• Tidak ada hasil yang ditemukan

MBA SBM-ITB Business Law and Ethics Lecturer: Mohamad Mova Al Afghani, SH, LL.M.Eur, PhD Home Test. Class: YP52A Name: FLORENTINA ANDRE ID:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MBA SBM-ITB Business Law and Ethics Lecturer: Mohamad Mova Al Afghani, SH, LL.M.Eur, PhD Home Test. Class: YP52A Name: FLORENTINA ANDRE ID:"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1. Latar Belakang

PT. Newmont Minahasa Raya adalah perusahaan pertambangan yang berkerja sama dengan Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka Penanaman Modal Asing. Perusahaan Induk PT. NMR, dikenal dengan nama Newmont Gold Company (NGC) berada di Denver, Colorado, Amerika Serikat. NGC menempati urutan kelima produsen emas dunia. Selain di Minahasa, di Indonesia perusahaan ini juga beroperasi di Sumbawa, Nusa Tengara Barat dengan menggunakan nama PT. Newmont Nusa Tenggara. Proyek Newmont tersebar juga di Negara lain seperti di Kazakhtan, Kyryzstan, Uzbekistan, Peru, Brasilia, Myanmar dan Nevada.

PT. NMR melakukan kerjasama berupa kontrak karya dengan Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 6 November 1986 melalui surat persetujuan Presiden RI No. B-3/Pres/11/1986. Jenis bahan galian yang disetujui untuk di olah adalah emas dan mineral lain kecuali migas, batubara, uranium, dan nikel dengan luas wilayah 527.448 hektar untuk masa pengolahan selama 30 tahun terhitung mulai 2 Desember 1986. Tahap produksi diawali pada Juli 1995 dan pengolahan bijih dimulai Maret 1996. Dalam tahap eksplorasi, PT. NMR menemukan cadangan emas pada tahun 1988. Kemudian kegitan penambangan akan direncanakan dengan luas 26.805,30 hektar yang akan dilakukan di Messel, Ratatotok kecamatan Ratatotok kabupaten Minahasa yang berjarak 65 mil barat daya Manado atau 1.500 mil timur laut Jakarta.1

Teluk Buyat berada di Minahasa, Sulawesi Utara merupakan lokasi pembuangan limbah tailing atau lumpur sisa tambang PT Newmont Minahasa Raya (NMR). Masyarakat yang tinggal di sekitar teluk buyat menuduh bahwa Newmont telah membuang 5, 5 juta ton limbah merkuri dan arsenic sarat ke teluk selama 8 tahun perusahaan telah beroperasi. Newmont membantah tuduhan tersebut tetapi mengaku melepaskan 17 ton limbah merkuri ke udara dan 16 ton ke dalam air selama lima tahun, jumlah yang dikatakan jauh di bawah standar emisi di Indonesia.

Pada Tahun 1997, PT.NMR memakai alat pengolah bijih tambang yang mengandung merkuri tinggi. Menurut Kepala Dinas Pertambangan Sulut, R.L.E Mamesah, alat ini dipasang untuk menarik emas yang terbungkus mineral lain, terutama merkuri yang 1 https://pseudorechtspraak.wordpress.com/category/uncategorized/page/2/

(2)

memang telah ada di alam. Proses ekstraksi emas pada badan bijih yang ditambang akan menghasilkan limbah halus atau disebut tailing. Prosedur pelepasan emas ini menggunakan senyawa sianida. Adapun beberapa jenis logam berat yang akan ikut terangkat dari perut bumi yaitu Hg (merkuri), As (Arsen), Cd (Cadmium), Pb (timah) dan emas itu sendiri. Dari proses pengolahan tersebut hanya bijih emas yang diambil, dan logam berat yang lain dibuang atau dialirkan menjadi limbah halus melalui pipa tailing ke Teluk Buyat.

