• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Logo IWAPI Sumber : IWAPI (2019)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Logo IWAPI Sumber : IWAPI (2019)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) 1.1.1 Profil IWAPI kota Bandung

IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) adalah wadah organisasi pengusaha wanita yang bertujuan untuk mensejahterakan usaha kecil dan menengah Indonesia melalui program kemitraan yang baik dan terpadu antara pengusaha dan pemerintah dalam rangka mewujudkan Indonesia makmur adil dan sejahtera melalui kesejahteraan keluarga Indonesia. Berikut ini adalah logo IWAPI yang dapat dilihat pada Gambar 1.1:

Gambar 1. 1 Logo IWAPI

Sumber : IWAPI (2019)

IWAPI didirikan pada tahun 1975 oleh dua bersaudara: Prof. Kemala Motik dan Dr. Dewi Motik PMSI, putri BR. Motik adalah pengusaha terkemuka dari Palembang, Sumatera Selatan. Sebagai organisasi pengusaha wanita, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) kota Bandung terus mengembangkan dan meningkatkan dengan berbagai program. Selain melakukan kegiatan di kepengurusan tingkat cabang, juga menggerakkan di tingkat ranting, yang berada di kecamatan. IWAPI Kota Bandung sendiri memiliki 30 ranting. Iwapi terus kerjasama dengan pemerintah maupun pihak swasta baik didalam negeri dan dinegara lain dengan melakukan berbagai pelatihan-pelatihan, penyuluhan, seminar, workshop, dan ragam kegiatan lainnya. Program yang melibatkan anggota,

(2)

2

selain dilakukan di cabang, masing-masing ranting juga memiliki dan melakukan program dalam bentuk seminar, pelatihan maupun sekadar pertemuan rutin. Setiap bulan dilakukan pertemuan rutin IWAPI yang berlokasikan di Gedung Wanita terkadang pertemuan rutin juga dilakukan di tempat lain, sekalian berkunjung ke tempat usaha anggota, selain pertemuan rutin juga dilakukan berbagai kegiatan lain seperti kunjungan ke berbagai muspida, bakti sosial di masyarakat, dan berkunjung ke lembaga terkait untuk meningkatkan kualitas anggota. Berikut merupakan persentase jumlah anggota IWAPI di kota Bandung yang ditampilkan dalam Gambar 1.2:

Gambar 1. 2 Persentase Jumlah Anggota IWAPI kota Bandung

Sumber : IWAPI Bandung, 2020

Berdasarkan wawancara dengan Tursiani Ratnawati selaku wakil ketua IWAPI kota Bandung mengatakan pada tahun 2019 anggota IWAPI terdiri dari 250 orang dengan berbagai jenis usaha yang di geluti seperti di bidang jasa, kuliner, fashion, travel dan beberapa usaha kecantikan. Selain itu berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan mayoritas anggota memiliki usaha yang bergerak di bidang fashion, kuliner dan kerajinan, baik itu dalam bentuk aksesoris rumah tangga maupun perlengkapan penampilan.

160 200 230 250 0 50 100 150 200 250 300 2016 2017 2018 2019

(3)

3 1.1.2 Visi Dan Misi

Visi

Untuk menjadi sebuah organisasi perempuan pengusaha Indonesia yang kuat di tingkat Nasional dan Internasional

Misi

1. Untuk memberdayakan dan memperkuat kaum perempuan di UKM. 2. Untuk meningkatkan kemampuan anggota.

3. Untuk mendapatkan akses ke teknologi baru, pemasaran, dan keuangan 1.1.3 Tujuan IWAPI

1. Untuk membantu perempuan Indonesia menjadi pengusaha yang tangguh, dengan memberikan mereka informasi, advokasi, pendidikan dan pelatihan, dan akses ke lembaga keuangan.

2. Untuk membina, mengembangkan, dan mempromosikan kerjasama bisnis antara anggota dan luas jaringan mereka dengan pengusaha global.

