• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK IMPLIKATUR PERCAKAPAN DI LINGKUNGAN KELUARGA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW. Haspipi Gobel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BENTUK IMPLIKATUR PERCAKAPAN DI LINGKUNGAN KELUARGA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW. Haspipi Gobel"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BENTUK IMPLIKATUR PERCAKAPAN DI LINGKUNGAN KELUARGA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Haspipi Gobel

Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo, 2014

Anggota Penulis

Prof. Dr. Hj. Sayama Malabar, M.Pd (Pembimbing I) Dr. Fatmah AR. Umar, M.Pd (Pembimbing II)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk implikatur percakapan di lingkungan keluarga, (2) mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan implikatur percakapan di lingkungan keluarga. Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik. Lokasi penelitian yakni di Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Data penelitian ini adalah percakapan di lingkungan keluarga. Data tersebut dianalisis dengan cara mentranskripsi data hasil rekaman, mengidentifikasi data, mengklasifikasikan data, menganalisis data dan menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ; (1) bentuk-bentuk implikatur percakapan di lingkungan keluarga, itu terdiri atas dua bentuk. Yakni , bentuk implikatur percakapan umum dan bentuk percakapan khusus, (2) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penggunaan implikatur percakapan di lingkungan keluarga, terdiri dari faktor peserta tutur (penutur dan lawan tutur) faktor situasi.

(3)

Pendahuluan

Percakapan pada hakikatnya adalah peristiwa berbahasa lisan antara dua orang partisipan atau lebih yang pada umumnya terjadi dalam suasana santai. Percakapan merupakan wadah yang memungkinkan terwujudnya prinsip-prinsip kerjasama dan sopan santun dalam peristiwa berbahasa. Dalam sebuah percakapan, perlu memahami makna tersirat suatu ujaran. Makna yang tersirat dalam suatu percakapan disebut implikatur percakapan. Dengan kata lain, implikatur percakapan adalah proposisi atau pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau yang dimaksudkan penutur berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur dalam suatu percakapan Grice (dalam Gunawan, 2007:247).

Implikatur percakapan merupakan salah satu bagian dari kajian pragmatik. Percakapan yang terjadi antar penutur dan lawan tutur sering kali mengandung maksud-maksud tertentu yang berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan. Dalam kondisi tersebut suatu penggunaan bahasa sering kali mempunyai maksud-maksud yang tersembunyi di balik penggunaan bahasa secara struktural. Kondisi percakapan yang demikian terjadi pula pada masyarakat Bolaang Mongondow Timur. Masyarakat Bolaang Mongondow Timur merupakan masyarakat yang menggunakan bahasa Mongondow dalam percakapan, baik di lingkungan formal maupun di lingkungan nonformal. Khusus percakapan masyarakat Bolaang Mongondow Timur yang nonformal terjadi di warung dan pasar. Warung dan pasar adalah tempat untuk menjual makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh masyarakat dan sebagainya. Percakapan yang terjadi di lingkungan tersebut banyak mengandung implikatur. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.

Percakapan ini dituturkan oleh dua orang ibu rumah tangga yang berada di warung makan.

A: Ikolom tanggal 19 oyuon kon acara aka dya, igay mea pintad woka?

(besok tanggal 19 kamu ada acara, atau tidak, ayo ke pantai woka?)

(4)

(saya pergi ke kampung suami)

Pada percakapan tersebut melibatkan dua orang peserta tutur, yaitu A (penutur) dan B (lawan tutur). Topik pembicaraan tersebut, mengenai ajakan penutur A kepada lawan tuturnya untuk pergi bersamanya ke pantai. Situasi ketika terjadinya tuturan adalah ketika A sedang duduk bersama temannya di warung, datang B dengan tujuan ingin membicarakan sesuatu hal kepada A. Sebenarnya yang berada di tempat tersebut terdapat tiga orang ibu. Akan tetapi salah seorang dari mereka tidak terlibat dalam pembicaraan. Pada percakapan tersebut, tuturan B mengimplikasikan menolak. Tuturan B “Akuoy mea kon lipu buloyku.” tidak semata-mata memberitahukan bahwa pada tanggal 19 tersebut dia akan pulang kampung. Tuturan B bermaksud menolak ajakan A untuk pergi ke pantai, karena pada tanggal tersebut merupakan tanggal yang sudah direncanakan oleh B untuk pulang ke kampung suaminya dan ingin berkumpul bersama keluarganya.