Akhir bulan Juli 1998 warga Buyat Pante dikejutkan dengan bocornya pipa limbah PT NMR. Pihak manajemen PT NMR hanya menjelaskan bahwa pipa limbah bawah laut yang bocor itu berada pada sambungan flens di kedalaman 10 meter. Penyebabnya terjadi penyumbatan saluran pipa pada 25 Juni dan 19 Agustus 1998 adalah akibat kuatnya tekanan air. Agar saluran dapat berfungsi dengan baik, pipa limbah harus dibersihkan, diisi dengan air bor dan diberi tekanan udara. Kerugian yang di derita oleh perusahaan yang diperkirakan mencapai USS 4, 9 juta – (Rp. 52 Miliar), namun tidak pernah menyebutkan akibat bocornya pipa tersebut terhadap kelangsungan kehidupan laut dan manusia yang ada di sekeliling pipa bocor tersebut.

Hasil penelitian kajian kelayakan pembuangan limbah tailing ke Teluk Buyat yang dilakukan oleh PPLH-SA dan Universitas Sam Ratulangi di tahun 1999 menyatakan beberapa bahaya limbah tambang yang dibuang ke dasar laut sebagai berikut:

1) Limbah lumpur yang berada di dasar perairan memberikan dampak buruk bagi organisme benthos dan jenis biota laut lainnya,

2) Elemen kimia beracun seperti arsenic, cadmium, mercury, lead, nickel dan sianida akan merusak ekosistem laut. Yang lebih berbahaya, elemen-elemen kimia bersifat karsinogenik yang terakumulasi dalam rantai makanan yang akhirnya tiba pada manusia.2

Menempatkan limbah tailing di perairan Teluk Buyat telah mengakibatkan perubahan bentuk bathymetry perairan Teluk Buyat, dimana hasil pengukuran ketebalan sendimen diperoleh bahwa telah terjadi tumpukan deposisi limbah tailing pada kedalaman 80-90 meter atau di sekitar pelepasan Pipa Buangan terdapat limbah tailing setebal 10 meter. 2 http://jayus-simeulu.blogspot.co.id/2014/08/makalah-kasus-pencemaran.html?view=flipcard

(3)

Limbah tailing yang terdeposisi memenuhi nyaris semua tempat di dasar laut mulai dari kedalaman lebih dari 60 meter ini berarti telah terjadi selisih kedalaman sebanyak 10 meter. Tailing tidak membentuk tumpukan melainkan menyebar ke tempat lain.

Perairan Teluk Buyat dalam kurun waktu 1997 – 1999 yaitu dari 5 derajat (8,9%) menjadi 2,2 derajat (3,8%) atau telah mengalami perubahan kemiringan lereng. Melihat kemiringan bentang lahan perairan Teluk Buyat memperlihatkan bahwa lokasi tersebut tidak layak untuk dilewati pipa pembuangan limbah tailing memiliki standard kemiringan sebesar 10-20 derajat.3

Pipa pembuangan limbah tailing PT. NMR berada di lapisan zona termoklin yaitu 82 meter (kini, sudah menjadi 70 meter) memungkinkan untuk naiknya unsur-unsur tailing serta ikut mencemari area produktif perairan di teluk Buyat. Ini dibuktikan meneliti pengukuran konsentrasi logam Arsen (As) di sedimen di tiga lokasi yaitu: Teluk Totok, Teluk Buyat dan P. Kumeke-Kotabunan yang sudah berada di di atas ambang batas Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut (budidaya perikanan). Kep.02/MENKLH/1988 menyatakan bahwa nilai ambang batasnya adalah 0, 01.

Dengan perubahan kemiringan bentang lahan di perairan di Teluk Buyat dan melihat hasil pengukuran dengan logam Arsen di tiga lokasi pengambilan sampel air, sedimen dan biota, mengindikasikan adanya pemindahan partikel-partikel tailing pada kedalaman 20 meter. Hasil pengukuran yang dilakukan pada 10 ekor ikan diperoleh bahwa hati dan perut ikan adalah target organ tubuh yang mengakumulasi logam Arsen tertinggi, yaitu sekitar 2,777-51,365 ppb, konsentrasi logam besi terakumulasi terbanyak pada daging ikan yaitu sekitar 1,03 – 1,86 ppm sedangkan hati dan perut ikan diperoleh konsentrasi logam besi sekitar 0,07 – 0,63 ppm. Hasil pengukuran konsentrasi logam berat (Arsen, Cadmium dan Merkuri) diperoleh bahwa biota yang diuji dari perairan Teluk Buyat rata-rata sudah terkontaminasi oleh ketiga logam berat tersebut. Air raksa (mercury), Cadmium (Cd), Arsen (As) merupakan jenis logam yang apabila terkonsumsi oleh manusia pada konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek berbahaya terhadap kesehatan.4

