• Tidak ada hasil yang ditemukan

P I M P I N A N : H a d i r DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat Ke Sif at Rapat D e n g a n

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P I M P I N A N : H a d i r DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat Ke Sif at Rapat D e n g a n"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

BELUM DIKOREKSI R I S A L A H

RAPAT PANITIA KERJA KOMISI I I I DPR-RI

DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEHUTANAN

============================================================

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat Ke Sif at Rapat D e n g a n Hari/tanggal W a k t u Ketua Rapat Sekretaris Rapat A c a r a H a d i r 1999 - 2000 I 1 TERTUTUP

Menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia

Selasa, 31 Agustus 1999 Pukul 13.30 - 20.45 WIB Slamet ST

Ni'mat Nurdin, BcHk

Pembahasan DIM RUU tentang Kehutanan

36 dari 40 orang Anggota

================~===========================================

P I M P I N A N :

1. Ir. Umbu Mehang Kunda 2. Slamet ST

3. Drs. Sebastian Massardy Kaphat ANGyOTA:

4. S r i d o n o

5. Dalam Sinuraya, S.Sos 6. Ign. Mulyono

7. Sukandar Arun, SE 8. Uddy Rusdilie, SH 9. Dra. Noldy Ratta

10. Sutan Moehammad Taufiq Thaib, SH 11. Ir. Amrin Kahar

(2)

13. Drs. H. Amin Ibrahim, MA

14. Drs. H. Dede Suganda Adiwinata 15. Ir. H. Awal Kusumah, MSc

16. Ny. Hj. Oetarti Soewasono, SH 17. Ny. Hj. Rosbiatri Agus Sumadi, SH 18. Ir. Gatot Adji Soetopo

19. Jasman Ismail, SE 20. Yanto, SH

21. Drs. Noorwendo Haricahyadi, SE 22. Drs. H. Syarif Said Alkadrie 23. M. Erham Amin, SH

24. Ir. Wayan Windia

25. Prof. Dr. drh. Frederic Patta Sumbung, MSc 26. H. Moh. Hagi Latjambo

27. J.P. Yoseano Waas 28. H. Masrur Javas

29. Drs. H. Muzanni 'Noor 30. Ny. Hj. Chodidjah

31. HM Harminto Agus Purwotenoyo, BA 32. Ir. HR Soelaiman 33. Drs. M. Syaiful Masjkur 34. Syamsu Rizal, SH 35. Drs. Markus Wauran 36. Sajid Soetjoro, BSc P E M E R I N T A H :

Menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Beserta Staf

(3)

KETUA RAPAT (SLAMET ST) : Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Yang terhormat Bapak Menteri. Dan Bapak, Ibu sekalian yang saya Berdasarkan catatan Sekretariat,

hormati.

maka Rapat Panitia Kerja siang ini telah memenuhi kourum. Oleh karena dengan mengucap Bissmillahirrrahman nirrahim. Rapat Panja RUU tentang Kehutanan tanggal 31 Agustus 1999 saya nyatakan dibuka dan tertutup untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 13.30 WIB) Bapak Menteri, dan

Hadirin sekalian yang saya hormati.

Terlebih dahulu marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat-Nya kita dapat melanjutkan Rapat ini dalam keadaan sehat walafiat, dan mari kita bedo'a dan berusaha mudah-mudahan Rapat Panja ini juga lancar seperti rapat-rapat yang telah kita laksana-kan waktu lalu.

Selanjutnya sebelum kita melanjutkan pembahasan dalam Rapat Panja ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal, pertama adalah kami mengharapkan bahwa pembahasan dalam Panj a ini hendaknya berpedoman pada DIM yang sudah ada, kemudian keputusan Rapat Kerja yang lalu, kemudian mekanisme rapat yang sudah ada. Dalam arti rapat mekanisme tersebut adalah putaran kita usahakan kita pedomani yang dua plus penjelasan, dan kita harapkan pada putaran terakhir kita sudah selesai, dan itu kalau harus Timus, Lobby sudah ini, sehingga mungkin pembahasan tidak bekepanjangan, interupsi dan sebagainya tapi menggunakan urutan masing-masing Fraksi.

Kemudian yang kedua, sesuai pembicaraan pada Rapat Kerja yang lalu dan kenyataan yang ada bahwa masalah-masalah atau Bab, Pasal maupun ayat yang dibahas dalam Panja ini cukup kompleks dan saling terkait, tapi juga bisa dipisah-pisahkan. Antara lain Bab Pengelolaan, itu kalau kita bahas

langsung dalam Tim ini dalam Panja ini langsung kelihatannya cukup sulit, karena pemikiran Fraksi-fraksi lain-lain. Juga kemarin sudah disampaikan mengenai masalah pidana sanksi,

(4)

ganti rugi, kemudian penyelesaian sengketa.

gugatan perwakilan, termasuk Kemudian kemungkinan adalah Bab I mengenai Ketentuan Umum, khususnya Pasal 1 mengenai pengertian, itu juga cukup banyak 27 item. Kalau itu kita satu-satu kita bahas dalam Panja, mungkin waktu kita akan habis untuk membahas yang itu.

Untuk itu kami menawarkan untuk, ya bukan mengurangi kualitas dari hasil RUU ini tapi saya kira kita semua sudah mendalami dan menugaskan masing-masing bidang untuk memben-tuk Tim Kecil, tapi Tim Kecil ini beda Tim Kecil yang dipim-pin oleh Pak Zain kemarin yang bentuk Komisi. Yang maksudnya adalah menyelesaikan atau membuat rumusan awal dari Bab-bab tersebut. Hasil rumusan tersebut. atau ramuan tersebut dengan memperhatikan masukan ataupun hasil Rapat yang lalu, nanti dipaparkan pada Rapat Panja. Kita mengharapkan tentunya ada masukan, ada kaitan dan sebagainya, tidak merubah.

Kami menyadari bahwa FPDI, kekurangan personil, tapi kami yakin Pak Markus, kami Fraksi lain juga akan mewadahi apa-apa yang sudah Bapak masukan didalam DIM, dan dengan hormat mungkin Bapak Kaphat nanti dapat berkenan kesana-sini.

Jadi kami menyarankan atau menawarkan untuk paling tidak Tim pertama untuk pengertian Pasal 1 yang 27 point.

Kemudian yang kedua adalah Pengelolaan, yang kemarin kami sebenarnya sudah bekerja selama 2 hari.

Kemudian mengenai pidana sampai penyelesaian sengketa kehutanan.

Ini kami tawarkan, apakah dapat disetujui untuk kita Tim Kecil. Tim Kecil ini nanti bekerja paralel dengan Panja, nanti setelah selesai dilaporkan kepada Panja.

Saya tawarkan mulai dari FPDI, saya persilakan. FPDI (DRS • MARKUS WAURAN)

Terima kasih Pak Ketua. Pak Menteri.

Saudara-saudara sekalian.

Memang efesien itu baik pak, asal kualitas tentunya atau bobot dari pada

jangan meninggalkan substansi

(5)

Undang-undang ini, juga tidak mengurangi mekanisme yang kita sepa-kati bersama.

Kami tidak keberatan apabila ada Tim Kecil yang bekerja paralel dengan Panja, tapi jangan sampai beban tugas Tim Kecil lebih besar daripada Panja. Sebab kalau Bab Pengelo-laan i tu banyak, apa i tu mau diserahkan kepada Tim Kecil juga, karena saya tahu itu paling banyak dan itu inti dari-pada RUU ini.

Oleh karena itu saya kira barangkali kurang tepat kalau itu dikasih sama Tim Kecil. Kalau Ketentuan Umum dan Pasal-pasal baru, Bab baru seperti Pengawasan dan lain-lain, itu barangkali tidak keberatan untuk ke Tim Kecil, tetapi kalau Pengelolaan sedangkan ini merupakan Bab inti daripada RUU ini kurang tepat kalau itu diserahkan kepada Tim Kecil.

Demikian Pak Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih FPDI.

Jadi demikian saya kira FPDI setuju atau mendukung untuk Ketentuan Umum maupun Bab tambahan Pidana tadi.

Kemudian Bab Pengelolaan, supaya menghidarkan ini, mungkin nanti kita tetap mungkin menyusun paling tidak polanya, Bab, Pasal ini memang satu Bab Pak, nanti kita bahas lagi di Panja. Jadi ini bukan nanti selesai Tim Kecil langsung jadi, tapi tetap kembali ke Panja untuk kita bahas, terutama titik berat adalah Pengelolaan, memang ini sangat.

Tapi kalau dari DIM ini yang ada sudah kami pelajari dengan kemarin, ruwet sekali kalau kita bicara disini tidak akan ketemu beberapa hari, tanpa ada sudah agak mengalirkan alur ini, baru nanati dari FPDI masuk kemana, masuk kemana-mana, ini akan bisa ketemu.

Saya persilakan FKP.

FKP (DRS. H. AMIN IBRAHIM, MA) Saya kira Saudara Ketua.

Kita setuju kalau primnya saja oleh Tim Kecil itu, Tim Kecil itu prim Pengelolaannya sudah diatur, baru kita bica-rakan di Panja esensinya, sehingga memang ini penting saya

(6)

pikir. Jadi jangan sekaligus diserahkan, Panja nanti mung-kin dia Panja sudah selesai, dia belum selesai itu.

Jadi kami sepakat itu. KETUA RAPAT :

Terima kasih FKP. Kita lanjutkan FPP. FPP {H. MASRUR JAVAS)

Terima kasih Saudara Ketua.

