• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Setiap manusia dianugerahkan Tuhan dengan beragam kelebihan dan kekurangan, baik dalam bentuk fisik, sifat, potensi, maupun kemampuankemam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Setiap manusia dianugerahkan Tuhan dengan beragam kelebihan dan kekurangan, baik dalam bentuk fisik, sifat, potensi, maupun kemampuankemam"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Citra Diri pada Remaja Putri yang Mengalami Kecenderungan

Gangguan Body Dysmorphic

Fristy Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai citra diri remaja putri yang berkecenderungan gangguan Body Dysmorphic dan mengapa citra diri menyebabkan kecenderungan gangguan Body Dysmorphic. Peneliti menggunakan pendekatan gabungan (mixed method). Pertama, peneliti melakukan tahap I, yaitu penelitian kuantitatif menggunakan kuesioner gejala Body Dysmorphic Disorder (BDD) dengan 40 item berskala Guttman kepada 30 responden penelitian yang diambil dari SMAN 8 Bekasi dan Universitas Gunadarma. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data penelitian dianalisa menggunakan teknik analisis deskriptif dan sistem uji coba terpakai. Hasil penelitian menunjukan item valid mempunyai koefisien validitas pada kisaran 0,345 sampai 0,508 dengan satu item gugur, dan koefisien reliabilitas sebesar 0,771. Atas data tersebut, didapatkan satu responden dengan skor gejala BDD tertinggi yaitu 68 dari skor penuh yaitu 80. Responden dengan skor tertinggi akan dijadikan subjek penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan tahap II, yaitu penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara semi terstruktur dan teknik observasi non partisipan. Hasil menunjukkan bahwa citra diri subjek adalah negatif. Hal tersebut dapat dilihat dari psikodinamika gangguan Body Dysmorphic subjek dan faktor-faktor yang menyebabkan Body Dysmorphic Disorder (BDD).

(2)

PENDAHULUAN

Setiap manusia dianugerahkan Tuhan dengan beragam kelebihan dan kekurangan, baik dalam bentuk fisik, sifat, potensi, maupun kemampuan-kemampuan lain. Salah satunya yang paling kentara adalah tampilan fisik atau tubuh. Tubuh merupakan bagian utama dalam penampilan fisik setiap manusia yang juga merupakan cermin diri dari semua manusia yang mendambakan penampilan fisik menarik.

Dalam kehidupan sosial, bentuk tubuh menjadi representasi diri yang pertama dan paling mudah terlihat. Hal ini menyebabkan orang kemudian menjadi terdorong untuk memiliki tubuh yang ideal (Breakey, 1996). Keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal berkaitan erat dengan istilah citra tubuh. Citra tubuh merupakan evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat badan ataupun aspek-aspek lain dari tubuh yang berhubungan dengan penampilan fisik (Altabe dan Thompson, 1993) yang dipengaruhi oleh standar penilaian mengenai penampilan menarik yang berlaku di masyarakat dimana seseorang itu berada, lebih pada apa yang dirasakan oleh seseorang mengenai apa yang orang lain pikirkan mengenai dirinya (Fallon dalam Cash dan Muth, 2006).

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya orang di dunia yang

berkeinginan bahkan mengharuskan diri untuk merubah dirinya terutama pada bagian fisik untuk mendapatkan tampilan yang menarik atau tampilan yang sesuai dengan keinginan mereka serta bersedia menempuh cara-cara yang ekstrim dan berbahaya untuk dapat mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah dengan operasi plastik.

Berdasarkan data statistik The American Society for Aesthetic Plastic Surgery, terdapat beberapa macam operasi yang paling banyak digemari dan yang paling sering dilakukan, yaitu sedot lemak (lipoplasty), operasi kelopak mata (blepharoplasty), pembesaran payudara (breast implants), perubahan bentuk hidung (rhinoplasty) dan pengencangan kulit wajah (facelift) (netdoctor, 2008).