(4)

2. Pihak Yang Bersangkutan

1) PT Newmont Minahasa Raya (pihak yang tergugat) 2) Pemerintah

3) WALHI (penggugat) 3. Pasal Yang Bersangkutan

1) Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

1. Bahwa pada tahun 1997, diterbitkan UU No. 23 tahun 1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai pengganti UU No. 4 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang diikuti dengan penerbitan peraturan pelaksanaan yang antara lain berupa PP No. 18 tahun 1999 jo. PP No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).;

2. Bahwa dalam UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ditentukan dan diatur tentang hal-hal yang berkaitan dengan limbah B3 sebagai berikut :

a. Pasal 20 ayat 1 “Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup”

b. Pasal 20 ayat 4 “Pembuangan limbah ke media lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan di lokasi pembuangan yang ditetapkan oleh Menteri”.

c. Pasal 20 ayat 5 “Ketentuan pelaksanaan pasal ini diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan”.

d. Pasal 15 ayat (1) “Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup”.

e. Pasal 18 ayat (1) “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib 4 http://unninani.blogspot.co.id/2010/02/tugas-kimia-lingkungan-musibah.html

(5)

memiliki analisis dampak lingkungan hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/ataukegiatan,

f. Pasal 18 ayat (2) “Izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”

g. Pasal 6 ayat (2) “Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup”.

h. Pasal 45 “Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, ancaman pidana denda diperberat dengan sepertiga”.

i. Pasal 46 ayat (1) :”Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau atas nama badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, tuntutan pidana dilakukan dan sanksi pidana serta tindakan tata tertib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dijatuhkan baik terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain tersebut maupun terhadap mereka yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya”

j. Pasal 46 ayat (2) “Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini, dilakukan oleh atau atas nama badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, dan dilakukan oleh orang-orang, baik berdasar hubungan kerja maupun berdasar hubungan lain, yang bertindak dalam lingkungan badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, tuntutan pidana dilakukan dan sanksi pidana dijatuhkan terhadap mereka yang memberi perintah atau yang bertindak sebagai pemimpin tanpa mengingat apakah orang-orang tersebut, baik berdasar hubungan kerja

(6)

maupun berdasar hubungan lain, melakukan tindak pidana secara sendiri atau bersama-sama”.

k. Pasal 46 ayat (3) “Jika tuntutan dilakukan terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan atau organisasi lain, panggilan untuk menghadap dan penyerahan surat-surat panggilan itu ditujukan kepada pengurus di tempat tinggal mereka, atau di tempat pengurus melakukan pekerjaan yang tetap”.

l. Pasal 46 ayat (4) “Jika tuntutan dilakukan terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, yang pada saat penuntutan diwakili oleh bukan pengurus, hakim dapat memerintahkan supaya pengurus menghadap sendiri di pengadilan”.

m. Pasal 47 UU No. 23 tahun 1997 :”Selain ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Undang-undang ini, terhadap pelaku tindak pidana lingkungan hidup dapat pula dikenakan tindakan tata tertib berupa :

1. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; dan/atau 2. penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan; dan/atau

3. perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau

4. mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau 5. meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau

6. menempatkan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun”

2) Undang-undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing

Pasal 8 ayat (1) “Penanaman modal asing di bidang pertambangan didasarkan pada suatu kerjasama dengan pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

3) Undang-Undang No. 11 tahun 1967 tentang Pertambangan Umum;

4) PP No. 19 tahun 1999 tentang Pencemaran dan/atau Perusakan Laut ditentukan hal-hal sebagai berikut:

(7)

Pasal 1 angka 10 tentang Ketentuan Umum “Pembuangan (dumping) adalah pembuangan limbah sebagai residu suatu usaha dan atau kegiatan dan atau benda lain yang tidak terpakai atau kadaluarsa ke laut”.