Dari peristiwa tutur tersebut, terdapat pelanggaran prinsip sopan santun. Tuturan A “Ikolom tanggal 19 oyuon kon acara aka dya, igay mea pintad woka”. dijawab oleh B ”Akuoy mea kon lipu buloyku”. Tuturan yang diutarakan oleh B melanggar prinsip sopan santun, karena memberikan jawaban yang berlebih- lebihan dari yang dibutuhkan oleh lawan tuturnya. Tuturan B akan mematuhi prinsip sopan santun apabila B mengatakan “ada atau tidak. Tuturan yang diutarakan B tersebut bertujuan menolak ajakan A untuk pergi ke pantai woka.

Mengingat pentingnya permasalahan ini, perlu kiranya dilakukan penelitian secara mendalam mengenai implikatur percakapan di lingkungan keluarga Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis menggunakan teori hakikat implikatur dan bentuk-bentuk implikatur.

Istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh penutur. Pendapat itu bertumpu pada suatu makna yang berbeda dengan makna tuturan secara harfiah (Brown dan Yule, 1996 : 31).

(5)

Bentuk- bentuk implikatur percakapan terdiri dari (1) implikatur konvensional adalah implikatur yang diperoleh dari makna kata, bukan dari pelanggaran prinsip percakapan (2) implikatur nonkonvensional adalah implikatur yang diperoleh dari fungsi pragmatis yang tersirat dalam suatu percakapan. Implikatur konvensional dikaitkan dengan pemakaian dan pemaknaan umum, sementara implikatur percakapan merujuk pada prinsil-prinsip dalam pertuturan secara tepat. Pemilahan kedua jenis implikatur tersebut selengkapnya diuraikan sebagai berikut: (1) Implikatur konvensional bersifat non-temporer, artinya makna itu lebih tahan lama. Suatu leksem tertentu, yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran, dapat dikenali implikasinya karena maknanya yang "lama" dan sudah diketahui secara umum (2) Implikatur nonkonvensional atau implikatur percakapan. Grice membedakan lagi secara dikotomis implikatur percakapan, yaitu (1) implikatur percakapan khusus, dan (2) implikatur percakapan umum. Implikatur percakapan khusus adalah implikatur yang kemunculannya memerlukan konteks khusus. Adapun implikatur percakapan umum adalah implikatur yang kehadirannya di dalam percakapan tidak memerlukan konteks khusus.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk implikatur percakapan di lingkungan keluarga Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (2) mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan implikatur percakapan di lingkungan keluarga Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

Metode penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Waktu dalam penelitian ini dimulai dari bulan November 2013 sampai Desember. Data yang dimaksud dalam penelitian ini yakni percakapan masyarakan di lingkungan keluarga Bolaang Mongondow Timur. Sumber data dalam penelitian ini yakni masyarakat di lingkungan keluarga Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

(6)

Teknik yang digunakan dalam penggumpulan data penelitian ini yakni (1) teknik observasi, (2) teknik simak libat cakap, (3) teknik rekam, dan (4) teknik catat. Setelah melakukan pengumpulan data dengan menggunakan empat teknik, peneliti melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. Kegiatan analisis dilakukan dengan lima tahap yakni (1) mentranskripsi data hasil rekaman, (2) mengidentifikasi data, (3) mengklasifikasi data, (4) menganalisis data, dan (5) menyimpulkan.