3. Untuk menjadi agen perubahan bagi diri mereka sendiri sehingga mereka dapat menjadi pengusaha yang lebih baik.

4. Untuk meningkatkan kerja sama yang lebih baik dengan sektor swasta, lembaga pemerintah, dan LSM.

5. Untuk meningkatkan dan mempertahankan gambaran dari perempuan pengusaha sesuai dengan kepribadian dan budaya Indonesia.

Berikut merupakan bagan susunan dewan kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IWAPI kota Bandung:

(4)

4

Gambar 1.3 Bagan Struktur Kepengurusan IWAPI Bandung

Sumber: DPD IWAPI Bandung, 2020

Keterangan:

 Ketua Umum: Hj. Ega Megantari, SH

 Wakil Ketua Umum I Bidang Keorganisasian, Kesekretarian, kelembagaan bisnis, hukum & ketenagakerjaan: Tursiani Ratnawati, ST

 Wakil Ketua Umum II Bidang Kebendaharaan, Sosial, & CSR: Hj, Rahayu Widiowati, SH

 Wakil Ketua Umum III Bidang Perdagangan & Perindustrian: Lely Cholidah Aziz

 Wakil Ketua Umum IV Bidang Agribisnis Pangan & Perikanan Kelautan: Hj. Tuti Rachman Yuliawati

 Wakil Ketua Umum V Bidang Infrastruktur dan Properti: Rizki Ananda

 Wakil Ketua Umum VI Bidang Pariwisata, Budaya & Ekonomi Kreatif: Syanti Sri Yunita

 Wakil Ketua Umum VII Bidang Hubungan Internasional & Humas: Erlin Resiana

 Wakil Ketua Umum VIII Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Inge Suprayogi

KETUA UMUM IWAPI BANDUNG

WKU I WKU II WKU III WKU IV WKU v WKU VI WKU VII WKU VIII

KETUA KOMITE KETUA KOMITE KETUA KOMITE KETUA KOMITE KETUA KOMITE KETUA KOMITE KETUA KOMITE KETUA KOMITE

(5)

5 1.2 Latar Belakang Penelitian

Kewirausahaan telah dilihat sebagai elemen penting bagi pertumbuhan dan perkembangan sebagian besar negara, kewirausahaan juga diklaim sebagai pendorong utama ekonomi di negara maju dan berkembang, karena negara bisa dikatakan berkembang dengan baik jika terjadi realisasi pertumbuhan ekonomi yang bisa sejalan dengan pembangunan disegala bidang, dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah telah menggalakan jiwa dan semangat entrepreneur (Marlinah, 2019). McCleeland dalam Adnyana (2016) mengemukakan bahwa suatu negara dapat maju apabila 2% dari total penduduk berprofesi sebagai entrepreneur. Menurut Agung Gede Ngurah selaku Kementerian Koperasi dan KUKM mengungkapkan bahwa perkembangan UMKM di Indonesia sangat berkembang pesat dan terus mengalami kemajuan, terlihat dari jumlah pengusaha di Indonesia meningkat dari sebelumnya yaitu sebesar 1,67% menjadi 3,10% dari total jumlah penduduk Indonesia yang saat ini sebanyak 225 juta jiwa (Darmayanti, 2018). Hal ini terbukti bahwa semakin banyak orang Indonesia yang tertarik untuk menjadi seorang pengusaha

Berhubungan dengan kewirausahaan, wanita juga memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Peran wanita dalam pengembangan UMKM Indonesia ternyata sangat signifikan. Laporan Kementerian Luar Negeri RI menemukan, pertumbuhan UMKM yang dimiliki wanita di Indonesia ternyata berada di peringkat ke tiga tertinggi di Asia Pasifik (Sari, 2015). Berdasarkan informasi dari Linda Amalia Sari Gumelar selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengatakan bahwa pelaku usaha kecil dan mikro di Indonesia 60% adalah wanita, hal ini menunjukkan perempuan memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian negara (Azizah, 2019).