Remaja memiliki banyak cara untuk mencari perhatian, salah satunya adalah dalam hal penampilan. Terlebih lagi jika membandingkan hasrat untuk berpenampilan menarik antara pria dan wanita, hasrat wanita jauh lebih besar daripada hasrat pria (Davies dalam Thompson, 2004). Kecenderungan lain adalah wanita lebih terpengaruh oleh bayangan atau citra tubuh ideal yang diajarkan oleh kebudayaan atau lingkungan mereka (Rice, 1990).

Bagi remaja putri, penampilan merupakan hal yang sangat penting karena dapat menunjukan seberapa

(3)

diterimanya mereka didalam lingkungan mereka. Terlebih lagi pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang cukup drastis, seperti pelebaran tulang pinggul, peningkatan jumlah lemak tubuh dan itu menyebabkan terjadinya komparasi antara bentuk tubuh secara nyata dengan standar nilai kecantikan yang ada.

Beberapa fenomena yang berkaitan dengan penampilan remaja saat ini dapat dilihat dari cara berpakaian mereka yang senang memperlihatkan lekuk tubuh, bahkan fashion remaja wanita saat ini mayoritas mempertontonkan anggota badan identitas wanita yang seharusnya ditutupi. Terlebih lagi jika mereka memiliki kulit putih mulus, kecenderungan akan lebih besar untuk memamerkan tubuh mereka. Oleh karena itu, tampilan fisik mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi remaja putri terhadap bagaimana cara mereka dalam menilai diri mereka (citra diri). Menurut Stuart (1995) citra diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar, sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan, potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman yang baru.

Menurut Rama (2010) citra diri mempunyai dua karakteristik, yaitu citra diri negatif dan citra diri positif. Citra diri

dapat terbentuk tergantung dari bagaimana remaja tersebut menilai bentuk atau tampilan fisiknya. Ada kecenderungan remaja yang menilai tampilan fisiknya secara negatif, akan memiliki citra diri yang negatif pula, misalnya remaja yang merasa bahwa kulitnya gelap, badannya gemuk dan tubuhnya pendek, akan memiliki potensi yang lebih besar untuk terjadinya pembentukan citra diri yang negatif, karena dengan penilaiannya yang buruk mengenai dirinya akan mampu menggeneralisir dirinya menjadi negatif pula. Bentuk perilakunya misalnya dengan penghindaran diri dari lingkungan sosial, tidak percaya diri dan cenderung tertutup. Remaja akan mencoba untuk menutupi kekurangannya tersebut dengan berbagai macam cara, mulai dari olahraga sampai melakukan perawatan intensif pada dokter kecantikan, bahkan melakukan operasi, ekstrimnya.

Santrock (2003) juga menegaskan bahwa perhatian pada tampilan fisik atau citra tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada masa remaja, baik pada remaja perempuan maupun laki-laki. Para remaja akan melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan tampilan fisik yang ideal sehingga terlihat menarik, seperti menggunakan pakaian yang sesuai ataupun melakukan perawatan tubuh dan wajah, namun itupun belum memuaskan

(4)

penampilan mereka.

Obsesi remaja putri untuk memiliki bentuk tubuh atau tampilan fisik yang sempurna dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa remaja tersebut memiliki karakteristik dari Body Dysmorphic Disorder. Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah gangguan mental yang diartikan sebagai keasyikan seseorang terhadap perasaan kekurangan penampilannya (Veale dalam Davison 2010). Orang-orang pengidap Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah mereka yang merasa berkekurangan pada tubuh dan memfokuskan diri hanya pada kekurangan fisik. Penderita BDD mungkin akan mengeluhkan beberapa tampilan fisik tertentu atau tampilan fisik secara keseluruhan, hingga tak jarang menimbulkan tekanan psikologis yang akan mengganggu fungsi kerja dan sosial mereka, bahkan terkadang jika mereka sudah sampai pada titik depresi berat dan kecemasan, mereka bisa terjangkit gangguan kecemasan lain, seperti penarikan diri dari lingkungan sosial atau isolasi sosial.