Pasal 18 ayat (1) “Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang dilakukan, melakukan dumping ke laut wajib mendapat izin Menteri”.

Pasal 18 ayat (2) “Tata cara dumping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri.

5) Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

Pasal 7 ayat (1) “analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang”

Pasal 7 ayat (2)” Permohonan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan oleh pemrakarsa kepada pejabat yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dan wajib melampirkan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) yang diberikan oleh instansi yang bertanggung jawab”.

6) PP No. 19 tahun 1994 jo PP No. 12 tahun 1995 ditentukan dan diatur ketentuan yang berkaitan dengan pengelolaan limbah B3 antara lain :

Pasal 6 ayat (1) “Penghasil limbah B3 wajib melakukan pengolahan limbah B3”

Pasal 21 ayat 1 butir (a) “Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan dan/atau pengolahan limbah B3 wajib memiliki izin dari Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan”.

PP No. 19 tahun 1994 jo PP No. 12 tahun 1995 digantikan dengan dalam PP No. 18 tahun 1999 jo PP No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 diatur dan ditentukan hal-hal sebagai berikut:

(8)

Pasal 9 ayat (1) “Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan/atau menghasilkan limbah B3 wajib melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 dan/atau menimbun limbah B3” Pasal 40 ayat (1) huruf (a) “Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan limbah B3 wajib memilki izin operasi dari Kepala istansi yang bertanggung jawab”.

7) KepMen PE Nomor 620.K/008/M.PE/1994 8) KepMen PE Nomor 1211.K/0088/M.PE/1995

9) Keputusan Ketua Komisi AMDAL Pusat DPE Nomor 02.K/702/KAP/1994

3. Tuntutan Hukum

I. Proses Penanganan Penegakan Hukum Pidana

Instrumen Hukum Lingkungan Pidana memandang telah terjadi tindak pidana pencemaran lingkungan apabila telah terjadi Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan (Pasal 1 ayat 12 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).5 Namun dalam bab VII Undang-undang ini diatur mengenai penyelesaian sengketa lingkungan hidup jadi berlaku asas subsidiaritas yang berarti penyelesaian hukum pidana dilakukan hanya apabila sanksi-sanksi lain tidak memadai untuk menangani masalah lingkunan hidup, namun dalam perkara ini belum cukup untuk masuk ke penyelesaian pidana sebagai upaya terakhir dari asas subsidiaritas.6

5 http://agussuyanti.blogspot.co.id/2014/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

6 https://pseudorechtspraak.wordpress.com/2012/04/06/pt-newmont-minahasa-raya-pencemar-teluk-buyat/

(9)

Pada tahun 2005, kasus ini masuk ke jalur hukum pidana, dimana surat pelimpahan perkara dari Kejaksaan Negeri Tondano atas perkara No. Reg. B1436R112. TP207/2005 telah diterima oleh Panitera Pengadilan Negeri Manado pada tanggal 11 Juli 2005 dan hal ini telah disesuai berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI No. KMA033/SK04/2005 yang menyatakan bahwa kewenangan mengadili dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Manado.

