• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Ketenagakerjaan NTB Februari 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keadaan Ketenagakerjaan NTB Februari 2021"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Keadaan Ketenagakerjaan NTB Februari 2021

No. 32/05/52/Th. XV, 05 Mei 2021

 Jumlah angkatan kerja pada Februari 2021 sebanyak 2,75 juta orang, naik sekitar 58,14 ribu orang dibanding Agustus 2020. Sejalan dengan kondisi tersebut, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat sebesar 0,87 persen poin.  Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2021 turun sebesar 0,25 persen

poin menjadi 3,97 persen dibandingkan dengan Agustus 2020. Apabila dilihat menurut tingkat pendidikan, TPT tertinggi terdapat pada penduduk dengan pendidikan tamatan Universitas, yaitu sebesar 7,07 persen.

 Pada Februari 2021, penduduk yang bekerja sebanyak 2,64 juta orang, bertambah sekitar 62,49 ribu orang atau sebesar 2,43 persen dibandingkan dengan Agustus 2020. Persentase penduduk yang bekerja pada kegiatan informal meningkat sebesar 1,23 persen poin dibanding Agustus 2020.

 Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan terbesar jika dibandingkan dengan Agustus 2020 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (3,07 persen poin), penyediaan akomodasi dan makan minum (1,45 persen poin), dan jasa pendidikan (naik 1,01 persen poin).

 Pada Februari 2021, terdapat 1,40 juta orang (53,22 persen) pekerja penuh atau penduduk yang bekerja dengan jam kerja minimal 35 jam per minggu. Sementara jumlah pekerja tidak penuh (jam kerja kurang dari 35 jam per minggu) sebanyak 1,23 juta orang (46,78 persen), terdiri dari 406,57 ribu orang setengah penganggur dan 827,64 ribu orang pekerja paruh waktu.

 Terdapat 297,85 ribu orang (7,73 persen) penduduk usia kerja yang terkena dampak Covid-19. Terdiri dari pengangguran karena Covid-19 (23,08 ribu orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19 (10,70 ribu orang), sementara tidak bekerja karena Covid-19 (16,61 ribu orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 sebanyak 247,46 ribu orang.

Keadaan Ketenagakerjaan NTB

Februari 2021

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Februari 2021:

Tingkat

Pengangguran

Terbuka (TPT)

sebesar 3,97

persen

(2)

1. Perubahan Estimasi Data

Sampai dengan rilis Sakernas Februari 2020, penghitungan indikator masih menggunakan penimbang dari proyeksi hasil Sensus Penduduk (SP 2010). Penimbang adalah faktor pengali sampel suatu survei untuk menghasilkan estimasi populasi penduduk. Pada tahun 2015, Badan Pusat Statistik melaksanakan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS 2015). Hasil SUPAS 2015 digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2045 dan mengoreksi proyeksi hasil SP2010. Dengan adanya koreksi tersebut, maka mulai Sakernas Agustus 2020 dan selanjutnya, penghitungan indikator akan menggunakan proyeksi hasil SUPAS 2015. Untuk menjaga keterbandingan, penyajian series data (tahun 2020-2021) akan menggunakan penimbang dari proyeksi penduduk hasil SUPAS 2015. Berbeda dengan sebelumnya yang disajikan secara tahunan, data yang disajikan saat ini adalah tiga titik periode semesteran yaitu Februari 2020, Agustus 2020, dan Februari 2021. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan perubahan dari dampak pandemi Covid-19 pada ketenagakerjaan.

2. Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja

Penduduk usia kerja merupakan semua orang yang berumur 15 tahun ke atas. Pada usia ini, mereka memiliki potensi untuk masuk ke pasar kerja. Penduduk usia kerja pada Februari 2021 sebanyak 3,85 juta orang, naik sebanyak 63,61 ribu orang dibanding Februari 2020 dan naik sebanyak 34,43 ribu orang jika dibanding Agustus 2020. Penduduk usia kerja mengalami tren yang cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di NTB. Sebagian besar penduduk usia kerja yaitu 71,32 persen atau 2,75 juta orang merupakan angkatan kerja, terdiri dari 2,64 juta orang penduduk bekerja dan 109,07 ribu orang pengangguran.

Tabel 1

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, Februari 2020 - Februari 2021

Status Keadaan

Ketenagakerjaan Februari 2020 Agustus 2020 Februari 2021 Perubahan (Feb 2021-Feb 2020) Perubahan (Feb 2021-Agt 2020)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Ribu Orang Ribu Orang Ribu Orang Ribu

Orang Persen

Ribu Orang

Persen

Penduduk Usia Kerja 3.788,52 3.817,70 3.852,13 63,61 1,68 34,43 0,90

Angkatan Kerja 2.634,57 2.689,39 2.747,53 112,96 4,29 58,14 2,16

Bekerja 2.554,53 2.575,96 2.638,45 83,92 3,29 62,49 2,43

Pengangguran 80,04 113,43 109,07 29,03 36,27 -4,36 -3,84

Bukan Angkatan Kerja 1.153,95 1.128,31 1.104,61 -49,34 -4,28 -23,70 -2,10

Persen Persen Persen Persen Poin Persen Poin Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 3,04 4,22 3,97 0,93 -0,25 Perkotaan 2,84 5,04 5,13 2,29 0,09 Perdesaan 3,21 3,44 2,91 -0,30 -0,53 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