Sebagai usaha agar salah satu usaha agar memperlancar pembahasan dari RUU ini dengan akan dibentuknya Tim Kecil oleh Panja dengan satu tugas yang sudah tertentu, dan kemud-ian nanti materi ini bukan final tapi masih akan dibicara-kan, dibahas lagi di Panja, saya kira tidak mengurangi mekanisme yang kita setujui, dalam bentuk setuju.

KETUA RAPAT : Terima kasih FPP. FABRI silakan. FABRI {SRIDONO) Terima kasih.

Dari FABRI menyetujui usulan dari Ketua dan dukungan dari beberapa Fraksi, jadi intinya untuk Ketentuan Umum dan Hukum mungkin bisa di Tim Kecil, lalu untuk yang pengelolaan diprimenya saja Pak, nanti intinya, materinya dibahas di Panja.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Terima kasih FABRI.

(7)

PEMERINTAH/MENHUTBUN :

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Kami memang mendukung adanya Tim Kecil, tokh waktu kemarin pada waktu Pokja kita sudah menyepakati beberapa hal kita akan coba membuat memudahkan, itu nanti Tim Kecil lain dengan hand out, format dan hand out. Sehingga waktu kita diskusi kita tidak mulai buka lembaran mana, tidak tahu, sehingga waktu kita diskusi lebih cepat, itu kan tugasnya Tim Kecil, kaya apapun kan intinya kita bahas di Panja, artinya finalnya ada di Panja.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Terima masih Bapak Menteri. Bapak, ibu sekalian.

Jadi saya kira saya ulangi bahwa untuk Tim Kecil untuk pengertian satu, yang kedua untuk masalah hukum. Kemudian Tim Kecil untuk Pengelolaan lebih ditekankan pada prime sehingga nanti rumusan kita pada Panja akan lebih mengarah.

Saya tidak tawarkan ulang ke Fraksi, saya tawarkan untuk disetujui, dapat disetujui ?

(RAPAT : SETUJU)

Selanjutnya ya sebaiknya segera kita bentuk untuk bisa bekerja paralel, saya minta dari FKP siapa yang diduduk di Bab Pengelolaan, kemudian di Hukum, kemudian di Pengertian.

Untuk Pengelolaan 2 orang pak. FKP (DRS. H. AMIN IBRAHIM, MA)

Untuk Ban Pengelola : Prof. DR. Ir. H. Fachruddin dan Bapak Drs. H. Dede Suganda Adiwinata.

Kemudian untuk Ketentuan Umum : Pak Ir. Wayan Windia, MS sama Porf. Dr. drh. F.P. Sumbung M.Sc.

Kemudian untuk Hukum : tadi itu Pak Yanto, SH sama Ibu Ny.Hj. Rosbiatri Agus Sumadi, SH.

(8)

KETUA RAPAT : Terima kasih. Untuk FPP.

FPP (H. MASRUR JAVAS) :

Kalau untuk Hukum kemarin Bapak H. Zain Badjeber, SH dengan Pak Samsurizal.

Untuk Pengelolaan Bapak Harminta Agustono.

Untuk Pengertian Bapak Masrus Javas (saya sendiri) . KETUA RAPAT

Untuk FABRI Pak. FABRI (SRIDONO) :

FABRI, untuk Pengertian Ketentuan Umum Bapak Udi rusdi-li.

Untuk Hukum Ibu Noldy Ratta.

Dan untuk Pengelolaan : Bapak Mulyono. KETUA RAPAT :

Silakan FPDI.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN) :

Kalau untuk FPDI semua dirangkap oleh Pak Kaphat.

Kecuali kalau ada dari Pemerintah mau bantu untuk sementara masuk FPDI silakan boleh Pak.

KETUA RAJ?AT : Terima kasih.

(9)

PEMERINTAH/MENHUTBUN :

Jadi untuk Pengelolaan itu Bapak Wasgito dan Bapak Titus.

Untuk Hukumnya itu Bapak Norman dan Bapak Widodo, kalau boleh kami ingin tambah satu di Hukum ini Pak, Bapak Soemar-sono karena yang pengalaman selama ini sita-menyita.

Kemudian mengenai "Pengertian", Bapak Harsono, Bapak Ari, mungkin kalau bisa juga satu mendampingi, Ibu Sode yang selama ini kutak-katik itu.

Kami sengaja bawa pasukan siap untuk cadangan dibela-kang ini, pasang 33, kalau 2 itu rasa tidak enak, kalau 3 itu rasanya ganjil.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT :

Terima kasih Bapak Menteri. Jadi Bapak dan Ibu sekalian. Sa ya ulangi untuk Tim pengertian :

1. Bapak Wayan Mida. 2. Bapak Patasumbung. 3. Bapak Masrur Javas. 4. Bapak Udi Rusdili. 5. Bapak Marsadi Kaphat. Berikutnya dari Pemerintah 1. Bapak Harsono.

2. Bapak Ari. 3. Bapak Husodo.

Kemudian untuk Pengelolaan

Kecil mengenai Pasal 1

Dari FKP Bapak Prof. Facharuddin, dan Bapak Didit. Kemudian FABRI Bapak Mulyono.

FPP, Bapak Harminto.

FPDI dirangkap Bapak Marsadi Kaphat. FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

(10)

KETUA RAPAT Kerja.

Baik untuk Hukum :

Dari FKP Bapak Yanto dan Ibu Rusbriatri. Kemudian FPP Bapak Zain, dan Bapak Samsu. Kemudian FABRI, Ibu Noldy.

Kemudian Pemerintah, Bapak Norman, Bapak Widodo, Bapak Sumarsono.

Kemudian tadi untuk Pengelolaan dari Pemerintah Bapak Warsita dan Bapak Titus.

Yang belum kita tentukan Ketuanya, saya berpendapat untuk Pengelolaan, atau kami sarankan Pengelolaan Bapak Fachruddin. Kemudian untuk Hukum Bapak Zain Badjeber. Kemud-ian untuk 11Pengertian" Bapak Prof. Patasumbung.

Jadi kami ulangi, untuk Ketua "Pengertian" Bapak Prof. Patasumbung. Kemudian untuk Pengelolaan Prof. Fachruddin, dan untuk Hukum Bapak Zain Badjeber, SH.

Maaf kami tidak menyebut gelar satu persatu. Dapat disetujui Bapak dan Ibu ?

(RAPAT : SETUJU) Terima kasih.

Bapak Menteri dan Bapak Ibu sekalian.

Selanjutnya marilah kita bahas apa-apa yang sudah kita putuskan yang lalu yang harus dibahas Panja.

Untuk itu halaman 11 DIM 14, Pasal 1, saya kira kita sependapat untuk ini dibahas Tim Kecil, dan Tim Kecil saya persilakan kalau akan meninggalkan tempat ini untuk memba-has, tempat juga sudah kami siapkan untuk Pengelolaan di Sekretariat Komisi, terus Hukum disini hanya Pengertian saya silakan cari sendiri, di Sekretariat sana ditempatnya Pak Umbu ada, saya kira bisa paralel untuk bisa mempercepat ini, silakan.

(11)

FPP (DRS. H. HARMINTO AGUSTONO) Mohon maaf Pak interupsi.

Tim-tim ini bekerja sampai pukul berapa ? suka-suka a tau

KETUA RAPAT :

Ya kita mengharapkan mungkin kita harapkan bisa ini untuk bisa kita bahas.

seoptimal mungkin, seoptimal segera disarnpaikan dalarn Panj a

Kita ketahui bahwa Panja kita terbatas sampai Jum'at, nah kalau bisa selesai maksimum hari Kamis, itu kan ada waktu Pak, tetapi kalau selesainya

Jurn-' at, kita rnembahas Pengelolaan itu kan sudah tidak ada, kurang ini.

Ya seoptirnal mungkin, secepat rnungkin tapi kualitas tetap diperhatikan, ya demikian Bapak Harminto.

Terima kasih.

Mohon maaf saya persilakan yang ini, yang lainnya tinggal diternpat.

Bapak Menteri, dan

Bapak, Ibu sekalian yang hormati.

Baiklah kita lanjutkan pernbahasan kita untuk Pasal 1 saya kira sudah ditangani oleh Tim Kecil nanti kita bahas lebih lanjut hasilnya.

Selanjutnya reverensi kita adalah risalah atau hasil kesimpulan singkat dari Sekeratriat, kemudian DIM yang juga dari Pemerintah, jadi mernang kita rnenggunaka 3 ini, sehingga kita rnelihat sana, rnelihat sini, rnelihat sini.

Untuk itu rnohon maaf kalau karni terlewatkan rnohon diingatkan, sehingga apa-apa yang dibahas Panja ini nanti jangan sampai terlewati. Kami sudah berasa memberi tanda, membeku dan sebagainya, tapi karena ya tebal demikian, i n i

sudah juga Pak, jadi didepan ini yang dari Sekertariat hasil tiap hari itu dikumpulkan. Pemerintah juga membuat yang tebal ini Pak, kemudian juga, hanya tebal ini kan tidak ada usul Fraksi-fraksi Pak, yang usul Fraksi-fraksi DIM yang lama yang tebal juga.

Baik, kita lanjutkan lanjutkan yang Panja adalah DIM, halaman 32, tapi sebetulnya ini berkaitan dengan halaman 30, dimana FPDI menyarankan ada Pas al baru "sasaran" , kemudian

(12)

FABRI menyarankan Pasal baru "sasaran", kemudian FKP dan FPP tidak mengusulkan. Mari kita lihat ini DIM 33 sampai, tapi itupun harus dikaitkan dengan DIM 30, karena ini mulai dari Tujuan, Sasaran, ini perlu kita kaitkan, kebetulan Komisi

juga sudah berusaha menjajarkan.

Kami ulangi Bapak, !bu, mulai Pasal 3 atau DIM 30, dimana Pemerintah merumuskan "Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk mengoptimalkan hutan" dan seterusnya.