Keterlibatan pekerja perempuan membawa dampak terhadap peran perempuan dalam kehidupan keluarga. Fenomena yang terjadi dalam masyarakat adalah semakin banyaknya perempuan membantu suami mencari tambahan penghasilan, selain karena didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga, perempuan semakin dapat mengekspresikan dirinya ditengah-tengah keluarga dan masyarakat

(6)

6

(Sulistriyanti, 2015). Selain itu kesenjangan gender masih menjadi halangan bagi sebagian wanita untuk memulai sebuah usaha karena wanita masih diragukan kemampuannya untuk memiliki usaha sendiri. Disaat wanita mampu menjual dan mendapatkan keuntungan, sebenarnya telah dimulai satu langkah menjadi seorang pengusaha wanita. Walaupun kegiatan menjual atau berdagang yang dilakukan secara mandiri masih sulit dilakukan wanita karena ada persepsi bahwa wanita hanya sebagai pengurus rumah tangga saja. Tentunya dibutuhkan keuletan dan kesabaran bagi wanita untuk membuktikan bahwa hal tersebut tidak benar (Wijayanti, 2016).

Dalam era globalisasi saat ini wirausahawan tidak hanya di dominasi oleh pria namun perempuan juga telah mengambil bagian ini untuk dijadikan tumpuan hidupnya sebagai pekerjaan sampingan untuk membantu membiayai kehidupan keluarga. Menurut Angga (2015), Indonesia memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan jumlah pengusaha, dan memiliki persentase yang cukup besar seperti yang terlihat pada Gambar 1.4 di bawah ini:

.

Gambar 1. 4 Persentase Entrepreneurs Berdasarkan Jenis Kelamin dan Wilayah

Sumber : World Bank (2016)

Berdasarkan Gambar 1.4 mengenai laporan Pengusaha Wanita Indonesia yang dikerjakan oleh Bank Dunia dan Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2016, pengusaha laki laki memiliki jumlah persentase lebih

36 20 23 47 20 42 22 32 50 36 0 10 20 30 40 50 60

Indonesia Malaysia Tiongkok Filipina India Perempuan Laki-laki

(7)

7

tinggi dibanding perempuan. Laporan itu juga mengatakan, sebanyak 36 % dari total perempuan Indonesia usia kerja lebih memilih untuk menjadi pengusaha dan mayoritas pengusaha perempuan terlibat dalam sektor informal, atau di sektor semi formal (databoks.co.id, 2018). Dibandingkan dengan negara lain, tingkat pekerja perempuan yang memilih menjadi wirausaha di Indonesia lebih tinggi daripada Malaysia, Cina dan India.

Namun, keterlibatan pekerja perempuan di Bandung mengalami penurunan tren yang berarti sejak dari tahun 2014 sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 1.5 berikut ini:

Gambar 1. 5 Persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Kota Bandung

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) (2018)

Berdasarkan Gambar 1.5 diatas dapat terlihat bahwa, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan di kota Bandung mempunyai porsi yang sangat besar hingga mencapai angka rata-rata hampir 50%. Namun dari tahun 2015 hingga 2018 partisipasi perempuan mulai menurun (BPS, 2018). Salah satu penyebab menurunnya jumlah angkatan kerja pada perempuan di kota Bandung adalah perempuan masih memegang peranan penting sebagai pengurus rumah tangga. Hal ini juga dipertegas oleh Sulistriyanti (2015), mengungkapkan perempuan cenderung meninggalkan pasar kerja secara keseluruhan untuk memenuhi tanggung

42.24 44.81 44.28 47.97 46.73 45.51 42.37 2011 2012 2013 2014 2015 2017 2018 Perempuan

(8)