69,54 70,45 71,32 1,78 0,87

Laki-laki 82,85 82,94 83,24 0,39 0,30

Perempuan 57,01 58,66 60,06 3,05 1,40

*)Kerja (TPAK)

(3)

Komposisi angkatan kerja pada Februari 2021 terdiri atas 2,64 juta orang penduduk yang bekerja dan 109,07 ribu orang pengangguran. Apabila dibandingkan Februari 2020 yaitu kondisi dimana belum terjadi pandemi Covid-19 di Indonesia, terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja sebanyak 112,96 ribu orang. Penduduk bekerja mengalami kenaikan sebanyak 83,92 ribu orang dan pengangguran meningkat sebanyak 29,03 ribu orang. Sementara, jika dibandingkan kondisi Agustus 2020 (kondisi pandemi Covid-19) jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 58,14 ribu orang. Penduduk bekerja naik sebanyak 62,49 ribu orang dan pengangguran turun sebanyak 4,36 ribu orang.

Sejalan dengan jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga memiliki pola yang sama. TPAK adalah persentase banyaknya angkatan kerja terhadap banyaknya penduduk usia kerja. TPAK mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif di pasar kerja, baik menjadi penduduk bekerja maupun sebagai penganggur. TPAK pada Februari 2021 sebesar 71,32 persen, naik 1,78 persen poin dibanding Februari 2020 dan naik 0,87 persen poin dibanding Agustus 2020.

Berdasarkan jenis kelamin, secara umum terlihat bahwa TPAK laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Pada Februari 2021, TPAK laki-laki sebesar 83,24 persen sementara TPAK perempuan hanya 60,06 persen. Jika dibandingkan dengan Februari 2020, baik TPAK laki-laki maupun TPAK perempuan mengalami kenaikan, begitu juga jika dibanding dengan Agustus 2020, TPAK laki-laki dan perempuan juga mengalami peningkatan.

3. Karakteristik Penduduk yang Bekerja

Salah satu bentuk penyerapan penduduk usia kerja di pasar kerja adalah bekerja. Bekerja merupakan kegiatan seseorang untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan, keuntungan, maupun upah/gaji yang dilakukan paling sedikit satu jam dalam seminggu terakhir. Untuk melihat struktur penduduk bekerja maka perlu diperhatikan karakteristiknya. Karakteristik penduduk bekerja akan disajikan berdasarkan lapangan pekerjaan utama, status pekerjaan utama, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan jumlah jam kerja selama seminggu yang lalu.

3.1 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Kondisi ketenagakerjaan baik menyangkut tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada. Jumlah penduduk yang bekerja pada tiap sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Februari 2021, penduduk NTB paling banyak bekerja pada lapangan pekerjaan pertanian, kehutanan dan perikanan yaitu sebanyak 996,12 ribu orang (37,75 persen), disusul oleh lapangan pekerjaan perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil sebanyak 482,38 ribu orang (18,28 persen) dan industri pengolahan 273,37 ribu orang (10,36 persen) (Gambar 1). Dominasi lapangan pekerjaan ini masih sama dengan Februari 2020 maupun Agustus 2020.

Dilihat berdasarkan tren menurut kategori lapangan pekerjaan utama, hampir tidak ada lapangan pekerjaan yang konsisten naik atau turun kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja. Kontribusi penyerapan tenaga kerja bergerak secara fluktuatif. Selama Februari 2020 – Februari 2021, tiga kategori lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase penduduk bekerja adalah pertanian, kehutanan dan perikanan (naik 2,22 persen poin), industri pengolahan (naik 1,86 persen poin), dan penyediaan akomodasi dan makan minum (naik 1,16 persen poin). Sementara lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan persentase penduduk bekerja adalah administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (turun 3,01 persen poin), konstruksi (turun 0,74 persen poin), jasa kesehatan dan kegiatan sosial (turun sebesar 0,59 persen poin), transportasi dan pergudangan (turun 0,53 persen poin), jasa

(4)

pendidikan (turun 0,31 persen poin), serta perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor turun sebesar 0,11 persen poin.

Apabila dibandingkan dengan Agustus 2020, tiga kategori lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan kontribusi adalah pertanian, kehutanan dan perikanan (3,07 persen poin); penyediaan akomodasi dan makan minum (1,45 persen poin); dan jasa pendidikan (1,01 persen poin). Sementara tiga lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan terbesar adalah perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor (2,71 persen poin); konstruksi (1,23 persen poin); dan transportasi dan pergudangan (0,89 persen poin).

Gambar 1

Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2020 - Februari 2021

Keterangan: Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

**) Lainnya termasuk: B Pertambangan dan Penggalian, D Pengadaan Listrik dan Gas, E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang, J Informasi dan Komunikasi, K Jasa Keuangan dan Asuransi, L Real Estat, M,N Jasa Perusahaan, R,S,T,U Jasa Lainnya

3.2 Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Dari seluruh penduduk bekerja pada Februari 2021, status pekerjaan utama yang terbanyak adalah berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (24,41 persen) sedangkan penduduk yang bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap memiliki persentase yang paling kecil yaitu sebesar 1,56 persen. Dibandingkan Februari 2020, status pekerjaan yang mengalami penurunan yaitu buruh/karyawan/pegawai (turun 8,08 persen poin), berusaha dibantu buruh tetap (turun 1,58 persen poin), dan pekerja bebas di pertanian turun sebesar 0,04 persen poin. Lebih lanjut jika dibandingkan dengan kondisi Agustus 2020, penurunan persentase penduduk bekerja terjadi pada status pekerja bebas di pertanian (turun 2,08 persen), berusaha dibantu buruh tetap/dibayar (turun 0,66 persen), buruh/karyawan/pegawai (turun 0,57 persen), dan status berusaha sendiri turun sebesar 0,21 persen poin.