Phillips dan rekannya meneliti 200 pengidap BDD dan menemukan 31% diantaranya mencari perawatan kosmetik, sedangkan 21% lainnya melakukan operasi plastik. Sebagian besar dari mereka ternyata tetap merasa ada kekurangan dalam penampilannya

(mediaindonesia, 2011). Banyak pasien BDD akhirnya diliputi perasaan sedih dan mereka tidak mampu berfungsi secara normal. Sekitar setengah dari penderita BDD berakhir dengan perawatan di rumah sakit dan seperempatnya mencoba melakukan bunuh diri.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Katharine Philips, yang melibatkan lebih dari 500 pasien BDD, didapatkan hasil persentase urutan bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan pasien BDD, yaitu: kulit (73%), rambut (56%), berat badan (55%), hidung (37%), jari kaki (36%), perut (22%), payudara (dada atau putingnya) (21%), mata (20%), paha (20%), gigi (20%), kaki (keseluruhan) (18%), struktur tulang (16%), fitur wajah (umum) (14%), dan lain-lain. Biasanya penderita BDD sering memiliki lebih dari satu bagian tubuh yang menjadi perhatian (wikipedia, 2011).

Dalam suatu survei didapatkan data bahwa sebagian besar pengidap gangguan ini adalah perempuan. Satu dari 50 perempuan mengalami gangguan ini di usia 30 keatas. Kasus BDD pada remaja putri juga banyak ditemukan, yaitu sebanyak 70% kasusnya dimulai sebelum usia 18 tahun. Dalam penelitian ini juga tutut serta menyurvei 265 dokter bedah plastik dan menemukan 178 di antaranya merawat pasien BDD. Dari

(5)

seluruh kasus, hanya 1% yang mengaku persoalan BDD mereka berkurang setelah dioperasi (mediaindonesia, 2011).

Di Indonesia juga terdapat beberapa public figure yang sering melakukan operasi plastik, salah satunya adalah Krisdayanti. Ia bercerita mengenai kegemarannya melakukan operasi plastik. Jenis operasi yang kerap kali dilakukannya adalah sedot lemak (liposuction) di bagian bawah perut, implan payudara (breast implants) dan suntik botox.

Atas uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa citra tubuh merupakan bagian dari citra diri yang juga berpengaruh pada kepuasan dan kepercayaan diri remaja, terutama remaja putri yang pada masanya mengalami perubahan fisik, sehingga peluang terjangkitnya gangguan mental dalam bentuk gangguan fisik yang diistilahkan dengan Body Dysmorphic Disorder Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai “Citra Diri pada Remaja Putri yang Mengalami Kecenderungan Gangguan Body Dysmorphic.”

TINJAUAN PUSTAKA A. Citra Diri

Citra diri menurut Centi (1993) merupakan hasil dari pengalaman yang berakar pada masa kanak-kanak dan berkembang, terutama sebagai

akibat dari hubungan individu dengan orang lain. Citra diri juga dapat diartikan sebagai pantulan tentang diri yang membentuk gagasan dalam diri seseorang. Peran orangtua, saudara sekandung dan sekolah memegang peranan penting dalam membantu pembentukan citra diri seseorang.