Kemudian FABRI memecah menjadi "tujuan" itu menjadi 4 point atau 4 ayat. Kemudian FKP, ditambah "digunakan sebe-sar-besarnya bagi kemakmuran rakyat" . Kemudian FPP, kalau tidak diralat ini tolong dicek, itu jabarkan ketiga point a, b, c. Kemudian FPDI, dijabarkan menjadi 4.

Nah mari kita rumuskan tujuan ini apakah menggunakan satu, saya persilakan.

Mernang tugas Panja hanya merumuskan sasaran, tapi kelihatannya ini kan tidak bisa terlepas dengan tujuan, kita merumuskan sasaran kalau tujuannya tidak tahu kan akan sangat lucu, rnestinya akan mengkait.

Silakan FKP duluan. FKP (JASMAN ISMAIL)

Terima kasih Saudara Ketua.

Kalau kita baca sasaran yang disampaikan oleh FABRI, itu ayat (1) saja rnisalnya ini sudah dicantumkan dalam Consideran. Pada ayat (2), "terwujudnya pembangunan kehuta-nan sebagai bagian utarna pengembangan perkebukehuta-nan rakyat dan perekonomian wilayah", itu mungkin juga sudah pada tujuan.

Jadi kami berpendapat, Undang-undang itu tidak ada sasaran, belum pernah ada Undang-undang rnempunyai sasaran. Tetapi kalau substansinya mungkin bisa masuk di tujuan dan sebagainya. Karena kami berpendapat sasaran itu rnempunyai jangka waktu, sasaran 5 tahun, sasaran 25 tahun, sasaran milinium misalnya, padahal Undang-undang kita kan tidak punya jangka waktu.

(13)

KETUA RAPAT : Terima kasih.

Dari FPDI pak sudah ada, belum. Dari FABRI.

FABRI ( SRIDONO)

Pimpinan yang saya hormati.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang saya hormati.

Pertama mohon maaf, . FABRI ingin membuat sedikit ralat Pak, sebetulnya break downing dari Pasal 3 ini bukan ayat, tetapi a, b, c, tidak biasa kalau pakai ayat itu bagian dari Pasal, kayanya tidak pas, jadi kami membuat a, b, c, d, begitu bukan ayat lagi.

Lalu yang berikutnya menanggapi apa yang disampaikan oleh FKP mengenai masalah 11sasaran11 memang ki ta ini cara membuat Undang-undang belum seragam begitu, ada beberapa Undang-undang yang dicantumkan sasaran, ada yang tidak, contohnya kebetulan kami bawa mengenai "Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 mengenai Lingkungan Hidup" itu juga ada, kalau juga tidak salah Pak Ketua/Pak Umbbu juga pernah "Transmi-grasi" juga ada sasarannya. Jadi sebetulnya ini tinggal selera saja begitu.

Cuma barangkali kesulitannya adalah kita ini harus menjabarkan apa yang jadi tujuan, itu sasarannya harus mengalir kesana, begitu, itu yang sebetulnya yang perlu kita kaj i secara dalam. Nah inilah sebetulnya yang berlu kita kaj i kembali, apakah memang sudah mengalir antara tujuan dengan sasaran.

Katakanlah di Pasal 3 ini, berapa tujuan yang ingin kita capai, mungkin kalau di FABRI melihatnya ada 4 tujuan, lalu sasarannya ya mengalir dari sana, cuma biasanya sasaran itu lebih banyak daripada tujuan atau lebih spesipik begitu. Cuma tadi, kita terus terang saja ini tampaknya juga untuk operasionalnya juga agak mendapatkan kendala untuk menjabar-kannya apa ya tepat itu.

Jadi dengan demikian mungkin barangkali perlu kita kaji bersama.

(14)

Lalu kalau boleh kami menyarankan untuk tidak menyulit-kan pemahaman mungkin cara tertulisnya saja, tidak disatumenyulit-kan baris begitu, tapi apakah alangkah baiknya kalau dibuat a, b, c, dan lain sebagainya. Tokh saya pikir yang membuat break downing itu adalah FABRI, FPP, maupun FPDI untuk tujuannya tidak satu kalimat begitu, supaya memudahkan penulisannya.

Jadi sebetulnya FABRI belum bisa memberikan penjelasan secara detil, tapi ini perlu penanganan secara arif dan dengan baik, dan cermat.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Terima kasih FABRI, ya memang perlu penjabaran ke sasaran, mestinya penjabaran ke sasaran juga lebih rinci dari pada tujuan, apakah pemikiran , tujuan itu bisa global atau banyak, sasarannya juga banyak, apakah itu nanti tidak odmenyulitkan.

Ini perlu pemikiran, silahkan FPP. FPP (DRS. M. SYAIFUL MASJKUR)

Terima kasih.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Disini FPP memang tidak menempatkan sasaran, langsung tujuan, karena sasaran ini juga untuk mencapai tujuan akhir-nya itu, sehingga kalau tujuanakhir-nya itu memenangkan pertem-puran, mungkin sasarannya menghancurkan ini-itu.

Jadi tujuan akhirnya itu tujuan itu, jadi kita langsung saja pada tujuan dan disana kita membagi, ada tiga a, b, c, itu pak, apa perlu kita ulangi lagi yang dari FPP tujuan, saya kira tidak usah kan, jadi FPP langsung pada tujuan tidak usah memerinci sasaran, karena hampir mirip saja.

Terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih FPP. Bapak Ibu sekalian,

(15)

tujuan dari FPP yang b, itu sebetulnya hampir mirip-mirip sasaran pada 1 FABRI, ini hanya sekedar pikiran, apakah mungkin tujuannya itu lebih bulat baru sasarannya dirinci.

Kalau dari FABRI mungkin tujuannya sudah dipecah kemudian ada sasaran lagi, kemudian FPDI j uga susunannya dipecah, sasarannya dipecah jadi lima, FPP tujuannya dipecah menjadi tiga, FKP bulat tujuan saja, silahkan FPDI.

FPDI {DRS. MARKUS WAURAN) Saudara Ketua,

Mengenai ini dibuku tebal ya, yang pemerintah setelah membaca usul dari berbagai fraksi merumuskan tujuan, halaman 17 pak, inikan kalau yang berdasarkan notulen pak, inikan rumusan awal disiapkan pemerintah sebagai bahan pembahasan, nah rumusan awal sudah ada inilah yang kita bahas, jangan yang lain-lain nanti tidak maju kita.

Dari diterima pemikiran

rumusan Pemerintah prinsipnya, kami karena pada umumnya telah menampung

dari fraksi kami, ada juga dari FABRI,

lihat bisa pemikiran-FPP, dalam empat butir itu pak, cuma disini ada dua kata yang kurang, barangkalai bagaimana itu bisa disisipkan dalam RUU disini ada kata untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, disdalam penjabaran pemerintah 4 butir ini, kata sebesar-besarnya kemakmuran rakyat tidak ada pak, itu yang pertama.

Kemudian yang kedua, ini ada istilah dari pada FPDI dan juga FABRI, "mengenai terselenggaranya distribusi manfaat hutan yang berkeadilan efisien dan berkelanjutan", kata-kta itu sebenarnya ada tetapi disini hanya meningkatkan kemam-puan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan sosial ekonomi secara partisipatif, adil berkeadilan dan seterus-nya, nah kata-kata distribusi manfaat hutan, itu tidak ada sehingga sejauh mana kira-kira pemerintah bisa menampung, ya ini bukan hanya FPDI, kebetulan lirik ke FABRI ada juga istilah itu, kalau barangkali FPDI ya saya hanya pikir-pikir terserah pemerintah, kan ada FABRI, saya nimbrung disitulah. Bahwa ada usulan dua fraksi seperti itu, sehingga kata-kata itu mengenai distribusi manfaat hutan itu, salah satu tu-juannya.

Jadi prinsipnya Ketua, rumusan pemerintah ini, FPDI bisa menerima, satu yang dijabarkan a, b, c, d, karena dari

(16)

rumusan Fraksi-fraksi itu, FABRI, FPP dan FPDI menjabarkan itu di a, b, c, d, kalau FPP hanya c, FABRI dengan FPDI sampai dengan d, walaupun mirip-mirip sama itu.

Jadi prinsipnya kami memerima Saudara Ketua rumusan pemerintah ini, karena telah mencakup rumusan kami, cuma di naskah RUU ada istilah sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memang itu tujuannya kan tapi tidak ada didalam rumusan pemerintah, kemudian bagaimana kira-kira katanya menjamin distribusi manfaat hutan, demikian Ketua.

Terirna kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih FPDI.

Sa ya kira ini sudah agak menyempi t, j adi FPDI setuj u dengan rumusan Pernerintah dengan catatan ditarnbah bagaimana penempatan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, kemudian yang kedua, distribusi manfaat yang merupakan usul dari FPDI dan FABRI.

Baik kita lanjutkan pada pemerintah, silahkan Bapak Menteri.

PEMERINTAH

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Memang kami ini sangat demokrat rupanya, jadi kami mencoba menampung dua-duanya, karena itu kita berikan dua alternatif.

Alternatif satu, kalau semua dimasukan di tujuan, dibaca pak Agus tadi.

Alternatif kedua, kalau ada tujuan dan ada sasaran, tinggal kita mau pilih mana yang mau kita diskusikan, itu kalau alternatif satu tentu kita perbaiki beberapa kata kita insert, kalau kita pakai alternatif dua, ada tujuan dan ada sasaran, tapi kalau memang itu diambil alternatif satu, dimana tujuan dan sasaran jadi satu, maka tentu beberapa kata dari tujuan sasaran ini kita pindahkan, jadi sangat setuju sekali tadi, distribusi justis itu memang mutlak itu pak, jadi distribusi manfaat yang berkeadilan, distribusi yang berkeadilan, istilah distribusi justis, terus hutan

(17)

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat saya kira bisa kita masukan, kalau itu ambil alternatif satu.