1,77 3,11 6,66 5,80 4,91 6,59 8,72 8,50 18,40 35,54 Q Jasa Kesehatan H Transportasi O Administrasi Pemerintahan F Konstruksi I Akomodasi dan Makan

Minum P Jasa Pendidikan Lainnya **) C Industri Pengolahan G Perdagangan Besar dan Eceran A Pertanian 1,74 3,48 3,80 6,29 4,62 5,27 7,99 11,14 20,99 34,68 1,17 2,58 3,65 5,06 6,07 6,28 8,79 10,36 18,28 37,75 Agustus 2020 Februari 2021 Februari 2020

(5)

Gambar 2

Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, Februari 2020 - Februari 2021

Keterangan: Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Pekerja formal mencakup penduduk bekerja dengan status berusaha dengan dibantu buruh tetap dan penduduk bekerja dengan status buruh/karyawan/pegawai, sedangkan pekerja informal mencakup status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/pekerja keluarga/tidak dibayar, pekerja bebas dan pekerja keluarga/tidak dibayar. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Februari 2021 terdapat sebanyak 667,66 ribu orang (25,30 persen) penduduk yang bekerja pada kegiatan formal dan sebanyak 1,97 juta orang (74,70 persen) bekerja pada kegiatan informal. Penduduk yang bekerja di kegiatan informal pada Februari 2021 mengalami kenaikan, baik dibanding dengan Februari 2020 maupun Agustus 2020 yaitu masing-masing sebesar 9,66 persen poin dan 1,23 persen poin.

3.3 Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Tingkat pendidikan dapat mengindikasikan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja pada Februari 2021 masih didominasi oleh penduduk bekerja dengan pendidikan rendah yaitu SMP ke bawah sebanyak 1,59 juta orang (60,36 persen). Sedangkan penduduk bekerja berpendidikan menengah (SMU sederajat) sebanyak 693,94 ribu orang (26,30 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 352,03 ribu orang (13,34 persen) mencakup 49,99 ribu orang berpendidikan Diploma

3,14 4,92 4,36 16,00 16,27 31,82 23,48

Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di nonpertanian Pekerja keluarga/tidak dibayar Berusaha sendiri Buruh/karyawan/pegawai Berusaha dibantu buruh tidak tetap/pekerja keluarga/tidak 2,22 6,96 6,98 17,59 19,44 24,32 22,49 1,56 4,89 7,33 18,85 19,23 23,74 24,41 KEGIATAN FORMAL/INFORMAL

STATUS PEKERJAAN UTAMA

Februari 2020 Agustus 2020 Februari 2021

25,30 74,70 26,53 73,47 34,96 65,04

Februari 2020 Agustus 2020 Februari 2021

(6)

dan 302,04 ribu orang berpendidikan Universitas (Gambar 3). Kontribusi penduduk bekerja menurut pendidikan masih menunjukkan pola yang hampir sama, baik pada Februari 2020 maupun Agustus 2020.

Gambar 3

Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Februari 2020 - Februari 2021

Keterangan: Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

3.4

Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja

Salah satu indikator produktivitas tenaga kerja lainnya adalah jam kerja. Semakin tinggi jam kerja cenderung semakin tinggi pendapatan atau upah/gaji. Umumnya jam kerja yang diinginkan adalah jam kerja normal. Dikaitkan dengan jam kerja, penduduk bekerja dapat dibagi menjadi pekerja penuh dan pekerja tidak penuh. Pekerja penuh mencakup pekerja dengan jam kerja minimal 35 jam seminggu atau yang sedang sementara tidak bekerja, sedangkan pekerja tidak penuh adalah pekerja dengan jam kerja kurang dari 35 jam seminggu. Lebih lanjut pekerja tidak penuh terbagi menjadi dua kelompok yaitu pekerja setengah penganggur dan pekerja paruh waktu.

Di NTB, sebagian besar tenaga kerja bekerja sebagai pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per minggu) yaitu sebesar 53,22 persen (kondisi Februari 2021). Sedangkan sebanyak 46,78 persen lainnya merupakan pekerja tidak penuh (jam kerja kurang dari 35 jam per minggu), yang terdiri dari 15,41 persen pekerja setengah penganggur dan 31,37 persen untuk pekerja paruh waktu. Dalam setahun terakhir, pekerja tidak penuh mengalami peningkatan 10,22 persen poin. Sementara persentase pekerja penuh mengalami penurunan jika dibanding Februari 2020 maupun Agustus 2020, yaitu masing-masing sebesar 10,22 persen poin dan 2,73 persen poin.