Komponen-komponen Citra Diri Menurut Jersild (1961), terdapat tiga komponen dalam citra diri yaitu:

a. Perceptual Component

Komponen ini merupakan image yang dimiliki seseorang mengenai penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang diberikan pada orang lain. Tercakup didalamnya adalah attractiviness, appropriatiness yang berhubungan dengan daya tarik seseorang bagi orang lain. Hal ini dapat dicontohkan oleh seseorang yang memiliki wajah cantik atau tampan, sehingga seseorang tersebut disukai oleh orang lain. Komponen ini disebut sebagai Physical Self Image. b. Conceptual Component

Merupakan konsepsi seseorang mengenai karakteristik dirinya, misalnya kemampuan,

(6)

kekurangan dan keterbatasan dirinya. Komponen ini disebut sebagai Psychological Self Image. c. Attitudional Component

Merupakan pikiran dan perasaan seseorang mengenai dirinya, status dan pandangan terhadap orang lain. Komponen ini disebut sebagai Social Self Image.

B. Body Dysmorphic Disorder (BDD) Dalam American Psychological Association (APA), para ahli memberikan beberapa pengertian untuk istilah BDD, Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah keasyikan dengan kekurangan fisik yang imajiner pada penampilan atau perhatian yang sangat berlebihan terhadap kekurangan yang sebenarnya tidak begitu berarti (Davison, 2010).

Psikodinamika Gangguan Body

Dysmorphic

Rosen (dalam Nevid, 2005) menyatakan bahwa gangguan Body Dysmorphic dapat diklasifikasikan kedalam empat aspek yang membentuk psikodinamika sebagai berikut:

a. Aspek Pikiran (Kognitif) 1) Kecemasan terhadap Tubuh 2) Pikiran Negatif tentang Tubuh

b. Aspek Perasaan (Afeksi)

1) Ketidakpuasan terhadap Bagian Tubuh

2) Perasaan Negatif tentang Tubuh c. Aspek Perilaku (Behavioral)

Perilaku Obsesif-Kompulsif d. Hubungan Sosial

Menghindari Situasi dan Hubungan Sosial

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian gabungan (mixed method), yakni gabungan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian tahap I (kuantitatif) teknik analisisnya menggunakan teknik analisis deskirptif. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner berskala Guttman dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak. Item pernyataan-pernyataan berjumlah 40 butir yang disusun berdasarkan gejala Body Dysmorphic Disorder (BDD) dari Watkins (dalam Nevid 2005).

Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 responden remaja putri berusia antara 12-22 tahun dan minimal menampilkan dua atau lebih gejala BDD yang tampak melalui perilaku di sekolah dan kampus. Penelitian di lakukan di lingkungan Universitas Gunadarma kampus Kalimalang dan SMA Negeri 8 Bekasi.

(7)

Dari 30 kuisioner yang disebar dan analisis, peneliti mengambil satu responden yang akan dijadikan subjek penelitian pada penelitian tahap II (kualitatif) dengan skor tertinggi dari hasil perhitungan statistik deskriptif dari skor total dengan jumlah 80.

Setelah mendapatkan satu subjek penelitian, pada tahap II (kualitatif) teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi non partisipan. Alat bantu seperti pedoman wawancara, alat perekam dan alat observasi juga dipersiapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk kuesioner Gejala Body Dysmorphic Disorder (BDD) digunakan uji coba terpakai sehingga data yang diperoleh dari satu kali penyebaran kuesioner, selanjutnya data tersebut digunakan sebagai data dalam penelitian. Hasilnya, dari 40 item sebanyak 1 item tidak valid dan 39 item valid dengan kisaran validitas 0.345 sampai 0.508 dan reliabilitas sebesar 0.771. Nilai minimal dan maksimal yang didapatkan adalah 49 dan 68. Maka responden dengan skor maksimal atau tertinggi tersebut dijadikan subjek penelitian untuk tahap II.