Jadi mungkin kami mohon juga, apakah kita beralternatif satu atau alternatif dua. Alternatif dua, ada tujuan, ada sasaran, karena toh tadi dikatakan bisa ada sasaran, jadi sasaran kita lebih detail lagi kita kena, tujuannya agak makro, sasarannya lebih, itu alternatif yang kedua, disilah-kan mana yang kita diskusidisilah-kan, karena dua-duanya untuk kami OK saja.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Menteri.

Jadi rupanya kita menangkapnya agak keliru sedikit, jadi dari Pemerintah perumusannya adalah tujuan dijabarkan satu alternatif, kemudian tujuan bulat dijabarkan dalam sasaran, jadi dua alternatif itu pak, masukan yang dari FPDI tadi diterima distribusi manfaat kemudian masalah sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Silahkan FPDI.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Kalau memang ingin jalan tengah, ini ada take and give tadi kan FKP tidak setuju sasaran, jadi kalau pemerintah mau menganggap bahwa rumusan a, b, c, d, ini tujuan sudah terma-suk sasaran, FPDI tidak keberatan sasaran itu tidak ada, asal rangkumannya itu ada masuk disini, sehingga saya kira clear lah, yang penting substansinya ada, untuk toleransi kepada fraksi besar ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Terima kasih FPDI.

Perlu diketahui, sekedar ini bahwa mengenai tujuan sasaran ini nanti juga akan muncul pada pasal atau bab pengurusan, kemarin kita sependapat disitu juga ada tujuan,

ini sekedar pemikiran, kalau disini ada tujuan bulat kemudian sasaran, apakah nanti uraiannya sasaran, itu rnungkin nanti kepada bab kita pengurusan itu, kita tinggal

(18)

nyantumkan tujuan bulat itu, kita ulang lagi sehingga tidak terjadi tumpang tindih, ini kalau sekedar pemikiran pak, silahkan FKP.

FKP (P.M.H. SIAHAAN) : Terima kasih Pimpinan.

Kami rnelihat kepada apa yang sudah kita bahas selarna lebih kurang satu minggu ini. Kita belurn rnasuk kepada perin-cian dari sasaran, ki ta baru berdasarkan Pasal 3 ten tang tujuan ini, kita sudah mendapatkan pasal-pasal berikutnya, terutama pada pengelolaan hutan itu. Kalau pasal-pasal itu sudah cukup atau kita anggap sudah cukup, apakah rnasih perlu ada sasaran masuk didalamnya. Karena sebetulnya tujuan dan sasaran ini, untuk rnengantarkan kepada pasal-pasal berikut-nya itu menurt hemat karni.

Tetapi kalau ada yang ingin ditegaskan oleh sasaran ini sehingga perlu pasal-pasal yang sudah kita putuskan ini rnasih harus ditambah. Mungkin sasaran ini perlu tapi kita akhirnya harus mengoreksi lagi pasal-pasal yang berikutnya supaya tujuan dan sasaran yang diusulkan oleh rekan dari FABRI ini mernang betul nyarnbung kepada perrnasalahan yang kita taruh dalarn pengelolaan terutarna, dan lain-lain, penga-wasan i tukan cuma bagian dari melengkapi pengelolaan itu. Sehingga dengan dernikian kalaupun karni kira, kalaupun kita menganggap bahwa pasal-pasal yang kemudian dari tujuan ini toh sudah tersirat didalamnya sasaran yang diinginkan ini.

Kami kira perlu dipertimbangkan lagi, apakah sasaran itu masih perlu ada atau tidak.

Dernikian Bapak Pimpinan. KETUA RAPAT :

Terirna kasih FKP, silahkan FABRI yang memberikan saran. FABRI (SRIDONO)

Terirna kasih.

Narnpaknya kita ambil satu pak sudah.

Terus terang saja setelah kami timbang lagi, rnerumuskan sasaran dari jabaran itu tidak garnpang itu pak, kalau tadi

(19)

FPDI sudah berkenan untuk rnengernbalikan ini untuk menjadi satu tujuan tapi diperluas dengan menmpung substansi yang ada dalam sasaran yang belurn tersambung, saya pikir sudah tidak ada masalah ini.

Jadi konkritnya, mohon beberapa yang bisa dimasukan ke dalam tujuan dari materi-materi sasaran yang katakanlah tadi FPDI distribusi manfaat yang berkeadilan tadi, lalu sebesar-besarnya kernakmuran rakyat, itu kalau dimasukan kepada tujuan, atau mungkin ada poin-poin yang lain mohon dicermati pada pemerintah untuk dimasukan lagi dalam tujuan, kalau penulisannya a, b, c, d, ini kira sudah paling baik, karena tujuan nampaknya cukup banyak, kalau satu garis susahlah untuk mencernakannya itu.

Jadi konkritnya FABRI rnenyetujui kalau poin-poin dari sasaran yang apa yang belum tercantum dalam ini, kalau memang pantas dimasukan dalam tujuan, rnohon dimasukan dalam tujuan, penulisannya seperti apa yang tertera disini.

Dan untuk perurnusan konkritnya barangkali disini kami sarankan sekalian di Timus saja pak, kalau memang materinya sudah ada, ini saran penyelesaiannya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik terima kasih FABRI.

Saya kira sudah mengarah, silahkan FPP.

FPP {DRS. H. MUZANNI NOOR) :

Saya setuju dengan yang diusulkan tadi Timus.

Tetapi barangkali dari FPP ada satu kata selera barang-kali pak, sebesar-besar kemakmuran rakyat itu diganti kese-jahteraan rakyat, kenapa kami usulkan itu, barangkali menu-rut bapak sama, tetapi kami punya latar belakang bahwa kemakmuran belum tentu sejahtera, sedangkan kesejahteraan pas ti makmur, kenapa di kesej ahteraan i tu didalamnya ada unsur keselamatan dan sebagainya ini barangkali, sehingga kami mengusulkan sebesar-besar kemakmuran rakyat diganti menjadi sebesar-besar kesejahteraan rakyat.

(20)

KETUA RAPAT : Terima kasih pak.

Tapi mohon maaf pak, didari juga untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, mungkin Ibu Chodidjah menambahkan.

FPP (Ny. Hj. CHODIDJAH)

Kami sampaikan terima kasih dan nampaknya dari dua fraksi yang punya ide untuk memasukan sasaran dalam DIM ini, ternyata dari konsep pemerintah sudah menampung baik itu tujuan maupun sasaran.

Yang kedua masalah penulisan kami setuju, untuk memu-dahkan siapa saja yang membaca dengan urutan a, b, c, d, dan seterusnya, kemudian masalah substansi yang dianggap masih tercecer yaitu tentang distribusi dan manfaat, kemudian sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Memang distribusi manfaat yang tadi ditekankan oleh FPDI, ini perlu dirumuskan kembali agar masuk didalam tujuan dan manfaat itu, kemudian dari inti semuanya ini adalah bermuara pada sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memang kalau sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, ini menurut kali-mat yang ada didalam UUD'45, jadi apakah mau dirubah dengan kesejahteraan lebih luas daripada kemakmuran, memang pemiki-ran FPP pada awalnya adalah dengan bahasa UUD'45.

Dan yang terakhir kalau i tu dibentuk dengan Timcil, kami rasa Timcil sudah cukup berat, oleh karena itu selesai-kan saj a, ki ta rumusselesai-kan bersama, toh dari pemerintah ada staf ahlinya sebagaimana yang selama ini sudah kita percayakan, sehingga tidak membentuk tim lagi.

Terima kasih waktu kami haturkan kembali. KETUA RAPAT :

Terima kasih FPP.

Bapak Ibu sekalian, saya kira kita sudah, dari pemerin-tah, FPDI, FABRI, maupun FPP sudah sependapat untuk tujuan di break down tadi ini, dengan catatan tadi menambah distri-busi manfaat tadi, saran dari FPDI dengan FABRI kemudian kemakmuran rakyat.

(21)

Saya berf ikiran bahwa itu bisa ditampung menjamin terselenggaranya distribusi manf aat hutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, jungkin salah satu ini, tapi pada dasarnya kita sudah dan saya kira kita rumuskan sampai final, nanti kalau semua Timus, saya kira gitu.

FKP dulu, ini putaran terakhir pak. FKP (DRS. H. AMIN IBRAHIM, MA)

Saudara Ketua.

Jadi kami ingin bertanya kepada pemerintah, apakah dengan rumusan ini sudah tercakup sebesar-besar kemakmuran rakyat itu. Kalau sudah tercakup didalam rumusan ini a, b, c, d, ini kemakmuran rakyat itu, saya kira tidak perlu kita cantumkan lagi kata sebesar-besar kemakmuran rakyat itu, toh didepan sudah ada.

Artinya tidak mengurangi maksud yang dari beberapa fraksi bahwa sebesar-besar kemakmuran rakyat itu, jangan terlalu murahlah kata-kata itu, itukan kata-kata UUD'45, jadi cukup, kalau memang sudah ada didalam ini bahwa untuk menjamin sebaginya itu, mesti dijamin kemakmuran rakyat buat apa lagi.

Tapi prinsipnya kalau tadi jalan tengahnya bahwa sasa-ran tujuan dirumuskan jadi satu, jadi jalan keluarnya kita saya kira sepakat, hanya masalahnya kata sebesar-besar kemakmuran rakyat, susah naruhnya, mecarikan kalimatnya itu susah, karena seperti over lep.