II. Proses Penanganan Hukum Perdata

Gugatan perdata terhadap PT. NMR telah diserahkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan Nomor: 94/Pdt.G/2005/PN.JAKSEL, tanggal 9 Maret 2005. Besaran gugatan dan hal-hal yang termasuk dalam gugatan adalah:

Coastal Reclamation (Reklamasi Pantai) : US$ 100,000,000 Coastal Fishing (Perikanan Pantai) : US$ 2,130,000 Landfill (Penimbunan Lahan Bekas Tambang) : US$ 10,000,000 Non-fishing (selain perikanan) : US$ 1,600,000 Kontaminasi Air Tanah : US$ 8,200,000

Ekosistem Pantai : US$ 2,900,000

Biodiversity (Keanekaragaman Hayati) : US$ 1,250,000(+)

Total Kerusakan : US$ 126,080,000

CODEV (Community Development) : US$ 8,400,000(-) Total Ganti Rugi Materiil : US$ 117,680,000

Proses sidang gugatan perdata sudah berlangsung sebanyak (4) empat kali dan dalam proses sidang Majelis Hakim diminta untuk melakukan mediasi antara para pihak. Penasehat hukum PT. NMR tidak bersedia melakukan mediasi, dan mengharapkan

(10)

adanya negosiasi langsung dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan PT. Newmont Minahasa Raya.7

4. Hasil Akhir

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengeluarkan putusan yang menyatakan bahwa WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) tidak dapat membuktikan tuntutan pencemaran lingkungan dan pelanggaran peraturan yang diajukannya terhadap PT Newmont Minahasa Raya (PT NMR). Oleh karena itu, Pengadilan menolak seluruh tuntutan terhadap para tergugat.8

Putusan dibuat berdasarkan bukti-bukti yang diajukan selama persidangan kasus perdata selama lima bulan menyatakan bahwa Teluk Buyat tidak tercemar dan PT NMR telah mematuhi semua peraturan dan perizinan selama delapan tahun kegiatan operasinya dari tahun 1996 hingga 2004.

Dalam kasus pidana, lima orang karyawan NMR sempat ditahan di tahanan Bareskrim Mabes Polri selama 30 hari. Setelah melalui persidangan selama 21 bulan, akhirnya melalui putusan tanggal 24 April 2007 Presiden Direktur PT NMR Richard Ness dan PT NMR dibebaskan dari segala tuduhan. Pengadilan tersebut menyatakan semua tuduhan tersebut tidak berdasar.

Sedangkan gugatan perdata oleh KLH diselesaikan melalui mekanisme di luar pengadilan atau out of court settlement, dimana kedua pihak sepakat menandatangani Perjanjian Itikad Baik—good will agreement. Dalam perjanjian yang ditandatangni tahun 2006 itu, kedua pihak akan melakukan pemantauan lingkungan di areal PT NMR selama 10 tahun dan mengadakan program pengembangan masyarakat di sekitar wilayah tambang.

7 http://www.menlh.go.id/tindak-lanjut-penanganan-kasus-pencemaran-pt-newmont-minahasa-raya-di-teluk-buyat/

(11)

Dalam persidangan kasus perdata, bukti-bukti yang membebaskan PT NMR meliputi:

1) Hasil tes yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia PBB, Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization Australia, dan National Institute for Minamata Disease Jepang menunjukkan bahwa Teluk Buyat tidak tercemar;

2) Kesaksian dari warga Buyat dan Ratatotok yang menyatakan bahwa populasi ikan di Teluk Buyat tetap stabil dan terumbu karang dalam keadaan sehat.

3) Kesaksian dari inspektur tambang pemerintah, termasuk bukti-bukti tertulis bahwa PT NMR memiliki semua izin operasi yang sesuai dan tidak melanggar izin-izin tersebut.9

Meskipun demikian, PT NMR telah resmi menutup seluruh operasi pertambangannya pada tahun 2006, tetapi perusahaan tersebut tetap melaksanakan seluruh kesepakatan yang diatur dalam good will agreement, menyelesaikan program penutupan tambang, reklamasi, dan tetap mengelola kawasan bekas tambang tersebut sampai tahun 2016 sebagaimana diatur dalam kontrak karya.