Hasil yang didapatkan dari penelitian tahap II adalah:

1. Gambaran Citra Diri Remaja Putri yang Mengalami Kecenderungan Gangguan Body Dysmorphic.

Pada Aspek Pikiran (Kognitif) kecemasan terhadap tubuh. Dalam aspek ini subjek mengalami kecemasan terhadap tubuhnya dengan seringkali bercermin, memperhatikan wajahnya dan berpikir untuk selalu tampil cantik dan kekurangan fisik tertutupi. Meski demikian, subjek tidak merasa cemas saat orang lain memperhatikan dirinya. Begitupun dalam pikiran negatif tentang tubuh, subjek seringkali berpikir negatif tentang tubuhnya dimana subjek minder dan malas bicara jika bersama dengan orang yang tampilan fisiknya lebih cantik daripada subjek, subjek lebih memilih untuk diam karena berpikir bahwa subjek akan kalah cantik atau takut tersaingi dengan orang lain yang dianggapnya lebih cantik daripada dirinya.

Dalam aspek Aspek Perasaan (Afeksi) ketidakpuasan terhadap bagian tubuh, ketidakpuasan subjek tepat pada bagian tubuh, mulai dari hidung, tinggi badan, kulit, rambut, payudara, bokong, bahkan hampir seluruh tubuh. Begitupun dalam perasaan negatif tentang tubuh, subjek memiliki perasaan negatif dimana subjek merasa benci dengan kulitnya

(8)

saat ini karena menggelap, sehingga timbul perasaan tidak puas dengan fisiknya.

Pada Aspek Perilaku (Behavioral) perilaku Obsesif-Kompulsif, subjek memiliki gejala obsesif kompulsif dimana subjek berdandan lebih dari satu setengah jam setiap kali berdandan, subjek berdandan dengan teliti, tanpa boleh ada satu kecacatanpun dalam penampilannya, bahkan mengulang kembali dandanan jika merasa kurang sempurna.

Terakhir dalam Hubungan Sosial (menghindari situasi dan hubungan sosial) hubungan sosial subjek cukup baik, dimana subjek senang berkumpul dengan teman sekolah dan kampusnya, senang mengobrol dan membahas trend masa kini. namun subjek tidak dekat dengan tetangga-tetangganya. Subjek merasa minder jika berkumpul dengan teman yang lebih cantik.

2. Mengapa Citra Diri Menyebabkan Kecenderungan Gangguan Body Dysmorphic Remaja Putri.

Faktor first impression culture, dimana lingkungan menilai subjek sombong, namun subjek dianggap sudah berhasil mencapai standar kecantikan dan termasuk orang yang

berpenampilan fisik menarik dalam dan oleh lingkungan.

Pada faktor standar kecantikan yang tidak mungkin dicapai, lingkungan subjek tidak menuntut subjek untuk tampil ideal, kesan awal yang sempurna membuat subjek menuntut dirinya sendiri untuk tetap tampil sempurna. Subjek merasa banyak kekurangan dan ingin merubah fisik (seperti memutihkan kulit, memancungkan hidung, transplantasi tulang dan berpayudara besar). Biaya adalah satu-satunya alasan mengapa subjek belum mampu mencapai tampilan fisik yang sesuai keinginannya.

Faktor rasa tidak puas yang mendalam terhadap kehidupan dan diri sendiri, dimana dalam subjek ini bentuk ketidakpuasan subjek terefleksikan dari kebiasaannya bercermin dan memperhatikan wajahnya dengan intensitas yang sering, subjek juga mengeluhkan bentuk wajahnya yang menurutnya jelek dan selalu menggunakan make-up untuk atasi ketidakpuasan fisiknya tersebut.

Rasa percaya diri yang kurang menjadi faktor berikutnya. dimana subjek termasuk percaya diri, berani bicara didepan umum dan senang

(9)

bergaul, walaupun subjek tertutup dalam suatu lingkungan baru.

Faktor perasaan kegemukan yang berlebihan relatif tidak ada pada subjek, karena subjek merasa puas dan tidak pernah mengeluh tentang berat badannya. Subjek melakukan diet untuk menjaga berat badannya agar tetap berisi, bukan untuk kurus.

Dalam faktor emosi yang negatif, subjek merasakan emosi yang negatif dimana subjek merasa lelah harus menutupi kekurangan, merasa malu, menjadi sering mengeluh dan seringkali merasa kesal setiap mendengar komentar orang lain tentang penampilannya atas perasaan kurang puasnya terhadap fisik.