2,24 6,27 15,00 14,10 20,94 41,45 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 Diploma I/II/III Sekolah Menengah Kejuruan Universitas Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas SD ke Bawah 2,24 5,71 10,57 16,74 20,67 44,07 0,00 10,0020,0030,0040,0050,00 1,89 6,57 11,45 16,25 19,73 44,11 0,00 10,0020,0030,0040,0050,00 Februari 2020 Agustus 2020 Februari 2021

(7)

Gambar 4

Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja, Februari 2020 - Februari 2021

Keterangan: Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

3.4.1 Setengah Pengangguran Menurut Jenis Kelamin

Setengah pengangguran adalah mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari atau menerima pekerjaan tambahan. Tingkat setengah penganggur pada Februari 2021 adalah sebesar 15,41 persen. Hal ini berarti dari 100 penduduk bekerja terdapat sekitar 15 orang yang setengah penganggur. Dibandingkan dengan Februari 2020, tingkat setengah penganggur mengalami peningkatan sebesar 2,28 persen poin namun mengalami penurunan sebesar 1,42 persen poin jika dibandingkan dengan kondisi Agustus 2020.

Gambar 5

Tren Tingkat Setengah Pengangguran Menurut Jenis Kelamin (persen), Februari 2020 - Februari 2021

Keterangan: Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

Pada Februari 2021, tingkat setengah pengangguran laki-laki sebesar 17,14 persen, sedangkan tingkat setengah pengangguran perempuan sebesar 13,21 persen. Dibandingkan Februari 2020, baik tingkat

63,44 55,95 53,22 13,13 16,83 15,41 23,43 27,22 31,37

Februari 2020 Agustus 2020 Februari 2021

Pekerja Penuh Pekerja Setengah Penganggur Pekerja Paruh Waktu

13,46 16,78 17,14 12,67 16,89 13,21 13,13 16,83 15,41

Februari 2020 Agustus 2020 Februari 2021

(8)

setengah pengangguran laki-laki dan perempuan mengalami peningkatan masing - masing 3,68 persen poin dan 0,54 persen poin. Namun jika dibandingkan Agustus 2020, tingkat setengah pengangguran laki-laki mengalami kenaikan sebesar 0,36 persen poin sedangkan tingkat setengah pengangguran perempuan mengalami penurunan sebesar 3,68 persen poin.

3.4.2 Pekerja Paruh Waktu Menurut Jenis Kelamin

Pekerja paruh waktu adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu, tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain. Tingkat pekerja paruh waktu di NTB pada Februari 2021 sebesar 31,37 persen, yang artinya dari 100 orang penduduk bekerja terdapat sekitar 31 orang pekerja paruh waktu. Dibandingkan dengan Februari 2020 dan Agustus 2020, tingkat pekerja paruh waktu mengalami peningkatan masing-masing sebesar 7,94 persen poin dan 4,15 persen poin.

Gambar 6

Tren Tingkat Pekerja Paruh Waktu Menurut Jenis Kelamin (persen), Februari 2020 - Februari 2021

Keterangan: Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

Berdasarkan jenis kelamin, tren tingkat pekerja paruh waktu selama setahun terakhir memiliki pola yang sama, dimana tingkat pekerja paruh waktu perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pada Februari 2021, tingkat pekerja paruh waktu laki-laki sebesar 23,25 persen dan perempuan sebesar 41,70 persen. Tingkat pekerja paruh waktu laki-laki dan perempuan mengalami peningkatan baik dibandingkan Februari 2020 maupun Agustus 2020. Dibandingkan dengan Agustus 2020, terdapat peningkatan sebesar 1,47 persen poin untuk laki-laki dan 7,35 persen poin untuk perempuan. Apabila dibandingkan dengan Februari 2020, terdapat peningkatan persentase pekerja tidak penuh sebesar 3,90 persen poin untuk laki-laki dan 12,74 persen poin untuk perempuan.

4. Karakteristik Penganggur

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. TPT juga menggambarkan kemampuan ekonomi pasar kerja yang belum bisa menciptakan pekerjaan bagi mereka yang ingin bekerja tapi tidak mendapatkannya. TPT hasil Sakernas Februari 2021 sebesar 3,97 persen. Hal ini berarti dari 100

19,35 21,78 23,25 28,96 34,35 41,70 23,43 27,22 31,37

Februari 2020 Agustus 2020 Februari 2021

(9)

orang angkatan kerja, terdapat sekitar empat orang penganggur. Kondisi ketenagakerjaan pada Februari 2021 sudah mulai membaik. Hal ditunjukkan oleh TPT yang bergerak turun dari 4,22 persen pada Agustus 2020 menjadi 3,97 persen pada Februari 2021.

4.1 TPT Menurut Jenis Kelamin

TPT laki-laki umumnya lebih tinggi dibandingkan perempuan. Pada Februari 2021, TPT laki-laki sebesar 5,20 persen, lebih tinggi dibanding TPT perempuan (2,36 persen). Dibandingkan Februari 2020, TPT laki-laki meningkat sebesar 1,82 persen poin sedangkan TPT perempuan mengalami penurunan sebesar 0,21 persen poin. Pola yang sama juga terjadi jika dibandingkan dengan kondisi Agustus 2020, dimana TPT laki-laki naik sebesar 0,23 persen poin dan TPT perempuan turun sebesar 0,86 persen poin.

Gambar 7

Tren Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin (persen), Februari 2020 - Februari 2021

Keterangan: Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

4.2 TPT Menurut Daerah Tempat Tinggal

TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding perdesaan. Pada Februari 2021, TPT di perkotaan sebesar 5,13 persen, lebih tinggi hampir dua kali lipat TPT di perdesaan (2,91 persen). Dibandingkan Februari 2020, TPT perkotaan mengalami peningkatan sebesar 2,29 persen poin sedangkan TPT perdesaan mengalami penurunan sebesar 0,30 persen poin. Pola yang sama juga terlihat pada kondisi Agustus 2020 - Februari 2021, meskipun sama-sama meningkat namun TPT perkotaan hanya naik sebesar 0,09 poin persen sedangkan TPT perdesaan turun lebih tajam yaitu sebesar 0,53 persen poin.