5. Analisa

Setiap kegiatan yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup harus memiliki AMDAL sebagai dokumen studi kelayakan lingkungan. PT NMR telah menyelesaikan syarat ini walaupun belum memiliki ijin untuk membuang tailing ke perairan/laut. Perlu diketahui juga dalam pembuangan tailing oleh NMR. Kementerian Lungkungan Hidup memberikan syarat agar NMR membuat ERA (ecological risk assesment), ERA ini sendiri telah diserahkan kepada Kementerian Lungkungan Hidup, akan tetapi berhubung tidak sesuai akhirnya ERA ini ditolak. Hal ini berarti ijin pembuangan tailing belum dimiliki oleh NMR. Dengan belum dimilikinya ijin pembuangan tailing oleh

9 https://books.google.co.id/books?

(12)

NMR dan perusahaan ini tetap membuang tailingnya menunjukkkan ketaatan perusahaan terhadap pemerintah diragukan. Terlepas dari berbahaya atau tidaknya tailing tersebut.10

Tim Peer Review penanganan kasus Teluk Buyat mengadakan persidangan tanggal 23 –25 Agustus 2004 di Cikampek dan merumuskan beberapa telaah diantaranya telaah aspek hukum. Hasil rumusan Tim Peer Review dipresentasikan pada pertemuan antara Tim Pengarah, Tim Teknis, dan Tim Peer Review pada tanggal 31 Agustus 2001 di Jakarta,. Hasil telaah Tim Peer Review menyimpulkan adanya beberapa permasalahan hukum terkait kasus Buyat:

1) Bahwa ditinjau dari peraturan perundangan yang ada, terdapat indikasi bahwa PT NMR melanggar peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pembuangan limbah B3 (PP. No. 18/1999 jo PP No. 85/1999).

2) Bahwa PT NMR sejak tahun 1996 telah membuang tailing yang merupakan limbah B3 secara illegal, karena dilakukan tanpa memperoleh Izin dari Menteri KLH/kepala BAPEDAL, apabila ditinjau dari aspek hukum, surat Menteri Lingkungan Hidup Nomor B-1456/Bapedal/07/2000 bukan merupakan izin sementara.

3) Bahwa terdapat indikasi bahwa PT NMR melanggar ketentuan yang telah ditetapkan, oleh karena berdasarkan Laporan Pelaksanaan RKL/RPL Triwulan I – Triwulan IV Tahun 1999, kualitas tailing, kualitas air tanah, kualitas air permukaan di dalam dan di luar lokasi tambang, kualitas air laut maupun kualitas udara di atas baku mutu yang dibolehkan.

Berdasarkan hasil tersebut, Tim Peer Review memberi rekomendasi kepada Tim Teknis Penanganan Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Teluk Buyat Ratatotok Minahasa Selatan yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan SK Menteri Lingkungan Hidup No. 97 tahun 2004. Rekomendasi yang diberikan oleh Tim Peer Review kepada Tim Teknis tersebut adalah pelaksanaan kajian terhadap seluruh dokumen PT NMR yang berkaitan dengan pemenuhan kewajiban sebagaimana yang diatur dalam peraturan

10 https://kharistya.wordpress.com/2006/06/24/review-pemantauan-dan-pengelolaan-lingkungan-kasus-pencemaran-dan-di-desa-buyat-pantai-dan-desa-ratatotok-kecamatan-ratatotok/

(13)

perundang-undangan. Disamping itu, Tim Peer Review juga merekomendasikan agar dilakukan proses penegakan hukum atau tuntutan.

PT Newmont Minahasa Raya dianggap melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundangan-undangan bidang lingkungan hidup yaitu terhadap Undang-Undang Nomor 32 Tahun Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu ditemukannya zat logam berat berupa Arsen dan Merkuri di dasar Teluk Buyat, dalam tubuh ikan yang hidup di Teluk Buyat, dalam air minum (air tanah) penduduk, dalam tubuh penduduk dan dalam udara sekitar Teluk Buyat. Zat logam berat tersebut terbukti dihasilkan dari kegiatan operasional pabrik PT Newmont Minahasa Raya, bukan tercipta secara ilmiah. Zat logam berat ini telah melewati ambang batas dan baku mutu lingkungan hidup sehingga berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat dan merusak kelestarian lingkungan sekitarnya.