Demikian pandangan kami. KETUA RAPAT :

Terima kasih, silahkan FPDI. FPDI (DRS. MARKUS WAURAN) :

Kalau kami dari FPDI melihat, butir-butir sasaran yang kami rumuskan disin~ ada 5 butir. Barangkali juga kalau bisa itu ditampung di tujuan, Pak Menteri ya.

Mengenai sasaran kita ini, kita rumuskan 5 butir, nah salah satu yang penting kita tahu bahwa pembangunan kehuta-nan itu sangat terkait erat dengan strategi pembangukehuta-nan

(22)

nasional berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, nah saya kira salah satu tujuan, untuk memperkuat atau untuk mengisi mengenai pembangunan nasional berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, ini juga barangkali saya kira bisa ditampung didalam, karena itu dimasukan di FPDI di sasaran.

Tapi saya kira ini bisa masuk tujuan, nah yang lain-lain yang disasaran kami, bapak mau tampung atau tidak terserah pertimbangannya, seperti misalnya terwujudnya manusia pembangunan kehutanan, apakah itu bisa ditampung di tujuan atau nanti ada bab tersendiri mengenai pendidikan dan latihan. Itu juga tidak ada masalah, juga mengenai terwujud-nya pembangunan sebagai perkembangan perkebunan rakyat, itu memang sudah ada didalam butir 2 tadi, kemudian kese-imbangan, keselarasana kehidupan adat dan komunitas, itu juga sudah ada di bab yang lain, baru terwujud keadilan dalam memperoleh kesempatan kerja, nah ini apakah cocok ditampung atau tidak, kami terserah kepada pemerintah.

FPDI tidak akan ngotot, tapai yang hanya memberikan pertimbangan utama ialah butir a, sasaran konsep FPDI itu pak, karena pembangunan kehutanan ini sangat erat kaitannya bahkan dia merupakan salah satu pendukung utama dalam proses pembangunan nasional yang berkelanjutan berwawasan ling-kungan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih.

Ini berkembang dari tadi ya pak.

Bapak Ibu sekalian, sebelum kami lemparkan pada Bapak Menteri, mari kita cermati yang sudah dirumuskan dilayar kita, mungkin apa yang disampaikan oleh FPDI tadi, terjaga-nya dan sebagaiterjaga-nya, itu bisa digabungkan pada a kemung-kinannya. Kalau itu bisa digabungakan a, mungkin sudah terwadahi keseluruhannya, kita coba mungkin bagaimana Pak Markus, itukan menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan penyebaran yang merata, terjaganya keberadaan fungsi sumberdaya hutan dalam mendukung perwujudan, ini langsung dikaitkan atau bagaimana, bisa tidak itu .

(23)

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Karena itu strategi sekali mengenai, seperti saya katakan tadi bahwa pembangunan kehutanan ini salah satu tujuannya juga untuk memperkuat strategi pembangunan nasional yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, dinama ditaruh kata itu pak.

Ya mungkin di a itu, itu saja. KETUA RAPAT :

Mungkin kita pikir sebentar pak ya, kita sambil rumus-kan yang pas yang mana.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Termasuk distribusi, belum ada disini_, pemerintahlah yang rumuskan itu.

PEMERINTAH :

Terima kasih pak.

Jadi kami setelah coba menangkap ini tujuan itu sudah jelas, jadi tujuannya adalah untuk, jadi penyelenggara kehutanan bertujuan untuk meningkatkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan, ada berkelanjutan itu station development, ada unsur lingkungan, ada unsur macam-macam, untuk mencapai itu dengan, yang pertama tadi yaitu menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan penyebaran yang merata, ini bisa dipisahkan ini.

Penyelanggaraan pembangunan kehutanan bertujuan untuk meningkatkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang ber-keadilan dan berkelanjutan, tujuan itu menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan penyebaran yang merata, mengoptimalkan aneka fungsi hut an, meliputi fungsi perlindungan, sistim penyangga kehidupan, pengawatan keane-karagaman hayati dan pemanfaatan secara lestari, meningkat-kan daya dukung daerah aliran sungai. Meningkatmeningkat-kan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan kebudayaan ekonomi masya-rakat secara partisifatif, adil dan berkeadilan, sehingga

(24)

mampu menciptakan ekonomi sosial, mampu menciptakan ketahan-an ekonomi, sosial berwawasketahan-an lingkungketahan-an dketahan-an diatas untuk mencapai kelanjutan tadi harus berwawasan lingkungan dan ketahanan terhadap akibat perubahan-perubahan beban ekster-nal, yang menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan.

Kita tambah lagi satu, jadi kita tekankan bahwa semua itu tetap harus menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan. Jadi kata sasteneble itu ada beberapa kali, karena memang masalah keberlanjutan ini, kata-kata kunci untuk selalu ingatkan untuk generasi kini dan yang akan datang, ini kira~kira kalau kita kondes, manfaat dan sasaran itu substansinya bisa tertangkap dalam satu blok.

Terima kasih pak.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Bapak Menteri.

Bapak Ibu, saya kira perumusan sudah agak, saya persi-lakan untuk putaran terakhir FABRI dengan mencermati apa yang sudah dirumuskan awal oleh pemerintah, silahkan.

FABRI {SRIDONO) :

Mungkin saran dari, secara substansial pak, penyebaran merata ini nampaknya kami takut kalau, mungkin lebih baik kalau proporsional, merata/proporsional, mungkin barangkali akan lebih tepat.

Sebetulnya kami sudah berterima kasih pada pemerintah yang telah berkenan memasukan semuanya, hanya barangkali pak supaya kita tidak keliru, tapi kalau umpamanya ini forum menyetujui semuanya ya tidak apa-apa, kalaupun tidak bagai-mana kalau ininya di Timus saja nanti, kalau ada yang ketinggalan yang saya takutkan itu saja, tapi kalau semuanya setuju, kami juga setuju pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Teri ma kasih FABRI, yang mer a ta mungkin/proporsional, silahkan FPP .

(25)

FPP (Ny. Hj. CHODIDJAH) Terima kasih.

Kebetulan ini antara FABRI dengan FPP tapi secara kebetulan pak, kalimat disini penyebaran merata kami ingat pada diskusi merata dengan proporsional, oleh karena itu apabila kalimat mer a ta ini diganti proporsional.

duduk berj ajar, yang dituliskan

kemarin antara kami sependapat dengan secara Kemudian sistim

pemerintah kami bisa

penulisan tadi sudah, konsep dari menerima dan kami yakin bahwa dari tujuan dan sasaran ini semuanya sudah tertampung disini, oleh karena itu FPP menegaskan bahwa ini tidak perlu dengan Timus.

Terima kasih, waktu kami haturkan kembali. KETUA RAPAT :

Terima kasih Bu dari FPP. FPP (DRS. H. MUZANNI NOOR) Tambah sedikit pak.

Mohon penjelasan kepada pemerintah ini, kata-kata adil dan berkeadilan, intinya sama dengan Ibu Chod tadi

menyetu-jui, tapi kami mohon kata-kata adil dan berkeadilan di d itu Pak.

KETUA RAPAT : Terima kasih.

Kita lanjutkan FKP.

FKP {DRS. H. AMIN IBRAHIM, MA) :

Saya hanya ingin memberikan saran sedikit yaitu apa perlu masih kata "meningkatkan sebesar-besarnya kemauan rakyat", saya kira anu saya "untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat".

Kemudian ada dalam istilah kependudukan itu beda penye-baran dan persepenye-baran, nanti tolong ahli bahasa karena perse-baran itu sudah proporsional itu.

Jadi menyebar yang dalam istilah persebaran itu sudah disesuaikan dengan kondisi wilayah, tapi kalau penyebaran

(26)

ada kesan itu dibagi rata. Jadi istilah penyebaran diganti persebaran, mohon ahli bahasa itu istilah kependudukan, jadi kalau persebaran penduduk itu bukan berarti tiap pulau harus dibagi rata, tapi disesuaikan yang memang kalau pulaunya kering penduduknya harus sedikit itu sudah persebarannya bagus, ini barangkali perlu dipertimbangkan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih.

Ada yang ingin menambahkan, silakan Pak Yanto.

FKP (YANTO, SH)

Baik butir b, ini saya khawatir kalau rancu dengan fungsi hutan yang diatur di bab berikutnya, semacam ada ketidak-konsistenan yang dirumuskan di butir b ini dengan fungsi hutan nanti di bab berikut.

Oleh karena itu saya menyarankan barangkali kita cari mungkin istilah lain atau dirumuskan kembali. Karena kita lihat fungsi hutan di Bab II nanti Pasal 6 itu ada 3 fungsi, fungsi konservasi, lindung dan produksi, sementara disini tidak mungkin ini fungsi hutan juga tetapi kita sudah ter-lanjur menyepakati dan menetapkan fungsi hutan yang baku dengan tidak itu.

Oleh karena di butir b ini saya menyarankan kita pikir-kan bersama kita cara rumusan lain aneka fungsi hutan melip-uti fungsi perlindungan fungsi penyangga kehidupan dan seterusnya, ini barangkali kita cari istilah yang lebih tepat.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih FKP. Silakan FPDI.

FPDI (Drs. MARKUS WAURAN)

Ya tertarik juga kata "persebaran", kami teringat persebaran perhutanan yang sudah lalulah.

Ketua, Pak Menteri dan Saudara-saudara sekalian.