3,38 4,97 5,20 2,57 3,22 2,36 3,04 4,22 3,97

Februari 2020 Agustus 2020 Februari 2021

(10)

Gambar 8

Tren Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Tipe Wilayah (persen), Februari 2020 - Februari 2021

Keterangan: Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

4.3 TPT Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Dilihat dari tingkat pendidikan, pada Februari 2021, TPT tamatan Universitas paling tinggi diantara tingkat pendidikan lainnya yaitu sebesar 7,07 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada tamatan SMU sebesar 6,95 persen, diikuti tamatan SMK sebesar 4,34 persen. TPT terendah berada pada tamatan Diploma I/II/III yaitu sebesar 0,08 persen. Penduduk tamatan SMP ke bawah juga memiliki TPT yang relatif rendah. Kondisi ini kemungkinan terjadi karena mereka yang berpendidikan rendah cenderung tidak terlalu memilih pekerjaan (Gambar 9).

Gambar 9

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Februari 2020 - Februari 2021

Keterangan: Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

2,84 5,04 5,13 3,21 3,44 2,91 3,04 4,22 3,97

Februari 2020 Agustus 2020 Februari 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

1,58 1,14 4,96 6,70 6,03 3,96 2,59 4,22 5,60 9,71 1,94 5,43 1,95 3,65 6,95 4,34 0,08 7,07

≤SD SMP SMA Umum SMK Diploma I/II/III Universitas Februari 2020 Agustus 2020 Februari 2021

(11)

Dibandingkan Februari 2020, TPT pada hampir semua kategori pendidikan mengalami peningkatan kecuali untuk TPT tamatan SMK dan Diploma I/II/III yaitu masing-masing turun sebesar 2,36 persen poin dan 5,95 persen poin. Namun jika dibandingkan Agustus 2020 hampir semua kategori pendidikan mengalami penurunan kecuali tamatan SMA Umum dan Universitas. Penurunan paling besar adalah pada tamatan SMK yaitu sebesar 5,37 persen poin.

5. Pandemi Covid-19 dan Ketenagakerjaan di NTB

Penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu a) Penganggur; b) Bukan angkatan kerja yang pernah berhenti bekerja pada Februari 2020 - Februari 2021; c) Penduduk yang bekerja dengan status sementara tidak bekerja; dan d) Penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja. Kondisi c) dan d) merupakan dampak pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh mereka yang saat ini masih bekerja, sedangkan kondisi a) dan b) merupakan dampak pandemi Covid-19 bagi mereka yang berhenti bekerja.

Tabel 2

Dampak Covid-19 terhadap Penduduk Usia Kerja, Agustus 2020 - Februari 2021 Komponen Agustus 2020 Februari 2021 Perubahan Ags 2020-Feb 2021 (1) (2) (3) (4) (5)

ribu orang ribu orang ribu orang persen

a. Pengangguran2 karena Covid-19 28,39 23,08 -5,31 -18,70

b. Bukan Angkatan Kerja (BAK) 3 karena Covid-19 12,66 10,70 -1,96 -15,48

c. Sementara Tidak Bekerja4 karena Covid-19 35,66 16,61 -19,05 -53,42

d. Penduduk Bekerja yang Mengalami Pengurangan Jam Kerja karena Covid-19

378,85 247,46 -131,39 -34,68

Total 455,56 297,85 -157,71 -34,62

Penduduk Usia Kerja (PUK) 3.817,70 3.852,13 34,43 0,90

Persentase terhadap PUK 11,93 7,73 -4,2 -35,21

Keterangan:

1.Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

2.Pengangguran karena Covid-19 adalah penganggur yang berhenti bekerja karena Covid-19 dari Februari 2020

3.Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19 adalah penduduk usia kerja yang termasuk dalam kategori bukan angkatan kerja dan pernah berhenti bekerja karena Covid-19 dari Februari 2020

4.Sementara tidak bekerja karena Covid-19 adalah penduduk bekerja namun karena Covid-19 menjadi sementara tidak bekerja

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 pada Februari 2021 sebanyak 297,85 ribu orang, mengalami penurunan sebanyak 157,71 ribu orang atau sebesar 34,62 persen dibandingkan dengan Agustus 2020. Komposisi penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 pada Februari 2021 terdiri dari 23,08 ribu orang pengangguran karena Covid-19; 10,70 ribu orang Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19; 16,61 ribu orang sementara tidak bekerja karena Covid-19; dan 247,46 juta orang penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19. Keempat komponen tersebut mengalami penurunan dibandingkan Agustus 2020. Penurunan terbesar adalah komponen sementara tidak bekerja karena Covid-19, yaitu sebanyak 53,42 ribu orang.

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk usia kerja terdampak Covid-19 terdiri dari laki-laki sebanyak 163,36 ribu orang dan perempuan sebanyak 134,49 ribu orang. Kontribusi laki-laki terdampak Covid-19 lebih besar dibandingkan perempuan pada hampir setiap komponen kecuali pada komponen BAK karena Covid-19, dimana sekitar 86,83 persen dari seluruh BAK karena Covid-19 adalah penduduk yang berjenis kelamin

(12)

perempuan. Persentase perempuan yang menjadi BAK karena Covid-19 bahkan mengalami peningkatan sebesar 17,50 persen poin jika dibandingkan dengan kondisi Agustus 2020.