Hasil penelitian dan pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data, maka hasil penelitian menunjukan bahwa (1) bentuk- bentuk implikatur percakapan di lingkungan keluarga Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Terdiri dari bentuk implikatur percakapan umum dan bentuk implikatur percakapan khusus.

Bentuk implikatur percakapan umum adalah implikatur yang kemunculannya di dalam percakapan tidak memerlukan konteks khusus.

Bentuk implikatur tersebut dapat dilihat pada (1) antara P1 (seorang pemuda) dengan P2 (mahasiswa).

(1) P1: hay yo toonu powisudaonmu? (hey kapan kau wisuda?)

P2: ban motoyong bulan valentine dega kay monia (nanti dekat bulan valentine, kata mereka)

Kutipan percakapan (1) antara P1 (seorang pemuda) dan P2 (mahasiswa) di atas, merupakan bentuk implikatur percakapan umum yang tidak memerlukan konteks khusus. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban P2 “ban motoyong bulan valentine dega kay monia (nanti dekat bulan valentine, kata mereka)”. Jawaban tersebut merupakan implikatur percakapan umum, yakni, yang terdapat pada kata valentine, karena kalau seseorang menyebut kata valentine berarti bulan Februari, dan kalau seorang mahasiswa UNG menyebutkan bulan valentine, bulan itu adalah bulan

(7)

pelaksanaan wisuda yang jatuh pada bulan Februari dan bertepatan perayaan valentine

Pada kutipan percakapan (2) juga terdapat bentuk implikatur percakapan umum. Hal ini dapat diamati pada percakapan (2) antara P1 (Ibu rumah tangga/pembeli) dan P2 (pemilik warung/ penjual)

(2) P1: lima belas noribu pa pobuyiyon, ka inangoyku itarap diya pa nobuka. (lima belas ribu lagi kembaliannya, tadi aku datang lihat tidak dibuka) P2: ka akuoy minea kon tolosi sin mineya pa nomia kon toya. (aku pergi ke sebelah karena aku membuat ikan)

Kalimat jawaban P2 “aku membuat ikan” merupakan bentuk implikatur percakapan umum. Hal ini ditunjukan oleh kalimat “akuoy minea pa nomia kon toya (aku pergi membuat ikan)” itu merupakan hal yang umum bagi masyarakat Bolaang Mongondow yang artinya aku pergi memasak ikan.

Hal yang sama juga dapat dilihat pada kutipan percakapan lanjutan antara P1 (Ibu rumah tangga/pembeli) dan P2 (pemilik warung/ penjual), sebagai berikut:

(3) P2: ka mojadi pomulaan pa kon sangkubi, ban bulan puasa oyuon pomia ma? (kalau sudah selesai akan ditanam ubi jalar, supaya bulan puasa nanti ada yang bisa dibuat kolak)

P1: o,o kon mako kintal no kosong, oo pomia onkon kola. Singgay tua sangkubi pinomulamu nopira, mantega dega tua. pomia kon kola. Hay taginmu kon mako minea don pinupul? (di sana lahannya kosong, ooh buat kolak. Waktu itu ubi jalar yang kamu tanam bagus, mungkin mentega yang dibuat kolak. Hey hey pisang yang disana sudah dipotong?)

Kalimat jawaban P1 (ibu rumah tangga/pembeli pertama) pada kalimat jawaban di atas “mantega dega tua pomia kon kola (mentega yang di buat kola)” itu termasuk bentuk kalimat umum karena mantega warnanya kuning, dan ubi yang berwarna kuning enak rasanya dan sering disebut dengan ubi mantega.

(8)

Selain itu pula pada percakapan lanjutan antara P1(ibu rumah tangga/pembeli pertama) dan P3 (ibu rumah tangga/pembeli kedua). Terdapat pula bentuk implikatur percakapan umum. Hal itu dapat diamati pada kutipan percakapan di bawah ini.