(27)

ada yang mau disempurnakan silakan, tapi FPDI dengan tulus bisa menerima akan rumusan ini, karena sudah mencakup apa yang menjadi rumusan daripada FPDI merata, profesional, aneka fungsi hutan. Sebenarnya kalau mau barangkali mengan-tisipasi juga jauh kedepan saya kira bukan hanya mengopti-malkan aneka fungsi hutan artinya fungsi itukan sudah terda-ta, tapi bisa juga nanti mengoptimalkan dan diversifikasi fungsi hutan sekarang cuma 3, nanti mungkin 20 tahun bukan hanya 3 fungsi hutan itu mungkin bertambah, itu kalau mau mengantisipasi, tapi kami bisa menerima rumusan ini Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih FPDI.

Bapak-Ibu sekalian saya kira kita mengembangkan sedikit merata disaran ganti profesional, tadi ada pemikiran pening-katan itu dihilangkan jadi langsung untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, kemudian kemungkinan pengganti penyebaran dengan persebaran profesional. Kemudian fungsi hutan itu apakah itu hanya lindung, ini silakan Bapak Menteri dari Pemerintah.

Silakan.

PEMERINTAH (SEKJEN DEPHUTBUN)

Mohon maaf Pak Sekjen.

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Memang fungsi pokok hutan itu ada 3 yaitu fungsi ekolo-gi, fungsi ekonomi dan fungsi sosial budaya. Barangkali di point b ini kita haluskan kembali sesuai dengan saran dari FKP.

Terima kasih.

FABRI (DALAM SINURAYA, S.Sos)

Boleh interupsi Bapak Ketua.

PEMERINTAH (MENHUTBUN)

(28)

KETUA RAPAT Silakan.

FABRI (DALAM SINURAYA, S.Sos) Terima kasih Saudara Ketua.

Kami sangat menghargai mekanisme kerja kita ini tetapi sebagaimana lazimnya kita membahas RUU Pak, yang paling pokok kita putuskan adalah substansi-substansi, dan pengala-man selama ini menunjukkan waktu yang diberikan kepada Panja tidak kurang 1 minggu.

Selama ini pengalaman menunjukkan UU manapun yang kami kutip tidak kurang dari 1 minggu, sedangkan waktu yang diberikan kepada Panj a hanya 4 hari, bahkan hanya 3 hari. Kalau sampai Panj a ini terj ebak menghadapi waktu dalam merumuskan kalimat-kalimat yang substansinya sudah kita sepakati. Kami khawatir waktu yang tersedia untuk Panja tidak cukup untuk memutuskan substansi-substansi yang kita sepakati, itu yang pertama.

Yang kedua, kalau rumusan kita putuskan pada tingkat Panja, kami juga khawatir ada kalimat-kalimat yang ketingga-lan, ada yang kalimat-kalimat seperti tadi persebaran atau penyebaran ini yang baik bagaimana, ini tentunya perlu waktu bagi Tim Perumus.

Sehingga menurut pendapat FABRI, kalau substansi sasa-ran ini semua Fraksi dengan Pemerintah sudah sepakat diga-bungkan ke tujuan, apakah tidak sebaiknya kita ambil rumusan diserahkan kepada Timus, sehingga waktu itu bisa kita gunakan untuk membahas substansi-substansi yang masih cukup banyak itu barangkali.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Terima kasih FABRI.

Saya kira pemikiran baik, bukan·saya selaku Ketua Panja terus bisa melemparkan Timus toh ini tugas kita semua, tapi yang perlu diwaspadai memang dalam kesimpulan Panj a ini harus tegas, dalam arti dalam perumusan awal maupun Timus nanti juga tidak keluar dari ini mungkin ada tambahan tapi tidak merubah yang ada.

Ini kalau kita setujui silakan dari FKP .

(29)

FKP (JASMAN ISMAIL, SE)

Dari FKP setuju, karena kita waktu cuma sedikit, kalau substansi kita sudah oke semua, kita serahkan Timus kita percaya, tetapi kan Timus melapor ke Panj a lagi baru kita putus Pak.

Jadi setuju lempar ke Timus saja. Terima kasih.

KETUA RAPAT

FPDI.

FPDI {DRS. MARKUS WAURAN)

Kalau kita bisa capai sesuatu di Panja kenapa harus ke Timus. Dal am Pansuspun ban yak yang ki ta sahkan langsung, tidak perlu ke Panja atau ke Timus. Sekarang Panja kalau ini juga dari Paripurna Komisi ke Panja, sekarang kalau Panja bisa selesaikan kenapa harus ke Timus.

Terima kasih Ketua. KETUA RAPAT :

Terima kasih.

Hanya memang pemikiran tadi kalau kita Panja ini sampai jadi, Timus memang agak tersendat-sendat lama misalnya merumuskan kembali.

Tapi kalau Timus itu sudah kecil bisa kita langsung konteks bisa kita jadikan, itu memang ada untung ruginya.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Saya yakin dan optimislah Bapak ABRI selesai nanti. KETUA RAPAT

Silakan.

FPP (Ny. Hj. CHODIDJAH) :

Pengertian kami Pak tadi, Timus yang dibentuk oleh Pansus atau Timus yang dibentuk oleh Panja .

(30)

Nah kalau Timus yang dibentuk oleh Panja yang sekarang lagi kerja itu, tapi prinsip kami memang kalau bisa disele-saikan oleh Panja mengapa harus masuk ke Timus, dengan perhitungan-perhitungan yang sangat efektif Pak. Barangkali sebentar kita bisa baca kita ketok, kecuali yang memang krusial menemukan satu rumusan baru, nanti kita lempar ke Timus, untuk ini kayanya sudah hampir ini Pak.

Terima kasih, waktu kami haturkan kembali.

KETUA RAPAT :

Baik, mari kita lihat cermati rumusan awal ini ya untuk ini kita selesaikan Pak, FABRI ya Pak.

Saya kira kita sudah membuang waktu ini kita selesaikan nanti yang belakang kita pertimbangkan, apakah Timus ini saya kira begitu.

Baik silakan ini putaran dari mana a tau dari FKP, silakan rumusan terakhir, atau dari Pemerintah Pak Menteri menyerahkan.

PEMERINTAH (MENHUTBUN)

Terima kasih.

Kami coba merangkum semua daripada apa tadi yang ter-diri dari kata "keadilan" dan "berkeadilan" itu tadinya "adil" tapi saya kira cukup adil dan berkeadilan, dan memang kata "berkeadilan" ini memang ada kita masukkan 2 kali yaitu di d dan di e, saya kira tidak ada masalah karena keadilan-keadilan i tu merupakan suatu sebutan. Jadi dalam konteks ini kalau dibaca di d ada berkeadilan dan di e masalah distribusi bermanfaat yang berkeadilan, ini masalah akses disini penekanannya di e itu, kalau di atas masalah-masalah kebijaksanaannya.

Jadi itu yang kami sampaikan dan rasa-rasanya koq sudah masuk semua atau mungkin ada lagi yang lain.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Bapak Menteri. Silakan FKP .

(31)

FKP (JASMAN ISMAIL, SE)

Saya kira sudah bagus ini Pak bisa disahkan ini, karena produksi masuk di b tadi lindung dan produksi, jadi usul kita sudah diterima.

Terima kasih. KETUA RAPAT

Baik terima kasih.

Saya tidak tawarkan satu persatu, dapat disetujui saya kira tadi sudah muat usul-usul tambahan.

Terima kasih, dengan demikian DIM 30 a atau Pasal 3 DIM 30 sudah sampai selesai sampai halaman 33 sampai sasaran dapat disetujuk ?

( RAPAT SETUJU ) Terima kasih.

Baik selanjutnya kita lanjutkan mohon yang dapat buka lebih dahulu silakan, halaman 31 DIM 32, DIM 33 kita eek 33, ini catatan Sekretaris sudah Panja dipending begitu, tapi kemaring putusan Panja, ya Panja oke.

Baik, pertama Pasal 33 sudah tadi ya Pak terwujud manusia ini, terwujudnya sampai sasaran sudah.

Mari kita lihat DIM 32, untuk DIM 32 saya kira sudah disetujui penyempurnaan kalimat berdasarkan usulan FABRI, saya kira tidak ada masalah.

Oke DIM 33 ayat (2) Pengusahaan hutan oleh negara sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) ini memberi ini, ini tidak usahlah kemarin permasalahan adalah FPP mengenai persetujuan rakyat, kemudian FPDI juga kewenangan oleh Pemerintah Pusat hubungannya dengan DPR.

Mari kita bahas ini, silakan FPP. FPP (Ny. Hj. CHODIDJAH)

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Kemarin kami sudah banyak mengemukakan kalau didalam pasal-pasal a tau bab berikutnya yang merupakan penj abaran dari ini sudah disebut-sebut memang semuanya dengan persetu-juan rakyat baik itu ada dalam batang tubuh UU ini sendiri maupun nanti akan dijabarkan lebih lanjut yang bersumber dari PP kemudian dij abarkan dengan Perda baik tingkat I

(32)

maupun II sebagai arnanat dari UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah atau Pemerintahan.

Namun Fraksi kami masih mempertahankan kalau didalam bab maupun pasal itu sudah disebut-sebut, apa salahnya kalau memang diperkuat pada awal dengan argumentasi masyarakat atau rakyat itu menghendaki bahwa keterlibatan masyarakat itu sejak mulai dari perencanaan dan seterusnya, apalagi nanti pada tahap-tahap pengukuhan.

Oleh karena itu pada penguasaan hutan oleh negara ini dimohonkan atas persetujuan rakyat, sebagaimana 1-2, jadi kalimat ini saja yang masih krusial dan masih dibahas di da lam rapat ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih FPP,

Sarannya adalah meskipun sudah di belakang di batang tubuh itu sudah dibahas, tapi ingin memperkuat pada ayat ini tapi juga ada untung ruginya, kuat tapi sukar dilaksanakan nanti ini kalau dituntut terus juga sulit mungkin.