Gambar 10

Dampak Covid-19 terhadap Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin, Agustus 2020 - Februari 2021 (dalam persen)

Keterangan: Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

Apabila dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, pada Februari 2021, penduduk usia kerja di perkotaan yang terdampak Covid-19 sebanyak 182,18 ribu orang dan di perdesaan sebanyak 115,68 ribu orang. Pada semua komponen, kontribusi penduduk perkotaan terdampak lebih besar dibandingkan dengan penduduk perdesaan. Pada komponen pengangguran karena Covid-19, kontribusi penduduk perkotaan yang terdampak mencapai 63,89 persen atau hampir dua kali lipat dibanding penduduk perdesaan. Begitu juga dengan komponen sementara tidak bekerja karena Covid-19, kontribusi penduduk perkotaan yang terdampak mencapai 74,29 persen atau hampir tiga kali lipat dibanding penduduk perdesaan. Jika dibanding dengan Agustus 2020, kontribusi penduduk perkotaan yang terdampak mengalami peningkatan di semua komponen, kecuali sementara tidak bekerja karena Covid-19.

Gambar 11

Dampak Covid-19 terhadap Penduduk Usia Kerja Menurut Tipe Wilayah, Agustus 2020 - Februari 2021 (dalam persen)

Keterangan: Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

58,94 30,67 54,75 58,29 41,06 69,33 45,25 41,71 Pengangguran

Karena Covid-19 BAK KarenaCovid-19 Sementara TidakBekerja Karena

Covid-19 Pengurangan Jam Kerja Karena Covid-19 Agustus 2020 Laki-laki Perempuan 77,84 13,17 63,06 53,95 22,16 86,83 36,94 46,05 Pengangguran

Karena Covid-19 BAK KarenaCovid-19 Sementara TidakBekerja Karena

Covid-19 Pengurangan Jam Kerja Karena Covid-19 Februari 2021 Laki-laki Perempuan 68,17 64,90 60,74 57,55 31,83 35,10 39,26 42,45 Pengangguran

Karena Covid-19 BAK KarenaCovid-19 Sementara TidakBekerja Karena

Covid-19 Pengurangan Jam Kerja Karena Covid-19 Agustus 2020 Perkotaan Perdesaan 63,89 53,01 74,29 60,38 36,11 46,99 25,71 39,62 Pengangguran

Karena Covid-19 BAK KarenaCovid-19 Sementara TidakBekerja Karena

Covid-19 Pengurangan Jam Kerja Karena Covid-19 Februari 2021 Perkotaan Perdesaan

(13)

6. Penjelasan Teknis

a. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas.

b. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja (termasuk yang punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja) dan pengangguran. Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang kegiatan utamanya sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.

c. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.

d. Penganggur adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi berharap mendapat pekerjaan, dan kegiatannya terdiri dari: Mencari pekerjaan, Mempersiapkan usaha, Tidak mencari pekerjaan karena alasan merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (putus asa), Tidak mencari pekerjaan karena sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

e. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah angkatan kerja.

f. Penduduk yang bekerja pada sektor informal adalah penduduk bekerja yang berstatus berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, pekerja bebas, dan pekerja keluarga. Sedangkan penduduk yang bekerja pada sektor formal adalah penduduk berstatus berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar dan buruh/karyawan/pegawai.

g. Pekerja penuh adalah penduduk yang bekerja dengan jam kerja 35 jam atau lebih dalam seminggu, dan termasuk mereka yang kondisinya sementara tidak bekerja. Sedangkan pekerja tidak penuh adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu, dan terdiri dari pekerja setengah penganggur dan pekerja paruh waktu.

h. Setengah Penganggur adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan (dahulu disebut setengah pengangguran terpaksa); Pekerja paruh waktu adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (dahulu disebut setengah pengangguran sukarela).

i. Upah/gaji sebulan adalah imbalan/balas jasa yang diterima selama sebulan yang lalu dari pekerjaan utama oleh buruh/karyawan/pegawai, baik berupa uang maupun barang yang dibayarkan oleh perusahaan/kantor/majikan. Imbalan/balas jasa tersebut terdiri dari beberapa komponen yaitu gaji, tunjangan (yang sifatnya rutin), upah lembur, uang transportasi dan uang makan.

j. Buruh/karyawan/pegawai adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh/karyawan/pegawai yang tidak mempunyai majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan/pegawai, tetapi sebagai pekerja bebas. Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki 1 (satu) majikan yang sama dalam sebulan terakhir. Khusus pada sektor konstruksi batasannya tiga bulan. Apabila majikannya instansi/lembaga, boleh lebih dari satu.