8

jawab melahirkan dan membesarkan anak, tetapi ketika anak sudah cukup umur, kemungkinan akan kembali ke pasar kerja. Dan sebagian besar perempuan lebih suka membuka usaha mikro, kecil dan menengah di sektor informal karena kesulitan dalam menembus sektor formal (databoks.co.id, 2018). Berikut ini adalah persentase pekerja wanita yang bekerja di sektor formal dan informal di Jawa Barat sebagaimana yang dilihat pada Gambar 1.6:

Gambar 1. 6 Pekerja Wanita yang Bekerja di Sektor Formal dan Informal di Jawa Barat

Sumber: Wazdi (2018)

Berdasarkan Gambar 1.6 di atas menunjukkan perbedaan jumlah wanita yang bekerja di sektor formal dengan sektor informal wilayah Jawa Barat, dari data tersebut tercatat sebanyak 52,58 % wanita bekerja di sektor informal, sedangkan di sektor formal hanya tercatat sebanyak 47,42 % (Wazdi, 2018). Kemudahan sektor informal untuk dimasuki menjadi salah satu alasan perempuan untuk bekerja. Karena pada kenyataannya motivasi perempuan untuk bekerja bukanlah sekedar mengisi waktu senggang akan tetapi membantu suami dalam menopang ekonomi rumah tangga (Isti dan Pitoyo, 2016).

Berdasarkan wawancara informal dengan wakil ketua IWAPI kota Bandung saat ditemui di rumahnya pada tanggal 8 Agustus 2019 mengatakan banyaknya komunitas dan organisasi yang baru mengakibatkan menurunnya pertumbuhan pengusaha perempuan yang bergabung dalam IWAPI kota Bandung. Pada tahun 2019 anggota IWAPI terdiri dari 250 orang dengan proporsi jumlah usaha

0.44 0.45 0.46 0.47 0.48 0.49 0.5 0.51 0.52 0.53

Sektor informal Sektor formal

52.58%

(9)

9

menengah sebanyak 20%, usaha kecil sebesar 30%, dan 60% pada usaha mikro. Jenis usaha dengan skala mikro kecil pada anggota IWAPI seperti fashion, kuliner, kerajinan, dan lain sebagainya. Selain itu temuan yang dapat diidentifikasikan beberapa hal terkait dengan sikap mandiri anggota IWAPI yaitu tidak semua pengusaha yang tergabung di IWAPI merintis bisnis dari awal, ada beberapa yang meneruskan usaha suami atau usaha keluarga karena tidak mau mengambil resiko yang besar ketika merintis usaha diawal seperti takut tidak dapat mengembangkan usahanya. Terkadang pengusaha yang sudah memiliki modal besar belum tentu dapat konsisten dalam mengembangkan usahanya, hal ini berbeda dengan pengusaha yang memulai usahanya dari mikro kecil butuh kerja keras dan kesungguhan untuk menjadi pengusaha besar sehingga lebih mandiri. Dalam motivasi berbisnis beberapa anggota IWAPI kurang memiliki motivasi yang tinggi dalam berwirausaha. Hal tersebut dapat diidentifikasi dari menjalankan usaha hanya dengan tujuan untuk mengisi waktu luang dan membantu dalam menambah penghasilan untuk hidup sehari-hari. Temuan lain dari kurangnya motivasi berbisnis para anggota IWAPI ini dapat terlihat dari kurang antusiasnya mengikuti seminar yang diadakan pengurus IWAPI. Akan tetapi sebagai seorang wirausaha harus memiliki tujuan yang jelas agar terdorong untuk mengembangkan usahanya dan dapat bertahan melawan kompetitor yang lain.