Saya silakan FPDI.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Sebenarnya terkait sama juga sejauhmana juga di dalam pengaturan pasal ini kewenangan daripada rakyat di daerah melalui Pemerintah Daerah dan DPRD juga diikutsertakan di dalam mengatur pasal ini atau bagian ini penguasaan hutan yang diatur dalam pasal 4, sebab saya juga sudah baca disini rumusan Pemerintah di dalam halaman 19 yang tebal ini, barangkali untuk menampung Fraksi Persatuan dan PDI mengenai keterlibatan Pemerintah Daerah, bagaimana kalau ini nanti ada diatur saja dalam Penjelasan bahwa dalam rangka pemerin-tah pusat melaksanakan kewenangan ini, perlu berkonsultasi dengan Pemerintah Daerah atau DPRD lah supaya jalan keluar-nya ada, kalau tidak bisa dicantumkan- dalam pasal, sebaikkeluar-nya dicantumkan dalam Penjelasan.

Terima kasih Pak Ketua,

KETUA RAPAT :

Terima kasih FPDI,

Kita lanjutkan FKP .

(33)

FKP (DRS. H. SYARIF SAID ALKADRIE) Terima kasih Bapak Pimpinan,

Bapak Menteri,

Bapak-bapak yang saya hormati,

FKP memandang bahwa usulan daripada FPP ini ada baiknya memang kita menghendaki dalam era reformasi dan ke depannya ini keikutsertaan daripada rakyat melalui wakil-wakilnya dalam menentukan kebij aksanaan di daerah perlu kita pertimbangkan dan kita masukkan di dalam Rancangan Undang-Undang ini. Namun kalau kita melihat dari Pasal 4 ini, manakala kita mencantumkan ini saja di Pasal 4 dengan perse-tujuan rakyat, saya khawatir terhadap butir a, b, c, d ini sulit untuk dilaksanakan oleh Pemerintah. Oleh karena itu FKP dari sejak awal sudah mengemukakan untuk menanmpung keinginan daripada FPP ini mari kita rumuskan dalam Penjela-san Umum an PenjelaPenjela-san Pasal.

Kami Tim Kecil sebenarnya sudah mengantisipasi dalam perumu-san Penjelaperumu-san Umum, nanti akan dijabarkan lagi khusus mengenai peraturan yang berkenaan di daerah kita jelaskan di dalam batang Tubuh Pasal 4 ayat ini.

Demikian pikiran daripada FKP. Terima kasih,

KETUA RAPAT : Terima kasih,

Saya kira FPDI dan FKP sudah searah, apalagi diperkuat tadi penjelasan umum juga sudah diwadahi.

Silakan FABRI. FABRI (SRIDONO)

Pimpinan dan Bapak-bapak/Ibu-ibu yang saya hormati, Memang nuansa reformasi yang ditangkap oleh FPP itu memang cukup baik, namun kembali lagi kami mengingatkan barangkali kalau persetujuan rakyat ini menjadi hal yang umum, ini apa yang dikatakan Ketua tadi mungkin mohon diper-timbangkan, apakah mengatur dan memproses segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan dan kawasan hutan itu harus dengan persetujuan Dewan, baik DPRD maupun DPR RI.

Kedua, menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan apakah harus dengan keputusan Dewan.

(34)

C. mengatur menetapkan hubungan antara hukum adat apa dengan ketetapan Dewan.

Terus terang saja barangkali kembali lagi, kalau dengan persetujuan Dewan, ini terus terang saja mekanismenya akan cukup panjang karena dalam keputusan Dewan itu melibatkan semua Fraksi dan sebagainya, lalu barangkali akan menghambat pelaksanaan operasional, dan juga mohon diingat sebetulnya pembagian kekuasaan itu sudah jelas antara eksekutif dan legislatif, dimana dalam eksekutif itu mereka melaksanakan apa-apa yang menjadi keputusan bersama antara Pemerintah dengan rakyat yang diwakili oleh legislatif, dan berikutnya legislatif ini mengawasi barangkali ada yang melewati dan sebagainya, itu bisa Dewan memberikan teguran atau arah yang benar sesuai apa yang disepakati bersama.

Kalau legislatif ini juga ikut memutuskan apa yang akan dilaksanakan oleh eksekutif, mungkin perlu dipikirkan meka-nismenya bagaimana, karena terus terang saja kalau ini dipasang di paling utama/atas, itu nanti terus terang saja agak repot, tidak begitu detail, tidak begitu gampang untuk melaksanakannya.

Jadi barangkali kalau memang di belakang-belakang pasal-pasal atau ayat-ayat sudah mengamanatkan harus ada persetujuan dan memperdengarkan aspirasi rakyat, itu mungkin saya pikir itu sudah cukup memadai. Dengan demikian barang-kali kalau ini bisa dipikirkan kembali lagi bagaimana cara-nya supaya persetujuan rakyat ini tidak serta merta kita cantumkan secara eksplisit disini tetapi mungkin tersebar di setiap pasal-pasal maupun ayat yang dalam batang tubuh undang-undang ini.

Demikian dari Fraksi ABRI Pak. KETUA RAPAT :

Kalau ditambah di Penjelasan pasal ini bagaimana ?. FABRI (SRIDONO) :

Kembali lagi Pak,

Persetujuan Dewan terus terang saja sulit, ini mempu-nyai mekanisme .

(35)

KETUA RAPAT

Baik,

Saya lanjutkan dari Pemerintah, silakan.

PEMERINTAH :

Terima kasih Pak,

Kami dapat sepenuhnya mengerti tentang apa yang diusul-kan oleh FPP, tetapi kami merasa sangat khawatir dengan kata-kata ini karena kata-kata ini tersurat dan tersirat bisa ditafsirkan macam-macam. Kalau rakyat yang biasa-biasa atau LSM yang pandai memprovokasi, ini semua rakyat, semua persetujuan rakyat, penguasaan itupun diterjemahkan sendiri, dia tidak lagi melihat undang-undang, penguasaan kecil-kecilpun oleh rakyat.

Barusan saya terlambat kesini 2 bus satu dari Cirebon, satu dari Pangkalan Bun, kenapa ini tidak mendengar rakyat, padahal untuk membagi HPH kecil itu. Karena dia pengertian penguasaan hutan oleh rakyat, ini kata-kata ini pun trauma kami, kami pertama-tama malah mengatakan "forest for the people" dikerjain semua, padahal hati kita lebih jauh lagi. Kami inginkan "forest belong to the people", tapi kalau kita bilang "belong to the people" lebih digembleng lagi, karena hutan itu milik rakyat.

Karena itu saya khawatir kata-kata ini bisa disalah-artikan oleh mereka seperti pengalaman pahit kami "forest for the people" dan "forest belong to the people", sehingga sudang dianggap itu sudah Menterinya saja sudah menyetujui, kenapa susah-susah lagi diserbu saja. Apalagi UU menyetujui penguasaan oleh rakyat, karena itu dibelakang-belakang ataupun minimal diberikan penjelasan, tapi hati-hati pengua-saan itu oleh negara atas persetujuan rakyat itu pasti akan bersayap banyak itu, komplikasinya akan banyak satu kata itu bisa kemana-mana larinya oleh yang pandai menggunakan kata-kata itu inikan bahasa hukum. Bahasa hukum itu kalau kita tidak tegas-tegas bisa dibahasakan macam-macam, jadi mohon sangat kita lihat kedepan dampaknya kalau kata-kata ini dipegunakan.

Terima kasih .

(36)

KETUA RAPAT :

Terima kasih Bapak Menteri.

Saya kembalikan ke FPP lagi, kalau kita pemikiran memang kelihatannya kalau itu disitu, nanti ngaturnya kesana tuntutan segala macam itu harus begitu, tapi di bab pasal sudah eksplisit.

Silakan Bu.

FPP (Ny. Hj. CHODIDJAH) :

Baik Pak, kami sampaikan terima kasih atas pandangan-pandangan dari Fraksi-fraksi dan nampaknya sudah ada

kema-juan, juga dari Pemerintah.

Jadi memang yang ada di pegmen FPP mengapa tentang penguasaan hutan oleh negara itu harus dengan persetujuan rakyat, sebagaimana tadi dari Pak Menteri sudah menguraikan adanya "forest for the people", kemudian dari masyarakat itu memang menuntut bukti dari statemen itu diformulasikan dalam UU, itu yang pertama.

Kernudian yang kedua, kalau kita melihat pada butir b menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan dan atau kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan.

Menurut hemat kami dari FPP ini ada satu pengalihan fungsi yang sangat prinsip, apabila hal ini tidak dengan persetujuan rakyat dalam ini Legislatif, maka ini akan menjadi masalah. Namun demikian pandangan dari dua Fraksi baik FKP maupun FPDI kalau tidak salah tangkap tadi, hal ini sudah bisa dimasukkan bisa diterima jalan keluarnya adalah masuk pada penj elasan pasal. Untuk itu kami persilakan kepada Pemerintah barangkali ini jalan yang terbaik karena untuk melicinkan dalam pelaksanaan-pelaksanaan berikutnya.

Jadi kami mernandang apabila didalam batang tubuh itu menyulitkan pelaksanaannya nanti, kami bersedia untuk diru-muskan masuk didalam penjelasan pasal ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih.

Jadi FPP setuj u untuk perumusan di penj elasan pasal, begitu saja, terus silakan.

(37)

FKP (Ors. H. AMIN IBRAHIM, MA} Jadi catatan kami Pak Ketua.