(4) P1: jadi mea manado aka mea kota tanggal 7 iko? (jadi kau pergi ke Kota atau ke Manado tanggal 7?)

P3: hay o,o mea Kota akuoy au, kamindai name wati ponikaan iadi I Husen. (iya, aku akan pergi ke Kota, aku dan Name Wati dipernikahan anaknya Husen)

Kalimat jawaban P3 (ibu rumah tangga/ pembeli satu), “mea Kota akuoy au (aku akan pergi ke Kota)” termasuk bentuk implikatur percakapan umum. Kata Kota pada masyarakat Bolaang Mongondow itu berarti Kotamobagu, sehingga dengan jawaban tersebut P3 “mea Kota akuoy au (aku pergi ke Kota), secara umum kata Kota berimplikasi Kotamobagu.

Pada kutipan percakapan (5) juga terdapat implikatur percakapan umum. Hal itu ditunjukan oleh P2 (pemilik warung/penjual) dan P1 (ibu rumah tangga/pembeli).

(5) P2: bo toonu kaganapan yi pipi? (kapan kegenapannya pipi?)

P1: oh tanggal 7 Januari, ay mo mangoy yo, momangoy pa in tanggal kaganapan i pipi wo (oh, tanggal 7 januari datang yah. Datang saat kegenapannya pipi)

Pada kutipan percakapan di atas, terdapat kalimat yang dituturkan oleh P1”toonu kegenapan yi pipi (kapan kegenapannya Pipi)”. Penggunaan kalimat tersebut pada masyarakat Bolaang Mongondow secara umum berimplikasi pada kegenapan 100 hari kematian seseorang.

Bentuk Implikatur percakapan khusus adalah implikatur yang kemunculannya memerlukan konteks khusus.

Dalam penelitian ini dideskripsikan bentuk implikatur percakapan khusus dalam konteks sebagai berikut:

(9)

a. Bentuk penolakan

(1) P1: Oji, kamonia iko nonikadon ma (Oji, kata mereka kau sudah menikah?)

P2: ha ha ha pokaanon onu dega adi iintau (ha ha ha mau diberi makan apa anak orang)

Kutipan percakapan di atas, merupakan percakapan yang terjadi antara P1 (seorang pemuda) dan P2 (mahasiswa). Kutipan percakapan yang menjadi jawaban P2 “hahaha pokaanon onu dega adi i intau (ha ha ha mau diberi makan apa anak orang)” kalimat jawaban tersebut tidak diharapkan oleh P1 meskipun kata-kata yang digunakan P2 cukup santun, tetapi P1 tentu tidak mengharapkan jawaban seperti itu. Jawaban yang diharapkan oleh P1 adalah “diya pa monika (kata belum menikah)”. Jawaban P2 seperti itu muncul karena pada saat terjadinya percakapan itu pada konteks P2 (mahasiswa) masih sementara kuliah dan belum mempunyai pekerjaan yang tetap.

Selain itu pula pada percakapan lanjutan antara P1(seorang pemuda) dan P2 (mahasiswa). Terdapat pula bentuk implikatur percakapan khusus yang memerlukan konteks khusus. Hal itu dapat diamati pada kutipan percakapan di bawah ini.

(2) P2: bo diya kon tampat akuoy au posiugan monimu (dan saya tidak memiliki tempat tinggal untuk kalian)

P1: poko tenang bi sin mo anto ginalumku kon tua, tua kon dalan Bali mo anto ginalum papaku tua (pokoknya tenang saja, banyak saudaraku disana,, di jalan Bali saudara papaku juga ada)

Pada kutipan percakapan di atas, merupakan kutipan percakapan yang terjadi antara P1 (seorang pemuda) dan P2 (mahasiswa). Hal ini merupakan sebuah implikatur percakapan khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus. Terbukti pada kalimat oleh P2 (mahasiswa) “bo diya kon tampat akuoy au posiugan monimu (dan saya tidak memiliki tempat tinggal untuk kalian)”. Kalimat ini muncul karena pada saat, terjadinya percakapan itu pada konteks P2 adalah seorang mahasiswa yang hanya tinggal di tempat kos. Kalimat P2 mengimplikasikan sebuah bentuk penolakan saat terjadinya percakapan itu.