Beberapa usaha yang dijalankan oleh anggota IWAPI berdagang tanpa memberikan nilai baru terhadap produk, temuan tersebut peneliti dapatkan melalui akun usaha sosial media beberapa anggota IWAPI kota Bandung yang menunjukkan kurangnya inovasi dalam menarik konsumen seperti memasang foto barang yang ditawarkan melalui instagram tanpa memberikan kalimat yang menarik, memasang foto produk dengan seadanya, dan kurangnya menerapkan metode marketing flash sale. Wirausaha yang memiliki pengetahuan tinggi mampu berinovasi dalam membuat produk yang pada akhirnya dapat menjadi kebutuhan pelanggan. Selain itu seorang wirausaha harus mempunyai wawasan yang luas untuk melihat peluang bisnis yang ada. Kondisi ini menggambarkan adanya minat wirausaha pada anggota IWAPI kota Bandung yang masih rendah. Rendahnya minat wirausaha dapat dilihat dari kurangnya ide dalam membuat dan

(10)

10

mengembangkan bisnis untuk menjadi mata pencaharian utama yang dapat menghasilkan pemasukan yang sangat besar. Seorang wirausaha yang sukses harus mempunyai karakter yang berani mengambil resiko untuk mengembangkan bisnis sehingga diharapkan dapat membuka lapangan kerja dengan luas.

Topik mengenai wirausaha ini menarik dan perlu diperhatikan oleh organisasi IWAPI yang mempunyai tujuan untuk mensejahterakan UMKM dengan program kemitraan dikarenakan tujuan organisasi ini berkaitan dengan peran perempuan dan perekonomian Indonesia secara luas.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi minat wirausaha pada perempuan. Dari berbagai jurnal, faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha berasal dari motivasi, sikap, prestasi, kecerdasan emosi, pengetahuan, karakter, self

efficacy, tenaga kerja, skill, lahan, jiwa kewirausahaan. Dalam penelitian Lestari

(2016), menyatakan bahwa munculnya minat berwirausaha didasarkan dari sikap mandiri seseorang ketika akan memulai usaha baru. Berdasarkan hasil penelitiannya ditemukan bahwa sikap mandiri berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha, namun menurut penelitian Hendrawan dan Sirine (2017) menyatakan bahwa sikap mandiri tidak berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Rifkhan (2017) juga mendukung penelitian yang menyatakan bahwa sikap mandiri tidak berpengaruh terhadap minat berwirausaha.

Rifkhan (2017), mengidentifikasi bahwa faktor penting yang harus dimiliki untuk menjadi wirausaha adalah motivasi berwirausaha. Dengan motivasi diharapkan mampu menumbuhkan minat berwirausaha dalam diri seseorang. Berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa variabel motivasi berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha, namun menurut penelitian Anggraini (2017), menyatakan bahwa variabel motivasi tidak berpengaruh terhadap minat berwirausaha

Selain sikap mandiri dan motivasi yang mendorong perempuan untuk berwirausaha, pengetahuan kewirausahaan juga mempengaruhi minat perempuan dalam berwirausaha. Penelitian Hendrawan dan Sirine (2017) menyatakan bahwa

(11)

11

pengetahuan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha, namun penelitian Agusmiati (2018) tidak sependapat dengan penelitian Sirine (2018) mengemukakan bahwa pengetahuan kewirausahaan tidak berpengaruh terhadap minat berwirausaha.

