicolor Scopoli, 1786 Columbidae Buah Herbivora 47 Ducula pistrinaria Bonaparte, 1855 Columbidae Buah Herbivora 48 Psittaculirostris desmarestii Desmarest, 1826 Psittacidae Buah/nektar Herbivora

49 Lorius lory Linn, 1758 Psittacidae Buah/nektar Herbivora P 50 Eclectus roratus Muller, 1776 Psittacidae Buah/nektar Herbivora P 51 Micropsitta keiensis Salvadori, 1876 Psittacidae Buah/nektar Herbivora

52 Cacatua galerita Lath, 1790 Psittacidae Buah/nektar Herbivora P 53 Geoffroyus geoffroyi G.R. Gray, 1858 Psittacidae Buah/nektar Herbivora

54 Micropsitta geelvinkiana Schlegel, 1871 Psittacidae Buah/nektar Herbivora

55 Rhyticeros plicatus Forster, 1781 Buceroidae Buah/nektar Herbivora P 56 Myagra alecto Mathews, 1912 Myiagridae Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah Omnivora

57 Coracina lineata Swainson, 1825 Campephagidae Serangga/nektar/buah Omnivora 58 Aplonis cantoroides Gray, 1862 Sturnidae Serangga/nektar/buah Omnivora 59 Aplonis magna Schlegel, 1871 Sturnidae Serangga/nektar/buah Omnivora

60 Cracticus cassicus Boddaert,1783 Sturnidae Serangga/nektar/buah Omnivora P 61 Corvus orru Bonaparte, 1851 Cracticidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah Omnivora

62 Pitohui kirhocephalus Lesson & Garnot, 1827 Corvidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah Omnivora

Gambar

Gambar 1. Lokasi penelitian (research location) Bahan dan Alat Penelitian
Gambar 3. Kurva akumulasi jenis burung di lokasi pengamatan. Seksi II Ndalir.
Gambar 4. Kelompok pakan jenis burung di Seksi II Ndalir (Fiding guild  bird spesies  in Seksi II Ndalir)

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian seperti itu didasarkan pada be-berapa alasan; pertama, pendidikan lebih banyak tertuju pada lapisan atas, priyayi; kedua, sistem pendidikan yang

Dalam sistem hukum di Indonesia, perjanjian nominee sebagai salah satu perjanjian yang tidak diatur secara tegas dan khusus, namun dalam praktiknya beberapa pihak banyak

Untuk mengetahui urutan langkah mitigasi (proactive action) yang paling paling efektif dalam mengurangi kemungkinan terjadinya risk agent sesuai kemampuan pendanaan dan resources

≥ 66.00 Sangat Tinggi Karyawan pada kategori sangat tinggi ialah karyawan yang memiliki pencapaian skor sangat tinggi (≥ 66.00 ) pada aspek produktivitas kerja karyawan, hal

Pada Gambar 2 dijelaskan bahwa bounding box adalah proses terakhir dari alur pendeteksian objek yang bergerak pada image sequence.Berfungsi untuk menandai objek

Setelah menjalankan tahap demi tahap proses konseling dengan self control terhadap konseli yang mengalami kecanduan K-pop , mulai tampak beberapa perubahan yang

Perkembangan teknologi memberikan dampak Positif dan Negatif terhadap perkembangan Spritual Anak. Maka dari itu, para praktisi pendidikan merasa perlu membentengi anak

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Rudi Hartoyo pada tahun 2013, berjudul “Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Menetukan Status Karyawan Kontrak Sales Promotion Girl