(10)

Bentuk implikatur khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus juga dapat dilihat pada (3) antara P1 (ibu rumah tangga/pembeli) dan P2 (pemilik warung/penjual).

(3) P1: oh, 1 kg 13 ribu, ey konmonag 1 kg 12 ribu. (oh 1 kg 13 ribu. Di pasar 1 kg 12 ribu)

P2: soalnya, kon naa mo nondan pa kon bentor bo kaasi kartasnya minta, jadi tonga toribu untung. (soalnya disini biaya bentor kasian, kertas, jadi hanya seribu keuntungan)

Kutipan percakapan di atas, merupakan percakapan yang terjadi antara P1 (ibu rumah tangga/pembeli) dan P2 (pemilik warung/penjual). Kutipan percakapan yang menjadi jawaban P2 “soalnya, kon naa mo nondan pa kon bentor bo kaasi kartasnya minta, jadi tonga toribu untung. (soalnya disini biaya bentor kasian, kertas, jadi hanya seribu keuntungan)”. Kalimat jawaban tersebut tidak diharapkan oleh P1 meskipun kata-kata yang digunakan P2 sudah cukup santun, tetapi P1 tentu tidak mengharapkan jawaban seperti itu. Jawaban yang diharapkan oleh P1 adalah “o,o gama don (iya ambil saja), Jawaban P2 seperti itu muncul karena pada saat terjadinya percakapan itu, pada konteks P2 (pemilik warung/penjual) sebagai ibu rumah tangga yang mata pencariannya hanya menjual di warung.

Bentuk implikatur khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus juga dapat dilihat pada (4) antara P1 (ibu rumah tangga) dan P2 (penjahit).

(4) P1: lima don noribu ulea (lima ribu saja)

P2: hay danaay ulea sin akuoy naa janda, no cacat, bo tong anion totayakku. Toonu agionmu gamaan? (jangan yah karena saya ini janda, cacat dan hanya itu pekerjaanku. Kapan diambil?)

Kutipan percakapan di atas, merupakan percakapan yang terjadi antara P1 (ibu rumah tangga) dan P2 (penjahit). Kutipan percakapan yang menjadi jawaban P2 “hay danaay ulea sin akuoy naa janda, no cacat, bo tong anion totayakku. Toonu agionmu gamaan? (jangan karena saya ini janda, cacat dan hanya itu pekerjaanku. Kapan diambil?)”. Kalimat jawaban tersebut tidak diharapkan oleh P1 meskipun kata-kata yang digunakan P2 sudah cukup santun, tetapi P1 tentu tidak mengharapkan jawaban

(11)

seperti itu. Jawaban yang diharapkan oleh P1 adalah “o,o lima noribu don(iya lima ribu saja)”, Jawaban P2 seperti itu muncul karena pada saat terjadinya percakapan itu, pada konteks P2 (penjahit) sebagai ibu rumah tangga yang mata pencariannya hanya mengharapkan uang hasil jahitan.

b. Bentuk ajakan

Pada percakapan (1) terdapat bentuk implikatur percakapan khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus, yakni.

(1) P2: yo,o,o dang o, bea don po inggu adzan don tua (ya iya, pergi mandi saja, itu sudah adzan)

P1: moyotakin mea masigi (sama-sama pergi ke mesjid)

Pada kutipan percakapan di atas, terjadi antara P1 (seorang pemuda) dan P2 (mahasiswa). Pada percakapan ini mengandung implikatur percakapan khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus. Hal demikian ditunjukan pada jawaban P1 “moyotakin mea masigi (sama-sama pergi ke mesjid)” kalimat jawaban oleh P1 ini merupakan kalimat jawaban yang mengimplikasikan sebuah bentuk ajakan, kalimat jawaban seperti itu muncul karena percakapan itu terjadi pada konteks P1 akan sholat di masjid.