(14)

Lampiran 1

Karakteristik Penduduk Bekerja, Februari 2020 - Februari 2021

Karakteristik Penduduk Bekerja

Februari 2020 Agustus 2020 Februari 2021

Perubahan Feb 2020 - Feb 2021 Perubahan Ags 2020 - Feb 2021 ribu orang persen (%) ribu orang persen (%) ribu orang persen (%) ribu orang persen poin ribu orang persen poin (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

SD ke Bawah 1.058,96 41,45 1.135,22 44,07 1.163,79 44,11 104,83 2,65 28,57 0,04 Sekolah Menengah Pertama 360,14 14,10 431,33 16,74 428,70 16,25 68,55 2,15 -2,63 -0,50 Sekolah Menengah Atas 535,02 20,94 532,39 20,67 520,61 19,73 -14,41 -1,21 -11,78 -0,94 Sekolah Menengah Kejuruan 160,10 6,27 147,00 5,71 173,32 6,57 13,23 0,30 26,33 0,86 Diploma I/II/III 57,23 2,24 57,63 2,24 49,99 1,89 -7,25 -0,35 -7,64 -0,34 Universitas 383,07 15,00 272,39 10,57 302,04 11,45 -81,03 -3,55 29,65 0,87 Jumlah 2.554,53 100,00 2.575,96 100,00 2.638,45 100,00 83,92 - 62,50 -

Lapangan Pekerjaan Utama

A Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan 907,77 35,54 893,38 34,68 996,12 37,75 88,36 2,22 102,74 3,07 C Industri Pengolahan 217,21 8,50 286,87 11,14 273,37 10,36 56,16 1,86 -13,49 -0,78 F Konstruksi 148,11 5,80 162,12 6,29 133,49 5,06 -14,62 -0,74 -28,63 -1,23 G Perdagangan Besar dan

Eceran 469,94 18,40 540,79 20,99 482,38 18,28 12,44 -0,11 -58,41 -2,71 H Transportasi dan

Pergudangan 79,49 3,11 89,58 3,48 68,19 2,58 -11,30 -0,53 -21,39 -0,89 I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 125,46 4,91 118,98 4,62 160,17 6,07 34,72 1,16 41,19 1,45 O Administrasi Pemerintahan 170,23 6,66 97,88 3,80 96,28 3,65 -73,95 -3,01 -1,60 -0,15 P Jasa Pendidikan 168,34 6,59 135,75 5,27 165,70 6,28 -2,65 -0,31 29,95 1,01 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 45,12 1,77 44,85 1,74 30,93 1,17 -14,19 -0,59 -13,92 -0,57 Lainnya*) 222,87 8,72 205,76 7,99 231,82 8,79 8,95 0,06 26,06 0,80 Jumlah 2.554,53 100,00 2.575,96 100,00 2.638,45 100,00 83,92 - 62,50 - Status Pekerjaan Utama

Berusaha sendiri 415,65 16,27 500,72 19,44 507,28 19,23 91,62 2,96 6,56 -0,21 Berusaha dibantu buruh tidak

tetap 599,88 23,48 579,40 22,49 643,95 24,41 44,08 0,92 64,55 1,91 Berusaha dibantu buruh tetap 80,24 3,14 57,08 2,22 41,19 1,56 -39,05 -1,58 -15,90 -0,66 Buruh/karyawan/pegawai 812,87 31,82 626,43 24,32 626,48 23,74 -186,40 -8,08 0,04 -0,57 Pekerja bebas di pertanian 125,78 4,92 179,40 6,96 128,89 4,89 3,12 -0,04 -50,50 -2,08 Pekerja bebas di nonpertanian 111,38 4,36 179,93 6,98 193,31 7,33 81,93 2,97 13,38 0,34 Pekerja keluarga/tak dibayar 408,73 16,00 453,00 17,59 497,36 18,85 88,63 2,85 44,36 1,26 Jumlah 2.554,53 100,00 2.575,96 100,00 2.638,45 100,00 83,92 - 62,50 -

Status Pekerjaan Formal/Informal

Formal 893,11 34,96 683,52 26,53 667,66 25,30 -225,45 -9,66 -15,86 -1,23 Informal 1.661,42 65,04 1.892,44 73,47 1.970,79 74,70 309,37 9,66 78,35 1,23 Jumlah 2.554,53 100,00 2.575,96 100,00 2.638,45 100,00 83,92 - 62,50 -

Pekerja Penuh/Tidak Penuh

Pekerja Penuh (≥ 35 jam*)) 1.620,66 63,44 1.441,28 55,95 1.404,25 53,22 -216,41 -10,22 -37,03 -2,73 Pekerja Tidak Penuh (1-34 jam) 933,87 36,56 1.134,68 44,05 1.234,21 46,78 300,33 10,22 99,53 2,73 - Setengah Penganggur 335,37 13,13 433,44 16,83 406,57 15,41 71,20 2,28 -26,88 -1,42 - Pekerja Paruh Waktu 598,51 23,43 701,24 27,22 827,64 31,37 229,14 7,94 126,40 4,15 Jumlah 2.554,53 100,00 2.575,96 100,00 2.638,45 100,00 83,92 - 62,50 -

Keterangan:

Penghitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015

*) Lainnya termasuk: B Pertambangan dan Penggalian, D Pengadaan Listrik dan Gas, E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang, J Informasi dan Komunikasi, K Jasa Keuangan dan Asuransi, L Real Estat, M,N Jasa Perusahaan, R,S,T,U Jasa Lainnya

(15)