Faktor objektivikasi diri. Hal itu mucul dari pendapat teman-teman tentang tampilan fisik subjek yang dinilai cantik.

Ditemukan faktor lain yang menyebabkan subjek mengalami kecenderungan gangguan Body Dysmorphic, yaitu perlakuan buruk dari teman-teman sekolahnya hanya karena fisik yang dianggap tidak menarik dan kecemburuan antar saudara kandung yang seringkali membanding-bandingkan fisik.

KESIMPULAN

Menurut Allport (dalam Hall, 1993) kepribadian adalah organisasi dinamik dalam individu atas sistem-sistem psikofisis yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap lingkungannya. Begitu pula dengan Cattell (dalam Hall, 1993) yang menjabarkan kepribadian sebagai sesuatu yang memungkinkan prediksi tentang apa yang dikerjakan seseorang dalam situasi tertentu. Definisi tentang kepribadian dari dua tokoh diatas bersinergi dengan pemaparan mengenai citra diri menurut Maltz (1996) yang merupakan batu fondasi untuk seluruh kepribadian individu. Oleh karena itu, pengalaman individu dapat dijadikan sebagai penguji atau untuk memperkuat citra diri yang akan menciptakan satu lingkaran baik ataupun buruk. Pembentukan lingkaran tersebut sangat bergantung pada diri individu itu sendiri, tergantung bagaimana individu memaknai setiap pengalaman hidupnya.

Dalam penelitian ini, subjek cenderung memiliki citra diri yang negatif. Mengapa demikian? Kejadian masa sekolah subjek yang cukup menyedihkan, yaitu mendapat perlakuan buruk dari teman-teman sekolahnya seperti sering dihina,

(10)

dikucilkan, tidak mempunyai teman, dijauhi, bahkan menerima perlakuan kasar seperti dicubiti dan dijedoti hanya karena penampilan subjek yang tidak menarik, bertubuh kecil, berkacamata dan berwajah tidak terurus. Atas kejadian tersebut, timbul pemikiran dan perasaan dari subjek bahwa dirinya jelek, tidak menarik dan banyak kekurangan. Disinilah citra diri subjek mulai berkembang.

Kejadian masa lalunya tersebut akhirnya menuntut diri subjek untuk selalu bisa menutupi kekurangan fisiknya dengan berbagai macam cara seperti mengenakan pakaian bagus, berdandan, menggunakan sepatu hak tinggi, bahkan berniat untuk melakukan operasi plastik. Selain itu, subjek juga sering menjadikan kakaknya sebagai perbandingan (soal fisik) dan bahan bagi subjek untuk mencontoh gaya penampilannya, agar subjek bisa seperti kakaknya tersebut karena penampilan fisik sang kakak lebih cantik dari subjek. Atas beberapa sebab tersebut citra diri subjek mulai terbentuk dan itu negatif, membawanya pada suatu gangguan dimana subjek merasa keasyikan dengan kekurangan fisik dan memberi perhatian yang sangat berlebihan pada kekurangan fisik yang sebenarnya tidak begitu berarti (Davison, 2010).

Citra diri merupakan konsepsi diri mengenai orang seperti apakah diri seorang individu (Maltz, 1996). Pemaknaan pengalaman yang kurang baik pada akhirnya membentuk suatu gambaran diri yang negatif bagi subjek. Tindakan dan emosi individu konsisten dengan citra diri yang dimiliki, individu akan bertindak sesuai dengan seperti apakah pribadi yang menurut individu adalah dirinya.