Pada percakapan (2), juga terdapat bentuk implikatur percakapan khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus, yakni.

(2) P1: ban oyuon don kon doit agiku gamaan.(nanti sudah ada uang saya datang ambil)

P2: hay agimu gamaan ambea sin tonga bin naa harapan (kau cepat ambil karena hanya itu harapan saya)

Kutipan percakapan di atas, yang terjadi antara P1 (ibu rumah tangga) dan P2 (penjahit). Pada kalimat yang dikatakan oleh P2 “hay agimu gamaan ambea sin tonga bin naa harapanku (kau cepat ambil karena hanya itu harapan saya)”. Adalah kalimat yang merupakan bentuk ajakan karena kemunculannya terjadi pada konteks P2

(12)

hanyalah seorang penjahit dan tidak memiliki seorang suami dan hanya bergantung pada uang hasil jahitannya.

Pada percakapan (3), juga terdapat bentuk implikatur percakapan khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus, yakni.

(3) P2: topilik yang notalui kon nasi kuning sin pinakean in laksa kolabung (sedikit yang membeli nasi kuning karena hanya dipakai laksa, kemarin) P1: igay kitada mea motalui toya koi mama Rini kon tolosi sin mosia oyuon kon pajeko jadi mo pira dang bo ipar mu doman sia jadi molumayan aka kitada mea (ayo kita berdua beli saja ikan sama mama Rini, diakan punya kapal ikan besar jadi bisa lebih banyak yang akan dikasih terus dia jugakan iparmu jadi lebih bagus)

Kutipan percakapan di atas, terjadi antara P1 (ibu rumah tangga) dan P2 (ibu rumah tangga lain). Kalimat yang dikatakan oleh P2 “igay kitada mea motalui toya koi mama Rini kon tolosi sin mosia oyuon kon pajeko jadi mo pira dang bo ipar mu doman sia jadi molumayan aka kitada mea (ayo kita berdua beli saja ikan sama mama Rini, diakan punya kapal ikan besar. Jadi bisa lebih banyak yang akan diberi terus dia juga iparmu jadi lebih bagus)”. Kalimat P2 ini Adalah kalimat yang merupakan bentuk ajakan karena kemunculannya terjadi pada konteks P2 adalah seorang penjual nasi kuning dan berniat ingin membeli ikan besar sehingga dia mengajak P1 untuk mencari tempat ikan yang lebih besar.

Pada percakapan (4), juga terdapat bentuk implikatur percakapan khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus, yakni.

(4) P1: yo ki lin dega mea Manado (Lin mungkin ke Manado)

P3: ki Lin mea manado?, ki Lin dega, akuoy mea Kota e hu mopaket in oini kon Baygon, Kota bo Manado (Lin pergi ke Manado? Mungkin. aku pergi ke Kota, hu memang banyak yang mengundang dari Baygon, Kota dan Manado)

Kutipan percakapan pada data di atas, merupakan kutipan percakapan yang terjadi antara P1 (ibu rumah tangga/pembeli pertama) dan P3 (ibu rumah tangga/ pembeli kedua). Pada jawaban P3 “ki Lin mea Manado?, ki Lin dega, akuoy mea

(13)

Kota e hu mopaket in oini kon Baygon, Kota bo Manado (Lin pergi ke Manado? Mungkin. aku pergi ke Kota, hu memang banyak yang mengundang dari Baygon, Kota dan Manado)”. Kalimat jawaban P2 terdapat kata mengundang berarti adanya sebuah ajakan. Jawaban P2 muncul karena adanya konteks bahwa P2 adalah salah satu orang penting sehingga sudah lebih dari 2 undangan pada P2.

Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya penggunaan implikatur percakapan di lingkungan keluarga Kabupaten Bolaang Mongondow Timur terdiri dari faktor peserta tutur (penutur dan lawan tutur), dan faktor situasi.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa bentuk- bentuk implikatur percakapan di lingkungan keluarga Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Terbagi atas dua bentuk yakni bentuk implikatur percakapan umum dan bentuk implikatur percakapan khusus, di dalam percakapan khusus terdapat konteks yang melihat bentuk khusus penolakan, dan bentuk ajakan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Grice yang membagi implikatur percakapan menjadi dua bentuk yakni bentuk implikatur percakapan umum dan bentuk implikatur percakapan khusus. Selain itu faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan implikatur percakapan di lingkungan keluarga Kabupaten Bolaang Mongondow Timur sesuai hasil penelitian yang ditemukan adalah faktor penutur ( penutur dan lawan tutur), dan faktor situasi. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan di lapangan bahwa faktor peserta tutur dan faktor situasi mempengaruhi implikatur percakapan di lingkungan keluarga Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

Simpulan dan saran

Berdasarkan hasil penelitian. Maka, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) bentuk-bentuk implikatur percakapan di lingkungan keluarga Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, itu terdiri atas dua bentuk. Yakni , bentuk implikatur percakapan umum dan bentuk percakapan khusus. (2) faktor-faktor yang

(14)

mempengaruhi terjadinya penggunaan implikatur percakapan di lingkungan keluarga Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, terdiri dari peserta tutur (penutur dan lawan tutur), dan faktor situasi. (3) dengan demikian implikatur percakapan di lingkungan keluarga Kabupaten Bolaang Mongondow Timur sudah sesuai dengan teori yang ada, hal ini dibuktikan pada percakapan di lingkungan keluarga Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yang mengandung implikatur percakapan. Serta lebih jelasnya dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya implikatur percakapan. Berdasarkan simpulan penelitian yang telah penulis kemukakan di atas, pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut (1) dalam setiap peristiwa percakapan mitra tutur harus memahami maksud dan tujuan lawan tutur, (2) penelitian ini masih terbatas pada implikatur percakapan di lingkungan keluarga, disarankan pada peneliti berikutnya untuk mengkaji implikatur pada situasi yang lebih luas.

Daftar rujukan

Brown, Gillian dan George Yule. (1996) Analisis Wacana (Terjemahan, Soetikno). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chaer, Abdul. (2010) Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Bandung

Grice, H Paul. (1975) Logic and Conversation. dalam Cole and JL Morgan, Syntax and Semantics Vol. 3 : Speech Act. New York: Academy Press.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh faktor psikososial terhadap terjadinya postpartum blues pada ibu nifas (Studi di Ruang nifas RSUD R.A Bosoeni Mojokerto). Perbedaan Stres Pasca Trauma pada Ibu

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Nilai

Multitable INSERT dapat digunakan pada sistem datawarehousing untuk mentransfer data dari satu atau lebih sumber operasional ke dalam himpunan tabel sasaran.. Perintah

Pada jarak 1 meter, kombinasi warna background dan obyek yang mudah dilihat adalah warna background hijau dengan obyek biru dan kuning, dan warna background

mengekang dalam berperilaku dan berpenampilan. Kesimpulan dari kasus tersebut adalah bahwa feminisme posmodern merupakan usaha dari kaum perempuan untuk keluar dari

bintang A berada di Deret Utama dalam waktu delapan kali lebih panjang dibandingkan dengan bintang

Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini ialah latar belakang berdirinya usaha, prosedur pembelian bahan baku, prosedur penjualan, prosedur pemesanan barang

Bila penulangan konstruksi beton menggunakan tulangan jaring, maka akan berlaku pera- turan sebagai berikut : jaringan digambar dalam bentuk empat persegi panjang pada gambar