Hal-hal ini menunjukkan bahwa PT Newmont Minahasa Raya tidak melaksanakan kewajibannya untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mengendalikan pencemaran lingkungan hidup serta melanggar ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup

Fakta lapangan menunjukkan bahwa pencemaran oleh PT Newmont Minahasa Raya telah merenggut hak masyarakat Teluk Buyat untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan baik yang diatur dalam Pasal 65 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan dalam Pasal 9 ayat 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dapat kita lihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa air, ikan, dan udara yang menjadi bagian dari lingkungan sekitar mereka tersebut telah tercemari oleh logam berat yang mengakibatkan kesehatan mereka ikut terganggu dan bahkan terancam akan menurun hingga generasi berikutnya.

Sehingga pihak PT Newmonth Minahasa Raya dituntut untuk melakukan tanggung jawab mutlak sebagaimana diatur dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup :

“Setiap orang yang tindakannya menggunakan B3, mengahsilkan dan atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap

(14)

lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”.

Pada kasus seperti ini, keterlibatan masyarakat menuntut proses hukum sangatlah penting. Masyarakat Teluk Buyak dapat menggugat PT Newmonth Minahasa Raya baik secara Perdata, Pidana maupun dengan penyelesaian non litigasi untuk menuntut ganti rugi. Hak gugat masyarakat ini dapat dilakukan dalam bentuk gugatan class action yang telah diatur dalam Pasal 91 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup 2) Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar

hukum, serta jenis tuntutan diantara wakil kelompok dan anggota kelompoknya. 3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang – undangan.

Pencemaran ini telah menghilangkan hak masyarakat Teluk Buyat atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Karena mereka adalah korban yang merasakan dampak langsung pencemaran ini. Ketentuan hak mereka ini dapat kita lihat dalam Pasal 65 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi:

“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia”

Hak masyarakat atas lingkungan hidup yang baik dan sehat ini dapat juga kita lihat dalam Pasal 9 ayat 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang berbunyi :

“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”

Selain itu, hak masyarakat atas suatu kondisi kesehatan yang baik dapat pula kita lihat dalam Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya Pasal 12:

(15)

1) Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan mental.

2) Langkah-langkah yang akan diambil oleh Negara Pihak pada Kovenan ini guna mencapai perwujudan hak ini sepenuhnya, harus meliputi hal-hal yang diperlukan untuk mengupayakan:

a. Ketentuan-ketentuan untuk pengurangan tingkat kelahiran-mati dan kematian anak serta perkembangan anak yang sehat;

b. Perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri;

c. Pencegahan, pengobatan dan pengendalian segala penyakit menular, endemik, penyakit lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan; d. Penciptaan kondisi-kondisi yang akan menjamin semua pelayanan

dan perhatian medis dalam hal sakitnya seseorang.

Sedangkan untuk mempersiapkan tuntutan secara Perdata diatur dalam Pasal 87 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

“Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.”

Pihak organisasi lingkungan hidup pun dapat melakukan gugatan legal standing yang diatur dalam Pasal 92 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup

2) Hak mengajukan guagatn terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian didapatkan bahwa: (1) hasil belajar pembelajaran POE melalui laboratorium riil lebih tinggi daripada laboratorium virtuil, baik aspek kognitif, psikomotor,

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Buton telah mengadakan pemberian penjelasan (Aanwijzing) dengan metode tanya jawab melalui Sistim Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) pada Website Layanan Pengadaan

Total biaya operasioanl tahunan mesin Compressor berdasarkan hasil perhitungan data actual dari lapangan khususnya pada tahun ke-18 yaitu pada tahun 2015 disimpulkan bahwa

Adapun Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesiapan siswa SMK Negeri 3 Sungai Penuh dalam melaksanakan prakerin di dunia industri

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.arya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.... Bapak Achmad Junaidi,

Liono (2014) dalam tulisannya yang berjudul: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Tiga hari setelah batas waktu maksimal pengajuan susulan, admin umum mahasiswa PSPK menerima konfirmasi dari Sekprodi untuk mengunduh atau mencetak rekap data mahasiswa yang