Lampiran 2

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi

Februari 2020 - Februari 2021

Provinsi Februari 2020 Agustus 2020 Februari 2021

Perubahan Feb 2020 - Feb 2021

Perubahan Ags 2020 - Feb 2021

persen (%) persen (%) persen (%) persen poin persen poin

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 5,40 6,59 6,30 0,90 -0,29 Sumatera Utara 4,71 6,91 6,01 1,29 -0,90 Sumatera Barat 5,25 6,88 6,67 1,42 -0,21 Riau 4,92 6,32 4,96 0,04 -1,36 Jambi 4,26 5,13 4,76 0,50 -0,37 Sumatera Selatan 3,90 5,51 5,17 1,28 -0,34 Bengkulu 3,08 4,07 3,72 0,64 -0,35 Lampung 4,26 4,67 4,54 0,28 -0,13 Kepulauan Bangka Belitung 3,35 5,25 5,04 1,69 -0,21 Kepulauan Riau 5,98 10,34 10,12 4,14 -0,22 DKI Jakarta 5,15 10,95 8,51 3,36 -2,44 Jawa Barat 7,71 10,46 8,92 1,21 -1,54 Jawa Tengah 4,20 6,48 5,96 1,76 -0,52 D.I. Yogyakarta 3,38 4,57 4,28 0,90 -0,29 Jawa Timur 3,60 5,84 5,17 1,57 -0,67 Banten 7,99 10,64 9,01 1,02 -1,63 Bali 1,25 5,63 5,42 4,17 -0,21

Nusa Tenggara Barat 3,04 4,22 3,97 0,93 -0,25

Nusa Tenggara Timur 2,64 4,28 3,38 0,74 -0,90

Kalimantan Barat 4,47 5,81 5,73 1,25 -0,08 Kalimantan Tengah 3,33 4,58 4,25 0,93 -0,33 Kalimantan Selatan 3,67 4,74 4,33 0,65 -0,41 Kalimantan Timur 6,72 6,87 6,81 0,09 -0,06 Kalimantan Utara 5,71 4,97 4,67 -1,04 -0,30 Sulawesi Utara 5,34 7,37 7,28 1,94 -0,09 Sulawesi Tengah 2,93 3,77 3,73 0,80 -0,04 Sulawesi Selatan 5,70 6,31 5,79 0,09 -0,52 Sulawesi Tenggara 3,10 4,58 4,22 1,11 -0,36 Gorontalo 3,29 4,28 3,41 0,12 -0,87 Sulawesi Barat 2,39 3,32 3,28 0,89 -0,04 Maluku 6,71 7,57 6,73 0,03 -0,84 Maluku Utara 4,09 5,15 5,06 0,97 -0,09 Papua Barat 6,78 6,80 6,18 -0,60 -0,62 Papua 3,42 4,28 3,77 0,35 -0,51 Indonesia 4,94 7,07 6,26 1,32 -0,81 Keterangan:

(16)

Lampiran 3

Dampak Covid-19 terhadap Penduduk Usia Kerja,

Agustus 2020 - Februari 2021

Komponen

Jenis Kelamin Daerah Tempat Tinggal

Total Laki-laki Perempuan Perkotaan Perdesaan

Ags 2020 Feb 2021 Ags 2020 Feb 2021 Ags 2020 Feb 2021 Ags 2020 Feb 2021 Ags 2020 Feb 2021 ribu orang ribu orang ribu orang ribu orang ribu orang ribu orang ribu orang ribu orang ribu orang ribu orang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

a. Pengangguran Karena Covid-19 16,73 17,97 11,66 5,12 19,35 14,75 9,04 8,34 28,39 23,08

b. Bukan Angkatan Kerja (BAK) Karena

Covid-19 3,88 1,41 8,78 9,29 8,22 5,67 4,45 5,03 12,66 10,70 c. Sementara Tidak Bekerja Karena

Covid-19 19,53 10,48 16,13 6,14 21,66 12,34 14,00 4,27 35,66 16,61 d. Penduduk Bekerja yang Mengalami

Pengurangan Jam Kerja Karena Covid-19 220,82 133,51 158,03 113,95 218,01 149,42 160,84 98,04 378,85 247,46 Total 260,96 163,36 194,60 134,49 267,24 182,18 188,32 115,68 455,56 297,85

Penduduk Usia Kerja (PUK) 1.853,52 1.872,42 1.964,18 1.979,71 1.896,29 1.928,12 1.921,41 1.924,01 3.817,70 3.852,13

(17)

Diterbitkan oleh:

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat

Jl. Gunung Rinjani No. 2

Arrief Chandra Setiawan, S.ST, M.Si Koordinator Fungsi Statistik Sosial

Email:arrief@bps.go.id Website: ntb.bps.go.id

Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian yang telah dilakukan secara keseluruhan terhadap rasio keuangan yang digunakan pada penelitian ini menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara

Instruksi yang dikirimkan dari komputer akan dikirimkan melalui PPI 8255, selanjutnya diteruskan dalam bentuk keluaran sinyal/informasi pada beberapa port yang terdapat

Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 Ayat (2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 159 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian

Tentunya pembaca yang melihat novelnya akan berasumsi bahwa novel ini akan menyajikan kehidupan para tokohnya di sebuah rig lengkap dengan landskap sebuah rig dan tantangan

Analisis Tobin’s Q < 1 maka menunjukkan bahwa nilai buku aset perusahaan lebih besar dari nilai pasar perusahaan, sehingga perusahaan akan menjadi sasaran akuisisi

Hasil penelitian menunjukkan, keempat industri pengolahan salak yang diteliti layak untuk dilaksanakan, namun industri kripik salak lebih unggul dibandingkan industri

Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok di dalam rumah dan gambaran perilaku merokok di dalam rumah kepada masyarakat

berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Sandjaja No. Saat ini Universitas Katolik Soegijapranata Semarang memiliki 13 program studi yaitu Arsitek, Sipil, Manajemen,