Ini kemarin kalau tidak salah itu kita sudah simpulkan ditambah dari FABRI "ditambah sebesar-besarnya kemakmuran rakyat". Kemudian diminta kepada Pemerintah untuk memberi-kan penjelasan bahwa dikuasai bumemberi-kan berarti pemilimemberi-kan, saya kira itu.

Jadi rumusan Pemerintah ini memang menurut kami sudah betul ini, kira-kira begitu hasil keputusan pada Panja itu, tidak tahu kalau catatan saya keliru barangkali teman FKP yang bagaimana ?

FKP (JASMAN ISMAIL, SE) Tambahan Ketua.

Jadi kita harus benar-benar mengerti bahwa kedudukan batang tubuh dengan penjelasan itu sama kuatnya, jangan kita anggap penjelasan itu tidak sama kuatnya, sama kekuatan hukumnya. Hanya dijelaskan maksud dengan ini dijelaskan, jadi kalau tidak kita cantumkan kita disini apa tadi DPR disini kita cantumkan itu bukan penjelasan itu menambah. Jadi pokoknya betul-betul wanti-wanti bahwa kekuatan hukum batang tubuh dan penjelasan sama, kalau kita sudah khawatir ini jangan ada, jangan timbul lagi dipenjelasan.

Sekian, terima kasih. KETUA RAPAT :

Jadi penjelasan sudah setuju ya Pak. Terima kasih.

Kita lanjutkan FPDI, dalam hal untuk perubahan fungsi kawasan hutan pun juga akan dibahas meski perlu peretujuan DPR untuk yang penting, berskala besar, berdampak nasional. Kemarin juga kita sudah membahas itu antara lain, lauser, mungkin juga sudah tertampung.

Silakan FPDI.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN) Saudara Ketua,

Bapak Menteri, dan

Saudara-saudara sekalian.

(38)

kerakya-tan, benar, baik pemerintah dan seluruh fraksi. Bahwa juga kita menhendaki bahwa rakyat terlibat di dalam berbagai hal juga benar. Tetapi tentunya jangan kita terlalu mengobral mengenai partisipasi, kewenangan rakyat dan segala macam, yang proporsional saja.

FPDI memang salah satu fraksi yang mengusulkan mengenai soal ini, sejauhmana kira-kira keterlibatan dari pada Pemer-intah Daerah di dalam penguasaab hutan, tetapi setelah saya dengat penjelasan dari pada Pak Menteri dan kita timbang-timbang, jadi penguasaan hutan memang oleh negara, itu juga sebagaimana di konsideran bahwa hutan merupakan karunia dan amanah Tuhan yang dikuasai negara. Pelaksana negara ini antara lain Pemerintah. Oleh karena itu, kami setelah mencoba memahami mengenai bagian ini penguasaan hutan oleh negara, inikan nanti dijabarkan dalam bab-bab selanjutnya, yang penguasahaanya meliputi 3, pengusahaan ini antara lain dilaksanakan melalui pengurusan hutan yang dijabarkan di 3 urusan besar, perencanaan, pengelolaan, dan penyuluhan, termasuk disana pengawasan, pembangunan sumber daya manusia, riset, pengembangan dan sebagainya.

Disini antara lain, sebenarnya keterlibatan dari pada rakyat, mulai dari perencanaan kita sudah juga masukan disitu antara lain mengenai informasi, pengelolaan hutam yang bapak sebut tadi itu dikaitkan dengan UU dengan Pena-taan Ruang dan lain-lain, disitu keterlibatan rakyat ada, penyuluhan, pengawasan, peran serta masyarakat dan sebagai-nya.

Oleh karena itu, Saudara-saudara sekalian, khusus rekan-rekan daripada FPP, barangkali kita bisa cermati ini bahkan jangan kalau kita cantumkan kemudian malah menimbul-kan masalah baru, bumenimbul-kan ketertiban tetapi nanti kerancuan, kekacaun. Seperti tadi memang pengalaman hutan itu untuk rakyat, kalau rakyat elite seperti anda-anda semua barangka-li bisa pahami itu, tepi kalau rakyat biasa, ini hatan rakyat milik saya, dia terobos saja, sedangkan milik rakyat tapi ada aturannya.

Oleh karena itu, saya ingin menggugah rekan FPP, saya kira kita tidak perlu cantumkan dalam pasal, juga dalam penjelasan hati-hati Bapak Pemerintah ini, sebab kalau nanti bikin penjelasan kemudian tidak hati-hati bisa menyulitkan kita semua.

(39)

KETUA RAPAT :

Terima kasih, FPDI.

Selanjut silakan Pemerintah. FABRI (DALAM SINURAYA, S.Sos)

Sebelum ke Pemerintah, boleh FABRI dulu Pak, sedikit. PEMERINTAH (MENHUTBUN)

Terima kasih.

Saya kira kekhawatiran dari FPP, itu waktu kita memba-hasa kemarin mungkin masih ingat juga tadi disebut mengenai perubahan, itu di halaman 36 perubahan peruntukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan persetujuan DPR, semua sudah ini, tiap gerak itu di bawah, seperti membuat rencana tata ruang, itu dari bawah ada Perda baru boleh. Jadi semua itu harus dari bawah, tidak bisa · dari atas, apalagi dengan menampung aspirasi dan kekhasan daerah, saya kira sudah kaya sekali istilah-istilah keberpi-hakan itu. Jadi di pasal-pasal itu ada harus persetujuan DPR dan macam-macam. Saya kira dengan itu sudah tertampung,

jadi kalau bisa kami ingin agar bentuknya ini tetaplah.

KETUA RAPAT :

Terima kasih.

Jadi FPP, saya kira penjelasan jelas, kalau kita can-tumkan mengaturnya sulit, apa-apa nanti dituntut, harus rakyat-rakyat, dalam batang tubuh kemarin sudah kita bahas jelas rakyat, pemerintah daerah, maupun masyarakat sudah kita perhatikan.

Kembali tiga fraksi dan pemerintah sudah demikian, saya kembalikan kepada FPP.

Saya persilakan.

FPP (Ny. Hj. CHODIDJAH) Terima kasih.

Bapak Pimpinan,

Bapak/Ibu sekalian yang kami hormati, termasuk dari Pak Menteri beserta staf.

Kami tadi menyatakan bahwa kalau di dalam batang tubuh itu tidak bisa, kemudian disarankan masuk penjelasan, rnemang kami memahami betul antara batang tubuh dengan penjelasan, itu mempunyai kekuatan hukum yang sama.

Oleh karena itu, tadi kami bisa terima, untuk pengambi-lan keputusan terakhit, maafkan kami bukan berarti kami

(40)

menghambatkan jalannya Panja ini, tetapi kami punya atasan yaitu fraksi, ijinkan kami untuk mengkonsultasikan lebih dahulu, dengan tidak mengurangi atau menghambat pembahasan berikutnya.

Mohon ini diendapkan <lulu, mohon kami diberi waktu untuk konsul tasi, karena ini dari fraksi kami menganggap penting, kemarin sudah banyak diuraikan bahwa kalau di dalam bab dan pasal-pasal berikutnya itu menyatakan bahwa semuanya harus dengan persetujuan rakyat, justru di awal ini memberi-kan koridor untuk nyambung ke bawahnya.

Terima kasih, atas kebijaksanaannya. KETUA RAPAT :

Terima kasih,

Jadi FPP ingin berkonsultasi dengan Pimpinan fraksi. Saya kira untuk ini kita pending dulu, dengna catatan bahwa ini tidak mengganggu pembahasan pada bab maupun pasal berikutnya, dan inikan tidak terlalu mengganggu istilah maupun pembahasan ini.

Apakan dapat disetujui, untuk ini kita pending ? (RAPAT SETUJU)

Barapa lama Bapak/Ibu dari FPP. FPP (Ny. Hj. CHODIDJAH)

Ini sampai pukul berapa dulu, kalau misalnya nanti ada istirahat untuk makan malam, kemudian malam dilanjutkan, kemungkinan sidang nanti malam sudah bisa mengambil keputu-san, tapi kalau nanti malam tidak ada, mungkin besok.

KETUA RAPAT : Terima kasih.

Sekaligus kita tentukan Bapak/Ibu, untuk acara kita ini, saya berpendapat lebih baik kita malam, karena tugas kita banyak lebih baik nanti kita selesai cepat pada akhir, dari pada kita pelan-pelan nanti belakangan kita sampai lebih malam lagi atau pagi, mungkin akan tidak enak.

Tapi saya tawarkan dulu untuk acara ini. Silakan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi t e r h a d a p p e n e l i t i a n p e n d a h u l u a n tidak ditemukan internalisasi nilai budaya minangkabau dalam wilayah

(2) Jenis perijinan yang dilakukan pemeriksaan lapangan dan/atau pengkajian teknis sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf g dan i, ditetapkan oleh Kepala Badan

Tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah atau menduduki jabatan 1 tingkat dibawah Direksi pada perusahaan Asuransi yang

In contrast to the usual central planning and implementation processes in Iran’s urban planning system, which is designed to ensure the active participation of

Tanda dari setiap variabel yang sesuai dengan hipotesis Tanda dari setiap variabel yang sesuai d e n g a n h i p o t e s i s a d a l a h adaTanda dari setiap variabel yang

Kualitas yang bagus, dari hasil wawancara, peneliti berasumsi bahwa pengelola Halaman Facebook Kebun Binatang Bandung menilai bahwa kualitas dari Halaman Facebook adalah

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes bahwa faktor utama dari konsumsi rumah tangga adalah pendapatan mutlak. Di dalam penelitian ini pendapatan mutlak tersebut

Sedangkan untuk isolasi juga dapat digunakan spesifik media seperti Media Agar GSP (untuk Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp.), media agar spesifik RS (Aeromonas