Tinjauan yang berasal dari berbagai penelitian di atas dapat menimbulkan celah (gap) yaitu adanya perbedaan hasil antar penelitian dimana variabel sikap mandiri, motivasi, dan pengetahuan menarik untuk diteliti dikarenakan belum adanya kejelasan hasil pengaruh ketiga variabel tersebut terhadap minat berwirausaha. Selain itu pemilihan variabel independen ini sebagai variabel yang akan diuji dikarenakan belum banyak penelitian yang membahas secara bersama-sama ketiga variabel tersebut untuk memprediksi minat wirausaha. Penelitian yang dilakukan oleh Sumadi dan Wati (2017) tidak menguji variabel mandiri dan pengetahuan dalam memprediksi minat wirausaha. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2018) tidak mengangkat variabel sikap mandiri, motivasi, dan pengetahuan kewirausahaan untuk memprediksi minat wirausaha. Penelitian yang dilakukan oleh Adnyana dan Purnami (2016) juga tidak mengangkat variabel sikap mandiri, motivasi, dan pengetahuan kewirausahaan untuk memprediksi minat wirausaha. Penelitian yang dilakukan oleh Aidha (2016) hanya menguji variabel motivasi, tanpa mengikutsertakan variabel sikap mandiri dan pengetahuan kewirausahaan sebagai variabel prediktor terhadap variabel minat wirausaha.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas terdapat masalah mengenai minimnya minat wirausaha pada anggota IWAPI dan sejumlah gap research seperti perbedaan hasil penelitian sebelumnya dan belum banyaknya penelitian yang mengangkat variabel sikap mandiri, motivasi, dan pengetahuan kewirausahaan untuk diuji pengaruhnya terhadap minat wirausaha, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul: “Pengaruh Sikap Mandiri, Motivasi, Pengetahuan Kewirausaan Terhadap Minat Berwirausaha Pengusaha Wanita” (Studi Pada Anggota Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Cabang Kota Bandung)”.

(12)

12 1.3 Perumusan Masalah

Kegiatan wirausaha sangat penting dalam membuka lapangan kerja guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melihat hal tersebut, Prof. Kemala Motik dan Dr. Dewi Motik PMSI melakukan inisiatif untuk mendirikan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI). Namun organisasi ini terdapat beberapa masalah mengenai masih rendahnya minat wirausaha wanita yang menjadi anggotanya. Beberapa masalah yang menjadi temuan awal yaitu:

a. Rendahnya keberanian untuk memulai usaha sendiri karena tidak mau mengambil resiko dan kurangnya konsistensi dalam mengembangkan usaha b. Kemampuan dalam mengembangkan produk masih rendah terlihat beberapa

produk yang dijual kurang adanya inovasi atau nilai tambah dalam produk tersebut

c. Kurang antusiasnya anggota ketika pelaksanaan seminar yang diadakan IWAPI terlihat dari jumlah kehadiran anggota tidak semua hadir dalam seminar tersebut.

Topik mengenai wirausaha ini menarik dan perlu diperhatikan oleh organisasi IWAPI yang mempunyai tujuan untuk mensejahterakan UMKM dengan program kemitraan dikarenakan tujuan organisasi ini berkaitan dengan peran perempuan dan perekonomian Indonesia secara luas sehingga dilakukan pengujian variabel sikap mandiri, motivasi, dan pengetahuan kewirausahawan sebagai variabel independen terhadap minat berwirausaha. Hal tersebut ditambah oleh perbedaan hasil penelitian sebelumnya antara ketiga variabel tersebut sehingga kedua hal tersebut pada akhirnya dapat menimbulkan celah penelitian dan menjadi landasan bagi penulis untuk melakukan penelitian ini.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan yang tepat untuk penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar pengaruh sikap mandiri terhadap minat berwirausaha pengusaha wanita pada anggota IWAPI di kota Bandung?

(13)

13

2. Seberapa besar pengaruh motivasi terhadap minat berwirausaha pengusaha wanita pada anggota IWAPI di kota Bandung?

3. Seberapa besar pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pengusaha wanita pada anggota IWAPI di kota Bandung?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui besar pengaruh sikap mandiri terhadap minat berwirausaha pengusaha wanita pada anggota IWAPI di kota Bandung.

2. Mengetahui besar pengaruh motivasi terhadap minat berwirausaha pengusaha wanita pada anggota IWAPI di kota Bandung.

3. Mengetahui besar pengaruh Pengetahuan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pengusaha wanita pada anggota IWAPI di kota Bandung.

1.6 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat dilihat dari dua manfaat, yaitu:

a. Manfaat Praktis

1. Sebagai masukan untuk anggota IWAPI kota Bandung, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kontribusi dan bahan evaluasi bagi instansi terkait dalam mengidentifikasi minat berwirausaha pada women entrepreneur khususnya IWAPI di Kota Bandung.