Individu yang memiliki citra diri negatif akan menemukan pengukuhan bahwa caranya melihat diri sendiri sebagai perempuan yang jelek, memang benar. Ini merupakan dasar bahwa citra diri bisa diubah, karena citra diri menentukan bagaimana diri kita. Individu yang mempunyai citra diri negatif akan terus melakukan perbaikan tubuh, menganggap kondisi fisiknya saat ini kurang baik dan terus melakukan usaha agar mendapatkan kondisi fisik yang diharapkan, bahkan semakin parah, dibandingkan melakukan perbaikan citra diri mereka yang sebenarnya merupakan sumber dari kekacauan kepribadian yang mereka alami. Individu yang bercitra diri buruk akan berperilaku buruk pula, sebagai contoh adalah Michael Jackson dan Krisdayanti. Kedua artis tersebut mengubah tampilan fisiknya karena merasa tidak puas dengan

(11)

kondisi fisik sebelumnya, hingga akhinya ketergantungan dan tidak menemukan titik akhir dari kepuasan diri mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Altabe, M., Thompson, J.K. (1993). Body image changes during early adulthood. International Journal of Eating Disorders, 13, 323–328. Basuki, H. M. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Breakey, W. R. (1996). Integrated mental health services: Modern community psychiatry. New York: Oxford University Press.

Cash, T. F., & Muth, Jennifer. L. (2006). Body-image attitudes: What difference does gender make? Journal of Applied Social Psychology, 33, 1438–1452.

Davison, Gerald. C., Neale, M. J., & Kring , M. Ann. (2010). Psikologi abnormal (9th ed.). Jakarta: Rajawali Pers.

Hurlock, E. B. (1991). Perkembangan anak. Surabaya: Erlangga.

Jersild, T. Arthur. (1961). The growing self: the psychology adolesence (2nd ed.). Prentice hall Inc. Englewood Cliffs.N.J: 17–27.

Maltz, Maxwell. (1996). Kekuatan ajaib psikologi citra diri. Jakarta: Mitra Utama.

Rama. (2010). Citra diri. http://itjendeladuniaku.blogspot.c om/2010/02/ citra-diri.html. Diakses tanggal 13 April 2011. Rice, J. A. (1990). Symposium review.

Physiological ecology and community structure bulletin of the ecological society of america 73, 269–270.

Santrock, J. W. (2002). Life span development: Perkembangan masa hidup (1st ed.). Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Jonathan. (2011). Mixed Method: cara menggabung riset kuantitatif dan riset kualitatif secara benar. Jakarta: Elex Media komputindo.

Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (1995). Principle and practice of psychyatric nursing (5th ed.). St. Louis: Mosty Company.

Thompson, J. K., Heinberg, J. L., Altabe, M. N., & Dunn, S. T. (2004). Exacting beauty. Washington: American Psychological Association.

_______.(2008). Plastic surgery. http://www.netdoctor.co.uk/ ate/health/index/600220.shtml. Diakses tanggal 1 Februari 2011.

Referensi

Dokumen terkait

penjelasan tentang gerakan ganda hermeneutika Rahman; bagaimana kaitannya dengan pemahaman al-Qur’an sebagai satu kesatuan, membedakan antara hukum umum dan hukum khusus atau

Semua karyawan yang memiliki hubungan kontrak kerja dengan salah satu perusahaan grup VINCI yang menjadi anggota dari program skema Simpanan dan Kepemilikan Saham Grup Internasional

1 Saya puas dengan gaji pokok di perusahaan saya karena lebih baik daripada gaji di perusahaan PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) lainnya, seperti PT Dewi

Oleh karenanya diberikanlah berupa layanan informasi di kelas dengan menggunakan teknik jigsaw agar siswa lebih aktif dan mudah memahami materi informasi yang

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konsep diri dan kompetensi interpersonal pada mahasiswa8. Subjek penelitian adalah 85 mahasiswa

Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih. sebelum masa

(Summary: Biotite and rock phosphate as fertilizers for clover-containing grass leys).. Maatalouden tutkimuskeskus Pohjois-Suomen tutkimusyksikkö Kainuun tutkimusasema 88600