2. Dapat menjadi pertimbangan untuk dapat diterapkan guna meningkatkan minat berwirausaha anggota IWAPI kota Bandung.

3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif dalam perbaikan sistem pembelajaran untuk keanggotaan yang selama ini kurang maksimal bisa lebih ditingkatkan dengan memberikan gambaran kesuksesan dengan tujuan untuk menumbuhkan minat wirausaha.

(14)

14 b. Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat menjadi wadah penerapan teori yang telah didapatkan selama mengikuti perkuliahan pada program studi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika Universitas Telkom. Penelitian ini mampu melatih tanggung jawab, kemampuan analisis, berpikir sistematis dan konseptual, serta meningkatkan wawasan dan pengetahuan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya untuk mengkaji variabel yang digunakan pada lingkup penelitian yang berbeda seperti aplikasinya pada pengusaha pria atau pada organisasi yang berbeda. Selain itu, temuan yang didapatkan diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian di masa depan dan mampu memperluas wawasan dan memperkaya pengetahuan berkaitan dengan bidang tersebut.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian a. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini adalah tentang identifikasi seberapa besar pengaruh atau faktor yang mendasari niat wirausaha wanita dalam menjalankan bisnisnya yang terdiri dari variabel sikap mandiri, motivasi, dan pengetahuan kewirausahaan. Penelitian ini hanya fokus dan dikhususkan untuk meneliti pengusaha wanita yang terdaftar di IWAPI Kota Bandung sehingga bukan melakukan generalisasi terhadap wanita secara keseluruhan di Indonesia.

b. Waktu dan Periode Penelitian

Secara keseluruhan penelitian ini sudah dilaksanakan selama 8 bulan terhitung sejak bulan Juli tahun 2019 – Februari tahun 2020.

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Pembahasan penelitian ini terbagi menjadi lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisian penelitian ini secara garis besar adalah sebagi berikut:

(15)

15 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum, latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang dapat mendukung analisis penelitian, diuraikan juga megenai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini, dijelaskan mengenai jenis penelitian yang digunakan, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, jenis data, teknik analisi data dan hipotesis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini diuraikan mengenai karakteristik responden, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, yang disajikan dalam kesimpulan penelitian, dan saran yang diberikan kepada objek peneliti

Gambar

Gambar 1. 2 Persentase Jumlah Anggota IWAPI kota Bandung  Sumber : IWAPI Bandung, 2020
Gambar 1.3 Bagan Struktur Kepengurusan IWAPI Bandung  Sumber: DPD IWAPI Bandung, 2020
Gambar 1. 4 Persentase Entrepreneurs Berdasarkan Jenis Kelamin dan Wilayah  Sumber : World Bank (2016)
Gambar 1. 5 Persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Kota  Bandung
+2

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang sebelumnya, dibutuhkan penelitian dalam merancang business model yang cocok untuk digunakan oleh PT INTI menggunakan pendekatan

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, terdapat sejumlah masalah yang muncul berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang ada dan adanya perbedaan hasil dari beberapa peneliti terhadulu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, fenomena ini layak diteliti untuk mengetahui seberapa besar pengaruh online consumer review yang dilakukan beauty

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka dapat diperoleh rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh perbedaan konsentrasi polivinil alkohol sebagai surfaktan

Dengan uraian dari latar belakang masalah tersebut, maka perlu dilakukan analisis mengenai pemilihan dalam penggunaan metode autentikasi berdasarkan karakteristik

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis akan melakukan penelitian mengenai Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Tenaga Penjamah Makanan Tentang HACCP Sebelum dan Sesudah

Merujuk dari latar belakang masalah tersebut mengenai minat beli konsumen dipengaruhi oleh skenario film “Bad Luck Ipul” yang mempunyai jalan cerita seorang mahasiswa yang tertipu saat